BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitasyang terintegrasi oleh informasi, di mana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan. Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin “communis”. Communis atau dalam bahasa inggrisnya “commun” yang artinya sama disini artinya sama makna. Apabila kita berkomunikasi (to communicate) ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan. Suwardi (dalam Rohim, 2009:8). Menurut Theodorson (dalam Rohim, 2009:11) “komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol–simbol tertentu kepada satu orang atau kelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses interaksi kegiatan manusia yang terdiri dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi dan bertukar informasi, pengetahuan, pikiran agar dapat menggugah partisipasi satu sama lain, sehingga informasi yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama. b. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan proses sosial dimana individu–individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Menurut Agus M. Hardjana (dalam Suranto 2011:3) mengatakan, bahwa “komunikasi interpersonal adalah interksi tatap muka antardua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula”. Sedangkan Menurut Deddy Mulyana (dalam Rohim 2009:18) komunikasi interpersonal adalah “Komunikasi antara orang–orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal”. Arni Muhammad (dalam Suranto 2011:4) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah “proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat lansgsung diketahui balikannya (komunikasi langsung)”. Selanjutnya menurut Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono (dalam Suranto 2011:4) memaparkan, komunikasi interpersonal adalah “komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, verbal dan non verbal, serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu di dalam kelompok kecil”. Menurut Trenholm dan Jensen (dalam Suranto 2011:3) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai “komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah: (a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback secara maksimal; (c) partisipan berperan fleksibel”. Dari beberapa pendapat tentang komunikasi interpersonal dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Proses pengiriman pesan verbal maupun nonverbal. 2. Komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara dua atau lebih individu. 3. Individu saling menanggapi dalam menyampaikan pesan. Sesuai dengan beberapa pendapat dan rumusan, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu proses pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain atau beberapa orang, baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain dan merupakan interaksi antara pribadi–pribadi yang terlibat secara utuh dan langsung satu sama lain dalam menyampaikan dan menerima pesan secara nyata. c. Tujuan Komunikasi Interpersonal Setiap hari orang tidak akan lepas untuk mengadakan komunikasi interpersonal dengan orang lain. Masing–masing orang mempunyai maksud maupun tujuan–tujuan dalam menyampaikan pesan terhadap orang lain. Menurut Suranto (2011:19) bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah: a. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri, b. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, d. Melalui komunikasi interpersonal, individu dapat mengubah sikap dan perilaku sendiri dengan orang lain, e. Komunikasi interpersonal merupakan proses belajar, f. Mempengaruhi orang lain, g. Mengubah pendapat orang lain, h. Membantu orang lain. Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi interpersonal merupakan proses belajar membantu siswa agar dapat bersosialisasi dengan orang lain sehingga hubungan dengan orang lain dapat terpelihara dengan baik, dan membantu siswa menyesuaikan diri dan lingkungannya. d. Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Komunkasi interpersonal yang efektif, akan mengantarkan kepada tercapainya tujuan tertentu. Seorang guru yang ingin mentransfer pengetahuan dan membimbing sikap peserta didik, tidak sekedar ditentukan ilmu pengetahuan yang dia miliki, melainkan ditentukan pula oleh bagaimana cara berkomunikasi. Komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika orang lain memahami pesan dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang diinginkan. Menurut Suranto (2011 : 79) komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk: 1) Membentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu 2) Menyampaikan pengetahuan/informasi 3) Mengubah sikap dan perilaku 4) Pemecahan masalah hubungan antarmanusia 5) Citra diri lebih baik 6) Jalan menuju sukses Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi interpersonal yang berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi yang menguntungkan kedua belah pihak, yakni komunikator dan komunikan. e. Ciri – ciri Komunikasi Interpersonal Komunkasi interpersonal bersifat dialogis, dalam arti arus balik antara komunikator dengan komunikan terjadi secara langsung, sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan, dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif dan berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil, maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas–luasnya. Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam penegasan istilah, penelitian ini lebih ditekankan pada dimensi psikologis perilaku komunkasi interpersonal siswa. Sehingga secara psikologis perilaku komunikasi interpersonal siswa meliputi keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan keserataan. Berikut ini merupakan ciri–ciri komunikasi interpersonal menurut De vito (dalam Suranto,2011:82-85) 1) Keterbukaan (openness), ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya. 2) Empati (empathy), ialah sikap seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain. 3) Dukungan (supportiveness), hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung (supportiveness), Artinya masing–masing pihak yang berkomunikasi memiki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. 4) Sikap positif (positiveness), sikap positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak–pihak yang terlibat dalam berkomunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan berprasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. 5) Kesetaraan (equality), ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama–sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan. Dalam komunikasi interpersonal apabila komunikator memiliki perasaan sederajat dengan komunikan, akan merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi kan berjalan dengan baik dan lancar. f. Faktor - faktor Pendukung Tumbuhnya Komunikasi Interperrsonal Menurut Rakhmat, (2012:127) faktor–faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah: 1. Percaya (trust) Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh mana percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Dengan adanya percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka hubungan komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi. 2. Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi seseorang bersikap defensif tidak menerima, tidak jujur, tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal. 3. Sikap Terbuka (open mindedness) Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal. Dapat dikatakan bahwa komunikasi orang tua dan anak bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap suatu hal dan setiap pihak berhak menyampaikan pendapat perasaan, pikiran, informasi ataupun nasehat, sehingga menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang lebih baik. g. Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Yang Baik. Menurut Suranto, (2011:93) meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, maka diperlukan kecakapan komunikasi interpersonal yang baik, sebagai berikut: 1. Komunikasi Interpersonal Positif dan Negatif Komunikasi interpersonal bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu kerjasama (cooperation). Bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu pertentangan. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu kesepakatan menempuh langkah tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Biasanya kerjasama dapat terbentuk, ketika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, sehingga merasa saling memperoleh keuntungan apabila saling berbagi dan saling menolong. 2. Ketrampilan Berbicara Komunikasi interpersonal sering dilakukan dengan teknik berbicara atau bercakapcakap secara langsung. Dengan demikian pembicaraan yang terjadi merupakan proses tukarmenukar informasi dimuka orang lain. 3. Kecakapan Bertanya Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam usaha menjalin komunikasi interpersonal, perlu diperhatikan pada beberapa teknik yang efektif. Dengan pertanyaan terarah, maka kita akan dapat mengembangkan komunikasi interpersonal dua arah, dan pada gilirannya kita akan memperoleh banyak informasi penting. 4. Ketrampilan Menjaga Sopan Santun Penampilan yang sopan dan ramah akan membuat kita lebih aman dalam memulai berkomunikasi ketimbang penuh emosi dan rasa curiga. Partner komunikasi akan lebih senang mendengarkan argumentasi yang disampaikan dengan sopan. Oleh karena itu kita perlu membiasakan diri bersikap sopan dan ramah, agar orang lain juga bersikap ramah kepada kita. Dengan selalu menjaga sopan santun, selanjutnya terjadi sikap saling menghargai. 5. Cepat, Tanggap, dan Bertanggungjawab Ketrampilan komunikasi interpersonal berikutnya ialah kecepatan dalam merespon stimuli dari orang lain. Tanggap artinya peka atau sensitif terhadap situasi dan kondisi, serta berperilaku secara kondusif sesuai dengan situasi tersebut. Tanggung jawab, artinya bahwa kita sebagai pelaku komunikasi interpersonal harus bertanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari aktivitas pelaksanaan komunikasi, serta hasil proses komunikasi interpersonal tersebut dapat memberikan manfaat dan berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain. 6. Kecakapan Menyampaikan Informasi Pada kesempatan tertentu kita mengemban tugas untuk menyampaikan informasi penting kepada sasaran yang dituju. Agar informasi dapat diterima dengan baik oleh sasaran, perlu kecakapan yang harus diperhatikan, misalnya: - Tidak perlu tergesa-gesa dan terlalu berambisi menyampaikan informasi sekaligus, pemberian informasi dapat dilakukan secara bertahap. - Ulangi informasi yang penting, sembari diikuti intonasi suara dan bahasa nonverbal yang mendukung. - Gunakanlah empati, yaitu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh komunikan. - Berilah kesempatan kepaa komunikan untuk bertanya, dan memberikan pendapat. 7. Kecakapan Mendengarkan Kecakapan mendengarkan, merupakan kecakapan penting dalam komunikasi interpersonal. Hal ini disebabkan dengan mendengarkan, kita dapat mengolah secara komprehensif semua stimuli dan pesan yang kita terima, sampai kita dapat memahami dan mengingat dengan cermat, dan pada gilirannya akan menjadi bekal penting untuk melakukan proses komunikasi interpersonal yang efektif. 2.1.2 Bimbingan Kelompok a. Pengertian Bimbingan Kelompok Kegiatan bimbingan kelompok akan terlihat hidup jika didalamnya terdapat dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan media efektif bagi anggota kelompok dalam mengembangkan aspek-aspek positif ketika mengadakan komunikasi antarpribadi dengan orang lain. Menurut Thohirin (2007:170) bahwa “bimbingan kelompok merupakan suatu memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Dalam bimbingan kelompok dibahas topik–topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam bimbingan kelompok, dibahas melalui suasana dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pemimpin kelompok (pembimbing atau konselor)”. Menurut Hartinah (2009:12) bahwa “bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang–orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok yaitu antarhubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masing–masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut”. Sedangkan menurut Rusmana (2009:13), “bimbingan kelompok dapat didefinisikan sebagai suatu prosespenberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan berbagi pengalaman yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi”. Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada individu melalui kelompok dengan menggunakan dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi yang berguna agar mampu menyusun rencana dan keputusan yang tepat serta dapat memahami dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya dalam menunjang terbentuknya perilaku yang efektif serta adanya perubahan sikap dalam hidupnya dan mengembangkan dirinya secara optimal. b. Tujuan Bimbingan Kelompok “Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal siswa”. (Tohirin, 2007:171) Bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki. c. Manfaat Bimbingan Kelompok Menurut Dewa Ketut Sukardi (dalam Damayanti,2012:42) manfaat bimbingan kelompok yaitu: 1. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. 2. Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan. 3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal–hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. 4. Menyusun program–program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik. 1. Melaksanakan kegiatan–kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula. d. Tahap-Tahap Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama, melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau tindakan pelajar. Dengan layanan bimbingan kelompok, para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam kelompok. Dengan demikian, selain dapat membuahkan hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar-individu, pemahaman berbagai situasi, dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan kelompok adalah funsi pemahaman dan pengembangan. Hartinah (2009:132) menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan layanan bimbingan kelompok: 1. Tahap I: Pembentukan a) Pengenalan dan Pengungkapan tujuan. Tahap pengenalan dan pengungkapan tujuan merupakan tahap pengenalan dan tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini, pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan yang ingin dicapai, baik oleh masing-masing sebagian, maupun seluruh anggota. Dalam tahap pembentukan tersebut, peranan pemimpin kelompok adalah memunculkan dirinya sehingga ditangkap oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar mampu dan bersedia membantu para anggota kelompok untuk mencapai tujuan mereka. b) Terbangunnya Kebersamaan. Hasil tahap awal suatu kelompok (menjelang dimasukinya tahap pembentukan) mungkin adalah suatu keadaan dimana para anggota kelompok belum merasa adanya keterikatan kelompok. Kelompok yang terbentuk sesudah tahap awal yang sedang mengalami tahap pembentukan tersebut agaknya baru menjadi suatu kumpulan orang-orang yang belum saling mengenal. Dalam keadaan seperti itu, peranan utama dalam pemimpin kelompok adalah merangsang dan memantapkan keterlibatan orang-orang baru dalam suasana kelompok yang diinginkan. Selain itu, pemimpin kelompok juga perlu membangkitkan minat-minat dan kebutuhannya serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan tersebut. c) Keaktifan Pemimpin Kelompok. Peranan pemimpin kelompok dalam tahap pembentukan hendaknya benar-benar aktif. Hal tersebut tidak berarti bahwa pemimpin kelompok berceramah atau mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok memusatkan usahanya pada: a) penjelasan tentang tujuan kegiatan; b) penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota; c) penumbuhan sikap saling mempercayai dan menerima; d) dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. 2. Tahap II: Peralihan a) Suasana Kegiatan. Sebelum melangkah lebih lanjut ke tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan selanjutnya dalam kegiatan kelompok, yaitu kegiatan inti dari keseluruhan kegiatan (dalam hal ini tahap ketiga). b) Suasana Ketidakimbangan. Suasana ketidakimbangan secara khusus dapat mewarnai tahap peralihan tersebut. Seringkali terjadi konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota kelompok dan pemimpin kelompok ketidaksesuaian yang banyak terjadi dalam keadaan banyak anggota yang merasa tertekan ataupun menyebabkan tingkah laku mereka menjadi tidak seperti biasanya. Keengganan atau bahkan penolakan muncul lagi dalam suasana seperti itu. 3. Tahap III: Pembahasan a) Suasana pembahasan pada dasarnya sama dengan suasana pembahasan masalah atau topik pada kelompok bebas. Suasana yang dinamis perlu dikembangkan seluas-luasnya. Anggota kelompok perlu didorong dan dirangsang untuk ikut serta dalam pembahasan secara penuh. Seperti kelompok bebas, kegiatan pembahasan pada kelompok tugas juga mementingkan aspek isi dan proses sekaligus. Dengan demikian, pembahasan dalam kelompok tugas juga menyangkut kepada pemecahan masalah di satu segi dan pengembangan pribadi seluruh anggota kelompok di segi lain. Dalam bentuk yang khusus, kegiatan pembahasan dalam kelompok tugas dapat diselenggarakan dalam suasana yang tidak langsung di bawah pimpinan pemimpin kelompok. Dalam hal ini, pemimpin kelompok dapat berada di luar kegiatan pembahasan tersebut. Pemimpin kelompok dapat menunjuk salah seorang anggota kelompok untuk mengetahui kelompok tersebut dan memimpin kegiatan. Selama kegiatan pembahasan, suasana kelompok secara langsung berada di bawah kepemimpinan ketuanya yang baru. Sesuai dengan bentuk laporan yang diinginkan, ketua kelompok dapat didampingi oleh petugas lain seperti penulis dan pelapor. Dalam satu kali pertemuan kelompok dapat diselenggarakan kegiatan penyelesaian tugas untuk satu permasalahan atau lebih. Penyelenggaraan secara marathon dilaksanakan dengan memanfaatkan permainan-permainan selingan agar suasana tetap rileks dan senang. 4. Tahap IV: Pengakhiran a) Frekuensi Pertemuan. Kegiatan suatu kelompok tidak berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok kemudian menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Berkenaan dengan pengakhiran kegiatan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai kelompok ketika mengehentikan pertemuan. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok tersebut untuk melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini, terdapat kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok tersebut akan berhenti melakukan kegiatan dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. b) Keberhasilan Kelompok. Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari. Peranan pemimpin kelompok adalah memberikan penguatan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut, khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasilhasil yang telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. e. Macam-Macam Teknik dalam Bimbingan Kelompok Menurut Tohirin (dalam damayanti 2012:43) teknik bimbingan kelompok adalah: 1. Program home room: program ini dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efisien. 2. Karya wisata: dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengaakan peninjauan pada objek– objek yang menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita–cita. 3. Diskusi kelompok: merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. 4. Kegiatan kelompok: dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (siswa) untuk berpatisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok. Melalui kegiatan kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongandorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan demikian muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri. 5. Organisasi siswa: organisasi siswa khususnya dilingkungan sekolah dan madrasah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi siswa banyak masalah–masalah siswa yang baik sifatnya individual maupun kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi siswa, para siswa memperoleh kesempatan mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. 6. Sosiodrama: dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok. Sosiorama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah–masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial. 7. Psikodrama: hampir sama dengan sosiodrama. Psikodrama adalah upaya pemecahan masalah yang didramakan. Dalam sosiodrama masalah yang diangkat adalah masalah sosial, akan tetapi pada piskodrama yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami individu. 8. Pengajaran remedial: merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok tergantung kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. 2.1.3 Implementasi Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi dalam Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Tugas seorang guru khusunya BK tidaklah berbeda dengan tugas seorang konselor yakni menyelenggarakan layanan kemanusiaan dengan tujuan memandirikan individu, termasuk memberikan layanan guna mengubah perilaku siswa. Sedangkan guru BK sebagai pengelola layanan bimbingan dan konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik dan selalu mencermati kemungkinan dampak dari perilaku–perilaku yang dimiliki siswa menjadi anak didiknya. Bimbingan kelompok dengan teknik diskusi merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku komunikasi interpersonal yang dimiliki. Berkenaan dengan bimbingan kelompok, Hartinah (2009: 132) mengemukakan empat tahap perkembangan dalam bimbingan kelompok, meliputi (a) tahap pembentukan, (b) tahap peralihan, (c) tahap kegiatan, dan (d) tahap pengakhiran. Penerapan teknik ini dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Tahap I Pembentukan - Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling - Menjelaskan (a) cara-cara, dan (b) asas-asas kegiatan kelompok - Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri - Teknik khusus - Permainan penghangatan atau pengakraban b. Tahap II Peralihan - Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya - Manawarkan atau mengamati apakah para menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga) - Membahas suasana yang terjadi - Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota jika perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan) c. Tahap III Kegiatan - Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan - Menetapkan salah satu masalah yang menjadi topik yang akan dibahas - Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas d. Tahap IV Pengakhiran - Pimpinan kelompok dan anggota kelompok menyimpulkan tentang topik yang dibahas - Pimpinan kelompok merefleksi kembali - Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri - Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan kegiatan 2.2 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika guru menggunakan bimbingan kelompok melalui teknik diskusi maka kemampuan komunikasi interpersonal pada siswa kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo dapat ditingkatkan”. 2.3 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja pada penelitian ini adalah meningkatnya jumlah siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal dari 17 siswa atau 68% menjadi 22 orang siswa atau 88% dari 25 siswa yang berada di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.