SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Pertemuan Informal Para Menteri Perdagangan di Paris: Mendorong Proses Negosiasi Menuju KTM WTO ke-9 di Bali Jakarta, 31 Mei 2013 - Semua negara yang hadir dalam pertemuan informal para Menteri Perdagangan di Paris, Perancis, kemarin (30/5) menunjukkan keseriusannya untuk bekerja keras guna menghasilkan deliverables yang dapat diterima semua negara anggota. Fokus saat ini tetap pada tiga elemen deliverables, yakni Trade Facilitation, beberapa isu dari perundingan sektor pertanian, serta isu pembangunan termasuk kepentingan khusus negara-negara kurang berkembang (LDCs). Hal ini diungkapkan oleh Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, sekaligus Ketua Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-9, usai menghadiri pertemuan informal para Menteri Perdagangan, di Paris, Perancis. Pertemuan yang terlaksana atas undangan Menteri Perdagangan Australia, Craig Emerson ini dihadiri oleh 31 pejabat setingkat menteri atau yang mewakilinya untuk saling bertukar pikiran. Pertemuan yang berlangsung di sela-sela pertemuan para Menteri anggota OECD dimaksudkan sebagai “stock-taking” mengenai kemajuan maupun hambatan perundingan yang berlangsung di Jenewa sejak para Pejabat Senior dari lebih dari 22 negara anggota WTO melakukan pertemuan di Jenewa pada 30 April 2013 lalu guna memecahkan sejumlah titik kebuntuan perundingan. Menurut Mendag, para Menteri yang hadir pada pertemuan tersebut sepakat bahwa sejauh ini kemajuan perundingan di Jenewa belum sesuai dengan harapan. Permasalahan utama terletak pada perundingan mengenai Trade Facilitation serta usulan G33 untuk memperbaiki Perjanjian Bidang Pertanian khususnya terkait dengan subsidi pemerintah untuk menunjang petani dan golongan miskin di negara-negara berkembang. “Dengan perubahan yang terjadi sejak Perjanjian Bidang Pertanian disepakati pada tahun 1994, ada sejumlah provisi dalam Perjanjian dimaksud yang perlu diperbaiki, khususnya untuk menjamin ketersediaan pangan di negara-negara berkembang, serta upaya untuk membantu petani miskin maupun pengembangan pertanian di daerah-daerah sulit. India, misalnya, perlu mengamankan ketersediaan pangan bagi 1,2 miliar penduduknya sekaligus mengatasi masalah kemiskinan di pedesaan dan perubahan cuaca global yang mengubah pola produksi pertanian. Kita tentunya merangkul aspirasi seperti ini,” tambah Mendag. Saat ini pembahasan di bidang Trade Facilitation masih berkisar pada keseimbangan komitmen antara hal-hal yang harus dilakukan negara berkembang dan hal-hal yang harus diberikan oleh negara maju. Sementara itu, pembahasan atas proposal G33 masih diliputi kekhawatiran negaranegara maju bahwa hasil dari pembelian produk pertanian tertentu (stock-pilling) oleh pemerintah akan merembes ke pasar ekspor sehingga mengganggu harga di pasar internasional. Pada pertemuan tersebut, para Menteri juga sepakat untuk lebih bersikap fleksibel agar kesepakatan dapat tercapai pada saat KTM ke-9 di Bali nanti. "Perundingan di Jenewa diharapkan dapat berjalan secara horizontal, dalam pengertian semua tema runding dibahas dan diselesaikan secara paralel dan tidak saling menghambat," tegas Mendag Mendag Gita menggarisbawahi bahwa pertemuan di Bali harus menghasilkan paket yang kredibel bagi semua anggota WTO sebagai batu loncatan demi penyelesaian Agenda Perundingan Doha lainnya. “Penting bagi semua anggota WTO untuk melihat KTM Bali sebagai upaya untuk menumbuhkan kembali kepercayaan terhadap kelembagaan WTO dan terhadap sistem perdagangan multilateral yang diaturnya. Bila KTM Bali dapat menghasilkan deliverables seperti yang diharapkan, maka Indonesia bersama negara berkembang lainnya dapat melanjutkan perjuangan untuk membuat perjanjian-perjanjian di WTO lebih akomodatif terhadap kepentingan negara berkembang,” imbuh Menteri Perdagangan. Pertemuan informal di Paris ini menumbuhkan harapan bahwa perundingan di Jenewa akan dapat bergulir lebih cepat. Indonesia, sebagai Ketua KTM WTO ke-9, akan terus memantau perkembangan perundingan di Jenewa. Diharapkan pada bulan Juli atau Agustus nanti akan tercapai suatu kemajuan. Meskipun Indonesia dan sejumlah negara anggota selalu menekankan agar proses perundingan di Jenewa tidak “diikat” oleh kerangka waktu yang justru dapat bersifat kontra-produktif karena masih cukup waktu tersedia antara liburan musim panas bulan Agustus-Oktober atau awal November, sebelum dimulainya KTM WTO ke-9 di Nusa Dua, Bali pada 3-6 Desember 2013. --selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Arlinda Imbang Jaya Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711 Email: [email protected] Djunari Inggit Waskito Direktur Kerja Sama Multilateral Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3840139/021-3847273 Email: [email protected]