Pengamatan Terumbu Karang Untuk Evaluasi

advertisement
PENGAMATAN TERUMBU KARANG
untuk evaluasi dampak pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pulau Koon dan Pulau
Neiden, Kabupaten Seram Bagian Timur
Penulis
Mikael Prastowo
Amkieltiela
: Yayasan Terumbu Karang Indonesia
: WWF-Indonesia
Kontributor
Sulaiman Siolimbona, Arwan Rumodar, La Ode Sahari, Samsul Bahri, Muklis Said
Cokro, Aries Tirta, Hedra Akhrari, Mikael Prastowo, Dirga Daniel, Taufik Abdillah,
Tutus Wijanarko, Estradivari, dan Andreas Hero Ohoiulun.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Ekspedisi Koon (#XPDCKOON) silahkan kunjungi
www.wwf.or.id/xpdckoon dan www.sundabandaseascape.com atau hubungi:
Andreas Hero Ohoiulun
Project Leader Inner Banda Arc
Subseascape
Email: [email protected]
Amkieltiela
Marine Science and Knowledge
Management Officer
Email: [email protected]
Sitasi: Prastowo, M. & Amkieltiela, 2016. Pengamatan Terumbu Karang untuk
Evaluasi Dampak Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pulau Koon dan Pulau
Neiden, Kabupaten Seram Bagian Timur, Jakarta: WWF-Indonesia.
©2016 WWF-Indonesia. Perbanyakan dan diseminasi bahan-bahan di dalam buku ini
untuk kegiatan pendidikan maupun tujuan-tujuan non komersial diperbolehkan tanpa
memerlukan izin tertulis dari pemegang hak cipta selama sumber disebutkan dengan
benar. Perbanyakan dari bahan-bahan dari buku ini untuk dijual atau tujuan komersial
lainnya tidak diperbolehkan tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta.
Foto sampul oleh: Taufik Abdillah/WWF-Indonesia
Desain & Tata Letak oleh: Amkieltiela/WWF-Indonesia
KATA PENGANTAR
Sebagai organisasi konservasi yang telah bekerja lama di Indonesia, WWF-Indonesia
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian sumber daya laut serta
mendukung pengelolaan kawasan konservasi untuk perikanan berkelanjutan. Sejak
tahun 2014, WWF-Indonesia mengembangkan fokus kerja menggunakan pendekatan
eco-regional dengan memprioritaskan 3 bentang laut, salah satunya adalah Bentang
Laut Sunda Banda (Sunda Banda Seascape – SBS). Data terkait kondisi terumbu
karang di kawasan ini dinilai masih minim, oleh karena itu perlu dilakukan
pengumpulan data dasar sebagai acuan keberhasilan pengelolaan.
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Pulau Koon dan Pulau Neiden terletak di
Kecamatan Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku merupakan
salah satu kawasan di SBS seluas 8.161,8 ha. Wilayah ini dikenal sebagai lokasi
pemijahan ikan kerapu dan kakap. Selain itu, masyarakat setempat sangat tergantung
kepada sumber daya laut sebagai mata pencaharian utama. Untuk menjaga
kelestarian ekosistem di kawasan ini, WWF-Indonesia menginisiasi Kesepakatan
Lokal Pengeloaan Kawasan Konservasi (Marine Conservation Agreement – MCA)
bersama dengan Petuanan Adat Kataloka untuk mengelola kawasan seluas 2.537,6
ha.
Ekspedisi Koon (#XPDCKOON) merupakan kerjasama antara WWF-Indonesia
dengan Yayasan Terumbu Karang Indonesia dengan melibatkan 13 peneliti dari Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Seram Bagian Timur, Balai Taman
Nasional Wakatobi, dan TNI Angkatan Laut Ambon. Kegiatan yang berlangsung
selama 11 hari ini bertujuan untuk mengumpulkan data dasar kesehatan terumbu
karang yang kedepannya dapat digunakan untuk menilai dampak pengelolaan dan
memberikan rekomendasi pengelolaan yang adaptif.
Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh tim yang telah bekerja keras dalam
menyukseskan pengumpulan data dasar kesehatan terumbu karang di KKP Pulau
Koon dan Pulau Neiden. Semoga konservasi laut di Indonesia semakin Berjaya.
Jakarta, Maret 2017
Direktur Program Coral Triangle
WWF-Indonesia
Wawan Ridwan
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Pulau Koon dan Pulau Neiden terletak di
Kecamatan Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku dan merupakan
salah satu kawasan di Sunda Banda Seascape (SBS). Wilayah ini merupakan
kawasan yang sangat penting untuk pemijahan ikan karang ekonomis penting,
terutama Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus), Kerapu Sunu (Plectropomus
areolatus), dan Kakap Merah (Lutjanus bohar). WWF-Indonesia telah bekerja di Pulau
Koon sejak tahun 2011 serta bersama dengan Petuanan Adat Kataloka, menginisiasi
Kesepakatan Lokal Pengelolaan Kawasan Konservasi (Marine Conservation
Agreement – MCA) untuk mengelola kawasan seluas 2.537,6 ha. Namun, informasi
tentang terumbu karang di kawasan ini dinilai masih minim. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengumpulan data dasar terumbu karang dalam bentuk survei ekologi
sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan pengelolaan. Survei ini bertujuan untuk
melengkapi data yang sudah ada sebelumnya, mengetahui efektifitas pengelolaan
kawasan, dan memberikan rekomendasi pengelolaan kawasan.
Survei ekologi terumbu karang di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dilakukan pada
tanggal 18-21 Maret 2016 di 21 titik yang tersebar di dalam maupun di luar KKP. Data
yang dikumpulkan mencakup karakteristik lokasi, tutupan bentik (PIT), kelimpahan
dan biomassa ikan karang (UVC dan Long Swim), dan pemijahan ikan karang
(SPAG). Metode yang digunakan mengacu pada “Protokol Pemantauan Terumbu
Karang untuk Menilai Kawasan Konservasi Perairan” (Ahmadia, et al., 2013) pada
kedalaman 10 meter sejajar garis pantai.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tipe terumbu karang di dalam dan di luar KKP
Pulau Koon dan Pulau Neiden di dominasi oleh terumbu karang tepi (fringing reef).
Tutupan karang keras di dalam KKP sebesar 33% sedangkan di luar kawasan
konservasi sebesar 30%. Rerata kelimpahan 16 famili ikan target pengamatan di
dalam dan di luar KKP berturut-turut adalah sebesar 4299 + 840 ind/ha dan 2424 +
416 ind/ha. Sedangkan rerata biomassa sebesar 1542 + 629 kg/ha di dalam KKP dan
621 + 245 kg/ha di luar KKP.
Analisa kelimpahan dan biomassa ikan karang juga dilakukan kepada 6 famili yang
terbagi dua berdasarkan fungsinya, yaitu Ikan Ekonomis Penting (Lutjanidae,
Serranidae, dan Haemulidae) dan Ikan Fungsional (Acanthuridae, Scaridae, dan
iii
Siganidae). Rerata kelimpahan 6 famili ikan karang di dalam KKP sebesar 1042 + 109
individu/ha dan 952 + 157 individu/ha di luar KKP. Sedangkan rerata biomassa di
dalam dan di luar KKP berturut-turut adalah sebesar 747 + 242 kg/ha dan 501 + 248
kg/ha.
Tim juga mengumpulkan informasi pemijahan di satu lokasi selama dua hari. Perilaku
memijah (spawning) hanya ditemukan pada 6 individu Caranx melampygus dan 5
individu Macolor macularis. Kegiatan grouping dan courtship ditemukan pada hampir
semua spesies (16 spesies ikan besar dan 23 spesies ikan kecil). Namun, perilaku
fighting dan bite wound hanya ditemukan pada spesies ikan kecil.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................................................... iii
Daftar Gambar ...........................................................................................................vi
Daftar Tabel .............................................................................................................. vii
1. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1.
Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2.
Tujuan ........................................................................................................... 2
2. METODE ............................................................................................................. 2
2.1.
Lokasi dan Waktu Pengamatan .................................................................... 2
2.2.
Metode Kerja ................................................................................................. 3
2.3.
Pengolahan dan analisis data ....................................................................... 5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 7
3.1.
Karakteristik Lokasi ....................................................................................... 7
3.2.
Komunitas Bentik .......................................................................................... 9
3.3.
Ikan karang ................................................................................................. 12
3.3.1. Kelimpahan .............................................................................................. 13
3.3.2. Biomassa ................................................................................................. 20
3.3.3. Fish Spawning Aggregation ..................................................................... 27
4. KESIMPULAN.................................................................................................... 28
5. REKOMENDASI PENGELOLAAN..................................................................... 29
6. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 30
v
Daftar Gambar
Gambar 1. Peta lokasi survei KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden 2016 ................... 3
Gambar 2. Metode Pengamatan kesehatan terumbu karang pada kedalaman 10 m.
Pengamat ikan kecil (10-35 cm) memiliki lebar transek 2,5 m ke kanan dan kiri,
sedangkan pengamat ikan besar (>35 cm) memiliki lebar transek 10 m ke kanan
dan 10 m ke kiri. (Wilson & Green, 2009). ........................................................... 5
Gambar 3. Tipe lereng terumbu di dalam dan luar KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden
............................................................................................................................ 8
Gambar 4. Tipe terumbu di dalam dan di luar KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden ... 8
Gambar 5. Tipe paparan energi gelombang di dalam dan luar KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden ....................................................................................................... 9
Gambar 6. Rata-rata persentase tutupan karang keras KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya ........................................................................ 10
Gambar 7. Rata-rata persentase tutupan substrat di dalam dan luar KKP Pulau Koon
dan Pulau Neiden .............................................................................................. 10
Gambar 8. Komposisi tutupan substrat setiap titik pengamatan di dalam dan luar KKP
Pulau Koon dan Pulau Neiden........................................................................... 11
Gambar 9. Komposisi family ikan di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan Perairan
Sekitarnya.......................................................................................................... 13
Gambar 10. Grafik rerata kelimpahan (+SE) 16 Famili ikan karang di KKP Pulau Koon
dan Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya ....................................................... 14
Gambar 11. Rerata kelimpahan (+SE) 16 Famili ikan karang di KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya .............................................................. 14
Gambar 12. Rerata kelimpahan (+SE) setiap famili ikan di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya ........................................................................ 17
Gambar 13. Grafik rerata kelimpahan (+SE) Ikan Ekonomis Penting (3 famili) dan Ikan
Fungsional (3 famili) di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan Perairan
Sekitarnya.......................................................................................................... 18
Gambar 14. Rerata kelimpahan (+SE) ikan fungsional di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya ........................................................................ 18
Gambar 15. Rerata kelimpahan (+SE) Ikan Ekonomis Penting di KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya .............................................................. 19
vi
Gambar 16. Rerata biomassa (±SE) semua ikan (16 famili), ikan karnivora dan
herbivora di KKP Koon dan Neiden dan Perairan Sekitarnya ............................ 20
Gambar 17. Komposisi famili ikan karang di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan
Perairan Sekitarnya ........................................................................................... 20
Gambar 18. Rata-rata biomassa (±SE) ikan karnivora di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya ........................................................................ 23
Gambar 19. Rata-rata biomassa (±SE) ikan herbivora di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya ........................................................................ 24
Gambar 20. Rerata biomassa 6 famili ikan karang, famili Ikan Fungsional (3 famili),
dan famili Ikan Ekonomis Penting (3 famili) di dalam dan luar KKP Pulau Koon
dan Pulau Neiden .............................................................................................. 25
Gambar 21. Rerata biomassa (+SE) famili fungsional di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya ........................................................................ 26
Gambar 22. Rerata biomassa (+SE) famili perikanan kuncil di KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya .............................................................. 26
Daftar Tabel
Tabel 1. Rerata kelimpahan ikan karang per lokasi dan per famili di dalam dan luar
KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden ................................................................. 19
Tabel 2. Rerata biomassa semua jenis ikan (kg/ha)................................................. 21
Tabel 3. Perilaku ikan besar pada lokasi SPAG yang berhasil diamati .................... 28
vii
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
WWF-Indonesia telah bekerja di sektor kelautan sejak tahun 1993. Mulai 2014, WWFIndonesia menggunakan pendekatan ekoregional, yaitu memprioritaskan wilayah
kerja di 3 Bentang Laut, salah satunya adalah Bentang Laut Sunda Banda (Sunda
Banda Seascape – SBS). Untuk mendukung pengelolaan di kawasan SBS, perlu
dilakukan pengumpulan data dasar sebagai acuan keberhasilan pengelolaan yang
dilakukan. Selain itu, data tersebut dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk
pengelola dalam menciptakan pengelolaan kawasan yang efektif.
Pulau Koon dan Pulau Neiden yang terletak di Kecamatan Gorom, Kabupaten Seram
Bagian Timur, Provinis Maluku merupakan salah satu kawasan di SBS yang telah
dicadangkan sebagai kawasan konservasi perairan (KKP) oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Seram Bagian Timur seluas 8.161,8 ha melalui SK Bupati Seram Bagian
Timur No. 523/189/KEP/2011. Wilayah ini merupakan kawasan yang sangat penting
bagi pemijahan ikan karang terutama Kerapu Kertang (Epinephelus lanceolatus),
Kerapu Sunu (Plectropomus areolatus), dan Kakap Merah (Lutjanus bohar), sertaikan
ekonomis penting lainnya. Untuk mendukung perlindungan kawasan ini, WWFIndonesia menginisiasi Kesepakatan Lokal Pengelolaan Kawasan Konservasi (Marine
Conservation Agreement - MCA) bersama dengan Petuanan Adat Kataloka untuk
mengelola kawasan seluas 2.537,6 ha yang terletak di antara Pulau Koon hingga
Pulau Neiden.
WWF-Indonesia bekerja di Pulau Koon sejak tahun 2011. Sejak penandatanganan
MCA Koon tahun 2011, WWF-Indonesia menginisiasi pembentukan tim gabungan
yang terdiri dari 3 desa. Selain itu, WWF-Indonesia juga bekerja sama dengan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Timur, Universitas Pattimura,
Masyarakat Pulau Grogos, serta Yayasan Tura Bail Goran Riun untuk mengefektifkan
pengelolaan kawasan ini. Namun, informasi tentang terumbu karang di wilayah ini
dinilai masih minim. Pengumpulan data yang sudah dilakukan pada bulan Januari
2015 belum mencakup wilayah di luar kawasan sebagai tolak ukur keberhasilan
1
pengelolaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengumpulan data dasar terkait
terumbu karang di dalam dan di luar kawasan.
1.2.
Tujuan
Tujuan survei ekologi terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Pulau
Koon dan Pulau Neiden ini adalah sebagai data dasar Bentang Laut Sunda Banda
yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menilai dampak pengelolaan kawasan ini.
Selain itu, kedepannya data ini dapat menghasilkan rekomendasi pengelolaan
kawasan.
Tujuan utama dari survei ini adalah untuk: (1) melengkapi data yang sudah ada
sebelumnya untuk menyediakan resolusi yang lebih detil terkait kondisi di kawasan
ini, (2) mengetahui efektifitas pengelolaan kawasan, dan (3) memberikan
rekomendasi pengelolaan kawasan.
2. METODE
2.1. Lokasi dan Waktu Pengamatan
Survei ekologi terumbu karang dilakukan pada 20 titik yang tersebar di dalam (11 titik)
maupun di luar KKP (9 titik) Pulau Koon dan Pulau Neiden dan 1 titik untuk survei
pemijahan ikan (Gambar 1). Pengamatan dilakukan pada rataan terumbu karang yang
sejajar dengan garis pantai dengan kedalaman 10 m. Pengamatan dilakukan pada
tanggal 13 hingga 25 April 2016.
2
Gambar 1. Peta lokasi survei KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden 2016
2.2.
Metode Kerja
Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan karakterisasi lokasi. Karakteristik
lokasi diamati melalui pengamatan visual. Informasi yang dicatat meliputi nomor lokasi
identifikasi (SamplingID); nama lokasi (Site name); posisi GPS (lintang, bujur); tanggal
(date); kedalaman (depth, dalam meter); nama pengamat (observer name); tipe
terumbu seperti terumbu tepi (fringing reef), gosong (patch reef), atol (atoll);
kemiringan terumbu dicatat dengan pilihan datar (flat), landai (slope), tebing (wall),
dan kecerahan dalam air (horizontal visibility underwater).
Metode yang digunakan untuk menilai komunitas ikan dan bentik berdasarkan
panduan “Protokol Pemantauan Terumbu Karang untuk Menilai Kawasan Konservasi
Perairan” (Ahmadia, et al., 2013). Survei bentik menggunakan kategori bentuk
pertumbuhan (lifeform) dilakukan pada 10 meter sepanjang 150 meter (3 x 50 meter
transek). Metode Transek Titik Menyinggung (Point Intercept Transect – PIT)
digunakan untuk mengukur tutupan karang dan avertebrata bentik, alga, dan tipe
substrat. Metode PIT dapat dilakukan dengan cepat, efisien, dan menyediakan
3
perkiraan tutupan komunitas bentik yang baik ketika jumlah titik survei mencukupi (Hill
& Wilkinson, 2004). Pengamat akan berenang di transek sepanjang 3 x 50 m yang
dipasang oleh roll master (Gambar 2) dan mencatat kategori bentuk pertumbuhan
yang berada tepat di bawah pita dengan interval 0,5 m di sepanjang transek yang
dimulai pada titik 0,5 m dan berakhir pada 50 m (100 titik per pita x 3 pita = total 300
titik).
Survei ikan dilakukan pada kedalaman 10 m sepanjang 250 meter dengan lebar
transek 5 meter untuk ikan kecil (TL: 10-35 cm) dan 20 m untuk ikan besar (TL>35
cm) dan ditambah 15 menit renang jauh untuk mengamati ikan-ikan dan fauna
berukuran besar. Setiap survei akan terdiri atas dua pengamat yang berenang di
sepanjang transek yang ditempatkan pararel dengan puncak terumbu. Pengamat
akan menghitung dan memperikirakan ukuran (TL – panjang total) dari setiap ikan dari
spesies target. Spesies yang dipantau menyesuaikan dengan panduan E-KKP3K,
yaitu 16 famili ikan karang. Ikan karang terbagi menjadi dua, yaitu ikan herbivora
(family Acanthuridae (ikan butana/kulit pasir/tabasan), Scaridae (Kakatua), Siganidae
(Baronang), dan Labridae khusus genus Cheilinus atau ikan Napoleon) dan ikan
karnivora (family Seranidae (kerapu), Lutjanidae (Kakap), Lethrinidae (Lencam),
Carangidae (Kuwe, Selar, Kembung dan Sulir), Scombridae (Tenggiri, Tuna Gigi
Anjing/Dog tooth tuna), Caesionidae (Ikan Ekor Kuning), Haemulidae (sweetlips. gerotgerot), Nemipteridae (kurisi), Sphyraenidae (Barakuda), Carcharhinidae (Hiu abu-abu,
hiu sirip putih, dan hiu sirip hitam), Sphyrnidae (Hiu kepala martil), dan Dasyatidae (Pari).
Metode survei renang jauh terdiri dari renang selama 15 menit dengan kecepatan
renang standar sebesar 20 m per menit. Kedua pengamat harus berenang dengan
kedalaman sekitar 3-5 m pada lereng terumbu sedikit di bawah puncak terumbu,
sehingga memungkinkan untuk pemantauan puncak, rataan, dan lereng terumbu
dimana spesies-spesies seperti hiu, pari, dan ikan napoleon, ikan kakatua berukuran
besar, kuwe, dan beberapa jenis kerapu dapat ditemukan. Pengamat ikan akan
merekam jumlah dan ukuran dari semua ikan besar (TL >35 cm) yang berada di dalam
daftar survei renang jauh (Gambar 2) di sepanjang lereng terumbu dengan lebar 20 m
(10 m di setiap sisi pengamat, atau lebih rendah jika kecerahan dibawah 10 m).
4
Metode yang digunakan untuk pengamatan SPAG adalah Underwater Visual Census
(UVC) atau sensus bawah air pada kedalaman 10 m di setiap lokasi SPAGs untuk
mengestimasi jumlah ikan. Berdasarkan suplemen E-KKP3K, selain Ikan Kerapu, ikan
herbivora dan ikan karnvora lainnya yang bernilai ekonomis penting juga diamati.
Informasi yang dicatat pada awal dan selama penyelaman adalah sebagai berikut: nama
penyelam (observer name), tanggal penyelaman (Date), tanggal bulan kalender jawa
(Lunar date), transect ID, kecerahan atau jarak pandang dalam air (Horizontal Visibility),
waktu saat mulai penyelaman (Time), jumlah ikan target hingga cm terdekat dengan
sistem ‘tally’, jumlah dari masing-masing spesies ikan target dengan tingkah laku
pemijahan (aggression, courtship, gravid dan spawning).
±300 m
20 m
RenangJauh
5m
20 m
Transeksabuk
250 m
Gambar 2. Metode Pengamatan kesehatan terumbu karang pada kedalaman 10 m.
Pengamat ikan kecil (10-35 cm) memiliki lebar transek 2,5 m ke kanan dan kiri,
sedangkan pengamat ikan besar (>35 cm) memiliki lebar transek 10 m ke kanan dan
10 m ke kiri. (Wilson & Green, 2009).
2.3.
Pengolahan dan analisis data
Karakteristik lokasi dicatat untuk dijadikan referensi dalam pengambilan data. Seluruh
data dimasukkan dan diolah ke dalam program excel. Penggunaan angka desimal
dipisahkan dengan tanda koma, sedangkan penggunaan angka ribuan tidak
dipisahkan dengan tanda koma ataupun titik.
5
Contoh:
•
Penutupan karang sebesar 30,4% (tiga puluh koma empat persen).
•
Kepadatan ikan karang sebesar 4609 ind/ha (empat ribu enam ratus sembilan).
•
Satuan ikan adalah individu disingkat ind.
•
Satuan luas memakai hektar disingkat ha.
•
Satuan berat memakai kilogram disingkat kg.
Data bentik secara umum diwakili oleh persentase tutupan; dimana persentase
tutupan dari setiap kategori = (jumlah titik dalam kategori tersebut ÷ jumlah total titik
dari suatu transek) x 100%.
Kategori kondisi terumbu karang mengacu pada Gomez dan Yap (1988) berdasarkan
persentase penutupan karang keras dengan kategori sebagai berikut:
•
Buruk : 0 – 24.9%
•
Sedang : 25 – 49.9%
•
Baik : 50 – 74.9%
•
Memuaskan : 75 – 100%
Analisa kelimpahan dan biomassa ikan karang dilakukan pada 16 famili ikan target
pengamatan dan 6 famili ikan karang. 16 famili ikan target yang dimaksud adalah yang
sesuai dengan suplemen E-KKP3K, sedangkan 6 famili ikan karang yang dimaksud
dibagi lagi menjadi dua berdasarkan fungsinya, yaitu Ikan Ekonomis Penting
(Lutjanidae, Serranidae, dan Haemulidae) dan Ikan Fungsional (Acanthuridae,
Scaridae, dan Siganidae). Data pengamatan ikan untuk setiap lokasi, jumlah individu
per unit pencuplikan (transek atau renang jauh) harus dikonversi menjadi kelimpahan
(per hektar, atau ha-1) menggunakan rumus: kelimpahan per ha = (jumlah individu per
unit pencuplikan ÷ area dari unit pencuplikan dalam m 2) x 10.000m2. Pastikan bahwa
perhitungan yang benar dibuat sesuai dengan luas area pencuplikan. Untuk data
transek, perlu menghitung kelimpahan rata-rata untuk setiap lokasi per ha (dimana
kelima transek tersebut dianggap sebagai ulangan.
6
Untuk setiap lokasi, perkiraan ukuran akan dikonversi ke perkiraan biomassa
menggunakan hubungan panjang-berat yang diketahui, dengan menggunakan rumus
W = aLb seperti yang dijelaskan oleh Kulbicki et. al. (2005). Dimana: W = berat ikan
dalam gram (g); TL= Panjang Total (TL) ikan dalam cm; sedangkan a dan b
merupakan konstanta yang dihitung untuk setiap spesies atau marga.
Kategori tinggi rendahnya biomassa ikan mengacu pada Dooren (2011) dimana
potensi berbagai jenis ikan karang ekonomis penting pada terumbu karang yang sehat
adalah antara 1000 hingga 1500 kg/ha, sedemikian rupa sehingga dibuat 4 kategori
sebagai berikut:
•
Rendah : 0 – 499 kg/ha
•
Sedang : 500 – 999 kg/ha
•
Sehat : 1000 – 1499 kg/ha
•
Sehat sekali : > 1500 kg/ha
Data SPAG yang sudah terkumpul dari lapangan dan sudah dimasukkan dalam
database excel selanjutnya di analisa menggunakan statistik dan dibuat grafik dengan
menggunakan fasilitas Pivot Table. Informasi yang diharapkan dari hasil analisa
adalah sebagai berikut:
•
Rata-rata biomassa dan kelimpahan ikan per spesies per periode tertentu yang
ditemukan pada masing-masing lokasi pemijahan
•
Jumlah ikan per tingkah laku yang ditemukan pada lokasi pemijahan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Karakteristik Lokasi
KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan perairan sekitarnya memiliki tiga tipe lereng
terumbu, yaitu datar (flat), lereng (slope), dan tebing (wall). Kawasan di dalam KKP
didominasi oleh tipe tebing sebesar 55% sedangkan di luar KKP memiliki ketiga tipe
dengan jumlah yang seimbang, yaitu masing-masing 33%.
7
Gambar 3. Tipe lereng terumbu di dalam dan luar KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden
Tipe terumbu yang ditemukan di kawasan, baik di dalam maupun di luar KKP Pulau
Koon dan Pulau Neiden hanya terumbu karang tepi (fringing). Tidak ditemukan
gosong terumbu (patchy), atol (atoll), maupun karang penghalang (barrier reef) di
kawasan ini.
Gambar 4. Tipe terumbu di dalam dan di luar KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden
Paparan
energi
gelombang
mempengaruhi
kondisi,
komposisi,
serta
keanekaragaman terumbu karang. Berdasarkan tingkat paparan terhadap energi
8
gelombang, KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan perairan sekitarnya memiliki tiga
tipe paparan, yaitu terpapar (exposed), semi terpapar (semi exposed), dan terlindung
(sheltered). Mayoritas kawasan di dalam dan di luar KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden adalah tipe terpapar (82% dan 67%). Tipe kawasan terlindung hanya
ditemukan di luar KKP yaitu di KOE1610.
Gambar 5. Tipe paparan energi gelombang di dalam dan luar KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden
3.2.
Komunitas Bentik
Pengamatan terumbu karang di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan perairan
sekitarnya dibagi menjadi dua wilayah, yaitu dalam KKP dan luar KKP. Secara umum,
kondisi tutupan karang pada kawasan ini termasuk ke dalam Kategori Sedang,
dengan rata-rata tutupan sebesar 32 ± 0,13% dengan kisaran rata-rata tutupan karang
keras di setiap lokasi antara 6 ± 1% (KOE2010) hingga 53 ± 3% (KOE1110). Kedua
lokasi dengan nilai ekstrim tersebut ternyata berada di luar KKP. Uniknya, kondisi ratarata tutupan karang keras pada kedua kawasan cenderung serupa, yaitu 33% di
dalam KKP dan 30% di luar KKP. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya variasi
tutupan karang di luar kawasan.
9
Gambar 6. Rata-rata persentase tutupan karang keras KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya
Gambar 7. Rata-rata persentase tutupan substrat di dalam dan luar KKP Pulau Koon
dan Pulau Neiden
Jika dilihat dari komposisi substrat bentiknya, selain memiliki tutupan karang keras
yang cenderung serupa, wilayah pengamatan juga memiliki tutupan karang lunak
yang cenderung serupa, yaitu antara 2% hingga 48%. Oleh sebab itu, karang lunak
10
maupun karang keras merupakan substrat yang dominan di kawasan tersebut. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terumbu karang masih cenderung terjaga. Tutupan alga
cenderung kecil, yaitu antara 0%-7%. Enam titik memiliki tutupan alga sebesar 0%
yaitu KOE0610, KOE0810, KOE0910, KOE1610, KOE1810, dan KOE2310,
sedangkan tutupan alga tertinggi ditemukan pada KOE0410. Hal yang sama juga
ditemukan pada substrat tersedia berkisar antara 3% (KOE0410 dan KOE0910) dan
17% (KOE0110). Hal tersebut menunjukkan bahwa substrat yang tersedia akan
segera ditutupi oleh karang atau biota lainnya. Daerah yang perlu diperhatikan adalah
KOE2010 yang memiliki tutupan karang terkecil (6%) dan KOE2110 yang memiliki
tutupan pecahan karang terbesar (47%). Hal tersebut menunjukkan bahwa karang
sedang mengalami gangguan dan masih adanya praktek-praktek penangkapan ikan
yang merusak. Pecahan karang sulit ditumbuhi oleh karang karena sifatnya yang tidak
stabil sehingga bisa mengancam keberlanjutan ekosistem terumbu karang. Hal yang
menarik adalah tutupan biota lainnya memiliki rata-rata cukup tinggi, yaitu antara 3 %
(KOE0410) hingga 48% (KOE0510). Hal tersebut menunjukkan bahwa substrat
terbuka sudah dimanfaatkan oleh berbagai biota lainnya. Perlu diperhatikan apakah
tingginya kompetisi ruang telah terjadi, dan baik karang keras maupun karang lunak
tidak berhasil untuk berkompetisi. Hanya sedikit fenomena pemutihan karang
(bleaching) yang ditemukan dikawasan ini yaitu berkisar antara 0%-11%.
Gambar 8. Komposisi tutupan substrat setiap titik pengamatan di dalam dan luar
KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden
11
3.3.
Ikan karang
Pengamatan dilakukan kepada 16 famili sesuai pada suplemen EKKP3K, yaitu:
Acanthuridae (kulit pasir), Caesionidae (ekor kuning), Carangidae (kuwe), Dasyatidae
(pari biasa), Haemulidae (bibir tebal), Labridae (khusus genus Cheilinus atau
Napoleon), Lethrinidae (lencam), Lutjanidae (kakap), Nemipteridae (kurisi), Scaridae
(kakatua), Scombridae (kembung), Serranidae (kerapu), Siganidae (baronang),
Carcharhinidae (Hiu), Sphyrinidae (Hiu Kepala Martil), dan Sphyraenidae (Barakuda).
Ikan kulit pasir, baronang, kakaktua, dan napoleon merupakan herbivora yang
mengendalikan populasi alga. Ikan-ikan tersebut kemungkinan menjadi penyebab
rendahnya tutupan alga di kawasan Koon dan sekitarnya. Untuk ikan ukuran kecil (10
- 35 cm), jumlah spesies terbanyak ditemukan pada ikan-ikan target penangkapan,
seperti Acanthuridae, Scaridae, Lutjanidae, dan Serranidae.
Data yang terkumpul kemudian di analisa untuk mendapatkan nilai rata-rata
kelimpahan dan biomassa. Analisa dilakukan pada keseluruhan 16 famili serta 6
famili. Enam famili ikan karang tersebut terbagi dua kategori berdasarkan fungsinya,
yaitu ikan fungsional dan ikan ekonomis penting. Famili ikan fungsional terdiri atas
Acanthuridae, Scaridae, dan Siganidae; sedangkan famili ikan ekonomis penting
terdiri atas Serranidae, Lutjanidae, dan Haemulidae.
12
3.3.1. Kelimpahan
Herbivora
Karnivora
Gambar 9. Komposisi family ikan di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan
Perairan Sekitarnya
Rerata kelimpahan 16 famili ikan karang di dalam KKP dan di luar KKP berturut-turut
adalah 4299 + 840 individu/ha dan 2424 + 416 individu/ha. Rerata kelimpahan ikan
kanivora lebih tinggi dibandingkan dengan ikan herbivora di kedua lokasi pengamatan
(Gambar 10). Dari seluruh lokasi pengamatan, kelimpahan ikan berkisar antara 546 +
279 ind/ha di KOE1110 hingga 11.406 + 7728 ind/ha di KOE0610. Ikan-ikan yang
ditemukan pada KOE0610 memiliki ukuran yang bervariasi, hal tersebut membuat
standard error pada kawasan tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan
lainnya (Gambar 11). Kedua nilai ekstrim tersebut ditemukan di dalam dan luar
kawasan. Jika melihat dari tutupan karang keras, maka KOE0610 memiliki tutupan
karang keras sedang, dengan nilai 45%. Ikan-ikan berukuran kecil biasanya
membutuhkan karang keras untuk tempat berlindung. Oleh karena itu, jumlah ikan
yang dapat didukung oleh terumbu karang di KOE0610 menjadi besar.
13
Gambar 10. Grafik rerata kelimpahan (+SE) 16 Famili ikan karang di KKP Pulau
Koon dan Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya
16 Famili E-KKP3K
Gambar 11. Rerata kelimpahan (+SE) 16 Famili ikan karang di KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya
14
15
16
Gambar 12. Rerata kelimpahan (+SE) setiap famili ikan di KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya
Jika dilihat berdasarkan famili, nilai kelimpahan berkisar dari 0,2 ind/ha pada
Dasyatidae hingga 3.046 ind/ha pada Caesionidae. Famili Caesionidae memang
termasuk famili yang paling melimpah di kawasan terumbu karang. Famili tersebut
sering berenang bergerombol, sehingga kemungkinan perjumpaan juga akan semakin
tinggi. Informasi kelimpahan ikan dapat dilihat lebih lanjut pada Tabel 1. Secara
keseluruhan, kelimpahan di dalam KKP lebih besar dari kelimpahan ikan karang diluar
KKP. Dasyatidae yang memiliki kelimpahan terendah, juga diamati memiliki biomassa
yang rendah pula, yaitu 4,57 kg/ha. Sebaliknya Caesionidae yang memiliki
kelimpahan terbesar, juga memiliki biomassa yang besar, yaitu 244,32 kg/ha.
Informasi biomassa ikan dapat dilihat kembali pada Tabel 2.
Hasil analisa 6 famili ikan karang menunjukkan rerata kelimpahan sebesar 1042 + 109
individu/ha di dalam KKP dan 952 + 157 individu/ha di luar KKP. Rerata kelimpahan
famili Ikan Fungsional lebih tinggi dibandingkan famili Ikan Ekonomis Penting di kedua
lokasi pengamatan (Gambar 13). Rerata kelimpahan Ikan Fungsional berkisar antara
100 – 1812 individu/ha (Gambar 14), sedangkan rerata kelimpahan Ikan Ekonomis
Penting berkisar antara 18 – 994 individu/ha (Gambar 15) di seluruh lokasi
pengamatan.
17
Gambar 13. Grafik rerata kelimpahan (+SE) Ikan Ekonomis Penting (3 famili) dan
Ikan Fungsional (3 famili) di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan Perairan
Sekitarnya
Gambar 14. Rerata kelimpahan (+SE) ikan fungsional di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya
18
Gambar 15. Rerata kelimpahan (+SE) Ikan Ekonomis Penting di KKP Pulau Koon
dan Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya
Tabel 1. Rerata kelimpahan ikan karang per lokasi dan per famili di dalam dan luar
Lokasi
Zona
Acanthuridae
Caesionidae
Carangidae
Dasyatidae
Haemulidae
Labridae
Lethrinidae
Lutjanidae
Nemipteridae
Scarini
Scombridae
Serranidae
Siganidae
Sphyraenidae
KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden
KOE0110
Dalam KKP
376
176
7
0
1484
0
3
663
0
94
9
45
0
104
KOE0210
Dalam KKP
422
1555
3911
0
0
0
25
1417
0
53
0
22
0
0
KOE0310
Dalam KKP
323
63
0
0
43
0
0
177
40
130
0
32
0
0
KOE0410
Luar KKP
73
0
0
0
9
9
0
3
1
109
0
13
12
0
KOE0510
Dalam KKP
65
0
0
0
44
0
66
39
9
29
0
8
0
0
KOE0610
Dalam KKP
85
953
0
0
0
0
0
11
18
9
0
37
3
0
KOE0710
Dalam KKP
155
724
9
0
22
9
8
194
0
106
0
58
20
0
KOE0810
Dalam KKP
86
0
0
0
8
0
0
0
0
34
0
1
1
0
KOE0910
Dalam KKP
268
116
0
0
0
0
5
40
12
33
0
21
12
0
KOE1010
Dalam KKP
20
100
0
36
0
0
99
342
7
46
0
4
0
0
KOE1110
Luar KKP
3
22
3
0
13
3
0
39
4
18
0
25
5
0
KOE1410
Dalam KKP
131
238
14
0
25
6
0
142
0
59
21
99
3
0
KOE1510
Dalam KKP
59
353
0
0
56
6
38
149
0
324
0
84
6
0
KOE1610
Luar KKP
27
121
0
55
9
0
54
48
10
27
0
11
1
0
KOE1710
Luar KKP
26
48
0
0
0
13
0
14
0
183
0
19
25
0
KOE1810
Luar KKP
46
127
1
0
55
0
0
65
1
101
0
26
1
0
KOE2010
Luar KKP
212
73
0
0
6
0
0
12
13
11
0
2
0
0
KOE2110
Luar KKP
222
17
0
0
2
7
0
1694
0
506
0
8
7
0
KOE2310
Luar KKP
50
105
0
0
12
0
18
50
0
14
0
50
2
0
KOE2410
Luar KKP
41
96
0
0
100
11
265
216
2
211
0
77
3
0
19
3.3.2. Biomassa
Rerata biomassa 16 famili ikan karang di dalam kawasan sebesar 1.542 ± 629 kg/ha
dan 621 ± 245 kg/ha diluar kawasan. Komposisi ikan karnivora lebih tinggi dari pada
ikan herbivora dikedua lokasi pengamatan (Gambar 16). Perbedaan jumlah biomassa
di dalam KKP dan diluar diperkirakan karena adanya indikasi pemanfaatan yang tinggi
terjadi di luar kawasan dimana nilai total biomassa ikan di luar kawasan lebih rendah.
Gambar 16. Rerata biomassa (±SE) semua ikan (16 famili), ikan karnivora dan
herbivora di KKP Koon dan Neiden dan Perairan Sekitarnya
Herbivora
Karnivora
Gambar 17. Komposisi famili ikan karang di KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden dan
Perairan Sekitarnya
20
Tabel 2. Rerata biomassa semua jenis ikan (kg/ha)
Lokasi
Zona
Scarini
Siganidae
Labridae
Caesionidae
Carangidae
Dasyatidae
Haemulidae
Lethrinidae
Lutjanidae
Nemipteridae
Scombridae
Serranidae
Sphyraenidae
Carcharhinidae
Shyrnidae
Jenis Ikan Karnivora
Acanthuridae
Jenis Ikan Herbivora
KOE0110
Dalam KKP
375.80
93.75
0.00
0.00
175.60
7.23
0.00
1484.24
3.34
663.18
0.16
9.49
45.19
104.35
0.00
0
KOE0210
Dalam KKP
421.83
52.59
0.00
0.00
1554.54
3910.54
0.00
0.00
24.97
1416.86
0.00
0.00
22.18
0.00
0.00
0
KOE0310
Dalam KKP
322.60
129.95
0.00
0.00
63.32
0.00
0.00
42.76
0.00
176.95
40.12
0.00
31.57
0.00
0.00
0
KOE0410
Luar KKP
72.86
109.40
12.09
9.21
0.00
0.00
0.00
9.31
0.00
2.84
1.19
0.00
12.94
0.00
0.00
0
KOE0510
Dalam KKP
65.03
28.87
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
43.63
66.43
38.91
8.52
0.00
7.74
0.00
0.00
0
KOE0610
Dalam KKP
85.27
8.63
2.68
0.00
953.26
0.00
0.00
0.00
0.00
10.55
18.17
0.00
37.05
0.00
0.00
0
KOE0710
Dalam KKP
155.02
105.95
20.47
9.26
723.86
8.50
0.00
22.35
7.54
194.14
0.00
0.00
57.87
0.00
0.00
0
KOE0810
Dalam KKP
85.73
33.93
0.77
0.00
0.00
0.00
0.00
8.27
0.00
0.00
0.29
0.00
1.05
0.00
0.00
0
KOE0910
Dalam KKP
268.11
32.91
12.48
0.00
115.61
0.00
0.00
0.00
4.53
40.36
11.97
0.00
21.27
0.00
0.00
0
KOE1010
Dalam KKP
19.99
46.47
0.00
0.00
100.16
0.00
36.25
0.00
99.45
342.15
6.90
0.00
4.34
0.00
0.00
0
KOE1110
Luar KKP
2.80
18.13
5.44
2.97
22.33
2.81
0.00
12.59
0.00
39.04
3.62
0.00
24.80
0.00
0.00
0
KOE1410
Dalam KKP
130.68
59.22
3.39
5.80
237.61
14.45
0.00
24.74
0.00
142.50
0.00
20.51
99.50
0.00
0.00
0
KOE1510
Dalam KKP
59.01
323.83
6.37
6.22
353.34
0.00
0.00
56.32
37.96
148.82
0.00
0.00
83.62
0.00
0.00
0
KOE1610
Luar KKP
27.14
26.99
0.51
0.00
121.03
0.00
55.15
8.81
54.21
48.04
9.58
0.00
10.79
0.00
0.00
0
KOE1710
Luar KKP
25.94
182.61
24.77
12.92
48.06
0.00
0.00
0.00
0.00
13.99
0.00
0.00
19.25
0.00
0.00
0
KOE1810
Luar KKP
45.96
100.51
0.77
0.00
126.75
1.17
0.00
54.75
0.00
65.19
0.89
0.00
26.44
0.00
0.00
0
KOE2010
Luar KKP
212.28
10.96
0.00
0.00
72.62
0.00
0.00
6.26
0.36
11.80
12.69
0.00
2.02
0.00
0.00
0
KOE2110
Luar KKP
221.99
506.18
6.64
6.87
17.39
0.00
0.00
1.74
0.00
1694.17
0.00
0.00
7.80
0.00
0.00
0
KOE2310
Luar KKP
49.59
14.46
1.55
0.00
104.57
0.00
0.00
12.23
18.45
50.00
0.00
0.00
49.60
0.00
0.00
0
KOE2410
Luar KKP
41.17
211.10
3.44
10.91
96.42
0.00
0.00
99.66
264.95
216.21
1.66
0.00
76.94
0.00
0.00
0
21
Gambar 18. Rata-rata biomassa (±SE) ikan karnivora di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya
Dilihat dari famili, Caesionidae di dalam KKP Pulau Koon memiliki biomassa tertinggi
yaitu 389 ± 148 kg/ha, sedangkan diluar kawasan hanya 68 ± 16 kg/ha. Famili
biomassa terendah yang berada di dalam kawasan yaitu Scombridae dan Dasyatidae
yaitu hanya 3 ± 3 kg/ha. Selanjutnya, beberapa famili hanya ditemukan di dalam KKP
Pulau Koon seperti Carangidae, Sphyraenidae dan Scombridae. Rerata biomassa
Carangidae di dalam KKP Pulau Koon 358 ± 355 kg/ha, Sphyraenidae 9 + 9 kg/ha,
dan Scombridae 3 ± 2 kg/ha. Famili Lutjanidae atau kakap memiliki biomassa tertinggi
di luar KKP Pulau Koon yaitu 238 ± 183 kg/ha, namun untuk di dalam kawasan
biomassa ikan kakap lebih tinggi dibandingkan dengan luar kawasan yaitu 289 ± 127
kg/ha. Sedangkan famili Letrinidae (ikan lencam) di luar KKP memiliki biomassa lebih
tinggi yaitu 38 ± 34 kg/ha dibandingkan dengan di dalam kawasan 22 ± 10 kg/ha.
Rendahnya biomassa ikan lencam di dalam KKP merupakan variabilitas alam yang
23
terjadi dan tidak menunjukan bukti yang kuat telah terjadinya pemanfaatan yang lebih
tinggi di dalam kawasan pada famili ini.
Ikan herbivora Famili Acanthuridae dan Scaridae memiliki biomassa tertinggi
dibandingkan dengan Siganidae dan Labridae (Gambar 19). Tingginya biomassa ikan
herbivora baik di dalam dan luar kawasan memberikan keuntungan untuk pemulihan
ekosistem terumbu karang pasca menerima tekanan. Dua Famili dari ikan herbivora
seperti Famili Acanthuridae (terkecuali genera Naso) dan Sidanidae termasuk dalam
grazer/detritivores yang biasa mengkonsumsi turf algae. Dimana fungsinya untuk
membatasi pertumbuhan truf algae epiliptik dan makro alga sehingga membantu dan
mencegah dominasi alga di ekosistem terumbu karang (Paddock et al 2006, Hughes
et al 2007).
Gambar 19. Rata-rata biomassa (±SE) ikan herbivora di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya
Acanthuridae menjadi famili yang mendominiasi pada ikan herbivora dalam kelompok
grazer/detritivores yang berada di dalam KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden yaitu
24
dengan nilai biomassa 181 ± 43 kg/ha sedangkan di luar kawasan hanya 78 ± 27
kg/ha. Sedangkan untuk famili Siganidae memiliki biomassa di luar kawasan 6 ± 3
kg/ha dan 4 ± 2 kg/ha di dalam KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden.
Famili Scaridae memiliki biomassa tertinggi di luar KKP yaitu 131 ± 53 kg/ha,
sedangkan di dalam kawasan 83 ± 26 kg/ha. Berdasarkan kebiasaan makan, jenis
makanan dan dampak yang dihasilkan dari jenis ikan herbivora, famili Scaridae masuk
kelompok scarpers/small excavator yaitu memakan truft algae yang juga
menghilangkan substrat ketika sedang makan. Famili Scaridae (ikan kaka tua) tidak
termasuk dalam ikan target, namun saat pemantauan di lapangan ikan kaka tua sudah
menjadi target dari nelayan Pulau Grogos, karena ada pengumpul yang membeli ikan
ini. Rendahnya biomassa ikan kakatua di dalam kawasan terindikasi akibat adanya
pemanfaatan yang berlebih oleh nelayan.
Gambar 20. Rerata biomassa 6 famili ikan karang, famili Ikan Fungsional (3 famili),
dan famili Ikan Ekonomis Penting (3 famili) di dalam dan luar KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden
Hasil analisa 6 famili ikan karang menunjukkan rata-rata biomassa di dalam KKP
sebesar 747 + 242 kg/ha dan di luar KKP sebesar 501 + 248 kg/ha. Rerata biomassa
Ikan Ekonomis Penting lebih tinggi dibandingkan Ikan Fungsional di kedua lokasi
pengamatan. Rerata biomassa Ikan Fungsional dan Ikan Ekonomis Penting di dalam
KKP berturut-turut adalah 268 + 49 kg/ha dan 479 + 209 kg/ha; sedangkan di luar
25
KKP berturut-turut adalah 215 + 71 kg/ha dan 286 + 181 kg/ha (Gambar 20). Rerata
biomassa Ikan Fungsional berkisar antara 26 – 735 kg/ha (Gambar 21), sedangkan
rerata biomassa Ikan Ekonomis Penting berkisar antara 9 – 2193 kg/ha (Gambar 22)
di seluruh lokasi pengamatan.
Gambar 21. Rerata biomassa (+SE) famili fungsional di KKP Pulau Koon dan Pulau
Neiden dan Perairan Sekitarnya
Gambar 22. Rerata biomassa (+SE) famili perikanan kuncil di KKP Pulau Koon dan
Pulau Neiden dan Perairan Sekitarnya
26
3.3.3. Fish Spawning Aggregation
Berdasarkan pemantauan pada tanggal 22-23 April 2016 di KOE02, berhasil
ditemukan 16 spesies ikan besar dan 23 spesies ikan kecil. Spesies ikan besar yang
ditemukan meliputi: Acanthurus fowleri, Acanthurus mata, Bolbometopon muricatum,
Caranx ignobilis, Caranx melampygus, Caranx sexfasciatus, Cephalopholis polyspila,
Lethrinus microdon, Lutjanus bohar, Lutjanus fulviflamma, Macolor macularis, Macolor
niger, Naso hexacanthus, Naso flamingii, Plectorinchus chaetodonoides, dan
Sphyraena barracuda.
Ikan besar dengan kelimpahan tertinggi adalah Caranx melampigus dengan
kelimpahan 2120 individu/ha. Ikan tersebut juga memiliki biomassa tertinggi, yaitu
14,419 kg/ha. Ikan besar dengan kelimpahan dan biomassa terendah adalah
Plectorinchus chaetodonoides dengan kelimpahan sebesar 10 individu/ha dan
biomassa 0,289 kg/ha. Dari semua perilaku ikan besar yang diamati, tercatat hampir
semua spesies melakukan Grouping dan Courtship. Hanya Caranx ignobilis, Lutjanus
bohar, Lutjanus fulviflamma dan Sphyraena barracuda yang tidak melakukannya.
Selain itu, tidak terlihat adanya perilaku Fighting dan Bite Wound. Perilaku Spawning
(memijah) berhasil diamati pada Caranx melampygus dan Macolor macularis, dengan
jumlah individu memijah yang diamati sebanyak 6 dan 5. Perilaku SPAG yang diamati
pada ikan besar dapat dilihat pada Tabel 3.
Spesies ikan kecil yang berhasil diamati adalah sebanyak 23 spesies, yaitu: Aprion
virescens, Bolbometopon muricatum, Caranx ignobilis, Caranx melampygus, Caranx
sexfasciatus, Cephalopholis miniata, Cheilinus undulates, Kyphosus bigibbus,
Lethrinus microdon, Lutjanus bohar, Lutjanus fulviflamma, Macolor macularis, Macolor
niger, Naso brachycentron, Naso brevirostris, Naso caeruleacaudus, Naso
hexacanthus, Platax teira, Plectorhinchus albovittatus, Plectorhinchus lessonii,
Sphyraena barracuda, Sphyraena jello, dan Trachinotus blochi. Hampir serupa
dengan perilaku pada ikan besar, sebagian besar spesies ikan kecil menunjukkan
perilaku Grouping akan tetapi perilaku lainnya berbeda-beda antar spesies.
Perbedaan lain dengan ikan besar, berhasil diamati adanya perilaku Fighting dan Bite
Wound. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan-ikan kecil tersebut dalam kondisi yang
lebih agresif. Dari semua individu yang diamati, ada seekor Caranx melampygus yang
27
sedang memijah (Spawning). Tidak ada individu lain yang diamati yang memijah yang
berhasil di amati, walaupun terdapat 7 individu dari berbagai spesies yang melakukan
Courtship.
Penemuan individu-individu yang sedang memijah pada ikan besar dan ikan kecil,
menunjukkan bahwa lokasi Pasar Ikan dapat menjadi lokasi SPAG. Hal tersebut juga
diperkuat dengan perilaku Grouping yang dilakukan oleh hamper seluruh individu
yang diamati. Oleh sebab itu, kawasan tersebut perlu dipantau terus sebagai lokasi
potensial SPAG.
Tabel 3. Perilaku ikan besar pada lokasi SPAG yang berhasil diamati
Spesies
Acanthurus fowleri
Grouping
Fighting
Coloroing
Bite
Wound
Agression
Gravid
2
Acanthurus mata
3
Bolbometopon muricatum
83
1
Courtship
Spawning
34
Caranx sexfasciatus
84
Cephalopholis polyspila
2
Lethrinus microdon
7
10
20
7
2
Lutjanus bohar
0.03926
2
0.04507
15
2
0.32729
110
1.98925
575
14.41962
2120
6
3.73441
420
2
0.01430
10
0.06681
35
0.60366
175
16
6
2
Lutjanus fulviflamm
Macolor Macularis
15
20
Kelimpahan
4
Caranx ignobilis
Caranx melampygus
Biomassa
10
20
5
20
1.03156
250
5.37575
1225
3.69750
1500
Macolor niger
300
Naso hexacanthus
97
6
1.49278
485
Naso vlamingii
10
2
0.42816
50
Plectorinchus chaetodonoides
2
2
0.02893
10
0.64032
350
Sphyraena barracuda
4. KESIMPULAN
1. KKP Pulau Koon dan Pulau Neiden didominasi oleh tipe tebing sedangkan di luar
KKP di dominasi oleh tipe datar, lereng, dan tebing dengan jumlah yang seimbang.
Pada area pengamatan baik di dalam maupun di luar KKP, hanya ditemukan tipe
terumpu karang tepi (fringing reef);
2. Tutupan karang keras di dalam maupun di luar KKP masuk dalam kategori sedang,
yaitu berturut-turut 33% dan 30%, namun variasi yang tinggi terjadi di luar KKP.
28
3. Rata-rata persentase pecahan karang cukup tinggi ditemukan di KOE2110, yaitu
sebesar 47%, yang mengindikasikan masih adanya praktek-praktek penangkapan
ikan yang merusak
4. Rerata kelimpahan 16 famili ikan target pengamatan berkisar antara 546 – 11.406
ind/ha. Rerata kelimpahan di didalam KKP sebesar 4299 + 840 ind/ha, sedangkan
di luar KKP sebesar 2424 + 416 ind/ha. Kelimpahan ikan tertinggi ditemukan pada
KOE0610. Suku Caesionidae mendominiasi di seluruh area pengamatan yaitu
3.046 ind/ha. Rerata kelimpahan 6 famili ikan karang di dalam KKP dan di luar
KKP berturut-turut adalah 1042 + 109 individu/ha dan 952 + 157 individu/ha.
Rerata kelimpahan Ikan Fungsional lebih tinggi dibandingkan dengan Ikan
Ekonomis Penting di kedua lokasi pengamatan.
5. Rerata biomassa 16 famili ikan target di dalam KKP dan di luar KKP, yaitu berturutturut 1542 + 629 kg/ha dan 621 + 245 kg/ha. Sama dengan kelimpahan, suku
Caesionidae memiliki nilai biomassa tertinggi, yaitu 389 + 148 kg/ha. Rerata
biomassa 6 famili ikan karang sebesar 747 + 242 kg/ha di dalam KKP dan 501 +
248 kg/ha di luar KKP. Rerata biomassa Ikan Ekonomis Penting lebih tinggi
dibandingkan dengan Ikan Fungsional baik di dalam maupun di luar KKP.
6. Kegiatan Grouping dan Courtship ditemukaan pada hampir semua spesies pada
saat Survei Pemijahan Ikan (Fish Spawning Aggregation) (16 spesies ikan besar
dan 23 spesies ikan kecil), namun perilaku Fighting dan Bite Wound hanya
ditemukan pada spesies ikan kecil. Perilaku memijah (Spawning) hanya ditemukan
pada Caranx melampygus (6 individu) dan Macolor macularis (5 individu).
5. REKOMENDASI PENGELOLAAN
Perlu diambil langkah untuk menstabilkan substrat khususnya bagi substrat pecahan
karang yang cukup tinggi, sebagai berigkut:
•
Pengetatan dan peningkatan pengawasan untuk memastikan tidak adanya
penangkapan ikan di dalam kawasan konservasi yang tidak sesuai dengan
peruntukannya,
•
Memastikan
penghentian
aktifitas
penggunaan
bom/peledak
dalam
pemanfaatan perikanan dengan meningkatkan patroli dan menegakkan
peraturan
29
6. DAFTAR PUSTAKA
Aktani, U. 2003. Fish Communities as related to substrate characteristics in the coral
reefs in Kepulauan Seribu Marine National Park, Indonesia, five years after
stopping blast fishing practices. Disertasi. University of Bremen.Germany.
Allen, G. R. & R. Steene. 1998. Indo-Pacific coral reef field guide. Sea Challengers,
Danville: 378 hlm.
Cleary, D. F. R., Suharsono, & B. W. Hoeksema. 2006. Coral diversity across a
disturbance gradient in the Pulau Seribu reef complex of Jakarta, Indonesia.
Biodiversity and Conservation.
English, S., C. Wilkinson & V. Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine
Resources (2nd edition). Australian Institute for Marine Science, Townsville
Froese,R.& D. Pauly. (eds). 2010. FishBase. World Wide Web electronic publication.
www.fishbase.org, version (07/2010).
Hill, J. & C. Wilkinson. 2004. Methods for ecological monitoring of coral reefs: A
resource for managers. Australian Institute of Marine Science and Reef
Check, Australia.
Kuiter, R. H.& T. Tonozuka. 2003. Pictorial guide to: Indonesian reef fishes. Part 2.
PT. Dive & Dive’s. Denpasar, Bali.
Lieske, E.& R. Myers. 1994. Reef fishes of the world. Reprinted 1997. Periplus
Editions Ltd. Hongkong.
Luiz O. J. jr. A. Carvalho-Filho. C. E. L. Ferreira, S. R. Floeter, J. L.Gasparini, & I.
Sazima. 2008. The reef fish assemblage of the Laje de Santos Marine State
Park, Southwestern Atlantic: annotated checklist with comments on
abundance, distribution, trophic structure, symbiotic associations, and
conservation. Zootaxa1807: 1–25
Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurements. Princeton
University Press, Princeton: x + 179 hlm.
Nanami, A., M. Nishihira, T. Suzuki, & H. Yokochi. 2005. Species-specific habitat
distribution of coral reef fish assemblages in relation to habitat characteristics
in an Okinawan coral reef. Environmental Biology of Fishes 72: 55–65
Randall, J.E, G. R. Allen, &R. C. Steene. 1997. Fish of The Great Barrier Reef and
Coral Sea. Periplus Edition (HK) Ltd. Hongkong
Tomascik T., Mah A. J., Nontji A, Moosa M. K., 1997. The Ecology Of Indonesian
Seas. Perplus Editions, 1387 p.
30
31
Download