Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan

advertisement
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan
Instruktur Nasional Kurikulum 2013 Bagi Guru SMP Di Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah
Kus Karnen
Program Magister Sains Manajemen, Universitas Palangka Raya
ABSTRACTS, This study aimed to evaluate: Implementation System of national education and
training curriculum Instructor 2013 for junior high teacher in LPMP Central Kalimantan, in which
there are (1) the process of needs assessment, (2) the process of goal setting, (3) planning, (4)
process Implementation and (5) evaluation process. This study used a qualitative approach. Data
were collected through interviews, documentation, observations involving training manager,
facilitator, part of household and training participants. Data validity was measured by means of
(a) triangulation, (b) increase the time to research, (c) continuous data collection, (d) the data are
abundant, (e) conduct re-checking, and (f) debriefing peers. Analysis of the data using the
technique proposed by Miles and Huberman (1994), They are : (a) data reduction, (b) the
presentation of data and (e) verification. Results of the study revealed that: (1) the process of
needs assessment in accordance with the guidelines visible from potential participants who
participated. (2) The process of determining the purpose has been achieved judging from the
number of participants who pass the training (3) planning process including the process of
learning and academic services need to be improved in some facilities and infrastructure, among
others mess, consumption and recreation areas. (4) The process of implementation has not been
optimal, invalidates the standard rules for mapping the number of participants in all subjects, no
matter the limited time activities - the material submitted only through the point - an important
point only. (5) The evaluation process in the form of monitoring and evaluation has not been
implemented.
PENDAHULUAN
LPMP sebagai lembaga independent untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan,
sesuai dengan kebijakan tahun anggaran 2014, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
instruktur nasional kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah dan pengawas pada tahun 2014
akan dilaksanakan di LPMP. Oleh karena itu, LPMP berperan untuk mengoptimalkan jaringan
pendataan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang ada di tingkat kecamatan dan
kabupaten yang selama ini telah dibina oleh LPMP. Menganggap perlu dilakukan penelitian
untuk mengungkap Sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur nasional
kurikulum 2013 bagi Guru SMP di LPMP Prov. Kalteng. Disamping itu masih terbatasnya
penelitian terhadap fungsi-fungsi dan peran sistem dalam meningkatkan kualitas diklat di LPMP
Prov. Kalteng juga mendorong peneliti untuk memfokuskan kajian penelitian dan melakukan
analisa pada aspek-aspek Sistem diklat LPMP Prov. Kalteng. Informasi yang diperoleh melalui
penelitian ini akan menggambarkan seluruh proses sistem pelaksanaan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP pada tahun 2014 di
LPMP Prov. Kalteng. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dan
peningkatan pelaksanaan diklat selanjutnya.
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 165
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Identifikasi Masalah
Mengurai latar belakang diatas di rumuskan masalah sebagai berikut : Tingkat kompetensi
guru tentang implementasi kurikulum 2013 masih rendah. Belum efektifnya kinerja panitia diklat
pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru di LPMP Prov. Kalteng
Media pembelajaran kurang diberdayakan secara optimal. Masih kurangnya koordinasi panitia,
penatar dan pejabat. Masih adanya pelanggaran terhadap peraturan diklat yang dilakukan oleh
peserta diklat. Masih belum efektifnya penggunaan sarana prasarana di LPMP Prov.Kalteng.
Belum diketahui tingkat keberhasilan yang dicapai peserta diklat.
Pembatasan Masalah
Agar diperoleh hasil penelitian yang maksimal, maka perlu diadakan pembatasan masalah
yang akan diteliti. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada aspek Sistem
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP di
LPMP Prov. Kalteng yang meliputi : proses penilaian kebutuhan diklat, proses penentu tujuan
diklat, proses perencanaan program diklat, proses pelaksanaan diklat dan proses evaluasi diklat.
Tujuan Penelitian
Mengeksplorasi tentang sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur
nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP pada tahun 2014 di LPMP Prov. Kalteng yang meliputi
proses penilaian kebutuhan diklat, proses penentu tujuan diklat, proses perencanaan program
diklat, proses pelaksanaan diklat dan proses evaluasi diklat.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Diklat
Menurut Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo (2005, hal:199) pendidikan merupakan tugas
untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian atau sikap tenaga kerja sehingga mereka dapat
lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka. Dalam khasanah pengertian ilmu
pendidikan dewasa ini konsep modernisasi hampir-hampir identik dengan pendidikan. Tidak ada
proses modernisasi tanpa adanya proses pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan
modernisasi selain itu tidak ada proses pendidikan dewasa ini tanpa berkaitan dengan proses
modernisasi (Tilaar, 1990: 124). Sedangkan pelatihan juga adalah proses belajar yang dimaksudkan
untuk mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam
jabatannya (Modul TOT, LAN).
Mills (1993: 38) mengungkapkan bahwa pelatihan adalah
pemindahan pengetahuan dan keterampilan yang terukur dan yang telah ditentukan
sebelumnya, oleh karena itu pelatihan harus memiliki tujuan dan metode yang jelas untuk
menguji apakah pengetahuan dan keterampilan yang diberikan sudah dapat dikuasai. Goldstein
dan Ford (2002:1) menyatakan bahwa "training is defined as the systematic acquisition of skills,
rules, concept, or attitudes that result in improved performance in another environment".
Pernyataan Goldstein dan Ford tersebut mengandung makna bahwa pelatihan sebagai
penambahan secara sistematis ketrampilan, aturan, konsep, atau sikap yang mengakibatkan
peningkatan kinerja di dalam lingkungan yang lain. Husaini Usman ( 1998: 3) menyatakan bahwa
pelatihan (training) ialah usaha sadar untuk memperbaiki kinerja pekerja pada pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya. Sedangkan pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Panggabean (2002: 41) mendefinisikan pelatihan sebagai
suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang. Sedangkan menurut Subagyo Admo D'rwiryo dalam
bukunya "Management Training", bahwa yang dimaksudkan dengan pelatihan adalah bagian dari
pendidikan yang mengaitkan proses belajar untuk meningkatkan keterampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dan metode yang lebih mengutamakan
praktek dari pada teori. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 101/2000 yang dimaksud dengan
pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah proses pembelajaran belajar mengajar dalam rangka
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 166
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil. Lebih lanjut dalam Inpres Nomor : 15 Tahun 1974
tentang pokok-pokok pelaksanaan pembinaan diklat dikatakan bahwa diklat pegawai negeri sipil
adalah : pendidikan yang dilakukan pegawai negeri sipil untuk meningkatkan kepribadian,
pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tuntutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya
sebagai pegawai negeri sipil. Diklat sebagai salah satu kegiatan dalam manajemen sumber daya
manusia memiliki berbagai pengertian. Menurut Flippo (Husaini Usman, 1998: 2) diklat
didefinisikan sebagai kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan seorang pekerja untuk
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003: 212)
berpendapat bahwa pendidikan berbeda dengan pelatihan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan
segera. Artinya pelatihan berhubungan secara spesifik dengan pekerjaan yang dilakukan dan bahwa
apa yang sudah dilatihkan dapat diaplikasikan dengan segera. Sedangkan pendidikan lebih
bersifat filosofis dan teoritis. Namun pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama yaitu
pembelajaran. Berkenaan dengan diklat adalah proses pembelajaran yang memungkinkan pegawai
melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar dan meningkatkan kinerja
pegawai baru atau jika ada teknologi baru dalam pelaksanaan pekerjaan (Prinsip-Prinsip
Manajemen Pelatihan, Depdiknas 2003: 2).
Konsep Sistem
Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari sistem itu sendiri antara lain : Menurut
Jerry Fitzgerald, bahwa “Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”. (Analisa dan Desain Sistem Informasi Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Offsset, Yogyakarta, 2001, hal: Sistem
merupakan satu kesatuan (unity) yang kompleks yang dibentuk oleh bagian-bagian yang berbedabeda (diserve) yang masing-masing terikat pada rencana yang sama atau berkontribusi untuk
mencapai tujuan yang sama (Kamus Webster) Carl d. Friedrich. Dalam buku “man and his
Government” mengemukakan definisi sistem, yaitu apabila beberapa bagian yang berlainan dan
berbeda satu sama lain membentuk suatu kesatuan, melaksanakan hubungan fungsional yang
tetap satu sama lain serta mewujudkan bagian-bagian itu saling tergantung satu sama lain.
Sistem didefenisikan sebagai suatu kumpulan dari obyek-obyek dan ide-ide yang saling
berhubungan dengan diperintahkan untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama (John Burch)
Sistem adalah suatu susunan elemen-elemen yang berinteraksi dan membentuk datu kesatuan
yang berinteraksi (Murdick, Ross dan Claggett 1984; terjemahan 1991) Istilah "sistem" adalah
suatu konsep yang abstrak. Definisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah "seperangkat
komponen atau unsur-unsur atau sub sistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
tertentu". Sedangkan dalam arti yang luas, suatu sistem ada dikarenakan seseorang telah
mendefinisikan demikian.
Proses dalam Sistem Pendidikan dan Pelatihan
Proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam suatu diklat merupakan suatu sistem
yang saling kait mengait, saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama lain. Ada 5 (lima) proses
yang integral, yang akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan (Tamim dan Hermansjah,
2002), yaitu: Proses penilaian kebutuhan diklat, Proses penentuan tujuan diklat, Proses
perencanaan program diklat, Proses pelaksanaan diklat dan Proses evaluasi diklat dari Lembaga
Adminsitrasi Negara – Republik Indonesia berikut Proses – proses yang terjadi dalam sistem
Pendidikan dan Pelatihan :
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 167
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Gambar 1 : Proses dalam Sistem Diklat
Sumber : Bahan Bagi Penyelenggaraan Diklat : LAN - RI
Proses analisis kebutuhan diklat Berkaitan dengan penentuan kebutuhan pelatihan Kirpatrick
(1998 : 4 ) mengemukakan bahwa : If program are going to be effective, they must meet the
needs of participant. There are many ways to determine these needs. Here are some of the more
common: (1) Ask the participan, (2) Ask the bosses of the participants, (3) Ask others who are
familiar with the job and how it is being performed, including subordinates, peers and costumers,
(4) test the participants, and (5) Analyze performance appraisal forms. Pendapat diatas bermakna
bahwa jika program ingin efektif. Maka harus mengetahui kebutuhan peserta pelatihan dan
banyak cara menentukan kebutuhan ini. Beberapa yang umum adalah dengan cara (1)
Menanyakan kepada peserta, (2) menanyakan pimpinan peserta, (3) menanyakan kepada orang
lain yang familiar dengan pekerjaan dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, termasuk bawahan,
tokoh panutan dan konsumen, (4) melaksanakan test kepada peserta, dan (5) menganalisa
format penilaian kinerja.
Senada dengan pendapat Kirckpatrick, steadhem (Goldstein dan ford, 2002: 54-55) telah
mengembangkan beberapa metode asesmen kebutuhan pelatihan yaitu melalui (1) observation,
(2) Questionnaires, (3) key consultation, (4) print media, (5) interview, (5) group discussion, (7)
test, (8) records, reports, dam (9) work samples. Proses Penentuan Tujuan Diklat Menurut David
(2001: 11) "Objectives can be defines as specific results that an organization seeks to achieve
inpursuing its basic mission". Artinya bahwa tujuan didefinisikan sebagai hasil tertentu yang perlu
dicapai organisasi dalam memenuhi misi utamanya. Tujuan penting karena tujuan menentukan
arah, membantu dalam melakukan evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas,
memusatkan koordinasi, dan menjadi dasar perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta
pengendalian kegiatan yang efektif. "Objective should be challenging, measurable, consistent,
reasonable and clear" (David, 2001: 11). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan
haruslah menantang, dapat diukur, konsisten, wajar dan jelas.Tujuan diklat harus ditetapkan
setelah mendapatkan informasi tentang kebutuhan diklat. Berkaitan dengan penetapan tujuan
diklat, Kirkpatrick (1998: 9) menyatakan: "Once the needs have been determined, it is necessary
to set objectives. Objective should be set for three different aspect of the program and in the
following order: (1) What results are we trying to accomplish? These result can be state in such
areas as production, sales, quality, turnover, absenteeism, and morale or quality of work life
(QWL), (2) What behaviousr do we want supervisor and managers to have in order to accomplish
the results?, (3) What knowledge, skills, and attitudes do we want participant to learn in the
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 168
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
training program? Some program are aimed at teaching spesifick knowledge or skill, others are
aimed at increasing knowledge and changing attitudes ": Dari pernyataan tersebut dapat
dikemukakan bahwa tujuan harus ditetapkan bagi tiga aspek yang berbeda dari program dan
dalam urutan : ( 1) Hasil apa yang kita usahakan untuk dipenuhi? Hasil ini dapat dinyatakan dalam
area seperti produksi, penjualan, mutu, perputaran, ketidakhadiran, dan moril atau mutu
kehidupan kerja, (2) perilaku apa yang dinginkan para manajer dan penyelia untuk dimiliki dalam
rangka memenuhi hasil?, (3) Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap apa yang ingin peserta pelajari
di dalam program pelatihan? Beberapa Program diarahkan pada mengajar keterampilan atau
pengetahuan spesifik, yang lain diarahkan pada meningkatkan pengetahuan dan perubahan
sikap.
Berkaitan dengan tujuan diklat, Goldstein dan Ford (2002: 99) mengemukakan bahwa "Training
objectives constitute the formal description of what a trainee should be able to do once training is
completed. Identifying a comprehensive set of training objectives provides a road map for training
design that focuses on operationalizing in very specific terms what is to be learned in the training
program. Well-wtitten objectives provides the basis for the development of the POI (plan of
instruction). Objectives convey the training goals, provide a framework for developing course
content, and provide a basis for assessing trainee achievement". Artinya bahwa tujuan pelatihan
mendasari apa yang harus peserta pelatihan bisa lakukan ketika pelatihan selesai.
Mengidentifikasi secara menyeluruh satuan tujuan pelatihan menyediakan suatu peta jalan bagi
disain pelatihan yang fokus pada operasional di dalam terminologi yang sangat spesifik apa yang
akan dipelajari di dalam program pelatihan itu. Tujuan menyediakan basis untuk pengembangan
yang menyangkut rencana instruksi. Tujuan menyampaikan sasaran pelatihan, menyediakan
suatu kerangka untuk mengembangkan isi pelatihan, dan menyediakan suatu basis untuk menilai
prestasi peserta pelatihan. Dari teori SDM menurut H. Hadari Nawawi (dalam Ambar Teguh
Sulistiyani dan Rosidah,2009:11) yang dimaksud sebagai SDM adalah meliputi 3 pengertian : SDM
adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut dengan personil, tenaga
kerja, pegawai atau karyawan) SDM adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensi. SDM adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non financial) didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi
potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Proses
Perencanaan Diklat Menurut Sugiyono (1998: 121) terdapat 2 hal yang perlu dibiayai dalam
diklat, yaitu: (1) pembiayaan untuk modal diklat {capital cost) dan (2) biaya penyelenggaraan
diklat {recurring cost).
Capital cost meliputi biaya untuk tanah, gedung serta sarana dan prasarana diklat. Recurring cost
pada dasarnya merupakan biaya operasional keseluruhan penyelenggraaan diklat, yang
mencakup biaya perencanaan, penyelenggaraaan, pengawasan, sarana dan prasarana serta gaji
pegawai, staf pengajar dan tenaga administrasi. Untuk menghitung biaya tersebut, menurut
Sadili Samsudin (2006:127), maka harus didapatkan berbagai informasi berikut ini : Jumlah
peserta yang akan mengikuti pelatihan. Durasi pelatihan (berapa jam/hari). Honor untuk
instruktur, pelatih, dan atau fasilitator Biaya transport, akomodasi, konsumsi dan sebagainya.
Durasi waktu yang digunakan peserta pelatihan untuk belajar sendiri Waktu yang harus
digunakan untuk berkoresponden dengan peserta pelatihan dan sebagainya Berkaitan dengan
fasilitas, Kirkpatrick (1998: 11-12) mengemukakan bahwa: "The selection of facilities is another
important decision. Facilities should be both comfortable and convenient. Negatif factors to be
avoided include rooms that are too small, uncomfortable furniture, noise or other distraction,
inconvenience, long distances to the training room, and uncomfortable temperature, either too
hot or too cold. Artinya pemilihan fasilitas adalah keputusan penting yang lain. Fasilitas harus
menyenangkan dan nyaman. Faktor negatif harus dihindarkan meliputi ruang yang terlalu kecil,
furniture yang tidak nyaman, suara gaduh atau kekacauan lain, tidak menyenangkan, jarak yang
jauh ke ruang pelatihan, dan temperatur yang tidak nyaman, baik yang terlalu panas maupun
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 169
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
yang terlalu dingin. Pendapat Kirkpatrick ini lebih menekankan pada berbagai persyaratan yang
harus dimilki fasilitas diklat agar kegiatan diklat dapat berjalan lancar. Menurut Chambers
(1995:22) menyatakan bahwa jadwal didefinisikan sebagai sesuatu yang menjelaskan di mana
dan kapan orang-orang dan sumber daya berada pada suatu waktu. Berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, jadwal merupakan pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan
kerja. Jadwal juga didefinisikan sebagai daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan
pembagian waktu pelaksanaan yang terperinci.
Penentuan jadwal diklat dilakukan untuk menetapkan kapan diklat dilaksanakan. Jadwal diklat
yang terbaik harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan peserta pelatihan sebagai
pengganti kenyamanan instruktur, sebagimana yang dikemukakan oieh Kircpatrick (1998: 11): "
the training schedule must meet the meeds and desire of the participants instead of the
convenience of the instructurs ". Selanjutnya disebutkan pula bahwa : "the best schedule takes
&ree things consideration; the trainees, their bosses, and the best condition for learning"
(Kirkpatrick, 1998: 11). Artinya jadwal yang terbaik menggunakan tiga hal sebagai pertimbangan:
peserta pelatihan, atasan mereka, dan kondisi yang terbaik untuk belajar. Jadwal harus
ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik diawal. Hari dan waktu khusus seharusnya
ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan peserta pelatihan dan atasan mereka.
Kebutuhan-kebutuhan dan tujuan pelatihan adalah faktor utama dalam menentukan isi pokok
diklat.
Berkaitan dengan isi pokok diklat, secara lebih lengkap Gagne, Briggs & Wager (Goldstein dan
Ford, 2002: 88) mengemukakan suatu istilah yang disebut dengan disain pembelajaran
{instructional design), yang didefinisikan sebagai berikut: "Instructional design is defined as a set
of events that affect trainees so that learning is facilitated. Design refers to development and
arrangement of a set of activities so as to support the internal learning processes of trainees".
Artinya disain pembelajaran didefinisikan sebagai satuan kegiatan yang mempengaruhi peserta
pelatihan sedemikian rupa sehingga pembelajaran difasilitasi. Disain mengacu pada pengaturan
dan pengembangan satu set aktivitas agar mendukung proses internal pembelajaran peserta
pelatihan. Proses Pelaksanaan diklat Pelaksanaan adalah fiingsi manajemen yang terpenting dalam
proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi, dan sumber
daya tersedia. Terry (1977: 371) didefinisikan pelaksanaan sebagai berikut : "actuating is getting
all members of the group to want and to strive to achieve the objective illingly and keeping the
managerial planning and organizing efforts''.
Artinya pengarahan adalah membuat semua anggota keiompok agar mau bekerja sama dan
bekerja secara ikhlas serta rergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan
ssaha-usaha pengorganisasian. Proses Evaluasi diklat dalam kegiatan diklat, pengawasan
diwujudkan dalam bentuk evaluasi terhadap diklat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sugiyono (1998: 111) bahwa evaluasi latihan merupakan proses kegiatan untuk mengetahui
sejauh mana program-program latihan dapat dilaksanakan, dan sejauh mana tujuan latihan dapat
tercapai. Evaluasi program diklat bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan dalam
makna sejauh mana bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap peserta
program diklat dari sebelum mengikuti diklat dan setelah selesai mengikuti program diklat
(Husaini Usman, 1998: 92). Hal ini sesuai dengan pendapat Noe (2002: 207) yang menyatakan
bahwa: "Evaluation provide information used to determine training effectiveness". Kirkpatrick
(1998: 16) mengemukakan 3 alasan mengapa kita perlu mengevaluasi program pelatihan : (1) To
justify the existence of the training departement by showing how it contributes to the
organization's objectives and goals, (2) to decide whether to continue or discontinue training
program and, (3) to gain information on how to improve future training programs. Artinya (1)
untuk membenarkan eksistensi departemen pelatihan dengan menunjukkan bagaimana
kontribusinya terhadap tujuan organisasi, (2) untuk memutuskan apakah program pelatihan
dilanjutkan atau dihentikan, dan (3) untuk mendapatkan informasi bagaimana memperbaiki
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 170
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
program pelatihan berikutnya. Berkaitan dengan evaluasi diklat, Noe (2002: 180) menyatakan
bahwa evaluasi diklat melibatkan 2 jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Efektifitas Pendidikan dan Pelatihan
Tiga perspektif Efektivitas yang dipandang penting menurut Gibson (1988) dalam Fuad
(2011), meliputi efektivitas dari perspektif individu, efektivitas dari perspektif kelompok, dan
efektivitas dari perspektif organisasi. yang berarti bahwa efektivitas memiliki tiga tingkatan yang
merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dimana efektivitas perspektif individu berada
pada tingkat awal untuk menuju efektif kelompok maupun efektif organisasi. Katzel, dalam Steers
(1980) (dalam Fuad, 2011) menyatakan bahwa efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi,
produktivitas, laba dan sebagainya. Suatu pelatihan dikatakan efektif jika hasil dari pelatihan
tersebut dapat mencapai tujuan organisasi, meningkatkan kemampuan sumber daya,
memuaskan pelanggan dan dapat meningkatkan proses-proses internal (Bramley dalam Detty,
dkk, 2009). Menurut Noe (2002) bahwa pada umumnya suatu program pelatihan dikatakan
efektif jika hasil dari pelatihan ini dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dan peserta.
Manfaat bagi peserta pelatihan dapat mencakup pembelajaran, keahlian dan perilaku baru.
Efektifitas pelatihan itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, Menurut Ooi,et al., 2007;
Haslinda, et al., 2009, efektivitas pelatihan dipengaruhi oleh kualitas trainer dan ketepatan
metode pelatihan. Wang & Drewry dalam Rashid (2010) juga menyatakan bahwa faktor kualitas
isi pelatihan, motivasi peserta, dan gaya pembelajaran juga berkontribusi terhadap tercapainya
sebuah pelatihan yang efektif bagi organisasi. Haslinda, et al (2009) dalam Evaluasi efektivitas...,
Dianur Hikmawati, FKM UI, 2012 penelitiannya yang berjudul “ The Effectiveness of Training in
The Public Service” menyatakan bahwa komitmen dan dukungan manajemen, sikap peserta,
dukungan rekan kerja, kepemimpinan, analisis kebutuhan pelatihan, dan transfer pelatihan juga
berpengaruh terhadap pencapaian efektivitas program pelatihan. Keefektifan pelatihan itu
berpengaruh pada kualitas kinerja sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkannya sehingga
efektif tidaknya pelatihan dilihat dari dampak pelatihan bagi organisasi untuk mencapai
tujuannya. Hal ini selaras dengan Henry Simamora (1994) dalam Fuad (2011) yang mengukur
keefektifan Diklat dapat dilihat dari 1) reaksi-reaksi bagaimana perasaan partisipan terhadap
program; 2) belajar- pengetahuan, keahlian, dan sikap-sikap yang diperoleh sebagai hasil dari
pelatihan; 3) perilaku perubahan-perubahan yang terjadi pada pekerjaan sebagai akibat dari
pekerjaan: dan 4) hasil-hasil dampak pelatihan pada keseluruhan yaitu efektivitas organisasi atau
pencapaian pada tujuan-tujuan organisasional.
Kompetensi Guru
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam
kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru : Kompetensi pedagogic, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi
Sosial, Kompetensi Profesional.
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 171
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Kerangka Pikir
Gambar 2 Kerangka Pikir
Sistem Diklat
Diklat yang
efektif
Out Put Diklat
Meningkatnya
Kompetensi Guru
tentang Kurikulum
2013
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini mengeksplorasi tentang Proses Penilaian kebutuhan diklat,proses penetuan
tujuan diklat, proses perencanaan program diklat, proses pelaksanaan diklat dan proses evaluasi
diklat agar lebih mudah dipahami dan disimpulkan, Penelitian kualitatif yang mencerminkan
perspektif fenomenologis. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan
penafsiran secara mendalam mengenai makna dari kenyataan atau fakta yang relevan tentang
sistem penyelenggaraan diklat instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru di LPMP Prov.
Kalteng.
Subyek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah Kepala Seksi Pemetaan Mutu Supervisi LPMP Prov.
Kalteng. selaku penanggung jawab pengelolaan diklat, panitia diklat, peserta diklat, Staf LPMP
Prov. Kalteng. Bagian Umum (perencanaan dan keuangan), Narasumber Nasional dan pengelola
fasilitas.
Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian bertempat di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi
Kalimantan Tengah dan waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Mei s.d. Agustus 2014.
Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: Wawancara
(Interview), Dokumentasi, Observasi, Focus group Discussion
Prosedur Pengolahan Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berpedoman pada teknik analisis data versi
Huberman dan Miles (1994: 12), yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan sebagai berikut:
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 172
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Komponen Analisis Data : Model Interaktif (Miles dan Huberman, 1994 : 12)
Data
Collection
Data
Reduction
Data
Display
Conclusion:
drawing
verifying
Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan : Trianggulasi,
Memperlama Waktu Pelaksanaan Penelitian, Pengumpulan Data Secara Terus menerus
Menggunakan Data yang Berlimpah (Rich Data), Mengadakan Pengecekan Ulang (Member Check)
Tanya Jawab dengan Teman Sejawat
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Sejarah Singkat LPMP
Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan di Provinsi Kalimantan Tengah, pada dasarnya
merupakan restrukturisasi dari Balai Penataran Guru Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) pusat di daerah atau di Provinsi Kalimantan Tengah. Berdirinya Provinsi
Kalimantan Tengah 23 Mei 1957 merupakan tonggak bangunnya pendidikan guru di provinsi
yang beribu kota di Palangka Raya ini. Didirikannya Sekolah Guru Bawah (SGB) yang pertama kali
di Kuala Kapuas merupakan usaha dalam mengatasi kebutuhan guru di tingkat pendidikan dasar.
Selanjutnya, SGB lainnya didirikan di Muara Teweh dan Palangka Raya.
Pendidikan dan Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum 2013 Bagi Guru SMP
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum dikembangkan secara periodik disesuaikan dengan
kebutuhan saat ini untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum 2006 (KTSP) dikembangkan
menjadi Kurikulum 2013 dengan dilandasi pemikiran tantangan masa depan yaitu tantangan
abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowlwdge-based society dan
kompetensi masa depan. Pemerintah telah memberlakukan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran
2013/2014 dan pengimplementasiannya dilakukan secara bertahap di sekolah. Tahun ajaran
2013/2014 beberapa sekolah yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah mengimplementasi Kurikulum 2013 yaitu dimulai dari kelas I, IV, VII, dan X. Tahun ajaran
2014/2015 semua sekolah wajib mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk kelas I, II, IV, V,
VII, VIII, X, dan XI. Selanjutnya tahun ajaran 2015/2016 semua sekolah dan semua tingkatan
pendidikan wajib mengimplementasikan Kurikulum 2013 mulai dari kelas I sampai dengan kelas
XII. Agar pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik, perlu dilakukan pelatihan bagi
para guru yang akan melaksanakan kurikulum tersebut pada tahun ajaran 2014/2015 yaitu guru
SD kelas I, II, IV, dan V; SMP kelas VII dan VIII, SMA/SMK kelas X dan XI. Pedoman Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Anggaran 2014 disusun sebagai acuan bagi penyelenggara
pelatihan Kurikulum 2013.
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 173
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Proses Penilaian Kebutuhan Diklat
Berdasarkan analisis dokumen diklat, maka peneliti membagi tahap penilaian kebutuhan
diklat Instruktur nasional kurikulum 2013 bagi guru SMP di Kalimantan Tengah meliputi :
Persyaratan Peserta, Mekanisme Pendaftaran, Seleksi dan Penetapan Instruktur Nasional. Dari
hasil wawancara dengan Staf pada Seksi PMS : Proses analisis berdasarkan jumlah kuota guru
yang menjadi sasaran pengimbasan, perhitungan jumlah kelas disetiap Tempat pelaksanaan
kegiatan di 14 Kabupaten/ Kota di Kalimantan Tengah sehingga bisa diketahui berapa Instruktur
Nasional yang diperlukan. Untuk rekrutmen peserta melaui seleksi yang kita lakukan secara
manual dan Online dan para calon Instruktur Nasional harus melengkapi persyaratan yang sudah
ditentukan oleh pusat, dan mengirimkannya ke LPMP Prov. Kalteng, sesudah itu kita lakukan
proses seleksi yang fokusnya pada kualitas persyaratan administrasi yang telah disampaikan
sebelumnya Dari dokumentasi Diklat Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi guru di Kalimantan
Tengah : Persyaratan peserta : Latar Belakang Pendidikan minimal S1 program studi yang
relevan, Memahami kurikulum 2013 melalui pengalaman – pengalaman, Mekanisme
Pendaftaran, Manual (Offline),Online, Seleksi dan Penetapan Instruktur Nasional, Dari hasil
analisis dokumen diketahui jumlah kuota peserta yang diundang, yang hadir dan tidak hadir :
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 12 orang yang hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran
Bahasa Inggris 12 orang yang hadir 11 orang. Guru Mata Pelajaran Matematika 12 orang yang
hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran IPA 12 orang yang hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran IPS
12 orang yang hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran PKn 12 orang yang hadir 11 orang. Guru BK
17 orang yang hadir 15 orang Guru Mata Pelajaran PJOK 12 orang yang hadir 10 orang. Guru
Mata Pelajaran Seni Budaya 12 orang yang hadir 10 orang. Guru Mata Pelajaran Prakarya 12
orang yang hadir 10 orang. Jumlah sasaran = 125 orang, yang tidak hadir = 10 orang dan yang
hadir = 115 orang. Hasil wawancara dengan staf PMS mengenai ketidak hadiran peserta. Peserta
yang tidak hadir dikarenakan berbenturan dengan tugas mengajar disekolah, berdasarkan
temuan diatas, Guru yang mengikuti diklat tersebut adalah guru pilihan dengan kriteria tertentu
yang sudah melewati mekanisme seleksi , faktanya LPMP Prov. Kalteng telah melaksanakan
proses penilaian kebutuhan yang sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Proses Penentuan Tujuan Diklat
Hasil yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan, tertuang dalam
pedoman pelaksanaan diklat Instruktur Nasional 2013 bagi guru di LPMP Prov. Kalteng, Umum:
Pelatihan implementasi Kurikulum 2013 adalah agar terjadi perubahan pola fikir (mindset) dan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas mulai dari mempersiapkan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan pendekatan
dan evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan baik dan benar. Khusus : Tujuan khusus
dari pelatihan implementasi Kurikulum 2013 bagi instruktur nasional dan guru sasaran adalah
agar mampu memahami dan mengimplementasikan materi pelatihan yang terdiri atas: Rasional
Kurikulum 2013; Elemen perubahan kurikulum; Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti,
dan Kompetensi Dasar ; Strategi implementasi Kurikulum 2013; Buku Guru; Buku Siswa;
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); Penilaian sesuai tuntutan Kurikulum
2013; Proses pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013; dan Skenario pelaksanaan pelatihan
dan metodologi pelatihan Implemenasi Kurikulum 2013. Dari dokumentasi tersebut maka tujuan
yang ingin dicapai melalui diklat telah mendeskrisipkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Statmen tujuan diklat ini juga telah memenuhi karakteristik tujuan tertulis. Berikut petikan
wawancara dengan Kepala Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi Pelatihan implementasi
Kurikulum 2013 adalah agar terjadi perubahan pola fikir (mindset) dan kemampuan guru dalam
proses pembelajaran di kelas mulai dari mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran tentang kurikulum 2013 dengan baik dan
benar. Bahwa Narasumber harus diisi oleh orang – orang yang berkompetensi terhadap
kurikulum 2013, hasil wawancara dengan salah satu narasumber salah satu tujuannya adalah
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 174
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
menghasilkan IN yang kompeten (mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan, peserta
pelatihan menerapkan hasil-hasil pelatihan disekolah masing – masing Khusus bagi instruktur
nasional harus memiliki kemampuan sebagai pelatih dalam pelatihan Implementasi Kurikulum
2013, dari wawancara dengan fasilitator untuk kegiatan diklat tersebut Bahwa kami telah
mengikuti diklat narasumber nasional, Diklat Widyiswara, dan lain – lain. Berdasarkan data
diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umun fasilitator diklat tersebut adalah widyiswara yang
telah dibekali oleh pusat tentang Kurikulum 2013 memiliki pemahaman, keahlian dan kualifikasi
pendidikan rata - rata S2.
Proses Perencanaan Program Diklat
Dalam perencanaan peneliti menganalisa hal – hal yang berkenaan dengan hal tersebut
yaitu : Pendanaan berasal dari DIPA LPMP Prov. Kalteng, wawancara dengan staf yang ditugaskan
oleh Kepala seksi PMS dalam mengatur pendanaan. Dana tersebut cukup, pengeluarannya kita
atur pada pos masing – masing, baik pengadaan ATK, biaya pergantian transport peserta, honor
mengajar narasumber dan lain – lain. Biaya pelatihan untuk narasumber nasional (NS), Instruktur
Nasional (IN) dan Guru Sasaran (GS) dari Pemerintah dialokasikan di Pusbangprodik, PPPPTK,
LPPKS dan LPMP Provinsi. Struktur Kepanitiaan dan Narasumber Wawancara dengan Kasi PMS
Susunan personil dan jabatan dalam pelaksanaan diklat Instruktur Nasional Kurikulum 2013 ? Ada
Sekretariat,dan Tim Implementasi Kurikulum 2013 dan Tim Panitia Pelaksana dilapangan, Khusus
diLPMP kita menjadikan staf – staf LPMP untuk menjadi panitia, dengan rincian tugas
kepanitiaan masing – masing, ada ketua, sekretaris dan anggota. Dari hasil dokumentasi struktur
kepanitiaan diklat Instruktur Kurikulum 2013 untuk Guru SMP di LPMP Prov. Kalteng : Ketua
Panitia : Tansiana, S.Pd; Sekretaris : Sari Parwati, SE,M.Si; Anggota Kelas A : Tonie, S.Pd. dan
Publius; Anggota Kelas B : Juniadi, S.Kom danHarianto, S.Pd, Anggota Kelas C : Migraliette U.
S.Si,MA dan Nopriano; Anggota Kelas D : Frida Wulandari, ST dan Kilat, S.Pd; Hasil dokumentasi
untuk narasumber, sebagai berikut : Narasumber Eselon : Dra. Nani Setiawati, M.Si, Kelas A
Rumpun Bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) : Sugeng, M.Pd. dan Husiana Ngabut, M.Pd;
Kelas B Rumpun MIPA (Matematika dan IPA); Wanto, S.Si. dan Dra. H. Yuli Hastuti, M.Sc. Kelas C
Rumpun Sosial (IPS, PKN, BK), Sukardi, M.Pd. ,Junaidin, S.Ag.M.Pd. dan Analaila Soufia, M.Pd.
Kelas D Rumpun Seni dan Penjas (Seni Budaya, Prakarya, PJOK) Dra. Rauli Tambun dan Yuliarta,
S.Pd.
Fasilitas merupakan sarana prasarana yang penting dalam pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan sebaran data melalui instrumen pendukung yang diisi oleh 60 responden, untuk
mengevaluasi fasilitas yang dimiliki LPMP Prov. Kalteng dengan pilihan : Sangat baik, baik, sedang
dan buruk. dengan Skor : Sangat Baik : 4, keterangan : (181 s.d. 240); Baik : 3,keterangan : (121
s.d. 180), Sedang : 2, keterangan : (61 s.d. 120), Buruk : 1, keterangan : (0 s.d. 60)
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 175
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Melalui grafik penilaian diketahui bahwa fasilitas internet masih dalam kategori sedang.
Berdasarkan wawancara dengan peserta diklat kurikulum 2013 untuk Instruktur Nasional : untuk
fasilitas internet masih kurang, perlunya meja kerja didalam ruangan dan konsumsi perlu
ditingkatkan lagi. Hasil wawancara dengan Kepala Koordinator bagian Rumah tangga LPMP Prov.
Kalteng : Selama ini setiap kegiatan, kami memang selalu berkoordinasi yang sifatnya intern.
Koordinasinya bagus, dan untuk kegiatan ini sudah jauh – jauh hari pihak pelaksana kegiatan
mengingatkan kami bahwa tanggal sekian akan ada kegiatan, Persiapan 2 minggu sebelum
kegiatan berlangsung. Kesiapan kita rumah tangga sudah siap untuk gedung dan asrama
ditambah mess untuk peserta dan akomodasi sudah disiapkan untuk instruktur, Dalam hal ini dari
rumah tangga menyediakan akomodasi bagi peserta dan kesiapan ruang kelas dan aula
diantaranya dengan adanya LCD, Kursi sesuai dengan jumlah peserta dikelas dan jaringan listrik
untuk keperluan peserta yang membawa laptop dan gensetpun sudah disiapkan jika ada
pemadaman listrik. Berdasarkan hasil dokumentasi, untuk jumlah kelas Keseluruhan ada 4 kelas
terdiri dari : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris SMP satu kelas, Guru
Mata Pelajaran Matematika dan IPA SMP satu kelas, Guru Mata Pelajaran IPS, PKN dan BK SMP,
Guru Mata Pelajaran Seni Budaya, Prakarya, dan PJOK SMP satu kelas.
Jadwal
Untuk jadwal penanggalan disusun oleh LPMP Prov. Kalteng dalam hal ini di seksi PMS,
Waktu kegiatan dilaksanakan selama 7 hari 6 malam, tanggal 14 s.d. 20 Mei 2014. Kegiatan
penyusunan jadwal dilakukan oleh LPMP Kalimantan Tengah, tanpa melibatkan peserta diklat.
Semua kegiatan tersentralisasi di LPMP Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak dikota
Palangkaraya. Waktu pelaksanaan sangat ditentukan kesesuaian dengan kegiatan lain di LPMP
Prov. Kalteng tujuannya agar tidak terjadi benturan jadwal kegiatan. Kondisi seperti ini
berimplikasi pada peserta diklat, Guru – guru peserta diklat harus meninggalkan tugas sekolah
untuk mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan peserta diklat yang berasal dari luar daerah
Palangkaraya meninggalkan tugas sekolah yang lebih lama dikarenakan letak geografis yang
berbeda – beda. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan siswa yang ditinggalkan.
Struktur Program
Struktur program pelatihan sesuai dengan jenis pelatihannya ada 2 (dua) macam yaitu
Pelatihan Instruktur Nasional (IN) dan Pelatihan Guru. Pelatihan Instruktur Nasional dilaksanakan
dengan pola 72 (tujuh puluh dua) jam pelajaran (JP) yang dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari
Pelatihan Guru dilaksanakan dengan pola 52 (lima puluh dua) jam pelajaran (JP) yang
dilaksanakan selama 5 (lima) hari. Berikut wawancara dengan Narasumber kegiatan : Bahwa
desain kegiatan dan struktur program sudah ditentukan oleh pusat kita tinggal mengubah dikit –
dikit.
Tahap Persiapan
Dari hasil analisis dilapangan diketahui tahapan – tahapan dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut adalah : Surat-surat yang dibutuhkan untuk pelatihan ini meliputi: Surat undangan
pengarah untuk pembukaan dan penutupan, Surat undangan untuk narasumber nasional, Surat
undangan untuk peserta calon instruktur nasional, Surat tugas untuk kepanitiaan, Surat
undangan telah terkirim 1 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan. Hal ini ditujukan
untuk memberikan waktu kepada peserta untuk mempersiapkan diri mengikuti Pelatihan. Hasil
wawancara dengan peserta diklat tentang surat pemanggilan : Karena banyaknya peserta IN dan
wilayah yang cukup jauh, saya rasa perlu tenggang waktu yang lebih lama antara pemanggilan
dengan waktu pelaksanaan kegiatan, agar informasi dapat tersampaikan kepada semua peserta.
Informasi untuk pelaksanaan kegiatan yang kami laksanakan sedikit membingungkan karena
informasi yang seharusnya melalui dinas justru tertahan di dinas pendidikan. Peserta
mendapatkan informasi yang valid setelah pihak LPMP yang mengontak secara langsung. Untuk
pemanggilan peserta LPMP Prov. Kalteng mengirimkan tugas ke Dinas kabupaten kota masing –
masing , kemudian diteruskan oleh Dinas tersebut kepada guru yang bersangkutan. Dalam hal ini
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 176
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
bisa terjadi keterlambatan informasi yang didapat. Pembagian Kelas Peserta yang datang sudah
dibagi per kelas berikut dengan narasumber nasionalnya, kode peserta, dan jenis pelatihan.
Logistik Kesekretariatan Wawancara dengan peserta tetang ATK, adalah sebagaia berikut : Baik
ATK dan modul yang dibagikan kepada peserta, cukup lengkap sehingga sangat berguna selama
kegiatan berlangsung.
Proses Pelaksanaan Diklat
Pada tahap pelaksanaan peneliti mengidentifikasi tahapan yaitu : Pelaksanaan
pembelajaran dan pelayanan non akademik diklat, Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan
pembukaan diklat Dari dokumentasi peneliti, Kegiatan pembelajaran diawali dengan pembukaan
yang diikuti oleh peserta, narasumber, panitia dan kelompok pejabat LPMP Prov. Kalteng.
Kegiatan dibuka oleh Kepala, Penanggung jawab menyampaikan tentang tujuan diklat, Ketua
menyampaikan penjelasan sasaran dan teknis pelaksanaan serta aturan – aturan tata tertib yang
harus dipatuhi oleh semua pihak terutama peserta. Dengan demikian, disimpulkan bahwa
kegiatan pembukaan merupakan salah satu upaya koordinasi antara pihak penyelenggara dengan
peserta diklat, membantu peserta bisa berinteraksi dengan lingkungan pembelajaran. Tujuannya
agar kegiatan diklat dapat berjalan lancar sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun.
Pembagian kelas berdasarakan Obeservasi dilapangan pengaturan kelas untuk kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut :
No
1
Kelas
A
Kelompok Mata Pelajaran
B. Inggris dan B. Indonesia
Jumlah Peserta
24 Orang
2
3
4
B
C
D
Matematika dan IPA
IPS, PPKN dan BK
Penjas, Seni Budaya dan Prakarya
24 Orang
41 Orang
36 Orang
Jumlah kelas yang digunakan adan 4 (empat) kelas, peserta diklat setiap kelasnya berbeda, hasil
dokumentasi menunjukan bahwa untuk kelas C Kelompok IPS, PPKN dan BK paling banyak
pesertanya. Materi pelatihan,Jenis materi yang digunakan untuk pelatihan pada masing-masing
mata pelajaran terdiri atas: Modul Pelatihan untuk masing-masing kelas dan mata pelajaran
Video Model Pembelajaran untuk masing-masing kelas dan mata pelajaran Buku Panduan Guru
(Buku Guru) Buku Teks Pelajaran (Buku Siswa) Panduan Penilaian Hasil Belajar untuk masingmasing jenjang pendidikan Berdasarkan temuan penelitian, peserta diklat mengganggap bahwa
materi yang diberikan sangat bermanfaat bagi mereka sebagai guru. Artinya materi yang
diberikan benar sesuai untuk kebutuhan para guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.
Materi yang diberikan dalam pelatihan sesuai dengan yang akan kami sampaikan di lapangan
nantinya, hanya saja materi yang berupa modul tidak semua dapat tersampaikan mengingat
keterbatasan waktu pelaksanaan pelatihan. Temuan lainnya adalah bahwa keterbatasan waktu
karena ada beberapa dari materi hanya point – point penting saja yang disampaikan. Peserta
dijejali dengan materi diklat yang beraneka ragam, namun tidak didukung dengan alokasi waktu
yang memadai, sehingga keadaan ini menyebabkan pemahaman materi kurang mendalam
sehingga pembelajaran kurang tuntas. Pelaksanaan pembelajaran oleh fasilitator Secara umum
pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
berikut wawancara dengan Narasumber kegiatan Diklat Instruktur Nasional Kurikulum 2013 :
Metode yang digunakan Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Presentasi, Penugasan, Praktik dan
Brainstroming. Sumber belajar yang digunakan adalah video, Buku Guru dan Siswa, Modul, PPt,
NS/Pelaku Fasilitator menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan bidang keahlian yang
dimilikinya dan berdasarkan dari pembekalan untuk Narasumber Nasional. Berikut petikan
wawancara dengan peserta : Instruktur di ruangan kami cukup komunikatif dan saling mengisi
satu sama lain dalam kegiatan pelatihan. Adapun metodologi pengajaran nya, secara tersirat
sama dengan metode pengajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013, dimana peserta belajar
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 177
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
secara mandiri di bawah bimbingan fasilitator Pelayanan non akademik diklat Pelayanan
non
akademik diklat merupakan aktivitas pemberian dan pemenuhan kebutuhan peserta diklat sesuai
dengan jenis layanan yang ditetapkan oleh LPMP Prov. Kalteng. Para panitia LPMP cukup ramah
dan sangat membantu kami selama pelaksanan kegiatan. Kegiatan pelayanan diberikan untuk
memperlancar proses pelaksanaan diklat, berdasarkan temuan penelitian pelayanan yang
diberikan oleh LPMP Prov. Kalteng berupa pelayanan kedatangan peserta, pelayanan akomodasi
dan konsumsi, pelayanan finansial, pelayanan kesehatan dan pelayanan kerohanian. Pelayanan
kedatangan peserta Urutan langkah – langkah kedatangan peserta adalah : Peserta melaporkan
diri diruang sekretariat, menyerahkan berkas – berkas berupa (SPPD, surat tugas, pas foto, surat
keterangan sehat, tiket dan kelengkapan lainnya) Panitia menyerahkan ATK Peserta, Jadwal dan
Panduan Panitia menginformasikan kamar menginap, menunjukan dan mengantarnya ke asrama
atau mess. Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi, Pelayanan akomodasi dan konsumsi diberikan
oleh LPMP Prov. Kalteng dalam bentuk penyediaan kelas dan tempat menginap diasrama dan
mess serta penyediaan makan 3 (tiga) kali sehari dengan snack pagi dan sore. Dari hasil
wawancara dengan peserta : Akomodasi yang diberikan cukup memadai, meskipun ada beberapa
keluhan peserta yang menyayangkan kenapa tidak disediakan dispenser di setiap mess
penginapan. Untuk konsumsi (saya pribadi) merasa cukup puas dengan menu yang disajikan. Dari
hasil temuan diatas maka bisa disimpulkan bahwa akomodasi yang disediakan oleh LPMP Prov.
Kalteng masih kurang karena adanya keluhan dari peserta untuk menyediakan fasilitas – fasilitas
lebih di asrama atau mess. Pelayanan Finansial, Pelayanan finansial diberikan berupa pemberian
uang saku dan transportasi. Seluruh peserta diklat menerima uang saku dengan jumlah yang
sama hanya dibedakan oleh uang transport. Penyelesaian administrasi (pembayaran uang saku
dan transport) dilakukan setelah acara penutupan, Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta berupa penyediaan tenaga kesehatan dan obat – obatan. Dan
pelayanan kesehatan dilakukan dalam sebuah ruang kesehatan khusus, tentunya pelayanan yang
diberikan hanya bersifat pertolongan pertama, karena obat – obatan yang tersedia hanya obat –
obatan ringan, Pelayanan Kerohanian, LPMP Prov. Kalteng menyediakan Mesjid pada lingkungan
kantor, juga menyiapkan ruangan – ruangan lain yang bisa digunakan untuk tempat ibadah
agama lainnya, Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan non akademik
yang diberikan oleh LPMP Prov. Kalteng sudah baik. Hanya saja pelayanan yang diberikan belum
mencakup pelayanan hiburan dan rekreasi.
Proses Evaluasi Diklat
Pada tahapan proses evaluasi diklat peneliti mengidentifikasikan nya berdasarkan :
Evaluasi tingkat reaksi, evaluasi tingkat belajar dan evaluasi tingkat perilaku. Evaluasi tingkat
reaksi evaluasi tingkat reaksi bertujuan untuk mengetahui bagaimana reaksi peserta terhadap
program diklat. Berdasarkan temuan penelitian, evaluasi reaksi dalam diklat ini dilaksanakan
untuk mengetahui bagaimana pendapat peserta tentang fasilitator diklat dan penyelenggaraan
diklat. Instrumen tentang fasilitator berupa penguasaan materi, sistematikan penyajian
kemampuan menyajikan dll.untuk pihak penyelenggara aspek yang ada pada instrumen meliputi :
akomodasi, konsumsi diklat, materi diklat dan kepanitiaan diklat. Evaluasi tingkat belajar Evaluasi
tingkat belajar yang dilakukan oleh penyelenggara adalah penilain tes diawal (pre test), penilaian
sikap pada hari ke 2 hingga hari ke 6 Penilaian keterampilan setiap mata diklat Penilain Post test.
Hasil wawancara dengan fasilitator diklat : Yang dievaluasi langsung dalam tahap pembelajaran
dalam pretes dan postest, penilaian sikap peserta, penilaian peserta terhadap narasumber. Hasil
wawancara dengan peserta diklat : Evaluasi yang diberikan dalam bentuk pre test dan post test
sesuai dengan materi yang kami dapatkan dalam pelatihan. Hasil temuan penelitian menunjukan
bahwa rekap masing – masing tes sudah terdokumentasi dengan baik, menunjukan bahwa sudah
optimalnya pengelolaan hasil – hasil evaluasi diklat. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut diketahui
hasil akhir yang meliputi prosedural operasional standar pelaksanaan bahwa seluruh peserta
yang ikut telah dinyatakan lulus dan berkompeten.
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 178
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
No
Kelas
1
A
2
3
B
C
4
D
Mata Pelajaran
B. Inggris dan
B.
Indonesia
Matematika dan IPA
IPS, PPKN dan BK
Penjas, Seni Budaya
dan Prakarya
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Jumlah
Peserta
24 Orang
Lulus dan berkompeten dan tidak
lulus dan tidak berkompeten
24 Orang
41 Orang
Lulus dan berkompeten
Lulus dan berkompeten
Lulus dan berkompeten
36 Orang
Lulus dan berkompeten
Evaluasi tingkat reaksi dalam bentuk monitoring dan evaluasi belum dilaksanakan,sehinggal
pengimbasan pembelajaran yang didapat dari LPMP Prov. Kalteng belum diketahui.
Focus Group Discussion
Dalam hal ini FGD dilaksanakan untuk membahas tentang saran, kesan dan pesan peserta,
masalah yang dihadapi oleh pihak penyeenggara,yang menjadi temuan dari penelitian, lebih
menekankan pada proses - proses yang belum optimal pada sistem penyelenggaraan diklat
Instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP di LPMP Prov. Kalteng. Proses tersebut adalah
: Proses Perencanaan Proses perencanaan yang menjadi temuan adalah sarana mess, menu
konsumsi dan fasilitas internet. berikut petikan wawancara dengan para responden : Kamar
mandi seharusnya ada pada tiap kamar supaya tidak antri dalam buang air besar dan mandi.
kamar seharusnya disediakan minimal kipas angin karena kamar tanpa ventilasi udara, sehingga
situasi di dalam panas. Mohon makan pagi, siang dan malam harus diatur persediaannya supaya
semua peserta dapat bagian, untuk kegiatan pelatihan seperti ini dimohon untuk menyediakan
meja kerja Fasilitas internet kurang lancar. mohon dibaiki agar mudah mencari inforrmasi yang
berhubungan dengan pelatihan kurikulum 2013 Proses Pelaksanaan Pada proses pelaksanaan hal
yang menjadi temuan adalah pemetaan jumlah peserta diruangan dan terbatasnya waktu
kegiatan sehingga ada materi yang disampaikan hanya point - point penting saja. Proses Evaluasi
Evaluasi menempati posisi yang sangat strategis dalam program diklat. Sedemikian pentingnya
evaluasi sehingga tidak ada satupun usaha untuk memperbaiki mutu diklat yang dapat dilakukan
jika tidak disertai langkah evaluasi. LPMP Prov. Kalteng belum melaksanakan evaluasi tingkat
perilaku dalam bentuk monitoring evaluasi
Implikasi
Sistem penyelenggaraan membutuhkan perhatian dan kerja keras dari seluruh unsur
pengelola diklat. Di samping itu dituntut komitmen masing-masing unsur untuk memberikan
pelayanan yang terbaik (prima), terutama komitmen pimpinan sebagai top manager. Kesan
positif akan dibawa peserta ke instansi asalnya, Intinya apabila kepuasan pelanggan (customer
satisfaction) menjadi perhatian penyelenggara diklat, maka dapat dikatakan keseluruhan proses
pelaksanaan diklat berhasil dengan baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa sejauh ini sistem
penyelenggaraan pada Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru
yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah masih belum maksimal seperti pada
perencanaan (fasilitas, Jadwal, dan tahap persiapan) pelaksanaan (konsumsi) dan evaluasi
(evaluasi tingkat perilaku). Hal ini berpeluang pada kegagalan pencapaian tujuan dari diklat
tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian melalui dokumentasi, wawancara dan observasi serta
instrumen tambahan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Proses Analisis kebutuhan
Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh
LPMP Provinsi Kalimantan Tengah yang melalui tahapan dari persyaratan peserta, mekanisme
pendaftaran dan seleksi sampai hal penetapan calon peserta sudah berjalan cukup baik, proses
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 179
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
rekrutmen calon peserta sudah sesuai dengan pedoman yang berlaku. Penentuan Tujuan
Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh
LPMP Provinsi Kalimantan Tengah sudah sesuai dengan pedoman pusat dalam hal perubahan
mindset peserta. Perencanaan program Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum
2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah belum optimal,
beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah perbaikan fasilitas dari segi mengakomodasikan
sarana mess, perbaikan menu konsumsi, perlunya meja kerja diruang belajar, fasilitas internet
dan sarana rekreasi. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013
bagi guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah belum optimal, tidak
berlakunya aturan yang baku dalam pemetaan jumlah peserta diruangan, terbatasnya waktu
kegiatan ada materi – materi yang hanya disampaikan lewat point – point penting saja. Evaluasi
pada Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan
oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah hanya pada tahap tingkat reaksi dan tingkat belajar, untuk
tingkat perilaku masih belum dilaksanakan, sehingga bisa dikatakan untuk evaluasi masih belum
optimal. Kendala dilapangan yang ditemukan pada saat pelaksanaan implementasi Kurikulum
2013 terhadap guru sasaran di daerah, berikut wawancara dengan Instruktur Nasional : Kami
tetap kontak via telpon dengan narasumber nasional, Ada beberapa hal yang masih kami
tanyakan kepada para narasumber ketika kami melaksanakan implementasi K13 kepada guru guru sasaran, kemarin ada materi yang hanya disampaikan dengan point - point pentingnya saja.
Dalam hal ini peneliti mengabungkan temuan - temuan yang belum optimal tersebut ke dalam
efektivitas diklat dan meningkatnya kompetensi peserta tentang kurikulum 2013, dengan
gambaran sebagai berikut :
Materi
Memperlama waktu Diklat
Bosan/Jenuh
Diklat menjadi
tidak efektif
Hiburan
 Fasilitas Internet
 Variasi menu makanan
 Sarana rekreasi
Diklat Efektif
Kompetensi
Meningkat
Jam Pelajaran perlu ditambah Penambahan jam tersebut adalah memperlama waktu diklat,
sehingga peserta dapat menguasai semua materi dan mengaplikasikannya kepada guru - guru
sasaran, yang artinya diklat menjadi efektif karena semua materi benar - benar tersampaikan
oleh narasumber. Jadwal khusus untuk rekreasi atau hiburan, hal yang bisa terjadi adalah
masalah kebosanan/kejenuhan karena waktu diklat terlalu lama, dan kejenuhan itu sendiri bisa
diatasi dengan cara rekreasi atau adanya sarana hiburan di LPMP Prov. Kalteng. Kebutuhan
hiburan sebagai pelepas stress, bagi sebagian besar orang saat ini memegang peran yang penting
sama halnya dengan kebutuhan akan sandang dan pangan sesuai dengan makna efektivitas maka
pelatihan yang efektif merupakan pelatihan yang berorientasi proses, dimana organisasi tersebut
dapat melaksanakan program-program yang sistematis untuk mencapai tujuan dan hasil yang
dicita-citakan. Sehingga pelatihan efektif apabila pelatihan tersebut dapat menghasilkan sumber
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 180
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
daya manusia yang meningkat kemampuannya, keterampilan dan perubahan sikap yang lebih
mandiri.
Saran – saran
Berdasarkan hasil penelitian melalui dokumentasi, wawancara dan observasi serta
instrumen tambahan, maka untuk saran - saran adalah sebagai berikut : Pada Perencanaan agar
memperhatikan fasilitas dari segi akomodasi peserta melalui sarana mess, perbaikan menu
konsumsi, perlunya meja kerja diruang belajar, fasilitas internet dan sarana rekreasi yang
dikategorikan sebagai sarana hiburan, Pada Perlunya ada aturan baku untuk penetapan jumlah
peserta perkelas, memperhitungkan waktu sehingga seluruh komponen dari materi bisa berhasil
terserap dengan baik Pada evaluasi perlunya dilakukan Monitoring dan Evaluasi, untuk
mengetahui tingkat keberhasilan diklat yang sudah dilaksanakan
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 181
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
DAFTAR RUJUKAN
Ambar, Teguh, Sulistiyani, Rosidah, (2009:11), Manajamen Sumber Daya Manusia yogyakarta :
Graha Ilmu.
Buletinsuligi (2010) Efektivitas Diklat, dari http://buletinsuligi.blogspot.com/2010/05/efektivitasdiklat.html
Bhattacharya, Gouri K. & Johnson, Richard A. (1977). Statistical concepts and methods . New
York : John Wiley & Sons, Inc
Chaedar Alwasilah, A. (2003). Pokoknya Kualitatif. Bandung: PT Kiblat Buku Utama
Cohen, L., & Manion, L. (1998). Research Methods in Education. London : Routledge.
Darmayanti Zuchdi (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif, Diklat Fakultas Bahasa dan Seni, IKIP
Yogyakarta
D’wiryo Subagyo Admo, “ Management training”
Depdiknas 2004.Standar Kompetensi Mata Pelajaran kelas I s/d VI.
Depdiknas 2003. Prinsip – Prinsip Manajemen Pelatihan
Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (1994). Handbook of Qualitative Research. California: Sage
Publications, Inc
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi, (Bandung:
Rosdakarya, 2003)
Finch,curtis R dan Crunkilton, John R. 1979 Curriculum development in vocational technical
education. Massacusset : Allyn & bacon Inc.
Fandi Tjiptono & Anastasia Diana (2003). Total quality manajement. Yogyakarta: Andi Offset
Goldstein, I.L., & Ford, J. K. (2002). Training in Organization. Belmont: Wadsworth
Husaini Usman (1998). Manajemen Diklat. Bandung : Alfa Beta.
Inpres Nomor : 15 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972
Jerry FithGerald, 2002. Pengertian Sistem. Jakarta
John Burch dan Gary Grudnitski, Informations Systems Theory and Practice, John wiley And
Sons,1986
Kemendiknas (2011), Panduan Pendidikan dan Pelatihan
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik.Yogyakarta : Pembaruan.
Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs : The Four Levels. 2nd ed. San
Francisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.
Komalasari (2006). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Tindak Lanjut Uji Kompetensi Guru SD
di LPMP Prov. Kalteng. (abstr.) Tesis Magister
Lasmahadi Arbono(2002).Sistem Manajemen SDM BerbasiskanKompetensi , http://www.epsikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=131
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Administrasi Penyelenggaraan diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Konsep Dasar Sistem diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Etika Kerja Pelaksana diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Komunikasi Efektif dalam
penyelenggaraan diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Sarana dan Prasarana diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Perencanaan Pelaksanaan diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Pengendalian Pelaksanaan diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Pelayanan prima dalam
penyelenggaraan diklat.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Koordinasi penyelenggaraan diklat.
Marihot, 2002:175 Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta. Grasindo
Mills (1993). Teaching and Training a Handbook For Instructors. Ed 3, ELBS & The Mac Millan,
London.
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 182
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume V, Nomor 2, September 2016
Moekijat. 2003. Teori Komunikasi. Mandar Maju, Bandung.
Murdick, G. Robert, E, Joel Ross dan R. James Clagget. Information System for Modern
Management. (Terjemahan). Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1991.
Muhibbin Syah, M. Ed. 2000, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Catatan ke Lima
(revisi), Mei 2000, Bandung, Remaja Rosdakarya
Miles, M. B., & Huberman, M. (1994). Qualitative data analysis. An Expanded Sourcebook.
Thousand Oaks:sage Punlication.Inc.
Panggabean, Mutiara S (2002:41). Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Ghalia Indonesia,
Jakarta
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990.
Pangabean, MS (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghazila Indonesia
Peraturan Pemerintah (2005). Peraturan Pemerintah, Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007) Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (2000) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawi Negeri Sipil
Sadili
Samsudin
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
(2006:127),http://hellodwirejeki.blogspot.com/2012/11/rangkuman-teori-organisasiumum-1_17.html
Sastrohadiwiryo Siswanto (2005), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Adminsitratif
dan Operasional. Bumi Aksara.
Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, Cetakan Ke-18, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, 1988.
Saifuddin Azwarc(2004). Metode Penelitan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Suharsini Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Sulipan (2004) Pengelolaan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi kejuruan pada sekolah
menengah kejuruan, diambil pada tanggal 19 Mei 2014 dari http://pagesyoufavorite.com//ppsupi/disertasi2004.html.
Sueb (2004). Evaluasi pendidikan dan pelatihan peningkatan kemampuan guru kejuruan
teknologi di PPPG Teknologi Bandung. Tesis Magister
Tamim. D & Hermansjah 2002, Diklat Sebagai Suatu Sistem, Lembaga Administrasi Negara,
Jakarta.
Undang –undang (2003). Undang-undang, Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183
| 183
Download