setelah 12 tahun tidak banyak kemajuan yang dicapai DDA tersebut, sehingga kepercayaan terhadap kredibilitas WTO terasa menurun,’’ imbuh Wamendag. Bagi Indonesia, kepercayaan terhadap WTO yang menurun adalah sesuatu yang sangat tidak diharapkan. Wamendag menilai, apabila penurunan kepercayaan terhadap WTO tidak diatasi, suatu saat akan membawa negara-negara anggota, termasuk Indonesia, ke dalam kerumitan kegiatan perdagangan satu negara dengan negara lain tanpa pegangan umum (general agreement). ‘’Indonesia berkepentingan mendorong kemajuan perundingan DDA, khususnya sektor pertanian dan implementasi “special and differential treatment”, yakni perlakuan khusus dan berbeda dikaitkan dengan kesejahteraan petani dan perlindungan konsumen,’’ ujarnya. Manfaat Kerjasama Perdagangan Melalui sistem multilateral dengan prinsip non-diskriminasi, WTO berusaha mengurangi berbagai hambatan perdagangan serta mendorong Negaranegara anggota untuk melakuk an perdagangan dengan cara yang adil (fair). ‘’WTO juga mempunyai instrumen hukum yang cukup efektif berupa fasilitas ‘dispute settlement’, untuk menjembatani perbedaan kepentingan antar negara yang berdagang,’’ kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi. Sebagai anggota yang sekaligus menjadi tuan rumah, perhelatan ini mempunyai makna yang sangat penting. Wamendag mengungkapkan, bagi Indonesia pertemuan ini sangat penting karena kita ingin ada aturan perdagangan dunia yang dapat memfasilitasi kepentingankepentingan Indonesia seperti perlindungan terhadap petani dan pembangunan pedesaan, kelancaran arus barang, dan perdagangan yang mendukung penanggulangan kemiskinan. ‘’Dan sebagai tuan rumah Indonesia berkesempatan lebih besar membawakan pemikiran terkait hal tersebut di WTO,’’ kata Bayu. M e n u r u t Wa m e n d a g , kepentingan-kepentingantersebut sudah termasuk dalam kesepakatan pertemuan para menteri pada pertemuan WTO di Doha tahun 2001, yang dikenal dengan Doha Development Agenda (DDA). ‘’Sayangnya sampai saat ini, Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan Indonesia ‘’Oleh sebab itu, misi utama pertemuan MC 9 di Bali adalah membangun kembali kepercayaan terhadap WTO dengan cara menghasilkan kesepakatan ‘small but credible package of deliverables’ untuk mengatasi kebuntuan Perundingan Putaran Doha’’, lanjut Wamendag. Wamendag meyakini bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah yang baik. Sebab, menurutnya, di samping akan mendapat manfaat dari datangnya wisatawan ke Bali, yang diperkirakan mencapai 7.000 - 10.000 orang, konferensi ini diharapkan juga untuk mampu menghasilkan kesepakatan Bali yang akan memperkuat sistem perdagangan dunia. Target Paket Bali Indonesia menargetkan hasil berupa Paket Bali pada penyelenggaraan KTM ke-9 WTO untuk memecahkan kebuntuan Putaran Doha yang terhenti sejak 2001. ‘’Target pencapaian dalam konferensi itu adalah Paket Bali yang memiliki tiga elemen seperti fasilitasi perdagangan, pertanian, dan isu pembangunan yang merupakan kepentingan negara-negara baru berkembang (LDCs),’’kata Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo. Iman mengatakan, apabila Paket Bali tersebut bisa berhasil dimasukkan pada konferensi yang diselenggarakan di Bali tersebut, dapat menyeimbangkan kepentingan anggota-anggota WTO yang mengalami kebuntuan pada Putaran Doha sejak 2001, dan paket tersebut merupakan langkah yang diambil Indonesia menyusul tidak tuntasnya perundingan 19 isu dalam Putaran Doha yang berlangsung sejak 2001 silam. ‘’Upaya perundingan Doha sampai sek arang tidak berhasil, buntu. Hal ini mendorong Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT WTO dengan target pencapaian adalah Paket Bali,’’ kata Iman. Saat ini, lanjut Iman, banyak pemangku kepentingan yang memper tanyak an keuntungan bergabung d a l a m W TO. A p a b i l a nantinya Paket Bali tersebut disetujui, diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan negara-negara anggota WTO yang selama ini telah mengalami penurunan. ‘’Jika Paket Bali ‘goal’, ini keberhasilan, sehingga kepercayaan terhadap WTO akan kembali tumbuh,’’ ujar Iman.n adv juga diharapkan mampu membuahkan Paket Bali yang mencakup beberapa elemen perundingan bidang pertanian, fasilitasi perdagangan, dan isu-isu pembangunan termasuk kepentingan negara-negara baru berkembang (least developed countries). W TO m e r u p a k a n o r g a n i s a s i internasional di mana negara-negara yang tergabung sebagai anggota telah menyepakati sejumlah tata aturan bersama dalam melaksanakan perdagangan dunia. Melalui sistem multilateral dengan prinsip non-diskriminasi tersebut, WTO telah berusaha untuk mengurangi berbagai hambatan perdagangan serta mendorong negara-negara anggota untuk melakukan perdagangan dengan cara yang adil. Selain itu, WTO mempunyai instrumen hukum yang cukup efektif berupa fasilitas ‘dispute settlement’. 4 DESEMBER 2013 GATRA Mendag 2004 .indd 3 11/27/13 12:21:55 AM