CONTINUING MEDICAL EDUCATION MIMS JPOG MAY/JUN 2016 112 Ulasan Kritis tentang Pengambilan Keputusan Mengakhiri Kehidupan di Unit Perawatan Intensif Neonatal 2 SKP Sridhar Arunachalam, MD (Paediatrics), MRCPCH (UK); Daisy Chan, MBBS, M Med (Paediatrics), FAMS PENGANTAR Kemajuan dalam penatalaksanaan kesehatan bayi baru lahir telah menyebabkan peningkatan tingkat kelangsungan hidup. Peningkatan kelangsungan hidup dapat mempengaruhi masalah kesehatan kronis dan kecacatan perkembangan saraf. Oleh karena itu keputusan yang kompleks harus dibuat oleh orang tua dan dokter ahli neonatologi tentang pengobatan. Keputusan ini mungkin dibuat pada saat tindakan resusitasi ketika lahir, selama rangkaian perawatan di unit perawatan intensif neonatal (NICU), atau pada saat mengganti perawatan intensif dengan perawatan paliatif. PRINSIP ETIS Prinsip-prinsip etika otonomi, kebaikan, sifat mencelakakan dan keadilan berlaku untuk neonatus seperti yang mereka lakukan untuk aspek-aspek lain pada perawatan medis. Pengambilan keputusan pada usia neonatal bisa sulit karena neonatus tergantung pada orang tua yang adalah wakil pembuat keputusan dan dokter yang bertindak atas kepentingan terbaik bayi. Pengambilan keputusan mengakhiri kehidupan tidak bisa disamaratakan dan perlu dibuat berdasarkan kasus - per kasus. Proses pengambilan keputusan dalam neonatologi dahulu menjadi wewenang dokter layanan primer yang JPOG-CME_May-Jun'16.indd 112 Percakapan tentang pengakhiran kehidupan harus dimulai pada waktu yang tepat, tetap mengutamakan kepentingan terbaik bayi. merawat bayi. Sekarang fokusnya telah berpindah ke pendekatan yang berpusat pada keluarga1 dan orang tua menjadi peserta aktif daripada hanya sebagai pengunjung belaka. Tim multi –disipliner terdiri dari dokter layanan primer, dokter subspesialis, spesialis kesehatan sejenis, perawat dan pekerja sosial medis. Beberapa negara melibatkan anggota spiritual 5/25/2016 5:03:34 PM 113 MIMS JPOG MAY/JUN 2016 CONTINUING MEDICAL EDUCATION 4. Pengambilan Keputusan setelah menimbang pro dan kontra dan pandangan peserta. Jika dokter layanan primer tidak setuju karena alasan pribadi, ia mungkin harus menyerahkan tanggung jawab perawatan kepada rekan lain. 5. Perencanaan Tindakan pada pertemuan MEDM memutuskan siapa yang akan menyampaikan keputusan kepada orang tua dan menjamin kenyamanan bagi bayi selama intervensi medis dan non – medis. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan termasuk kepentingan terbaik dari kesucian hidup bayi, keterlibatan orang tua, hak dan tanggung jawab dokter, dan prognosis dalam hal kualitas hidup bayi. dan filosofis dalam tim. Percakapan tentang pengakhiran kehidupan harus dimulai pada waktu yang tepat, tetap mengutamakan kepentingan terbaik bayi. Pertemuan untuk membahas perbedaan pendapat apapun di antara anggota tim, di hadapan seorang penengah yang netral untuk membantu menyelesaikan konflik. Komite etik rumah sakit juga dapat dilibatkan. Jika konflik tidak dapat diselesaikan maka dapat dipertimbangkan untuk mencari opini kedua atau pemindahan perawatan ke lembaga lain. Bantuan Hukum bisa menjadi semacam pilihan terakhir. Orang tua yang terlibat dalam pengambilan keputusan bersama untuk pengakhiran kehidupan merasa puas dengan kualitas pelayanan yang diterima oleh bayi mereka. Negara-negara seperti Swiss dan JPOG-CME_May-Jun'16.indd 113 Belanda mengikuti proses pengambilan keputusan terstruktur. Di Belanda, pertemuan Pengambil Keputusan Etis Medis ( MEDM )2 melibatkan dokter layanan primer, perawat neonatal, pekerja sosial dan seorang pendeta. Pertemuan ini dipimpin oleh seorang pakar etika yang mungkin dari departemen lain. Anggota yang terlibat dalam perawatan primer bayi membentuk anggota dari Tim MEDM ini. Model pengambilan keputusan Utrecht terdiri dari lima langkah : 1. Perwakilan eksplorasi dari semua anggota tim memberikan perspektif yang lebih luas. 2. Persetujuan dilema etika dan investigasi solusi. 3. Analisis berbagai skenario yang mungkin dan dampaknya terhadap bayi dan orang tua. Studi Swiss3 merumuskan tujuh langkah pendekatan untuk pengambilan keputusan etis. Pembahasan etis dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter layanan primer dan perawat yang membentuk lingkaran dalam. Lingkaran luar terdiri dari dokter, perawat, mahasiswa, dan spesialis lain. Tim ini dimoderasi oleh orang yang independen yang memiliki wawasan tentang perawatan intensif neonatal. Orang tua dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tetapi tidak dilibatkan pada saat pembahasan etis. Keputusan-keputusan yang dibuat selama pembahasan etis melibatkan: • Deskripsi informasi sosial medis dan perawatan anak. • Aspek-aspek yang berbeda pada evaluasi. • Kemungkinan skenario yang berbeda. • Keputusan. • Rencana untuk diskusi dengan orang tua. • Diskusi dengan orang tua. • Evaluasi diskusi. Keputusan yang dibuat selama pertemuan ini disampaikan oleh dokter dan perawat yang paling akrab dengan orang tua dan mereka juga dimintai pendapatnya. Jika orang tua tidak setuju dengan keputusan tersebut, maka diadakan pertemuan ulang dan orang tua menyampaikan sudut pandang mereka. Jika para pihak tidak setuju, perlu dimintai pendapat kedua. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan termasuk kepentingan terbaik bayi (masalah etika perihal mempertahankan vs. menghentikan perawatan untuk mem- 5/25/2016 5:03:35 PM CONTINUING MEDICAL EDUCATION MIMS JPOG MAY/JUN 2016 114 pertahankan hidup bayi), kesucian hidup bayi, keterlibatan orang tua, hak dan tanggung jawab dokter, dan prognosis dalam hal kualitas hidup bayi. Usia viabilitas secara hukum bervariasi di seluruh dunia. Pendekatan terstruktur ini telah memperbaiki proses pengambilan keputusan dan telah membawa kenyamanan bagi bayi dan orang tua, meningkatkan kualitas hidup mereka dan mengurangi beban perawatan intensif yang sia-sia. Organisasi Kesehatan Dunia telah menetapkan bayi yang lahir antara 22 minggu sampai 28 minggu sebagai individu yang memiliki ambang batas kelangsungan hidup walaupun di negara-negara maju angka ini bisa di bawah 26 minggu.4 Jadi batas viabilitas tetap menjadi target yang bergerak di mana batas viabilitas memungkinkan bayi untuk tetap bertahan hidup. KEPENTINGAN TERBAIK NEONATUS Keputusan etis yang melibatkan neonatus sulit ditetapkan karena adanya misinterpretasi dan tingginya subyektivitas. Prasangka dan keyakinan pribadi dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Lembaga kedokteran sebagai prinsip kepentingan terbaik ketika mereka merasa bahwa keputusan yang diambil oleh orang tua adalah tidak tepat. Orang tua harus diberikan informasi yang transparan dan jujur tentang kondisi klinis bayi untuk membantu mereka membuat keputusan atas nama anak mereka. Tapi jika dokter yang merawat merasa bahwa keputusan itu tidak masuk akal dan tidak demi kepentingan terbaik anak, maka harus dilakukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor berikut5 sebelum mempertahankan atau menghentikan pengobatan : • Akankah terapi berhasil? • Apa risiko pengobatan vs non pengobatan? • Sejauh mana rentang hidup dapat diperpanjang jika berhasil. • Nyeri atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan upaya untuk memperpanjang hidup. JPOG-CME_May-Jun'16.indd 114 Keputusan etis yang melibatkan neonatus sulit ditetapkan karena adanya misinterpretasi dan tingginya subyektivitas. • Kualitas hidup. • Dukungan yang tersedia untuk perawatan optimal ? Faktor-faktor dokter yang mempengaruhi prinsip “Kepentingan Terbaik” Studi EURONIC6 pada tahun 2000, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Pengakhiran Kehidupan terkait dokter. Penelitian ini membuat tiga kesimpulan utama : 1. Sikap dokter spesialis neonatologi Eropa bervariasi terhadap kesucian hidup vs kualitas hidup. Dokter Belanda dan Inggris memberikan nilai tertinggi pada kualitas hidup sedangkan mereka yang dari Hongaria, Baltik, Italia, Spanyol dan Jerman adalah pro-kehidupan. 2. 3. Faktor seperti adanya cacat mental daripada cacat fisik, beban untuk keluarga, perbedaan etika yang dirasakan antara mempertahankan dan menghentikan pengobatan dan eutanasia aktif tampak relevan dengan dokter-dokter di sebagian besar negara. Negara-negara dengan sikap prokehidupan memiliki nilai sikap yang lebih rendah dibandingkan negaranegara yang mengutamakan kualitas hidup. Oleh karena itu negara-negara dengan nilai sikap yang lebih tinggi juga secara signifikan terkait dengan keputusan membatasi intervensi perawatan intensif berdasarkan pada kualitas hidup. Meskipun mengendalikan variabel pembaur dalam analisis multivariat, negara asal tetap menjadi prediktor 5/25/2016 5:03:35 PM 115 MIMS JPOG MAY/JUN 2016 kuat untuk sikap dan praktek dokter, menunjukkan bahwa faktor sosial dan budaya mempengaruhi pengambilan keputusan di luar faktor khusus pada dokter atau unit kesehatan. Agama dan latar belakang tidak signifikan secara statistik dan perempuan tidak berbeda dari laki-laki dalam pengambilan keputusan setelah disesuaikan untuk posisi professional. Tapi posisi senior, pengalaman pelayanan (berpengalaman > 6tahun ) dan unit yang besar dengan jumlah tempat tidur untuk perawatan intensif yang lebih banyak secara signifikan terkait dengan keputusan pada pembatasan intervensi perawatan intensif pada bayi dengan hasil neurologis yang buruk. MENGHENTIKAN ATAU MEMPERTAHANKAN PENGOBATAN Pengakhiran kehidupan yang disengaja dianggap tidak manusiawi dan umumnya dianggap sebagai pelanggaran kewajiban untuk melindungi kehidupan seorang pasien. Kelompok kerja Nuffield Council of Bioethics menyimpulkan “bahwa pengakhiran kehidupan bayi yang baru lahir secara aktif seharusnya tidak diperbolehkan, tidak peduli seberapa serius kondisi mereka.“ CONTINUING MEDICAL EDUCATION menghentikan perawatan pada keadaan bayi baru lahir menyatakan bahwa neonatus harus mendapat manfaat dari perawatan atau kelanjutan perawatan intensif dan hal itu tidak pantas untuk dilanjutkan ketika kondisinya dianggap tidak sesuai atau pengobatan dinilai berbahaya, tidak bermanfaat atau siasia. Pedoman Belanda, perkumpulan dokter ahli neonatologi Perancis,8 akademi Pediatrik Amerika dan hipotesis Nuffield sependapat. Keputusan untuk menghentikan atau mempertahankan pengobatan dalam “situasi tidak ada kesempatan“, “situasi tanpa tujuan” atau “situasi tak tertahankan” harus menjadi keputusan bersama antara tim kesehatan dan orang tua. Diskusi ini harus dimulai sebelum anak lahir dengan antisipasi prognosis buruk. Jika memungkinkan, penyedia perawatan kebidanan juga harus terlibat dalam berkomunikasi dengan orang tua. Manajemen ruang bersalin bisa bervariasi sesuai dengan usia kehamilan bayi, kondisi saat lahir dan respons terhadap tindakan resusitasi meskipun ada rencana konseling prenatal. Jika bayi lahir tiba-tiba, maka dokter dapat menggunakan penilaian mereka untuk memulai resusitasi. Prognosis perlu dipastikan atau informasi yang lebih lengkap diperlukan untuk memandu Keputusan menghentikan atau mempertahankan pengobatan dalam “situasi tidak ada kesempatan“, “situasi tanpa tujuan” atau “situasi tak tertahankan” harus menjadi keputusan bersama antara tim kesehatan dan orang tua. Pedoman di Amerika, Perancis, dan banyak pedoman Eropa setuju terhadap eutanasia. Hukum Belanda memungkinkan eutanasia dan protokol Groningen7 ditarik pada tahun 2002 untuk eutanasia neonatal. Hal ini mendapat kritik di seluruh dunia. Pendukung protokol ini menyimpulkan bahwa lebih sedikit bayi yang dieutanasia setelah ditetapkannya protokol ini. Kebanyakan pedoman yang ada saat ini tentang mempertahankan atau JPOG-CME_May-Jun'16.indd 115 dokter dalam membuat keputusan agar tidak melakukan kesalahan dalam tindakan resusitasi. BANTUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENGAKHIRI KEHIDUPAN Berbagai organisasi di seluruh dunia telah merancang sistem untuk membantu pengambilan keputusan untuk mengakhiri kehidupan bagi tim perawatan kesehatan. Bayi dengan kelainan yang membutuhkan intervensi dapat dikelompokkan menurut keparahan sesuai modifikasi Rickham9 dan ini bisa membantu tim kesehatan sementara membuat keputusan yang sulit : • Fetus atau neonatus yang mungkin akan benar-benar disembuhkan dengan operasi (contoh : atresia esofagus -fistula trakeo-esophagus). • Neonatus yang, setelah pengobatan, akan menjadi cacat tapi dapat bertahan untuk menjalani hidup relatif normal (contoh : atresia anorektal tinggi). • Fetus atau bayi yang, setelah perawatan, akan menjadi sangat cacat (meningomielokel). • Neonatus dalam kelompok 1 sampai 3 yang juga memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal namun dapat dilatih sampai titik tertentu (contoh : atresia duodenum dan sindroma Down). • Neonatus mirip dengan kelompok 4 tetapi terpengaruh secara mental (misalnya : hernia diafragma dan kerusakan otak yang parah). • Malformasi yang tidak memungkinkan untuk hidup (misalnya : anensefali). Pada kelompok 1 dan 2, kehamilan harus dipertahankan, dan jika neonatus lahir, ia akan membutuhkan perawatan yang lengkap. Pada kelompok 3 dan 4, selama fase awal kehamilan, orang tua bisa memutuskan penghentian kehamilan setelah konsultasi yang rinci dan berulang. Namun, jika kehamilan diteruskan, maka neonatus berhak mendapatkan pengobatan. Pada kelompok 5 dan 6, diindikasikan penghentian kehamilan, tapi setelah lahir pengobatan dibenarkan hanya atas keinginan yang kuat dari orang tua. Asosiasi Kedokteran Perinatal Inggris (2010) mengkategorikan bayi yang perawatannya mungkin dipertahankan atau dihentikan ke dalam lima kategori:10 • Kategori 1 : Sebuah diagnosis antenatal atau postnatal dari kondisi yang tidak kompatibel dengan 5/25/2016 5:03:35 PM CONTINUING MEDICAL EDUCATION kelangsungan hidup jangka panjang, misalnya. agenesis ginjal bilateral atau anensefali. • Kategori 2 : Sebuah diagnosis antenatal atau postnatal dari kondisi yang membawa risiko tinggi morbiditas yang signifikan atau kematian, misalnya, hidronefrosis bilateral parah dan gangguan fungsi ginjal. • Kategori 3 : Bayi yang lahir pada batas viabilitas, di mana perawatan intensif dianggap tidak layak untuk dilakukan. • Kategori 4 : Kondisi klinis dengan risiko tinggi terjadi kelainan yang berat dan bilamana bayi sedang menggunakan atau mungkin beberapa kali perlu menggunakan peralatan bantuan hidup dasar, misalnya ensefalopati iskemik hipoksik berat. • Kategori 5 : Kondisi postnatal yang mengakibatkan bayi mengalami “penderitaan tak tertahankan“ selama perjalanan penyakit atau pengobatannya, misalnya, enterokolitis nekrotikans berat, dimana perawatan paliatif adalah hal yang terbaik untuk bayi. Pedoman dari Program Resusitasi Neonatal (NRP)11 menyatakan bahwa keputusan untuk tidak memberikan resusitasi dapat diambil jika kondisi berikut dipenuhi : • Berat lahir < 400g atau kehamilan kurang dari 24 minggu. • Anensefali. • Malformasi letal atau gangguan genetik. • Data lokal yang ada menunjukkan tingginya kemungkinan kematian atau kecacatan yang parah. NRP juga menyediakan pedoman tentang kapan harus menghentikan resusitasi, yaitu, 10 menit asistol setelah resusitasi terus-menerus atau jika dokter merasa upaya yang dilakukan siasia atau tidak memberikan manfaat terbaik terhadap bayi. Keputusan untuk meneruskan resusitasi tergantung pada faktor-faktor seperti : • Penyebab yang mendasari terjadinya penghentian kardiopulmonal. • Usia kehamilan, ko-morbiditas. JPOG-CME_May-Jun'16.indd 116 MIMS JPOG MAY/JUN 2016 116 Keterlibatan orang tua sangat penting dalam mengambil keputusan besar yang bisa mengubah nasib bayi, menurut pedoman dari Kementerian Kesehatan Singapura. • Perasaan orangtua pada penerimaan morbiditas. • Peran hipotermia terapeutik. KOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA Dalam sebuah studi oleh JC Partridge dkk di tujuh negara Rim Pasifik, hanya sedikit (0 sampai 5%) dari orang tua merasa bahwa mereka sendiri yang membuat keputusan. Di sebagian besar tempat, prosedur pengambilan keputusan bersama merupakan prosedur yang berlaku, kecuali di Melbourne di mana 74% dari orang tua merasa bahwa dokter yang memutuskan sendiri. Keterlibatan orang tua sangat penting dalam keputusan besar yang bisa mengubah nasib bayi, menurut pedoman dari Kementerian Kesehatan Singapura tentang pengobatan medis pada bayi yang beresiko tinggi.12 Orang tua memikul tanggung jawab moral untuk kesejahteraan bayi mereka dan harus menjadi wakil mereka. Annie Javier dkk dari Montreal,13 Kanada menyarankan penggunaan singkatan ‘SOBPIE’ ( S- Situation / Situasi , O- Opinions and Options / Opini dan Opsi, B – Basic human interactions / Interaksi dasar manusia, P – Parents / Orang tua, I- Information / Informasi, EEmotions / Emosi) untuk meningkatkan komunikasi antara orang tua dan tim kesehatan . Hal ini untuk mengadakan pendekatan pribadi dan individualistis dengan keluarga. Situasi dapat bervariasi dari mempertahankan sampai menghentikan pengobatan atau mungkin bayi dalam kondisi sekarat. Komunikasi bervariasi dalam situasi ini. Pendapat dan pilihan diberikan kepada orang tua untuk membantu mereka membuat keputusan. 5/25/2016 5:03:36 PM 117 CONTINUING MEDICAL EDUCATION MIMS JPOG MAY/JUN 2016 belakang pendidikan, persepsi anak dan kepuasan orang tua. • Dukungan sosial. • Sistim pendidikan, sistim kesehatan masyarakat dan lingkungan kerja. CARA MENGHADAPI BAYI YANG SEDANG SEKARAT Pengaturan harus ada untuk melanjutkan dukungan kepada keluarga yang berduka. Sopan santun dasar dalam bentuk pengenalan diri, percakapan yang tidak terganggu, bahasa yang sesuai ketika berbicara tentang bayi, menyediakan tempat yang tepat, memperbolehkan kehadiran perawat bayi, mengizinkan kehadiran orang ketiga atas permintaan orang tua (misalnya, kerabat dekat / orang yang religius), menjelaskan peran Anda dalam manajemen bayi, dalam posisi duduk saat percakapan yang sulit dan toleransi keheningan akan memastikan bahwa komunikasinya efektif dan empatik. Orang tua memiliki perspektif dan kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Profesional kesehatan perlu peka terhadap kebutuhan mereka dan memberikan informasi yang diperlukan daripada menggabungkan praduga mereka sendiri. Keputusan yang sulit JPOG-CME_May-Jun'16.indd 117 dapat diambil dengan cara berbagi dengan melibatkan tim kesehatan. Informasi harus bersifat pribadi dan seimbang. Informasi yang tersedia pada intervensi tergantung pada cara penyampaian. Orang tua dapat menerima jika disampaikan dengan cara yang positif dan bukan dengan cara negatif (misalnya kematian dan cacat) dengan proporsi hasil yang sama persis. Emosi memainkan peran dalam membuat keputusan dan pernyataan cinta orang tua kepada bayi mereka akan memberikan kenyamanan kepada mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan adaptasi dari orang tua meliputi : • Apakah perubahan kondisi ini dapat diterima? • Faktor intrinsik seperti faktor psikologis, status sosial ekonomi, latar Orang tua dari bayi yang sekarat dalam waktu dekat perlu diberikan dukungan yang baik. Langkah-langkah berikut membantu memberikan kenyamanan dan rasa peduli kepada bayi yang dicintai: • Menawarkan orang tua untuk memegang bayi mereka • Mengheningkan semua peralatan sebelum dilepas dari tubuh bayi • Bungkus bayi dalam selimut yang bersih • Mempersiapkan mental orang tua terhadap sesuatu yang mereka akan lihat, dengar dan rasakan ketika mereka memegang bayi termasuk bagian cacat bawaan yang tampak jelas • Mengarahkan perhatian orangtua ke fitur yang mengesankan di luar anomali • Kotak memori untuk menikmati kenangan akan bayi mereka yang tercinta • Berikan waktu pribadi bagi orangtua bersama bayi tetapi sebentarsebentar periksa kondisi bayi • Minimalkan kebisingan, ciptakan ruang yang tenang bagi orang tua untuk berduka • Bersikap fleksibel terhadap keinginan keluarga pasien berdasarkan agama dan budaya mereka • Siap menerima berbagai cara keluarga dalam mengungkapkan rasa duka DUKUNGAN KEPADA ORANG TUA YANG BERDUKA DAN ANGGOTA STAF YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI TIM PERAWAT5 Pengaturan harus ada untuk melanjutkan dukungan kepada keluarga yang berduka. Rincian kontak dari dokter yang hadir harus diberikan kepada keluarga jikalau mereka memerlukan klarifikasi. 5/25/2016 5:03:37 PM CONTINUING MEDICAL EDUCATION Dukungan kepada anggota staf di unit ini merupakan aspek lain dari berurusan dengan keputusan yang sulit di NICU. MIMS JPOG MAY/JUN 2016 penting peran dalam situasi Pengakhiran Kehidupan. Keputusan ini kompleks, sulit dan mencakup proses pengambilan keputusan bersama. Pertemuan tim multi–disiplin yang terdiri dari profesional kesehatan dan anggota keluarga akan membantu dalam proses pengambilan keputusan bersama ini. Konflik dapat diatasi dengan dialog yang berkesinambungan dan harus ada jaminan bahwa perawatan akan tetap tidak berubah sementara menunggu hasil dialog. Pendapat kedua dapat diperoleh dari anggota senior dari tim kesehatan atau lembaga lain. Dapat dilakukan pendekatan dengan komite etik klinis di Rumah Sakit untuk memperoleh saran bila ada kebuntuan dalam proses dialog. Staf rumah sakit harus mendapat pelatihan dalam perawatan paliatif dan komunikasi sensitif dengan orang tua. Dukungan psikologis harus ditawarkan kepada kedua orang tua dan staf yang merawat bayi. Sesi pengarahan bagi staf yang terlibat harus diselenggarakan oleh anggota senior tim perawatan kesehatan setelah keputusan Pengakhiran Kehidupan dilakukan untuk membantu mereka mengatasi lebih baik. Pertanyaan tentang perawatan obstetrik harus diarahkan ke dokter yang bersangkutan. Janji untuk mendiskusikan setiap hasil yang signifikan harus diberikan dan rincian kontak dari kelompok pendukung perinatal jika ada di wilayah tersebut akan bermanfaat. Beberapa keluarga tidak suka dihubungi oleh rumah sakit dan keinginan mereka harus dihormati. Perlu dijaga untuk menghindari komunikasi yang tidak perlu (misalnya, survei jaminan kualitas) sampai ke keluarga ini. Dukungan kepada anggota staf (dokter, perawat, staf rekanan kesehatan) di unit ini merupakan aspek lain dari berurusan dengan keputusan yang sulit di NICU. Kemarahan, rasa bersalah dan kesedihan mungkin mempengaruhi staf yang menangani bayi-bayi ini. Tanya jawab dan diskusi secara profesional, suportif dan tidak menghakimi adalah berguna. Spekulasi harus dihindari. Pertanyaan tentang keputusan perawatan harus diangkat hanya dalam sesi pratinjau rekan (peer review) yang berkualitas berdasarkan kebijaksanaan rumah sakit. penting dalam perawatan neonatus dan anak-anak yang dirawat di NICU. Mereka menjembatani kesenjangan antara personil medis dan anggota keluarga. Pekerja sosial membentuk bagian yang tak terpisahkan dari konferensi multi-disipliner dan membantu orang tua dengan keputusan pengakhiran kehidupan. Mereka menyediakan dukungan emosional dan sosial dan menilai kebutuhan finansial keluarga, jika ada, dalam merawat anak di NICU. Pekerja sosial memberikan dukungan kesedihan dan rasa berkabung bagi keluargakeluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai dan mengatur keluarga ini untuk berinteraksi dengan kelompok pendukung. Pekerja sosial medis memberikan konseling kepada staf yang terlibat dalam perawatan neonatus, membantu mereka mengatasi situasi seperti itu. Mereka memberikan tanggapan dan bantuan dalam meningkatkan pelayanan dari persaudaraan medis melalui pemahaman mereka tentang kebutuhan dan latar belakang keluarga.14 Peran Pekerja Sosial Medis KESIMPULAN Pekerja sosial medis memainkan peran Perawatan paliatif neonatal memainkan Dr Sridhar Arunachalam adalah Konsultan Asosiasi di Departemen Neonatal dan Kedokteran Perkembangan, Rumah Sakit Umum Singapura, Singapura. Guru Besar tamu Daisy Chan adalah Kepala Dinas dan Konsultan Senior pada Departemen Neonatal dan Kedokteran Perkembangan, Rumah Sakit Umum Singapura, Singapura. DAFTAR PUSTAKA attitude and relationship, self-reported practices in 10 European countries, EURONIC STUDY group JAMA 2000; 284:2451–2459. 7. Verhagen E, Sauer PJ (March 2005). “The Groningen protocol--euthanasia in severely ill newborns”. N. Engl. J. Med. 352 (10): 959–962. 8. C. Dageville P. Bétrémieux F. Gold U. Simeoni for the Working Group on Ethical Issues in Perinatology, The French Society of Neonatology’s Proposals for Neonatal End-of-Life Decision-Making, Neonatology 2011;100:206–214. 9. Andrew B. Pinter, End-of-life decision before and after birth: changing ethical considerations, Journal of Pediatric Surgery (2008) 43, 430–436. 10. A Mancini, S Uthaya, C Beardsley, D Wood and N Modi, Practical guidance for the management of palliative care on neonatal units, 1st Edition, February 2014. 11. Critical care decisions in foetal and neonatal medicine: ethical issues, a guide to the Nuffield council of bioethics Report 2007, www. nuffieldbioethics.org. 12. Tu Anh Pham Nguyen, Lai Yun Ho, Review on Neonatal End-of-life Decision-making: Medical Authority or Parental Autonomy? Proceedings of Singapore Healthcare, Volume 22;Number 2:2013. 13. Janvier, A., Barrington, K., Farlow, B. Communication with parents concerning withholding or withdrawing of life sustaining interventions in neonatology. Semin Perinatol. 2014; 38:39–47. 14. Kelly Nicole Michelson, MD, MPH, Endof-life care decisions in the pediatric intensive care unit: roles professionals play, Pediatr Crit Care Med. 2013 Jan; 14(1): e34–e44. 1. Leslie L. Harris and Caryn Douma, Endof-life Care in the NICU: A Family-centred Approach, NeoReviews 2010;11;e194. 2. Jacoba (Coby) de Boer et al. Implementing structured, multi-professional medical ethical decision-making in a neonatal intensive care unit, J Med Ethics 2012; 38:596–601. 3. R. Baumann-Hoelzle et al. A framework for ethical decision making in neonatal intensive care, Acta Pædiatrica, 2005; 94: 1777–1783. 4. L Y Ho, Perinatal care at the threshold of viability – from principles to practice, Ann Acad Med Singapore 2003; 32:362–375. 5. Neonatal resuscitation textbook 2011, 6th edition, American heart association; chapter 9; Ethics and end of life care: 283-298. 6. Neonatal end of life decision making, Physician’s JPOG-CME_May-Jun'16.indd 118 118 Tentang Penulis 5/25/2016 5:03:37 PM