KEKERABATAN BAHASA WAWONII DENGAN BAHASA MENUI (LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS) SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Bahasa dan Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo OLEH JOFI IRFAN C1C1 12 035 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016 i ii iii iv v vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... ABSTRAK................................................................................................................ i ii iii iv v vi vii viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................... 1.3.1 Tujuan Penelitian................................................................................. 1.3.2 Manfaat Penelitian............................................................................... 1.4 Batasan Operasional.................................................................................... 1 4 5 5 5 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahasa........................................................................................ 2.2 Linguistik Bandingan Historis .................................................................... 2.3 Kekerabatan Bahasa ................................................................................... 2.4 Leksikostatistik............................................................................................ 2.4.1 Mengumpulkan Kosakata Dasar.......................................................... 2.4.2 Menghitung Kata Kerabat.................................................................... 2.4.3 Menghitung Waktu Pisah..................................................................... 2.4.4Menghitung Jangka Kesalahan.............................................................. 2.5 Klasifikasi Bahasa........................................................................................ 7 8 9 10 10 11 16 17 18 BABIII METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian......................................................................... 3.1.1 Metode Penelitian................................................................................. 3.1.2 Jenis Penelitian.................................................................................... 3.2 Data dan Sumber Data................................................................................ 3.2.1 Data..................................................................................................... 3.2.2 Sumber Data........................................................................................ 3.3 Instrumen Penelitian..................................................................................... 3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................... 20 20 20 21 21 21 21 24 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemilihan Kata Kerabat .............................................................................. 4.2 Penetapan Kata Kerabat............................................................................... 4.2.1 Pasangan Identik................................................................................ 4.2.2 Pasangan Berkorespondensi Fonemis ............................................... 28 37 46 53 v 4.2.3 Kemiripan Secara Fonetis................................................................... 4.2.4 Satu Fonem Berbeda........................................................................... 4.3 Tingkat Presentase Kata Kerabat................................................................ 4.4 Menghitung Waktu Pisah............................................................................ 4.5 Menghitung Jangka Kesalahan................................................................... 4.6 Menghitung Waktu Pisah Baru .................................................................. 53 54 55 56 57 58 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 5.2 Saran .......................................................................................................... 61 62 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 63 vi DAFTAR TABEL Tabel 1. Klasifikasi Bahasa .................................................................................. 19 Tabel 2. Daftar 200 Kosakata menurut Morris Swadesh ................................. 22 Tabel 3. Daftar Perbandingan Kosakata BW dan BM ..................................... 28 Tabel 4. Kata Kerabat BW dan BM ................................................................... 38 Tabel 5. Pasangan Identik ................................................................................... 46 Tabel 6. Satu Fonem Berbeda ............................................................................. 54 Tabel 7. Bagan Kekerabatan Bahasa ................................................................. 60 vi ABSTRAK Judul penelitian ini “Kekerabatan Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui (Kajian Linguistik Bandingan Historis)”. Dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan diantaranya mempermasalahkan Bagaimana hubungan kekerabatan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui dan juga waktu pisah antara kedua bahasa tersebut. Data dalam penelitian ini menggunakan daftar 200 kosakata menurut Morris Swadesh yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa daerah untuk dilakukan perbandingan. Hasil penelitian ini, dari 200 kosakata yang diperbandingkan, terdapat 173 kosakata yang berkerabat, yaitu 151 pasangan identik dan 22 pasangan yang satu fonemnya berbeda. Sedangkan waktu pisah antara kedua bahasa berkisar antara 552-522 tahun atau antara 1464-1494 M. Dihitung dari waktu sekarang. Berdasarkan persentase kata kerabat dan waktu pisah kedua bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui termasuk dalam klasifikasi bahasa atau berdialek karena persentase dari kedua bahasa tersebut mencapai angka 86,5%. vii 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku/etnik yang terpatri di seluruh wilayah nusantara, baik dari Sabang maupun sampai Merauke. Tiap suku/etnik yang berada di wilayah nusantara ini telah memiliki bahasa daerah tersendiri, sehingga masing-masing daerah memiliki keanekaragaman bahasa sebagai salah satu ciri kemajemukan masyarakat Indonesia. Keadaan itu tentunya menunjukan suatu keadaan atau kondisi yang akan bebeda di tiap masyarakatnya. Berkaitan dengan perjalanan waktu, terlebih lagi penyebaran dan penguasaan bahasa nasional dalam hal ini bahasa Indonesia akan sangat dominan sehingga keberadaan bahasa daerah akan tergolong kecil. Akan tetapi, walaupun demikian, bahasa daerah diharapkan tetap memiliki kekuatan hidup dan berkembang, baik untuk menunjang pertumbuhan dan perekembangan bahasa nasional maupun perkembangannya sendiri. Terlepas dari situasi dan kondisi objektif setiap bahasa daerah yang ada di wilayah Nusantara ini, semua bahasa dijamin keberadaan dan kehidupannya oleh Undang-Undang Dasar 1945, terutama bahasa-bahasa yang tetap dipelihara oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dari jaminan konstitusionalnya ialah bahasa-bahasa daerah di wilayah Nusantara perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan sehingga menunjang pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia (Depdikbud, 1994: 2) 1 2 Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena harus berkomunikasi dan berinteraksi dalam kelompok sosialnya. Dengan bahasa pula, manusia dapat menjalin hubungan silaturrahim dalam masyarakat itu sendiri. Karena konsepsi dasarnya ialah keterhubungannya secara personal ataupun antarpersonal sehingga menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi. Inilah dasar utama sehingga bahasa menduduki atau selalu ditempatkan pada peringkat pertama dalam urusan kemasyarakatan, karena selain ia telah menjadi bagian dari unsur budaya, bahasa juga menunjukan keuniversalannya karena berlaku pada setiap suku bangsa. Terutama untuk memberikan atau mendeskripsikan suatu bahasa menurut tataran-tatarannya, sejarah perkembangannya, dan membandingkan bahasa yang satu dan bahasa yang lain (Pateda, 1998). Dalam kedudukannya sebagai bahasa di daerah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, bahasa Wawonii dan bahasa Menui merupakan salah satu bahasa daerah yang tetap hidup dan dilestarikan oleh masyarakat pemiliknya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat seperti saat ini dan semakin tingginya keinginan untuk menempuh pendidikan dan mencari pekerjaan di kota-kota besar, tentunya akan mempengaruhi pemakaian bahasa daerahnya, sehingga minat untuk menggunakan bahasa daerah akan menjadi kurang. Bukan tidak mungkin jika dengan terjadinya percampuran atau perpindahan tempat seperti halnya dari desa ke kota akan menyebabkan bahasa lambat laun menjadi hilang. Menurut Abas (dalam La Ino, 2015: 27) seorang sosiolinguist memprediksikan bahwa bahasa-bahasa di Sulawesi khususnya di 3 Sulawesi Tenggara maupun Sulawesi Tengah akan mengalami kepunahan sekitar tahun 2035 mendatang. Prediksi ini didukung oleh suatu kenyataan pemakaian bahasa daerah pada masyarakat saat ini. Kajian mengenai bahasa dalam rangka untuk meningkatkan pengembangan bahasa daerah di sulawesi, khususnya sulawesi tenggara pernah dilakasanakan yaitu penelitian bahasa tentang kekerabatan bahasa Tolaki Dialek Konawe dengan Bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa yang diteliti oleh Nitra Simpa di tahun 2004, Deskripsi Fonem Bahasa di Sulawesi Tenggara, salah satunya membahas tentang studi pada bahasa Wawonii yaitu penelitian La Ino yang terbit ditahun 2015, serta kekerabatan bahasa Wolio dan bahasa Bajo yang diteliti oleh Sinta Lamauji di tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian relevan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian bahasa daerah dalam konteks objek penelitian dan hasil penelitian yang berbeda. Penulis cenderung melakukan penelitian tentang “Kekerabatan Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui”. Kekerabatan bahasa merupakan penelitian yang mempersoalkan bahasa dalam kurun waktu yang berbeda pula. Melalui penelitian kekerabatan bahasa Wawonii (BW) dan bahasa Menui (BM) dapat dilihat adanya kemiripan antara kedua bahasa tersebut. Contoh: Glos BW BM Awan Kundo Kundo Angin Pue Pue Malu Metangkoro Mokokohapa 4 Data di atas menunjukan adanya persamaan dan perbedaan yang cukup besar sebagai bahasa yang berada dalam wilayah geografis yang berdekatan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. indikator yang akan digunakan untuk melihat silsilah atau kekerabatan Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui adalah kosakata dasar yang dirumuskan oleh Morris Swadesh dengan pertimbangan bahwa daftar kosakata tersebut banyak dijadikan acuan untuk mempelajari kekerabatan bahasa-bahasa di dunia. Kosakata dasar Swadesh yang dijadikan acuan penelitian berjumlah 200 kosakata yang digunakan secara universal di dunia. Artinya, kosakata ini ada pada seluruh penduduk dunia dan kemungkinan tidak berubah dalam kurun waktu yang lama. Alasan lain penulis melakukan penelitian kekerabatan bahasa Wawonii dan bahasa Menui karena penulis belum mendapatkan adanya penelitian yang sama sampai saat ini, oleh karena itu penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi penelitian selanjutnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini, adalah: a. Bagaimanakah hubungan kekerabatan antara Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui? b. Berapa lamakah waktu pisah antara Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui? 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mendeskripsikan hubungan kekerabatan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui. b. Untuk mengetahui berapa lama waktu pisah antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang hubungan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui, sehingga kedua bahasa tersebut dapat dilestarikan dan berkembang dilingkungan penuturnya. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini sebagai salah satu upaya pelestarian dan pembinaan kebudayaan daerah dalam memperkaya perbendaharaan kebudayaan nasional indonesia. 3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya kekerabatan bahasa daerah. 1.4 Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan operasional yaitu: 6 1. Kekerabatan adalah hubungan dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber yang sama yang disebut bahasa purba. 2. Bahasa Wawonii adalah bahasa yang digunakan di kabupaten Konawe Kepuluan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyaraktnya. 3. Bahasa Menui adalah bahasa yang berasal dari suku menui yang digunakan sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat Kecamatan Menui Kepulauan Kabupaten Morowali. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahasa Bahasa dalam masyarakat dipahami sebagai sistem yang memiliki ciri kebermaknaan yang diungkapkan oleh masyarakat penuturnya sebagai alat komunikasi antara individu ataupun kelompok. Brown (dalam Taringan, 1989:4) menyebutkan empat prinsip dasar hakikat bahasa yakni, (1) bahasa adalah suatu sistem, (2) bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbolsimbol arbiter, (3) lambang-lambang tersebut bersifat lokal tetapi mungkin juga bersifat visual, (4) bahasa di pergunakan sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan sesama manusia. Dardjowidjojo (2005: 16) bahasa adalah sistem simbol lisan yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berdasarkan pada budaya yang mereka miliki bersama. Bahasa juga adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter yang dipergunakan para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi (kridalaksana dalam Konisi, 2011/2012: 10). 2.2 Linguistik Bandingan Historis Menurut Keraf (1996: 22-23) Linguistik Bandingan Historis adalah suatu cabang ilmu yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahanperubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Ia mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data dari suatu bahasa dari dua periode atau lebih itu diperbandingkan secara 7 8 cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa tersebut. Linguistik Bandingan Historis pertama-tama merupakan sebuah cabang ilmu bahasa yang membandingkan bahasa-bahasa yang tidak memiliki data-data tertulis, atau pula dapat dikatakan bahwa linguistik bandingan historis adalah suatu cabang ilmu bahasa yang lebih menekankan teknik dan pra-sejara bahasa. Adapun tujuan linguistik bandingan historis antara lain: a. Mempersoalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan mengenai unsur-unsur yang menunjukan kekerabatannya. b. Linguistik bandingan historis berusaha menemukan bahasa proto bahasa-bahasa modern. c. Mengadakan pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa. d. Liunguistik bandingan historis berusaha menemukan pusat-pusat penyebaran bahasa-bahasa proto (pusat penyebaran). 2.3 Kekerabatan Bahasa Istilah linguistik “kekerabatan” (genetik relationship) merupakan hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber bahasa induk yang sama, yang disebut bahasa purba (Kridaklasana, 2008: 116). Bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun yang sama tentulah akan terjadi kekerabatan. Akan tetapi tingkat kekerabatan bahasa yang berada dalam 9 satu rumpun ini kemungkinan tidaklah sama. Sejauh mana tingkat keeratan hubungan bahasa yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari kemiripan atau perbedaan bahasa-bahasa yang dibandingkan. Semakin mirip kedua bahasa, maka semakin erat hubungan kekerabatannya. Kekerabatan antara bahasa terjadi karena adanya fakta sejarah bahwa bahasa-bahasa tersebut berasal dari induk yang sama. Perubahan bahasa terjadi karena adanya imigrasi yang dilakukan sehingga dari induk yang sama menjadi renggang atau terputus sehingga menyebabkan perpecahan bahasa. Intensitas kekerabatan bahasa itu ditentukan oleh intentintas dan jangka waktu hubungan antara penutur bahasa yang bersangkutan. Sedangkan hubungan bahasa yang terputus dalam kurun waktu lama adalah pemicu sehingga menjadikan kekerabatan bahasa itu menjadi sedikit. Dari sudut pandang Linguistik bandingan historis menjadi persoalan kosakata yang diikut sertakan dalam perbandingan kekerabatan. Jika kata-kata itu menyangkut kata-kata budaya, maka kata-kata itu tidak bisa diikut sertakan dalam perbandingan linguistik bandingan historis kecuali kata-kata itu memiliki kata dasar yang sama (universal). 2.4 Leksikostatistik Leksikostatistik merupakan suatu teknik pengelompokan yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain (Keraf, 1996: 121). 10 Teknik leksikostatistik digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan kekerabatan suatu bahasa dengan bahasa-bahasa lainnya serta presentase kekerabatan dari bahasa kerabat. Teknik leksikostatistik bisa dipakai secara bergandengan, karena untuk menghitung usia bahasa dengan teknik grotokgronologi harus dipergunakan teknik leksikostatistik. Sebaliknya untuk mengadakan pengelompokan bahasa dengan metode leksikostatistik tersirat juga dengan masalah waktu, yang menjadikan landasan bagi pengelompokkan itu. 2.4.1 Mengumpulkan Kosakata Dasar Uraian yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang akan diteliti. Katakata yang dipergunakan dalam pengelompokan merupakan perbendaharaan kosakata dasar (basic vocabulary) yang dianggap menjadi syarat mati-hidupnya sebuah bahasa (Keraf, 1996: 114). Karena kata-kata itu dianggap sebagai warisan pertama dari bahasa proto. Kata-kata itu mengalami perubahan tetapi perubahan itu sangat lamban. Dengan menyusun sebuah daftar kosakata tersebut, penulis mengumpulkan data-data dari bahasa-bahasa yang akan di perbandingkan, dengan menggunakan prinsip-prinsip korespondensi fonemis dan memperhatikan pula perubahan-perubahan yang terjadi maka ditetapkan kata-kata daftar kosakata yang dianggap sebagai kerabat. Dengan menghitung jumlah kesamaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan dapat disusun kelompok-kelompok kerabat bahasa. Daftar kosakata itu adalah kosakata yang disusun oleh Morris Swadesh berisi 200 kata yang terdiri dari kata-kata non kultural, serta retensi kata dasarnya telah diuji 11 dalam bahasa-bahasa yang memiliki naska tertulis. Kata-kata itulah yang dipakai dalam menguji untuk menentukan bahasa-bahasa kerabat. 2.4.2 Menghitung Kata Kerabat Pada hakikatnya suatu bahasa induk dapat melahirkan beberapa macam atau cabang bahasa. Bahasa yang dilahirkan terpecah menjadi beberapa bahasa yang disebut dengan bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah itu ada yang disebut sebagai bahasa daerah kerabat jauh dan kerabat dekat. Dalam metode linguistik bandingan historis, suatu asumsi menyatakan untuk menemukan kata-kata kerabat yaitu, fonem proto bahasa yang sudah berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat akan mengalami perubahan secara linguistik terhadap lingkungan bahasa masing-masing. Oleh karena itu dalam penelitian ini kata-kata atau fonem-fonem dalam posisi relatif sama dibandingkan satu sama lain sehingga kosakata yang sama dapat dikatakan kerabat, sedangkan kosakata yang berbeda ditetapkan sebagai kata yang tidak berkerabat. Menurut Natria Simpa (2004: 20) untuk menentukan apakah kata itu pasangan kata dalam suatu bahasa yang diperbandingkan tersebut berkerabat atau tidak, dapat dilihat dari variasi fonemis (perubahan-perubahan yang terjadi dalam fonem-fonem yang membangun kata itu, yaitu keidentikan fonem, kemiripan, korespondensi fonem dan perbedaan satu fonem). Dari pernyataan diatas dikemukakan bahwa untuk penentuan kata-kata kerabat dapat dilakukan dengan cara membandingkan kosakata dasar kedua bahasa yang diteliti. Pernyataan ini di perkuat oleh Keraf (1996: 128-130). 12 Dua bahasa dikatakan kerabat apabila memenuhi salah satu ketentuan berikut: a. pasangan itu identik: artinya pasangan kata yang makna dan fonemnya sama betul, misalnya: Glos Sikka Lio Api api api Abu awu awu Ulat ule ule b. Pasangan itu berkorespondensi fonemis : artinya perubahan kedua bahasa itu terjadi timbal-balik dan teratur serta hanya berdistribusi dalam lingkungan artikulasi yang sama. Dalam hubungan ini okurensi fonemfonem yang menunjukan korespondensi itu dapat mengikut sertakan gejala-gejala kebahasaan yang disebut ko-okurensi. Misalnya : Glos Sikka Lio Satu ha esa Tetek uhu susu Kotor kumoy koley c. Pasangan fonetis yang mirip : artinya segmen-segmen yang membangun kata itu berada dalam lingkungan artikulasi yang sama (cara dan tepat artikulasi) Glos Sikka Lio Dalam dolan dalen Empat hutu sutu 13 Siapa hai sai d. Satu fonem yang berbeda : artinya segmen-segmen yang membangun kata itu terdapat satu fonem yang berbeda akibat pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Misalnya : Glos Sikka Lio Tanah taney tanay Empat hutu sutu Dari kedua pernyataan di atas dikemukakan bahwa penentuan kata kerabat dapat dilakukan dengan cara pengelompokan kata-kata yang identik, pasangan kata yang berfonetis mirip, pasangan kata yang berkorespondensi fonemis dan pasangan kata yang berbeda satu fonem. Bahasa-bahasa di dunia pada dasarnya terdapat beberapa kelompok dan masing-masing kelompok itu terdiri dari sub, setiap sub memiliki lagi beberapa anggota kelompok. Dalam kelompok-kelompok bahasa tertentu akan ditemukan kata-kata kerabat. Menurut Keraf (1996: 143) tidak ada satu bahasapun yang tidak memiliki variasi bahasa atau deverensial. Diantara variasi-variasi bahasa akan memperlihatkan pola-pola tertentu. Pola-pola itu dipengaruhi oleh pola-pola sosial yang bersifat kedaerahan atau geografi. Keraf juga menyatakan untuk membandingkan atau menerapkan kosakata kerabat dan bukan kerabat “fonem bahasa proto yang telah berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan berkembang terus secara konsisten masing bahasa (1996: 127). dalam lingkungan masing- 14 Keraf juga berpendapat (1996: 127-128) untuk menentukan kata berabat (cognase) dari bahasa-bahasa yang diselidiki, maka hendaknya diikuti prosedurprosedur berikut : 1. Glos yang tidak diperhitungkan Pertama-tama harus dikeluarkan gloss yang tidak di perhitungkan dalam penetapan kata kerabat atau non kerabat. Gloss yang tidak diperhitungkan itu adalah kata-kata kosong, yaitu gloss yang tidak ada katanya baik dalam salah satu bahasa maupun dalam kedua bahasa. Kedua, semua kata pinjaman entah dari bahasa-bahasa kerabat maupun dari bahasa-bahasa non-kerabat. Dalam hal ini lebih mudah untuk menetapkan pinjaman dari bahasa non kerabat daripada bahasa-bahasa kerabat. Ketiga, kata-kata jadian pada sebuah kata benda atau mengenai sebuah kata benda memperlihatkan bahwa kata itu bukan kata dasar. Keempat, bila dalam gloss ada dua kata dasar yang sama, yang satu merupakan kata dasar dan kata lain jadian dengan kata dasar yang sama, maka gloss untuk kata dasar yang di perhitungkan, sedangkan kata jadiannya tidak diperhitungkan. 2. Pengisolasian Morfem Terikat Bila dalam data-data yang telah dikumpulkan dalam morfem-morfem terikat, maka sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata kerabat atau non kerabat, semua morfem terikat itu harus diisolir terlebih dahulu. Dengan mengisolasi morfem tersebut, lebih mudahlah bagi kita untuk nmenetapkan apakah satu pasangan kata menunjukan kesamaan atau tidak. 15 3. Penetapan Kata Kerabat Bila dalam mengisolasi morfem terikat ternyata sebuah kata memiliki morfem dasar yang sama dengan sebuah kata untuk gloss lainnya, maka kata itu hanya diperhitungkan satu kali. Kata-kata yang sama dalam sebuah pasangan akan dinyatakan sebagai kata kerabat, sedangkan yang berbeda ditetapkan sebagai kata non-kerabat. Selanjutnya Keraf (1996: 128-129) juga menyatakan sebuah pasangan kata akan dinyatakan sebagai kata kerabat bila memenuhi salah satu ketentuan berikut: a) Pasangan Identik pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua morfemnya sama betul. b) Pasangan Korespondensi Fonemis Bila perubahan fonemis dari kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut dianggap berkerabat. Dalam hubungan ini okurensi fonem-fonem yang menunjukan korespondensi itu dapat mengikut sertakan gejala-gejala kebahasaan yang lain disebut ko-okurensi. c) Kemiripan Secara Fonetis bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kata dalam kedua bahasa itu mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan itu ternyata mengandung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat (bandingkan dengan macam-macam perubahan secara fonetis dan 16 morfemis dalam bahasa). Yang dimaksud dengan mirip secara fonetis adalah bahwa ciri-ciri fonetisnya harus cukup serupa sehingga dapat dianggap sebagai alofon. d) Satu Fonem Berbeda Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dari bahasa lain pengaruh lingkungan itu tidak mengubah fonemnya, maka pasangan itu dapat ditetapkan sebagai kerabat, asal segmennya cukup panjang. 2.4.3 Menghitung Waktu Pisah Perubahan suatu bahasa dari bahasa induk, terjadi dalam jangka waktu tertentu yang menimbulkan akumulasi perbedaan. Munculnya yang besar antara dua bahasa menjadi dasar penentuan tahun pisah kedua bahasa yang bersangkutan (Keraf, 1996: 130). Perubahan pada masa yang berkerabat dapat diteliti dangan menggunakan metode pengelompokan persentase kata kerabat, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: W = log. C 2 log. R Di mana W = waktu perpisahan dalam ribuan (millenium) tahun yang lalu R = retensi atau persentase konstan C = persentase kerabat Log = logaritma dari 17 2.4.4 Menghitung Jangka Kesalahan Cara yang biasa dipergunakan untuk menghindari kesalahan dalam statistik adalah memberikan sebuah perkiraan suatu hal terjadi bukan dalam waktu tertentu, tetapi dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam waktu terjadi akumulasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa itu, yang sekian hari bertambah besar, sehingga perlahan-lahan tetapi pasti menandai perpisahan kedua bahasa tersebut. Dalam metode statistik dikembangkan secara tertentu untuk menghitung jangka kesalahan yang mungkin timbul dalam perhitungan tersebut. Jangka kesalahan itu biasanya dibuat untuk tiga asumsi yang berbeda: a) ketetapan perhitungan diperkirakan berkisar 68% dari kebenaran, atau mudahnya dikatakan 0,7 mengandung kebenaran. b) ketetapan perhitungan dapat diperkirakan 90% atau 0,9 dari kebenaran. c) ketetapan diperkirakan 50% atau 0,5 dari keadaan yan sebenarnya. Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan rumus kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan dengan rumus berikut: √ Dimana S C n kerabat). = kesalahan standar dalam persentase kata kerabat = persentase kata kerabat = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun Non – 18 2.5 Klasifikasi Bahasa Metode leksikostatistik bukan semata-mata merupakan metode untuk menentukan waktu pisah kedua bahasa kerabat, melainkan sebagai metode untuk mengadakan pengelompokan bahasa-bahasa kerabat. Sebenarnya dengan mengetahui waktu pisah kedua berdasarkan bahasa-bahasa kerabat kata-kata kerabatnya sudah tersirat pada pengelompokan. Dengan memperlihatkan persentase kata kerabat yang tinggi, merupakan kelompok kata yang paling dekat keanggotaannya sedangkan yang persentase kerabatnya rendah merupakan bahasa yang agak jauh kekerabatannya. Swadesh mengelompokan suatu klasifikasi untuk menetapkan kapan dua bahasa disebut dialek, kapan sekelompok bahasa disebut keluarga bahasa (language family), bilamana sekelompok bahasa termasuk rumpun bahasa (stock) dan sebagainya. Klasifikasi yang dimaksud (Keraf, 1995: 134-135) adalah sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi Bahasa Tingkat Bahasa Waktu pisah dalam Persentase kata kerabat abad Bahasa (language) 0-5 100-81 Keluarga (family) 5-25 81-36 Rumpun (stock) 25-50 36-12 Mikrofilum 50-75 12-4 Mesofilum 75-100 4-1 Makrofilum 100 ke atas 1 kurang dari 1% 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dan Jenis Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah. Metode ini digunakan terutama untuk penelitian yang berhubungan langsung dengan pengumpulan data, pengkajian data dengan tujuan membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data, sifat dan hubungan dari fenomena yang diteliti (Djajasudarma, 1993: 8). 3.1.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini tarmasuk penelitian lapangan. Dikatakan penelitian lapangan karena data-data diperoleh dengan jalan peneliti langsung kelokasi penelitian untuk mendapatkan data sesuai dengan masalah penelitian. Lokasi penelitian ini bertempat di Kelurahan Langara Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara dengan Kelurahan Ulunambo, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. 3.2 Data dan Sumber Data 3.2.1 Data Data dalam penelitian ini berupa kosakata dari Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui yang menjadi pedanan kata-kata yang dirumuskan oleh Morris Swadesh yang berjumlah 200 kosakata dasar. Daftar 200 kosakata dasar tersebut 19 20 diberikan kepada informan untuk selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa Wawonii dan bahasa Menui. 3.2.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Wawonii dan bahasa Menui dengan merujuk pada 200 kosakata dasar yang dirumuskan oleh Morris Swadesh. Hal ini dilakukan karena teori Swadesh banyak dijadikan sebagai dasar penentuan kekerabatan bahasa-bahasa didunia. Kosakata dasar dari kedua bahasa yang diteliti melalui empat orang informan yang terdiri dari dua orang informan BW dan dua orang informan BM. Untuk mendapatkan data yang valid dan representatif, maka informan yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut: 1. Tidak memiliki cacat artikulasi. 2. Berumur antara 25-60 tahun. 3. Penutur asli bahasa yang diteliti. 4. Informan bersedia diwawancarai dan mempunyai waktu yang cukup (Keraf 1996: 157). 3.3 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi daftar 200 kosakata dasar yang dikemukakan oleh Morris Swadesh. Daftar kosakata tersebut diberikan kepada informan untuk diterjemahkan. Selain itu, digunakan alat lain berupa alat rekam untuk proses pengumpulan data. . 21 Tabel 2. Daftar 200 Kosakata Menurut Morris Swadeh NO GLOS NO GLOS NO GLOS NO GLOS 1 Tangan 51 Duduk 101 Sayap 151 Kuning 2 Kiri 52 Berdiri 102 Terbang 152 Hijau 3 Kanan 53 Orang 103 Tikus 153 Kecil 4 Kaki 54 Laki-laki 104 Daging 154 Besar 5 Berjalan 55 Perempuan 105 Lemak 155 Pendek 6 Jalan 56 Anak 106 Ekor 156 Panjang 7 Datang 57 Suami 107 Ular 157 Tipis 8 Belok 58 Istri 108 Cacing 158 Tebal 9 berenang 59 Ibu 109 Kutu 159 Sempit 10 Kotor 60 Bapak 110 Nyamuk 160 Lebar 11 Debu 61 Rumah 111 Laba-laba 161 Sakit 12 Kulit 62 Atap 112 Ikan 162 Malu 13 punggung 63 Nama 113 Busuk 163 Tua 14 Perut 64 Berkata 114 Datang 164 Baru 15 Tulang 65 Tali 115 Daun 165 Baik 16 Usus 66 Mengikat 116 Akar 166 Jahat 17 Hati 67 Menjahit 117 Bunga 167 Benar 18 Susu 68 Jarum 118 Buah 168 Malam 19 Bahu 69 Berburu 119 Rumput 169 Hari 20 Tahu 70 Menembak 120 Tanah 170 Tahun 22 21 Berpikir 71 Menikam 121 Batu 171 Kapan 22 Takut 72 Memukul 122 Pasir 172 Sembunyi 23 Dara 73 Mencuri 123 Air 173 Naik 24 Kepala 74 Membunuh 124 Mengalir 174 Di 25 Leher 75 Mati 125 Laut 175 Didalam 26 Rambut 76 Hidup 126 Garam 176 Di atas 27 Hidung 77 Menggaruk 127 Danau 177 Di bawah 28 Bernapas 78 Memotong 128 Hutan 178 Ini 29 Mencium 79 Kayu 129 Langit 179 Itu 30 Mulut 80 Membelah 130 Bulan 180 Jauh 31 Gigi 81 Tajam 131 Bintang 181 Dekat 32 Lidah 82 Tumpul 132 Awan 182 Dimana 33 Tertawa 83 Bekerja 133 Kabut 183 Saya 34 Menangis 84 Menanam 134 Hujan 184 Kamu, kau 35 Munta 85 Memilih 135 Guntur 185 Kita, kamu 36 Meludah 86 Bertumbuh 136 Kilat 186 Dia 37 Makan 87 Bengkah 137 Angin 187 Mereka 38 Mengunya 88 Memeras 138 Meniup 188 Apa 39 Memasak 89 Memegang 139 Panas 189 Siapa 40 Minum 90 Menggali 140 Dingin 190 Lain 41 Menggigit 91 Membeli 141 Kering 191 Semua 42 Mengisap 92 Membuka 142 Basah 192 Dan, dgn 23 43 Telinga 93 Mengetuk 143 Berat 193 Jika 44 Mendengar 94 Melempar 144 Api 194 Bagaimana 45 Mata 95 Jatuh 145 Membakar 195 Tidak 46 Melihat 96 Anjing 146 Asap 196 Hidung 47 Menguap 97 Burung 147 Abu 197 Satu 48 Tidur 98 Ayam 148 Hitam 198 Dua 49 Berbaring 99 Telur 149 Putih 199 Tiga 50 bermimpi 100 Buli 150 merah 200 Empat 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat dan rekam. Teknik catat dilakukan melalui kuisioner 200 kosakata dasar Bahasa Indonesia sesuai yang dikemukakan oleh Morris Swadesh. Kedua ratus kosakata tersebut kemudian diterjemahkan atau diartikan dalam BW dan BM. Teknik rekam dilakukan untuk memperjelas kosakata dasar yang dituturkan oleh penutur bahasa Wawonii dan bahasa Menui, sehingga data yang didapatkan tidak diragukan. 3.5 Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data diperlukan langkah-langkah tertentu, yang merupakan teknik analisis leksikostatistik (Keraf, 1996: 130-132). Teknik ini sesuai dengan objek penelitian untuk menetapkan kata kerabat bahasa Wawonii dengan bahasa Menui atau kedua bahasa yang diteliti. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 24 1. menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa tadi adalah kata kerabat (cognante). 2. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang tergolong kerabat secara identik. 3. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang berkorespondensi fonemis. 4. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang mirip secara fonemis 5. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang satu fonemnya berbeda. 6. menghitung waktu pisah serta jangka selahan antara BW dan BM. Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah: 1) tingkat persentase hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih dapat dihitung menggunakan rumus: Ket: Di mana C = persentase kekerabatan J = jumlah kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan 2) waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang sudah diketahui prosentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : 25 W = log. C 2 log. R Ket: Dimana W = waktu perpisahan dalam ribuan (millenium) Tahun r = retensi (persentase 1000 tahun) C = persentase kerabat Log = logaritma dari 3) Menghitung jangka kesalahan Dalam metode statistik dikembangkan secara tertentu untuk menghitung jangka kesalahan standar, yakni 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungan tersebut dengan menggunakan rumus berikut : √ Ket : Dimana S = kesalahan standar dalam persentase kata kerabat C = persentase kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun non kerabat). 4) untuk mendapatkan waktu pisah yang baru digunakan rumus sebagai berikut : Ket: Dimana W1 C1 = waktu pisah baru = persentase kerabat baru 26 r = retensi log = logaritma dari 5) untuk menghitung waktu terpisahnya bahasa dari protonya, digunakan rumus sebagai berikut: W+(W-W1) 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemilihan Kata Kerabat Pemilihan kata kerabat bertujuan untuk menandai kata yang berkerabat dan tidak berkerabat. Kata yang berkerabat diberi tanda (+) dan yang tidak berkerabat diberi tanda (-). Daftar kosakata yang dasar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Daftar Perbandingan Kosakata BW dan BM No Glos Bahasa Wawonii 1 tangan lima lima + 2 kiri moiri kambia - 3 kanan moana moana + 4 kaki karu karu + 5 berjalan molingka molingka + 6 jalan lingka lingka + 7 datang leu leu + 8 belok mebia mebia + 9 berenang numangi lumeo - 10 kotor mokosani karampini - 11 debu hafu gafu + 12 kulit kuli kuli + 13 punggung bungku bungku + 14 perut tia tia + 27 Bahasa Menui Kerabat 28 15 tulang wuku fuku + 16 usus kompo kompo + 17 hati ate ate + 18 susu susu susu + 19 bahu bahu bahu + 20 tahu toori toori + 21 berpikir mompehawa mepikiri - 22 takut meme meme + 23 darah rea rea + 24 kepala ulu ulu + 25 leher we u fe u + 26 rambut wuu fuu + 27 hidung enge enge + 28 bernapas menaa menaa + 29 mencium moengo moengo + 30 mulut nganga nganga + 31 gigi ngisi ngisi + 32 lidah elo elo + 33 tetawa motota motota + 34 menangis gumara umere - 35 muntah pemelu pemelu + 36 meludah metupasi meoniu - 29 37 makan mongka mongka + 38 mengunya korubu momamaki - 39 memasak montaha monahu - 40 minum mondou mondou + 41 menggigit mekiki mekiki + 42 mengisap monsoso montopi - 43 telinga biri biri + 44 mendengar mompodea mompodea + 45 mata mata mata + 46 melihat moonto moonto + 47 menguap momomaa momomaa + 48 tidur moturi moturi + 49 berbaring koledo koledo + 50 bermimpi moipi moipi + 51 duduk totoro totoro + 52 berdiri mentade mentade + 53 orang mia mia + 54 laki-laki tama tama + 55 perempuan tina tina + 56 anak ana ana + 57 suami wali fali + 58 istri wali fali + 30 59 ibu mamangku mamangku + 60 bapak papangku papangku + 61 rumah raha raha + 62 atap bao ato - 63 nama nge nge + 64 berkata motae motae + 65 tali nilo ula - 66 mengikat moboke mongko - 67 menjahit monseu monseu + 68 jarum seu seu + 69 berburu molulu molulu + 70 menembak montemba montemba + 71 menikam montobo montobo + 72 memukul montidu moarusi - 73 mencuri monako monako + 74 membunuh mompopate mompopate + 75 mati mate mate + 76 hidup tora tora + 77 menggaruk mekaberi mekaberi + 78 memotong montoto mompole - 79 kayu keu keu + 80 membela mowoa mofoa + 31 81 tajam mentaso mentaso + 82 tumpul mokundu mokundu + 83 bekerja kobua karaja - 84 menanam mombula mombula + 85 memilih mompilei mompilei + 86 bertumbuh mompotora mompotora + 87 bengkah kamba kamba + 88 memeras mompio mompio + 89 memegang mobini mobini + 90 menggali mekeke mongkeke + 91 membeli mooli mooli + 92 membuka mowungkahi mofungkahi + 93 mengetuk medeku medeku + 94 melempar mowanse mofanse + 95 jatuh tuna tuna + 96 anjing dahu dahu + 97 burung manu-manu manu-manu + 98 ayam manu manu + 99 telur bio bio + 100 bulu wulu fulu + 101 sayap pandi pandi + 102 terbang dumapa dumapa + 32 103 tikus wola fola + 104 daging daging daging + 105 lemak taba taba + 106 ekor iki iki + 107 ular ule ule + 108 cacing ulengkora ulengkora + 109 kutu kutu kutu + 110 nyamuk wontu fontu + 111 laba-laba kalabo laba-laba - 112 ikan ika ika + 113 busuk bonto bonto + 114 batang puu puu + 115 daun lewe lefe + 116 akar haka haka + 117 bunga bunga bunga + 118 buah wua fua + 119 rumput seko-seko seko-seko + 120 tanah wita fita + 121 batu watu fatu + 122 pasir one buranga - 123 air baho baho + 124 mengalir solo lamba - 33 125 laut tahi tahi + 126 garam gara gara + 127 danau lowi lofi + 128 hutan larongkeu larongkeu + 129 langit langi langi + 130 bulan wula fula + 131 bintang bituo bituo + 132 awan kundo kundo + 133 kabut gawu gafu + 134 hujan usa usa + 135 guntur rundu kolobote - 136 kilat inda inda + 137 angin pue pue + 138 meniup mompuri mompuri + 139 panas mokula mokula + 140 dingin mokoseo mokoseo + 141 kering motui motui + 142 basah mobaho mobaho + 143 berat mobea mobea + 144 api api api + 145 membakar montunu montunu + 146 asap tumbo ahu - 34 147 abu awu afu + 148 hitam mohalo mohalo + 149 putih mobula mobula + 150 merah memea memea + 151 kuning mokuni mokuni + 152 hijau mouso mouso + 153 kecil mehewu okidi - 154 besar owose ofose + 155 pendek ompudu obuntu - 156 panjang ondau orota - 157 tipis monipi monipi + 158 tebal mokapa mokapa + 159 sempit masuku masuku + 160 lebar malua ombole - 161 sakit mahaki mahaki + 162 malu metangkoro mokokohapa - 163 tua motua motua + 164 baru sarai sarai + 165 baik moiko moiko + 166 jahat jahati jahati + 167 benar kona kona + 168 malam malo malo + 35 169 hari oleo oleo + 170 tahun tau tau + 171 kapan teimpia teimpia + 172 sembunyi metako metako + 173 naik momone sende - 174 di i i + 175 di dalam i laro i laro + 176 di atas i wawo i fafo + 177 di bawah i pada i pada + 178 ini ai ia + 179 itu iso koea - 180 jauh olai olai + 181 dekat osanda osanda + 182 dimana imaina imaina + 183 saya kude kude + 184 kamu,kau koo, komiu koo, komiu + 185 kita,kami ikomiu, kami ikomiu, kami + 186 dia nade nade + 187 mereka ondade ondade + 188 apa hapao hapao + 189 siapa naio naio + 190 lain suare suere + 36 191 semua teteho teteho + 192 dan,dengan ronga ronga + 193 jika ki ki + 194 bagaimana kanaumpe kanaumpe + 195 tidak nahina nahina + 196 hitung doa doa + 197 satu asade asade + 198 dua orua orua + 199 tiga otolu otolu + 200 empat opaa opaa + 4.2 Penetapan Kata Kerabat Dalam membandingkan kata kerabat dua bahasa atau lebih, terlebih dahulu mengumpulkan daftar kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang akan diteliti dengan menggunakan daftar kosakata 200 kosakata dasar Morris Swadesh. Adapun kosakata yang berkerabat dalam BW dan BM dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Kata Kerabat Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui No No. Daftar Kata Glos BW BM 1 1 tangan lima Lima 2 3 kanan moana Moana 3 4 kaki karu Karu 4 5 berjalan molingka Molingka 37 5 6 jalan lingka Lingka 6 7 datang leu Leu 7 8 belok mebia Mebia 8 11 debu hafu Gafu 9 12 kulit kuli Kuli 10 13 punggung bungku bungku 11 14 perut Tia tia 12 15 tulang wuku fuku 13 16 usus kompo kompo 14 17 hati Ate ate 15 18 susu susu susu 16 19 bahu bahu bahu 17 20 tahu toori toori 18 22 takut meme meme 19 23 darah Rea rea 20 24 kepala Ulu ulu 21 25 leher we’u fe’u 22 26 rambut wuu fuu 23 27 hidung enge enge 24 28 bernapas menaa menaa 25 29 mencium moengo moengo 26 30 mulut nganga nganga 38 27 31 gigi ngisi ngisi 28 32 lidah Elo elo 29 33 tertawa motota motota 30 35 muntah pemelu pemelu 31 37 makan monka mongka 32 40 minum mondo’u mondo’u 33 41 menggigit mekiki mekiki 34 43 telinga biri biri 35 44 mendengar mompodea mompodea 36 45 mata mata mata 37 46 melihat moonto moonto 38 47 menguap momomaa momomaa 39 48 tidur moturi moturi 40 49 berbaring koledo koledo 41 50 bermimpi moipi moipi 42 51 duduk totoro totoro 43 52 berdiri mentade mentade 44 53 orang mia mia 45 54 laki-laki tama tama 46 55 perempuan tina tina 47 56 anak ana ana 48 57 suami wali fali 39 49 58 istri wali fali 50 59 ibu mamangku mamangku 51 60 bapak papangku papangku 52 61 rumah raha raha 53 63 nama nge nge 54 64 berkata motae motae 55 67 menjahit monseu monseu 56 68 jarum seu seu 57 69 berburu molulu molulu 58 70 menembak montemba montemba 59 71 menikam montobo montobo 60 73 mencuri monako monako 61 74 membunuh mompopate mompopate 62 75 mati mate mate 63 76 hidup tora tora 64 77 menggaruk mekaberi mekaberi 65 79 kayu keu keu 66 80 membela mowoa mofoa 67 81 tajam mentaso mentaso 68 82 tumpul mokundu mokundu 69 84 menanam mombula mombula 70 85 memilih mompile’i mompile’i 40 71 86 bertumbuh mompotora mompotora 72 87 bengkah kamba kamba 73 88 memeras mompio mompio 74 89 memegang mobini mobini 75 90 menggali mekeke mekeke 76 91 membeli mooli mooli 77 92 membuka mowungkahi mofungkahi 78 93 mengetuk medeku-deku medeku-deku 79 94 melempar mowanse mofanse 80 95 jatuh tuna tuna 81 96 anjing dahu dahu 82 97 burung manu-manu manu-manu 83 98 ayam manu manu 84 99 telur Bio bio 85 100 bulu wulu fulu 86 101 sayap pandi pandi 87 102 terbang dumapa dumapa 88 103 tikus wola fola 89 104 daging daging daging 90 105 lemak taba taba 91 106 ekor Iki iki 92 107 ular Ule ule 41 93 108 cacing ulengkora ulengkora 94 109 kutu kutu kutu 95 110 nyamuk wontu fontu 96 112 ikan Ika ika 97 113 busuk bonto bonto 98 114 batang La la 99 115 daun lewe lefe 100 116 akar haka haka 101 117 bunga bunga bunga 102 118 buah wua fua 103 119 rumput seko-seko seko-seko 104 120 tanah wita fita 105 121 batu watu fatu 106 123 air baho baho 107 125 laut tahi tahi 108 126 garam gara gara 109 127 danau lowi lofi 110 128 hutan larongkeu larongkeu 111 129 langit langi langi 112 130 bulan wula fula 113 131 bintang bitu’o bitu’o 114 132 awan kundo kundo 42 115 133 kabut gawu gafu 116 134 hujan usa usa 117 136 kilat inda inda 118 137 angin pue pue 119 138 meniup mompuri mompuri 120 139 panas mokula mokula 121 140 dingin mokoseo mokoseo 122 141 kering motu’i motu’i 123 142 basah mobaho mobaho 124 143 berat mobea mobea 125 144 api api pi 126 145 membakar montunu montunu 127 147 abu awu afu 128 148 hitam mohalo mohalo 129 149 putih mobula mobula 130 150 merah memea memea 131 151 kuning mokuni mokuni 132 152 hijau mouso mouso 133 154 besar owose ofose 134 157 tipis monipi monipi 135 158 tebal mokapa mokapa 136 159 sempit masuku masuku 43 137 161 sakit mahaki mahaki 138 163 tua motu’a motu’a 139 164 baru sarai sarai 140 165 baik moiko moiko 141 166 jahat jahati jahati 142 167 benar konao konao 143 168 malam malo malo 144 169 hari oleo oleo 145 170 tahun ta’u ta’u 146 171 kapan teimpia teimpia 147 172 sembunyi metako metako 148 174 di I i 149 175 di dalam i laro i laro 150 176 di atas i wawo i fafo 151 177 di bawah i pada i pada 152 178 ini Ai ai 153 180 jauh olai olai 154 181 dekat osanda osanda 155 182 dimana imaina imaina 156 183 saya kude kude 157 184 kamu,kau iko’o, ko’o iko’o, ko’o 158 185 kita,kami ontade, ikami ontade, ikami 44 159 186 dia nade nade 160 187 mereka ondade ondade 161 188 apa hapao hapao 162 189 siapa naio naio 163 190 lain suere suere 164 191 semua teteho teteho 165 192 dan,dengan ronga ronga 166 193 jika Ki ki 167 194 bagaimana kanaumpe kanaumpe 168 195 tidak nahina nahina 169 96 hitung doa doa 170 197 satu asade asade 171 198 dua orua orua 172 199 tiga otolu otolu 173 200 empat opa opa Berdasarkan hasil identifikasi data, penetapan kata kerabat antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui didapatkan kata kerabat sebanyak 173 kosakata dari 200 kosakata dasar Swadesh. 45 4.2.1 Pasangan Identik Pasangan identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya sama. Dalam bahasa Wawonii dan bahasa Menui, pasangan kata yang identik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Pasangan Identik No No. Daftar Kata Glos BW BM 1 1 tangan lima lima 2 3 kanan moana moana 3 4 kaki karu karu 4 5 berjalan molingka molingka 5 6 jalan lingka lingka 6 7 datang Leu leu 7 8 belok mebia mebia 8 12 kulit kuli kuli 9 13 punggung bungku bungku 10 14 perut Tia tia 11 16 usus kompo kompo 12 17 hati Ate ate 13 18 susu susu susu 14 19 bahu bahu bahu 15 20 tahu toori toori 16 22 takut meme meme 46 17 23 darah Rea rea 18 24 kepala Ulu ulu 19 27 hidung enge enge 20 28 bernapas menaa menaa 21 29 mencium moengo moengo 22 30 mulut nganga nganga 23 31 gigi ngisi ngisi 24 32 lidah Elo elo 25 33 tertawa motota motota 26 35 muntah pemelu pemelu 27 37 makan monka mongka 28 40 minum mondo’u mondo’u 29 41 menggigit mekiki mekiki 30 43 telinga biri biri 31 44 mendengar mompodea mompodea 32 45 mata mata mata 33 46 melihat moonto moonto 34 47 menguap momomaa momomaa 35 48 tidur moturi moturi 36 49 berbaring koledo koledo 37 50 bermimpi moipi moipi 38 51 duduk totoro totoro 47 39 52 berdiri mentade mentade 40 53 orang mia mia 41 54 laki-laki tama tama 42 55 perempuan tina tina 43 56 anak ana ana 44 59 ibu mamangku mamangku 45 60 bapak bapangku Papangku 46 61 rumah raha Raha 47 63 nama nge Nge 48 64 berkata motae Motae 49 67 menjahit monseu Monseu 50 68 jarum seu Seu 51 69 berburu molulu molulu 52 70 menembak montemba montemba 53 71 menikam montobo montobo 54 73 mencuri monako monako 55 74 membunuh mompopate mompopate 56 75 mati mate mate 57 76 hidup tora tora 58 77 menggaruk mekaberi mekaberi 59 79 kayu keu keu 60 81 tajam mentaso mentaso 48 61 82 tumpul mokundu mokundu 62 84 menanam mombula mombula 63 85 memilih mompile’i mompile’i 64 86 bertumbuh mompotora mompotora 65 87 bengkah kamba kamba 66 88 memeras mompio mompio 67 89 memegang mobini mobini 68 90 menggali mekeke mekeke 69 91 membeli mooli mooli 70 93 mengetuk medeku medeku 71 95 jatuh tuna tuna 72 96 anjing dahu dahu 73 97 burung manu-manu manu-manu 74 98 ayam manu manu 75 99 telur bio bio 76 101 sayap pandi pandi 77 102 terbang dumapa dumapa 78 104 daging daging daging 79 105 lemak taba taba 80 106 ekor iki iki 81 107 ular ule ule 82 108 cacing ulengkora ulengkora 49 83 109 kutu kutu kutu 84 112 ikan ika ika 85 113 busuk bonto bonto 86 114 batang la la 87 116 akar haka haka 88 117 bunga bunga bunga 89 119 rumput seko-seko seko-seko 90 123 air baho baho 91 125 laut tahi tahi 92 126 garam gara gara 93 128 hutan larongkeu larongkeu 94 129 langit langi langi 95 131 bintang bituo bituo 96 132 awan kundo kundo 97 134 hujan usa usa 98 136 kilat inda inda 99 137 angin pue pue 100 138 meniup mompuri mompuri 101 139 panas mokula mokula 102 140 dingin mokoseo mokoseo 103 141 kering motu’i motu’i 104 142 basah mobaho mobaho 50 105 143 berat mobea mobea 106 144 api api api 107 145 membakar montunu montunu 108 148 hitam mohalo mohalo 109 149 putih mobula mobula 110 150 merah memea memea 111 151 kuning mokuni mokuni 112 152 hijau mouso mouso 113 157 tipis monipi monipi 114 158 tebal mokapa mokapa 115 159 sempit masuku masuku 116 161 sakit mahaki mahaki 117 163 tua motu’a motu’a 118 164 baru sarai sarai 119 165 baik moiko moiko 120 166 jahat jahati jahati 121 167 benar konao konao 122 168 malam malo malo 123 169 hari oleo oleo 124 170 tahun ta’u ta’u 125 171 kapan teimpia teimpia 126 172 sembunyi metako metako 51 127 174 di i i 128 175 di dalam i laro i laro 129 177 di bawah i pada i pada 130 178 ini ai ai 131 180 jauh olai olai 132 181 dekat osanda osanda 133 182 dimana imaina imaina 134 183 saya kude kude 135 184 kamu,kau iko’o, ko’o iko’o, ko’o 136 185 kita,kami ontade, ikami ontade, ikami 137 186 dia nade nade 138 187 mereka ondade ondade 139 188 apa hapao hapao 140 189 siapa naio naio 141 190 lain suere suere 142 191 semua teteho teteho 143 192 dan,dengan ronga ronga 144 193 jika ki ki 145 194 bagaimana kanaumpe kanaumpe 146 195 tidak nahina nahina 147 196 hitung doa doa 148 197 satu asade asade 52 149 198 dua orua orua 150 199 tiga otolu otolu 151 200 empat opa opa Berdasarkan hasil identifikasi data, penetapan kata kerabat berdasarkan pasangan identik didapatkan 151 kosakata dasar dari 173 kata kerabat. 4.2.2 Pasangan Berkorespondensi Fonemis Perubahan fonemis antara dua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara dua bahasa tersebut di anggap berkerabat. Dalam hubungan ini okurensi fonem-fonem yang menunjukan korespondensi itu dapat mengikut sertakan gejala-gejala kebahasaan yang lain disebut ko-okurensi. Akan tetapi dari pengamatan peneliti, dalam penelitian BW dan BM tidak menunjukan adanya pasangan kata yang berkorespondensi fonemis. 4.2.3 Kemiripan Secara Fonetis Pasangan yang mirip secara fonetis adalah pasangan kata yang memiliki ciri-ciri fonetis serupa sehingga dapat dianggap sebagai alofon. Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti, dalam penelitian BW dan BM tidak didapatkan pasangan kata yang mempunyai kemiripan secara fonetis. 53 4.2.4 Satu Fonem Berbeda Bila dalam satu kesamaan kata terdapat perubahan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perubahan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu tidak merubah fonemnya, maka pasangan itu ditetapkan sebagai kata kerabat. Dalam BW dan BM pasangan kata yang berbeda satu fonem dapat dilihat poada tabel berikut: Tabel 6. Satu Fonem Berbeda No No. Daftar Kata Glos BW BM 1 11 debu hawu hafu 2 15 tulang wuku fuku 3 25 leher we’u fe’u 4 26 rambut wu fu 5 57 suami wali fali 6 58 istri wali fali 7 80 membela mowoa mofoa 8 92 membuka mowungkahi mofungkahi 9 94 melempar mowanse mofanse 10 100 bulu wulu fulu 11 103 tikus wola fola 12 110 nyamuk wontu fontu 13 115 daun lewe lefe 14 118 buah wua fua 54 15 120 tanah wita fita 16 121 batu watu Fatu 17 127 danau lowi Lofi 18 130 bulan wula Fula 19 133 kabut gawu Gafu 20 147 abu awu Afu 21 154 besar owose Ofose 22 176 di atas i wawo i fafo Berdasarkan hasil identifikasi data, penetapan kata kerabat berdasarkan kriteria satu fonem berbeda ditemukan 22 kosakata dari 173 kata kerabat. 4.3 Tingkat Persentase Kata Kerabat Tingkat persentase kata kerabat antara BW dan BM di hitung dengan menggunakan rumus: Dimana : C = persentase kekerabatan J = jumlah kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan Dik: J = 173 n = 200 Dit: Penye: C = .....? 55 % 0,865x 100% C = 86,5% Jadi, persentase kekerabatan BW dan BM adalah 86,5 %. Selanjutnya akan dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut. 4.4 Menghitung Waktu Pisah Waktu pisah antara dua bahasa yang telah diketahui tingkat persentase kata kerabatnya, dapat dihitung menggunakan rumus : Dimana : W Dik : C r = waktu pisah dalam ribuan tahun yang lalu C = persentase kata kerabat r = retensi (persentase konstan 1000 tahun) = 86,5 % (0,865) = 80,5 % (0,805) Dit : W = .......? W W W = W = 0, 537 atau 5.37 tahun yang lalu W = 0,537 x 1000 = 537 tahun yang lalu 56 Jadi, BW dan BM sudah terpisahkan sekitar 537 tahun yang lalu. Dengan demikian, perhitungan lama waktu pisah BW dan BM dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui menjadi dua bahasa sekitar 537 tahun yang lalu atau 1479 M. 2. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui mulai pisah pada abat XIV. 4.5 Menghitung Jangka Kesalahan Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan menggunakan rumus berikut: √ S= Dimana : S = kesalahan standar dalam persentase kata kerabat c = persentase kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan Dik : c = 86,5% (0,865) n = 200 S = .......? Penye: S= S= √ √ 57 S= √ S=√ =√ = 0,024 Jadi, hasil kesalahan standar adalah 0,024. Hasil kesalahan standar ini kemudian dijumlahkan dengan C untuk mendapatkan C1 untuk persentase kata kerabat baru. C1 = C+S = 0,865 + 0,024 C1 = 0,889 Jadi, persentase kata kerabat yang baru atau C1 yakni 0,889. Selanjutnya, akan dihitung lama waktu pisah. 4.6 Menghitung Waktu Pisah Baru Mempergunakan C yang baru, sekali lagi menghitung rumus waktu pisah dengan rumus waktu pisah. Dimana : W1 = waktu pisah baru C1 = persentase kata kerabat baru r = retensi log = logaritma dari Dik : C1 = 0,889 r = 0,805 Dit : W1 = .......? W1 58 W1 = 5.52 atau 0,552 W1 = W1 = 5.52 tahun yang lalu atau W1 = 0,552 x 1000 = 552 tahun yang lalu. Setelah waktu pisah baru diketahui, maka untuk menghindari kesalahan digunakan rumus W1-W = 552-537 = 15. Angka inilah yang ditambah dan dikurang dengan waktu pisah yang lama untuk memperoleh waktu pisah kedua bahasa. Dengan demikian, W = 537+15 =552 dan W = 537-15 = 522. Jadi, dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan standar (0,7) dari keadaan sebenarnya, maka waktu pisah BW dan BM adalah dua bahasa yang berbeda kemudian kedua bahasa tersebut dideskripsikan sebagai berikut: 1. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui mulai terpisah antara 552-522 tahun yang lalu atau tahun 1464 – 1494 M dihitung dari waktu sekarang (2016) 2. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui mulai terpisah dari bahasa protonya sekitar 552 tahun yang lalu. 59 Tabel 7. Bagan Kekerabatan Bahasa NO Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui 1 Persentase kata kerabat 86,5% 2 Waktu pisah 552 3 Jangka kesalahan 0,024 4 Waktu pisah baru 522 5 Kekerabatan kedua dari bahasa protonya, 552 – 522 atau 1464 – 1494. Pada tabel 7, bagan kekerabatan di atas menunjukan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui merupakan satu bahasa yang sama. Terbukti dari persentase kata kerabat 86,5% yang membuktikan hubungan bahasa pada tingkat tertinggi adalah dialek/bahasa (language), waktu pisah menjadi dua bahasa sekitar 552 tahun yang lalu atau 1464 M, sedangkan jangka kesalahan 0,024 dengan waktu tahun pisa baru 522 tahun yang lalu atau 1494 M. Mengingat perpisahan itu tidak dapat dihitung dengan tahun absolut, maka lebih baik digunakan satuan ribuan tahun (milenium) atau satuan ratusan tahun (abad). Jadi, angka-angka perpisahan tersebut hendaknya dibaca 0,5 ribu tahun yang lalu. 60 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, penulis menyimpulkan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui terdapat 173 pasangan kata yang berkerabat yaitu 151 pasangan yang identik dan 22 pasangan kata yang memiliki perubahan satu fonem. Adapun pasangan kata yang memiliki korespondensi fonemis dan kemiripan secara fonetis tidak ditemukan dalam penelitian. Hal ini menandakan bahwa kekerabatan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui tergolong dalam satu bahasa yang sama karena hasil persentase kekerabatannya mencapai 86,5%. Berdasarkan data-data dari perbandingan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui dengan langkah-langkah penetapan kata kerabat dan perhitungan jangka kesalahan, maka melihat bahasa Wawonii dan bahasa Menui merupakan kategori satu bahasa yang sama dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui terpisah antara 552-522 tahun yang lalu atau antara 1464-1494 M. Dihitung dari waktu sekarang (2016). 2. Berdasarkan persentase kata kerabat dan waktu pisah kedua bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui termasuk dalam klasifikasi bahasa yang sama (language). 60 61 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa hal. Antara lain: 1. Bahasa daerah merupakan salah satu akar budaya nusantara, maka penulis menyarankan agar adanya pembukuan kamus bahasa daerah khususnya bahasa Wawonii dan bahasa Menui sehingga akan mempermudah peneliti untuk mencari kosakata bahasa daerah sebagai acuan dasar dalam penelitian. 2. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang sama atau serupa, titik pemakaian bahasa Wawonii dan bahasa Menui sangatlah luas bukan hanya di Kelurahan Langara, Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan dan Kelurahan Ulunambo, Kecamatan Menui Kepulauan kabupaten Morowali. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan dan menyarankan perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai bahasa Wawonii dan bahasa Menui, terutama yang belum terjangkau baik dilakukan secara individu maupun berkelompok. 62 DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul, dkk. 2004. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo. 2005. Psikolinguistik (Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Depdikbud. 1994. Survei Bahasa Dan Sastra di Timor-Timor. Jakarta. Djajasudarma. 1993. Metode Linguistik: Ancaman Metode Penelitian Dan Kajian. Bandung: Eresco. Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis, Cet. Ke III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Konisi, La Yani. 2011/2012. Linguistik Umum. Kendari: Universitas Halu Oleo. La Ino. 2015. Deskripsi Fonem Bahasa di Sulawesi Tenggara, Cet. Pertama. Yogyakarta: Pustaka Puitika. Lamauji, Sinta. 2016. Kekerabatan Bahasa Wolio dan Bahasa Bajo. Kendari: Universitas Halu Oleo. Muhammad. 2009. Metode Penelitian Bahasa, Bandung: Nuha Medika Pateda, Monsoer. 1998. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa Bandung. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Simpa, Natria. 2004. Kekerabatan Bahasa Tolaki Dialek Konewe dengan Bahasa Kepulauan Tukang besi Dialek Kaledupa. Kendari: Universitas Halu Oleo. Taringan, Henry Guntur. 1988. Pengajar Kopetensi Bahasa. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 62 63 BIODATA INFORMAN 1. Bahasa Wawonii a. Nama : Lukman Tempat tanggal lahir : Kampa, 18 Februari 1987 Umur : 29 tahun Pendidikan terakhir : SMA Alamat : Kelurahan Langara b. Nama : Bahar Tempat tanggal lahir : Kampa, Umur : 29 tahun Pendidikan terakhir : SMA Alamat : Kelurahan Langara 2. Bahasa Menui a. Nama : Martono Tempat tanggal lahir : Torukuno, 21 April 1988 Umur : 28 tahun Pendidikan terakhir : SMA Alamat : Kelurahan Ulunambo b. Nama : Iksan, S.Pd Tempat tanggal lahir : Torukuno, 6 Juli 1985 Umur : 31 tahun Pendidikan terakhir : S1 Alamat : Kelurahan Ulunambo 64 65 66 67 68