pengaruh experiential marketing terhadap minat beli ulang yang

advertisement
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP
MINAT BELI ULANG YANG DIMEDIASI OLEH KEPUASAN
PADA KONSUMEN CAFÉ SOCOLATTE DI KABUPATEN
PIDIE JAYA, ACEH
MALAHAYATI1, SORAYANTI UTAMI2
1,2)
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of dimension experiential
marketing to the repurchase intention in customer satisfaction through customer
satisfaction Cafe Socolatte in Pidie Jaya, Aceh. The study included 115 samples to
people who meet the criteria.. The analytical method used is Structural Equation
Modeling (SEM) with program Warp-PLS. The results showed that the dimension
of experiential marketing significantly influence the repurchase intention.
experiential marketing have a significant effect on satisfaction. Satisfaction
significantly influence the repurchase intention later results also showed that
satisfaction fully mediates the influence of experiential marketing to the repurchase
intention.
Keywords: Experiential marketing, Repurchase intention , Satisfaction , Cafe.
PENDAHULUAN
Di era yang penuh persaingan yang pesat ini menuntut perusahaan untuk
lebih kompetitif dalam meniti usaha. Perusahaan perlu melakukan perubahan
terhadap strategi dalam melayani konsumen, sehingga mendapatkan kepercayaan
dan loyalitas dari konsumen. Mempertahankan pelanggan tidaklah mudah,
perusahaan harus memiliki ide kreatif dan berbeda dari pesaingnya agar
memberikan dampak positif terhadap bisnis yang sedang maupun yang telah lama
dijalankan. Barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan bertujuan untuk
memberikan dan menghasilkan sesuatu yang dapat memenuhi keinginan maupun
kebutuhan konsumen. Sehingga keberhasilan perusahaan untuk berkembang dan
mendapatkan kepercayaan serta kesetiaan para konsumen.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu kepuasan
pelanggan dan minat beli ulang konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Menurut Kotler (2008), kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan
183
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapan. Perusahaan perlu memonitor dan meingkatkan kepuasan
pelanggannya karena makin tinggi kepuasan pelanggan, berarti makin besar pula
kemungkinan pelanggan tetap setia. Setiap perusahaaan harus mampu
memperhatikan faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi tingkat kepusan
konsumen seperti misal tingkat kepuasan produk maupun harga yang harus
dikorbankan untuk mendapatkan produk tersebut (Kartajaya, 2006).
Dalam hal kepuasan pelanggan untuk membeli produk, konsumen
mempunyai banyak pertimbangan terhadap alternatif pilihan merek yang tentunya
bisa memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam hal ini perusahaan harus
memperhatikan strategi marketing yang digunakan. Salah satu konsep marketing
yang dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen adalah melalui
experiential marketing, dimana pemasaran bukan hanya sekedar memberikan
informasi dan juga peluang pada konsumen untuk memperoleh keuntungan tetapi
juga dapat membangkitkat emosi dan perasaan yang berdampak terhadap pada
penjualan perusahaan ( Andreani, 2007)
Menurut Andreani (2007:20) experiential marketing merupakan sebuah
pendekatan dalam marketing yang sebenarnya telah dilakukan sejak zaman dulu
hingga sekarang oleh pemasar. Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan
dengan perkembangan jaman dan teknologi, para pemasar lebih menekankan
diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk kompetitor.
Experiential marketing banyak di terapkan di beberapa lingkungan bisnis untuk
menarik konsumen dengan menawarkan berbagai produk menarik dan berkualitas.
Aceh merupakan suatu daerah yang kaya akan budaya dan ragam makanannya, oleh
karena itu banyak terdapat jenis makanan dari tiap- tiap daerah Aceh itu sendiri.
Aceh juga memproduksi coklat, coklat ini banyak di temukan di Pidie Jaya, sejak
dulu Pidie Jaya sudah terkenal dengan kabupaten penghasil kakao di aceh, terlebih
lagi tempat dan letaknya yang strategis dengan kebun-kebun yang luas serta
mayoritas penduduknya adalah petani,
Socolatte adalah produk makanan berbahan dasar coklat asli Aceh yang berlokasi
di Kabupaten pidie Jaya Provinsi Aceh. Usaha coklat merk Socolatte di Pidie Jaya
184
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Aceh terus berkembang setiap tahunnya dengan produk unggulan Chocolate bar
(termasuk chunky bar), Cocoa butter, Cocoa powder, dan Chocolate milk.
Sejak tahun 2003 salah satu pemilik kebun coklat di Pidie Jaya, Aceh
merintis usaha Café Socolatte. Socolatte merupakan produk coklat olahan perdana
di Aceh. Bahan baku juga dipetik dari hasil kebun petani Aceh. Produk Socolatte
ini mulai diproduksi sejak tahun 2010 dan proses pengolahannya dilakukan
langsung petani- petani yang telah berpengalaman tentang kakao mulai dari
budidaya hingga pengolahan coklat itu sendiri.
Hal ini memberikan keunikan sendiri bagi Café Socolatte, dengan
memproduksi hasil coklat olahan sendiri membuat konsumen ingin mencari tahu
dan ingin mengunjungi café tersebut sehingga membuat konsumen atau pelanggan
tertarik dengan coklat Aceh.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Minat Beli Ulang
Gunarso (2005) mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan
berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan
mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku
untuk mendekati atau mendapatkan obyek tersebut. Menurut Engel, Blackwell, dan
Miniard (2012) minat beli ulang adalah “a specific type of purchase intentions is
repurchase intentions, which reflect whether we anticipate buying the same product
or brand again”. Penjelasan tersebut mengatakan bahwa bentuk spesifik dari niat
pemebelian adalah niat pembelian ulang, yang mencerminkan harapan untuk
membeli ulang produk atau merek yang sama.
Kepuasan
Menurut Zeithaml dan Bitner (2005) dalam Perilaku konsumen, kepuasan
konsumen merupakan konsumen yang merasa puas pada produk/jasa yang dibeli
dan digunakannya akan kembali menggunakan jasa/produk yang ditawarkan.
Menurut Kotler (2005), kepuasan adalah sejauh mana suatu tingkatan produk
dipersepsikan sesuai dengan harapan pembeli. Dalam buku perilaku konsumen,
kepuasan konsumen diartikan sebagai suatu keadaan di mana harapan konsumen
185
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
terhadap suatu produk sesuai dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen. Jika
produk tersebut jauh di bawah harapan, konsumen akan kecewa. Sebaliknya, jika
produk tersebut memenuhi harapan, konsumen akan puas. Harapan konsumen
dapat diketahui dari pengalaman mereka sendiri saat menggunakan produk
tersebut, informasi dari orang lain, dan informasi yang diperoleh dari iklan atau
promosi yang lain (Mamang, Etta S dan Sopiah, 2013).
Experiential Marketing
Experential marketing menurut ( Schmitt dalam Amir Hamzah 2007:22 )
menyatakan bahwa pemasar menawarkan produk dan jasanya dengan merangsang
unsur-unsur emosi konsumen yang menghasilkan berbagai pengalaman bagi
konsumen. Dengan adanya experiential marketing, pelanggan akan mampu
membedakan produk dan jasa yang satu dengan lainnya karena mereka dapat
merasakan dan memperoleh pengalaman secara langsung melalui lima pendekatan
(sense, feel, think, act, relate), baik sebelum maupun ketika mereka mengkonsumsi
sebuah produk atau jasa. (Andreani, 2007:11).
Sense Marketing
Menurut Schmitt (2007:23) sense marketing merupakan tipe experience yang
muncul untuk menciptakan pengalaman panca indera melalui mata, telinga, kulit,
lidah dan hidung. Sedangkan menurut Kartajaya (2007:24) Sense marketing
merupakan salah satu cara untuk menyentuh emosi konsumen melalui pengalaman
yang dapat diperoleh konsumen lewat panca indera (mata, telinga, lidah, kulit, dan
hidung) yang mereka miliki melalui produk dan service.
Feel Marketing
Menurut Schmitt (2007:23) feel marketing ditujukan terhadap perasaan dan
emosi konsumen dengan tujuan mempengaruhi pengalaman yang dimulai dari
suasana hati yang lembut sampai dengan emosi yang kuat terhadap kesenangan dan
kebanggaan. Sedangkan menurut Kartajaya (2004:164) feel adalah suatu perhatian
– perhatian kecil yang ditunjukan kepada konsumen dengan tujuan untuk
menyentuh emosi pelanggan secara luar biasa.
186
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Think Marketing
Think marketing merupakan tipe experience yang bertujuan untuk
menciptakan kognitif, pemecahan masalah yang mengajak konsumen untuk
berfikir
kreatif
(Schmitt
dalam Amir Hamzah,2007:23). Menurut
Kartajaya (2004:164) think marketing adalah salah satu cara yang dilakukan oleh
perusahaan untuk membawa komoditi menjadi pengalaman (experience) dengan
melakukan customization secara terus menerus.
Act Marketing
Act marketing merupakan tipe experience yag bertujuan untuk
mempengaruhi perilaku, gaya hidup dan interaksi dengan konsumen (Schmitt
dalam Amir Hamzah,2007:23). Act marketing adalah salah satu cara untuk
membentuk persepsi pelanggan terhadap produk dan jasa yang bersangkutan
(Kartajaya,2004:164). Act marketing untuk menciptakan pengalaman konsumen
dalam hubungannya dengan physical body, lifestyle, dan interaksi dengan orang
lain. Act marketing ini memberikan pengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan.
Relate Marketing
Relate marketing merupakan tipe experience yang digunakan untuk
memengaruhi pelanggan dan menggabungkan seluruh aspek, sense, feel, think, dan
act serta menitik beratkan pada penciptaan persepsi positif dimata pelanggan
(Schmitt dalam Amir Hamzah,2007:23).
Relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan masyarakat, atau
budaya. Relate menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi pelanggan
untuk pembentukan self-improvement, status socio-economic, dan image. Relate
campaign menunjukkan sekelompok orang yang merupakan target pelanggan
dimana seorang pelanggan dapat berinteraksi, berhubungan, dan berbagi
kesenangan yang sama Rini (2009:17) .
187
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Pengaruh Experieintial Marketing terhadap Minat Beli Ulang pada Konsumen
Café Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh
Berdasarkan rujukan dari jurnal dan skripsi, peneliti mendapatkan gambaran
mengenai variable experiential marketing dan kepuasan . Jurnal Ming (2010)
meneliti adanya pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan. Dengan
adanya pengalaman sebelumnya, maka konsumen akan merasakan kepuasan pasca
merasakan produk atau jasa tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis
penelitian ini adalah :
H1: Experieintial marketing berpengaruh terhadap minat beli ulang pada konsumen
Café Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Pengaruh Experieintial Marketing terhadap Kepuasan pada Konsumen Café
Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh
Jurnal Ming (2010) meneliti adanya pengaruh experiential marketing
terhadap kepuasan konsumen. Dengan adanya pengalaman sebelumnya, maka
konsumen akan measakan kepuasan pasca merasakan produk atau jasa tersebut.
Experiential marketing adalah suatu aktivitas untuk melakukan antisipasi,
pengelolaan dan pencapaian kepuasan konsumen melalui proses pertukaran yang
merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi sebagai tanggapan atau
beberapa stimulus. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah:
H2: Experieintial marketing berpengaruh terhadap kepuasan pada konsumen Café
Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh
Pengaruh Kepuasan terhadap Minat Beli Ulang pada Konsumen Cafe
Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh
Oliver (1993) mengatakan bahwa di dalam banyak penelitian, banyak yang
membahas kepuasan konsumen terlihat adanya hubungan yang positif antra
kepuasan konsumen dengan pembelian ulang, dimana apabila konsumen
memperoleh kepuasan atas suatu produk atau jasa yang dikonsumsi, maka
konsumen tersebut cenderung untuk melakukan pembelian ulang.
Yang meneliti (2009) meneliti tentang kepuasan konsumen yang
menunjukkan arah yang positif antara experieintial marketing sebelumnya terhadap
tingkat kepuasan. Dengan adanya pengalaman terhadap pembelian sebelumnya
188
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
kemungkinan hanya sedikit ketidksesuaian antara harapan dan kinerja serta
kemungkinan kecil terhadap ketidakpuasan. Dari definisi-definisi seperti yang
sudah dijabarkan sebelumnya, minat beli ulang diartikan sebagai keputusan
konsumen untuk melakukan pembelian kembali suatu produk atau jasa berdasarkan
apa yang telah diperoleh dari perusahaan yang sama. Berdasarkan uraian diatas
maka hipotesis penelitian ini adalah :
H3: Kepuasan berpengaruh terhadap minat beli ulang pada konsumen Café
Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh
Pengaruh Experieintial Marketing Terhadap Minat Beli Ulang Melalui
Kepuasan pada Konsumen Café Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh
Menurut Hazlett pelanggan yang tidak mempunyai kesempatan memperoleh
pengalaman nyata/langsung dalam menggunakan produk tidak akan menghargai
mengapa produk yang satu lebih baik dari yang lain. Menurut Wong (2005, p.11),
pengalaman merupakan sebuah alat yang membedakan produk atau jasa.
Experiential marketing adalah suatu konsep pemasaran bertujuan untuk
membentuk pelanggan-pelanggan yang loyal dengan menyentuh emosi mereka dan
memberikan suatu feeling yang posiitif terhadap produk dan service (kertajaya,
2005). Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah :
H4: Experieintial marketing berpengaruh terhadap minat beli ulang melalui
kepuasan pada konsumen Café Socolatte di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh
Gambar 1. Model Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN
189
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah Konsumen café socolatte di Kabupaten
Pidie Jaya, Aceh. Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi
perhatian (Suharyadi dan Purwanto,2003:323). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling method. (Suharyadi dan
Purwanto,2003:332)
Metode Analisis Data
Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
metode Structural Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) dengan
program WarpPLS 5.0. Model persamaan struktural (SEM) merupakan suatu teknik
analisis multivariate yang menggabungkan analisis faktor dan analisis jalur
sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji dan mengestimasi secara simultan
hubungan antar variabel eksogen (independen) dan endogen (dependen) multiple
dengan banyak faktor (Sholihin & Ratmono, 2013). SEM dibagi menjadi dua tipe,
yaitu Covarian-Based Structural Equation Model (CB-SEM) dan Partial Least
Square-Structural Equation Model (PLS-SEM).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Reliabilitas
Penggunaan item-item pertanyaan sebagai indikator dari data variabel
penelitian mensyaratkan adanya suatu pengujian konsistensi melalui uji reliabilitas,
sehingga data yang digunakan tersebut benar-benar dapat dipercaya atau memenuhi
aspek kehandalan untuk dianalisis lebih lanjut. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan dua ukuran reliabilitas instrumen penelitian yaitu composite
reliability dan cronbach’s alpha. Composite reliability harus bernilai di atas 0,70
(Chin W., 1998) dan cronbach’s alpha di atas 0,60. Ukuran reliabilitas dianggap
handal berdasarkan pada koefisien alpha 0,60 (Malhorta, 2005). Uji ini dilakukan
hanya sekali pada masing-masing variabel.
Jika derajat kehandalan data lebih besar dari koefisien alpha (α), maka hasil
pengukuran dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkat ketelitian dan
konsistensi pemikiran yang baik.
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
No.
Variabel
Jumlah Item
Composite
190
Cronbach’s
Keterangan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Reliability
0,870
0,856
0,778
0,853
0,831
0,828
0,838
1.
Sense
5
2.
Feel
5
3.
Think
5
4.
Act
4
5.
Relate
4
6.
Minat Beli Uang
3
7.
Kepuasan
2
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016.
Alpha
0,812
0,664
0,573
0,742
0,592
0,720
0,710
Handal
Handal
Handal
Handal
Handal
Handal
Handal
Dapat dilihat bahwa composite reliability telah memenuhi syarat, begitu pula
nilai cronbach’s alpha telah sesuai dengan kriteria. Dengan demikian seluruh
pertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian ini dapat dikatakan reliabel
karena telah memenuhi kredibilitas standar cronbanch’s alpha dengan nilai alpha
yang lebih dari 0,60 dan composite reliability di atas 0,70.
Evaluasi Outer Model Konstruk Formatif
Evaluasi outer model untuk konstruk dimensi experiential marketing yang
diukur secara formatif adalah setiap indikator bernilai signifikan (p value < 0,05)
dan tidak ada multikolinearitas yang dapat diketahui dari nilai Variance Inflation
Factor (VIF). Dalam analisis SEM-PLS batasan nilai VIF adalah 2,5 (Kock, 2013;
Sholihin & Ratmono, 2013), hal ini karena algoritma SEM-PLS mempunyai sifat
dapat meminimalkan terjadinya kolinearitas.
Tabel 2. Output Indicator Weight Konstruk Formatif
NoN
No
Dimensi Experiential Marketing
1.
Sense
2.
Feel
3.
Think
4.
Act
5.
Relate
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016.
P value
0,004
0,005
0,003
0,003
0,003
VIF
2,061
1,927
2,241
2,009
2,273
Kelima dimensi experiential marketing telah memenuhi syarat validitas
untuk konstruk formatif dengan p value signifikan (< 0,05) dan VIF < 2,5 yang
berarti tidak terjadi multikolinearitas. Secara keseluruhan, hasil measurement
model (outer model) konstruk reflektif dan formatif telah memenuhi syarat
sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan ke structural model (inner model).
191
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Pengujian Structural Model (Inner Model)
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antarkonstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian.
Pengujian model mediasi dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan
pendekatan step-wise (Baron & Kenny, 1986; Hartmann & Splanicar, 2009;
Sholihin dkk., 2011). Pertama, menguji apakah dimensi experiential marketing
berpengaruh langsung terhadap minat beli ulang(untuk menguji H1). Kedua,
melakukan estimasi PLS dengan memasukkan kepuasan sebagai variabel
pemediasi.
Hasil Pengujian Model
Langkah pertama, untuk menguji pengaruh langsung Dimensi Experiential
Marketing terhadap kepuasan dan minat beli ulang, peneliti mengestimasi model
direct effect Experiential Marketing ke Kepuasan dan MBU dengan hasil seperti
pada gambar berikut:
Gambar 1. Model Direct Effect Experiential Marketing ke Kepuasan dan MBU
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016.
192
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Hasil Pengujian Model Direct Effect
Gambar 1. menunjukkan pengaruh langsung Experiential Marketing →
MBU dengan koefisien sebesar 0,88 dan signifikan (p < 0,01). Kemudian
Experiential Marketing → Kepuasan dengan koefisien sebesar 0,77 dan signifikan
(p < 0,01). Oleh karena itu, H1 yang menyatakan bahwa Experiential Marketing
berpengaruh terhadap minat beli ulang (MBU) dan H2 menyatakan bahwa
Experiential Marketing berpengaruh terhadap Kepuasan diterima.
Langkah kedua penulis menguji pengaruh langsung Kepuasan terhadap minat
beli ulang (MBU). Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Pengaruh Langsung Kepuasan Terhadap Minat Beli Ulang (MBU)
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016.
Output pada Gambar 2 menunjukkan bahwa Kepuasan berpengaruh terhadap
MBU dengan koefisien = 0,77; dan signifikan (H3 diterima). Selanjutnya kepuasan
dimasukkan sebagai variabel pemediasi untuk menguji pengaruh tidak langsung (
indirect effect) Dimensi Experiential Marketing terhadap minat beli ulang
konsumen melalui kepuasan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 3. Pengaruh Tidak Langsung Dimensi Experiential Marketing Terhadap
minat beli ulang konsumen melalui kepuasan.
193
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016.
Hasil Pengujian Model Indirect Effect
Output pada Gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh K terhadap MBU
koefisiennya turun dari 0,77 menjadi 0,23 namun tetap signifikan. Lalu pengaruh
langsung Experiential Marketing terhadap MBU koefisiennya turun dari 0,88
menjadi 0,70.
Hasil Estimasi Nilai R-squared dan Q-squared
R-squared
menunjukkan
berapa
persentase
variansi
konstruk
endogen/kriterion dapat dijelaskan oleh konstruk eksogen/prediktor. Nilai Rsquared 0.75, 0.50, dan 0.25 menunjukkan model substansial, moderat dan lemah
(Hair et al, 2011; Ghozali & Latan, 2012).
Gambar 4. Hasil output nilai R-squared untuk konstruk MBU
Sumber: Output Warp PLS 5.0, 2016.
194
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Hasil output nilai R-squared untuk konstruk MBU diperoleh sebesar 0,793,
untuk konstruk K diperoleh sebesar 0,596. Hasil ini menunjukkan bahwa variansi
minat beli ulang dapat dijelaskan sebesar 79,3% oleh variansi experiential
marketing dan K. Variansi kepuasan dapat dijelaskan sebesar 59,6% oleh variansi
experiential marketing. Dapat disimpulkan bahwa nilai R-squared untuk minat beli
ulang menunjukkan model moderat atau medium karena nilainya di atas 0,50.
Sedangkan nilai R-squared untuk kepuasan juga menunjukkan model moderat.
Sementara itu untuk penilaian validitas prediktif atau relevansi dari
sekumpulan variabel laten prediktor pada variabel kriterion dapat menggunakan Qsquared. Jika Q-squared > 0, maka model memiki validitas prediktif dan
sebaliknya jika < 0, maka model tidak memiliki validitas prediktif (Sholihin &
Ratmono,2013).
Gambar 5. Nilai Q-squared untuk variabel minat beli ulang
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016
Nilai Q-squared untuk variabel minat beli ulang adalah sebesar 0,794.
Sedangkan nilai Q-squared untuk variabel kepuasan adalah sebesar 0,604. Hasil
estimasi model tersebut menunjukkan validitas prediktif yang baik karena bernilai
di atas nol.
Hasil Pengujian Indeks Fit
Output model fit indices and P values menampilkan hasil tiga indikator fit yaitu
Average Path Coefficient (APC), Average R-Squared (ARS), dan Average
Variance Inflation Factor (AVIF). Nilai p diberikan untuk indikator APC dan ARS,
Nilai p untuk APC dan ARS harus lebih kecil dari 0,05 atau berarti signifikan.
Sedangkan AVIF sebagai indikator multikolinearitas harus lebih kecil dari 5
(Sholihin & Ratmono, 2013).
195
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Gambar 6. Indeks Fit
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016.
Hasil output menunjukkan kriteria goodness of fit model telah terpenuhi yaitu
dengan nilai APC sebesar 0,567 dan ARS 0,695 serta signifikan. Nilai AVIF
sebesar 2.513 juga telah memenuhi kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa model
yang diajukan didukung oleh data.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis didasarkan pada pengujian signifikansi koefisien path
menggunakan statistik t (t-value) dimana bila p-value < 0,05 maka H0 ditolak. Hasil
estimasi koefisien path pengaruh dimensi experiential marketing terhadap minat
beli ulang konsumen yang dimediasi oleh kepuasan, yang telah diuji dengan model
direct effect (Model 1), indirect effect (Model 2) dengan memasukkan kepuasan
sebagai variabel mediasi.
Tabel 3. Hasil Koefisien Path Hubungan Struktural Antar-konstruk
Koef.
Koef.
P value
(β)
(β)
Model 1
EM (X)
0,88
Kepuasan (Z)
0,77
Model 2
EM (X)
0,77
Kepuasan (Z)
Sumber: Output WarpPLS 5.0, 2016.
< 0,01
0,7
0,23
P value
< 0,01
< 0,01
< 0,01
< 0,01
Pada Model 1 Dimensi experiential marketing berpengaruh secara langsung
terhadap minat beli ulang dengan nilai koefisien 0,88 dan signifikan. Dengan
demikian, H1 yang menyatakan bahwa dimensi experiential marketing
196
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
berpengaruh terhadap minat beli ulang pada konsumen café Socolatte diterima dan
menolak H1.
Pada Model 2, Dimensi experiential marketing berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan dengan koefisien sebesar 0,77. Dengan demikian, H2 yang
menyatakan bahwa Dimensi experiential marketing berpengaruh terhadap
kepuasan pada konsumen café Socolatte diterima dan H2 ditolak.
Kepuasan tetap berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli ulang
kepuasan konsumen meskipun koefisiennya turun dari 0,77 menjadi 0,23. Artinya,
H3 yang menyatakan kepuasan berpengaruh positif terhadap minat beli ulang pada
café Socolatte diterima dan menolak H03. Sementara itu H6 yang menyatakan
bahwa Dimensi experiential marketing berpengaruh positif terhadap minat beli
ulang pada konsumen café Socolatte melalui kepuasan diterima dan menolak H06.
Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa kepuasan memediasi
sebagian pengaruh dimensi experiential marketing terhadap minat beli ulang. Hal
ini sesuai argumen Baron & Kenny (1986) yang menyatakan bahwa mediasi parsial
(partial mediation) terjadi terjadi jika pengaruh variabel independen pada variabel
dependen baik secara langsung maupun tidak langsung adalah signifikan.
PENUTUP
Hasil pengujian menggunakan program WarpPLS 5.0 menunjukkan bahwa
ada pengaruh positif signifikan secara langsung antara Dimensi experiential
marketing terhadap minat beli ulang. Dapat dikatakan bahwa setiap konsumen
yang merasa puas kembali mengunjungi café Socolatte dan melakukan pembelian
ulang.
Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa pengaruh Dimensi
experiential marketing terhadap minat beli ulang konsumen bersifat langsung
maupun tidak langsung dan dimediasi secara sebagian oleh kepuasan. Hal ini
berarti experiental marketing maupun kepuasan berperan dalam mempengaruhi
minat beli ulang konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa skor dari dimensi experiential
marketing secara keseluruhan memiliki rerata yang setuju yaitu hampir mendekati
4. Konsumen yang setuju yang paling besar reratanya adalah pada dimensi think
197
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
yaitu sebesar 3,98 sedangkan yang kedua adalah pada dimensi relate yaitu sebesar
3,97. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden memberikan
respon setuju terhadap experiential marketing pada café Socolatte yang berada di
Pidie Jaya Aceh. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang menemukan
bahwa dimensi experiential marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap
minat beli ulang, Meskipun demikian, ada beberapa konsumen yang kurang tertarik
ketika berkunjung ke café tersebut. Kemudian rata-rata variabel kepuasan
konsumen yang diperoleh sebesar 3,94 dimana angka tersebut menunjukkan bahwa
secara keseluruhan konsumen merasa puas dengan café socolatte di Pidie Jaya
Aceh.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa variabel kepuasan
memiliki peran dalam mempengaruhi minat beli ulang kosumen pada café
Socolatte Pidie Jaya Aceh.
Guna kepentingan lebih lanjut, ada beberapa saran yang diajukan oleh penulis
yang kiranya dapat dipertimbangkan oleh peneliti selanjutnya, yaitu sebagai
berikut:
1.
Bagi penulis diharapkan dapat memperdalam wawasan konsep tau teori guna
mendukung pengetahuan manajemen pemasaran, yang terkait dengan
experiential marketing dan bagaimana minat beli ulang dipengaruhi oleh
kepuasan.
2.
Menyusuri penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian ini agar
didapat perbandingan-perbandingan yang menyeluruh dan lengkap sehingga
penelitian selanjutnya diharapkan bisa menghasilkan hasil yang lebih baik
dan akurat.
3.
Peneliti juga menyarankan penelitian selanjutnya dapat menambahkan
berapa kali sampel telah mengunjungi café yang menjadi tempat penelitian
agar informasi dan hasil penelitian lebih lengkap.
4.
Bagi peneliti selanjutnya, dapat menambahkan variable lain yang belum
diteliti seperti loyalitas pelanggan. Sehingga dapat diketahui hubungan mana
yang paling berpengaruh.
Berdasarkan hasil analisis dari data-data yang diolah peneliti, maka peneliti
mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi bahan
198
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
pertimbangan bagi perusahaan dalam memecahkan masalah mengenai pelaksanaan
experiential marketing. Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut:
1.
Café Socolatte memperhatikan bahwa mengaplikasikan experiential
marketing secara tepat dapat menimbulkan kepuasan bagi konsumen
2.
Café Socolatte harus memberikan sebuah stimuli lain untuk memberikan
pengalaman kepada konsumen mengenai konsep café yang ditampilkan
sehingga menjadi daya tarik café itu sendiri misalnya dengan memainkan
music yang khas.
3.
Café Socolatte mencari tahu factor lain apa yang mempengaruhi kepuasan
konsumen seutuhnya. Terutama agar café ini dapat menciptakan cara
memenuhi kepuasan konsumen sepenuhnya, agar kepuasan konsumen
ditingkatkan.
REFERENSI
A. B. Susanto, A. B (2007) Corporate Social Responsibility. Jakarta: The Jakarta
Consulting Group
Adhi Hendra, Bhaskara (2006) Tahap yang dilalui pelanggan dalam Experiential
Marketing. Jurnal Manajemen Prasetya Mulya, Vol. I2 (1), 35 – 52
Amir, Hamzah (2007) Analisis Experiental Marketing, Emotional Branding, dan
Brand Trust terhadap Loyalitas Merek Mentari”. Manajemen Usahawan
Indonesia (MUI): No.06 / Th.36 / Juni 2007, 22-28
Boulding, William, et al (1993) A Dynamic Process Model Of Service Quality:
From Expectations to Behaviorial Intsntions. Journal of Marketing Reseach,
Vol. 30, 7-27
Schimdt, B.H (2008) Experiential Marketing. New York, YN: Word-Press.
Chaplin, James P (2008) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Christian, A. & Dharmayanti, D (2013) Pengaruh Experiential Marketing Terhadap
Customer Satisfation Dan Customer Loyalty The Light Cup Disurabaya
Town Square. Jurnal manajemen pemasaran petra, Vol.1 (2), 1-13.
Dinawan, M., Rhendria (2010) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada konsumen Yamaha Mio PT
199
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Harpindo Jaya Semarang)”, Tesis Sarjana S2, Program studi Magister
Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.
Engel, Blackwell, Miniard (2012) Perilaku Konsumen. Tangerang: Binarupa
Aksara
Esti Dewayani Sri Danarismawarni (2008) Hubungan Antara Experiential
Marketing, Emotion Marketing dan Loyalitas Pelanggan. Jurnal Manajemen
Pemasaran. Vol. l9 (2), 102-117.
Fransisca, Andreani (2007) Experiential Marketing Sebuah Pendekatan Pemasaran.
Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 2 (1), 1 – 8.
Freddy, Rangkuti (2002) Riset Pemasaran, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Fitri (2011) Analisis Faktor-faktor Experiential Marketing yang mempengaruhi
Keputusan Pembelian Konsumen Terhadap Sepeda Motor Yamaha Mio di
Universitas Muria Kudus. Jurnal Sosial dan Budaya, Vol.4 (2)
Gerson Hendrasono (2013) Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap
Minat Beli Ulang Konsumen Café Buntons 99 Sidoarjo, Jurnal Manajemen
Pemasaran, Vol.1 (2), 1-8
George, M.J, Jones, G. R (2008) Understanding and Managing Organizational
Behavior. Ney Jersey: Pearson Education
Hermawan Kartajaya (2006) Hermawan Kartajaya on Segmentation Seri 9 Elemen
Marketing. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Heri Setiawan (2010) Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian Motor Honda Matic Beat (Studi Kasus Pada PT. Nusantara Solar
Sakti, Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntasi, Vol.2 (3)
Iwan Kurniawan, Suryono Budi Santoso dan Bambang Munas Dwiyanto (2008)
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Ulang Produk Serta
Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan, Jurnal Studi Manajemen
Organisasi. Vol 4 (2)
Kotler, P (2007) Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Jakarta: Prenhallindo
Kotler, Philip (2009) Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2012) Manajemen Pemasaran ( Terjemahan)
Edisi 13. Jakarta: Erlangga.
Margaretha, Mouren (2004) Studi Mengenai Loyalitas Pelanggan Pada Divisi
Asuransi Kumpulan AJP Bumi Putra. Jurnal Sains Pemasaran
Indonesia,Vol. 3 (3), 289-308
200
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen
Vol. 1, No. 1, November 2016: 183-201
Mowen , John C (2002) Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.
Michael D Johnson, Andreas Hermann, dan Frank Hubber (2006) The Evolution
of Loyalty Intention. Journal of Marketing, Vol. 70 (2), 122-132
Nadya Risanti (2014) Pengaruh Experiential Marketing dan Experiential Value
terhadap Custumer Satisfaction. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.16 (1)
Puji Isyanti (2012) Pengaruh kualitas produk terhdap keputusan pembelian
handphone blackberry pada mahasiswa ekonomi universitas singaperbangsa
karawang. Jurnal Manajemen. Vol. 9 (4)
Rahmawatim (2003) Pengaruh ”Sense” dan ”Feel” dari Experiential Marketing
pada Konsumen Soto Gebrak,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.3 (2), 109 –
121.
Setiadi J. Nugroho (2003) Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi
dan Penelitian Pemasaran. Jakarta : Prenada Media
Sholihin, M. & Dwi R (2013) Analisis SEM dengan WarpPLS 3.0 untuk Hubungan
Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta
201
Download