47 TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN

advertisement
TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN TENTANG TANDA
BAHAYA KEHAMILAN DI DESA BOLON KECAMATAN COLOMADU
Fitria Hayu Palupi, Luluk Nur Fakhidah, Uji Utami
Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar
Jl Achmad Yani No.167. Papahan, Tasikmadu, Karanganyar
Email : [email protected]
ABSTRAK
Kader kesehatan merupakan orang yang paling dekat dengan
masyarakat, sehingga diperlukan pengetahuan tentang tanda bahaya
kehamilan. Keberadaan kader kesehatan sangat penting untuk melakukan
pendeteksian tanda dan gejala tanda bahaya pada ibu hamil, sehingga ibu
hamil mendapatkan prioritas dalam penanganan kegawatdaruratan kehamilan.
Ada beberapa keadaan yang menambah tanda bahaya kehamilan selama
periode antenatal yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat
menetap tidak hilang, pandangan kabur, nyeri abdomen yang hebat, bengkak
pada muka atau tangan dan bayi kurang bergerak seperti biasa. Oleh karena itu
penting kiranya seorang kader dalam memahami tanda bahaya kehamilan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader
kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan di Desa Bolon.
Metode penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan metode
pendekatan Cross Sectional dengan teknik pengambilan sampel simple
random sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner yang telah
diuji validitas dan reliabilitas, dengan subjek penelitian yaitu ibu kader
kesehatan sebanyak 30 responden.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kader
kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan di Desa Bolon, tergolong cukup
sebanyak 20 responden (66,7%).
Simpulan tingkat pengetahuan kader kesehatan tentang tanda bahaya
kehamilan di Desa Bolon, tergolong cukup sebanyak 20 responden (66,7%).
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Tanda Bahaya Kehamilan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
47
PENDAHULUAN
Kader merupakan pembawa
misi pembangunan kesehatan
ditingkat paling bawah. Kader
ini adalah kepanjangan tangan
dari puskesmas atau Dinas
Kesehatan kepada masyarakat di
wilayah kerjanya. Seoarng kader
kesehatan merupakan tenaga
sukarelawan ini berasal dari
masyarakat yang peduli terhadap
kesehatan warga sekitarnya.
Sampai saat ini kader kesehatan
terkadang
menjadi
sumber
rujukan
bagi
penanganan
berbagai masalah kesehatan.
Proses pendampingan memang
dilakukan oleh bidan desa,
namun
demikian
dalam
menggerakkan masyarakat tidak
terlepas dari peran kader sebagai
orang yang membawa misi
kesehatan serta terdekat dengan
masyarakat.
Proses
pemberdayaan
masyarakat
dalam bidang kesehatan akan
memiliki kendala, apabila tidak
didukun peran aktif dari
masyarakat itu sendiri.
Kader kesehatan dikatakan
berhasil dalam memfasilitasi
proses pemberdayaan apabila
diwujudkan melalui peningkatan
partisipasi aktif masyarakat.
Oleh
karena
itu
sebagai
fasilitator
harus
terampil
mengintegrasikan
tiga
hal
penting
yakni
optimalisasi
fasilitasi,
waktu
yang
disediakan, dan optimalisasi
partisipasi masyarakat.
Pengenalan kemungkinan
terjadinya
tanda
bahaya
kehamilan harus secara dini dan
ditangani dengan benar oleh
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
kader kesehatan. Apabila kader
kesehatan
kurang
mampu
melakukan deteksi dini terhadap
komplikasi kehamilan, maka
akan terjadi komplikasi yang
lanjut yang akan mengakibatkan
kematian ibu dan bayi. Kematian
tersebut merupakan dampak
komplikasi kehamilan utama
yaitu perdarahan, hipertensi,
infeksi dan abortus. Banyak
kematian neonatal merupakan
akibat langsung penatalaksanaan
kehamilan dan kelahiran yang
buruk (Rochjati, 2003; WHO,
2004).
Berdasarkan studi awal di
Desa Bolon ditemukan hasil bahwa
kader kesehatan telah mengikuti
pelatihan tetapi dalam melakukan
deteksi pada ibu hamil resiko tinggi
belum dapat melakukan dengan baik.
Pentingnya tingkat pengetahuan
kader kesehatan menjadikan Penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Tingkat Pengetahuan
kader kesehatan Tentang Tanda
Bahaya Kehamilan di Desa Bolon “
Adapun
Tujuan
Umum
adalah
mengetahui
Tingkat
Pengetahuan
kader
kesehatan
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di
Desa Bolon Dan Tujuan Khusus
Kader dapat mengenali tanda bahaya
kehamilan
dan
Kader
dapat
mengetahui gejala klinis tanda
bahaya kehamilan
BAHAN DAN METODE
A. Tinjauan Teori
1.
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari hasil
tahu setelah melakukan penginderaan
melalui panca indra manusia yaitu
48
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, rasa dan raba yang
diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang
dibutuhkan proses kognitif, sehingga
terbentuk
tindakan
seseorang.
Pengetahuan yang dicakup dalam
kawasan yang kognitif mempunyai 6
tingkatan yaitu tahu (know) diartikan
sebagai mengingat suatu materi yang
telah
dipelajari
sebelumnya,
memahami (comprehention) artinya
kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang materi yang
diketahui, aplikasi (application)
diartikan
sebagai
kemampuan
menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya), analisis (analysis)
suatu
kemampuan
untuk
menyebarkan
materi atau suatu
objek
kedalam
komponenkomponen, sintesis (syntesis) suatu
kemampuan untuk meletakan atau
manghubungkan
bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru dan evaluasi (evaluation)
kemampuan
untuk
melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap
suatu
kriteria yang ditentukan
sendiri atau manggunakan kriteriakriteria yang telah ada (Notoatmodjo,
2010).
a.
Cara
Memperoleh
Pengetahuan
Cara untuk memperoleh pengetahuan
dapat dilakukan sebagai berikut :
1)
Cara coba-coba
Dilakukan dangan
menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan
masalah.
Apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil
dicoba dangan kemungkinan lain.
2)
Cara kekuasaan / otoriter
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
Pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan pada otoritas
atau kekuasaan baik tradisi, otoritas
pemerintah,
otoritas
pemimpin
agama
maupun
ahli
ilmu
pengetahuan.
3)
Berdasarkan pengalaman
pribadi
Pengetahuan yang
diperoleh dangan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa lalu.
Seperti pepatah mengatakan bahwa
adalah guru yang terbaik.
4)
Berdasarkan jalan pikiran /
penalaran
Baik melalui cara
induksi maksudnya bahwa cara
melahirkan tidak langsung melalui
pertanyaan-pertanyaan
yang
dikemukakan
kemudian
dicari
hubungan sehingga dapat dibuat
sesuatu kesimpulan.
5)
Metode penelitian ilmiah
Metode penelitian
adalah sebagai suatu cara untuk
memperoleh
kebenaran
ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu
masalah,
pada
dasarnya
menggunakan metode ilmiah
(Notoatmodjo 2010).
Kader Kesehatan
1.
Peran Kader.
Dalam menggerakkan masyarakat
perlu
strategi
dengan
cara
meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang
pentingnya
kesehatan,
meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk
memanfaatkan
fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah
disediakan
oleh
pemerintah,
mengembangkan berbagai cara untuk
menggali dan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki oleh masyarakat
untuk pembangunan kesehatan,
49
mengembangkan berbagai bentuk
kegiatan pembangunan kesehatan
yang sesuai dengan kultur budaya
masyarakat
setempat
dan
mengembangkan manajemen sumber
daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka (transparan). Penggerakan
dan
pemberdayaan
masyarakat
merupakan upaya fasilitasi yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahun, sikap, perilaku, dan
kemampuan
masyarakat
dalam
menemukan, merencanakan serta
memecahkan masalah menggunakan
sumber daya/potensi yang mereka
miliki termasuk partisipasi dan
dukungan tokoh-tokoh masyarakat
serta kader yang ada dan hidup di
masyarakat.
Penggerakan
dan
pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan
akan
menghasilkan
kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan
dengan
demikian
penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat
merupakan
proses
sedangkan kemandirian merupakan
hasil,
karenanya
kemandirian
masyarakat di bidang kesehatan bisa
diartikan sebagai kemampuan untuk
dapat mengidentifikasi masalah
kesehatan
yang
ada
di
lingkungannya,
kemudian
merencanakan dan melakukan cara
pemecahannya
dengan
memanfaatkan potensi setempat
tanpa tergantung pada bantuan dari
luar.
Pembinaan
peran
serta
masyarakat adalah salah satu upaya
pengembangan
yang
berkesinambungan dengan tetap
memperhatikan penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat melalui
model
persuasif
dan
tidak
memerintah, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku, dan
mengoptimalkan
kemampuan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
masyarakat dalam menemukan,
merencanakan, dan memecahkan
masalah.
Pembinaan
lokal
merupakan serangkaian langkah
yang diterapkan guna menggali,
meningkatkan dan mengarahkan
peran serta masyarakat setempat.
menggunakan sumber daya/potensi
yang mereka miliki termasuk
partisipasi dan dukungan tokohtokoh masyarakat serta kader yang
ada.
Peran Kader dalam pengembangan
desa siaga:
a.
Pelaku
penggerakan
masyarakat dalam
1)
Pendataan PHBS, kadarzi dan
kondisi rumah.
2)
Pengamatan
sederhana
berbasis masyarakat
3)
Peningkatan PHBS, Kadarzi
dan kesehatan lingkungan
4)
Peningkatan kesehatan ibu,
bayi dan balita
b.
Peran tambahan, membantu
dalam :
1)
Penanggulangan
kegawatdaruratan sehari-hari
2)
Penyiapan untuk menghadapi
bencana
3)
Pengelolaan pos kesehatan
desa (poskesdes) atau UKBM
lainnya
Fungsi Kader
a.
Melakukan
pencatatan,
memantau dan evaluasi kegiatan
Poskesdes bersama Bidan
b.
Mengembangkan
dan
mengelola
UKBM
(PHBS,
Kesehatan lingkungan, KIBB-Balita,
Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dan
lain -lain)
c.
Mengidentifikasi
dan
melaporkan kejadian masyarakat
yang berdampak terhadap kesehatan
50
masyarakat (surveilance ber-basis
masyarakat).
d.
Pemecahan masalah bersama
masyarakat
2.
Peran Pendampingan
Pendampingan
perlu
dilakukan
karena kelompok merasa tidak
mampu mengatasi permasalahan
secara
sendirian.
Dengan
pendampingan diharapkan kelompok
mampu
melakukan
kegiatan
pemecahan masalah itu bukan
pendamping. Pendamping hanya
berperan
untuk
memfasilitasi
bagaimana memecahkan masalah
secara
bersama-sama
dengan
masayarakat, mulai dari tahap
mengidentifikasi
permasalahan,
mencari
alternatif
pemecahan
masalah,
sampai
pada
implementasinya.
Peran pendampingan hanya sebatas
pada
memberikan
alternatifalternatif
yang
dapat
diimplementasikan. Dan kelompok
pendampingan
dapat
memilih
alternatif mana yang sesuai untuk
diambil.
Pendamping
perannya
hanya
sebatas
memberikan
pencerahan
berfiki
berdasarkan
hubungan sebab akibat yang logis,
artinya kelompok pendampingan
disadarkan bahwa setiap alternatif
yang
diambil
senantiasa
ada
konsekuensinya.
Diharapkan
konsekwensi tersebut bersifat positip
terhadap kelompoknya.
3.
Pendampingan Desa Siaga
Kader kesehatan dikatakan berhasil
dalam
memfasilitasi
proses
pemberdayaan apabila diwujudkan
melalui peningkatan partisipasi aktif
masyarakat. Oleh karena itu sebagai
fasilitator
harus
terampil
mengintegrasikan tiga hal penting
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
yakni optimalisasi fasilitasi, waktu
yang disediakan, dan optimalisasi
partisipasi masyarakat. Masyarakat
pada saat menjelang batas waktu
harus diberi kesempatan agar siap
melanjutkan program pembangunan
secara
mandiri.
Sebaliknya,
fasilitator harus mulai mengurangi
campur tangan secara perlahan.
Tanamkan
kepercayaan
pada
masyarakat yang selanjutnya akan
mengelola program.
Apabila dilihat dari jangka waktu
pendampingan,
idealnya
pendampingan dilaksanakan hanya
sampai target masyarakat mampu
mandiri, dan kemudian dilepas untuk
mandiri, meskipun dari jauh tetap
dipantau agar tidak jatuh lagi.
Meskipun demikian dalam rangka
menjaga kemandirian tersebut tetap
dilakukan pemeliharaan semangat,
kondisi, dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami
kemunduran.
Faktor
–
faktor
yang
mempengaruhi upaya deteksi dini
seseorang terhadap tanda bahaya
kehamilan :
1.
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan
faktor yang mendukung perilaku ibu
dalam upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan. Ibu dengan tingkat
pendidikan tinggi lebih mudah
memperoleh
informasi
tentang
kesehatan.
2.
Informasi
Informasi tentang kesehatan
mempengaruhi seseorang dalam hal
upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan. Upaya deteksi dini
seseorang yang rendah disebabkan
karena tidak
atau
kurangnya
memperoleh informasi yang kuat.
51
3.
Budaya
Upaya deteksi dini seseorang
juga dipengaruhi oleh faktor budaya.
Kebudayaan ini terbentuk dalam
waktu yang lama sebagai akibat dari
kehidupan masyarakat bersama.
4.
Sosial ekonomi
Faktor ekonomi juga berpengaruh
terhadap seseorang dalam upaya
deteksi dini komplikasi kehamilan.
Status ekonomi keluarga juga
berperan bagi seseorang dalam
mengambil keputusan bertindak
termasuk tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
Ibu hamil dan pelayanan kesehatan
1.
Kehamilan
Masa kehamilan dari konsepsi
sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam 3 triwulan yaitu
triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua dari bulan keempat sampai 6
bulan, triwulan ketiga dari bulan
ketujuh sampai 9 bulan. Ibu hamil
sebaiknya dianjurkan mangunjungi
bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan atau
asuhan antenatal (Prawirohardjo,
2002).
2.
Primigravida
Seorang wanita yang hamil untuk
pertama
kalinya
(Pusdiknakes,
2003).
3. Tanda bahaya kehamilan
Tanda bahaya kehamilan adalah
tanda
-tanda
yang
mengindikasikan adanya bahaya
yang
dapat
terjadi
selama
kehamilan/periode antenatal, yang
apabila tidak dilaporkan atau tidak
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
terdeteksi
bisa
menyebabkan
kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
Tanda bahaya kehamilan
Tanda-tanda ini jika tidak dilaporkan
dapat menyebabkan kematian ibu.
Setiap kunjungan antenatal harus
diajarkan kepada ibu tentang
bagaimana mengenali tanda bahaya
kehamilan dan mendorongnya ibu
untuk datang ketenaga kesehatan
segera jika mengalami tanda
tersebut.
1.
Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan, perdarahan
yang tidak normal adalah yang
merah, perdarahan yang banyak, atau
pardarahan
yang
sangat
menyakitkan. Perdarahan ini bisa
berarti aborsi, kehamilan mola atau
kehamilan ektopik. Pada kehamilan
lanjut perdarahan yang tidak normal
adalah merah, banyak dan kadangkadang, tatapi tidak selalu disertai
dengan rasa nyeri. Perdarahan ini
bisa
berarti
plasenta
previa
(Pusdiknakes, 2003).
Perdarahan
antepartum
adalah
perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 manggu. Biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada perdarahan sebelum 28
minggu. Jika perdarahan terjadi
ditempat yang jauh dari fasilitas
pelayanan kesehatan atau fasilitas
pelayanan tersebut tidak mampu
melakukan
tindakan
yang
diperlukan,
maka
umumnya
kematian maternal akan terjadi
(Mochtar, 1998; Rochjati, 2003).
Penyebab kematian ibu hamil sering
adalah akibat perdarahan. Perdarahan
melalui jalan lahir pada kehamilan,
persalinan
dan
nifas
sering
merupakan tanda bahaya yang dapat
berakibat kematian ibu atau janin.
52
Biasanya terjadi perdarahan pada
kehamilan sebelum 3 bulan bisa
disebabkan oleh keguguran. Janin
mungkin masih bisa diselamatkan,
bila tidak, ibu perlu mendapat
pertolongan medis agar kesehatannya
terjaga. Ini disertai nyeri perut bawah
yang hebat, pada ibu yang terlambat
haid 1-2 bulan merupakan keadaan
yang sangat berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan 7-9
bulan, meskipun hanya sedikit, tetap
merupakan ancaman bagi ibu dan
janin. Perdarahan yang banyak dalam
waktu 1 jam setelah melahirkan
sangat berbahaya dan menjadi
penyebab kematian dalam waktu
kurang dari 2 jam. Tanda bahaya lain
adalah perdarahan pada masa nifas,
yaitu dalam waktu 42 hari setelah
melahirkan (Anonim, 2008).
2.
Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala selama kehamilan
adalah umum
dan sering kali
termasuk ketidaknyamanan yang
normal dalam kehamilan. Sakit
kepala yang menunjukan suatu
masalah yang serius adalah sakit
kepala yang hebat yang menetap dan
tidak hilang dengan istirahat.
Kadang- kadang dengan sakit kepala
yang hebat tersebut ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya
menjadi kabur atau terbayang. Sakit
kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari pre-eklampsia
(Pusdiknakes, 2003).
3.
Pandangan
kabur
atau
masalah visual
Karena
pengaruh
hormonal,
ketajaman visual ibu dapat berubah
dalam kehamilan. Perubahan yang
kecil adalah normal. Masalah visual
yang mangindikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan
visual yang mendadak, misalnya
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
pandangan kabur atau terbayangbayang
atau
berbintik-bintik.
Perubahan visual ini mungkin
disertai dengan sakit kepala yang
hebat. Dan ini merupakan suatu
tanda pre-eklampsia (Pusdiknakes,
2003).
4.
Bengkak pada muka atau
tangan
Hampir separuh dari ibu- ibu akan
mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul
pada sore hari dan biasanya hilang
setelah istirahat atau meletakannya
lebih
tinggi.
Bengkak
bisa
menunjukan adanya masalah serius
jika muncul pada muka dan tangan,
tidak hilang setelah istirahat dan
diikuti dangan keluhan fisik yang
lain. Hal ini bisa merupakan pertanda
anemi, gagal jantung atau pereklampsia (Pusdiknakes, 2003).
a.
Anemia
Keluhan yang dirasakan ibu hamil
adalah lemas badan, lesu, lekas,
lelah, mata berkunang- kunang dan
jantung berdebar. Pengaruh anemi
yaitu dapat menurunkan daya tahan
ibu hamil sehingga ibu mudah sakit,
menghambat pertumbuhan janin
sehingga bayi lahir dangan berat
badan rendah dan persalinan
premature (Rochjati, 2003).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai
normal hemoglobin (Hb) 12 – 15
gr%. Angka tersebut juga berlaku
untuk wanita hamil, terutama yang
mendapat pengawasan selama hamil.
Oleh karena itu, pemeriksaan Hb
harus menjadi pemeriksaan rutin
selama
pengawasan
antenatal
(Mochtar, 1998).
b.
Gagal Jantung
Keluhan yang dirasakan ibu hamil
antara lain sesak nafas, jantung
berdebar, dada terasa berat (kadang-
53
kadang nyeri), nadi cepat, kaki
bengkak biasanya timbul diwaktu
kerja berat, sedangkan pada payah
jantung yang berat dirasa saat kerja
ringan atau sedang beristirahat
(Rochjati, 2003).
c.
Pre-eklampsia
atau
eklampsia
Kondisi ibu yang disebabkan oleh
kehamilan disebut dengan keracunan
kehamilan,
dengan
tanda-tanda
oedem atau pembengkakan terutama
tampak pada tungkai dan muka,
tekanan darah tinggi.
d.
Nyeri abdomen yang
hebat
Nyeri
abdomen
yang
tidak
berhubungan dengan persalinan
normal adalah tidak normal. Nyeri
abdomen yang mungkin menunjukan
masalah
yang
mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat,
menetap, dan tidak ektopik, aborsi,
penyakit radang pelvic, persalinan
preterm dan infeksi saluran kemih
(Pusdiknakes, 2003).
5.
Bayi kurang bergerak seperti
biasa
Ibu mulai merasakan gerakan
bayinya selama bulan ke-5 dan ke-6,
beberapa ibu dapat merasakan
bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika
berbaring atau istirahat dan jika ibu
makan dan minum dangan baik
(Pusdiknakes, 2003).
Berkurangnya
atau
hilangnya
pergerakan janin dapat merupakan
suatu tanda gawat janin yang dapat
berakhir dengan kematian janin.
Karena itu ibu sebaiknya harus tahu
dan mengerti cara menghitung
pergerakan janin dalam satu hari dan
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
segera kedokter jika menduga
gerakan janin berkurang.
a.
Pemantauan
gerakan
janin harus sudah dimulai sejak awal,
yakni sejak ibu merasa pergerakan
janin, karna ibu sendirilah yang
paling tahu dan mungkin mendeteksi
kesehatan
janinnya,
biasakan
memperhatikan gerakan janin setiap
hari
dan
dianjurkan
untuk
memperhatikan pada malam hari,
saat itu janin sedang “bangun”.
b.
“Fetal
Kick
Count”,
menghitung
tendangan
janin,
menghitung gerakan janin (Krisnadi,
2007).
B. Metode
Desain penelitian ini menggunakan
deskriptif.
Pendekatan
yang
digunakan pada rancangan Cross
Sectional yaitu suatu penelitian
dimana variabel yang termasuk
faktor resiko dilakukan dengan
pengamatan dan pengukuran pada
saat sekali waktu antara faktor resiko
atau paparan dengan penyakit
(Hidayat, 2007).
Lokasi penelitian ini Januari September 2012 di Desa Bolon.
Populasi dalam penelitian ini adalah
kader kesehatan yang ada di Desa
Bolon sejumlah 50 orang. Sampel
dalam penelitian ini adalah kader
kesehatna yang ada di desa Bolon.
Sampel diambil dengan teknik
simple Random Sampling . Jumlah
sampel yang digunakan adalah 30
orang kader kesehatan.
Instrumen yang digunakan adalah
Kuesioner. Kriteria penilaian untuk
pertanyaan positif (favorable) skor 1
untuk jawaban (B), 0 untuk jawaban
salah (S) dan untuk pertanyaan
negatif (unfavorable) 1 untuk
54
jawaban salah (S) dan 0 untuk
jawaban benar (B).
Kuesioner ini diberikan alternatif
dengan jawaban Benar (B) Salah (S).
Pada
penelitian
ini
tidak
menggunakan teknik analisis data
sedangkan metode pengolahan data
yang digunakan yaitu dengan cara
manual. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan yaitu:
1.
Pengolahan Data
a.
Editing
Memeriksa data yang dikumpulkan
yaitu berupa pertanyaan dari
kuesioner di dalam kegiatan editing
terdapat kegiatan menjumlahkan.
b.
Coding
Untuk mempermudah pengolahan
sebaliknya semua variabel diberi
kode terutama data klasifikasi.
c.
Scoring
Pemberian nilai atau skor terhadap
hasil
kuesioner
yang
telah
disebarkan
dari
setiap
poin
pertanyaan.
d.
Tabulating
Merupakan proses pengolahan data
yang
telah
didapatkan
pada
penelitian ini, pengolahan data
dilakukan secara manual (Budiarto,
2002).
2.
Analisis Data
Dalam menganalisis data, analisis
data yang digunakan adalah dengan
menghitung distribusi frekuensi dan
proporsi
untuk
mengetahui
karakteristik subjek penelitian dan
tingkat pengetahuan dengan kriteria :
Baik, cukup,kurang.
Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Menghitung frekuensi dan distribusi
dengan cara menghitung prosentase
sebagai berikut :
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
f
x100%
n
Keterangan:
P
: prosentase
f
: frekuensi kejadian
n
: jumlah sampel
(Notoatmodjo, 2010)
P
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mulai dilaksanakan
pada bulan Januari – September
2012. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner
dengan jumlah soal 30 item.
Pengumpulan data penelitian ini
sebanyak 30 responden Kader
Kesehatan di Desa Bolon.
Distribusi Tingkat Pengetahuan
Kader Kesehatan Tentang Tanda
Bahaya Kehamilan
Pengetahuan responden tentang
tanda bahaya kehamilan diukur
dengan skor jawaban dari kuesioner
yang
telah
dibagikan
dan
dikategorikan
menjadi
baik,cukup,kurang sehingga dapat
ditabulasikan sebagai berikut :
Tabel 1.
Distribusi
Frekuensi
Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan
kader
kesehatan
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan
N Tingkat
Jumlah Persent
o Pengetah Respond ase (%)
uan
en
1. Baik
22
69,00
2. Cukup
10
31,00
3. Kurang
0
0
Jumlah
32
100
Sumber : Data Primer, 2012
Diagram 1. Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan
kader
kesehatan
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan
55
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pengetahuan
dengan kategori baik tentang tanda
bahaya kehamilan sebanyak 22
responden (69,00%), responden yang
mempunyai tingkat
pengetahuan
cukup sebanyak 10 responden
(31,00%) dan tidak ada kader yang
mempunyai tingkat pengetahuan
kurang, sehingga dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar tingkat
pengetahuan kader kesehatan tentang
tanda bahaya kehamilan dengan
kategori
baik
22
responden
(69,00%).
Responden yang mempunyai tingkat
pengetahuan dengan kategori baik
tentang tanda bahaya kehamilan
sebanyak 22 responden (69,00%),
responden yang mempunyai tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 10
responden (31,00%) dan tidak ada
kader yang mempunyai tingkat
pengetahuan kurang, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan kader kesehatan
tentang tanda bahaya kehamilan
dengan kategori baik 22 responden
(69,00%).
Berdasarkan
kuesioner
yang
diberikan kepada kader kesehatan di
desa Bolon, rerata kader kesehatan
belum mengetahui bahwa anemia
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
pada ibu hamil dipengaruhi oleh
asupan gizi ibu hamil. Selain itu
responden juga kurang memahami
bahwa tinggi badan ibu hamil yang
kurang dari 145 cm dapat menjadi
penyebab partus macet.
Notoatmodjo berpendapat bahwa
pengetahuan dapat terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan.
Rerata tingkat pengetahuan Kader
kesehatan di desa Bolon tentang
Tanda bahaya kehamilan adalah
baik, hal ini disebabkan kader
kesehatan di Desa Bolon sangat aktif
dalam
kegiatan
pengelolaan
kesehatan ibu dan anak, serta aktif
dalam mengikuti kegiatan pelatihan
yang berkaitan dengan kesehatan ibu
dan anak terutama dalam mengenal
tanda bahaya pada kehamilan.
Data tersebut dapat disimpulkan
bahwa tingkat kader kesehatan
tentang tanda bahaya kehamilan di
Desa Bolon dengan kategori baik
sebanyak 22 responden (69,00%).
Tingkat pengetahuan seseorang
terhadap tanda bahaya kehamilan
dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain tingkat pendidikan yang
mendukung perilaku kader dalam
upaya deteksi dini komplikasi
kehamilan, tingkat informasi dalam
upaya deteksi dini seseorang yang
rendah
sehingga
kurangnya
memperoleh
informasi,
budaya
karena terbentuk dalam waktu yang
lama sebagai akibat dari kehidupan
masyarakat bersama, sosial ekonomi
keluarga yang kurang, umur biasanya
dikaitkan dengan kematangan fisik
dan psikis seseorang dan pekerjaan
merupakan kedudukan
seseorang
dalam bekerja misalnya berusaha
sendiri tanpa bantuan orang lain,
buruh / karyawan atau pekerja yang
56
tidak dibayar (Notoatmodjo,2003 ;
Syeh, 2008 ).
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan tentang ” Tingkat
Pengetahuan
kader
kesehatan
Tentang Tanda Bahaya Kehamilan di
Desa Bolon ” dapat diketahui
responden yang mempunyai tingkat
pengetahuan dengan kategori baik
tentang tanda bahaya kehamilan
sebanyak 22 responden (69,00%),
responden yang mempunyai tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 10
responden (31,00%) dan tidak ada
kader yang mempunyai tingkat
pengetahuan kurang, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar
tingkat pengetahuan kader kesehatan
tentang tanda bahaya kehamilan
dengan kategori baik 22 responden
(69,00%).
B. Saran.
Berdasarkan simpulan di atas maka
dapat diambil saran sebagai berikut:
1.
Diharapkan kader kesehatan
memiliki tingkat pengetahuan yang
baik sehingga dapat melakukan
deteksi dini lebih awal di masyarakat
khususnya deteksi dini bagi ibu
hamil.
2.
Bagi
petugas
kesehatan
khususnya
Bidan
perlu
meningkatkan dalam memberikan
penyuluhan tanda bahaya kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hal :195-6 ; 274.
Budiarto, E. 2002. Biostatistik Untuk
Kedokteran
dan
Masyarakat
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
Kesehatan. Jakarta : EGC. Hal : 228.
Depkes, 2007. Menkes Luncurkan
Proyek
NICE.
www.depkes.90.id/index.php?option
_news&task_viewarticle&sld_448&i
cemia=2-31k.19 Juni 2012.
Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan progam SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hidayat Alimul, A,A. 2007. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika. Hal : 28-9.
Hurrock, E.B. 2004. Asuhan
Pranatal dan Pasca Partum.
http://elizabeth.
wordpress.com.asuhanpranataldanpa
scapartm. 20 Januari 2012.
Krisnadi, 2007. Waspadai Tanda
Tanda Bahaya Sebelum Persalinan.
http://kafeperempuan.
Com/newreplay.php?.19 Juni 2012.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri.
Jilid 1, Edisi 2. Jakarta : EGC.Hal :
145.
Nursalam.2003.
Konsep
dan
Penerapan Metodologi Penelitian
ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. Hal : 124
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta. Hal : 88-90.
______________. 2003. Pengantar
Pendidikan Kesehatan & Ilmu
Perilaku Kesehatan, Andi Offset,
Yogyakarta. Hal: 66-8.
______________. 2005. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta. Hal : 46.
______________. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : PT Rineka Cipta. Hal 13942.
57
Pusdiknakes,
2003.
Asuhan
Antenatal. Jakarta. WHO- JHPIEGO.
Hal :3; 91-2.
Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal
: 89; 125.
Rochjati, 2003. Waspadai TandaTanda Bahaya Sebelum Persalinan.
http://kafeperempuan.com_newrepla
y.php?.19 Juni 2012
Sugiarso, 2006. Administrasi Gaji
dan Upah. Tangerang. PT. Argo
Media Pustaka. Hal: 49.
Syeh,
2008.
Tanda
Bahaya
Kehamilan.
http://Syehaceh.wordpress.com
/2008/05/12/tanda bahaya kehamilan.
20 Januari 2012.
MATERNAL VOLUME 7 EDISI OKTOBER 2012
58
Download