REVIVALISME ISLAM DI TURKI: STUDI KASUS KEMENANGAN ADALET VE KALKINMA PARTISI (AKP) DI PEMILIHAN UMUM 2002 Wanda Ayu A Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengaruh revivalisme Islam yang muncul di Turki dengan kemenangan AKP dalam pemilu 2002. Dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika politik di Turki semenjak periode kekhalifahan Turki Usmani hingga era pasca Mustafa Kemal menunjukkan bahwa sekularisme gagal menggeser ideologi dan tradisi Islam yang telah lama mengakar dalam masyarakat Turki, sehingga revivalisme Islam akhirnya muncul sebagai alternatif perubahan . Salah satu indikasi terjadinya revivalisme Islam adalah diterimanya Islam dalam dunia perpolitikan Turki dengan menangnya partai-partai Islam dalam pemilihan umum di Turki, seperti Partai Refah di pemilu 1995 dan AKP di pemilihan umum 2002. Revivalisme Islam yang terjadi ini juga menyebabkan mayoritas masyarakat Turki menginginkan pemimpin yang berkarakter relijius namun juga moderat, yang pada akhirnya hal ini menjelaskan alasan kemenangan AKP di pemilu 2002 karena AKP memiliki citra sebagai sebuah partai Islam yang moderat. Abstract The objective of this research is to analyze relations between Islam revivalism emerged in Turkey and AKP victory in 2002 elections. With analytic-descriptive qualitative method, this research found that in the Post Mustafa-Kemal period, secularism failed to shift ideology and Islamic tradition rooted in Turkey society, so that Islamic revivalism emerged again as an alternative change. One of the indicator or Islamic revivalism is its prominent existence in domestic politics, shown by triumph of Islamic parties in Turkey elections like Refah Party in 1995 and AKP in 2002. The current Islamic revivalism lead majority of Turkey people to vote for leader with religious character but also moderate, which explained the reasons of AKP in elections 2002 because AKP has the image of moderate Islamic party. Keywords: AKP, Revivalism of Islam, Election Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 Pendahul uan Turki adalah negara dengan posisi geografis yang sangat strategis dan unik karena berada di antara dua benua. Luas wilayahnya 97% (790.200 km persegi) terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km persegi) terletak di benua Eropa dengan jumlah penduduk 99% beragama Islam. (Ali, 1994: 16) Uniknya, walaupun 99% penduduknya beragama Islam, Turki bukanlah negara yang secara formal menyatakan diri sebagai sebuah negara Islam, namun menyatakan diri sebagai sebuah republik. Sebagai sebuah negara, Turki memiliki sejarah latar belakang yang panjang sampai terbentuknya negara republik Turki yang dikenal sekarang ini. Dunia Islam pernah mengenal Turki sebagai sebuah negara muslim yang masih mempertahankan kepemimp inan negaranya dalam bentuk kekhalifahan, yaitu sebuah bentuk pemerintahan yang berlandaskan Islam sebagai asas dasarnya. Era kekhalifahan di Turki in i d ikenal dengan era Turki Us mani. Runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani memunculkan satu tokoh karismat ik berlatar belakang militer yaitu Mustafa Kemal Pasha. Mustafa Kemal Pasha saat itu dianggap sebagai pahlawan karena usahanya membentuk Dewan Agung Nasional dan menjaga perdamaian di Turki pasca perang dunia I. Pada tanggal 1 November 1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan kekhalifahan, lalu pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai presiden republik Turki yang pertama serta Is met Inönü sebagai perdana menterinya. (Zurcher, 2004: 229) Pemerintahan Mustafa Kemal membawa perubahan besar-besaran dalam segala aspek kehidupan masyarakat Turki. Ideologi Mustafa Kemal, atau yang lebih dikenal dengan Kemalisme, memiliki prinsip-prinsip dasar yang dicantumkan dalam program partainya pada tahun 1931. Kemalis me dimanfaat kan sebagai alat utama dalam pembinaan indentitas nasional yang baru dengan tujuan untuk mengambil alih kedudukan agama di Turki saat itu. Adapun reformasi secara besar-besar dilakukan oleh Mustafa Kemal pada tiga bidang utama yaitu: pemerintahan, pendidikan dan sosial budaya. Pengaruh kebijakan-kebijakan Mustafa Kemal, pada akhirnya mengubah posisi Islam di Turki, bila sebelumnya posisi Islam berperan total dalam keh idupan bermasyarakat dan kehidupan privasi masyarakat, maka pada era Mustafa Kemal dan sesudahnya, posisi Islam menjad i lebih minim bahkan ditekan sampai hanya terletak pada posisi kehidupan individu semata. Pasca era Mustafa Kemal, ket ika terjadi peralihan Turki ke sistem mu lti-partai pada tahun 1946, militer tetap dominan men jaga sistem polit ik demokrasi ala barat yang mengakibatkan setiap terjadi kemenangan partai politik yang berbasis Islam di Turki pasti akan selalu diikuti dengan upaya kudeta dan pembubaran partai politik oleh militer. Dalam perkembangannya, setelah era multi partai pada tahun 1946 dunia perpolitikan Turki mu lai banyak mengalami dinamika terutama dalam hal kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah. Setelah era mult i partai berlangsung banyak kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintahan saat itu yang dianggap oleh militer memicu munculnya semangat keislaman kembali d i masyarakat, seperti pengizinan pembacaan tilawah AlQuran dan diku mandangkannya adzan. Hal-hal ini dianggap memicu munculnya revivalis me Islam di masyarakat o leh militer. Revivalis me Islam sendiri dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kebangkitan nilai-n ilai Islam di masyarakat secara luas, tidak hanya secara politik, namun juga secara budaya dan social Kemenangan AKP pada pemilu 2002 telah men jadi suatu peristiwa yang bersejarah dalam kehidupan perpolitikan Turki, karena sebagai sebuah partai baru yang belum genap setahun telah berhasil memenangkan pemilu Turki yang dikenal ketat sehingga mereka tidak perlu membentuk koalisi. Sementara itu, pada periode pemilu ini kubu nasional sekularis banyak menghembuskan kabar bahwa AKP mempunyai hidden agenda dibalik program-program partainya dengan tujuan untuk menyingkirkan nilai-n ilai sekularis me di Turki yang telah lama ada. Uniknya, dengan segala kondisi ini justru AKP mencapai kemenangan dengan gemilang pada pemilu 2002. Kemenangan ini tidak lepas dari strategi partai ini yang secara resmi tidak mau mengidentifikasi diri mereka dengan label partai Islam, melain kan dengan label ―demokratis konservatif‖. Program-program yang ditawarkan sendiri tidak menempatkan isu agama sebagai porsi utama, justru yang ditekankan adalah isu-isu clean government, perbaikan ekonomi, dan pemberantasan korupsi. Masalah yang kemudian men jadi perhatian dalam penelit ian in i berkaitan dengan kondisi internal negara Turki sendiri ket ika pemilu 2002 berlangsung. Di dalam negeri Turki sendiri tampaknya muncul sebuah kesadaran nilainilai Islam dalam tahun-tahun terakhir ini, yang bisa dilihat dari tingkat popularitas partai-partai Islam dalam pemilu-pemilu sebelu mnya, juga dari kehidupan masyarakat yang semakin relijius yang didorong oleh perangkat kebijaksanaan pemerintah terutama setelah era mult i partai berlangs ung di Turki. Kebangkitan nilai-n ilai Islam ini pada akhirnya menyebabkan masyarakat dapat menerima Islam sebagai salah satu mesin politik di Turki, Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 Islam tidak lagi dih indari sebagai salah satu unsur politik. Oleh karena kondisi yang telah digambarkan diatas, menarik kiranya untuk mengangkat masalah ini dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah pengaruh revivalisme Islam yang muncul di Turki dalam kemenangan AKP dalam pemilu 2002? Perkembangan Sekularisme di Turki Pada puncak kejayaannya, wilayah kekhalifahan Turki Us mani membentang di tiga benua: Asia, Eropa, dan Afrika. Wilayah itu meliputi Hongaria h ingga Laut Kaspia, dari Rusia selatan hingga Afrika utara. Meski ke khalifahan ini d ipegang oleh umat Islam, namun mereka tidak memaksakan agama mereka kepada penganut agama lain. Luasnya wilayah dan kondusifnya iklim dalam negeri Turki Us mani pada saat itu menyebabkan kekhalifahan Us mani dianggap sebagai sosok yang ''menakutkan'' sekaligus pesaing bagi negeri-negeri Eropa. Namun puncak kejayaan ini kemudian men jadi anti klimaks. Perlahan tapi pasti, kekuasaan kekhalifahan semakin memudar sejak abad ke-17. Tonggak kemunduran pertama terjad i pada 1683, ket ika di bawah ke khalifahan Turki Ust mani, pasukan Turki gagal mencapai tembok Wina dan ternyata kegagalan itu adalah awal mu la dari serentetan kegagalan Turki Us mani lainnya sehingga kekhalifahan Turki Usman i men jadi buruan berbagai kekuatan Eropa lainnya, terutama Inggris, Prancis, dan Rusia. (Nasution, 1981: 212) Kekalahan-kekalahan beruntun ini mendorong sultan-sultan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mu lai memperhatikan kemajuan Eropa, terutama kemajuan di Perancis, sebagai negara yang terkemuka d i waktu itu. Eropa mulai mempunyai arti penting bagi pemuka -pemu ka Us mani. Orangorang Eropa yang selama in i dipandang sebagai kafir dan rendah, mulai dihargai. Duta-duta pun mu lai dikirim ke Eropa untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat sehingga Sultan Ahmad III akhirnya memu lai era pembaruan (tanzimat) di era Turki Us mani. Pembaruan-pembaruan yang dilancarkan Kerajaan Usmani yang semula terbatas pada bidang militer dan biro krasi, selain memunculkan suatu ideologi pembaruan yang berorientasi modernis, juga memunculkan lap isan sosial baru, yang secara sederhana sering disebut sebagai kelo mpok westernis, yang mempunyai komit men atau orientasi ―membaratkan‖ berbagai sistem dan kelembagaan masyarakat muslim. Dengan demikian, mereka menggelindingkan bola pembaharuan melewati batas -batas yang dapat diterima ulama dan kalangan Islamis lainnya. Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk sekularis me dalam era kehalifahan Turki Us mani memang belu m menemukan bentuk dan definisi yang jelas, namun cikal-bakal pemikiran sekularisme sudah muncul dengan adanya era pembaharuan (tanzimat) yang dilaku kan oleh sultan Ahmed II yang berkib lat pada barat yang memicu masuknya pemikiran-pemikiran nasionalisme serta liberalisme ke masyarakat Turki Usmani, terutama kepada kalangan elit dan muda Turki Usmani. Bentuk pemikiran in i semakin berkembang karena kondisi ekonomi politik Turki Usmani pada saat itu yang memang sedang mengalami kemunduran sehingga dorongan serta keinginan masyarakat untuk adanya perubahan di tubuh pemerintahan Turki Usman i tidak dapat dihindarkan. Sekularis me d i Turki mendapat bentuk nyatanya dan mencapai puncak di Turki ketika era pemerintahan Mustafa Kemal berlangsung. Jenderal angkatan darat yang naik ke tampuk kekuasaan kala berusia 37 tahun itu mengumpulkan tentara Turki dan akhirnya mengusir tentara pendudukan. Dikarenakan usahanya ini, maka Mustafa Kemal pada saat itu dianggap pahlawan. Lalu setelah berhasil menjadi presiden pertama Turki dan menggulingkan kesultanan Mustafa Kemal lalu memberlaku kan hukum baru yang berasal dari barat dan filosofi baru dalam pemerintahan. Proses ''pembaratan'' (westernisasi) Turki ini kemudian d ipandang sebagai proses modernisasi dan reformasi d i Turki yang paling ekstrem karena pero mbakan yang dilakukan o leh Mustafa Kemal meliputi seluruh spektrum kehidupan Turki pada saat itu. Sejak diterapkannya sekularisme begitu banyak aturan yang berbenturan dengan nilai-nilai Islam. M isalnya aturan yang melarang diku mandangkannya azan dengan bahasa Arab. Peraturan in i jelas menyakiti dan menyinggung perasaan umat Islam. Pada saat dikeluarkannya peraturan ini rakyat tidak mampu menentang secara langsung karena pemerintahan Mustafa Kemal yang didukung militer t idak segan-segan menggunakan ancaman dan kekuatan senjata. Mustafa Kemal mengira dengan kekuatan senjata dan ancaman dia mampu memaksakan kehendaknya. tetapi kenyataannya justru sebaliknya, tindakannya tersebut menimbulkan sikap antipati dari rakyat. Setiap akan melaksanakan salat mereka tetap mengu mandangkan azan dalam bahasa Arab secara diam-diam.( Berkes, 1964 : 28) Gerakan sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938. Kondisi ini membu ka jalan bagi terbentuknya partai –partai yang lebih bersifat terbuka terhadap posisi agama Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 di Turki. Banyak kebijakan-kebijakan partai-partai ini yang juga mengakomodir fungsi Islam di masyarakat, seperti pengizinan diku mandangkannya adzan serta tilawatil AlQuran di radio. Keb ijakan-kebijakan in i pada akhirnya berdampak pada kehidupan masyarakat Turki yang semakin religius dan munculnya nilai-n ilai Islam kembali di masyarakat Turki. Jadi dapat dikatakan bahwa kebangkitan nilai-n ilai Islam dimu lai dalam era sistem mu lti partai ini. Kronologis perkembangan sekularisme dapat dilihat pada tabel dibawah in i: Tabel 2.1. Peri odesasi Perkembangan Sekularisme di Turki 1919- 1946 1919-1920 Perang Kemerdekaan disertai dengan diadakannya perjanjian Sevres. Kedaulatan dikembalikan ke tangan rakyat oleh Dewan Agung Nasional 1922 – 1923 Jatuhnya kekhalifahan T urki Usmani serta terpilihnya Mustafa Kemal sebagai presiden T urki yang pertama. T urki menjadi negara republik 1924- 1926 Kekhalifahan dihapuskan dari T urki secara konstitusi serta pemberlakuan sistem sipil sebagai pengganti sistem hukum Islam yang diterapkan sebelumnya 1927 – 1928 Sekularisasi pertama kali diperkenalkan ke publik oleh Mustafa Kemal melalui pidatonya di Nutuk serta penggantian huruf Arab ke dalam alfabet Latin 1937 Republik T urki menjadi negara sekular oleh konstitusi amandemen 1938 Terpilihnya Ismet Inönü sebagai presiden kedua pengganti Mustafa Kemal yang dilakukan secara aklamasi. Ismet Inönü dikenal sebagai salah satu tangan kanan Mustafa Kemal di militer 1941 Dilarangnya dikumandangkan 1946 Dimulainya era muti partai di T urki adzan untuk Sumber: diolah dari berbagai sumber SEJ ARAH REVIVALIS ME IS LAM DI TURKI Islam pernah menjadi sebuah sistem yang mencakup keseluruhan sendi-sendi kehidupan di Turki, baik dalam keh idupan bernegara ataupun bermasyarakat, yaitu pada era Usmani. Karakteristik masyarakat Usmani tradisional adalah asosiasi yang erat antara sistem keagamaan dengan sistem sosial politik. Penegasan Islam atas penggabungan agama dan masyarakat terjad i secara nyata dalam struktur sosial dan organisasi politik Kerajaan Us mani. Penggabungan fungsi ganda sebagai penguasa temporal sekaligus pemimp in spiritual, sultan-khalifah menyimbolkan cita-cita Islam tentang sebuah komunitas polit ik berdasarkan legitimasi agama. Cita -cita ini dimasukkan ke dalam doktrin polit ik melalui konsep din wa daulah Utsmani, yakni penyatuan agama dan negara. Dalam masyarakat trad isional Turki, agama memiliki fungsi sosial dan politis. Rezim Mustafa Kemal benar-benar hampir menghapuskan jejak-jejak Islam secara fisik di Turki, namun walau dengan semua usaha tersebut, sebenarnya sekularis me hanya sukses di lapisan kau m perkotaan semata. (Ali, 1994: 16) Kehidupan masyarakat desa dan pedalaman yang men jadi mayoritas masyarakat Turki, t idak terlalu terpengaruh. Pengaruh para imam sendiri masih tetap kuat diantara umat Isla m di Turki, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting di dalam memelihara dan memperkokoh perhatian yang murn i pada prinsip dan amalan Islam dikalangan rakyat. Semangat dan kebanggaan rakyat Turki terhadap kejayaan masa lalu senantiasa terpatri dalam jiwa mereka. Meskipun sejak tahun 1937 secara resmi Turki dipro klamirkan sebagai negara sekuler, namun keinginan untuk mengembalikan kejayaan Islam di bu mi Turki masih tetap berkobar. Hal ini terbukt i dengan konsep pemerintahan Islam yang senantiasa menjadi tema perbincangan di kalangan aktiv is gerakan Islam Turki dan menjadi alat kampanye partai-partai politik setelah era multi partai berlangsung. Kebangkitan nilai-nilai Islam mu lai tampak nyata ditengah semenjak tahun 1950an dimana pada tahun tersebut Mustafa Kemal men inggal dan dimulailah era mu lti partai d i Turki. Banyak keb ijakan partai-partai d i era in i yang memungkinkan munculnya nilai-n ilai Islam kembali d i masyarakat serta bersifat lebih terbuka. Perkembangan sekularisme yang mengalami perkembangan dan mencapai puncaknya pada masa Mustafa Kemal mengalami perubahan ketika era mult i partai d imu lai pada tahun 1946. Ket ika era mult i partai dimulai, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh partaipartai yang berkuasa bersifat lebih terbuka kepada keberadaan agama di masyarakat. Agama yang tadinya ditekan sampai hanya ke tingkat individu mu lai mengalami perubahan dengan kebijakankebijakan seperti pengizinan tilawatil A lQuran, diku mandangkannya adzan dan kebijakankebijakan lain yang mendukung bangkitnya nilainilai Islam di masyarakat. Dilihat dari kronologi peranan Islam dari masa Turki Us mani sampai kepada masa pasca Mustafa Kemal dita dapat menyimpulkan bahwa revivalisme Islam yang terjadi di Turki terutama didorong masalah identitas dan kebijakankebijakan yang bersifat lebih terbuka di masa era Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 mu lti partai yang memungkinkannya munculnya nilai-n ilai Islam di masyarakat setelah mendapatkan penekanan yang cukup kuat di masa Mustafa Kemal. Sekularis me eks trem yang dijalankan pada masa Mustafa Kemal pada akhirnya membawa akibat-akibat yang dekstruktif dalam masyarakat-masyarakat Muslim yang menyebabkan krisis legit imasi di dalam sistemsistem polit ik berorientasi s ekuler yang berdampak pada mulai tidak percayanya masyarakat dengan konsep sekularis me yang pada akhirnya tidak membawa perbaikan bagi ekonomi politik di masyarakat, karena tidak membawa perbaikan, yang ada malah menimbu lkan ket idakstabilan politik secara terus menerus yang ditandai dengan jatuh bangunnya pemerintahan oleh militer pada era mult ipartai. Negara sekuler adalah negara yang memisahkan antara agama dengan urusan negaranya. Dasar yang dipakai dalam sekularisme oleh negara sekuler adalah kenyataan bahwa kehidupan beragama adalah wilayah privat, yang tidak perlu dicampuri oleh negara. Sebaliknya, negara pun juga tidak boleh dicampuri oleh urusan agama. Landasan ini mengakibatkan negara sekuler tidak menjad ikan agama sebagai sumber mo ral dan landasan nilai dalam keh idupan bernegaranya, namun mengamb il sumber lain d iluar agama sebagai sumber mo ral dan landasan nilai. Negara sekuler juga tidak banyak memberikan perhatian terhadap urusan agama di dalam negerinya. 1 Turki secara tegas menyebut dirinya sebagai negara sekuler. UUD Turki pasal 1 menegaskan, Turki adalah negara (1) Republik, (2) Nasionalis, (3) Kerakyatan, (4) Kenegaraan, (5) Sekularis, (6) Revolusioneris. Karena itulah, hal- hal yang dianggap membahayakan prinsip sekuler akan diserang. (Husaini,Hidayat, 2002 : 34) Dari pengertian sekularisme, sekularisasi, serta negara sekuler diatas kita dapat melihat bahwa sebenarnya pada proses awal mu lai munculnya era tanzimat di akh ir-akh ir kekhalifahan adalah suatu bentuk proses sekularisasi yang kemudian berkembang menjadi bentuk sekularisme pada masa Mustafa Kemal. Namun, yang patut digarisbawahi adalah sekularisme yang diterapkan di Turki bukanlah suatu bentuk sekularis me yang sesuai dengan apa yang menjadi esensi dari sekularis me itu sendiri. Di Turki, urusan negara memang telah dipisahkan dari agama. Kekhalifahan Islam, yang pernah membawa Turki ke puncak peradaban dunia itupun telah dihapuskan dan diganti dengan sistem republik. Namun di Turki, negara berperan sebagai pihak yang melarang dan men jaga agar agama hanya berlaku di tingkatan individu semata, seperti kebijakan pelarangan anggota keluarga pejabat negara yang perempuan untuk memakai jilbab, pemaksaan pemakaian pemakaian topi di era Mustafa Kemal, pengkudetaan rezim yang berkuasa oleh militer bila dicurigai bertentangan dengan nilai seku larisme, serta pelarangan azan dalam bahasa Arab. Kebijakan-kebijakan ini sebenarnya bertentangan dengan esensi sekularis me sendiri yang telah diterangkan sebelumnya. Kegerahan terhadap sistem seperti ini akhirnya menimbu lkan kesadaran akan pentingnya peranan agama di masyarakat sehingga akhirnya kesadaran ini tu mbuh menjadi suatu gerakan Islam, baik di bidang sosial maupun politik. Islam dijadikan sebagai sebuah ideologi alternatif yang dianggap dapat memenuhi kekecewaan yang melanda dunia perpolit ikan dan ekono mi Turki. Kecenderungan Islam sebagai ideologi alternatif pun bisa dilihat dari kecenderungan peningkatan suara partai Islam di pemilu-pemilu di Turki yang bisa dilihat dari bagan dibawah ini: Gambar 3.1 Perolehan Suara Partai Islam Di Pemilu Turki Sumber: dio lah dari data-data yang diperoleh dari laman res mi ko misi pemilihan umu m Turki http://www.belgenet.net/ayrinti.php?yil_id=14 Bangkitnya nilai-nilai Islam ini berdampak pada diterimanya Islam ke polit ik seperti yang terjadi dengan partai Refah yang memenangkan pemilihan umu m Turki pada tahun 1995. Setelah partai Refah bubar, Fazilet Partisi dan AKP juga mengikuti jejak partai Refah dengan ideologi Islamnya namun mereka mengalami perubahan dalam bagaimana mereka ―membungkus‖ ideologi Islam ini ke masyarakat. AKP Sebagai Partai Islam Adelet ve Kankilma Partisi (AKP) adalah partai yang sering diasosiasikan sebagai partai Islamis. Hal ini dibetuk oleh dua hal, pertama yaitu pengaruh media barat dan para pengamat barat dan yang kedua adalah dari segi kronologis sejarah pembentukannya. Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 Tabel Perolehan Suara Dalam Pemilu 2002 Nama Partai Adalet ve Kalkınma Partisi (AKP) Tingkat Rasio 34,29 Total Suara 10.848.704 19,41 6.114.843 Doğru Yol Partisi (DYP) 9,54 3.004.949 Milliyetçi Hareket Partisi (MHP) 8,35 2.629.808 Genç Parti (GP) 7,25 2.284.644 Demokratik Sol Halk Partisi (DEHAP) 6,14 1.933.680 Anavatan Partisi, (ANAP) 5,11 1.610.207 Saadet Partisi (SP) 2,49 784.087 Demokratik Sol Partisi (DSP) 1,22 383.609 Yurt Partis i (YP) 1,15 363.671 Büyük Birlik Partisi, (BBP) 1,02 321.486 Bağımsız Türkiye Partisi (BAG) 0,96 302.801 Yurt Partis i (YP) 0,93 294.517 İşçi Partisi (IP) 0,51 160.227 Bağımsız Türkiye Partisi (BTP) 0,48 150.154 Özgürlük ve Dayanışma Partisi, (ÖDP) 0,34 105.862 Liberal Demokrat Parti (LDP) 0,28 89.177 Millet Partisi (MP) 0,22 68.077 Türkiye Komünist Partisi (TKP) 0,19 59.515 Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) Lalu,pada pemilu 2002, A KP meraih kemenangannya. Kemenangan AKP in i sangatlah cepat jika d ilihat dari sejarah partai yang tergolong baru dalam memasuki arena perpolitikan di Turki. AKP baru memasuki arena polit ik secara resmi pada 14 Agustus 2001 serta mengikuti pemilu pada tanggal 3 November 2002. AKP bahkan dapat mengungguli dan menarik simpatisan partai-partai besar yang pada pemilu sebelumnya mendapat suara yang tinggi .Contoh partai yang kehilangan suara karena beralih ke AKP adalah Demokratik Sol Parti (DSP), partai peraih suara tertinggi pada pemilu sebelu mnya yang hanya meraih sekitar 1,2% suara pada pemilu 2002. Hanya ada satu partai pada pemilu Turki 2002 yang memiliki perolehan suara di atas 10% selain AKP, yaitu Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) dengan perolehan suara 19,40 AKP di dalam pernyataan-pernyataan resmi partainya menekankan bahwa yang menjadi prioritas utama partai mereka adalah isu ekonomi, sosial, dan masyarakat dibandingkan dengan isu agama. To koh AKP Mehmet Muezzinoglu -ketua AKP Istanbul— menyatakan dalam pidatonya: “AKP is not a religious party". “But it is a party in which religious people can free at home, can feel at peace”. (Vick, 1998 :17 ) Melihat statement dan agenda AKP, mereka pada dasarnya berusaha menola k citra rad ikal atau fundamental yang disebarluaskan kelo mpok konservatif dan sekuler. AKP berusaha merubah citranya bukan sebagai partai Islam, melainkan sebagai sebuah partai berhaluan kanan-tengah. Di dalam pernyataan yang tertera di laman res mi A KP, mereka menyebutkan identitas partai sebagai ―demokrat is konservatif‖. Walaupun tidak secara resmi menyebut diri mereka sebagai partai Islam, AKP t idak bisa melepaskan citra Islam dalam partai tersebut, terutama dalam anggapan yang terbangun di masyarakat Turki. Hal ini tergambar dari sebuah survei yang dilakukan pada 2003 menunjukkan bahwa para pendukung AKP pada pemilu 2002 menyebut identitas politik mereka sebagai berikut: 27% Islamis, 15% sayap-kanan, 14% demokrat, 10% konservatif, 10% sosial demo krat, 6% nationalis, 3% Kemalis, 3% nasionalis-konservatif, dan 10% t idak tahu. 2 Citra Islami ini muncul terutama karena latar belakang tokoh-tokoh AKP yang sepak terjangnya telah dikenal sebelumnya ketika mereka masih bergabung dengan Partai Refah, seperti Recep Tayyip Erdogan dan Abdullah Gu l. Dalam menghadapi pemilu di tahun 2002, AKP adalah sebuah partai yang unik karena dianggap oleh masyarakat Turki dapat memadukan antara Islam dan sekularis me yang sebelumnya dianggap kontradiktif. AKP membuat paradig ma baru bahwa religiusitas tidak selamanya harus bertentangan dengan sekularisme. Berkat pencitraan ini maka pada pemilu 2002, AKP telah berhasil meraih dua pertiga kursi dalam perlemen. Citra AKP sebagai partai Islam moderat ini men jawab kondisi masyarakat Tu rki pada saat itu yang terungkap oleh sebuah survei yang dilaku kan oleh Koc University bekerjasama dengan Universitas Antwrep di Turki dan dipublikasikan oleh TESEV (Turkey Country Research and Area Report) . Survei ini diadakan pada tahun 2000 yang mengindikasikan bentuk Islam seperti apakah yang diinginkan o leh masyarakat Turki. Masyarakat Barat beranggapan bahwa pada umu mnya, masyarakat u mu m di Turki mengindikasikan dirinya sebagai seorang warga negara Turki (citizen of Turkish republic) diatas identitas mereka sebagai seorang Muslim, tetapi survey yang dilaku kan oleh TESEV di tahun 2000 ini membukt ikan bahwa Turki telah menjadi semakin relijius, karena sebanyak 44.6 % masyarakat Turki menyatakan bahwa identitas pertama mereka adalah Muslim, baru kemud ian sebagai warga negara Turki. Namun hasil survey ini juga menanyakan hal lain yaitu mengenai masalah penerapan sharia. Dari survey ini terungkap bahwa sebagian besar Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 masyarakat Turki tidak menginginkan sebuah negara yang berbasiskan agama: 76% dari responden menolak implementasi sharia dalam negara, dan hanya 9 % yang mendukungnya 15 % lainnya tidak bisa menentukan pilihan. Di antara responden yang memilih AKP, 70% darinya menolak penerapan sharia dan 14% diantaranya mendukung, 16 % mengatakan bahwa mereka percaya bahwa seharusnya manusia bisa bebas melaksanakan kegiatan agamanya secara bebas. Survei TESEV yang menarik lainnya adalah ketika ditanyakan kualifikasi dari pemimp in yang mereka inginkan untuk duduk di dalam pemerintahan, masyarakat Turki menjawab bahwa mereka mempunyai gaya hidup yang bisa dijadikan contoh untuk Turki modern (76% responden) , menjadi penjaga sekularisme (12% responden), serta men jadi muslim yang taat (12% responden). Dengan hasil survei ini kita dapat melihat secara jelas bahwa masyarakat Turki t idak melihat adanya kontradiksi dalam menjalankan praktek sebagai Muslim yang baik dengan menjad i sekuler. Hal ini tergambar dari ketatnya suara antara ―penjaga sekularisme‖ dengan ―muslim yang taat‖. Ini juga sejalan dengan konsepsi Islam di masyarakat Turki yang menganggap bahwa Islam mengajarkan penganutnya untuk mempunyai rasa toleransi yang tinggi. Ini yang menjadi dasar konsep revivalisme Islam menurut pandangan masyarakat Turki yang disebutkan sebelumnya, bahwa mereka hanya menginginkan nilai-nilai Islam yang bisa lebih bebas dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa adanya tekanan dari pihak manapun, terutama pemerintah. Keinginan untuk dapat menjalankan agama secara lebih bebas inilah yang dapat dijadikan argu men untuk adanya kecenderungan naiknya perolehan suara partai-partai Islam secara terus-menerus dalam tahun-tahun terakhir in i yang bisa dilihat dari gambar dibawah ini. Sumber: Angel Rabasa, F. Stephen Larrabee, The Rise of Political Islam in Turkey (Santa Monica: RAND, 2008) hlm. 48 Gambar 5.2. Grafik Perolehan Suara Partai Islam di Turki 1973-2002 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Turki bisa menerima adanya keberadaaan partai politik di pemerintahan, karena mereka t idak melihat adanya kontradiksi antara men jadi seorang muslim yang baik sekaligus men jadi seku ler. Pendapat inilah yang pada akhirnya menggiring penerimaan publik Turki pada kepemimp inan Islam d i negara mereka. Namun diatas itu semua menurut survey diatas, masyarakat Turki menginginkan pemimpin yang moderat sekaligus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Kecenderungan inilah yang pada akhirnya menjelaskan alasan kemenangan AKP pada pemilu 2002. Konsep revivalisme Islam ini yang ada di masyarakat Turki sejalan dengan konsep dan ideologi yang ditawarkan o leh AKP di tahun 2002. AKP t idak pernah bilang bahwa mereka akan men jadikan Turki sebagai sebuah negara Islam, tetapi mengatakan bahwa mereka ingin masyarakat bisa menjalankan kegiatan keagamaannya secara lebih nyaman dan damai serta menitikberatkan program mereka kepada pemulihan ekonomi dan korupsi di pemerintahan. Inilah mengapa pada akhirnya mereka mendapatkan citra sebagai partai Islam moderat di masyarakat Turki, karena berbeda dengan pendahulu-pendahulunya, mereka tidak memaksakan pelaksanaan sharia secara langsung, bahkan urusan agama tidak men jadi prioritas. Kesimpul an John L. Eposito mengatakan bahwa revivalisme Islam adalah istilah yang digunakan untuk mepresentasikan apa yang disebut dengan kebangkitan nilai-n ilai Islam. Kebangkitan nilai Islam ini mu lai muncul ket ika Islam sebagai kekuatan politik dan kultural di berbagai belahan dunia, baik itu di dunia Islam sendiri maupun di dunia non-Islam, tengah mengalami intensitas peningkatan cukup signifikan, yang tercirikan dengan makin tumbuh suburnya gerakan-gerakan Islam, dari yang berkarakter moderat hingga radikal. Dari yang radikal lunak (so ft) hingga radikal yang keras (hard), yang mengamb il jalan kekerasan. Di Turki, dalam pandangan masyarakat pada umumnya, revivalis me Islam bukanlah bermakna bahwa masyarakat muslim Turki mengingin kan Islam di Turki menjadi mercusuar dunia ataupun menjadi sistem negara, tetapi lebih kepada keinginan untuk menjalankan nilai-nilai Islam dengan lebih bebas. Nilai-nilai Islam baru mendapatkan kesempatan untuk berkembang di Turki setelah era mutipartai dimu lai semen jak tahun 1946. Sistem mu lti partai menunjukkan bahwa suatu negara terdapat lebih dari dua partai politik yang dominan. Setelah era mult i partai berlangsung banyak kebijakan –kebijakan yang diambil oleh partaipartai pemegang kekuasaan saat itu bersifat lebih Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 terbuka terhadap Islam seperti kebijakan pendidikan agama wajib di sekolah-sekolah dan memberi kebebasan yang Iebih luas dalam kehidupan agama kepada rakyat. Pendek kata, merubahan-perubahan ini menciptakan kondisi yang kondusif bagi munculnya kembali nilai-nilai Islami di masyarakat. Bahkan pada akh irnya kondisi ini memberi peluang munculnya partai yang mendeklarasikan dirinya sebagai partai Islam yaitu Partai Refah. Partai ini sendiri pada akh irnya memenangkan pemilu di Turki pada tahun 1995 dengan perolehan suara sebanyak 23% dari total suara serta dapat membentuk pemerintahan koalisi dengan ANAP dan DYP. Walaupun begitu, kondisi internal Turki d imana terjadi pertentangan Islam dengan kubu Kemalis menyebabkan banyak dari partai-partai ini yang mengalami pengkudetaan oleh militer, karena dianggap telah menyalahi prinsip-prinsip sekularis me Turki dan dianggap ingin mengubah Turki menjad i negara Islam. Militer sendiri di Tu rki memang dianggap sebagai penjaga sekularis me semenjak era Mustafa Kemal berlangsung. Oleh karena kondisi ini, strategi gerakan Islam kemud ian berubah, sejak berdirinya Fazilet Partisi kemudian AKP yang secara terang-terangan mendukung nilai-nilai Barat seperti demokrasi, HAM, lingkungan untuk mendapatkan simpati kelo mpok seku ler dan Barat. Gerakan politik Islam juga tidak menunjukkan identitas keislamannya secara demonstratif, bahkan cenderung samar. AKP sendiri dalam waktu singkat mempero leh dukungan luas, karena dikenal bersih . Belajar dari strategi sebelumnya, partai ini berusaha mencitrakan dirinya bukan sebagai partai Islam sekaligus untuk memenuhi ketentuan konstitusi karena penggunaan simbol agama justru men imbulkan kekhawatiran kau m seku ler dan militer. Ada perubahan strategi ―politik simbol‖ men jadi ―politik substansi‖. Isu-isu yang dimunculkan adalah isu-isu yang terkait dengan kehidupan rakyat. AKP melaksanakan apa yang disebut dengan konsep ―Islam subtantif‖ dimana Islam tidak semata-mata d itransformasikan dalam bentuk implementasi huku m-huku m yang diberi label formal Islam, tetapi yang lebih penting adalah mengatualisasikan nilai-nilai mo ral dan etika yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Bagi penganut dan pendukung gagasan subtantif, bentuk negara dan institusi politik bukanlah bagian dari dogma agama Islam. Institusi tersebut hanya dilihat sebagai bentuk duniawi. Dengan demikian, masalah bentuk negara dan institusi politik bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang dipengaruhi oleh perkembangan atau tuntutan zaman. Ide tentang negara Islam, partai Islam dan ide-ide lain dengan kecenderungan formalisme Islam sudah tidak lag i menjad i fo kus perhatian kalangan penganut gagasan Islam subtantif. Jadi, rahasia AKP mendapatkan dukungan dari rakyat adalah penggunaan semangat sense of crisis dan pemanfaatan setiap peluang untuk menyelesaikan masalah bangsa dan negara (oportunis). Terkesan tidak ada identitas atau ideologi pada awalnya. AKP mengutamakan kelihaian menggunakan instrumen di sistem polit ik negara dan dunia dalam pemenuhan berbagai kepentingan yang dikontrol oleh ideologi. AKP tidak memaksakan jalan Islam atau liberalisme seperti yang ada di dalam teori-teori ilmu politik. Sinkronisasi keduanya ditujukan memberikan alternatif bagi penyelesaian permasalahan Turki. Selain karena strategi pencitraan ini, AKP juga bisa menang pada pemilu 2002 karena AKP sebagai sebuah partai mempunyai figur tokoh yang kuat karena sejarah pendirian partai mereka yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaaan Partai Refah sebelumnya sehingga tokoh-tokoh pemimp in dalam AKP sudah dikenal terlebih dahulu sepak terjangnya oleh masyarakat. Jadi revivalis me Islam yang terjadi di beberapa tahun terakhir di Turki berperan dalam membuat masyarakat tidak anti lag i terhadap ideologi Islam d i ranah politik sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai yang berideologi Islam sudah terbentuk. Ketika AKP muncul dengan citranya di masyarakat yang dianggap sebagai partai bercorak Islam moderat, maka masyarakat dapat menerimanya dengan lebih mudah daripada ketika awal-awal era mu lt i partai berlangsung. Selain itu citra AKP yang membawa perubahan disertai dengan rekam jejak tokoh-tokoh pendirinya yang telah terlebih dahulu terkenal kinerjanya di partai Refah (yang juga partai Islam) juga membuat partai ini dapat menggapai kemenangan di pemilihan umu m 2002 di Tu rki. DAFTAR PUS TAKA B UKU Ali, Mukti (1994). Islam dan Sekularisme di Turk i Jakarta: Djambatan An- Na'im, Abdullahi Ahmed.(2007). Islam dan Negara Sekular Jakarta: Penerbit M izan. Azra, Azyu mard i (1996). Pergolakan Politik Islam Dari Fundamentahsme, Modernisme Hingga PostModernisme Jakarta: Penerbit Para madina. Berkes, Niyazi (1964). The Development of Secularism in Turkey New York: Routledge. Budiard jo, M iriam d kk (2008). Dasar- Dasar Il mu Politik HC,Ed. Revisi Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Casier, Marlies dan Joost Jongerden (2001). Nationalisms and Politics in Turkey: Political Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 Islam, Kemalism, and the Kurdish Isuue New Yo rk: Routledge. Qardhawi, Yusuf ( 2000). Sekularisme Ekstrim Jakarta: Pustaka A1-Kautsar. Creswell, John W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design California: Sage Publications Inc. Rahardjo, Iman Toto K. (2010). Bung Karno Jakarta: Grasindo. Roy, Oliver (1996). Gagalnya Islam Po lit ik (terj.) Jakarta: Serambi Toprak, Binnaz Sonyel, Salahi R. (1989). Ataturk -The Founder of Modern Turkey Ankara: Turkish Historical Society Printing House. Co x, Harvey Gallagher (1966). The Secular City: Secularization and Urbanization in Theological Perspective New York: Macmillan Co mpany. Duverger, Maurice (1972). Factors in a Two-Party and Multiparty System, in Party Politics and Pressure Groups New York: Tho mas Y. Crowell Ergil, Dogu (1994). Secularism in Turkey, Past and Present. Ankara: Foreign Policy Institute. Esposito, John L. (1988). Islam: The Straight Path New York: Oxford Un iversity Press . Erwin I.J. Rosenthal (1965) Islam In The Modern National State London: Cambridge University Press. Harun Nasution (1981) Pembaharuan dalam Islam Jakarta: Bulan Bintang Hashemi, Nader (2010). Islam, Sekularisme dan Demokrasi Liberal Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Held, David (2007). Models of Democracy, Terj. Abdul Haris Jakarta: Akbar Tandjung Institut. Husaini, Adian dan Nuim Hidayat (2002). Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabannya Jakarta: Gramed ia Pustaka Utama . Kusnardi, Moh. dkk. (1988). Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia Jakarta: PD. Budi 59 Chaniago. Syaukani, Ah ma.( 2001). Pemikiran Modern di Dunia Islam Bandung: Pustaka Setia Yavuz, Hakan (2009). Secularism and Muslim Democracy in Turkey New York: Cambridge University Press Zurcher, Erik J. Sejarah Modern Turki Jakarta: Gramed ia Pustaka Utama JURNAL Caha, Omer (2002). Turkish Election of November 2002 and The Rise of Moderate Political Islam diakses dalam www.jstor.com pada 22 Desember pukul 22.30 WIB Carkoglu, A li (2002). Turkey’s November 2002 Elections: A New Beginni ng, diakses di www.jstor.com pada 22 Desember pukul 22.00 WIB Carakas, Kemal. Turkey: Islam and Laicism Between The Interest of States diakses dalam www.jstor.com pada 16 Januari 2012 pada pukul 13.00 WIB Madjid, Nurcholish (1987). Islam, kemodernan, dan keindonesiaan Jakarta: PT M izan Pustaka. Lakdawala, MH. Islamist Victory in Turkey dalam www.milligazzete.co m/archieves/0112202267.html diakses 21 Desember 2011 pada pukul 22.00 WIB Mardin, Serif (1985). ―Agama dan politik dalam Negara Turki Modern‖, Perkembangan Modern dalam Islam Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Maryam, Sit i. (2004). Sejarah Peradaban Islam: dari Masa Klasik hinggga Modern Yogyakarta: LESFI. Narli, Nilu fer. The Rise of Islamic Movement in Turkey dalam www.docstoc.com d iakses pada 7 Januari 2012 pukul 09.00 Moloeng, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Rosda Munawar, Budy dan Rach man (2010). Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme, Islam Progresif dan Perkembangan Diskursusnya Jakarta: Gramedia Widiasarana, Sajoury, Sidiq. Turkey Between Islam and Attarturkism dalam www.islamicsidney.com/ story.php? diakses 8 April 2011 Turkish Election of November 2002 and The Rise of Moderat Political Islam dalam http://alternativesjournal.net/volume2/nu mber1/cah a.pdf diakses pada 3 Maret 2011 pukul 22.56 WIB Nasution, Harun (1992). Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Bulan Bintang Jakarta: Grasindo. Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012 Revivalisme Islam..., Wanda Ayu A, FISIP UI, 2012