EVALUASI KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA (Studi Pada SDN Tugu Utara 11) Oleh : Azizah Febrianti Fasha, Dra.Nina Widowati, M.Si Departemen Administrasi Publik Falkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: [email protected] ABSTRACT In Indonesia, everyone has the right to education including children with disabilities. Indonesian Government established a regulation related to this matter which is Inclusive Education Policy. Inclusive Education is an education system that gives everyone access to education including children with special needs. Inclusive Education Policy is also applied in the capital city of Indonesia, the Special Capital Region of Jakarta. In Jakarta, inclusive education is regulated through governor regulation which is Governor Regulation Number 116 of 2007 on The Implementasion of Inclusive Education. In its implementation, there are still some problems therefore the evaluation about this policy is needed. This paper describes the evaluation of inclusive education policy at one of public primary schools in Jakarta which is Tugu Utara 11 Public Primary School. Data collection techniques of this research were observation, interview, and literature review. Collected data were analyzed by qualitative descriptive method. This research used the theory from William N. Dunn, Criteria for Evaluating Policy Performance which are Effectiveness, Efficiency, Adequacy, Equity, and Responsiveness as the main theory.Based on the evaluation, the implementation of inclusive education on the research site is still not optimal. The paper concludes with a consideration of possible acts for improvements in the implementation of inclusive education that need to be kept in mind. Keywords : Children with special needs, Inclusive education, Policy Evaluation, Public Primary School, Jakarta PENDAHULUAN disabilitas A. LATAR BELAKANG khusus di bidang pendidikan dan untuk Penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan atau menyelenggarakan education for all secara lebih luas anak berkebutuhan yang demokratis dan berkeadilan serta khusus, tentu perlu diperhatikan oleh tidak diskriminatif juga terlihat pada pemerintah penerapan pendidikan inklusif. sebagaimana masyarakat Indonesia pada umumnya. Pemerintah Negara Indonesia tujuannya adalah yang salah satu untuk melindungi Pendidikan sebagai inklusif sistem pendidikan diartikan penyelenggaraan yang memberikan segenap bangsa Indonesia, seperti yang kesempatan kepada semua peserta didik termuat dalam Pembukaan Undang- yang memiliki kelainan dan memiliki Undang Dasar 1945, dituntut untuk potensi memperhatikan para istimewa untuk mengikuti pendidikan anak atau pembelajaran dalam lingkungan penyandang hak-hak disabilitas atau berkebutuhan khusus. Salah satu kecerdasan dan/atau bakat pendidikan secara bersama-sama dengan hak yang perlu peserta didik pada umumnya. Tujuan diperhatikan oleh Pemerintah yaitu hak pendidikan inklusif seperti yang termuat untuk mendidik dirinya (The Right to di dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Educated Oneself). Pendidikan Nasional Republik Indonesia diartikan bahwa Hak ini setiap dapat anak Nomor 70 Tahun 2009 tentang berkebutuhan khusus mempunyai hak Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik untuk memperoleh pendidikan seperti yang Memiliki Kelainan dan Memiliki anak pada umumnya. Hal ini juga Potensi sejalan dengan amanat Undang-Undang Istimewa adalah untuk memberikan Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 dan 2 yang kesempatan yang seluas-luasnya kepada menyebutkan bahwa setiap warga negara semua peserta didik yang memiliki berhak mengikuti pendidikan dan setiap kelainan fisik, emosional, mental, dan warga sosial, atau memiliki potensi kecerdasan negara wajib mengikuti Kecerdasan dan/atau membiayainya. memperoleh pendidikan yang bermutu satu upaya dengan istimewa Bakat pendidikan dasar dan pemerintah wajib Salah bakat dan/atau kebutuhan untuk pemerintah untuk memberikan sesuai dan kesempatan kepada penyandang kemampuannya. Tujuan yang kedua adalah untuk penyelenggaraan mewujudkan pendidikan yang pelaksanaannya masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Permasalahan yang ada menghargai keanekaragaman, dan tidak pada diskriminatif bagi semua peserta didik. Inklusif di atas membuat peneliti merasa Penyelenggaraan pendidikan Penyelenggaraan Pendidikan perlu untuk melakukan penelitian dan inklusif ini sudah diselenggarakan di mengevaluasi beberapa provinsi di Indonesia, salah kebijakan tersebut. Hal ini dimaksudkan satunya di Provinsi DKI Jakarta.DKI untuk Jakarta merupakan provinsi pertama kebijakan ini telah sesuai dan mencapai yang tujuan awalnya ditetapkan sebagai Provinsi lebih jauh mengenai melihat apakah pelaksanaan dan apakah sudah Pendidikan Inklusif oleh Kementerian memberikan manfaat kepada kelompok Pendidikan sejak sasaran (target groups) seperti yang Pada diharapkan. Oleh karena itu, peneliti penyelenggaraan merumuskan judul penelitian sebagai tanggal 23 dan Kebudayaan November pelaksanaanya, 2013. pendidikan inklusif di DKI Jakarta berikut bukan tanpa masalah. Hal ini seperti Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif terlihat pada dimensi pendidik atau guru, Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan baik guru kelas biasa maupun Guru Koja Jakarta Utara (Studi pada SDN Pembimbing/Pendidik Tugu Utara 11). Khusus; Evaluasi Kebijakan kurikulum dan aturan serta budaya sekolah yang kurang akomodatif; serta aksesibilitas sarana prasarana di sekolah B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana evaluasi kebijakan (Irwanto et all., 2010). . Hal ini seperti penyelenggaraan yang terjadi di Kecamatan Koja, Jakarta inklusif pada tingkat Sekolah Dasar Utara. Negeri di Kecamatan Koja Jakarta Berdasarkan fenomena di atas, terlihat bahwa penyelenggaraan Utara (SDN Tugu Utara 11)? 2. Apakah faktor penghambat utama pendidikan inklusif merupakan sebuah penyelenggaraan kebijakan inklusif yang digulirkan untuk pendidikan pendidikan pada tingkat Sekolah memupus diskriminasi di dalam bidang Dasar Negeri di Kecamatan Koja pendidikan dalam rangka mewujudkan Jakarta Utara (SDN Tugu Utara konsep education for all. Namun pada 11)? Evaluasi Publik menurut William N Dun dalam arti yang lebih C. TUJUAN 1. Untuk kebijakan dan spesifik, evaluasi berkenaan dengan mendeskripsikan evaluasi kebijakan produksi informasi mengenai nilai atau penyelenggaraan Pendidikan Inklusi manfaat hasil kebijakan. (William N di Kecamatan Koja Jakarta Utara Dun, 2003: 608). William N Dunn (2003), (Studi pada SDN Tugu Utara 11) juga menjelaskan dalam menghasilkan 2. Untuk mengetahui mengetahui dan informasi mengenai kinerja kebijakan mendeskripsikan faktor penghambat juga menggunakan tipe kriteria yang utama penyelenggaraan pendidikan berbeda inklusif pada tingkat Sekolah Dasar kebijakan. Tipe-tipe kriteria evaluasi Negeri di Kecamatan Koja (SDN kebijakan Tugu Utara 11) efektivitas, efisiensi, perataan, responsivitas, D. TEORI untuk mengevaluasi menurut Dunn hasil yaitu: kecukupan, dan ketepatan.Tipe-tipe kriteria ini akan Evaluasi Kebijakan Publik TIPE PERTANYAAN KRITERIA Efektivitas Efisiensi Kecukupan dijelaskan lebih lanjut pada tabel berikut Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan? Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah? Perataan/ Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata Kesamaan kepada kelompok-kelompok yang berbeda? Responsivitas Ketepatan Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu? Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai? Sumber: William N Dunn, 2003 Dasar di Kecamatan Koja Jakarta Utara. Dalam melakukan penelitian ini, situs E. METODE Pada penelitian evaluasi penelitian yang akan diambil oleh peneliti Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif ini adalah pada Seksi dinas Pendidikan peneliti menggunakan Dasar Kecamatan Koja dan Sekolah kualitatif bersifat penelitian deskriptif yang Dasar Negeri (SDN) Tugu Utara 11. kemudian mengerucut lagi kepada jenis Pemilihan SDN Tugu Utara 11 sebagai penelitian kualitatif studi kasus. Studi studi dikarenakan dari beberapa sekolah kasus yang merupakan mendalam tentang penelitian yang individu, satu menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kecamatan Koja, sekolah ini kelompok, satu organisasi, satu program merupakan kegiatan, dan sebagainya dalam waktu menyelenggarakan pendidikan inklusif tertentu. Tujuannya untuk memperoleh dan masih menyelenggarakan pendidikan deskripsi yang utuh dan mendalam dari inklusif hingga saat ini. sebuah entitas. Penelitian studi kasus Dalam penelitian memusatkan perhatian pada satu objek konsep keluasan tertentu yang diangkat sebagai sebuah rentangan informasi yang diperlukan kasus untuk dikaji secara mendalam sesuai fokus penelitian, oleh karenanya sehingga mampu membongkar realitas di informan balik fenomena. Sebab, yang kasat mata mengikuti data-data yang ditemukan di hakikatnya bukan sesuatu yang riel lapangan saat melakukan penelitian, (realitas). Itu hanya pantulan dari yang sehingga ada di dalam. Kemudian secara umum, sebelumnya secara menyeluruh. Yang menurut bisa tempat penelitiannya, atau akan tidak dilakukan pertama kualitatif dan terus dapat adalah yang dikenal kecukupan berkembang dipastikan menetapkan penelitian informan awal, yang kemudian darinya kualitatif dibagi menjadi dua jenis, yaitu akan terus menyebar sesuai dengan metode penelitian lapangan (penelitian penuntasan pencarian data. kancah) dan metode lapangan sekolah metode penelitian kepustakaan. Penelitian Pengambilan sampel informan awal ini menjaring informasi secara mendalam dari berbagai Penyelenggaraan sumber yang terpercaya mengenai hal- Pendidikan Inklusif Tingkat Sekolah hal yang berkaitan dengan penelitian. Kebijakan terfokus untuk pada evaluasi ini dimaksudkan Metode pengambilan dilakukan secara sampel purposive ini atau Peserta Kelainan Didik Yang Memiliki dan Memiliki Potensi purposive sampling. Purposive sampling Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa, merupakan Peraturan teknik sampling yang Gubernur Nomor digunakan oleh peneliti jika memiliki Tahun pertimbangan-pertimbangan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, tertentu 2007 116 dalam pengambilan sampelnya (Idrus, dan 2009: 96). Namun, jika belum cukup, 119/SE/2016 maka Penyelenggara Pendidikan Inklusif. untuk memperluas informasi Surat Tentang Edaran Nomor Tentang Sekolah dipilih teknik bola salju atau snow ball Berdasarkan temuan peneliti sampling. Teknik pengumpulan data lapangan dilakukan melalui observasi, wawancara, kebijakan telah mengetahui inti dari dan studi dokumentasi. regulasi aktor-aktor yang mengatur di pelaksana tentang pendidikan inklusif. Namun tidak semua dapat menyebutkan secara PEMBAHASAN A. Evaluasi Penyelenggaraan spesifik terkait dengan regulasi Pendidikan Inklusif Pada SDN tersebut. Sedangkan terkait dengan Tuhu Utara 11 Kecamatan Koja petunjuk 1. Efektivitas (Effectiveness) pelaksanaan Terealisasi dengan baiknya suatu sampai saat ini masih belum ada, kebijakan sejauh ini hanya berupa surat edaran berkaitan erat dengan diketahuinya regulasi yang mengatur teknis dan pendidikan petunjuk inklusif yang sifatnya situasional. tentang kebijakan tersebut oleh aktoraktor pelaksana kebijakan karena di 2. Efisiensi (Efficiency) dalam regulasi tersebutlah terdapat Efisiensi menurut Dunn berkenaan tujuan dan hasil yang diharapkan dari dengan jumlah usaha yang diperlukan suatu untuk kebijakan. Kebijakan menghasilkan tingkat pendidikan inklusif di DKI Jakarta efektivitas tertentu, terfokus pada sendiri sumber daya dan optimalisasi. Usaha- memiliki payung hukum, yaitu : Peraturan Menteri Pendidikan usaha pada penyelenggaraan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 pendidikan inklusif terkait dengan Tentang Pendidikan Inklusif Bagi sumber daya manusia, sosialisasi, dan pendanaan. Sumber daya manusia belajar mengajar yakni penerapan pada pendidikan inklusif terfokus kurikulum dan pembelajaran serta pada kesiapan guru atau tenaga pengoptimalisasian pendidik dalam menyelenggarakan sarana dan prasarana masih kurang proses yang cukup. Hal ini dikarenakan belum ada seluas-luasnya modifikasi kurikulum yang dilakukan belajar memberikan mengajar akses fasilitas kepada semua peserta didik, baik dan peserta didik reguler maupun peserta kebutuhan didik berkebutuhan khusus. khusus secara mendalam. Penerapan Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI tindakan Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 berkebutuhan khusus hanya sebatas Tentang Penyelenggaraan Pendidikan pada observasi di permukaan guru Inklusif ditetapkan bahwa di setiap kelas masing-masing. Namun hal ini sekolah penyelenggara pendidikan dirasa inklusif harus ada guru pembimbing mengakomodasi khusus berkebutuhan (GPK) yang dapat diterapkan sesuai atau siswa berkebutuhan kelas masih dengan untuk siswa kurang cukup kebutuhan siswa khusus dikarenakan memberikan program pembelajaran modifikasi yang dilakukan hanya bagi berdasarkan peserta didik berkebutuhan pengetahuan dan khusus. Namun, pada temuan di kreativitas guru kelas yang latar lapangan sudah setahun ini tidak belakangnya tersedia GPK di SDN Tugu Utara 11. pendidik ahli siswa berkebutuhan Kondisi ini menjadikan proses belajar khusus. mengajar hanya diserahkan kepada Fasilitas atau sarana prasarana khusus guru reguler yang memiliki riwayat yang disediakan oleh SDN Tugu pendidikan umum bukan ahli di Utara bidang pendidikan anak berkebutuhan penyelenggaran pendidikan inklusif khusustujuan. sudah cukup memadai. Hal ini terlihat 11 bukan dalam merupakan menunjang dengan adanya ruang yang disediakan 3. Kecukupan (Adequency) sebagai ruang sumber dan juga alat- Proses pemenuhan kebutuhan bagi alat peraga pelatih perkembangan siswa berkebutuhan khusus di SDN siswa Tugu Utara 11 terkait dengan proses berbagai berkebutuhan bidang khusus seperti di alat-alat peraga untuk melatih perkembangan Responsivitas pada penyelenggaraan motorik siswa. pendidikan inklusif berkaitan dengan respon 4. Perataan (Equity) dimensi data dan informasi, serta kesempatan untuk memperoleh pendidikan inklusif di sekolah penyelenggara. Pada SDN Tugu Utara 11 calon peserta didik baru dapat memperoleh informasi terkait dengan penerimaan baik siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus secara terbuka ketika mereka datang mengunjungi SDN Tugu Utara 11. Calon peserta didik baru akan disambut dengan banner tata cara pendaftaran atau dengan bertanya langsung kepada pihak sekolah, yang nantinya akan pendaftaran diarahkan secara kepada online pada perataan untuk dalam PPDB kesempatan mewujudkan rangka yang sama pada dan umumnya. Kemudian juga terkait dengan sistem dukungan. Pada temuan di lapangan responsivitas dari warga sekolah dan masyarakat pada umumnya sudah cukup baik dengan ditandainya dengan penerimaan mereka terhadap siswa berkebutuhan khusus pada sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Kemudian terkait dengan sistem dukungan atau respon dari Dinas masih kurang optimal dikarenakan terbatasnya jumlah pengawas jika dibandingkan dengan jumlah sekolah inklusif di setiap wilayah kota administrasi. 6. Ketepatan (Appropriatness) website secara online merupakan upaya yang dilakukan sekolah pada website PPDB DKI Jakarta. Pendaftaran warga masyarakat Perataan/kesamaan berkaitan dengan perataan dari memberi kepada seluruh calon peserta didik untuk mendaftar ke sekolah yang dituju, baik siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus. Suatu kebijakan dikatakan apabila tujuan dari kebijakan tersebut sudah tercapai kebutuhan Berdasarkan lapangan, sesuai masyarakat temuan dengan sasaran. peneliti di penyelenggaraan pendidikan inklusif di SDN Tugu Utara 11 sudah memenuhi kebutuhan masyarakat sasaran namun masih belum sepenuhnya maksimal. 5. Responsivitas (Responsiveness) tepat Matriks Penelitian Sumber : Olahan peneliti diperlukan B. Faktor Penghambat Penyelenggaraan Utama Pendidikan untuk melaksanakan program pendidikan sekolah untuk khusus siswa di dengan Inklusif di SDN Tugu Utara 11 kebutuhan khusus. Oleh karena itu, Kebijakan peran dari Guru Pembimbing Khusus Pendidikan Inklusif tingkat sekolah dasar di Kecamatan sangat Koja Jakarta Utara terkhususnya di penyelenggaraan pendidikan inklusif SDN Tugu Utara 11 masih memiliki di sekolah. hambatan. Faktor penghambat utama Pada SDN Tugu Utara 11 saat ini dari penyelenggaraan kebijakan ini tidak tersedia Guru Pembimbing yaitu ada pada ketersediaan Guru Khusus hal ini menjadi penghambat Pembimbing Khusus (GPK). utama Berdasarkan Peraturan Gubernur mengajar di sekolah untuk siswa DKI Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 berkebutuhan khusus dilaksanakan tentang Penyelenggaraan Pendidikan tanpa adanya peran guru ahli yang Inklusif Guru Pembimbing Khusus memiliki wawasan mumpuni untuk adalah menangani guru yang bertugas vital karena di salam kegiatan dan belajar mendidik mendampingi sekolah penyelenggara berkebutuhan pendidikan inklusi dan memiliki mengakibatkan pelaksanaan belajar kompetensi mengajar untuk siswa berkebutuhan dalam menangani peserta didik berkebutuhan khusus. Guru Pembimbing Khusus khusus. siswa Hal khusus masih jauh dari harapan. ini KESIMPULAN tujuan dan hasil yang diharapkan, 1. Kebijakan tentang Penyelenggaraan diperlukan regulasi mendetail berupa Pendidikan Inklusif di SDN Tugu petunjuk Utara 11 tidak mendukung. Hal pelaksanaan dalam rangka penerapan tersebut dapat dibuktikan dengan kebijakan yang tepat sasaran di lebih banyaknya indikator yang tidak lapangan. Adanya petunjuk teknis mendukung, dan yaitu : efektivitas, teknis petunjuk dan petunjuk pelaksanaan dapat efisiensi, kecukupan, dan ketepatan. menjadi pedoman dan membantu Indikator yang mendukung adalah para aktor pelaksana di sekolah perataan dan responsivitas. Seperti dalam rangka pencapaian tujuan tergambar pada matriks berikut yang 2. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, faktor penghambat utama dari penyelenggaraan diharapkan dari dibuatnya kebijakan pendidikan inklusif ini. 2. Dibuatnya regulasi khusus yang pendidikan mengatur tentang Guru Pembimbing inklusif tingkat sekolah dasar di Khusus (GPK) di setiap sekolah Kecamatan Koja Jakarta Utara (Studi inklusif. GPK merupakan salah satu Pada SDN Tugu Utara 11) adalah syarat yang harus dipenuhi sekolah faktor sumber daya manusia Guru penyelenggara pendidikan inklusif Pembimbing Khusus (GPK). sesuai dengan Di Peraturan Gubernur SDN Tugu Utara 11 pada tahun DKI Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 ajaran 2016/2017 tersedia tentang Penyelenggaraan Pendidikan tenaga ahli dalam Inklusif. Adanya regulasi khusus menyelenggarakan kegiatan belajar yang mengatur tentang salah satu mengajar. Hal ini menjadi kesulitan poin penting di dalam keberjalanan tersendiri terutama dalam pendidikan pendidikan inklusif yakni GPK tentu dan akan tidak GPK perkembangan dari siswa membantu proses berkebutuhan khusus yang ada di keberlangsungan proses belajar dan sekolah. mengajar di sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. SARAN 1. Agar kebijakan penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat mencapai DAFTAR PUSTAKA Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hidayat, Asep AS dan Suwandi, A. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra. Jakarta: Luxima. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 116 Tahun 2007 tentang Inklusif. Penyelenggaraan Pendidikan