BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektorsektor produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang luas terutama kepada lembaga-lembaga terkait. Pasar modal dapat dikatakan juga sebagai wadah dan monopoli kepemilikan karena setelah perusahaan go public dan memanfaatkan pasar modal kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:239). Menurut Sudomo (1998), yang dimaksud dengan pasar modal adalah “pasar dimana diterbitkan serta diperjualbelikan surat-surat berharga jangka panjang, khususnya saham dan obligasi”. Sedangkan menurut Panji Anoraga (2005:202), pasar modal adalah “suatu lembaga (institution) dan mekanismenya menyediakan dana jangka menengah dan jangka panjang bagi investor dunia usaha, pemerintah dan perorangan, dan berbagai instrument yang ada telah siap dialihkan”. 9 10 2.1.2. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2009: 4). Menurut Kasmir (2008), “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan rugi laba). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan, untuk laporan lebih luas dilakukan setahun sekali (annual report). Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti : 1. Neraca 2. Laporan laba rugi 3. Laporan catatan atas laporan keuangan; dan 4. Laporan kas. 11 Menurut Munawir (2001:13) pada dasarnya laporan keuangan dibagi menjadi: a. Neraca, adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal. b. Laporan rugi laba, adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi laba terdiri dari penghasilan, biaya dan rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama periode tertentu. c. Laporan perubahan modal, merupakan laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. d. Laporan arus kas, menyajikan laporan keuangan yang digunakan untuk memperlihatkan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan. 2.1.3. Earning Per Share (EPS) Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua 12 pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan (Tandelilin, 2001). Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah analisis laba dari sudut pandang pemilik yang dipusatkan pada laba per lembar saham dalam suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS) sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka Earning Per Share (EPS) paling sering digunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum (go public). Perhitungan Earning Per Share (EPS) mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga saham pasar dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Earning Per Share (EPS) merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Ukuran ini digunakan secara luas dan sering merupakan dasar untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan. Menurut Darmadji (2001:139) Earning Per Share (EPS) adalah “Rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham persaham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”. Menurut Helfert (1997:311) “Earning Per Share (EPS) adalah bagian proporsional dari laba perusahaan yang dapat diklaim oleh setiap 13 lembar saham biasa yang sedang beredar, yang dihitung dengan membagi laba setelah pajak sesudah pembayaran dividen saham preferen dengan rata-rata saham biasa yang beredar selama periode tersebut”. Hal yang sama dikemukakan oleh Fabozzi (2001:861) bahwa “Earning Per Share (EPS) adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan”. “Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak” (Kasmir 2008:207). Earnings Per Share (EPS) merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan (Fabozzi, 1999: 359). Menurut Dictionary of Accounting (Abdultah, 1994:77) laba bersih per saham adalah pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi 14 dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan saham preferen yang diperhitungkan untuk tahun tersebut. Menurut Baridwan (1992:333), laba bersih per saham adalah Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. Menurut Gibson (1996:429) “Earnings Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham”. Sedangkan menurut Weygandt et. al. (1996:805-806) dan Elliot (1993:250) Earnings Per Share menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividen. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki Earnings Per Share tinggi dibandingkan saham yang memiliki Earnings Per Share rendah. Earnings Per Share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. 15 Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak EPS = Jumlah Saham Beredar Berdasarkan definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa laba per lembar saham merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Laba per lembar saham ini merupakan angka yang sering digunakan dalam publikasi mengenai kinerja perusahaan yang sering dipergunakan dalam publikasi mengenai kinerja perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa laba per lembar saham mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per lembar saham di kemudian hari untuk menilai keefektifan manajemen. 16 2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Earning Per Share (EPS) Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi EPS adalah: 1). Penggunaan hutang Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan, manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham perusahaannya. Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu juga mengakibatkan perubahan harga saham. seperti yang dikemukakan oleh Wild et al (2008:213) bahwa “motivasi utama perusahaan memperoleh pendanaan usaha melalui hutang adalah potensi biaya yang lebih rendah. Dari sudut pandang pemegang saham, hutang lebih murah dibandingkan dengan pendanaan ekuitas”. Pendapat tersebut didasarkan oleh karena bunga sebagian besar jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas. Selain itu, karena bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya pajak yang ditanggung perusahaan akan semakin kecil sebagai akibat dari penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga pada akhirnya adalah terjadi kenaikan pada EPS. 17 2). Tingkat Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) Pihak manajemen dihadapkan pada beberapa alternatif terkait dengan sumber pendanaan demi memenuhi sumber dana perusahaan, apakah dengan modal sendiri atau dengan modal pinjaman (modal asing). Dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak (EBIT = Earning Before Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama (Sutrisno, 2001:255). Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar saham. 3). Faktor Penyebab Kenaikan Earning Per Share yaitu: 1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun. 4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih. 18 4). Faktor Penyebab Penurunan Earning Per Share yaitu: 1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap. 3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik. 4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih. 2.1.5. Penilaian Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) Menurut Husnan (2001:317) bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga mengalami kenaikan. Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba. 19 Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial dan modal sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama 1 tahun). Alasan mengapa laba per lembar saham (EPS) disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk ( 2000:14 ) adalah : “Jumlah absolut laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar saham (EPS).”Sedangkan perhitungan laba per lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk ( 2001:15 ) adalah “Jika sebuah perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Jika ada saham preferen sebelum di bagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.” 2.1.6. Return Saham Ekspektasi dari investor atas investasinya adalah dengan memperoleh return atau tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya. Return tersebut dapat berupa dividen dan juga capital gain serta mendapatkan suku bunga pada surat hutang atau obligasi. Namun dalam suatu tingkat pengembalian tentunya memiliki unsur risiko selama periode 20 tertentu. Semakin besar tingkat pengembalian semakin besar pula risiko yang dihadapi. Dalam melakukan investasi di dalam pasar modal, tujuan utama yang ingin dicapai oleh pelaku pasar adalah memaksimalkan return. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi. Return dibedakan menjadi dua, yaitu realized return atau return realisasi (return yang terjadi atau dapat juga disebut sebagai return sesungguhnya) dan expected return (return yang diharapkan oleh investor). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi (realized return) ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return realisasi diukur dengan menggunakan return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return) (Jogiyanto, 2010: 205). Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal. Perhitungan return saham menggunakan harga saham setiap periode untuk mencari rata-rata 21 harga saham tiap periode. Return saham dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2010): Pt - Pt – 1 Ri = Pt - 1 Keterangan : Ri = return saham i pada periode t Pt = harga penutupan saham i pada periode t Pt – 1 = harga penutupan saham i pada periode sebelumnya Return adalah total keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor dari nilai investasi sebelum periode tertentu. Menurut Jogiyanto (2010) ”Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu”. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield yang perhitungannya sebagai berikut : Return = Capital gain (loss) + yield Sumber-sumber return dapat diperoleh dari dua komponen utama yaitu : a) Capital gain (loss) Capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga atau sekuritas yang dapat memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Capital gain (loss) 22 merupakan selisih harga investasi sekarang relative dengan harga periode yang lalu. Perhitungan capital gain (loss) adalah: Pt - Pt – 1 Ri = Pt - 1 Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), dan sebaliknya jika investasi sekarang (Pt) lebih kecil daripada harga investasi periode lalu (Pt-1) terjadi kerugian modal (capital loos). b) Yield Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi . Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Yield merupakan komponen return yang menggambarkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik karena adanya suatu investasi. Adapun rumus untuk menghitung yield adalah sebagai berikut: Deviden per lembar saham Yield = X 100% Harga saham periode sebelumnya atau Dt Yield = X 100% Pt-1 Dividen umumnya dibayarkan perkwartal atau pertahun. Jika dividen pertahun akan digunakan untuk menghitung return total untuk 23 periode yang lebih pendek, misalnya return sebulan, maka dividen sebulan dapat dianggap sebagai dividen setahun dibagi 12 sebagai jumlah bulan dalam setahun. Jika dividen setahun digunkan untuk menghitng return total mingguan, maka dividen seminggu dapat dianggap sebagai dividen setahun dibagi 52 sebagai jumlah minggu dalam setahun. Dengan demikian perhitungan return total dapat juga dinyatakan sebagai berikut: Pt - Pt – 1 Ri = Pt - Pt – 1 + yield atau Ri = Pt - 1 Dt + Pt – 1 Pt - 1 2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi return saham menurut Husnan (1993) adalah sebagai berikut: 1. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) adalah hubungan laba tahunan setelah pajak dengan ekuitas pemegang saham yang tercatat. Rasio ini digunakan sebagai ukuran efektifitas dana pemegang saham yang telah di investasikan. Semakin efektif suatu saham berarti semakin besar laba yang di dapat oleh pemegang saham, sehingga pemegang saham akan semakin makmur. Rumus Return On Equity (ROE) yang digunakan adalah: ROE = Laba bersih / Modal Sendiri. 24 2. Dividend Pay out Ratio (DPR) Manajemen mempunyai dua alternatif perkalian terhadap laba bersih sesudah pajak atau Earning After Tax (EAT) yang diperoleh dari operaasi usahanya meliputi laba bersih dibagi para pemegang saham perusahaan dengan bentuk dividen dan diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. Perusahaan pada umumnya sebagian EAT dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian sebagian lagi diinvestasikan kembali atau dapat diartikan manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang ditahan. Prosentasi dividen yang dibagi dibandingkan dengan EAT disebut dengan dividend payout ratio atau DPR (Husnan, 1993: 382). Rumus untuk mengukur DPR adalah sebagai berikut: DPR (dividend pay out ratio) = Dividen per lembar saham / Laba per lembar saham. 3. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) adalah salah satu elemen dalam laporan laba rugi yang termuat dalam laporan keuangan perusahaan sebagai bagian dari proporsi perusahaan yang diakui dari setiap saham biasa yang beredar, dimana nilainya dapat mengalami kenaikan jika jumlah lembar saham yang beredar dikurangi. Informasi perusahaan penting bagi investor dan kreditur, hal ini dapat memberikan gambaran bagian keuntungan suatu periode dengan memiliki saham perusahaan serta mengetahui bagian prestasi perusahaan, laju pertumbuhan tersebut akan 25 dapat menghasilkan pendapatan bagi investor. Ukuran kesejahteraan dari besaran Earning Per Share (EPS) apabila semakin tinggi, akan menjadi daya tarik pemodal untuk membeli dan menanamkan sahamnya. Laba yang mencerminkan kinerja perusahaan sering dijadikan target keberhasilan operasi perusahaan bisnis sehingga perusahaan berusaha meningkatkan laba dengan cara melakukan peningkatan penjualan, peningkatan efisiensi dan kombinasinya. Earning Per Share (EPS) dapat dihitung dengan rumus : EPS = Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak / Jumlah Saham Beredar. 4. Leverage (DTA) Rasio leverage (DTA) atau solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangannya, apabila perusahaan tersebut dilikuiditas. Rasio ini jika semakin rendah menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya semakin baik (solvabel) demikian pula sebaliknya. (Helfert, 1996: 150). Leverage (DTA) pada dasarnya dibedakan menjadi dia yaitu leverage operasi dan leverage keuangan. Leverage operasi (operating leverage) terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya. Leverage keuangan (Financial Leverage) terjadi pada saat perusahaan menggunakan hutang dan menimbulkan beban tetap yang harus dibayar 26 dari hasil operasinya (Husnan, 1998: 611). Leverage (DTA) dapat dihitung dengan rumus: Leverage (DTA) = Liabbilities / Assets. 2.1.8. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham EPS merupakan perbandingan antara jumlah Earning After Tax (EAT) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan rasio keuangan yang digunakan investor untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki. Menurut Darmadji (2001) bahwa: “semakin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Sedangkan menurut Ang (1997) semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari rasiorasionya maka semakin tinggi return saham perusahaan, demikian juga jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan baik pula. Alwi (2003:77) mengemukakan bahwa: “Earning Per Share (EPS) merupakan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. Semakin besar nilai Earning Per Share (EPS), semakin besar keuntungan/return yang diterima pemegang saham”. Semakin besar EPS akan menarik minat investor berinvestasi di perusahaan tersebut. Akibatnya permintaan akan saham meningkat dan harga saham meningkat pula. Dengan demikian, dengan kenaikan harga saham maka akan memungkinkan kenaikan return saham. Jadi EPS mempunyai pengaruh terhadap return saham. 27 2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan Beberapa hasil penelitian mengenai Earning Per Share (EPS) dan variabel lainnya terhadap variabel return saham sebelumnya sudah pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Artatik (2007) tentang pengaruh EPS dan PER terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta yang menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan PER tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Nunik Setyarini (2010) tentang analisis pengaruh EVA, ROA dan EPS terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dengan hasil penelitian bahwa EVA, ROA dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Amelia Bahar Putri (2012) tentang analisis pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap return saham pada Industry Real Estate dan Propoerty yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA, EPS, NPM, DER dan PBV berpengaruh terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Niekie Arwiyati Shidiq (2012) tentang Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010 dengan hasil penelitian bahwa EVA dan EPS berpengaruh 28 positif terhadap harga saham, sedangkan ROE dan Return On Sales (ROS) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham, dan ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Olivia (2012) tentang pengaruh EPS terhadap return saham PT. Unilever Indonesia, Tbk yang menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Dengan melihat dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dan memberikan adanya hasil yang kontradiktif dan berbeda maka peneliti tertarik untuk mengkaji ulang tentang bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam hal ini PT. Astra International, Tbk dan diharapkan dapat memberikan hasil yang berbeda. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian 1 Pengaruh EPS dan PER terhadap Return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta 2 Analisis Pengaruh EVA, ROA dan EPS terhadap return saham pada perusahaan otomotif Peneliti (Tahun) Sri Artatik (2007) Metode Statistik Analisis Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian EPS berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan PER tidak berpengaruh terhadap return saham. Nunik Setyarini (2010) Analisis Regresi Linier Berganda EVA, ROA dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan 29 3 4 5 yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) Analisis Pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap return saham pada industry Real Estate dan Propoerty yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009 Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010 Pengaruh EPS terhadap return saham PT. Unilever Indonesia, Tbk terhadap return saham. Anggun Amelia Bahar Putri (2012) Analisis Regresi Linier Berganda Niekie Arwiyati Shidiq (2012) Analisis Regresi Linier Berganda Olivia M. Idrus Datau (2012) variabel ROA, EPS, NPM, DER dan PBV berpengaruh terhadap return saham EVA dan EPS berpengaruh positif terhadap harga saham, sedangkan ROE dan Return On Sales (ROS) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham, dan ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham. Analisis EPS Regresi berpengaruh Sederhana positif terhadap return saham 30 2.3. Kerangka Pemikiran Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono 2010:283). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fundamental dalam menganalisa saham yaitu analisis rasio. Analisis rasio membantu menganalisa laporan keuangan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS) adalah salah satu alat untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Earning Per Share (EPS) sebagai ukuran profitabilitas perusahaan yang menjadi dasar penetapan tujuan perusahaan dan juga sebagai dasar pertimbangan calon investor dalam mengambil keputusan, memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya dipengaruhi oleh laba bersih setelah bunga dan pajak dan jumlah lembar saham yang beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per Share (EPS) karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek perusahaan di masa depan. Kenaikan harga saham diharapkan memberikan indikasi terhadap return saham yang akan diterima sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. 31 Analisa yang dilakukan terhadap laporan keuangan akan mengarahkan kepada penarikan kesimpulan tentang kondisi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, peneliti melihat sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan keuntungan. Dari uraian di atas dapat dibuat suatu kerangka pemikiran berikut ini: Laporan Keuangan PT. Astra International, Tbk Periode 2007-2011 Earning Per Share (EPS): Return Saham: EAT Jumlah saham beredar Capital gain + yield Dasar teori: Penelitian terdahulu: Darmadji (2001) dan Alwi (2003) “Bahwa semakin tinggi nilai Earning Per Share, maka semakin besar keuntungan / return yang diterima oleh pemegang saham”. Sri Artatik (2007) yang menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Nunik Setyarini (2010), EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Pengajuan Hipotesis Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 32 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham PT. Astra International, Tbk.