PANDUAN PRAKTIS SMK FULLDAY Disarikan dari praktik terbaik SMK Indonesia KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah 2017 PANDUAN PRAKTIS SMK FULL DAY Disarikan dari praktik terbaik SMK Indonesia Copyright © 2017, Direktorat Pembinaan SMK All rights Reserved Penyusun Dr. Jumintono, MPd. Perumus Dr. Budi Santosa Dr. Tri Kuat Dr. Ir. Dwi Sulisworo, MT. Muhammad Sayuti, M.Ed., PhD. Dr. Fatwa Tentama, MPsi. Pembahas Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA. (Direktur PSMK) Arie Wibowo Khurniawan, S.Si., M.Ak. (Kasubdit Evaluasi PSMK) Arfah Laidiah Razik, SH., MA. (Staf subdit Evaluasi PSMK) Hendra, ST. (Staf subdit Evaluasi PSMK) Dr. Bambang Noor Achsan (Dosen Magister Pendidikan Vokasi Universitas Ahmad Dahlan) Drs. Ima Ismara, M.Pd.,M.Kes. (Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta) Drs. Anastasius Ssagana Mulyanta (SMK Katolik Santo Mikael Surakarta) Apri Nuryanto, SPd., ST., MT. (Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta) Kepala-kepala SMK yang menjadi tempat responden di 18 kota di Indonesia Desain dan Tata Letak: Ari Rayi Citha Dwisendy, S.Ds ISBN: Penerbit: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E, Lantai 13 Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulilah, buku panduan praktis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sistem fullday ini selesai disusun. Panduan disusun untuk memberikan kemudahan bagi SMK untuk langkah mengembangkan diri dari SMK regular biasa menjadi SMK dengan muatan lebih besar guna menjamin lulusan terserap di DUDI. Keberterimaan (employability) lulusan SMK sampai saat ini masih menjadi permasalahan besar bagi dunia pendidikan. Sehingga pemerintah dan masyarakat harus terus berupaya mengambil langkah strategis untuk menjawab permasalahan ini. Panduan ini sangat ringkas dan praktis. Untuk mempertajam pelaksanaan kegiatan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Perkenankan kami menghaturkan terima kasih kepada: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI 2. Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud RI 3. Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 4. Teman-teman dosen di Magister Pendidikan Vokasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta 5. Para tim perumus dan pembahas dengan segala kegigihan dan komitmennya 6. Para kepala-kepala sekolah yang terlibat dalam penelitian dan sekaligus menjadi peserta aktif dalam FGD demi tersusunnya panduan ini. Tidak ada gading yang tidak retak, panduan ini masih membutuhkan uluran ide, saran dan perbaikan dari berbagai pihak untuk menghasilkan buku panduan yang mudah diikuti. Sehingga tujuan SMK untuk menghasilkan lulusan yang siap bekerja dapat terwujud dengan baik. Penyusun i Buku panduan SMK sistem Fullday PENGANTAR DIREKTUR PSMK SMK sistem fullday disusun bukan saja untuk menambah jam belajar siswa di SMK tetapi dirancang untuk lebih pada kebutuhan dan tuntutan pengguna lulusan SMK. Kebekerjaan (employability) siswa SMK adalah muara dari semua proses penyelenggaraan SMK dengan segenap daya dukung yang harus disiapkan. Penajaman arah lulusan SMK untuk siap bekerja adalah mengembalikan filosofi dasar berdirinya pendidikan kejuruan. Dalam buku panduan ini ada 3 ranah yang akan dijadikan tujuan SMK sistem fullday. Ranah pengetahuan, lulusan SMK bukan saja mencapai level mengevaluasi tetapi sampai pada level mencipta produk. Pada ranah keterampilan level kompetensi lulusannya mencapai level kompeten yang lebih tajam dan dan dalam. Dari dua ranah itu diharapkan sikap lulusannya menjadi lebih unggul, siap kekerja, disiplin tinggi dan mandiri. Sehingga buku ini terdiri atas panduan penguatan kualifikasi kompetensi, panduan kompetensi penunjang karir dan bagaimana mengoptimalkan daya dukung institusi sekolah. Kepada kepala sekolah SMK silahkan dapat diterapkan buku ini di sekolah masing-masing tentu dengan menyesuaikan kebutuhan dan kekuatan yang ada. Dalam pengantar ini sebagai direktur PSMK mengucapkan terima kasih kepada tim Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Ahmad Dahlan dan subdit evaluasi yang tidak henti-hentinya untuk menyelesaikan buku panduan tepat waktu. Tidak ada gading yang tidak retak, kami masih memerlukan kritik, sara dan masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan buku panduan ini. Terima kasih. Direktur PSMK Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA. Buku panduan SMK sistem Fullday ii DAFTAR ISI Kata Pengantar………………………………………............................................. i Pengantar Direktur PSMK.................................................................. ii Daftar Isi............................................................................................. iii Daftar Gambar.................................................................................... iv Daftar Tabel........................................................................................ v BAB I Sekilas Fullday School dan Employability Skill........................1 Fullday School ..................................................................... 2 Employability Skills ............................................................. 2 Menuju SMK sistem Fullday................................................. 3 BAB II Penguatan Kualifikasi Kompetensi ......................................7 Lomba Kompetensi Siswa (LKS mini).................................. Revitalisasi Teaching Factory atau Unit Produksi 8 atau Bisnis Center................................................................ 9 Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti..................................... 11 Gerakan Literasi Sekolah..................................................... 14 Uji kompetensi dan Sertifikasi LSP P 1................................ 15 BAB III Kompetensi Penunjang Karir............................................... 21 SMK ber-KAIZEN ................................................................. 22 Ketarunaan/ke-smapta-an................................................... 25 Achievement Motivation Training........................................ 27 Pengembangan Karir model Adversity Quotient ................. 34 SMK Siaga Bencana............................................................. 35 Safety Health Environmental (SHE) ..................................... 36 BAB IV Daya Dukung Institusi.......................................................... 39 Workshop/Bengkel...............................................................40 Guru......................................................................................40 Assessor...............................................................................41 Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI)...................................... 42 Stakeholder Luar.................................................................. 42 BAB V Penutup ............................................................................... 45 Daftar Pustaka.................................................................................... 47 iii Buku panduan SMK sistem Fullday DAFTAR GAMBAR Gambar 1. SMK sistem fullday....................................................... 4 Gambar 2. Model 1 Pembelajaran Teaching Factory..................... 9 Gambar 3. Model 2 Pembelajaran Teaching Factory..................... 10 Gambar 4. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti............................. 11 Gambar 5. Uji Kompetensi Terpadu............................................... 18 Gambar 6. Arti Kaizen.................................................................... 22 Gambar 7. Program Kaizen............................................................ 23 Gambar 8. Milestone program SMK ber-Kaizen............................. 23 Gambar 9. Contoh Pelaksanaan Program SMK ber-Kaizen........... 25 Buku panduan SMK sistem Fullday iv DAFTAR TABEL Tabel 1. Tahapan pelaksanaan GLS di SMK...................................... 15 Tabel 2. Contoh Format Skill Passport Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan............................................................... 19 Tabel 3. Struktur program SMK ber-Kaizen....................................... 24 Tabel 4. Pembagian tugas program SMK ber-Kaizen........................ 24 Tabel 5. Jadwal Achievement Motivation Training............................ 27 v Buku panduan SMK sistem Fullday BAB I FULLDAY SCHOOL DAN EMPLOTABILITY SKILLS Buku panduan SMK sistem Fullday 1 BAB I FULLDAY SCHOOL DAN EMPLOTABILITY SKILLS 1. FULLDAY SCHOOL Program fullday school pada hakekatnya tidak hanya upaya menambah waktu dan memperbanyak materi pelajaran saja, namun untuk mengkondisikan siswa agar memiliki pembiasaan hidup yang baik serta pembinaan kejiwaan, mental dan moral anak. Oleh karena itu sekolah dengan sistem ini harus dilengkapi dengan program rekreatif dalam pembelajaran agar tidak timbul kebosanan dalam menempuh studinya. Secara de facto banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia yang sudah menerapkan sistem fullday school. Penerapan sistem ini didasarkan pada kebutuhan capaian pembelajaran di setiap kompetensi. SMK sistem fullday dapat dilihat pada hampir semua pembelajaran kejuruan terutama praktik sudah menggunakan sistem blok atau semi blok. Selain itu pembelajaran di SMK dilaksanakan di dalam dan atau di luar sekolah dalam hal ini Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta pembelajaran dilakukan di dalam jam formal di luar jam formal. Bahkan di beberapa sekolah ada yang harus masuk malam karena menyesuaikan dengan perilaku praktik yang dibutuhkan, misalnya praktik pemijahan benih ikan harus dilakukan pada malam hari. Ada beberapa definisi tentang fullday school. Menurut Baharudin (2009:231) fullday school mempunyai beberapa keunggulan yaitu siswa akan mendapatkan pendidikan umum dan pendidikan keIslaman serta dapat mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler. Hasan (2006:111) menegaskan fullday school bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan lebih seimbang. Sedangkan menurut Nur Asni Alfiana Alfiah (2014) menjelaskan sekolah model fullday school dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan tingkat penyesuaian sosial. Sementara itu Budi Winarni (2015) menengarahi adanya pengaruh antara penerapan fullday school terhadap kedisiplinan siswa. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fullday school adalah model sekolah yang menerapkan pendidikan yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa dan meningkatkan kecerdasan emosional dan tingkat penyesuaian sosial yang dilakukan sehari penuh. 2. EMPLOYABILITY SKILLS Secara sederhana employability skills adalah ketrampilan yang dapat digunakan untuk bekerja atau istilah populernya adalah kebekerjaan. Menurut Goodwin (2012: 3) employability skill meliputi: non-technical skills, including generic 2 Buku panduan SMK sistem Fullday skills, essential skills, soft skills, key competencies, transferable skills, enterprise skills and general capabilities. Employability skill diperoleh pada saat seseorang mengikuti pembelajaran. Ketrampilan non teknik (non-technical skills) bukan saja ketrampilan yang berhubungan dengan kemampuan bekerja secara langsung, tetapi kemampuan yang secara luas yang berhubungan dengan kemasyarkatan, seperti kewarganegaraan dan etika berperilaku. Kompetensi kunci (key competencies) adalah kompetensi yang berkaitan dengan jenis pekerjaan. Sedangkan transferable skills adalah ketrampilan mentranfer jika ditempat pekerjaan ada perkembangan/perubahan ketrampilan kunci. Seseorang yang memiliki employability skill yang baik akan mempunyai kinerja yang baik pula. Goodwin (2012: 3) membuat kerangka kerja yang menghubungkan antara employability skills, technical skills, dan ketrampilan inti dalam berbahasa dan berhitung dikaitkan dengan kinerja. Kerangka kerja tersebut menunjukkan bahwa kinerja sangat ditentukan oleh ketrampilan bekerja, ketrampilan teknik, ketrampilan berbahasa dan berhitung. Employability skills adalah suatu ketrampilan yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk dapat tetap bekerja, meliputi ketrampilan personal, ketrampilan interpersonal, sikap kebiasaan, dan perilaku (Lankard, 1990). Employability skills juga dimaknai sebagai sekumpulan ketrampilan non-teknis yang bersifat dapat ditransfer yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja, untuk tetap bertahan dan mengembangkan karir di tempat kerja, ataupun untuk pengembangan karir di tempat kerja baru (Yorke, 2006). Dari beberapa pendapat diatas, employability skills dapat disimpulkan sebagai ketrampilan teknis dan non teknis yang dapat digunakan untuk bekerja. 3. MENUJU SMK SISTEM FULLDAY SMK sistem fullday tidak lain bertujuan untuk mencapai tingkat employability skills siswa yang tinggi. Tujuan ini sangat penting karena mengfokuskan lulusan SMK yang siap bekerja, baik untuk dirinya maupun orang lain, adalah erat kaitannya dengan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah. Menambah atau bahkan mengaburkan dengan tujuan lain bisa jadi akan memperburuk citra SMK bahkan menurunkan kualitas lulusannya. Secara mudah bagaimana SMK sistem fullday bekerja adalah seperti yang gambar di bawah ini. Buku panduan SMK sistem Fullday 3 Gambar 1. SMK Sitem Fullday Gambar di atas menunjukkan bahwa SMK sistem fullday memiliki konsekuensi yang sangat luas. Pencapaian pengetahuan dan ketrampilan serta sikap siswa harus memiliki nilai lebih dari SMK sistem reguler. Pengetahuan yang dicapai harus sampai pada tahap mencipta, sementara ranah keterampilan SMK sistem fullday harus mencapai level kompetensi yang lebih kuat dan tajam. Demikian juga sikap siswa yang dihasilkan adalah lebih baik dari SMK lainnya. Guna menjamin ketercapaian employability skills siswa yang tinggi, SMK harus memiliki dukungan kuat dari dalam maupun luar institusi. Dari internal sekolah penguatan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) sudah harus memiliki kelebihan dan keunggulan. Dari eksternal sekolah meliputi DUDI sebagai mitra wajib, asosiasi profesi dan LSP sebagai tolok ukur ketercapaian setiap kompetensi siswa menjadi sangat penting. Ketercapaian proses kualitas pelatian dapat terlihat dari berjalannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) minimal 6 bulan, magang minimal 8 bulan (khusus untuk SMK 4 tahun) dengan baik, berjalannya Teaching Factory atau Unit Produksi atau Bisnis Center sampai menghasilkan profit. Berdasarkan kebutuhan DUDI lulusan SMK selain dibutuhkan kualifikasi minimal tamatan, tetapi juga dituntut memiliki kemampuan pengembangan karir sebagai pekerja. Kualifikasi minimal tamatan, sekolah dapat dilakukan dengan dengan penajaman kompetensi, pengelolaan Usaha Produk Kreatif, Revitalisasi Teaching Factory atau Unit Produksi atau Bisnis Center, menumbuhkan Gerakan Budi Pekerti, 4 Buku panduan SMK sistem Fullday Gerakan Literasi Sekolah, Sinkronisasi Kurikulum DUDI dan sekolah, Uji kompetensi dan sertifikasi minimal LSP P 1, Praktek Kerja Lapangan (PKL) 6 bulan, Magang 8 bulan (SMK 4 th) dan menguasai bahasa internasional selain English. Sementara pengembangan karir siswa, sekolah dapat melakukan pramuka yang mendukung kompetensi siswa, SMK ber-KAIZEN, mengembangkan ketarunaan/ke-smaptaan, mengadakan kegiatan Achievement Motivation Training, pengembangan karir pakai model Adversity Quotient, SMK siaga bencana dan kegiatan Safety Health Environmental (SHE). Buku panduan SMK sistem Fullday 5 6 Buku panduan SMK sistem Fullday BAB II PENGUAT KUALIFIKASI KOMPETENSI Buku panduan SMK sistem Fullday 7 BAB II PENGUATAN KUALIFIKASI KOMPETENSI 1. LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS MINI) Pengembangan SMK sistem fullday adalah bagaiamana mewujudkan kompetensi siswa menjadi lebih kuat dan lebih tajam. Salah satu langkahnya adalah mengadakan Lomba Kompetensi Siswa (LKS mini). LKS mini adalah kompetisi yang dapat dilakukan dalam periode tertentu antar siswa sesuai bidang keahlian yang diajarkan pada SMK. Kompetisi ini dititikberatkan pada bidang keterampilan praktik yang didukung oleh pemahaman teori yang relevan dan sikap kerja dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai standar industri. Pengetahuan, dan sikap kerja yang dimaksud adalah keterampilan manifestasi kemampuan yang dilandasi oleh daya pikir, daya qolbu, dan daya fisik, untuk siap menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang handal dalam bidang masing-masing sesuai tuntutan kebutuhan dunia kerja. LKS mini dapat dijadikan pembibitan awal untuk menjadi wakil sekolah pada LKS tingkat di atasnya, baik tingkat kabupaten, provinsi, nasional bahkan sampai pada tingkat dunia yaitu world skills international competition (Kompetisi Keahlian tingkat Dunia). Bagaimana LKS mini sekolah dijalankan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membentuk panitia tetap baik di tingkat jurusan maupun sekolah b. Panitia membuat prosedur dan aturan kerja praktek sebelum kompetisi. c. Panitia kompetisi menyiapkan fasilitas kompetisi sebisa mungkin seperti suasana di DUDI d. Pelaksanaan dapat dilakukan di dalam maupun di luar sekolah atau kombinasi antar keduanya. e. Penilaian kompetisi menentukan pola dan teknik penilaian, baik teori maupun praktek f. Dalam hal penjurian, sekolah dapat melibatkan pihak luar baik DUDI atau asosiasi profesi atau yang lain yang lebih kompeten di bidangnya. g. Guna meningkatkan motivasi lomba, sekolah dapat menyiapkan hadiah sebagai stimulus. h. Perekrutan peserta lomba dapat melalui penunjukkan langsung atau pendaftaran secara sukarela. i. Lomba sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala sehingga peserta dapat mempersiapkan diri dengan baik. j. Waktu lomba murni menggunakan sistem blok dengan durasi tertentu. 8 Buku panduan SMK sistem Fullday 2. REVITALISASI TEACHING FACTORY / UNIT PRODUKSI ATAU BISNIS CENTER Model Pembelajaran Teaching Factory adalah Model Pembelajaran yang memanfaatkan sarana prasarana yang dimiliki Sekolah dalam menciptakan suasana industri di sekolah untuk mencapai kompetensi satu atau beberapa mata pelajaran produktif. Siswa diberi pengalaman langsung suasana kerja industri meskipun di sekolah dengan dihadapkan pada pekerjaan nyata sesuai kompetensi yang harus dimiliki dari satu atau beberapa mata pelajaran produktif baik yang bersifat produk maupun jasa. Sehingga kompetensi yang dicapai sesuai dengan yang seharusnya dan tidak terjadi kesenjangan kemampuan/ kompetensi antara kebutuhan/tuntutan industri dengan kemampuan / a. Teaching Factory ini dapat dilakukan kerjasama antara sekolah yang tidak atau kurang memiliki alat untuk praktik dan industri yang memproduksi produk yang dapat dikembangkan sesuai dengan program keahlian yang dimiliki sekolah. Sekolah dipersyaratkan mempunyai lahan yang cukup agar supaya industri dapat mendirikan site plan di sekolah. Dengan demikian ada kerja sama yang saling menguntungkan antara sekolah dengan industri. Pelaksanaannya siswa akan mendapatkan kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri, kurikulum berasal dari industri, sehingga sebelumnya guru produktif akan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu di industri sampai merasa memiliki kompetensi yang akan ditularkan kepada siswanya. Harapanya di dalam pembelajran guru dapat melatih siswa dalam mencapai kompetensi yang diminta oleh industri yang bekerja sama Gambar 2. Model 1 Pembelajaran Teaching Factory Buku panduan SMK sistem Fullday 9 b. Model Pembelajaran Teaching Factory ini, dapat dilaksanakan oleh sekolah yang memiliki peralatan untuk praktik yang sama atau hampir sama yang dimiliki di industri. Jadi sekolah mencukupi alat-alat atau sarana prasarana yang memenuhi delapan standar pendidikan. Menurut Kuswantoro (2014), teaching factory menjadi konsep pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri. Teaching factory merupakan pengembangan dari unit produksi yakni penerapan sistem industri mitra di unit produksi atau bisnis center yang telah ada di SMK. Unit produksi atau bisnis center adalah pengembangan bidang usaha sekolah selain untuk menambah penghasilan sekolah yang dapat digunakan dalam upaya pemeliharaan peralatan, peningkatan SDM, dll juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya. Penerapan unit produksi sendiri memiliki landasan hukum yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 29 ayat 2 yaitu “Untuk mempersiapkan siswa sekolah menengah kejuruan menjadi tenaga kerja, pada sekolah menengah kejuruan dapat didirikan unit produksi yang beroperasi secara profesional.” Gambar 3. Model 2 Pembelajaran Teaching Factory Pembelajaran melalui teaching factory bertujuan untuk menumbuhkembangkan karakter dan etos kerja (disiplin, tanggung jawab, jujur, kerjasama, kepemimpinan, dan lain-lain) yang dibutuhkan DU/DI serta meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dari sekedar membekali kompetensi (competency based training) menuju ke pembelajaran yang membekali kemampuan memproduksi barang/jasa (production based training). 10 Buku panduan SMK sistem Fullday 3. GERAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (GPBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari masa orientasi siswa baru sampai dengan kelulusan. Seorang siswa tidak mungkin bisa berbudi pekerti dalam waktu sekejap. Budi pekerti membutuhkan langkah panjang dan pembiasaan-pembiasaan. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekertimerupakan salah satu ikhtiar menerjemahkan visi Kemendikbud 2014-2019. Tujuan dilaksanakannya Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di SMK sistem fullday adalah sebagai berikut: a. Membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter. b. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi warga sekolah c. Menumbuh-kembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di sekolah. d. Menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga. e. Menumbuh-kembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sementara pembiasaan-pembiasaan yang dapat dikembangkan di SMK meliputi pembiasaan umum, harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan dan tahunan. Lihat gambar berikut. Gambar 4. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti Buku panduan SMK sistem Fullday 11 a. Pembiasaan Umum 1. Memberi salam, senyum, dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah; 2. Membersihkan lingkungan sekolah dari limbah fisik dan visual 3. Santun dalam berbicara, bersikap, dan berperilaku; 4. Berpakaian sopan sesuai norma dan budaya nasional dan/atau lokal; 5. Menggunakan sumber daya sekolah (air, listrik, telpon, dsb.) secara efisien untuk mencegah berbagai bentuk pemborosan; 6. Mengurangi penggunaan plastik/bahan lain yang tidak mudah terurai; 7. Mematikan lampu dan semua alat yang menggunakan listrik saat tidak diperlukan; 8. Mematikan kran air saat tidak diperlukan; 9. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan; 10. Membersihkan sanitasi seperti toilet, wastafel, kamar mandi, dan/atau saluran air sekolah; 11. Menjaga ketertiban dan kenyamanan layanan sekolah; 12. Menyanyikan lagu-lagu bermuatan moral; 13. Setiap warga sekolah menjenguk warga sekolah lainnya yang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan sebagainya; 14. Siswa membiasakan membuat skala prioritas kebutuhan sesuai dengan tingkat kepentingannya; dan 15. Siswa membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (misalnya bank, celengan, dan sejenisnya). a. Pembiasaan Harian 1. Siswa mencium tangan dan/atau memeluk orang tua/wali sebelum berangkat ke sekolah; 2. Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan siswa sesuai dengan tata nilai yang berlaku; 3. Siswa berbaris menjelang masuk kelas yang dipimpin oleh satu orang siswa secara bergantian; 4. Secara bersama siswa mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang siswa secara bergantian; 5. Siswa berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran, dipimpin oleh seorang siswa secara bergantian berdasarkan kesepakatan kelas; 12 Buku panduan SMK sistem Fullday 6. Siswa dan warga sekolah harus membaca buku bacaan minimal 15 (lima belas) menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai di sekolah; 7. Siswa membiasakan diri untuk bertanya kepada guru selama proses pembelajaran dan/atau setelah selesai pembelajaran, dengan mengangkat tangan untuk memohon ijin terlebih dahulu; 8. Siswa selalu merapikan bangku masing-masing sebelum meninggalkan ruang kelas diakhir proses pembelajaran; 9. Warga sekolah menyanyikan lagu wajib nasional, lagu daerah, dan/ atau lagu patriotik, seperti Bagimu Negeri, Halo-Halo Bandung, Pancasila Rumah Kita, Kebyar– Kebyar, Bendera, Garuda di Dadaku, dan lain-lain; 10. Siswa melaksanakan piket kebersihan kelas secara beregu dan bergantian regu; 11. Warga sekolah menunaikan ibadah bersama di sekolah sesuai dengan agama dan kepercayaannya; dan 12. Setiap siswa dapat menjadi pemimpin dalam setiap kegiatan bersama, seperti berbaris menjelang masuk kelas, membaca doa sebelum dan sesudah belajar, piket kelas, kerja bakti. c. Pembiasaan Mingguan 1. Pemeriksaan isi tas dan gawai (gadget) siswa secara acak; 2. Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan; dan 3. Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat. 4. Melaksanakan apel bendera setiap hari Senin dengan berpakaian seragam sekolah; 5. Melaksanakan senam nasional bersama dan/atau senam yang diciptakan oleh daerah masing-masing; 6. Pemeriksaan kebersihan pakaian, gigi, kuku, dan rambut oleh Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); 7. Pembiasaan Bulanan 8. Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah; 9. Melaksanakan kerja bakti; 10. Penataan ruang kelas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelas; membuat buletin dan/atau majalah dinding; 11. Siswa melakukan diskusi kelompok dihadiri oleh guru dan tenaga kependidikan; dan Buku panduan SMK sistem Fullday 13 12. Sekolah menyediakan ruang publik untuk berkreasi siswa secara bebas dan bertanggung jawab. d. Pembiasaan Tengah Tahunan 1. Melaksanakan kerja bakti untuk lingkungan sekitar sekolah; 2. Melaksanakan berbagai jenis lomba antarkelas; 3. Menyelenggarakan forum diskusi siswa dengan narasumber berasal dari siswa dihadiri oleh guru dan tenaga kependidikan; 4. Memelihara bangku kelas dan fasilitas sekolah lainnya agar selalu tetap bersih dari coretan dalam bentuk apapun; dan 5. Siswa berlatih membuat produk kreatif yang dapat dijual. e. Pembiasaan Tahunan 1. Memperingati hari besar nasional dan keagamaan; 2. Melaksanakan kerja bakti bersama warga lingkungan sekitar sekolah; 3. Melaksanakan lomba kelas sehat secara berkelanjutan; 4. Mengikutsertakan perwakilan siswa dalam penyusunan tata tertib sekolah; 5. Melaksanakan pentas seni dan/atau pameran karya siswa; dan 6. Mengikuti kegiatan perlombaan dan festival di luar sekolah baik tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional. 4. GERAKAN LITERASI SEKOLAH Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan Umum GLS adalah menumbuh-kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sementara tujuan khususnya meliputi: a. Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik SMK. b. Membangun ekosistem literasi sekolah di SMK. c. Menjadikan SMK sebagai organisasi pembelajaran (learning organization) d. Mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) di SMK. e. Menjaga keberlanjutan budaya literasi di SMK. 14 Buku panduan SMK sistem Fullday Tabel 1. Tahapan pelaksanaan GLS di SMK TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 - 15 menit membaca - Minat baca untuk - 15 menit membaca - Pembuatan jurnal meningkatkan - Pemanfaatan berbagai membaca siswa kemampuan literasi strategi literasi dalam - Penyiapan sarana - 15 menit membaca pembelajaran literasi (penyediaan area - Pembuatan respons - Pengembangan baca, buku bacaan dan bacaan: graphic kemampuan e-literasi akses internet) organizers, peta cerita, dalam pembelajaran - Menciptakan Penilaian non-akademik bagi guru dan siswa lingkungan sosial dan - Pembuatan bahan kaya - Penilaian akademik afektif yang nyaman teks oleh siswa - Pengembangan untuk membaca - Pembimbingan lingkungan fisik, sosial, - Pembimbingan penggunaan k omputer afektif, dan akademik e-literasi secara dan internet untuk - Memilih cara dan bertanggung jawab kegiatan literasi jenis e-literasi yang - Memperkenalkan etika - Pengenalan tepat untuk proses perilaku dan hukum - Penggunaan berbagai pembelajaran, produksi dalam menggunakan bahan referensi cetak pengetahuan, dan teknologi informasi dan dan digital untuk menyebarkannya di komunikasi mencari informasi kalangan warga SMK 5. UJI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI LSP P 1. Uji kompetensi adalah suatu proses pengumpulan bukti kompetensi yang menjadi dasar untuk memutuskan seorang kompeten atau tidak kompeten. Dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia/SKKNI menyebutkan bahwa panduan penilaian praktik ketrampilan dasar dapat dinilai melalui pekerjaan dan tidak melalui pekerjaan. Ini mengandung makna bahwa uji kompetensi dapat dilakukan secara terpadu pada saat siswa SMK melaksanakan praktik kerja industri dan dilakukan dengan metode melalui porto folio. Uji kompetensi a. Pengembangan Standar Kompetensi 1. Dikembangkan berdasarkan paduan antara Standar Nasional/SNP dan Standar Kompetensi Lulusan/SKL Kemendikbud dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) 2. Disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi di industri Buku panduan SMK sistem Fullday 15 b. Pengembangan Kurikulum 1. Sinkronisasi kurikulum berupa identifikasi dan validasi kompetensi dan kriteria unjuk kerjanya dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dilakukan setiap tahun. 2. Disahkan dan ditandatangani oleh: Kepala SMK, asosiasi DUDI, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi. c. Pengembangan Pembelajaran Praktik di SMK 1. Guru wajib memiliki sertifikat kompetensi dan menjadi asesor teknik dari lembaga independen sesuai dengan bidang kompetensi yang diampunya. 2. Guru mengajar/mengampu pada kluster kompetensi tertentu. 3. Pelajaran teori kejuruan mendukung pelajaran praktik. 4. Model pembelajaran berbasis kompetensi/ competency-based training (CBT). 5. Modul wajib digunakan dalam pembelajaran. 6. Siswa dibekali dengan soft skill (materi siswa SMK ber-Kaizen) 7. Siswa dibekali dengan skill passport sebagai panduan untuk mencapai kompetensi. 8. Meskipun siswa belajar dalam kelompok kerja, setiap siswa mempelajari job yang berbeda. 9. SMK memiliki Tempat Uji Kompetensi (TUK) 10. Sebelum melaksanakan uji kompetensi, siswa wajib melakukan uji mandiri 11. Uji kompetensi dapat menyatu dengan pembelajaran. 12. Materi uji kompetensi meliputi aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan 13. Materi uji kompetensi meliputi kluster kompetensi (mengacu pekerjaan yang ada di industri). 14. Hasil uji kompetensi dicatat dalam skill passport. d. Pengembangan Praktik Kerja Lapangan di Industri 1. Siswa diarahkan memilih tempat praktik yang telah memiliki MoU dengan Sekolah 2. Siswa melakukan observasi di tempat praktik dan menentukan pilihan fokus pekerjaan dan harus disetujui oleh industri. 16 Buku panduan SMK sistem Fullday 3. Siswa bekerja berdasarkan pilihan fokus pekerjaannya dengan dibimbing oleh pembimbing industri. 4. Bila pilihan pekerjaan pada saat itu tidak ada, siswa tetap bekerja pada pekerjaan yang ada saat itu. 5. Skill passport menjadi acuan dalam belajar/bekerja 6. Uji kompetensi dilakukan melalui pekerjaan riil 7. Pembimbing industri menguji siswa. 8. Siswa dapat berpindah fokus pekerjaan yang lain setelah dinyatakan lulus uji kompetensi. 9. Kompetensi yang telah dikuasai siswa dicatat dalam skill passport. e. Pengembangan Uji Kompetensi Terpadu 1. SMK memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1/LSPP-1. 2. LSPP-1 mengadakan uji kompetensi sesuai pilihan siswa dan kemampuan TUK/LSPP-1 3. LSPP-1 memverifikasi kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki siswa yang tertuang dalam skill passport. 4. Skill passport menjadi bukti dalam penentuan kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa. 5. Siswa yang belum dinyatakan kompeten pada saat prakerin dapat mengikuti uji kompetensi dengan pola simulasi di TUK/LSPP-1 SMK. 6. Siswa yang telah memenuhi seluruh paket kompetensi (43 kompetensi) akan mendapat sertifikat sebagai teknisi yunior kendaraan ringan dan bagi yang belum memenuhi akan mendapat sertifikat sesuai kompetensi yang telah dikuasai yang tertuang dalam skill passport. f. Out Put 1. Ada jaminan kompetensi bagi lulusan SMK. 2. Sertifikat kompetensi diterbitkan sesuai kompetensi yang telah dimiliki siswa. 3. Skill Passport dan sertifikat kompetensi merupakan bagian yang tak terpisahkan. 4. Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh BNSP/LSPP-1. Buku panduan SMK sistem Fullday 17 Secara singkat model uji kompetensi terpadu dapat dilihat pada gambar berikut Gambar 5. Uji Kompetensi Terpadu Komponen uji kompetensi meliputi: skill passport, tempat uji kompetensi, dan Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1/LSPP-1. Secara rinci komponen-komponen uji kompetensi terpadu adalah: a. Skill Passport Seluruh kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa SMK selama belajar di SMK maupun di uspense diidentifikasi, dipilah per semester, dan diuraikan kriteria unjuk kerjanya. Penyusunan skill passport melibatkan industri dan setiap tahun harus di-update sesuai perkembangan ilmu dan teknologi. Kompetensi dasar/basic competence dipelajari di SMK dan diuji oleh guru dengan skor nilai 0-100. Kompetensi kerja/working competence dipelajari di industri pada saat siswa melaksanakan praktik kerja industri /prakerin dan diuji oleh pembimbing industri dengan acuan standar kompetensi di uspense tempat siswa prakerin dan dengan skor “kompeten” atau “belum kompeten”. Siswa yang sudah dinyatakan kompeten di industri, skill passport-nya ditandatangani oleh pihak industri. 18 Buku panduan SMK sistem Fullday Tabel 2. Contoh Format Skill Passport Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan STANDAR KOMPETENSI/ KODE SKKNI KRITERIA UNTUK KERJA Conventional Engine • Prosedur engine tune-up diidentifikasi tune-up / OTO. • Engine tune-up pada mobil dilakukan KR.02.001.03 sesuai spesifikasi dan SOP Servis/ perbaikan • Prosedur servis rem diidentifikasi rem / OTO. • Sistem rem pada mobil diservis dan KR.04.003.03 diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP UJI MANDIRI SISWA KOMPETEN TGL TTD & CAP tanpa menyebabkan kerusakan Servis/ perbaikan • Prosedur servis transmisi diidentifikasi transmisi / OTO. • Transmisi pada mobil diservis dan KR.03.004.03 diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP tanpa menyebabkan kerusakan Servis/ perbaikan • Prosedur servis kopling diidentifikasi kopling/ OTO. • Sistem kopling pada mobil diservis dan KR.03.002.03 diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP tanpa menyebabkan kerusakan Servis/ perbaikan • Prosedur servis suspense diidentifikasi uspense/ OTO. • Sistem uspense pada mobil diservis KR.04.014.03 dan diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP tanpa menyebabkan kerusakan b. Tempat Uji Kompetensi/TUK Tempat Uji Kompetensi adalah tempat yang berdasarkan penilaian dinyatakan layak dan mampu melaksanakan uji kompetensi. Tujuan TUK adalah: untuk memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi bagi peserta didik kursus dan satuan pendidikan nonformal lainnya serta warga masyarakat yang belajar mandiri berdasarkan standar kompetensi yang ditetapkan. Tempat Uji Kompetensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Buku panduan SMK sistem Fullday 19 1. Persyaratan administrasi a. Memiliki struktur organisasi. b. Memiliki alamat sekretariat yang tetap. 2. Persyaratan teknis: a. Mengajukan proposal untuk menjadi tempat uji kompetensi. b. Memiliki sarana dan prasarana untuk ujian teori dan praktik yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya. c. Letak TUK strategis dan mudah dijangkau. d. Memiliki ventilasi/pengatur udara yang baik dan penerangan yang cukup untuk terlaksananya uji kompetensi yang lancar, tertib, aman, dan nyaman. e. Memiliki peralatan kantor yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya. Struktur Organisasi, TUK dipimpin oleh seorang ketua, dibantu oleh seorang sekretaris, seorang bendahara, dan 2 (dua) orang tenaga operasional atau sesuai kebutuhan. Tugas TUK adalah: merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengontrol, serta mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan uji kompetensi. c. Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama /LSPP-1 LSPP-1 adalah lembaga sertifikasi profesi yang ada dalam lembaga pendidikan kejuruan seperti SMK, yang mempunyai kewenangan untuk melakukan uji kompetensi/sertifkasi kepada para siswanya. Kebijakan, prosedur, dan administrasi lembaga sertifikasi harus terkait dengan kriteria sertifikasi, harus jujur dan wajar terhadap seluruh calon dan harus memenuhi semua persyaratan dan peraturan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Profesinya serta perundang-undangan yang berlaku. LSPP-1 tidak boleh menggunakan prosedur yang menghambat dan menghalangi akses oleh asesi dan calon, kecuali yang ditetapkan dalam pedoman BNSP nomor 217 tahun 2009. LSPP-1 dibentuk oleh SMK dengan mengajukan kepada Badan Nasional Sertifikasi Profesi/BNSP, yang minimal terdiri dari minimal terdiri atas ketua, bagian administrasi, manajemen teknis sertifikasi dan manajemen mutu. 20 Buku panduan SMK sistem Fullday BAB III kompetensi penunjang karir Buku panduan SMK sistem Fullday 21 BAB III KOMPETENSI PENUNJANG KARIR 1. SMK BER-KAIZEN SMK sistem fullday dapat diisi dengan SMK ber-KAIZEN. Salah satu tujuannya adalah upaya membangun karakter ‘problem solving’ menuju Indonesia yang lebih baik. Persaingan usaha dan tenaga kerja yang semakin ketat seiring dengan terbukanya pasar bebas. Profil daya serap tenaga kerja dan pengangguran terbuka gapnya terlalu besar. Institusi pendidikan memiliki peran strategis dan perlu menyiapkan lulusan yang memiliki daya saing untuk memenangkan persaingan ke depan. Maka perlu diupayakan generasi yang siap bersaing di dunia bisnis yang memiliki karakter problem solving (Kaizen). Kaizen berasal dari bahasa Jepang yang artinya seperti gambar berikut. Gambar 6. Arti Kaizen Kaizen bisa dilakukan oleh siapa saja baik karyawan, manager, direktur, pemilik, siswa bahkan ibu rumah tangga sekalipun dengan biaya yang diperlukan relatif murah. Secara umum program Kaizen dapat digambarkan seperti Gambar 7. 22 Buku panduan SMK sistem Fullday Sumber: Star Consulting Kaizen Gambar 7. Program Kaizen Adapun materi program SMK ber-Kaizen meliputi: a. Kaizen dan pilarnya b. Manfaat program c. Skema problem solving d. Metode Pengajaran e. Materi Ajar 06 f. On the Job Training g. Peran dan Fungsi h. Milestone i. Tools Gambar 8. Milestone program SMK ber-Kaizen Buku panduan SMK sistem Fullday 23 Tabel 3. Struktur program SMK ber-Kaizen (2 jam per pekan dalam 6 bulan) NO KEGIATAN JUMLAH JAM 1 Pengertian & Pilar Kaizen 2 JP 2 Problem Solving 10 JP 3 Tool problem solving 6 JP 4 Perangkat-perangkat ‘Kaizen’ - Gugus Kendali Mutu (QCC) 4 JP 5 Ide Berkonsep 4 JP 6 On the Job Training/OJT 6 JP TOTAL 32 JP Materi On the Job Training antara lain: a. Praktik 5 R di kelas b. Praktik Kaizen di rumah c. Praktik Kaizen di lingkungan sekolah d. Kerja praktik di tempat kerja aktual (bengkel, pabrik, dll) Tabel 4. Pembagian tugas program SMK ber-Kaizen SMK KONSULTAN KAIZEN SISWA SMK - Menyiapkan Guru - Membuat Materi Ajar (Buku - Memiliki Buku - Mempromosikan Program Pelajaran dan Alat Peraga) Pelajaran program ke siswa - Mengajar Trainer (Guru) Kaizen - Menyediakan Tempat - Memberi Konsultasi Teknis - Belajar seluruh teori Belajar dan Praktek - Sertifikasi pelajaran & lulus ujian - Menentukan tempat On the - Publikasi & promosi program & - Melaksanakan On the Job Training outputnya Job Training - Mengontrol seluruh Proses - Menerima sertifikat Belajar 24 Buku panduan SMK sistem Fullday Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam program SMK ber-Kaizen adalah sebagi berikut: a. Melakukan MoU dengan Konsultan Kaizen. b. Melaksanakan Training of Trainer/ToT bagi guru. c. Malaksanakan pembelajaran bagi siswa. d. Melaksanakan On the Job Training bagi siswa. e. Melakukan penilaian program SMK ber-Kaizen bagi siswa. f. Menerbitkan sertifikat bagi siswa yang lulus. Berikut adalah salah satu contoh bukti pelaksanaan program SMK ber-Kaizen Gambar 9. Contoh Pelaksanaan Program SMK ber-Kaizen 2. KETARUNAAN/KE-SMAPTA-AN Ketarunaan/ke-smapta-an adalah sistem pendidikan semi militer yang diterapkan di beberapa sekolah baik Perguruan tinggi, SMA, maupun SMK. Ketarunaan diartikan sebagai sistem pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip militer yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Prinsip militer yang diterapkan bukanlah militer murni, tetapi menganut pada sebagiannya guna mencetak disipin dan karakter siswa yang kuat. Ada tiga hal dalam pembentukan karakter yang berlangsung secara terpadu. Pertama, siswa mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, siswa mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, Buku panduan SMK sistem Fullday 25 anak tidak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan. Ketiga, siswa mampu melakukan kebajikan dan sekaligus terbiasa melakukannya. Ranah pengembangan ketarunaan meliputi: a. Latihan Dasar Ketarunaan Latihan Dasar Ketarunaan dilaksanakan untuk memberi landasan dasardasar untuk menjadi sang taruna sejati. Latihan ini sangat keras atau lebih dikenal dengan semi militer sehingga akan mendapatkan fisik yang sangat kuat. Latihan ini diterapkan dengan melibatkan militer asli atau turunannya. b. Kedisiplinan Disiplin dalam sistem ketarunaan adalah mutlak dan tidak boleh ada yang melanggar kalau tidak kena sanksi hukuman. Contoh kegiatan makan harus mengikuti tata tertib dan nilai kesopanan. Termasuk datang ke sekolah dan mengikuti segala kegiatan sekolah harus selalu tiba tepat waktu. Berpakaian c. Mental Dan Daya Tahan Daya tahan atau daya banting diajarkan untuk menjadi orang yang mentalnya kuat dan tahan terhadap segala cobaan dan rintangan. Setiap pagi akan di gembleng, bangun pagi sekali untuk melakukan sholat subuh, selesai lari pagi atau joging. Hal ini diterapkan untuk melatih mental dan daya tahan dalam kedisiplinan dalam mengatur waktu. d. Keagamaan Sikap dan perilaku keagamaan adalah tiang dan akhlak seorang taruna yang sejati. Kalau dalam Islam terutama dalam sholat jamaah dan baca alqur’an. Siswa dengan agama lain akan menyesuaikan sendiri sesuai keyakinannya. Materi ketarunaan/ke-smapta-an dapat meliputi: wasawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa dan pelestarian nilai 45, kesadaran nasional, disiplin nasional, wawasan nusantara, ketahanan nasional dan pembangunan nasional. Namun demikian dapat dilakukan penambahan sesuai dengan kebutuhan sekolah misalnya peraturan Baris-berbaris, tata upacara, pembinaan jasmani, peduli lingkungan, atau ketangkasan individu dan kelompok. Bagaimana langkah-langkah menerapkan ketarunaan/ke-smapta-an adalah sebagai berikut: 26 Buku panduan SMK sistem Fullday a. Sekolah membentuk komite/satgas/gugus ketarunaan/ke-smapta-an SMK b. Komite/satgas/gugus menyusun prosedur dan aturan baku ketarunaan/kesmapta-an SMK. c. Komite/satgas/gugus dapat diketuai oleh komandan taruna. d. Komite/satgas/gugus dapat melakukkan kerja sama dengan militer atau turunanya untuk memulai awal program. e. Sekolah menyiapkan anggaran khusus, sarana dan prasarananya secara representatif f. Guna menjamin ketarunaan/ke-smapta-an berjalan dengan baik, sekolah dapat mengalokasikan pelatihan secara rutin dengan sistem blok setiap minggu dengan durasi sehari penuh atau sesuai kebutuhan. g. Sistem ketarunaan/ke-smapta-an dapat diintegrasikan ke semua kegiatan proses belajar mengajar baik praktek maupun teori. 3. ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING Achievement Motivation Training adalah serangkaian kegiatan yang pada intinya memberikan kesadaran pada siswa untuk mengetahui potensi yang dimilikinya serta menyuntikkan semangat siswa untuk berprestasi semaksimal mungkin. Tujuan Achievement Motivation Training ini bukan menilai kepribadian siswa, tetapi untuk membantu mengembangkan potensi siswa melalui usaha pencapaian tujuan yang bersifat prestatif (achieving). Contoh pelaksanaan Achievement Motivation Training dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Jadwal Achievement Motivation Training WAKTU ACARA METODE TUJUAN ALAT SESI 1 09.00-09.15 Perkenalan antar Membangun • Kertas gambar Peserta Permainan kedekatan dan • Spidol berprestasi” Supaya saling • Double tape mengenal satu sama lain dan merasa ada hubungan dengan pelaksana Buku panduan SMK sistem Fullday 27 09.15-09.30 09.30-09.40 Menjelaskan Ceramah Peserta mengetahui • Laptop Manfaat dan manfaat yang akan • LCD proyektor Tujuan pelatihan didapatkan jika “Pelatihan motivasi mengikuti pelatihan berprestasi” “Motivasi Berpestasi” Informed Consent Meminta persetujuan dari peserta dan • Lembar informed meminta kesedian consent peserta untuk mengikuti pelatihan ini dari awal hingga akhir. 09.40-12.00 Materi “Who am I” Ceramah, video Peserta mengetahui • Laptop tugas, presentasi tentang siapa • LCD proyektor dan game terkait diri mereka dan materi menemukan potensi yang ada dalam diri. 12.00-12.30 Sesi Tanya Jawab Tanya jawab Peserta mengeksplorasi materi yang diberikan 12.30-12.45 Relaksasi Role play 12.45-13.15 - Mereview Kembali Peserta lebih paham Materi Yang Sudah tentang point-poin Diberikan penting didalam - Refleksi materi yang sudah Merefresh pikiran disampaikan 13.15-13.30 Penutup 28 Buku panduan SMK sistem Fullday SESI 2 09.00-09.15 Mereview Materi Ceramah Mengingatkan Yang Diberikan Hari kembali kepada Pertama peserta tentang materi 1 09.15-09.25 Ice Breaking Permainan Mencairkan suasana dan memompa semangat peserta 09.25-11.30 Materi 2: Ceramah, video Peserta dapat Motivasi Diri (Self penugasan kelas, mengenal Motivation) presentasi dan kemampuan diri, game terkait materi menanamkan dorongan positif di dalam diri, membangun dan memelihara motivasi untuk terus meraih prestasi terbaik sesuai dengan usaha yang dilakukan, serta sikap mental terhadap diri sendiri 11.30-12.00 Relaksasi Role play Membuat diri rileks dan santai 12.00-12.45 Praktek Stimulasi Role play Peserta lebih paham tentang poin-poin penting didalam materi yang sudah disampaikan Buku panduan SMK sistem Fullday 29 12.45-13.30 Pemberian Tugas Tugas Lembar identifikasi Peserta sudah Kepada Peserta mulai belajar Dalam Memotivasi mengidentifikasi Diri kemampuan diri, menanamkan dorongan positif, dan memelihara motivasi untuk terus meraih prestasi 13.30-13.45 Penutup SESI 3 08.00-08.30 Mereview Materi Mengingatkan • Kertas plano Yang Diberikan Hari Ceramah kembali kepada • Spidol Kedua peserta tentang materi 2, 08.30-09.00 Ice Breaking Permainan Mencairkan suasana dan memompa semangat peserta 09.00-09.30 Mendiskusikan Tugas 09.00-09.30 Mendiskusikan Pembicara Tugas mengetahui • Lembar diskusi mengidentifikasi kemampuan diri, menanamkan dorongan positif, dan memelihara motivasi untuk terus meraih prestasi 30 Buku panduan SMK sistem Fullday 09.30-12.00 Materi 3: Role play Praktek Peserta dapat • Laptop Pendukung langsung dan mengidentifikasi • LCD proyektor Motivasi dan diskusi pendukung dan Hambatan Motivasi 12.00-12.15 Ice Breaking hambatan motivasi Permainan Mencairkan suasana dan memompa semangat peserta 12.15-12.45 Mereview Materi 3 Peserta lebih paham tentang point2 penting didalam materi yang sudah disampaikan 12.45-13.00 Penutup SESI 4 09.00-09.15 Mereview materi Ceramah Mengingatkan yang diberikan hari kembali kepada ketiga peserta tentang materi 3, 09.15-09.25 Ice Breaking Permainan Mencairkan suasana dan memompa semangat peserta 09.25-10.30 Materi 4: Ceramah dan Peserta mengetahui Menumbuhkan diskusi pentingnya Motivasi membentuk lingkungan anak dengan mengajak anggota keluarga maupun masyarakat untuk memberikan stimulus secara menyeluruh. Buku panduan SMK sistem Fullday 31 10.30-10.40 10.40-11.00 Ice Breaking Mencairkan Mencairkan suasana suasana dan dan memompa memompa semangat peserta Mereview Materi 4 Peserta lebih paham • Kertas plano tentang point2 • Spidol penting di dalam materi yang sudah disampaikan 11.00-11.45 Pemaknaan semua Ceramah dan Peserta mampu materi yang ada Diskusi memaknai arti pentingnya menumbuhkan rasa motivasi prestasi dalam diri 11.45-12.00 Penutup SESI 5 08.00-08.15 Mereview materi Ceramah Mengingatkan • Kertas plano yang diberikan hari kembali kepada • Spidol keempat peserta tentang materi 4 08.15-08.30 Ice Breaking Permainan Mencairkan suasana dan memompa semangat peserta 32 Buku panduan SMK sistem Fullday 08.30-11.30 Materi 5: Goal Ceramah, video Peserta mampu • Laptop Setting dan penugasan kelas, mencapai tujuan • LCD proyektor Achievement dan game terkait yang telah ditetapkan Planning materi dengan asupan materi pencapaian prestasi kecil demi prestasi kecil dan prestasi bersama 11.30-12.00 Relaksasi Role play Membuat diri rileks dan santai 12.00-12.30 Meriview Materi 5 Peserta menuliskan • Kertas plano tujuan hidup dan • Spidol membuat rencana berprestasi dalam bentuk mind map 12.30-13.00 Refleksi / Ceramah dan Peserta mampu pemaknaan semua Diskusi memaknai arti materi yang ada pentingnya pencapaian tujuan tersebut 13.00-13.15 Penutup SESI 6 08.00-08.15 Meriview materi Mengingatkan • Kertas plano yang diberikan hari Ceramah kembali kepada • Spidol kelima peserta tentang materi 5 08.15-08.25 Ice Breaking Permainan Mencairkan suasana dan memompa semangat peserta Buku panduan SMK sistem Fullday 33 08.25-11.00 Materi 5: Problem Ceramah, diskusi Melalui kasus dan • Laptop Solving disertai kasus tanya jawab simulasi dengan • LCD proyektor Kasus dan Simulasi Role play menerapkan materi Kasus Video cara menumbuhkan motivasi dan bagaimana menjadi problem solver yang handal 11.00-11.15 Relaksasi Role Play Meregangkan otot dan ketegangan tubuh agar merasai santai dan nyaman 11.15-12.00 12.00-12.30 Refleksi diri Pemaknaan materi • Kertas plano terhadap diri peserta • Spidol Penutup 4. PENGEMBANGAN KARIR MODEL ADVERSITY QUOTIENT Konsep tentang kecerdasan adversity atau adversity intelligence (AI) dibangun berdasarkan hasil studi empirik yang dilakukan oleh banyak ilmuwan serta lebih dari lima ratus kajian di seluruh dunia, dengan memanfaatkan tiga disiplin ilmu pengetahuan, yaitu psikologi kognitif, psikoneuroimunologi, dan neurofisiologi. Kecerdasan adversity memasukkan dua komponen penting dari setiap konsep praktis, yaitu teori ilmiah dan aplikasinya dalam dunia nyata. Konsep kecerdasan adversity pertama kali digagas oleh Paul G. Stoltz (Jaffar, 2003). Menurut Stoltz (2005), pengertian kecerdasan adversity tertuang ke dalam tiga bentuk, yaitu: pertama, kecerdasan adversity sebagai suatu kerangka kerja konseptual yang baru yang digunakan untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua, kecerdasan adversity sebagai suatu ukuran untuk mengetahui reaksi seseorang terhadap kesulitan yang dihadapinya. Ketiga, kecerdasan adversity sebagai seperangkat peralatan yang memiliki landasan ilmiah untuk merekonstruksi reaksi terhadap kesulitan. 34 Buku panduan SMK sistem Fullday Menurut Stoltz (2005), merumuskan bahwa Adversity Quotient merupakan penjumlahan dari CO2RE (C+Ow+Or+R+E). C (Control) : kendali, O2 (Ow + Or) Origin & Ownership kependekan dari “Origin” (asal usul) dan “Ownership” (Pengakuan). O2 mempertanyakan dua hal: Siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan? Dan sampai sejauh mana saya mengakui akibat-akibat kesulitan ini? Reach berkaitan dengan pertanyaan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan saya? Endurance mempertanyakan dua hal penting yaitu: Berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung? Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam program pengembangan karir model Adversity Quotient adalah sebagi berikut: a. Melakukan MoU dengan Konsultan Adversity Quotient. b. Melaksanakan Training of Trainer/ToT tentang Adversity Quotient bagi guru. c. Malaksanakan Training tentang Adversity Quotient bagi siswa. d. Melaksanakan On the Job Training bagi siswa. e. Melakukan penilaian Training tentang Adversity Quotient bagi siswa. f. Menerbitkan sertifikat bagi siswa yang lulus. 5. SMK SIAGA BENCANA SMK Sekolah Siaga Bencana (SSB) adalah program berbasis sekolah dalam rangka membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana di Indonesia. Program ini bertujuan menggugah kesadaran seluruh unsur, baik individu maupun kolektif, di sekolah dan lingkungan sekolah agar memahami dan siap menghadapi bencana yang mungkin terjadi. Sekolah Siaga Bencana dicanangkan secara nasional oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana terkait tingginya frekuensi bencana dan banyaknya potensi bencana di Indonesia. Ada beberapa syarat minimal untuk dapat menjalankan program sekolah siaga bencana di Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: a. Memiliki komitmen dari kepala sekolah dan komunitas sekolah. b. Didukung oleh dinas pendidikan di wilayahnya. c. Memiliki dukungan dari organisasi terkait pengurangan risiko bencana. d. Melakukan penguatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan bagi guru dan siswa sekolah. e. Melakukan latihan berkala yang jelas dan terukur. f. Melibatkan dukungan terus-menerus dari dinas pendidikan dan organisasi terkait Penanggulangan Risiko Bencana (PRB), termasuk dalam proses pemantauan dan evaluasi sekolah. Buku panduan SMK sistem Fullday 35 Tahapan menuju SMK SSB dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Sekolah membentuk komite/satgas/gugus SMK SSB b. Komite/satgas/gugus menyusun prosedur dan aturan baku kesehatan dan keselamatan kerja di setiap pekerjaan terutama praktek. c. Membentuk petugas tetap reaksi cepat untuk kondisi darurat. komite/satgas menetapkan SOP langkah-langkah Pra Bencana, Saat Bencana maupun Setelah Bencana d. Kalau diperlukan membentuk satgas sesuai dengan bentuk bencana, mulai dari kebakaran, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan lain-lain e. Sekolah menyiapkan anggaran khusus, sarana dan prasarananya secara representatif f. Guna menjamin SMK SSB berjalan dengan baik, sekolah dapat mengalokasikan pelatihan secara rutin setiap bulan dengan durasi 2 X 30 menit atau sesuai kebutuhan. 6. SAFETY HEALTH ENVIRONMENTAL (SHE) Safety Health Environmental (SHE) dalam SMK sistem fullday dapat dilaksanakan dibawah koordinasi wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana. Tujuan SHE adalah untuk memastikan program kesehatan dan keselamatan kerja dalam kampus sekolah teridentifikasi dan berjalan secara sistemik. Tujuan lainnya aadalah terlaksananya kesehatan kerja dan keselamatan kerja sesuai peraturan yang berlaku. Bagaimana SHE dijalankan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Membentuk komite/satgas kesehatan dan keselamatan kerja di sekolah b. Membuat prosedur dan aturan baku kesehatan dan keselamatan kerja di setiap pekerjaan terutama praktek. c. Membentuk petugas reaksi cepat untuk kondisi darurat. d. Menyiapkan tim investigasi terhadap cedera dan merujuknya ke lembaga lain dengan tepat dan cepat e. Memeriksa bangunan, tempat kerja, peralatan keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara rutin f. Mengadakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja bagi guru dan siswa. g. Menyediakan pertolongan pertama untuk penghuni dan pengunjung sekolah h. Mengidentifikasi, menghilangkan, mengendalikan tindakan dan kondisi yang tidak aman 36 Buku panduan SMK sistem Fullday i. Menyediakan untuk pencegahan kebakaran dan keselamatan semua bangunan j. Memastikan bahwa kontraktor melakukan tugas mereka dengan cara yang aman dan bertanggung jawab k. Memberi nasihat dan arahan ke semua lini dan unit kerja untuk mematuhi kesehatan dan keselamatan kerja l. Mengadakan advokasi pada peristiwa kesehatan dan keselamatan kerja m. Guna menjamin SHE berjalan dengan baik, sekolah dapat mengalokasikan pelatihan secara rutin setiap minggu dengan durasi 2 X 30 menit atau sesuai kebutuhan. Buku panduan SMK sistem Fullday 37 38 Buku panduan SMK sistem Fullday BAB IV DAYA DUKUNG INSTITUSI Buku panduan SMK sistem Fullday 39 BAB IV DAYA DUKUNG INSTITUSI Prasyarat minimal SMK sistem fullday berjalan efektif adalah terpenuhinya daya dukung institusi SMK sebagaimana ketentuan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan serta ketentuan yang lebih detil sebagaimana tercantum dalam Peraturan-Peraturan Menteri yang mengatur tentang standar sarana-prasarana serta standar kompetensi guru. Daya dukung minimal SMK sistem fullday meliputi tersedianya DUDI itu sendiri sebagai pasangan utama sekolah, Workshop/Bengkel yang memadai, adanya pendidik yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas, adanya assesor, dan tersedianya dukungan institusi luar baik langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah penjelasannya. 1. WORKSHOP/BENGKEL Sebagaimana model yang telah dijelaskan di bagian awal buku ini, implementasi SMK sistem fullday akan efektif apabila kualitas dan manajemen bengkel SMK tidak hanya memenuhi standar sarana-prasarana sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana SMK dan MAK, namun juga tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Artinya adalah kualitas dan manajemen bengkel SMK juga harus memenuhi syarat untuk menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK). Jangka waktu berlakunya bengkel sebagai TUK yang hanya tiga tahun menjadi tantangan tersendiri bagi SMK, sebab mereka harus menjaga kualitas bengkel yang dimiki agar setelah masa aktif sertifikat habis dan bengkel tetap memenuhi syarat jika diakreditasi oleh LSP. Tantangan terberat adalah dalam hal menjamin bahwa peralatan bengkel masih memenuhi syarat disaat re-kalibrasi ulang serta memenuhi perkembangan teknologi yang berjalan cepat. Ketentuan tentang bengkel SMK untuk dapat menjadi Tempat Uji Kompetensi dapat dilihat pada Pedoman BNSP Nomor 206 dan Nomor 214 Tahun 2014. 2. GURU Guru produktif di SMK sistem fullday dituntut untuk memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam mengelola Competence-based Training (CBT), Project-based Training (PBT), Work-based Training (WBT) serta Production-based Training. 40 Buku panduan SMK sistem Fullday SMK berkewajiban untuk membangun pengetahuan dan kompetensi guru dalam empat bidang di atas baik melalui in service training di internal SMK maupun mengirimkan ke provider lain, misalnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Kementerian tersebut telah terikat dengan Memorandum of Understanding (MoU) untuk peningkatan link and match pendidikan vokasi. Termasuk dalam butir kesepakatan untuk peningkatan kapasitas guru SMK. MoU tersebut merupakan kelanjutan dari Instruksi Presiden Nomor No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan. 3. ASSESOR Implementasi SMK sistem fullday mensyaratkan terpenuhinya jumlah guru produktif yang memiliki sertifikat kompetensi serta sertifikat sebagai asesor menurut Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)-BNSP. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa jumlah guru SMK yang bersertifikat kompeten menurut LSP masih sedikit, apalagi yang memiliki sertifikat asesor. Sementara kebutuhan akan guru yang memiliki dua jenis sertifikat di atas tinggi. Terlebih lagi pada SMK yang memiliki jumlah rombongan belajar yang besar. Model yang ditawarkan dalam panduan ini menuntut siswa SMK mendapatkan sertifikat kompetensi pada saat lulus. Sementara praktik sertifikasi kompetensi melarang guru untuk mensertifikasi muridnya sendiri. Konsekuensinya adalah pemenuhan kualifikasi guru sebagai asesor dilakukan secara parallel oleh SMK-SMK dalam kabupaten/kota yang berdekatan atau oleh SMK-SMK dalam satu provinsi. Sehingga memungkinkan silang asesor antara satu SMK dengan SMK lainnya. SMK sistem fullday harus menyiapkan guru dengan pelatihan khusus agar guru siap dalam sertifikasi kompetensi. Langkah kedua yang harus disiapkan adalah melatih guru untuk menjadi asesor sertifikasi. Apabila dirasa guru telah siap untuk mengikuti dua sertifikasi di atas, maka SMK perlu mempersiapkan biaya untuk sertifikasi kompetensi guru lewat TUK dan LSP yang terjangkau. Apabila semua guru produktif telah mendapatkan dua jenis sertifikasi di atas, maka kompetensi mereka dianggap telah teruji serta memenuhi syarat untuk menjadi asesor bagi siswa SMK. Ketentuan sertifikasi asesor untuk guru SMK dapat dilihat secara lebih jelas pada Pedoman BNSP Nomor 203 dan 204 Tahun 2007 serta nomor 218 Tahun 2013. Buku panduan SMK sistem Fullday 41 4. DUNIA USAHA DUNIA INDUSTRI (DUDI) Guna mengimplementasikan SMK sistem fullday, SMK dituntut untuk memiliki kerjasama yang kuat dengan DUDI. Sebab jika SMK ingin menjalankan sistem ganda secara konsekuen, maka dibutuhkan mitra kerjasama yang kuat karena siswa akan menjalankan pekerjaaan di industri dengan alokasi waktu yang mencapai sekitar 50%. Tanpa dukungan kerjasama yang kuat tentu tidak mudah untuk mendapatkan DUDI yang bersedia menerima siswa SMK dalam paket ideal dual sistem sebagaimana telah dijalankan dengan kuat di Jerman, misalnya. Dalam menggandeng DUDI, SMK harus melibatkannya sejak awal siswa masuk, proses PBM sampai mengantarkannya ke dunia kerja. Di awal siswa masuk DUDI dapat diminta mengelaborasi kompetensi dasar da kompetensi tambahan apa yang dibutuhkan. Pada proses PBM, DUDI dapat dilibatkan dalam menyusun kurikulum dan capaian pembelajaran mulai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang ingin dicapai. Sementara pada akhir lulusan, DUDI bisa langsung menerima atau menyalurkannya sesuai dengan kompetensi yang telah dicapai di sekolah. 5. STAKEHOLDER LUAR Secara langsung SMK sistem fullday dituntut menjalin lembaga dukung luar institusi seperti asosiasi-asosiasi profesi sejenis, para pakar yang kompeten di bidangnya, komite sekolah sebagai pemakai langsung jasa sekolah dan perguruan tinggi sebagai pengembangan keilmuan tolok ukur kekuatan utama sekolah yaitu sumber daya manusia. Namun demikian SMK sistem fullday didorong untuk memiliki jaringan luas dalam penyediaan alternatif sumber pendanaan, penyedia paket pelatihan untuk guru dan siswa, serta sumber daya lain yang penting bagi implementasi dual system, teaching factory serta sertifikasi kompetensi. Cukup banyak SMK yang telah memanfaatkan sumber pendanaan pendidikan dari Corporate Social Responsibility (CSR) korporasi. Non Government Organisation (NGO) yang bekerja pada sektor pendidikan kejuruan juga memiliki banyak paket pelatihan untuk guru SMK. Stakeholder lain yang bisa dimobilisasi untuk implementasi SMK sistem fullday tersedia cukup banyak di dalam negeri serta dari luar negeri. Dibutuhkan kreativitas serta daya jelajah kerjasama yang kuat untuk dapat mengakses stakeholders yang potensial untuk mengimplementasikan FDS. Payung MoU yang disebutkan di depan membuka peluang bagi SMK untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah koordinasi Kementerian BUMN. 42 Buku panduan SMK sistem Fullday Implementasi SMK sistem fullday secara ideal mensyaratkan SMK untuk secara sengaja membangun kerjasama dengan banyak pihak di luar sekolah. Kerjasama tersebut akan menjadi solusi dari keterbatasan internal SMK serta internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam penyediaan dana dan sarana prasarana untuk SMK. Kemampuan Kepala Sekolah atau unit lain yang bertanggung jawab dalam hal kerjasama akan menjadi kunci keberhasilan SMK dalam mengimplementasikan SMK sistem fullday agar employability skills siswa SMK optimal. Buku panduan SMK sistem Fullday 43 44 Buku panduan SMK sistem Fullday BAB V PENUTUP Buku panduan SMK sistem Fullday 45 BAB V PENUTUP Melaksanakan SMK sistem fullday adalah memastikan semua proses yang telah disepakati dapat berjalan secara konsisten, sistemik dan terus menerus mengalami perbaikan-perbaikan. Kepala sekolah dan guru sebagai garda terdepan dalam mengawal terlaksananya SMK sistem fullday menjadi faktor kunci keberhasilan sistem ini. Dukungan dan bimbingan dari luar sistem sekolah juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Pemerintah sebagai pembina dan penjamin mutu SMK sistem fullday memiliki peran yang sangat strategis untuk selalu memberi arah dan memberikan penguatan di setiap lini proses di sekolah. Panduan praktis yang tersusun ini merupakan panduan global bagi sekolah untuk mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi SMK sistem fullday. Walaupun tidak sempurna dan sedetail seperti yang diharapkan, panduan praktis dapat disempurnakan sesuai dengan kekhususan sekolah masing-masing. Prasyarat dan kondisi dasar yang dibutuhkan dalam melaksanakannya adalah sangat bergantung dari kesadaran dan kepedulian semua pelaku, pemerhati, orang tua akan pentingnya menyiapkan masa depan anak bangsa menjadi manusia yang produktif dan kompetitif. Semoga panduan ini adalah menjadi bagian kepedulian masa depan bangsa ini, bangsa Indonesia. 46 Buku panduan SMK sistem Fullday DAFTAR PUSTAKA Dikmenjur. (1999). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan. Goodwin, Sue et.al. (2012). Employability skill framework, stage 1. Departement Education, Employment and Workplace Relations. Hildebrand, Charlene. (2010). Effect of allday, and half-day kindergarten programming on reading, writing, math and classroom social behaviors.National FORUM Journal University of Nebraska-Kearney. James Bisset etc. (2014). A review of the literature on current practice in the development of employability skills. The Society of College, National and University Libraries (SCONUL). www.sconul.ac.uk Lankard, B. A. (1990). Employability the fifth basic skill. ERIC Digest No. 104. Columbus: Center on Education and Training for Employment. The Ohio State University. National Council for Vocational Education (NCVE). (1996). The Concept of pendidikan sistem ganda in Vocational Secondary School in Indonesia. Jakarta. OECD. (2015), OECD Skills Outlook 2015: Youth, Skills and Employability, OECD Publishing.http://dx.doi.org/ 10.1787/9789264234178-en Prosser, C. A. & Quigley, T. H. (1949). Vocational Education in a Democracy. American Technical Society, Chicago, Illinois, 1949. Santosa, Budi. (2014). Pengembangan Model Uji Kompetensi Terpadu di Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Otomotif. Yogyakarta, Disertasi, UNY. Santosa, Budi. (2016). Skill Passport Bidang Teknik Kendaraan Ringan di Sekolah Menengah Kejuruan. Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan, Magister Pendidikan Vokasi. Supriyadi, Dedi. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Yorke, M. (2006). Employability in higher education: what it is - what it is not Learning and Employability Series: Higher Education Academy. Buku panduan SMK sistem Fullday 47 48 Buku panduan SMK sistem Fullday Buku panduan SMK sistem Fullday 49