6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap (Winkel, 1983). Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Dengan belajar, perilaku individu akan berubah ke arah yang lebih baik. Berhasil atau tidaknya tergantung dari faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor eksternal dan faktor internal. a. Faktor eksternal adalah faktor dari luar siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat dan keluarga) dan faktor lingkungan non sosial (gedung, sekolah, rumah, alat belajar, cuaca dan waktu belajar). b. Faktor internal adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indera), dan aspek psikologis antara lain: intelegensi dalam sikap, misalnya dalam beradaptasi dengan teman, bakat dan minat dalam belajar serta kemauan besar untuk belajar. Untuk mendapatkan pengertian yang obyektif tentang belajar di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar menurut para ahli. a. Moh Surya (1997) : “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. b. Gagne (2005) : “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola – pola respons yang baru berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. c. Sudjana (2005) : “Belajar adalah proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi”. d. Gagne (1999) : “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman”. 7 e. Ruyan (2006) : “Belajar adalah suatu proses perubahan individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. f. Slameto (1995) : “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam iteraksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sendiri. 2.1.2 Hasil Belajar Menurut Adi Negro, hasil adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil/ sukses dan prestasi itu menunjukkan kecakapan suatu bangsa.Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang dalam belajar. Orang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan motorik atau penguasaan sikap – sikap (Winaputra: 25). Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, lisan, maupun tes perbuatan (Sudjana, 1991). Hasil belajar merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar (Nasution dalam Iskandar, 2009). Jadi hasil belajar adalah prestasi yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dan belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain : 2.1.2.1 Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri. Faktor internal ada 3 bagian yaitu : a. Faktor Intelegensi Intelegensi adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang didiamnya berpikir perasaan. b. Faktor Minat 8 Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang berminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar. c. Faktor Keadaan Fisik dan Psikis Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas / labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya. 2.1.2.2 Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain : a. Faktor guru Guru harus dapat menunjukkan fleksibilitas yang yaitu dengan pendekatan didaktis dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat hasil belajar siswa semaksimal mungkin. b. Faktor Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga juga mempengaruhi hasil belajar siswa bahkan merupakan faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar, seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar. c. Faktor sumber-sumber belajar Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar dapat berupa media / alat batu belajar serta bahan buku penunjang. Dengan menggunakan alat bantu belajar maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi kontrekt, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna. Dengan penggunaan batu belajar maka prestasi semua siswa akan baik dan meningkat. Dalam penelitian ini yang akan diperbaiki adalah hasil belajar siswa kelas V yang masih rendah pada mata pelajaran IPA tentang sistem pencernaan 9 makanan pada manusia. Hal ini dibuktikan dari 20 orang siswa dalam 1 kelas, hanya 6 orang saja yang mendapatkan nilai diatas KKM atau haya sekitar 30% yang sudah mencapai KKM (KKM = 70) dan nilai rata – rata kelas adalah 60. Diharapkan setelah penelitian ini, hasil belajar siswa dan hasil rata – rata kelas akan mengalami peningkatan. 2.1.3 Teori Belajar Perbincangan teori seolah sudah menjadi properti kaum akademisi. Setiap tindakan akademik atau tindakan ilmiah sudah tentu para akademisi harus memaparkan pernyataan – pernyataan teoretik dan rasional. Guru sebagai akademisi pun harus mampu memberikan eksplanasi teoretik atas tindak ajar yang dilakukannya (Suprijono, 2009). Jika guru menguasai teori, maka apapun perubahan yang terjadi misalnya perubahan kurikulum, guru akan apresiatif. Guru seperti inilah yang dapat bertindak professional atas profesinya. Jadi, teori sangat penting bagi tindak ajar yang dilaksanakan oleh guru. Teori merupakan perangkat prinsip – prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa – peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan kausalitas dari proposisi – proposisi (Suprijono, 2009). Fungsi teori dalam konteks belajar adalah untuk memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar, memberikan rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran, mendiagnosis masalah – masalah dalam kegiatan belajar mengajar, mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang dan mengkaji factor eksternal yang memfasilitasi proses belajar. Fungsi teori belajar sebagai pisau analisis berbagai fakta dan fenomena belajar. 2.1.4 Pengertian IPA Kata-kata IPA merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam”merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya IPA juga sering disebut sebagai 10 suatu istilah Webte’s : New collegiate Dictionary (1981) menyatakan “natural science is knowledge concerned with the physical world and its phenomena” yang artinya ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya sedangkan di dalam Purnell’s “ Concise dictionary of Human knowledge acquired bu systematic, observation and experiment and explained bu means of rules, laws, prinsiples, theories and hyphotheses” artinya ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesishipotesis. Ilmu pengetahuan alam merupakan disiplin ilmu sangat penting. Sementara itu, Hungerford dan Volk (1990) mendefinisikan IPA sebagai: a. Proses menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris. b. Informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis. c. Kombinasi antara proses berpikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam bentuk kumpulan konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA dapat dipandang sebagai produk yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah, dan dapat juga dipandang sebagai proses yaitu sebagai pola berpikir atau metode berpikirnya. Oleh karena itu anak-anak perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sebab diharapkan mereka dapat berpikir dan memiliki sikap ilmiah. Tetapi untuk pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA dan keterampilan proses IPA untuk anak-anak hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitifnya. Menurut Paolo dan Marten (dalam Carin 1993 : 5) IPA untuk anak-anak didefinisikan sebagai berikut : a. Mengamati apa yang terjadi b. Mencoba memahami apa yang diamati c. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi. d. Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar 11 2.1.5 Metode Pembelajaran Students Explanation and Facilitator Model pembelajaran Students Explanation and Facilitator adalah model pembelajaran di mana siswa mempresentasikan ide atau pendapat siswa kepada siswa lainnya. Melalui metode pembelajaran ini memberikan kebebasan pada siswa untuk menuangkan ide, gagasan, atau pendapat tentang suatu permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman konsep maupun penerapan dalam kehidupan sehari – hari (Depdiknas, 2006). Metode pembelajaran kooperatif Student Explanation and Facilitator merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Metode Student Explanation and Facilitator merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode Student Explanation and Facilitator yaitu guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya baik melalui bagan atau peta konsep maupun yang lainnya, guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa, guru menjelaskan semua materi yang disajikan pada saat itu dan penutup. Menurut Warrock (dalam Safitri, 2012) disebutkan bahwa “Metode pembelajaran Student Explanation and Facilitator merupakan model pembelajaran dimana siswa atau peserta didik belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk sendiri.” Suprijono (2009) menerapkan model pembelajaran Student Explanation and Facilitator harus memperhatikan beberapa langkah-langkah atau sintak sebagai berikut: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai atau KD b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran d. Guru menyimpulkan ide atau pendapat dari siswa e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat ini f. Penutup. 12 Metode pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Siswa akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan berpendapat. Dalam setiap pelaksanaan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru, tentunya memiliki kelebihan dan beragam kelemahan. Menurut Prasetya (2005) akan dipaparkan beberapa kelebihan metode pembelajaran Student Explanation and Facilitator yaitu sebagai berikut: a. Siswa diajak untuk dapat menjelaskan kepada siswa lain, b. Mendorong tumbuhnya keberanian siswa mengutarakan pendapat secara terbuka. c. Dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir kritis siswa secara optimal. d. Melatih siswa aktif dan kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan. e. Mendorong tumbuhnya rasa tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. f. Mendorong tumbuhnya sikap demonstrasi. g. Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara obyektif, rasional, guna menemukan suatu kebanaran dalam kerja sama kelompok. h. Melatih siswa untuk dapat bersikap mandiri dalam menghadapi setiap masalah i. Melatih kepemimpinan siswa. j. Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman antar mereka Selanjutnya akan dipaparkan beberapa kelemahan tentang metode pembelajaran Student Explanation and Facilitator yaitu sebagai berikut: a. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil. b. Timbulnya rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan siswa lainnya. c. Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan tugasnya kepada siswa yang pandai. d. Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya. e. Metode ini memerlukan persiapan yang agak rumit dibandingkan metode ceramah. 13 f. Apabila terjadi persaingan yang negatif, maka hasilnya akan memburuk. g. Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya. Diharapkan dengan penggunaan metode Students Explanation and Facilitator ini dapat ikut membantu meningkatakan hasil belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar di kelas. Jadi, guru tidak monoton hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab saja. Dengan metode ini diharapkan siswa akan lebih tertarik dan tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran di kelas. 2.1.6. Alat Peraga Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari (Depdikbud, 1994 : 61) apabila dalam proses belajar mengajar IPA guru tidak menggunakan alat peraga, maka sulit bagi siswa untuk menyerap konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru sehingga berdampak pada kurangnya tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Fungsi dari alat peraga ialah menyosialisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, sehingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang (R.M Soelarko, 1995 : 6). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciutkan proses belajar mengajar di kemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya. Dasar-dasar proses belajar mengajar (2002 : 99-100); a. penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dengan tujuan dan isi pelajaran. c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaan integral dengan tujuan dan isi pelajaran. d. Alat peraga dalam pengajaran bahan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap. e. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. 14 Penggunaan alat peraga dalam pengerjaan diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002 : 104.105) a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan. b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat artinya perlu diperhitungkan tingkat kemampuan / kematangan anak didik. c. Menyajikan alat peraga dengan tepat menempatkan dan memperhatikan alat peraga pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat. R.M Soelarko dalam buku Audio Visual media komunikasi Ilmiah pendidikan penerangan (1995 : 6) Menggolongkan macam-macam alat peraga berdasarkan pada bahan yang dipakai : a. Gambar 2A (lukisan), dalam IPA misalnya 200 logie (gambar-gambar hewan), Botanie (gambar pohon, bunga, daun dan buah) dan gambar tentang ilmu bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan) b. Benda-benda dalam yang diawetkan, misalnya daun kering yang di press, bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang. c. Model, fantom, dan manikkan. Yang disebut modal adalah bentuk tiruan dalam skala kecil. Atom atau menikkin adalah modal anatomi dari bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia. Penggunaan alat peraga dalam penelitian ini memiliki peran penting untuk membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran. Peneliti memilih media pembelajaran atau alat peraga yang sesuai untuk materi system pencernaan makanan pada manusia yaitu dengan menggunakan alat KIT IPA dan video pembelajaran. Jadi, suasana pembelajaran di kelas akan lebih attraktif. 15 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Nama Peneliti Judul Yeni Saraswati Penerapan (2009) Kooperatif Hasil Penelitian Pembelajaran - Meningkatkan nilai rata – Model Students Explanation and Facilitator untuk rata minat belajar siswa dari 74 menjadi 89. Meningkatkan Minat Belajar Fisika - Meningkatkan nilai rata – dan Prestasi Belajar Siswa Kelas rata prestasi belajar VIII B SMP Negeri 1 Singosari siswa dari 66 menjadi 76 pada siklus I dan 87 pada siklus II. Strategi Model - Meningkatkan keaktifan Fira Andie Penerapan Susetyono Students (2010) Facilitator dalam Pembelajaran Explanation and siswa dari 26,2% menjadi 68% Matematika untuk Meningkatkan - Meningkatkan Keaktifan dan Pemahaman Siswa pemahaman siswa dari tentang Keliling dan Luas Persegi 44,8% menjadi 85% Panjang dan Persegi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura. 2.3 Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori dari pakar dan beberapa penelitian yang pernah dilakukan peneliti, dapatlah dibuat kerangka berpikir sebagai berikut : aspek pengusaan konsep merupakan salah satu hal penting yang harus dikuasai oleh siswa dari segi knowledgenya. Meskipun aspek yang lain (sikap sosial dan keterampilan sosial) juga harus dikuasai dari segi valuenya. Dalam penelitian ini tidak mengesampingkan value, namun knowledge mendapat porsi yang lebih banyak. Pembelajaran di kelas memerlukan strategi dan metode yang bisa menarik minat siswa sehingga siswa akan aktif dan tertarik dalam pembelajaran. Maka dari itu fungsi alat peraga dan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran harus digunakan untuk menarik perhatian siswa. Dengan begitu proses pembelajaran akan berhasil dengan baik 16 dan mendapat hasil belajar yang baik pula. Uraian diatas , dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut : Kondisi awal Kondisi tindakan Kondisi akhir Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta alat peraga seadanya. Guru : Sudah menggunakan alat peraga dan metode SEAF Hasil belajar mengalami peningkatan. Siswa : - kurang memperhatikan pembelajaran - hasil belajar IPA tentang pemahaman dan organ pencernaan makanan manusia rendah - kurang tertarik dan kurang aktif Langkah – Langkah: - Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. - Mendemonstasikan atau menyajikan garis besar materi. - Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya melalui bagan atau konsep. - Guru menyimpulkan ide/ pendapat siswa. - Guru menerangkan materi.. - penutup Siklus 1: - Sudah tertarik pada pembelajaran. - Hasil belajar siswa masih rendah Siklus 2: - Sangat tertarik pada pembelajaran dan berperan aktif dalam pembelajaran - Hasil belajar siswa meningkat Gambar 2.1 Kerangka Berpikir dari Metode Students Explanation and Facilitator 17 2.3 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan diartikan sebagai jawaban penelitian sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1992: 62). Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang peneliti lakukan akan mengajukan hipotesis yaitu proses pembelajaran menggunakan alat peraga dan metode Students Explanation and Facilitator mampu meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa tentang sistem organ pencernaan makanan pada manusia.