BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau

advertisement
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe atau jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang ditimbulkan oleh
subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain secara
holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah29. Sedangkan deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek dari penelitian itu.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan
29
Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
53
54
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Secara umum penelitian ini pada akhirnya akan menggambarkan tandatanda nonverbal yang ada dalam film 2012. Merujuk pada pemikiran Roland
Barthes, teks tidak hanya berkaitan dengan aspek linguistik saja. Teks dipahami
dalam arti luas seperti berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi, drama dan
sebagainya. Oleh karena itu, peneliti lebih memilih untuk menggunakan metode
penelitian
deskriptif
kualitatif
dengan
analisis
semiotik
sebagai dasar
penelitiannya. Dengan pertimbangan, semiotik melihat media sebagai struktur
keseluruhan. Ia mencari makna yang laten atau konotatif. Sedangkan analisa isi
tidak cukup membantu peneliti untuk memperoleh latent of contents.
3.2 Metode Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah
suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Seperti juga teori,
metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya, dan tidak bisa dinilai apakah
suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar, kita
55
tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana
peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode
yang digunakannya. Tetapi yang jelas, metode atau teknik penelitian apa pun yang
kita gunakan, misalnya kuantitatif atau kualitatif, haruslah sesuai dengan kerangka
teoritis yang kita asumsikan (Mulyana, 2000:145-146).
Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu
mengembangkan komponen-komponen keterangan analitis, konseptual dan
kategoris dari data itu sendiri dan bukannya teknik-teknik yang telah
dikonsepsikan sebelumnya. Tersusun secara kaku dan dikuantifikasikan secara
tinggi yang memasukkan dunia social empiris kedalam definisi operasional yang
telah disusun peneliti. Peneliti kualitatif dapat memahami perilaku social, karena
ia menemukan definisi tentang realitas dan bagaimana ini mempengaruhi
perilakunya.
Metode yang digunakan untuk meneliti film 2012 adalah dengan
menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes mengenai mitologi atau
mitos dan lebih menitik beratkan kepada kehancuran bumi yang ditandai dengan
adanya musibah besar yang hampir terjadi di seluruh Negara di dunia. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan analisis semiotika terhadap pesan dan
tanda-tanda yang terkandung didalamnya.
Dalam penelitian ini bagaimana film 2012 mengkonstruksikan pesan dan
tanda-tanda tersebut yang akan berdampak pada masyarakat, sebagai acuan dalam
menganalisis studi semiotika yang disampaikan media film. Dengan kata lain,
dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui penyajian informasi dan pesan
56
bagaimana film 2012 mengemas paket yang didalamnya terdapat informasi, kritik,
dan pendidikan untuk disampaikan kepada khalayak.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa analisis semiotik, menghendaki
pengamatan secara menyeluruh dari semua isi berita (teks), termasuk cara
pemberitaan (frame) maupun istilah-istilah yang digunakannya. Dan peneliti
sendiri diminta untuk memperhatikan koherensi makna antar bagian dalam teks
itu dan koherensi teks dengan konteksnya. Maka dari itu, metode penelitian
kualitatif yang digunakan dalam analisis semiotik adalah interpretatif. Analisis
semiotik bersifat kualitatif (Sobur, 2000:148).
Semiotika dipilih karena sebagai sebuah metode pembacaan karya
komunikasi visual, dimana karya tersebut mempunyai fungsi signifikasi yaitu
fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna melalui tanda.
Siginifikasi semiotika tidak saja sebagai metode kajian ( decoding ), akan tetapi
juga sebagai metode penciptaan ( encoding).
Semiotika sebagai ilmu tanda, menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu
yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Teori ini dikemukakan oleh Roland
Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika
menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti
(Yusita Kusumarini,2006).
57
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang
menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua
penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut
akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan
membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi
kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut
akan menjadi mitos.
3.3 Unit analisis
Dalam penelitian ini, unit-unit analisis yang dipergunakan adalah unsur –
unsure representasi film. Tanda-tanda dalam gambar bergerak ( film ) telah
dikombinasikan menjadi kode-kode sehingga dapat memungkinkan suatu pesan
disampaikan. Dalam studi semiotika film, Barthes menguraikan unsur – unsur
representasi film, seperti actor, kejadian atau kehancuran dunia, gerakan isyarat
dan berbagai symbol agama.
Dalam penelitian ini seluruh unsur – unsur representasi akan dibahas oleh
peneliti menggunakan analisis mitologi, sehingga akan diketahui pengaruh pengaruh budaya yang menimbulkan mitos mengenai hari kehancuran dunia
dalam film 2012 tersebut. Dalam unit – unit analisis tersebut terdapat bentuk
komunikasi verbal dalam bentuk dialog para actor dan komunikasi non-verbal.
Keduanya saling melengkapi dan diharapkan akan semakin memperjelas
bagaimana kehancuran dunia dalam film 2012 ini dapat dimengerti dan dipersepsi
sebagai hari kiamat?.
58
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer, diperoleh dari proses pengambilan data berupa film “2012”,
karya Roland Emmerich produksi tahun 2009, Data primer berupa film
dengan format VHS, serta film 2012 dengan format VCD. Pengambilan
data film (baik audio maupun visual) menggunakan bantuan media
komputer. Kemudian data yang sudah diolah, dijadikan lampiran
penelitian ini dalam bentuk cetak (foto/print) dan elektronik (VCD).
b. Data sekunder, disini adalah data untuk mendukung data primer sebagai
tambahan, berupa data mengenai profil, karakteristik/ciri khas, kehidupan
sosial dan berbagai hal mengenai kehancuran bumiyang coba dihimpun
oleh peneliti dari referensi buku-buku, jurnal, tulisan dan karya ilmiah
lainnya, website serta segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok
permasalahan.
3.5 Definisi Konsep dan Fokus Penelitian
3.5.1. Definisi Konsep
1. Film
Film merupakan gambar gerak yang sebagai media ketimbang
hiburan pembujuk. Namun yang jelas, film sebernanya memiliki kekuatan
pembujuk atau persuasi yang besar. Public yang menjadi penonton yang
akan meneliti dan memberikan respon terhadap ferfilman dunia.Kekuatan
dan kemampuan film menjangaku banyak segmen social, lantas membuat
59
para ahli menyatakan bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi
khalayak.
Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat,
hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier.
Artinya
film
selalu
mempengaruhi
dan
membentuk
masyarakat
berdasarkan muatan pesan dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya.
Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argument
bahwa film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film
selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,
dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar (Irwanto, 1999:13)30.
2. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes adalah tokoh strukturalis terkemuka dan juga
termasuk ke dalam salah satu tokoh pengembang utama konsep semiologi
dari Saussre. Bertolak dari prinsip-prinsip Saussure, Barthes menggunakan
konsep sintagmatik dan paradigmatik untuk menjelaskan gejala budaya,
seperti sistem busana, menu makan, arsitektur, lukisan, film, iklan, dan
karya sastra. Ia memandang semua itu sebagai suatu bahasa yang memiliki
sistem relasi dan oposisi.
Beberapa kreasi Barthes yang merupakan warisannya untuk dunia
intelektual adalah (1) konsep konotasi yang merupakan kunci semiotik
dalam menga-nalisis budaya, dan (2) konsep mitos yang merupakan hasil
30
Alex, Sobur, Semiotika Komunikasi. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal.127.
60
penerapan konotasi dalam berbagai bidang dalam kehidupan sehari-hari.
segala sesuatu yang berhubungan dengan system tanda dan lambang dalam
kehidupan
manusia
yang
disepakati
bersama
dalam
konteks
tertentu.Semiotika telah diterapkan, dengan hasil yang menarik dalam
film, kedokteran, arsitektur, zoology dan menjadi kajian dalam area yang
lain dan melibatkan komunikasi dan transfer informasi. Dalam kenyataan
beberapa semiotikus menyatakan bahwa segala sesuatu dapat dianalisa
secara semiotic; mereka memandang semiotika sebagai ratunya ilmu
representasi, kunci yang membuka makna dari semua hal besar atau
kecil.31
Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan
sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai
penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang
lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak harus ada, atau tanda itu secara nyata
ada di suatu tempat pada waktu tertentu. Dengan demikian semiotika pada
prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari apapun yang dapat
digunakan untuk menyatakan suatu kebohongan, sebaliknya, tidak bisa
digunakan “untuk mengatakan”seluruhnya. Saya berpikir bahwa definisi
mengenai “teori kebohongan” harus dipegang sebagai sebuah kegiatan
yang komprehensif untuk semiotika secara umum32.
31
32
Arthur, Asa, Berger, Media Analisis Techniques Second Edition, Universitas atmajaya
Yogyakarta, 2000, hal.4.
Ibid.hal.11-12.
61
3. Mitologi Roland Barthes
Mitos dari Barthes mempunyai makna yang berbeda dengan
konsep mitos dalam arti umum33. Sebaliknya dari konsep mitos
tradisional, mitos dari Barthes memaparkan fakta. Mitos adalah murni
sistem ideografis.34 Mitos merupakan perkembangan dari konotasi.
Konotasi yang menetap pada suatu komunitas berakhir menjadi mitos.
Pemaknaan tersebut terbentuk oleh kekuatan mayoritas yang memberi
konotasi tertentu kepada suatu hal secara tetap sehingga lama kelamaan
menjadi mitos: makna yang membudaya. Dalam kerangka Barthes,
konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut dengan ”mitos”.
Dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembernaran bagi
nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Dalam
Mitos juga terdapat pola tiga dimensi yaitu : penanda, petanda, dan tanda.
Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos
adalah sistem pemaknaan dalam tataran kedua. Di dalam mitos pula
sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda. Dan dalam konsep
Barthes, tanda denotatif adalah penanda konotatif. Jadi, dalam konsep
Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun
juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasinya
Kemudian penelitian ini memfokuskan pada penggambaran yang diambil
33
Definisi menurut kamus KBBI: cerita suatu bangsa tentang dewadan pahlawan pada zaman
dulu yang mengandung penafsiran tentang asal usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu
sendiri.
34
Hoed, B.H. 2008. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Unversitas Indonesia.
62
dari data yang berupa VCD film 2012. Yang nantinya melalui potonganpotongan gambar ini dapat memaparkan tanda-tanda nonverbal dengan
pendekatan semiotika “Roland Barthes”, sehingga dapat menjelaskan
maksud dan tujuan dari penelitian ini.
3.5.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisis mitologi kiamat dalam
Film 2012 melalui isi pesan baik verbal maupun non verbal dalam bentuk
narasi dan visualisasi yang ditampilkan dengan penggunaan semiotika dari
teori Roland Barthes.
3.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
analisis semiotika Roland Barthes. Yaitu dilihat dari peta Barthes bahwa tanda
denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat
bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep
Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.
Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam
pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes.
Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem
signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam
63
hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai
reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes
mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi.
Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang
bersifat alamiah (Budiman, 1999:22). Dalam kerangka Barthes, konotasi identik
dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk
mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang
berlaku dalam suatu periode tertentu.
Penulis dalam melakukan penelitian, melalui tahapan sebagai berikut :
peneliti melihat keseluruhan film 2012, menganggap bahwa tanda-tanda dan
makna pesan yang terdapat dalam film tersebut merupakan topic yang menarik
untuk diteliti, kemudian memotong adegan-adegan tersebut untuk dianalisis,
potongan gambar yang ada dipindahkan kedalam lembar kerja (work sheet).
Setelah dipindahkan, penulis mulai membuat pernyataan penelitian sebagai
berikut : Bagaimana mitologi kiamat dalam film 2012 ini. Metode yang penulis
gunakan adalah kualitatif dengan teknik semiotika. Penulis membagi data data
dalam beberapa klasifikasi dengan mengidentifikasikan ganbar yang ada dan
memilihnya dikarenakan sesuai dengan focus penelitian yaitu tanda-tanda dan
makna pesan yang terungkap dengan satu karakter tokoh utama yaitu keluarga
dari Jackson Curtis ( John Cusack ).
Setelah mengklasifikasikan,data tersebut dianalisis berdasarkan pola atau
model semiotika Roland Barthes dan juga interpretasi penulis terhadap objek yang
diteliti dengan data-data yang diperoleh. Pada akhirnya membuat kesimpulan dari
64
hasil analisis yang telah dilakukan. Teknik analisa data dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik analisis semiotik. Hasil analisa akan disajikan secara
deskriptif kualitatif yang merupakan paparan peneliti tentang makna tanda-tanda
dalam film “2012”.
Download