BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pasar Modal
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif
untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektorsektor produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan
multiplier efek yang luas terutama kepada lembaga-lembaga terkait. Pasar
modal dapat dikatakan juga sebagai wadah dan monopoli kepemilikan
karena setelah perusahaan go public dan memanfaatkan pasar modal
kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan
sehingga menjadi milik publik. (Gitosudarmo dan Basri, 2002:239).
Menurut Sudomo (1998), yang dimaksud dengan pasar modal
adalah “pasar dimana diterbitkan serta diperjualbelikan surat-surat
berharga jangka panjang, khususnya saham dan obligasi”. Sedangkan
menurut Panji Anoraga (2005:202), pasar modal adalah “suatu lembaga
(institution) dan mekanismenya menyediakan dana jangka menengah dan
jangka panjang bagi investor dunia usaha, pemerintah dan perorangan,
dan berbagai instrument yang ada telah siap dialihkan”.
9
10
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari
sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Laporan
keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan
perusahaan. Laporan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan
manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai
kepentingan dengan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2009: 4).
Menurut Kasmir (2008), “laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu periode tertentu”. Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu
(untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan rugi laba). Biasanya
laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam
bulan untuk kepentingan internal perusahaan, untuk laporan lebih luas
dilakukan setahun sekali (annual report).
Laporan
keuangan
menggambarkan
pos-pos
keuangan
perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya
dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan catatan atas laporan keuangan; dan
4. Laporan kas.
11
Menurut Munawir (2001:13) pada dasarnya laporan keuangan
dibagi menjadi:
a. Neraca, adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva,
hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal.
b. Laporan rugi laba, adalah suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan
selama periode tertentu. Laporan rugi laba terdiri dari penghasilan,
biaya dan rugi laba yang diperoleh dari suatu perusahaan selama
periode tertentu.
c. Laporan perubahan modal, merupakan laporan keuangan yang secara
sistematis
menyajikan
informasi
mengenai
perubahan
modal
perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik
pada satu periode akuntansi tertentu.
d. Laporan arus kas, menyajikan laporan keuangan yang digunakan untuk
memperlihatkan hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan.
2.1.3. Earning Per Share (EPS)
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis
perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning
per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan
besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
12
pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa
diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan (Tandelilin, 2001).
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah
analisis laba dari sudut pandang pemilik yang dipusatkan pada laba per
lembar saham dalam suatu perusahaan. Earning Per Share (EPS) sering
dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data
akuntansi. Angka Earning Per Share (EPS) paling sering digunakan dalam
publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya
kepada masyarakat umum (go public). Perhitungan Earning Per Share
(EPS) mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau
kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga saham pasar dan
menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Earning Per Share
(EPS) merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen maupun
pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Ukuran ini digunakan
secara luas dan sering merupakan dasar untuk menetapkan tujuan serta
sasaran spesifik perusahaan.
Menurut Darmadji (2001:139) Earning Per Share (EPS) adalah
“Rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang
diperoleh investor atau pemegang saham persaham. Semakin tinggi nilai
EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar
laba yang disediakan untuk pemegang saham”.
Menurut Helfert (1997:311) “Earning Per Share (EPS) adalah
bagian proporsional dari laba perusahaan yang dapat diklaim oleh setiap
13
lembar saham biasa yang sedang beredar, yang dihitung dengan
membagi laba setelah pajak sesudah pembayaran dividen saham
preferen dengan rata-rata saham biasa yang beredar selama periode
tersebut”.
Hal yang sama dikemukakan oleh Fabozzi (2001:861) bahwa
“Earning Per Share (EPS) adalah perbandingan antara laba yang tersedia
bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham
preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar selama
periode perhitungan yang dilakukan”.
“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti
manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya
dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat.
Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah
dipotong pajak” (Kasmir 2008:207).
Earnings Per Share (EPS) merupakan alat analisis tingkat
profitibilitas perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional.
EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk
mengevaluasi saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam
lingkaran keuangan (Fabozzi, 1999: 359).
Menurut Dictionary of Accounting (Abdultah, 1994:77) laba bersih
per saham adalah pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi
14
dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar, dengan pendapatan
bersih tersebut dikurangi dengan saham preferen yang diperhitungkan
untuk tahun tersebut.
Menurut Baridwan (1992:333), laba bersih per saham adalah
Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar
saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk
menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih
untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat
menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh
dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah
rata-rata saham biasa yang beredar.
Menurut Gibson (1996:429) “Earnings Per Share (EPS) adalah
rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham”.
Sedangkan menurut Weygandt
et. al. (1996:805-806) dan
Elliot
(1993:250) Earnings Per Share menilai pendapatan bersih yang diperoleh
setiap lembar saham biasa. Salah satu alasan investor membeli saham
adalah untuk mendapatkan dividen, jika nilai laba per saham kecil maka
kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividen. Maka
dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki
Earnings Per Share tinggi dibandingkan saham yang memiliki Earnings
Per Share rendah. Earnings Per Share yang rendah cenderung membuat
harga saham turun.
15
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan
laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar
saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan.
Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk
mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki
saham dalam perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur
Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak
EPS =
Jumlah Saham Beredar
Berdasarkan definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa laba per
lembar saham merupakan perbandingan antara laba bersih yang
diperoleh perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Laba per
lembar saham ini merupakan angka yang sering digunakan dalam
publikasi mengenai kinerja perusahaan yang sering dipergunakan dalam
publikasi mengenai kinerja perusahaan yang menjual sahamnya kepada
umum. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa laba per lembar
saham mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi
mengenai besarnya dividen per lembar saham di kemudian hari untuk
menilai keefektifan manajemen.
16
2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Earning Per Share (EPS)
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi EPS adalah:
1). Penggunaan hutang
Dalam menentukan sumber dana untuk menjalankan perusahaan,
manajemen dituntut untuk mempertimbangkan kemungkinan perubahan
dalam struktur modal yang mampu memaksimumkan harga saham
perusahaannya.
Perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan
perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu juga
mengakibatkan perubahan harga saham. seperti yang dikemukakan oleh
Wild et al (2008:213) bahwa “motivasi utama perusahaan memperoleh
pendanaan usaha melalui hutang adalah potensi biaya yang lebih rendah.
Dari sudut pandang pemegang saham, hutang lebih murah dibandingkan
dengan pendanaan ekuitas”. Pendapat tersebut didasarkan oleh karena
bunga sebagian besar jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil dari
pengembalian yang diperoleh dari pendanaan utang, selisih lebih atas
pengembalian akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas. Selain itu,
karena
bunga
merupakan
beban
yang
dapat
mengurangi
pajak
sedangkan dividen tidak, dampaknya adalah besarnya pajak yang
ditanggung
perusahaan
akan
semakin
kecil
sebagai
akibat
dari
penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan sehingga pada
akhirnya adalah terjadi kenaikan pada EPS.
17
2). Tingkat Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
Pihak manajemen dihadapkan pada beberapa alternatif terkait
dengan sumber pendanaan demi memenuhi sumber dana perusahaan,
apakah dengan modal sendiri atau dengan modal pinjaman (modal asing).
Dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui
pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak (EBIT = Earning Before
Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau
hutang menghasilkan EPS yang sama (Sutrisno, 2001:255). Dari
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih sebelum
bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya
laba per lembar saham.
3). Faktor Penyebab Kenaikan Earning Per Share yaitu:
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
turun.
4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase
kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih.
18
4). Faktor Penyebab Penurunan Earning Per Share yaitu:
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar
naik.
4. Persentase
penurunan
laba
bersih
lebih
besar
daripada
persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.
2.1.5. Penilaian Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Menurut Husnan (2001:317) bahwa jika kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat.
Dengan meningkatnya harga saham perusahaan, maka
return saham
yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika nilai EPS naik
maka harga saham mengalami kenaikan, return sahamnya juga
mengalami kenaikan.
Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama
yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan
perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan
laporan rugi laba.
19
Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial dan
modal sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa
penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba
yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama
1 tahun).
Alasan mengapa laba per lembar saham (EPS) disajikan di laporan
laba rugi menurut Niswonger dkk ( 2000:14 ) adalah : “Jumlah absolut laba
bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika
jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Dalam kasus seperti itu
profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar saham
(EPS).”Sedangkan perhitungan laba per lembar saham (EPS) menurut
Niswonger dkk ( 2001:15 ) adalah “Jika sebuah perusahaan hanya
memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per lembar saham biasa
ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang
beredar. Jika ada saham preferen sebelum di bagi dengan jumlah saham
biasa yang beredar.”
2.1.6. Return Saham
Ekspektasi
dari
investor
atas
investasinya
adalah
dengan
memperoleh return atau tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya.
Return tersebut dapat berupa dividen dan juga capital gain serta
mendapatkan suku bunga pada surat hutang atau obligasi. Namun dalam
suatu tingkat pengembalian tentunya memiliki unsur risiko selama periode
20
tertentu. Semakin besar tingkat pengembalian semakin besar pula risiko
yang dihadapi.
Dalam melakukan investasi di dalam pasar modal, tujuan utama
yang ingin dicapai oleh pelaku pasar adalah memaksimalkan return.
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi.
Return dibedakan menjadi dua, yaitu realized return atau return realisasi
(return
yang
terjadi
atau
dapat
juga
disebut
sebagai
return
sesungguhnya) dan expected return (return yang diharapkan oleh
investor). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang
dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu
pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi (realized return) ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return)
yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa
mendatang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang
diharapkan oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return
realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum
terjadi. Return realisasi diukur dengan menggunakan return total (total
return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative),
dan return disesuaikan (adjusted return) (Jogiyanto, 2010: 205).
Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh
investor yang menanamkan dananya di pasar modal. Perhitungan return
saham menggunakan harga saham setiap periode untuk mencari rata-rata
21
harga saham tiap periode. Return saham dapat dihitung dengan rumus
(Jogiyanto, 2010):
Pt - Pt – 1
Ri =
Pt - 1
Keterangan :
Ri
=
return saham i pada periode t
Pt
=
harga penutupan saham i pada periode t
Pt – 1 =
harga penutupan saham i pada periode sebelumnya
Return adalah total keuntungan atau kerugian yang diperoleh
investor dari nilai investasi sebelum periode tertentu. Menurut Jogiyanto
(2010) ”Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi
dalam suatu periode yang tertentu”. Return total terdiri dari capital gain
(loss) dan yield yang perhitungannya sebagai berikut :
Return = Capital gain (loss) + yield
Sumber-sumber return dapat diperoleh dari dua komponen utama
yaitu :
a) Capital gain (loss)
Capital gain (loss) merupakan kenaikan atau penurunan harga
suatu surat berharga atau sekuritas yang dapat memberikan
keuntungan
atau
kerugian
bagi
investor.
Capital
gain
(loss)
22
merupakan selisih harga investasi sekarang relative dengan harga
periode yang lalu. Perhitungan capital gain (loss) adalah:
Pt - Pt – 1
Ri =
Pt - 1
Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga
investasi periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital
gain), dan sebaliknya jika investasi sekarang (Pt) lebih kecil daripada
harga investasi periode lalu (Pt-1) terjadi kerugian modal (capital loos).
b) Yield
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap
harga investasi periode tertentu dari suatu investasi . Untuk saham,
yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode
sebelumnya. Yield merupakan komponen return yang menggambarkan
aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik karena
adanya suatu investasi. Adapun rumus untuk menghitung yield adalah
sebagai berikut:
Deviden per lembar saham
Yield =
X 100%
Harga saham periode sebelumnya
atau
Dt
Yield =
X 100%
Pt-1
Dividen umumnya dibayarkan perkwartal atau pertahun. Jika
dividen pertahun akan digunakan untuk menghitung return total untuk
23
periode yang lebih pendek, misalnya return sebulan, maka dividen
sebulan dapat dianggap sebagai dividen setahun dibagi 12 sebagai
jumlah bulan dalam setahun. Jika dividen setahun digunkan untuk
menghitng return total mingguan, maka dividen seminggu dapat dianggap
sebagai dividen setahun dibagi 52 sebagai jumlah minggu dalam setahun.
Dengan demikian perhitungan return total dapat juga dinyatakan
sebagai berikut:
Pt - Pt – 1
Ri =
Pt - Pt – 1
+ yield
atau
Ri =
Pt - 1
Dt
+
Pt – 1
Pt - 1
2.1.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi return saham menurut
Husnan (1993) adalah sebagai berikut:
1. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) adalah hubungan laba tahunan setelah
pajak dengan ekuitas pemegang saham yang tercatat. Rasio ini
digunakan sebagai ukuran efektifitas dana pemegang saham yang telah di
investasikan. Semakin efektif suatu saham berarti semakin besar laba
yang di dapat oleh pemegang saham, sehingga pemegang saham akan
semakin makmur. Rumus Return On Equity (ROE) yang digunakan
adalah: ROE = Laba bersih / Modal Sendiri.
24
2. Dividend Pay out Ratio (DPR)
Manajemen mempunyai dua alternatif perkalian terhadap laba
bersih sesudah pajak atau Earning After Tax (EAT) yang diperoleh dari
operaasi usahanya meliputi laba bersih dibagi para pemegang saham
perusahaan dengan bentuk dividen dan diinvestasikan kembali ke
perusahaan sebagai laba ditahan. Perusahaan pada umumnya sebagian
EAT
dibagi
dalam
bentuk
dividen
dan
sebagian
sebagian
lagi
diinvestasikan kembali atau dapat diartikan manajemen harus membuat
keputusan tentang besarnya EAT yang ditahan. Prosentasi dividen yang
dibagi dibandingkan dengan EAT disebut dengan dividend payout ratio
atau DPR (Husnan, 1993: 382). Rumus untuk mengukur DPR adalah
sebagai berikut: DPR (dividend pay out ratio) = Dividen per lembar saham
/ Laba per lembar saham.
3. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah salah satu elemen dalam laporan
laba rugi yang termuat dalam laporan keuangan perusahaan sebagai
bagian dari proporsi perusahaan yang diakui dari setiap saham biasa yang
beredar, dimana nilainya dapat mengalami kenaikan jika jumlah lembar
saham yang beredar dikurangi. Informasi perusahaan penting bagi
investor dan kreditur, hal ini dapat memberikan gambaran bagian
keuntungan suatu periode dengan memiliki saham perusahaan serta
mengetahui bagian prestasi perusahaan, laju pertumbuhan tersebut akan
25
dapat menghasilkan pendapatan bagi investor. Ukuran kesejahteraan dari
besaran Earning Per Share (EPS) apabila semakin tinggi, akan menjadi
daya tarik pemodal untuk membeli dan menanamkan sahamnya. Laba
yang
mencerminkan
kinerja
perusahaan
sering
dijadikan
target
keberhasilan operasi perusahaan bisnis sehingga perusahaan berusaha
meningkatkan laba dengan cara melakukan peningkatan penjualan,
peningkatan efisiensi dan kombinasinya. Earning Per Share (EPS) dapat
dihitung dengan rumus : EPS = Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak /
Jumlah Saham Beredar.
4. Leverage (DTA)
Rasio leverage (DTA) atau solvabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangannya, apabila
perusahaan
tersebut
dilikuiditas.
Rasio
ini
jika
semakin
rendah
menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya semakin
baik (solvabel) demikian pula sebaliknya. (Helfert, 1996: 150).
Leverage (DTA) pada dasarnya dibedakan menjadi dia yaitu
leverage operasi dan leverage keuangan. Leverage operasi (operating
leverage) terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang
menimbulkan beban tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya.
Leverage keuangan (Financial Leverage) terjadi pada saat perusahaan
menggunakan hutang dan menimbulkan beban tetap yang harus dibayar
26
dari hasil operasinya (Husnan, 1998: 611). Leverage (DTA) dapat dihitung
dengan rumus: Leverage (DTA) = Liabbilities / Assets.
2.1.8. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham
EPS merupakan perbandingan antara jumlah Earning After Tax
(EAT) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan rasio
keuangan yang digunakan investor untuk menganalisis kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki.
Menurut Darmadji (2001) bahwa: “semakin tinggi nilai EPS akan
menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang
disediakan untuk pemegang saham. Sedangkan menurut Ang (1997)
semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari rasiorasionya maka semakin tinggi return saham perusahaan, demikian juga
jika kondisi ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan baik pula.
Alwi (2003:77) mengemukakan bahwa: “Earning Per Share (EPS)
merupakan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar
saham. Semakin besar nilai Earning Per Share (EPS), semakin besar
keuntungan/return yang diterima pemegang saham”.
Semakin besar EPS akan menarik minat investor berinvestasi di
perusahaan tersebut. Akibatnya permintaan akan saham meningkat dan
harga saham meningkat pula. Dengan demikian, dengan kenaikan harga
saham maka akan memungkinkan kenaikan return saham. Jadi EPS
mempunyai pengaruh terhadap return saham.
27
2.2. Kajian Penelitian Yang Relevan
Beberapa hasil penelitian mengenai Earning Per Share (EPS) dan
variabel lainnya terhadap variabel return saham sebelumnya sudah
pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Artatik (2007)
tentang pengaruh EPS dan PER terhadap Return saham pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta yang menyimpulkan bahwa
EPS berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan PER tidak
berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Nunik Setyarini (2010) tentang
analisis pengaruh EVA, ROA dan EPS terhadap return saham pada
perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dengan
hasil penelitian bahwa EVA, ROA dan EPS tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggun Amelia Bahar Putri (2012)
tentang analisis pengaruh ROA, EPS, NPM, DER dan PBV terhadap
return saham pada Industry Real Estate dan Propoerty yang terdaftar di
Bursa
Efek
Indonesia
periode
2007-2009.
Dari
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa variabel ROA, EPS, NPM, DER dan PBV
berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Niekie Arwiyati Shidiq (2012) tentang
Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2006-2010 dengan hasil penelitian bahwa EVA dan EPS berpengaruh
28
positif terhadap harga saham, sedangkan ROE dan Return On Sales
(ROS) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham,
dan ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Olivia (2012) tentang pengaruh
EPS terhadap return saham PT. Unilever Indonesia, Tbk yang
menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham.
Dengan melihat dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dan
memberikan adanya hasil yang kontradiktif dan berbeda maka peneliti
tertarik untuk mengkaji ulang tentang bagaimana pengaruh Earning Per
Share (EPS) terhadap Return saham pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dalam hal ini PT. Astra International, Tbk dan
diharapkan dapat memberikan hasil yang berbeda.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
Judul Penelitian
1
Pengaruh EPS dan
PER terhadap Return
saham pada
perusahaan
manufaktur di Bursa
Efek Jakarta
2
Analisis Pengaruh
EVA, ROA dan EPS
terhadap return
saham pada
perusahaan otomotif
Peneliti
(Tahun)
Sri Artatik
(2007)
Metode
Statistik
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
Penelitian
EPS
berpengaruh
positif terhadap
return saham,
sedangkan PER
tidak
berpengaruh
terhadap return
saham.
Nunik
Setyarini
(2010)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
EVA, ROA dan
EPS tidak
berpengaruh
secara
signifikan
29
3
4
5
yang terdaftar di BEI
(Bursa Efek
Indonesia)
Analisis Pengaruh
ROA, EPS, NPM,
DER dan PBV
terhadap return
saham pada industry
Real Estate dan
Propoerty yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 2007-2009
Pengaruh EVA, Rasio
Profitabilitas dan EPS
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan Asuransi
yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
tahun 2006-2010
Pengaruh EPS
terhadap return
saham PT. Unilever
Indonesia, Tbk
terhadap return
saham.
Anggun
Amelia
Bahar Putri
(2012)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Niekie
Arwiyati
Shidiq
(2012)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Olivia M.
Idrus
Datau
(2012)
variabel ROA,
EPS, NPM,
DER dan PBV
berpengaruh
terhadap return
saham
EVA dan EPS
berpengaruh
positif terhadap
harga saham,
sedangkan ROE
dan Return On
Sales (ROS)
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap harga
saham, dan
ROA
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap harga
saham.
Analisis
EPS
Regresi
berpengaruh
Sederhana positif terhadap
return saham
30
2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting (Sugiyono 2010:283).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan fundamental
dalam menganalisa saham yaitu analisis rasio. Analisis rasio membantu
menganalisa laporan keuangan sehingga dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan suatu perusahaan.
Earning Per Share (EPS) adalah salah satu alat untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan. Earning Per Share (EPS) sebagai ukuran
profitabilitas
perusahaan
yang
menjadi
dasar
penetapan
tujuan
perusahaan dan juga sebagai dasar pertimbangan calon investor dalam
mengambil keputusan, memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya.
Diantaranya dipengaruhi oleh laba bersih setelah bunga dan pajak dan
jumlah lembar saham yang beredar.
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa
dan calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per Share
(EPS) karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek perusahaan di
masa depan. Kenaikan harga saham diharapkan memberikan indikasi
terhadap return saham yang akan diterima sehingga dapat meningkatkan
laba perusahaan.
31
Analisa
yang
dilakukan
terhadap
laporan
keuangan
akan
mengarahkan kepada penarikan kesimpulan tentang kondisi keuangan
perusahaan. Dalam hal ini, peneliti melihat sejauh mana perusahaan
mampu menghasilkan keuntungan.
Dari uraian di atas dapat dibuat suatu kerangka pemikiran berikut
ini:
Laporan Keuangan PT. Astra International, Tbk
Periode 2007-2011
Earning Per Share (EPS):
Return Saham:
EAT
Jumlah saham beredar
Capital gain + yield
Dasar teori:
Penelitian terdahulu:
Darmadji (2001)
dan
Alwi (2003)

“Bahwa semakin tinggi nilai
Earning Per Share, maka semakin
besar keuntungan / return yang
diterima oleh pemegang saham”.

Sri Artatik (2007) yang
menyimpulkan bahwa EPS
berpengaruh
positif
terhadap return saham.
Nunik Setyarini (2010),
EPS tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
return saham.
Pengajuan Hipotesis
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
32
2.4.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori maka peneliti
mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut: Terdapat pengaruh
Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham PT. Astra
International, Tbk.
Download