Panduan Praktis Klinik Hukum bagi Dosen dan Mitra Klinik Hukum

advertisement
Panduan Praktis
Klinik Hukum bagi
Dosen dan Mitra Klinik
Hukum
Sumber tulisan dalam buku panduan ini berasal
dari beberapa seri pelatihan program E2J The
Asia
Foundation
dan
didasarkan
dari
pengembangan Klinik Hukum di Fakultas
Hukum Universitas Sriwijaya.
Dasar-dasar Klinik Hukum
Clinical Legal Education (CLE) adalah
sebuah program pendidikan yang didasarkan
pada metode pengajaran yang interaktif dan
reflektif berisikan pengetahuan, nilai dan
keahlian praktis yang memampukan mahasiswa
untuk memberikan pelayanan hukum dan
menciptakan keadilan sosial.
Klinik Hukum merupakan mata kuliah yang
memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk berpraktek dalam bidang litigasi maupun
non-litigasi dan berhadapan langsung dengan
kasus nyata.
Tujuan Klinik Hukum adalah pelayanan hukum
dan menciptakan keadilan sosial.
 PELAYANAN
MASYARAKAT
(PUBLIC SERVICE)
 HAM (Human Rights)
 Lingkungan (Environment)
 Perawatan Kesehatan (Health
Care)
 Pendidikan (Education)
 Penegakan
hukum
(Law
Enforcement)
 KEADILAN
SOSIAL
(SOCIAL
JUSTICE)
 Prinsip Persamaan dan Keadilan
 Pro masyarakat miskin (the
poor)
 Pro masyarakat tidak mampu
(indigent)
 Pro
masyarakat
rentan
(vulnerable people)
 Pro
kaum
terpinggirkan
(marginalized people)
 Akses yang sama terhadap
Berbagai Kesempatan dan Hak
 Sistem dan Prosedur Hukum yang
Adil
terkait langsung dengan kegiatan praktek
yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa.
 Penguasaan teori hukum.
 Kemampuan menganalisa kasus.
 Kemampuan
menerapkan
teori
hukum
(mariana
berbec-rostas,
2007:22).
Esensi pendidikan hukum berbasis klinis adalah
knowledge, practical skills, and value yaitu
mengembangkan
pengetahuan
mahasiswa,
kemampuan praktis, dan mendorong mahasiswa
untuk memiliki nilai-nilai keadilan sosial dan
etika professional.
Pelaksanaan klinik hukum terbagi menjadi tiga
tahapan:
1.
Planning
component,
yaitu
masa
persiapan mahasiswa klinik hukum.
dalam tahapan ini mahasiswa dibekali
dengan pengetahuan-pengetahuan yang
2.
Experiential component, yaitu tahapan
mahasiswa
melaksanakan
praktek
ketrampilan hukum.
 Kemampuan melakukan wawancara
dengan klien (client interviewing
exercises)
 Kemampuan bernegosiasi (negotiation
exercises and transaction exercises)
 Kemampuan menyusun argumen dan
pembelaan
(legal
writing
and
argument drafting programs) (Mariana
Berbec-Rostas, 2007:22)
3.
Reflection, yaitu tahapan mahasiswa
melaksanakan evaluasi dari proses-proses
yang telah dilalui.

Kemampuan untuk mengevaluasi diri
sendiri
 Kemampuan untuk mengadakan peer
review
 Kemampuan untuk menerima kritik
dari dosen pembimbing (Mariana
Berbec-Rostas, 2007:22).
d) Public speaking.
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh
mahasiswa adalah:
a) Prinsip keadilan sosial dan penerapannya
dalam bidang professional;
b) Etika Profesi Hukum;
c) Interview skill;
Metode pengajaran bersifat interaktif dan
reflektif.
Interaktif:







Bermain peran (role play)
Simulasi (simulation)
Diskusi kelompok (group discussion)
Curah pendapat /gagasan (brainstorming)
Peradilan semu (moot court)
Analisis kasus (case analysis)
Analisis Peraturan (Statute Analysis)
Reflektif:
 Evaluasi materi dan sistem pengajaran
 Evaluasi efektivitas materi dan sistem
pengajaran terhadap peningkatan dan
derajat pemahaman mahasiswa
 Evaluasi sejauh mana mahasiswa telah
belajar dari materi dan sistem
pembelajaran tersebut (Student Feedback)
Klinik Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya terdiri dari:
1. Klinik Hukum Pidana.
2. Klinik Hukum Perdata.
3. Klinik Hukum Anti-Korupsi.
4. Klinik Hukum Lingkungan.
Kewajiban Mahasiswa Klinik Hukum adalah:
a. Mengikuti seluruh kegiatan klinik hukum
selama 32 kali pertemuan.
b. Membuat jurnal mingguan yang berisi
tentang deskripsi dan refleksi tentang
experiential component yang telah
dijalani.
c. Membuat laporan akhir.
Penilaian mahasiswa didasarkan pada absensi
mahasiswa, partisipasi mahasiswa, jurnal, tes
tertulis (jika dirasa perlu), dan laporan akhir.
Pemberi
Nilai
Dosen
Mitra
(Jika ada)
Komponen
Persentase
Total
Jurnal
Laporan
Akhir
15%
25%
40%
Absensi
mahasiswa
Partisipasi
aktif dan
inisiatif
mahasiswa
Tes tertulis
(optional)
15%
60%
20 - 45%
20%
Kewajiban Dosen Klinik Hukum, yaitu:
a) Memberikan materi planning component.
b) Mengantarkan mahasiswa ke tempat mitra
klinik hukum (jika ada) guna praktek
experiential component.
c)
Mengkomunikasikan aktivitas experiential
component yang diharapkan dapat dialami
mahasiswa kepada pihak mitra.
d) Mengkomunikasikan
sistem
penilaian
kepada pihak mitra.
e) Memonitor
perkembangan
praktek
experiential component klinik hukum yang
dilakukan mahasiswa di tempat mitra dengan
cara melakukan kunjungan ke tempat mitra
dan berkoordinasi dengan mitra
f) Dalam hal klinik hukum tidak bermitra
dengan institusi manapun, dosen klinik
hukum wajib mendampingi mahasiswa
dalam praktik experiential component.
g) Melakukan refleksi atas kegiatan praktek
experiential component dengan cara
mengadakan pertemuan dengan mahasiswa
untuk melaporkan kegiatan-kegiatan yang
telah mereka jalani.
h) Memberikan
pendampingan
kepada
mahasiswa agar kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
i) Membantu mahasiswa mencari solusi
penyelesaian masalah apabila mahasiswa
menemukan permasalahan di lapangan.
KODE ETIK KLINIK HUKUM FAKULTAS
HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Kode Etik ini yang dimaksud dengan:
1. Fakultas adalah Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya
2. Klinik Hukum adalah Klinik Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
3. Dosen klinik hukum adalah dosen pengajar
Klinik Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya.
4. Supervisor adalah dosen pembimbing
lapangan/pihak mitra pembimbing lapangan
dalam proses pembelajaran klinik hukum.
5. Mahasiswa Klinik Hukum adalah mahasiswa
yang telah dinyatakan lulus seleksi dan
berhak mengikuti proses pembelajaran klinik
hukum.
6. Mitra adalah instansi yang bekerjasama
dengan Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya dalam pelaksanaan pembelajaran
klinik hukum
7. Kode Etik Klinik Hukum Universitas
Sriwijaya adalah pedoman perilaku atau
perbuatan dalam pelaksanaan pembelajaran
klinik hukum yang mengikat bagi fakultas ,
dosen, mahasiswa, dan mitra klinik hukum.
8. Pelanggaran adalah prilaku atau perbuatan
yang tidak mematuhi aturan yang diatur
dalam kode etik ini.
9. Kewajiban adalah , perilaku atau perbuatan,
yang harus dilakukan oleh fakultas, dosen,
mahasiswa, dan mitra klinik hukum.
10. Larangan adalah perilaku atau perbuatan
yang tidak boleh dilakukan oleh fakultas,
dosen mahasiswa, dan mitra klinik hukum.
11. Sanksi adalah suatu hukuman yang
dimaksudkan sebagai sarana, upaya atau
pemaksa bagi ketaatan dan disiplin
mahasiswa, dosen, dan mitra klinik hukum.
12. Klien adalah setiap orang dalam posisi
penggugat atau tergugat atau terdakwa atau
korban atau masyarakat yang membutuhkan
layanan hukum sehubungan dengan perkara
yang ditangani oleh mahasiswa, dosen, dan
mitra klinik hukum dalam proses
pembelajaran klinik hukum.
BAB II
RUANG LINGKUP KODE ETIK
Pasal 2
Kode Etik ini berlaku bagi seluruh pihak yang
terkait dalam proses pembelajaran klinik hukum
yakni fakultas, dosen pengajar/ supervisor,
mahasiswa peserta, dan mitra klinik hukum
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang
terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran klinik
hukum.
BAB III
KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI
FAULTAS, DOSEN KLINIK HUKUM &
SUPERVISOR
Kewajiban
Pasal 3
1. Fakultas
memiliki
kewajiban
dalam
penyelenggaraan pembelajaran klinik hukum
yaitu berikut:
a. Fakultas wajib menyediakan sarana atau
fasilitas bagi pelaksanaan pembelajaran
klinik hukum.
b. Fakultas wajib memfasilitasi segala
bentuk komunikasi dengan mitra klinik
hukum
c. Fakultas wajib memfasilitasi kegiatan
administrasi klinik hukum
2. Dosen klinik hukum dan Supervisor
dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab dalam proses pembelajaran klinik
hukum wajib:
a. Berpakaian rapi dan sopan.
b. Menjaga profesionalitas dan selalu
bertindak objektif.
c. Melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai dosen klinik hukum, yaitu
1) Memberikan materi planning
component yang dianggap belum
pernah diterima mahasiswa
selama PLKH.
2) Mengantarkan
mahasiswa
bimbingannya ke tempat mitra
klinik guna praktek experiential
component.
3) Mengkomunikasikan
aktivitas
experiential component yang
diharapkan
dapat
dialami
mahasiswa kepada pihak mitra.
4) Mengkomunikasikan
sistem
penilaian kepada pihak mitra.
5) Memonitor
perkembangan
praktek experiential component
klinik hukum yang dilakukan
mahasiswa di tempat mitra
dengan
cara
melakukan
kunjungan ke tempat mitra dan
berkoordinasi dengan mitra.
6) Melakukan refleksi atas kegiatan
praktek experiential component
dengan
cara
mengadakan
pertemuan dengan mahasiswa
untuk melaporkan kegiatankegiatan yang telah mereka
jalani.
7) Memberikan
pendampingan
kepada
mahasiswa
agar
kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan dapat terlaksana
dengan baik.
8) Membantu mahasiswa mencari
solusi penyelesaian masalah
apabila mahasiswa menemukan
permasalahan di lapangan.
d. Melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai supervisor, yaitu:
1) Membimbing
mahasiswa
dalam
melaksanakan
experiential component.
2) Berkomunikasi dengan dosen
klinik.
3) Bertindak kooperatif dalam
pendelegasian tugas yang ada.
4) Memberikan masukan dan
arahan kepada mahasiswa
klinik hukum.
5) Memberikan penilaian yang
objektif terhadap mahasiswa
klinik.
Larangan
Pasal 4
Fakultas, dosen klinik hukum dan supervisor
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
dalam proses pembelajaran dilarang :
1. Melakukan intervensi terhadap pelaksanaan
tugas dan kewenangan antara sesama dosen
pengajar/supervisor
dalam
rangka
pelaksanaan tugas pembelajaran
2. Berprilaku diskriminatif.
3. Berprilaku yang berpotensi bias gender.
4. Memberikan tugas-tugas kepada mahasiswa
klinik yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan pembelajaran klinik hukum.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN LARANGAN BAGI
MAHASISWA KLINIK HUKUM
Kewajiban
Pasal 5
Mahasiswa peserta klinik hukum dalam
melakukan proses pembelajaran klinik hukum
wajib :
1. Berpakain rapi dan bersih;
2. Memakai tanda pengenal yang telah
disiapkan oleh pengelola klinik;
3. Menaati kontrak kuliah yang berisi tata
tertib dan ketentuan penilaian;
4. Mengikuti kegiatan klinik hukum sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan;
5. Menaati kode etik dan aturan yang
diberlakukan di tempat mitra pelaksana;
6. Berpartisipasi aktif dalam proses
perkuliahan;
7. Merealisikan komitmen yang dibuat pada
tahapan seleksi;
8. Menghormati pengajar, baik dosen nya
sendiri maupun dosen yang berasal dari
instansi pemerintah, maupun dari CSO;
9. Menjaga komunikasi terkait dengan
metode pembelajaran di dalam kelas
dengan dosen yang terkait dan tidak
membawa persoalan terkait metode
pembelajaran ke luar kelas;
Larangan
Pasal 6
Mahasiswa klinik dalam melakukan proses
pembelajaran klinik hukum dilarang :
1. Memakai baju kaos, celana berbahan
denim, berpakaian minim dan/atau ketat
atau terlalu terbuka atau terlalu santai,
memakai sandal;
2. Merokok, minum minuman keras,
berbicara tidak sopan, mencuri dan
melakukan perbuatan tercela lannya di
tempat instansi mitra serta perbuatan
yang menggangu jalannya aktivitas di
tempat mitra.
3. Membawa persoalan yang bersifat pribadi
ke dalam kelas atau sebaliknya membawa
persoalan di dalam kelas ke dalam urusan
pribadi;
4. Membicarakan, membahas,
memberitahukan kepada orang lain
mengenai kasus yang telah dan sedang
ditangani;
5. Membicarakan, menceritakan,
memberitahukan kepada orang lain
mengenai informasi dan data pribadi
klien tanpa persetujuan klien;
6. Membawa berkas dan dokumen terkait
kasus dan klien ke luar area klinik;
7. Membahas kasus atau identitas klien di
ruang terbuka publik;
8. Menyalahgunakan kepercayaan dosen
pengajar/supervisor;
9. Meninggalkan lokasi/instansi mitra tanpa
pemberitahuan kepada supervisor;
10. Menerima suatu pemberian dari siapapun
juga yang sepatutnya dapat diduga secara
langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan kasus yang sedang
ditangani oleh dosen pengajar/supervisor
mitra dan yang sedang dianalisis oleh
mahasiswa klinik hukum.
11. Bersikap arogan dan tidak menghargai
pendapat teman sejawat mahasiswa
lainnya dalam kegiatan diskusi kelompok.
BAB V
SANKSI
Pasal 7
1. Sanksi yang dapat dikenakan terhadap Dosen
Klinik Hukum dapat berupa :
a. Teguran
b. Peringatan
c. Pemecatan
sementara
dari
tugas,
kewenangan dan hak dalam melakukan
Proses Pembelajaran (schorsing)
d. Pemecatan dari tugas, kewenangan dan
hak
dalam
melakukan
proses
pembelajaran (onzetting)
2. Sanksi yang dapat dikenakan terhadap
Supervisor dapat berupa:
a. Teguran
b. Peringatan
c. Penghentian kerjasama kemitraan klinik
hukum.
3. Penjatuhan sanksi sebagaimanan tersebut di
atas disesuaikan dengan kualitas dan kuantitas
pelanggaran yang dilakukan oleh pembelajar
klinik hukum.
BAB VI
TATA CARA PENEGAKAN KODE
ETIK
Pengawasan
Pasal 8
Pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik
dilaksanakan oleh dosen dan mitra klinik hukum.
Pemeriksaan dan Penjatuhan Sanksi
Pasal 9
Pemeriksaan terhadap pelanggaran kode etik
dilaksanakan oleh tim dosen yang dibentuk oleh
fakultas dengan surat keputusan dari dekan
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
Pasal 10
Kegiatan pemeriksaan dilaksanakan dengan
memperhatikan berbagai keterangan, bukti, saksi,
dan segala ketentuan lain yang berlaku bagi
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran kinik di Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Kode etik ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan
Ditetapkan di Inderalaya
Pada Tanggal 29 September 2014
Dekan,
dto.
Prof. Amzulian Rifai, S.H., LL.M., Ph.D
NIP 19641202 19900 3 100
TIM PERUMUS KODE ETIK :
H. Fahmi Yoesmar Ar, SH., MS
Lusi Apriyani, SH., LL.M
Dr. H. Ruben Achmad, SH., M.Hum
H. Amrullah Arpan, SH., SU
Amir Syarifuddin, SH., M.Hum
Indah Febriani, SH., M.Hum
Agus Ngadino, SH., MH
Zulhidayat, SH., MH
Hamonangan Albariansyah, SH., MH
Artha Febriansyah, SH., MH
Download