JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum 2013 Bagi Guru SMP Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah Kus Karnen Program Magister Sains Manajemen, Universitas Palangka Raya ABSTRACTS, This study aimed to evaluate: Implementation System of national education and training curriculum Instructor 2013 for junior high teacher in LPMP Central Kalimantan, in which there are (1) the process of needs assessment, (2) the process of goal setting, (3) planning, (4) process Implementation and (5) evaluation process. This study used a qualitative approach. Data were collected through interviews, documentation, observations involving training manager, facilitator, part of household and training participants. Data validity was measured by means of (a) triangulation, (b) increase the time to research, (c) continuous data collection, (d) the data are abundant, (e) conduct re-checking, and (f) debriefing peers. Analysis of the data using the technique proposed by Miles and Huberman (1994), They are : (a) data reduction, (b) the presentation of data and (e) verification. Results of the study revealed that: (1) the process of needs assessment in accordance with the guidelines visible from potential participants who participated. (2) The process of determining the purpose has been achieved judging from the number of participants who pass the training (3) planning process including the process of learning and academic services need to be improved in some facilities and infrastructure, among others mess, consumption and recreation areas. (4) The process of implementation has not been optimal, invalidates the standard rules for mapping the number of participants in all subjects, no matter the limited time activities - the material submitted only through the point - an important point only. (5) The evaluation process in the form of monitoring and evaluation has not been implemented. PENDAHULUAN LPMP sebagai lembaga independent untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan, sesuai dengan kebijakan tahun anggaran 2014, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah dan pengawas pada tahun 2014 akan dilaksanakan di LPMP. Oleh karena itu, LPMP berperan untuk mengoptimalkan jaringan pendataan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang ada di tingkat kecamatan dan kabupaten yang selama ini telah dibina oleh LPMP. Menganggap perlu dilakukan penelitian untuk mengungkap Sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP di LPMP Prov. Kalteng. Disamping itu masih terbatasnya penelitian terhadap fungsi-fungsi dan peran sistem dalam meningkatkan kualitas diklat di LPMP Prov. Kalteng juga mendorong peneliti untuk memfokuskan kajian penelitian dan melakukan analisa pada aspek-aspek Sistem diklat LPMP Prov. Kalteng. Informasi yang diperoleh melalui penelitian ini akan menggambarkan seluruh proses sistem pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP pada tahun 2014 di LPMP Prov. Kalteng. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan diklat selanjutnya. Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 165 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Identifikasi Masalah Mengurai latar belakang diatas di rumuskan masalah sebagai berikut : Tingkat kompetensi guru tentang implementasi kurikulum 2013 masih rendah. Belum efektifnya kinerja panitia diklat pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru di LPMP Prov. Kalteng Media pembelajaran kurang diberdayakan secara optimal. Masih kurangnya koordinasi panitia, penatar dan pejabat. Masih adanya pelanggaran terhadap peraturan diklat yang dilakukan oleh peserta diklat. Masih belum efektifnya penggunaan sarana prasarana di LPMP Prov.Kalteng. Belum diketahui tingkat keberhasilan yang dicapai peserta diklat. Pembatasan Masalah Agar diperoleh hasil penelitian yang maksimal, maka perlu diadakan pembatasan masalah yang akan diteliti. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada aspek Sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP di LPMP Prov. Kalteng yang meliputi : proses penilaian kebutuhan diklat, proses penentu tujuan diklat, proses perencanaan program diklat, proses pelaksanaan diklat dan proses evaluasi diklat. Tujuan Penelitian Mengeksplorasi tentang sistem penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP pada tahun 2014 di LPMP Prov. Kalteng yang meliputi proses penilaian kebutuhan diklat, proses penentu tujuan diklat, proses perencanaan program diklat, proses pelaksanaan diklat dan proses evaluasi diklat. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Diklat Menurut Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo (2005, hal:199) pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian atau sikap tenaga kerja sehingga mereka dapat lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka. Dalam khasanah pengertian ilmu pendidikan dewasa ini konsep modernisasi hampir-hampir identik dengan pendidikan. Tidak ada proses modernisasi tanpa adanya proses pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan modernisasi selain itu tidak ada proses pendidikan dewasa ini tanpa berkaitan dengan proses modernisasi (Tilaar, 1990: 124). Sedangkan pelatihan juga adalah proses belajar yang dimaksudkan untuk mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya (Modul TOT, LAN). Mills (1993: 38) mengungkapkan bahwa pelatihan adalah pemindahan pengetahuan dan keterampilan yang terukur dan yang telah ditentukan sebelumnya, oleh karena itu pelatihan harus memiliki tujuan dan metode yang jelas untuk menguji apakah pengetahuan dan keterampilan yang diberikan sudah dapat dikuasai. Goldstein dan Ford (2002:1) menyatakan bahwa "training is defined as the systematic acquisition of skills, rules, concept, or attitudes that result in improved performance in another environment". Pernyataan Goldstein dan Ford tersebut mengandung makna bahwa pelatihan sebagai penambahan secara sistematis ketrampilan, aturan, konsep, atau sikap yang mengakibatkan peningkatan kinerja di dalam lingkungan yang lain. Husaini Usman ( 1998: 3) menyatakan bahwa pelatihan (training) ialah usaha sadar untuk memperbaiki kinerja pekerja pada pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Sedangkan pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Panggabean (2002: 41) mendefinisikan pelatihan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya sekarang. Sedangkan menurut Subagyo Admo D'rwiryo dalam bukunya "Management Training", bahwa yang dimaksudkan dengan pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang mengaitkan proses belajar untuk meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat dan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 101/2000 yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah proses pembelajaran belajar mengajar dalam rangka Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 166 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil. Lebih lanjut dalam Inpres Nomor : 15 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pelaksanaan pembinaan diklat dikatakan bahwa diklat pegawai negeri sipil adalah : pendidikan yang dilakukan pegawai negeri sipil untuk meningkatkan kepribadian, pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tuntutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil. Diklat sebagai salah satu kegiatan dalam manajemen sumber daya manusia memiliki berbagai pengertian. Menurut Flippo (Husaini Usman, 1998: 2) diklat didefinisikan sebagai kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan seorang pekerja untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003: 212) berpendapat bahwa pendidikan berbeda dengan pelatihan. Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan segera. Artinya pelatihan berhubungan secara spesifik dengan pekerjaan yang dilakukan dan bahwa apa yang sudah dilatihkan dapat diaplikasikan dengan segera. Sedangkan pendidikan lebih bersifat filosofis dan teoritis. Namun pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama yaitu pembelajaran. Berkenaan dengan diklat adalah proses pembelajaran yang memungkinkan pegawai melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar dan meningkatkan kinerja pegawai baru atau jika ada teknologi baru dalam pelaksanaan pekerjaan (Prinsip-Prinsip Manajemen Pelatihan, Depdiknas 2003: 2). Konsep Sistem Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari sistem itu sendiri antara lain : Menurut Jerry Fitzgerald, bahwa “Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”. (Analisa dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Andi Offsset, Yogyakarta, 2001, hal: Sistem merupakan satu kesatuan (unity) yang kompleks yang dibentuk oleh bagian-bagian yang berbedabeda (diserve) yang masing-masing terikat pada rencana yang sama atau berkontribusi untuk mencapai tujuan yang sama (Kamus Webster) Carl d. Friedrich. Dalam buku “man and his Government” mengemukakan definisi sistem, yaitu apabila beberapa bagian yang berlainan dan berbeda satu sama lain membentuk suatu kesatuan, melaksanakan hubungan fungsional yang tetap satu sama lain serta mewujudkan bagian-bagian itu saling tergantung satu sama lain. Sistem didefenisikan sebagai suatu kumpulan dari obyek-obyek dan ide-ide yang saling berhubungan dengan diperintahkan untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama (John Burch) Sistem adalah suatu susunan elemen-elemen yang berinteraksi dan membentuk datu kesatuan yang berinteraksi (Murdick, Ross dan Claggett 1984; terjemahan 1991) Istilah "sistem" adalah suatu konsep yang abstrak. Definisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah "seperangkat komponen atau unsur-unsur atau sub sistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu". Sedangkan dalam arti yang luas, suatu sistem ada dikarenakan seseorang telah mendefinisikan demikian. Proses dalam Sistem Pendidikan dan Pelatihan Proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam suatu diklat merupakan suatu sistem yang saling kait mengait, saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama lain. Ada 5 (lima) proses yang integral, yang akan berhasil dengan baik apabila dilaksanakan (Tamim dan Hermansjah, 2002), yaitu: Proses penilaian kebutuhan diklat, Proses penentuan tujuan diklat, Proses perencanaan program diklat, Proses pelaksanaan diklat dan Proses evaluasi diklat dari Lembaga Adminsitrasi Negara – Republik Indonesia berikut Proses – proses yang terjadi dalam sistem Pendidikan dan Pelatihan : Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 167 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Gambar 1 : Proses dalam Sistem Diklat Sumber : Bahan Bagi Penyelenggaraan Diklat : LAN - RI Proses analisis kebutuhan diklat Berkaitan dengan penentuan kebutuhan pelatihan Kirpatrick (1998 : 4 ) mengemukakan bahwa : If program are going to be effective, they must meet the needs of participant. There are many ways to determine these needs. Here are some of the more common: (1) Ask the participan, (2) Ask the bosses of the participants, (3) Ask others who are familiar with the job and how it is being performed, including subordinates, peers and costumers, (4) test the participants, and (5) Analyze performance appraisal forms. Pendapat diatas bermakna bahwa jika program ingin efektif. Maka harus mengetahui kebutuhan peserta pelatihan dan banyak cara menentukan kebutuhan ini. Beberapa yang umum adalah dengan cara (1) Menanyakan kepada peserta, (2) menanyakan pimpinan peserta, (3) menanyakan kepada orang lain yang familiar dengan pekerjaan dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, termasuk bawahan, tokoh panutan dan konsumen, (4) melaksanakan test kepada peserta, dan (5) menganalisa format penilaian kinerja. Senada dengan pendapat Kirckpatrick, steadhem (Goldstein dan ford, 2002: 54-55) telah mengembangkan beberapa metode asesmen kebutuhan pelatihan yaitu melalui (1) observation, (2) Questionnaires, (3) key consultation, (4) print media, (5) interview, (5) group discussion, (7) test, (8) records, reports, dam (9) work samples. Proses Penentuan Tujuan Diklat Menurut David (2001: 11) "Objectives can be defines as specific results that an organization seeks to achieve inpursuing its basic mission". Artinya bahwa tujuan didefinisikan sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memenuhi misi utamanya. Tujuan penting karena tujuan menentukan arah, membantu dalam melakukan evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas, memusatkan koordinasi, dan menjadi dasar perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengendalian kegiatan yang efektif. "Objective should be challenging, measurable, consistent, reasonable and clear" (David, 2001: 11). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan haruslah menantang, dapat diukur, konsisten, wajar dan jelas.Tujuan diklat harus ditetapkan setelah mendapatkan informasi tentang kebutuhan diklat. Berkaitan dengan penetapan tujuan diklat, Kirkpatrick (1998: 9) menyatakan: "Once the needs have been determined, it is necessary to set objectives. Objective should be set for three different aspect of the program and in the following order: (1) What results are we trying to accomplish? These result can be state in such areas as production, sales, quality, turnover, absenteeism, and morale or quality of work life (QWL), (2) What behaviousr do we want supervisor and managers to have in order to accomplish the results?, (3) What knowledge, skills, and attitudes do we want participant to learn in the Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 168 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 training program? Some program are aimed at teaching spesifick knowledge or skill, others are aimed at increasing knowledge and changing attitudes ": Dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa tujuan harus ditetapkan bagi tiga aspek yang berbeda dari program dan dalam urutan : ( 1) Hasil apa yang kita usahakan untuk dipenuhi? Hasil ini dapat dinyatakan dalam area seperti produksi, penjualan, mutu, perputaran, ketidakhadiran, dan moril atau mutu kehidupan kerja, (2) perilaku apa yang dinginkan para manajer dan penyelia untuk dimiliki dalam rangka memenuhi hasil?, (3) Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap apa yang ingin peserta pelajari di dalam program pelatihan? Beberapa Program diarahkan pada mengajar keterampilan atau pengetahuan spesifik, yang lain diarahkan pada meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap. Berkaitan dengan tujuan diklat, Goldstein dan Ford (2002: 99) mengemukakan bahwa "Training objectives constitute the formal description of what a trainee should be able to do once training is completed. Identifying a comprehensive set of training objectives provides a road map for training design that focuses on operationalizing in very specific terms what is to be learned in the training program. Well-wtitten objectives provides the basis for the development of the POI (plan of instruction). Objectives convey the training goals, provide a framework for developing course content, and provide a basis for assessing trainee achievement". Artinya bahwa tujuan pelatihan mendasari apa yang harus peserta pelatihan bisa lakukan ketika pelatihan selesai. Mengidentifikasi secara menyeluruh satuan tujuan pelatihan menyediakan suatu peta jalan bagi disain pelatihan yang fokus pada operasional di dalam terminologi yang sangat spesifik apa yang akan dipelajari di dalam program pelatihan itu. Tujuan menyediakan basis untuk pengembangan yang menyangkut rencana instruksi. Tujuan menyampaikan sasaran pelatihan, menyediakan suatu kerangka untuk mengembangkan isi pelatihan, dan menyediakan suatu basis untuk menilai prestasi peserta pelatihan. Dari teori SDM menurut H. Hadari Nawawi (dalam Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah,2009:11) yang dimaksud sebagai SDM adalah meliputi 3 pengertian : SDM adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut dengan personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan) SDM adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensi. SDM adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non financial) didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Proses Perencanaan Diklat Menurut Sugiyono (1998: 121) terdapat 2 hal yang perlu dibiayai dalam diklat, yaitu: (1) pembiayaan untuk modal diklat {capital cost) dan (2) biaya penyelenggaraan diklat {recurring cost). Capital cost meliputi biaya untuk tanah, gedung serta sarana dan prasarana diklat. Recurring cost pada dasarnya merupakan biaya operasional keseluruhan penyelenggraaan diklat, yang mencakup biaya perencanaan, penyelenggaraaan, pengawasan, sarana dan prasarana serta gaji pegawai, staf pengajar dan tenaga administrasi. Untuk menghitung biaya tersebut, menurut Sadili Samsudin (2006:127), maka harus didapatkan berbagai informasi berikut ini : Jumlah peserta yang akan mengikuti pelatihan. Durasi pelatihan (berapa jam/hari). Honor untuk instruktur, pelatih, dan atau fasilitator Biaya transport, akomodasi, konsumsi dan sebagainya. Durasi waktu yang digunakan peserta pelatihan untuk belajar sendiri Waktu yang harus digunakan untuk berkoresponden dengan peserta pelatihan dan sebagainya Berkaitan dengan fasilitas, Kirkpatrick (1998: 11-12) mengemukakan bahwa: "The selection of facilities is another important decision. Facilities should be both comfortable and convenient. Negatif factors to be avoided include rooms that are too small, uncomfortable furniture, noise or other distraction, inconvenience, long distances to the training room, and uncomfortable temperature, either too hot or too cold. Artinya pemilihan fasilitas adalah keputusan penting yang lain. Fasilitas harus menyenangkan dan nyaman. Faktor negatif harus dihindarkan meliputi ruang yang terlalu kecil, furniture yang tidak nyaman, suara gaduh atau kekacauan lain, tidak menyenangkan, jarak yang jauh ke ruang pelatihan, dan temperatur yang tidak nyaman, baik yang terlalu panas maupun Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 169 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 yang terlalu dingin. Pendapat Kirkpatrick ini lebih menekankan pada berbagai persyaratan yang harus dimilki fasilitas diklat agar kegiatan diklat dapat berjalan lancar. Menurut Chambers (1995:22) menyatakan bahwa jadwal didefinisikan sebagai sesuatu yang menjelaskan di mana dan kapan orang-orang dan sumber daya berada pada suatu waktu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, jadwal merupakan pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja. Jadwal juga didefinisikan sebagai daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang terperinci. Penentuan jadwal diklat dilakukan untuk menetapkan kapan diklat dilaksanakan. Jadwal diklat yang terbaik harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan peserta pelatihan sebagai pengganti kenyamanan instruktur, sebagimana yang dikemukakan oieh Kircpatrick (1998: 11): " the training schedule must meet the meeds and desire of the participants instead of the convenience of the instructurs ". Selanjutnya disebutkan pula bahwa : "the best schedule takes &ree things consideration; the trainees, their bosses, and the best condition for learning" (Kirkpatrick, 1998: 11). Artinya jadwal yang terbaik menggunakan tiga hal sebagai pertimbangan: peserta pelatihan, atasan mereka, dan kondisi yang terbaik untuk belajar. Jadwal harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik diawal. Hari dan waktu khusus seharusnya ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan peserta pelatihan dan atasan mereka. Kebutuhan-kebutuhan dan tujuan pelatihan adalah faktor utama dalam menentukan isi pokok diklat. Berkaitan dengan isi pokok diklat, secara lebih lengkap Gagne, Briggs & Wager (Goldstein dan Ford, 2002: 88) mengemukakan suatu istilah yang disebut dengan disain pembelajaran {instructional design), yang didefinisikan sebagai berikut: "Instructional design is defined as a set of events that affect trainees so that learning is facilitated. Design refers to development and arrangement of a set of activities so as to support the internal learning processes of trainees". Artinya disain pembelajaran didefinisikan sebagai satuan kegiatan yang mempengaruhi peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga pembelajaran difasilitasi. Disain mengacu pada pengaturan dan pengembangan satu set aktivitas agar mendukung proses internal pembelajaran peserta pelatihan. Proses Pelaksanaan diklat Pelaksanaan adalah fiingsi manajemen yang terpenting dalam proses manajemen. Fungsi ini baru dapat diterapkan setelah rencana, organisasi, dan sumber daya tersedia. Terry (1977: 371) didefinisikan pelaksanaan sebagai berikut : "actuating is getting all members of the group to want and to strive to achieve the objective illingly and keeping the managerial planning and organizing efforts''. Artinya pengarahan adalah membuat semua anggota keiompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta rergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan ssaha-usaha pengorganisasian. Proses Evaluasi diklat dalam kegiatan diklat, pengawasan diwujudkan dalam bentuk evaluasi terhadap diklat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (1998: 111) bahwa evaluasi latihan merupakan proses kegiatan untuk mengetahui sejauh mana program-program latihan dapat dilaksanakan, dan sejauh mana tujuan latihan dapat tercapai. Evaluasi program diklat bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan dalam makna sejauh mana bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap peserta program diklat dari sebelum mengikuti diklat dan setelah selesai mengikuti program diklat (Husaini Usman, 1998: 92). Hal ini sesuai dengan pendapat Noe (2002: 207) yang menyatakan bahwa: "Evaluation provide information used to determine training effectiveness". Kirkpatrick (1998: 16) mengemukakan 3 alasan mengapa kita perlu mengevaluasi program pelatihan : (1) To justify the existence of the training departement by showing how it contributes to the organization's objectives and goals, (2) to decide whether to continue or discontinue training program and, (3) to gain information on how to improve future training programs. Artinya (1) untuk membenarkan eksistensi departemen pelatihan dengan menunjukkan bagaimana kontribusinya terhadap tujuan organisasi, (2) untuk memutuskan apakah program pelatihan dilanjutkan atau dihentikan, dan (3) untuk mendapatkan informasi bagaimana memperbaiki Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 170 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 program pelatihan berikutnya. Berkaitan dengan evaluasi diklat, Noe (2002: 180) menyatakan bahwa evaluasi diklat melibatkan 2 jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Efektifitas Pendidikan dan Pelatihan Tiga perspektif Efektivitas yang dipandang penting menurut Gibson (1988) dalam Fuad (2011), meliputi efektivitas dari perspektif individu, efektivitas dari perspektif kelompok, dan efektivitas dari perspektif organisasi. yang berarti bahwa efektivitas memiliki tiga tingkatan yang merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi dimana efektivitas perspektif individu berada pada tingkat awal untuk menuju efektif kelompok maupun efektif organisasi. Katzel, dalam Steers (1980) (dalam Fuad, 2011) menyatakan bahwa efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas, laba dan sebagainya. Suatu pelatihan dikatakan efektif jika hasil dari pelatihan tersebut dapat mencapai tujuan organisasi, meningkatkan kemampuan sumber daya, memuaskan pelanggan dan dapat meningkatkan proses-proses internal (Bramley dalam Detty, dkk, 2009). Menurut Noe (2002) bahwa pada umumnya suatu program pelatihan dikatakan efektif jika hasil dari pelatihan ini dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dan peserta. Manfaat bagi peserta pelatihan dapat mencakup pembelajaran, keahlian dan perilaku baru. Efektifitas pelatihan itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, Menurut Ooi,et al., 2007; Haslinda, et al., 2009, efektivitas pelatihan dipengaruhi oleh kualitas trainer dan ketepatan metode pelatihan. Wang & Drewry dalam Rashid (2010) juga menyatakan bahwa faktor kualitas isi pelatihan, motivasi peserta, dan gaya pembelajaran juga berkontribusi terhadap tercapainya sebuah pelatihan yang efektif bagi organisasi. Haslinda, et al (2009) dalam Evaluasi efektivitas..., Dianur Hikmawati, FKM UI, 2012 penelitiannya yang berjudul “ The Effectiveness of Training in The Public Service” menyatakan bahwa komitmen dan dukungan manajemen, sikap peserta, dukungan rekan kerja, kepemimpinan, analisis kebutuhan pelatihan, dan transfer pelatihan juga berpengaruh terhadap pencapaian efektivitas program pelatihan. Keefektifan pelatihan itu berpengaruh pada kualitas kinerja sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkannya sehingga efektif tidaknya pelatihan dilihat dari dampak pelatihan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Hal ini selaras dengan Henry Simamora (1994) dalam Fuad (2011) yang mengukur keefektifan Diklat dapat dilihat dari 1) reaksi-reaksi bagaimana perasaan partisipan terhadap program; 2) belajar- pengetahuan, keahlian, dan sikap-sikap yang diperoleh sebagai hasil dari pelatihan; 3) perilaku perubahan-perubahan yang terjadi pada pekerjaan sebagai akibat dari pekerjaan: dan 4) hasil-hasil dampak pelatihan pada keseluruhan yaitu efektivitas organisasi atau pencapaian pada tujuan-tujuan organisasional. Kompetensi Guru Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru : Kompetensi pedagogic, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, Kompetensi Profesional. Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 171 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Kerangka Pikir Gambar 2 Kerangka Pikir Sistem Diklat Diklat yang efektif Out Put Diklat Meningkatnya Kompetensi Guru tentang Kurikulum 2013 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini mengeksplorasi tentang Proses Penilaian kebutuhan diklat,proses penetuan tujuan diklat, proses perencanaan program diklat, proses pelaksanaan diklat dan proses evaluasi diklat agar lebih mudah dipahami dan disimpulkan, Penelitian kualitatif yang mencerminkan perspektif fenomenologis. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiran secara mendalam mengenai makna dari kenyataan atau fakta yang relevan tentang sistem penyelenggaraan diklat instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru di LPMP Prov. Kalteng. Subyek Penelitian Adapun subjek penelitian ini adalah Kepala Seksi Pemetaan Mutu Supervisi LPMP Prov. Kalteng. selaku penanggung jawab pengelolaan diklat, panitia diklat, peserta diklat, Staf LPMP Prov. Kalteng. Bagian Umum (perencanaan dan keuangan), Narasumber Nasional dan pengelola fasilitas. Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian bertempat di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah dan waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Mei s.d. Agustus 2014. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: Wawancara (Interview), Dokumentasi, Observasi, Focus group Discussion Prosedur Pengolahan Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berpedoman pada teknik analisis data versi Huberman dan Miles (1994: 12), yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai berikut: Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 172 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Komponen Analisis Data : Model Interaktif (Miles dan Huberman, 1994 : 12) Data Collection Data Reduction Data Display Conclusion: drawing verifying Uji Keabsahan Data Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan : Trianggulasi, Memperlama Waktu Pelaksanaan Penelitian, Pengumpulan Data Secara Terus menerus Menggunakan Data yang Berlimpah (Rich Data), Mengadakan Pengecekan Ulang (Member Check) Tanya Jawab dengan Teman Sejawat PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Sejarah Singkat LPMP Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan di Provinsi Kalimantan Tengah, pada dasarnya merupakan restrukturisasi dari Balai Penataran Guru Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat di daerah atau di Provinsi Kalimantan Tengah. Berdirinya Provinsi Kalimantan Tengah 23 Mei 1957 merupakan tonggak bangunnya pendidikan guru di provinsi yang beribu kota di Palangka Raya ini. Didirikannya Sekolah Guru Bawah (SGB) yang pertama kali di Kuala Kapuas merupakan usaha dalam mengatasi kebutuhan guru di tingkat pendidikan dasar. Selanjutnya, SGB lainnya didirikan di Muara Teweh dan Palangka Raya. Pendidikan dan Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum 2013 Bagi Guru SMP Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum dikembangkan secara periodik disesuaikan dengan kebutuhan saat ini untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum 2006 (KTSP) dikembangkan menjadi Kurikulum 2013 dengan dilandasi pemikiran tantangan masa depan yaitu tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowlwdge-based society dan kompetensi masa depan. Pemerintah telah memberlakukan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 dan pengimplementasiannya dilakukan secara bertahap di sekolah. Tahun ajaran 2013/2014 beberapa sekolah yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengimplementasi Kurikulum 2013 yaitu dimulai dari kelas I, IV, VII, dan X. Tahun ajaran 2014/2015 semua sekolah wajib mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI. Selanjutnya tahun ajaran 2015/2016 semua sekolah dan semua tingkatan pendidikan wajib mengimplementasikan Kurikulum 2013 mulai dari kelas I sampai dengan kelas XII. Agar pelaksanaan Kurikulum 2013 dapat berjalan dengan baik, perlu dilakukan pelatihan bagi para guru yang akan melaksanakan kurikulum tersebut pada tahun ajaran 2014/2015 yaitu guru SD kelas I, II, IV, dan V; SMP kelas VII dan VIII, SMA/SMK kelas X dan XI. Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Anggaran 2014 disusun sebagai acuan bagi penyelenggara pelatihan Kurikulum 2013. Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 173 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Proses Penilaian Kebutuhan Diklat Berdasarkan analisis dokumen diklat, maka peneliti membagi tahap penilaian kebutuhan diklat Instruktur nasional kurikulum 2013 bagi guru SMP di Kalimantan Tengah meliputi : Persyaratan Peserta, Mekanisme Pendaftaran, Seleksi dan Penetapan Instruktur Nasional. Dari hasil wawancara dengan Staf pada Seksi PMS : Proses analisis berdasarkan jumlah kuota guru yang menjadi sasaran pengimbasan, perhitungan jumlah kelas disetiap Tempat pelaksanaan kegiatan di 14 Kabupaten/ Kota di Kalimantan Tengah sehingga bisa diketahui berapa Instruktur Nasional yang diperlukan. Untuk rekrutmen peserta melaui seleksi yang kita lakukan secara manual dan Online dan para calon Instruktur Nasional harus melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan oleh pusat, dan mengirimkannya ke LPMP Prov. Kalteng, sesudah itu kita lakukan proses seleksi yang fokusnya pada kualitas persyaratan administrasi yang telah disampaikan sebelumnya Dari dokumentasi Diklat Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi guru di Kalimantan Tengah : Persyaratan peserta : Latar Belakang Pendidikan minimal S1 program studi yang relevan, Memahami kurikulum 2013 melalui pengalaman – pengalaman, Mekanisme Pendaftaran, Manual (Offline),Online, Seleksi dan Penetapan Instruktur Nasional, Dari hasil analisis dokumen diketahui jumlah kuota peserta yang diundang, yang hadir dan tidak hadir : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia 12 orang yang hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris 12 orang yang hadir 11 orang. Guru Mata Pelajaran Matematika 12 orang yang hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran IPA 12 orang yang hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran IPS 12 orang yang hadir 12 orang. Guru Mata Pelajaran PKn 12 orang yang hadir 11 orang. Guru BK 17 orang yang hadir 15 orang Guru Mata Pelajaran PJOK 12 orang yang hadir 10 orang. Guru Mata Pelajaran Seni Budaya 12 orang yang hadir 10 orang. Guru Mata Pelajaran Prakarya 12 orang yang hadir 10 orang. Jumlah sasaran = 125 orang, yang tidak hadir = 10 orang dan yang hadir = 115 orang. Hasil wawancara dengan staf PMS mengenai ketidak hadiran peserta. Peserta yang tidak hadir dikarenakan berbenturan dengan tugas mengajar disekolah, berdasarkan temuan diatas, Guru yang mengikuti diklat tersebut adalah guru pilihan dengan kriteria tertentu yang sudah melewati mekanisme seleksi , faktanya LPMP Prov. Kalteng telah melaksanakan proses penilaian kebutuhan yang sesuai dengan pedoman yang berlaku. Proses Penentuan Tujuan Diklat Hasil yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan, tertuang dalam pedoman pelaksanaan diklat Instruktur Nasional 2013 bagi guru di LPMP Prov. Kalteng, Umum: Pelatihan implementasi Kurikulum 2013 adalah agar terjadi perubahan pola fikir (mindset) dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas mulai dari mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai dengan pendekatan dan evaluasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan baik dan benar. Khusus : Tujuan khusus dari pelatihan implementasi Kurikulum 2013 bagi instruktur nasional dan guru sasaran adalah agar mampu memahami dan mengimplementasikan materi pelatihan yang terdiri atas: Rasional Kurikulum 2013; Elemen perubahan kurikulum; Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar ; Strategi implementasi Kurikulum 2013; Buku Guru; Buku Siswa; Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); Penilaian sesuai tuntutan Kurikulum 2013; Proses pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013; dan Skenario pelaksanaan pelatihan dan metodologi pelatihan Implemenasi Kurikulum 2013. Dari dokumentasi tersebut maka tujuan yang ingin dicapai melalui diklat telah mendeskrisipkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Statmen tujuan diklat ini juga telah memenuhi karakteristik tujuan tertulis. Berikut petikan wawancara dengan Kepala Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi Pelatihan implementasi Kurikulum 2013 adalah agar terjadi perubahan pola fikir (mindset) dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas mulai dari mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran tentang kurikulum 2013 dengan baik dan benar. Bahwa Narasumber harus diisi oleh orang – orang yang berkompetensi terhadap kurikulum 2013, hasil wawancara dengan salah satu narasumber salah satu tujuannya adalah Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 174 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 menghasilkan IN yang kompeten (mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan, peserta pelatihan menerapkan hasil-hasil pelatihan disekolah masing – masing Khusus bagi instruktur nasional harus memiliki kemampuan sebagai pelatih dalam pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, dari wawancara dengan fasilitator untuk kegiatan diklat tersebut Bahwa kami telah mengikuti diklat narasumber nasional, Diklat Widyiswara, dan lain – lain. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umun fasilitator diklat tersebut adalah widyiswara yang telah dibekali oleh pusat tentang Kurikulum 2013 memiliki pemahaman, keahlian dan kualifikasi pendidikan rata - rata S2. Proses Perencanaan Program Diklat Dalam perencanaan peneliti menganalisa hal – hal yang berkenaan dengan hal tersebut yaitu : Pendanaan berasal dari DIPA LPMP Prov. Kalteng, wawancara dengan staf yang ditugaskan oleh Kepala seksi PMS dalam mengatur pendanaan. Dana tersebut cukup, pengeluarannya kita atur pada pos masing – masing, baik pengadaan ATK, biaya pergantian transport peserta, honor mengajar narasumber dan lain – lain. Biaya pelatihan untuk narasumber nasional (NS), Instruktur Nasional (IN) dan Guru Sasaran (GS) dari Pemerintah dialokasikan di Pusbangprodik, PPPPTK, LPPKS dan LPMP Provinsi. Struktur Kepanitiaan dan Narasumber Wawancara dengan Kasi PMS Susunan personil dan jabatan dalam pelaksanaan diklat Instruktur Nasional Kurikulum 2013 ? Ada Sekretariat,dan Tim Implementasi Kurikulum 2013 dan Tim Panitia Pelaksana dilapangan, Khusus diLPMP kita menjadikan staf – staf LPMP untuk menjadi panitia, dengan rincian tugas kepanitiaan masing – masing, ada ketua, sekretaris dan anggota. Dari hasil dokumentasi struktur kepanitiaan diklat Instruktur Kurikulum 2013 untuk Guru SMP di LPMP Prov. Kalteng : Ketua Panitia : Tansiana, S.Pd; Sekretaris : Sari Parwati, SE,M.Si; Anggota Kelas A : Tonie, S.Pd. dan Publius; Anggota Kelas B : Juniadi, S.Kom danHarianto, S.Pd, Anggota Kelas C : Migraliette U. S.Si,MA dan Nopriano; Anggota Kelas D : Frida Wulandari, ST dan Kilat, S.Pd; Hasil dokumentasi untuk narasumber, sebagai berikut : Narasumber Eselon : Dra. Nani Setiawati, M.Si, Kelas A Rumpun Bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) : Sugeng, M.Pd. dan Husiana Ngabut, M.Pd; Kelas B Rumpun MIPA (Matematika dan IPA); Wanto, S.Si. dan Dra. H. Yuli Hastuti, M.Sc. Kelas C Rumpun Sosial (IPS, PKN, BK), Sukardi, M.Pd. ,Junaidin, S.Ag.M.Pd. dan Analaila Soufia, M.Pd. Kelas D Rumpun Seni dan Penjas (Seni Budaya, Prakarya, PJOK) Dra. Rauli Tambun dan Yuliarta, S.Pd. Fasilitas merupakan sarana prasarana yang penting dalam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan sebaran data melalui instrumen pendukung yang diisi oleh 60 responden, untuk mengevaluasi fasilitas yang dimiliki LPMP Prov. Kalteng dengan pilihan : Sangat baik, baik, sedang dan buruk. dengan Skor : Sangat Baik : 4, keterangan : (181 s.d. 240); Baik : 3,keterangan : (121 s.d. 180), Sedang : 2, keterangan : (61 s.d. 120), Buruk : 1, keterangan : (0 s.d. 60) Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 175 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Melalui grafik penilaian diketahui bahwa fasilitas internet masih dalam kategori sedang. Berdasarkan wawancara dengan peserta diklat kurikulum 2013 untuk Instruktur Nasional : untuk fasilitas internet masih kurang, perlunya meja kerja didalam ruangan dan konsumsi perlu ditingkatkan lagi. Hasil wawancara dengan Kepala Koordinator bagian Rumah tangga LPMP Prov. Kalteng : Selama ini setiap kegiatan, kami memang selalu berkoordinasi yang sifatnya intern. Koordinasinya bagus, dan untuk kegiatan ini sudah jauh – jauh hari pihak pelaksana kegiatan mengingatkan kami bahwa tanggal sekian akan ada kegiatan, Persiapan 2 minggu sebelum kegiatan berlangsung. Kesiapan kita rumah tangga sudah siap untuk gedung dan asrama ditambah mess untuk peserta dan akomodasi sudah disiapkan untuk instruktur, Dalam hal ini dari rumah tangga menyediakan akomodasi bagi peserta dan kesiapan ruang kelas dan aula diantaranya dengan adanya LCD, Kursi sesuai dengan jumlah peserta dikelas dan jaringan listrik untuk keperluan peserta yang membawa laptop dan gensetpun sudah disiapkan jika ada pemadaman listrik. Berdasarkan hasil dokumentasi, untuk jumlah kelas Keseluruhan ada 4 kelas terdiri dari : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris SMP satu kelas, Guru Mata Pelajaran Matematika dan IPA SMP satu kelas, Guru Mata Pelajaran IPS, PKN dan BK SMP, Guru Mata Pelajaran Seni Budaya, Prakarya, dan PJOK SMP satu kelas. Jadwal Untuk jadwal penanggalan disusun oleh LPMP Prov. Kalteng dalam hal ini di seksi PMS, Waktu kegiatan dilaksanakan selama 7 hari 6 malam, tanggal 14 s.d. 20 Mei 2014. Kegiatan penyusunan jadwal dilakukan oleh LPMP Kalimantan Tengah, tanpa melibatkan peserta diklat. Semua kegiatan tersentralisasi di LPMP Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak dikota Palangkaraya. Waktu pelaksanaan sangat ditentukan kesesuaian dengan kegiatan lain di LPMP Prov. Kalteng tujuannya agar tidak terjadi benturan jadwal kegiatan. Kondisi seperti ini berimplikasi pada peserta diklat, Guru – guru peserta diklat harus meninggalkan tugas sekolah untuk mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan peserta diklat yang berasal dari luar daerah Palangkaraya meninggalkan tugas sekolah yang lebih lama dikarenakan letak geografis yang berbeda – beda. Kondisi seperti ini tentu saja merugikan siswa yang ditinggalkan. Struktur Program Struktur program pelatihan sesuai dengan jenis pelatihannya ada 2 (dua) macam yaitu Pelatihan Instruktur Nasional (IN) dan Pelatihan Guru. Pelatihan Instruktur Nasional dilaksanakan dengan pola 72 (tujuh puluh dua) jam pelajaran (JP) yang dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari Pelatihan Guru dilaksanakan dengan pola 52 (lima puluh dua) jam pelajaran (JP) yang dilaksanakan selama 5 (lima) hari. Berikut wawancara dengan Narasumber kegiatan : Bahwa desain kegiatan dan struktur program sudah ditentukan oleh pusat kita tinggal mengubah dikit – dikit. Tahap Persiapan Dari hasil analisis dilapangan diketahui tahapan – tahapan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah : Surat-surat yang dibutuhkan untuk pelatihan ini meliputi: Surat undangan pengarah untuk pembukaan dan penutupan, Surat undangan untuk narasumber nasional, Surat undangan untuk peserta calon instruktur nasional, Surat tugas untuk kepanitiaan, Surat undangan telah terkirim 1 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan. Hal ini ditujukan untuk memberikan waktu kepada peserta untuk mempersiapkan diri mengikuti Pelatihan. Hasil wawancara dengan peserta diklat tentang surat pemanggilan : Karena banyaknya peserta IN dan wilayah yang cukup jauh, saya rasa perlu tenggang waktu yang lebih lama antara pemanggilan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, agar informasi dapat tersampaikan kepada semua peserta. Informasi untuk pelaksanaan kegiatan yang kami laksanakan sedikit membingungkan karena informasi yang seharusnya melalui dinas justru tertahan di dinas pendidikan. Peserta mendapatkan informasi yang valid setelah pihak LPMP yang mengontak secara langsung. Untuk pemanggilan peserta LPMP Prov. Kalteng mengirimkan tugas ke Dinas kabupaten kota masing – masing , kemudian diteruskan oleh Dinas tersebut kepada guru yang bersangkutan. Dalam hal ini Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 176 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 bisa terjadi keterlambatan informasi yang didapat. Pembagian Kelas Peserta yang datang sudah dibagi per kelas berikut dengan narasumber nasionalnya, kode peserta, dan jenis pelatihan. Logistik Kesekretariatan Wawancara dengan peserta tetang ATK, adalah sebagaia berikut : Baik ATK dan modul yang dibagikan kepada peserta, cukup lengkap sehingga sangat berguna selama kegiatan berlangsung. Proses Pelaksanaan Diklat Pada tahap pelaksanaan peneliti mengidentifikasi tahapan yaitu : Pelaksanaan pembelajaran dan pelayanan non akademik diklat, Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan pembukaan diklat Dari dokumentasi peneliti, Kegiatan pembelajaran diawali dengan pembukaan yang diikuti oleh peserta, narasumber, panitia dan kelompok pejabat LPMP Prov. Kalteng. Kegiatan dibuka oleh Kepala, Penanggung jawab menyampaikan tentang tujuan diklat, Ketua menyampaikan penjelasan sasaran dan teknis pelaksanaan serta aturan – aturan tata tertib yang harus dipatuhi oleh semua pihak terutama peserta. Dengan demikian, disimpulkan bahwa kegiatan pembukaan merupakan salah satu upaya koordinasi antara pihak penyelenggara dengan peserta diklat, membantu peserta bisa berinteraksi dengan lingkungan pembelajaran. Tujuannya agar kegiatan diklat dapat berjalan lancar sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun. Pembagian kelas berdasarakan Obeservasi dilapangan pengaturan kelas untuk kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : No 1 Kelas A Kelompok Mata Pelajaran B. Inggris dan B. Indonesia Jumlah Peserta 24 Orang 2 3 4 B C D Matematika dan IPA IPS, PPKN dan BK Penjas, Seni Budaya dan Prakarya 24 Orang 41 Orang 36 Orang Jumlah kelas yang digunakan adan 4 (empat) kelas, peserta diklat setiap kelasnya berbeda, hasil dokumentasi menunjukan bahwa untuk kelas C Kelompok IPS, PPKN dan BK paling banyak pesertanya. Materi pelatihan,Jenis materi yang digunakan untuk pelatihan pada masing-masing mata pelajaran terdiri atas: Modul Pelatihan untuk masing-masing kelas dan mata pelajaran Video Model Pembelajaran untuk masing-masing kelas dan mata pelajaran Buku Panduan Guru (Buku Guru) Buku Teks Pelajaran (Buku Siswa) Panduan Penilaian Hasil Belajar untuk masingmasing jenjang pendidikan Berdasarkan temuan penelitian, peserta diklat mengganggap bahwa materi yang diberikan sangat bermanfaat bagi mereka sebagai guru. Artinya materi yang diberikan benar sesuai untuk kebutuhan para guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Materi yang diberikan dalam pelatihan sesuai dengan yang akan kami sampaikan di lapangan nantinya, hanya saja materi yang berupa modul tidak semua dapat tersampaikan mengingat keterbatasan waktu pelaksanaan pelatihan. Temuan lainnya adalah bahwa keterbatasan waktu karena ada beberapa dari materi hanya point – point penting saja yang disampaikan. Peserta dijejali dengan materi diklat yang beraneka ragam, namun tidak didukung dengan alokasi waktu yang memadai, sehingga keadaan ini menyebabkan pemahaman materi kurang mendalam sehingga pembelajaran kurang tuntas. Pelaksanaan pembelajaran oleh fasilitator Secara umum pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah disusun. berikut wawancara dengan Narasumber kegiatan Diklat Instruktur Nasional Kurikulum 2013 : Metode yang digunakan Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Presentasi, Penugasan, Praktik dan Brainstroming. Sumber belajar yang digunakan adalah video, Buku Guru dan Siswa, Modul, PPt, NS/Pelaku Fasilitator menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya dan berdasarkan dari pembekalan untuk Narasumber Nasional. Berikut petikan wawancara dengan peserta : Instruktur di ruangan kami cukup komunikatif dan saling mengisi satu sama lain dalam kegiatan pelatihan. Adapun metodologi pengajaran nya, secara tersirat sama dengan metode pengajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013, dimana peserta belajar Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 177 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 secara mandiri di bawah bimbingan fasilitator Pelayanan non akademik diklat Pelayanan non akademik diklat merupakan aktivitas pemberian dan pemenuhan kebutuhan peserta diklat sesuai dengan jenis layanan yang ditetapkan oleh LPMP Prov. Kalteng. Para panitia LPMP cukup ramah dan sangat membantu kami selama pelaksanan kegiatan. Kegiatan pelayanan diberikan untuk memperlancar proses pelaksanaan diklat, berdasarkan temuan penelitian pelayanan yang diberikan oleh LPMP Prov. Kalteng berupa pelayanan kedatangan peserta, pelayanan akomodasi dan konsumsi, pelayanan finansial, pelayanan kesehatan dan pelayanan kerohanian. Pelayanan kedatangan peserta Urutan langkah – langkah kedatangan peserta adalah : Peserta melaporkan diri diruang sekretariat, menyerahkan berkas – berkas berupa (SPPD, surat tugas, pas foto, surat keterangan sehat, tiket dan kelengkapan lainnya) Panitia menyerahkan ATK Peserta, Jadwal dan Panduan Panitia menginformasikan kamar menginap, menunjukan dan mengantarnya ke asrama atau mess. Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi, Pelayanan akomodasi dan konsumsi diberikan oleh LPMP Prov. Kalteng dalam bentuk penyediaan kelas dan tempat menginap diasrama dan mess serta penyediaan makan 3 (tiga) kali sehari dengan snack pagi dan sore. Dari hasil wawancara dengan peserta : Akomodasi yang diberikan cukup memadai, meskipun ada beberapa keluhan peserta yang menyayangkan kenapa tidak disediakan dispenser di setiap mess penginapan. Untuk konsumsi (saya pribadi) merasa cukup puas dengan menu yang disajikan. Dari hasil temuan diatas maka bisa disimpulkan bahwa akomodasi yang disediakan oleh LPMP Prov. Kalteng masih kurang karena adanya keluhan dari peserta untuk menyediakan fasilitas – fasilitas lebih di asrama atau mess. Pelayanan Finansial, Pelayanan finansial diberikan berupa pemberian uang saku dan transportasi. Seluruh peserta diklat menerima uang saku dengan jumlah yang sama hanya dibedakan oleh uang transport. Penyelesaian administrasi (pembayaran uang saku dan transport) dilakukan setelah acara penutupan, Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta berupa penyediaan tenaga kesehatan dan obat – obatan. Dan pelayanan kesehatan dilakukan dalam sebuah ruang kesehatan khusus, tentunya pelayanan yang diberikan hanya bersifat pertolongan pertama, karena obat – obatan yang tersedia hanya obat – obatan ringan, Pelayanan Kerohanian, LPMP Prov. Kalteng menyediakan Mesjid pada lingkungan kantor, juga menyiapkan ruangan – ruangan lain yang bisa digunakan untuk tempat ibadah agama lainnya, Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan non akademik yang diberikan oleh LPMP Prov. Kalteng sudah baik. Hanya saja pelayanan yang diberikan belum mencakup pelayanan hiburan dan rekreasi. Proses Evaluasi Diklat Pada tahapan proses evaluasi diklat peneliti mengidentifikasikan nya berdasarkan : Evaluasi tingkat reaksi, evaluasi tingkat belajar dan evaluasi tingkat perilaku. Evaluasi tingkat reaksi evaluasi tingkat reaksi bertujuan untuk mengetahui bagaimana reaksi peserta terhadap program diklat. Berdasarkan temuan penelitian, evaluasi reaksi dalam diklat ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana pendapat peserta tentang fasilitator diklat dan penyelenggaraan diklat. Instrumen tentang fasilitator berupa penguasaan materi, sistematikan penyajian kemampuan menyajikan dll.untuk pihak penyelenggara aspek yang ada pada instrumen meliputi : akomodasi, konsumsi diklat, materi diklat dan kepanitiaan diklat. Evaluasi tingkat belajar Evaluasi tingkat belajar yang dilakukan oleh penyelenggara adalah penilain tes diawal (pre test), penilaian sikap pada hari ke 2 hingga hari ke 6 Penilaian keterampilan setiap mata diklat Penilain Post test. Hasil wawancara dengan fasilitator diklat : Yang dievaluasi langsung dalam tahap pembelajaran dalam pretes dan postest, penilaian sikap peserta, penilaian peserta terhadap narasumber. Hasil wawancara dengan peserta diklat : Evaluasi yang diberikan dalam bentuk pre test dan post test sesuai dengan materi yang kami dapatkan dalam pelatihan. Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa rekap masing – masing tes sudah terdokumentasi dengan baik, menunjukan bahwa sudah optimalnya pengelolaan hasil – hasil evaluasi diklat. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut diketahui hasil akhir yang meliputi prosedural operasional standar pelaksanaan bahwa seluruh peserta yang ikut telah dinyatakan lulus dan berkompeten. Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 178 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR No Kelas 1 A 2 3 B C 4 D Mata Pelajaran B. Inggris dan B. Indonesia Matematika dan IPA IPS, PPKN dan BK Penjas, Seni Budaya dan Prakarya ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Jumlah Peserta 24 Orang Lulus dan berkompeten dan tidak lulus dan tidak berkompeten 24 Orang 41 Orang Lulus dan berkompeten Lulus dan berkompeten Lulus dan berkompeten 36 Orang Lulus dan berkompeten Evaluasi tingkat reaksi dalam bentuk monitoring dan evaluasi belum dilaksanakan,sehinggal pengimbasan pembelajaran yang didapat dari LPMP Prov. Kalteng belum diketahui. Focus Group Discussion Dalam hal ini FGD dilaksanakan untuk membahas tentang saran, kesan dan pesan peserta, masalah yang dihadapi oleh pihak penyeenggara,yang menjadi temuan dari penelitian, lebih menekankan pada proses - proses yang belum optimal pada sistem penyelenggaraan diklat Instruktur nasional kurikulum 2013 bagi Guru SMP di LPMP Prov. Kalteng. Proses tersebut adalah : Proses Perencanaan Proses perencanaan yang menjadi temuan adalah sarana mess, menu konsumsi dan fasilitas internet. berikut petikan wawancara dengan para responden : Kamar mandi seharusnya ada pada tiap kamar supaya tidak antri dalam buang air besar dan mandi. kamar seharusnya disediakan minimal kipas angin karena kamar tanpa ventilasi udara, sehingga situasi di dalam panas. Mohon makan pagi, siang dan malam harus diatur persediaannya supaya semua peserta dapat bagian, untuk kegiatan pelatihan seperti ini dimohon untuk menyediakan meja kerja Fasilitas internet kurang lancar. mohon dibaiki agar mudah mencari inforrmasi yang berhubungan dengan pelatihan kurikulum 2013 Proses Pelaksanaan Pada proses pelaksanaan hal yang menjadi temuan adalah pemetaan jumlah peserta diruangan dan terbatasnya waktu kegiatan sehingga ada materi yang disampaikan hanya point - point penting saja. Proses Evaluasi Evaluasi menempati posisi yang sangat strategis dalam program diklat. Sedemikian pentingnya evaluasi sehingga tidak ada satupun usaha untuk memperbaiki mutu diklat yang dapat dilakukan jika tidak disertai langkah evaluasi. LPMP Prov. Kalteng belum melaksanakan evaluasi tingkat perilaku dalam bentuk monitoring evaluasi Implikasi Sistem penyelenggaraan membutuhkan perhatian dan kerja keras dari seluruh unsur pengelola diklat. Di samping itu dituntut komitmen masing-masing unsur untuk memberikan pelayanan yang terbaik (prima), terutama komitmen pimpinan sebagai top manager. Kesan positif akan dibawa peserta ke instansi asalnya, Intinya apabila kepuasan pelanggan (customer satisfaction) menjadi perhatian penyelenggara diklat, maka dapat dikatakan keseluruhan proses pelaksanaan diklat berhasil dengan baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa sejauh ini sistem penyelenggaraan pada Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah masih belum maksimal seperti pada perencanaan (fasilitas, Jadwal, dan tahap persiapan) pelaksanaan (konsumsi) dan evaluasi (evaluasi tingkat perilaku). Hal ini berpeluang pada kegagalan pencapaian tujuan dari diklat tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian melalui dokumentasi, wawancara dan observasi serta instrumen tambahan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Proses Analisis kebutuhan Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah yang melalui tahapan dari persyaratan peserta, mekanisme pendaftaran dan seleksi sampai hal penetapan calon peserta sudah berjalan cukup baik, proses Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 179 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 rekrutmen calon peserta sudah sesuai dengan pedoman yang berlaku. Penentuan Tujuan Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah sudah sesuai dengan pedoman pusat dalam hal perubahan mindset peserta. Perencanaan program Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah belum optimal, beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah perbaikan fasilitas dari segi mengakomodasikan sarana mess, perbaikan menu konsumsi, perlunya meja kerja diruang belajar, fasilitas internet dan sarana rekreasi. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan instruktur nasional kurikulum 2013 bagi guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah belum optimal, tidak berlakunya aturan yang baku dalam pemetaan jumlah peserta diruangan, terbatasnya waktu kegiatan ada materi – materi yang hanya disampaikan lewat point – point penting saja. Evaluasi pada Pendidikan dan pelatihan Instruktur Nasional kurikulum 2013 bagi Guru yang dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Kalimantan Tengah hanya pada tahap tingkat reaksi dan tingkat belajar, untuk tingkat perilaku masih belum dilaksanakan, sehingga bisa dikatakan untuk evaluasi masih belum optimal. Kendala dilapangan yang ditemukan pada saat pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 terhadap guru sasaran di daerah, berikut wawancara dengan Instruktur Nasional : Kami tetap kontak via telpon dengan narasumber nasional, Ada beberapa hal yang masih kami tanyakan kepada para narasumber ketika kami melaksanakan implementasi K13 kepada guru guru sasaran, kemarin ada materi yang hanya disampaikan dengan point - point pentingnya saja. Dalam hal ini peneliti mengabungkan temuan - temuan yang belum optimal tersebut ke dalam efektivitas diklat dan meningkatnya kompetensi peserta tentang kurikulum 2013, dengan gambaran sebagai berikut : Materi Memperlama waktu Diklat Bosan/Jenuh Diklat menjadi tidak efektif Hiburan Fasilitas Internet Variasi menu makanan Sarana rekreasi Diklat Efektif Kompetensi Meningkat Jam Pelajaran perlu ditambah Penambahan jam tersebut adalah memperlama waktu diklat, sehingga peserta dapat menguasai semua materi dan mengaplikasikannya kepada guru - guru sasaran, yang artinya diklat menjadi efektif karena semua materi benar - benar tersampaikan oleh narasumber. Jadwal khusus untuk rekreasi atau hiburan, hal yang bisa terjadi adalah masalah kebosanan/kejenuhan karena waktu diklat terlalu lama, dan kejenuhan itu sendiri bisa diatasi dengan cara rekreasi atau adanya sarana hiburan di LPMP Prov. Kalteng. Kebutuhan hiburan sebagai pelepas stress, bagi sebagian besar orang saat ini memegang peran yang penting sama halnya dengan kebutuhan akan sandang dan pangan sesuai dengan makna efektivitas maka pelatihan yang efektif merupakan pelatihan yang berorientasi proses, dimana organisasi tersebut dapat melaksanakan program-program yang sistematis untuk mencapai tujuan dan hasil yang dicita-citakan. Sehingga pelatihan efektif apabila pelatihan tersebut dapat menghasilkan sumber Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 180 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 daya manusia yang meningkat kemampuannya, keterampilan dan perubahan sikap yang lebih mandiri. Saran – saran Berdasarkan hasil penelitian melalui dokumentasi, wawancara dan observasi serta instrumen tambahan, maka untuk saran - saran adalah sebagai berikut : Pada Perencanaan agar memperhatikan fasilitas dari segi akomodasi peserta melalui sarana mess, perbaikan menu konsumsi, perlunya meja kerja diruang belajar, fasilitas internet dan sarana rekreasi yang dikategorikan sebagai sarana hiburan, Pada Perlunya ada aturan baku untuk penetapan jumlah peserta perkelas, memperhitungkan waktu sehingga seluruh komponen dari materi bisa berhasil terserap dengan baik Pada evaluasi perlunya dilakukan Monitoring dan Evaluasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan diklat yang sudah dilaksanakan Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 181 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 DAFTAR RUJUKAN Ambar, Teguh, Sulistiyani, Rosidah, (2009:11), Manajamen Sumber Daya Manusia yogyakarta : Graha Ilmu. Buletinsuligi (2010) Efektivitas Diklat, dari http://buletinsuligi.blogspot.com/2010/05/efektivitasdiklat.html Bhattacharya, Gouri K. & Johnson, Richard A. (1977). Statistical concepts and methods . New York : John Wiley & Sons, Inc Chaedar Alwasilah, A. (2003). Pokoknya Kualitatif. Bandung: PT Kiblat Buku Utama Cohen, L., & Manion, L. (1998). Research Methods in Education. London : Routledge. Darmayanti Zuchdi (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif, Diklat Fakultas Bahasa dan Seni, IKIP Yogyakarta D’wiryo Subagyo Admo, “ Management training” Depdiknas 2004.Standar Kompetensi Mata Pelajaran kelas I s/d VI. Depdiknas 2003. Prinsip – Prinsip Manajemen Pelatihan Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (1994). Handbook of Qualitative Research. California: Sage Publications, Inc E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi, (Bandung: Rosdakarya, 2003) Finch,curtis R dan Crunkilton, John R. 1979 Curriculum development in vocational technical education. Massacusset : Allyn & bacon Inc. Fandi Tjiptono & Anastasia Diana (2003). Total quality manajement. Yogyakarta: Andi Offset Goldstein, I.L., & Ford, J. K. (2002). Training in Organization. Belmont: Wadsworth Husaini Usman (1998). Manajemen Diklat. Bandung : Alfa Beta. Inpres Nomor : 15 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1972 Jerry FithGerald, 2002. Pengertian Sistem. Jakarta John Burch dan Gary Grudnitski, Informations Systems Theory and Practice, John wiley And Sons,1986 Kemendiknas (2011), Panduan Pendidikan dan Pelatihan Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik.Yogyakarta : Pembaruan. Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs : The Four Levels. 2nd ed. San Francisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc. Komalasari (2006). Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Tindak Lanjut Uji Kompetensi Guru SD di LPMP Prov. Kalteng. (abstr.) Tesis Magister Lasmahadi Arbono(2002).Sistem Manajemen SDM BerbasiskanKompetensi , http://www.epsikologi.com/epsi/industri_detail.asp?id=131 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Administrasi Penyelenggaraan diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Konsep Dasar Sistem diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Etika Kerja Pelaksana diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Komunikasi Efektif dalam penyelenggaraan diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Sarana dan Prasarana diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Perencanaan Pelaksanaan diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Pengendalian Pelaksanaan diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Pelayanan prima dalam penyelenggaraan diklat. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Koordinasi penyelenggaraan diklat. Marihot, 2002:175 Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta. Grasindo Mills (1993). Teaching and Training a Handbook For Instructors. Ed 3, ELBS & The Mac Millan, London. Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 182 JSM (Jurnal Sains Manajemen) Program Magister Sains Manajemen UNPAR ISSN : 2302-1411 Volume V, Nomor 2, September 2016 Moekijat. 2003. Teori Komunikasi. Mandar Maju, Bandung. Murdick, G. Robert, E, Joel Ross dan R. James Clagget. Information System for Modern Management. (Terjemahan). Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1991. Muhibbin Syah, M. Ed. 2000, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Catatan ke Lima (revisi), Mei 2000, Bandung, Remaja Rosdakarya Miles, M. B., & Huberman, M. (1994). Qualitative data analysis. An Expanded Sourcebook. Thousand Oaks:sage Punlication.Inc. Panggabean, Mutiara S (2002:41). Manajemen Sumber Daya Manusia, PT Ghalia Indonesia, Jakarta Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1990. Pangabean, MS (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghazila Indonesia Peraturan Pemerintah (2005). Peraturan Pemerintah, Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (2000) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawi Negeri Sipil Sadili Samsudin Manajemen Sumber Daya Manusia (2006:127),http://hellodwirejeki.blogspot.com/2012/11/rangkuman-teori-organisasiumum-1_17.html Sastrohadiwiryo Siswanto (2005), Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Adminsitratif dan Operasional. Bumi Aksara. Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, Cetakan Ke-18, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, 1988. Saifuddin Azwarc(2004). Metode Penelitan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Suharsini Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Sulipan (2004) Pengelolaan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi kejuruan pada sekolah menengah kejuruan, diambil pada tanggal 19 Mei 2014 dari http://pagesyoufavorite.com//ppsupi/disertasi2004.html. Sueb (2004). Evaluasi pendidikan dan pelatihan peningkatan kemampuan guru kejuruan teknologi di PPPG Teknologi Bandung. Tesis Magister Tamim. D & Hermansjah 2002, Diklat Sebagai Suatu Sistem, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta. Undang –undang (2003). Undang-undang, Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Karnen / Jurnal Sains Manajemen (V/2) 2016 / 165 – 183 | 183