BAHAN AJAR PLPG PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA dan SMK

advertisement
BAHAN AJAR PLPG
PEMBELAJARAN KIMIA
DI SMA dan SMK
Oleh:
Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D
Dr. Munzil Arief, M.Si
Drs. Prayitno, M.Pd
Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed
Direview dan diolah kembali oleh:
Dr. Sutrisno, M.Si.
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115
2012
Pengantar dari Penyusun
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah s.w.t atas tersusunnya karya
tulis ini yakni sebuah Buku Ajar sebagai Bahan Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru untuk SMA dan SMK. Buku ini ini sengaja disusun dengan pola yang
relatif khusus dan spesifik, yakni berfokus pada uraian ringkas atas konsepkonsep dasar pada pembelajaran kimia. Hal ini dikarenakan untuk buku teks
maupun buku ajar sejenis yang bersifat universal sebagaimana umumnya isi
sebuah buku telah banyak berkembang. Buku ajar ini mencoba untuk mendekati
dengan lebih fokus, dengan harapan dapat digunakan oleh peserta Pendidikan
dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) atau yang sejenis dan para fasilitator untuk
tujuan yang sama dengan lebih mudah dan terarah, khususnya yang
diselenggarakan oleh Universitas Negeri Malang. Isi dari buku ini sangat
berbeda dengan buku ajar maupun buku teks tentang Pembelajaran Kimia pada
umumnya.
Buku ajar “Pembelajaran Kimia di SMA dan SMK” ini tersusun dalam 4
bagian dan merupakan karya tulis yang dikembangkan oleh Tim Dosen Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang seperti yang tercantum dalam halaman
sampul buku ajar ini. Selanjutnya naskah tersebut ditelaah, direview, dan ditata
oleh Dr. Surisno, M.Si. sehingga terwujudlah seperti yang ada seperti ini.
Kesemuanya diharapkan dapat membantu para pengguna untuk mencapai
maksud dan tujuan masing-masing.
Semoga karya yang sederhana dapat bermanfaat bagi para pengguna dan
pembaca. Saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan buku ajar sejenis sangat
diharapkan dari pembaca.
Malang, Mei 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Bagian
Halaman
Bagian 1
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia
1-1 s.d 1-33
Bagian 2
Pengembangan Media Pembelajaran
Kimia
2-1 s.d 2-18
Bagian 3
Penilaian Pembelajaran Kimia
3-1 s.d 3-43
Bagian 4
Penilitian Tindakan Kelas
4.1 s.d 4-29
BAGIAN 1
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
SAINS/KIMIA
Naskah disiapkan untuk materi acuan pada
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 115
Universitas Negeri Malang
Oleh:
Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Mei 2012
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-0
Bagian 1:
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SAINS/KIMIA
Kegiatan Belajar 1:
Teori-Teori Belajar dalam Sians/Kimia
1. Deskripsi isi:
Bagian
Teori-Teori
Belajar
dalam
Sains/Kimia
membahas
tentang
kharakteristik teori belajar; dan jenis-jenis teori belajar meliputi teori
behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada kharakteristik teori belajar; dan
jenis-jenis teori belajar.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada kharakteristik teori belajar; dan jenis-jenis
teori belajar.
I.
URAIAN SINGKAT
A. Kharakteristik Teori Belajar
Menurut Bruner, teori belajar bersifat preskriptif. Teori tersebut
memberikan arahan dan petunjuk agar pembelajaran menjadi efektif dan
memungkinkan guru dalam mengevaluasi teknik dan langkah-langkah
pembelajaran. Teori belajar juga bersifat normatif, yaitu lebih bersifat umum
dan tidak spesifik. Misalnya, teori belajar bisa memberikan beberapa kriteria
untuk pembelajaran kimia pada topik asam basa, tetapi tidak bisa
memberikan pedoman khusus tentang bagaimana cara mengajarkan materi
tersebut.
Teori
belajar
memiliki
empat
kharakteristik
yang
penting
(Trowbridge, Bybee & Powell, 2004: 21) untuk membantu guru dalam
menentukan:
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-1
a. Pengalaman yang paling efektif untuk meningkatkan belajar. Teori belajar
membantu guru dalam menentukan kegiatan yang dapat mendorong siswa
untuk belajar.
b. Cara yang paling efektif dalam menyusun pengetahuan untuk meningkatkan
belajar.
Teori belajar membantu guru dalam menentukan cara terbaik
dalam menyusun pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang studi kimia.
c. Langkah-langkah yang paling efektif dalam menyajikan materi. Teori belajar
membantu guru menentukan langkah-langkah dalam menyajikan materi
pelajaran sehingga semua siswa dapat mengembangkan pemahamannya
tentang kimia. Oleh karena itu, tujuan di setiap langkah pembelajaran
sebaiknya
dapat
memahami,
meningkatkan
mentrasformasi
kemungkinan
siswa
menerapkan
ide-ide,
dan
untuk
proses,
lebih
dan
ketrampilan.
d. Proses yang paling efektif untuk umpan balik dan penilaian. Teori belajar
membantu guru dalam menentukan cara dan waktu yang tepat dalam
memberikan umpan balik dan penilaian, dan memilih format penilaian
yang paling sesuai.
B. Jenis-Jenis Teori Belajar
1. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan
terjadi
melalui
rangsangan
(stimulus)
yang
menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulus dalam hal ini adalah lingkungan belajar siswa, baik yang internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah
akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti
penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (StimulusRespon).
Ciri dari teori belajar behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur
dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan
pembentukan
reaksi/
respon,
menekankan
pentingnya
latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkah laku siswa, yang merupakan reaksi terhadap lingkungan, merupakan
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-2
hasil belajar.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah
Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Penerapan teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung pada beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran
yang
dirancang
dan
berpijak
pada
teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind/pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh siswa.
2. Teori Kognitif
Teori Kognitif dilandasi oleh pemikiran bahwa perilaku yang tidak
tampak
dapat
dipelajari
secara
ilmiah.
Perilaku
yang
tidak
tampak
merupakan proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David
Ausubel berpendapat bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia
melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa baru pada
aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi
merupakan
pengalaman
sadar
yang
diartikulasikan
secara
jelas
dan
dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda,
lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan
dalam struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan
nonkebiasaan.
Menurut teori kognitif, setiap proses pembelajaran haruslah bermakna
dan mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat
bermakna apabila pebelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang
bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang
sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna
bagi pebelajar.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-3
Menurut Piaget dalam teori perkembangan kognitif (Trowbridge, Bybee
& Powell, 2004), pertama, belajar terjadi karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungan. Interaksi ini digambarkan sebagai siswa
mengasimilasikan informasi dan ide-ide baru dari berbagai pengalaman
pendidikan dan akomodasi informasi baru dengan informasi yang telah
dimilikinya untuk menetapkan konsistensi antara struktur kognitifnya
dengan pengalamanan sehari-hari. Kedua, tiap individu melewati tahap
perkembangan yang berbeda dan tahap perkembangan yang paling relevan
dengan pendidikan sains adalah penalaran konkrit dan formal (abstrak).
Namun, konsep tahap berfikir konkrit dan formal ini telah banyak dikritik dan
direvisi.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika diukur performans
siswa pada tugas-tugas kognitif, kebanyakan siswa sekolah menengah
menunjukkan masih berada pada tahap berfikir konkrit. Ada juga bukti yang
menyebutkan bahwa performans pada tugas semacam itu sangat dipengaruhi
oleh konteks, ragamnya, bahasa dalam penyajian tugas dan materi pelajaran.
Penelitian lain bahkan menunjukkan bahwa anak kecil mampu berfikir
abstrak dalam situasi tertentu.
Karena sebagian besar siswa sekolah menengah masih berada pada
tahap berfikir konkrit, guru seyogyanya berhati-hati dalam mengenalkan
tugas yang membutuhkan berfikir formal atau abstrak. Namun bukan berarti
siswa tidak dapat belajar dan mengembangkan penalaran yang lebih
memadai. Siswa yang jauh lebih muda dari siswa sekolah menengah mampu
bernalar dan berfikir logis dalam kondisi tertentu. Pengalaman dan konteks
yang cocok yang berkembang dari penalaran konkrit ke
abstrak
dapat
mendorong kemampuan bernalar yang diperlukan untuk memahami berbagai
konsep sains.
3. Teori Konstruktivistik
Perkembangan terbaru dalam psikologi kognitif adalah konstruktivisme
yang banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jean Piaget dan Lev Vygotsky (Kauchak
& Eggen, 2007: 9). Menurut teori belajar konstruktivistik pebelajar/siswa
merespon
pengalaman-pengalaman
panca
indera
dengan
membangun/mengkonstruksi suatu skema atau struktur kognitif dalam otak.
Struktur kognitif merupakan suatu pikiran (keyakinan, pengertian) yang juga
merupakan pengetahuan subyektif seseorang tentang alam semesta. Pokok
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-4
pikiran pandangan konstruktivisme (Piaget dalam Bodner, 1986) adalah
bahwa pengetahuan diperoleh sebagai akibat dari proses konstruksi yang
terus menerus dimana kita mencoba mengatur, menyusun dan menata
kembali pengalaman-pengalaman kita dikaitkan dengan struktur kognitif
yang dimiliki sehingga struktur kognitif tersebut sedikit demi sedikit
dimodifikasi dan dikembangkan. Oleh karena pengetahuan diciptakan dalam
pikiran siswa sebagai hasil dari interaksi pancaindera siswa dengan
dunianya, maka pengetahuan tidak dapat semata-mata diucapkan atau
ditransfer oleh guru kepada siswa.
Teori konstruktivistik tentang belajar juga memiliki dimensi sosial
(Tobin, 1990). Menurut teori konstruktivistik sosial, pengetahuan bukan
merupakan
pikiran
seseorang
yang
terpisah
dari
orang
lain
dalam
masyarakat, melainkan hasil dari kepemilikan budaya, mencoba mengerti
kehidupan dalam budaya tersebut, menggunakan bahasa dan konsep-konsep
yang muncul dari proses ini untuk membangun model-model teoritis dalam
domain sains/kimia. Walaupun tanggung jawab untuk belajar dan memahami
apa yang terjadi terletak pada pebelajar sendiri, ia juga perlu waktu untuk
mengalami, merefleksikan pengalaman dikaitkan dengan pengetahuan awal
mereka, dan memecahkan berbagai masalah yang muncul. Hal ini berarti
bahwa pebelajar memerlukan waktu untuk mengklarifikasi, mengelaborasi,
mendeskripsikan, membandingkan, menegosiasikan dan mencapai konsensus
mengenai makna suatu pengalaman bagi mereka. Esensi dari pembelajaran
berbasis konstruktivistik adalah pembelajaran berorientasi pada siswa
(student-centered). Peran guru yang konstruktivistik adalah menciptakan
sebuah konteks yang dapat memotivasi siswa untuk belajar termasuk
menyediakan materi dan sumber belajar, mengajukan permasalahan dan
pertanyaan yang relevan pada saat yang tepat (Wheatley, 1991: 14) dan
mengaitkan sumber-sumber dan pertanyaan tersebut dengan pengetahuan
awal siswa.
II. RANGKUMAN
Teori belajar membantu guru sains/kimia dalam menjelaskan berbagai
strategi untuk meningkatkan belajar dan mengelola pembelajaran di kelas.
Melalui teori belajar keefektivan pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara
meresepkan
motivasi,
menyusun
materi,
membuat
langkah-langkah
pembelajaran dan membuat umpan balik. Menurut teori belajar behavioristik,
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-5
belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukumhukum mekanistik. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkah laku siswa, yang merupakan reaksi terhadap lingkungan, merupakan
hasil belajar.
Teori kognitivistik berpendapat bahwa belajar terjadi dalam organisme
manusia melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa baru
pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi
merupakan
pengalaman
sadar
yang
diartikulasikan
secara
jelas
dan
dibedakan secara tepat. Dengan kata lain, belajar terjadi karena adanya
interaksi antara individu dengan lingkungan, yaitu siswa mengasimilasikan
informasi dan ide-ide baru dari berbagai pengalaman pendidikan dan
akomodasi informasi baru dengan informasi yang telah dimilikinya untuk
menetapkan konsistensi antara struktur kognitifnya dengan pengalaman
sehari-hari.
Menurut
teori
belajar
konstruktivistik
pebelajar/siswa
merespon
pengalaman-pengalaman pancaindera dengan membangun suatu skema atau
struktur kognitif dalam otak. Proses konstruksi berlangsung terus menerus
dimana kita mencoba mengatur, menyusun dan menata kembali pengalamanpengalaman kita dikaitkan dengan struktur kognitif yang dimiliki sehingga
struktur
kognitif
dikembangkan.
mengelaborasi,
tersebut
Pebelajar
sedikit
demi
memerlukan
mendeskripsikan,
sedikit
waktu
dimodifikasi
untuk
membandingkan,
dan
mengklarifikasi,
menegosiasikan
dan
mencapai konsensus mengenai makna suatu pengalaman bagi mereka.
III. LATIHAN
1. Jelaskan kharakteristik teori belajar!
2. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam teori belajar behavioristik!
3. Jelaskan pokok pikiran dalam teori belajar kognitivistik!
4. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam teori belajar konstruktivistik!
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-6
Kegiatan Belajar 2:
Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik dalam
Pembelajaran Sains/Kimia
1. Deskripsi isi:
Bagian
Model,
Pembelajaran
Pendekatan,
Sains/Kimia
Strategi,
membahas
Metode,
dan
tentang
Teknik
dalam
pengertian
model
pembelajaran; rumpun model pembelajaran; dan perbedaan model,
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian model pembelajaran;
rumpun model pembelajaran; dan perbedaan model, pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian model pembelajaran; rumpun
model pembelajaran; dan perbedaan model, pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran.
I.
URAIAN SINGKAT
A. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam konteks pembelajaran atau proses belajar mengajar terdapat
dua komponen yang penting yaitu guru dan siswa yang saling berinteraksi.
Pembelajaran
itu
sendiri
didefinisikan
sebagai
pengorganisasian
atau
penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya
yang memungkinkan terjadinya belajar pada pebelajar. Dalam melaksanakan
pembelajaran
tersebut,
guru
memerlukan
model
pembelajaran.
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar siswa untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar (Gunter, et al, 1990; Joyce & Weil, 1980). Model
pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan
strategi pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-7
Menurut Joyce & Weil (1980) model pembelajaran memiliki lima unsur
dasar: (1) sintaks, yaitu langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (2) sisem
sosial, adalah bentuk kerjasama guru dan siswa dalam pembelajaran atau
peran-peran guru dan siswa dan hubungan satu dengan lainnya serta jenisjenis aturan yang harus diterapkan, (3) prinsip reaksi, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon
siswa,
(4)
pendukung,
sistem
menggambarkan
kondisi-kondisi
yang
diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk
sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru dan siswa
dan (5) Dampak pembelajaran langsung dan iringan, merupakan hasil belajar
yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional
effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
B. Rumpun Model Pembelajaran
Joice and Weil (1983) mengenal empat orientasi berbeda tentang
bagaimana siswa belajar dan mengelompokkan model pembelajaran menjadi
empat rumpun, yaitu:
(1) Model pemrosesan informasi. Model-model pembelajaran dalam rumpun
pemrosesan informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan
informasi, yaitu merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani
rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan symbolsimbol. Beberapa contoh model pembelajaran dalam rumpun ini beserta
tokohnya adalah Berfikir Induktif (Hilda Taba), Latih Inkuiri (Richard
Suchman), Pembentukan Konsep (Jerume Bruner), Perkembangan Kognitif
(Jean
Piaget), Advance
Organizer (David Ausubel)
dan
Mnemonics
(Pressley, Levin, Delaney).
(2) Model
Personal/Pribadi.
Model-model
pembelajaran
yang
termasuk
rumpun ini menekankan pada pengembangan pribadi, yaitu menekankan
pada proses membangun dan mengorganisasi realita, yang memandang
bahwa manusia sebagai pembuat makna. Fokus pembelajaran rumpun ini
adalah perhatian pada kehidupan emosional, yaitu dengan membantu
individu
dalam
lingkungannya
dan
mengembangkan
untuk
melihat
hubungan
dirinya
individu
sendiri.
Contoh
dengan
model
pembelajaran Personal adalah Pengajaran Non Direktif (Carl Roger), Latih
Kesadaran (William Schutz), Pertemuan Kelas (William Glasser).
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-8
(3) Model
interaksi
sosial.
Model-model
pembelajaran
interaksi
social
menekankan pada hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
Fokus model pembelajaran ini memberikan prioritas pada peningkatan
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk
meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat
secara
produktif.
kelompok/Group
Contoh
model
Investigation
pembelajaran
(John
Dewey),
ini
Inkuiri
adalah
Sosial
Kerja
(Byron
Massialas), Jurisprudential (Donal Oliver), Role Playing (Fannie Shaftel).
(4) Model sistem tingkah laku. Model-model pembelajaan ini didasarkan pada
suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar,
modifikasi
perilaku.
Rumpun
model
ini
mementingkan
penciptaan
lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku
secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang diinginkan. Yang
termasuk jenis model-model ini misalnya Contingency Management
(B.F.Skinner), Assertive Training(Wolve, Lazarus, Salter).
C. Perbedaaan Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik
Pembelajaran
Gambar 1 menunjukkan perbedaan antara model, strategi, metode dan
teknik pembelajaran:
a.
Pendekatan pembelajaran: merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatarbelakangi metode
pembelajaran dengan cakupan teori tertentu.
Contoh : Pendekatan berpusat pada siswa (student-centered approach)
Pendekatan berpusat pada guru (teacher-centered approach)
b. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran masih bersifat suatu rencana
untuk mencapai sesuatu (a plan of achieving something). Strategi memiliki
empat unsur, yaitu:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran
yang dipandang paling efektif.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-9
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
UMUM
Model
MODEL
Pemrosesan
Informasi
Strategi
STRATEGI
Tidak
Langsung
Sistem
Tingkah
Laku
Langsung
Eksperimen
Ceramah
Interaktif
Personal
Metho
d
TEKNIK
Inkuiri
Belajar
Mandiri
Interaksi
Sosial
METODE
Merencanaka
n
Mengevaluasi
Menyajikan
Mengarahkan
Teknik
Diskusi
Pengalaman
KHUSUS
Gambar 1. Perbedaan Model, Starategi, Metode fan teknik Pembelajaran
(Dimodifikasi dari Saskatchewan Education, 2012)
Contoh strategi pembelajaran seperti yang Nampak pada Gambar 1
adalah:
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)
Pembelajaran Interaktif (Interactive)
Pembelajaran dgn Pengalaman (Experiential)
Pembelajaran Mandiri (Independent Study)
c. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran atau “a
iway in achieving something”. Contoh metode pembelajaran adalah
ceramah, simulasi, eksperimen, diskusi.
d. Teknik pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sedangkan
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-10
taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode
atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
II. RANGKUMAN
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar siswa
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar
yaitu sintaks, sisem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak
pembelajaran langsung dan iringan. Ada empat rumpun model pembelajaran
menurut Joice and Weil yaitu model pemrosesan informasi, model personal,
model
interaksi
social,
dan
model
sistem
tingkah
laku.
Pendekatan
pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan cakupan
teori tertentu. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara
efektif
pembelajaran
dan
efisien
diartikan
dan
sebagai
masih
berupa
cara
yang
perencanaan.
Metode
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik
pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
III. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian model pembelajaran sains/kimia!
2. Jelaskan macam model pembelajaran sains/kimia
3. Apakah perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran?
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-11
Kegiatan Belajar 3:
Model Pembelajaran Inkuiri
1. Deskripsi isi:
Bagian Model Pembelajaran Inkuiri membahas tentang pengertian inkuiri;
mitos dan miskonsepsi tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri;
model pembelajaran berbasis inkuiri; dan model pembelajaran PBL.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian inkuiri; mitos dan
miskonsepsi
tentang
pembelajaran
sains
berbasis
inkuiri;
model
pembelajaran berbasis inkuiri; dan model pembelajaran PBL.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian inkuiri; mitos dan miskonsepsi
tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri; model pembelajaran berbasis
inkuiri; dan model pembelajaran PBL.
I.
URAIAN SINGKAT
A. Pengertian Inkuiri
Ada beberapa pengertian inkuiri:
a. Menurut eksploratorium (1998 dalam Llewellyn, 2002: 5) inkuiri adalah
pendekatan pengajaran yang mencakup kegiatan mengeksplorasi alam
semesta yang mengarah pada kegiatan mengajukan pertanyaan dan
membuat
penemuan-penemuan
dalam
mencari
pemahaman
baru.
Sedangkan inkuiri dalam sains lebih mencerminkan pada upaya-upaya
melakukan aktivitas sains yang sebenarnya.
b. Menurut National Science Education Standard (NRC, 1996: 23), inkuiri
adalah
kegiatan yang mencakup banyak aspek seperti kegiatan
pengamatan; mengajukan pertanyaan; mengkaji buku atau sumbersumber informasi lainnya untuk melihat apa yang sudah diketahui
berhubungan dengan bukti-bukti eksperimen; menggunakan alat untuk
mengumpulkan,
menganalisis
dan
menginterpretasikan
data;
mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi; dan mengkomunikasikan
hasil. Selain itu, inkuiri memerlukan pengidentifikasian asumsi-asumsi,
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-12
penggunaan berfikir kritis dan logis, dan mempertimbangkan penjelasan
alternatif.
Secara singkat, semua kegiatan inkuiri di atas menggambarkan cara
yang dilakukan oleh ilmuwan dalam mempelajari alam semesta dan
mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari kerja
mereka. Inkuiri juga mengacu pada kegiatan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman tentang ide-ide ilmiah, juga pemahaman
tentang bagaimana ilmuwan mempelajari alam semesta ini (Trumbull, Bonney
& Grudens-Schuck, 2005).
B. Beberapa Mitos dan Miskonsepsi Tentang Pembelajaran Sains Berbasis
Inkuiri
Berikut ini adalah beberapa mitos dan miskonsepsi tentang inkuiri
(Llewellyn, 2002: 7-10):
•
Melakukan aktivitas sains hands-on adalah sama dengan melakukan
inkuiri.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
sains hands-on tidak selalu berarti mereka sedang melakukan kegiatan
inkuiri. Walaupun kebanyak kegiatan inkuiri adalah hands-on, namun
tidak semua kegiatan hands-on berorientasi inkuiri.
•
Inkuiri menggunakan metode ilmiah.
Kegiatan inkuiri tidak selalu mengikuti langkah-langkah metode
ilmiah. Inkuiri menggunakan logika pemecahan masalah yang berasal
dari metode ilmiah namun tidak selalu menggunakan langkah-langkah
spesifik yang tercermin dalam metode ilmiah.
•
Inkuiri tidak terstruktur dan kacau.
Ketrampilan mengelola kelas dalam pembelajaran berbasis inkuiri
sangat diperlukan dan penting, namun kelas yang aktif dan berpusat
pada siswa tidak bisa disamakan dengan kelas yang kacau dan tidak
terstruktur.
•
Inkuri adalah mengajukan banyak pertanyaan pada siswa.
Miskonsepsi yang paling umum dalam diri guru adalah bahwa
pengajaran inkuiri adalah mengajukan banyak pertanyaan.
•
Jika saya mengajak siswa berinkuiri, guru harus siap menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-13
Pembelajaran berbasis inkuiri bukan hanya mencari jawaban yang
benar, namun juga mencari pertanyaan yang benar. Oleh karena itu
peran guru dalam kegiatan inkuiri adalah sebagai fasilitator dan bukan
sebagai sumber informasi.
•
Inkuiri hanya bisa dilakukan di level SD dan SMP, namun guru-guru
level SMA tidak memiliki waktu ekstra untuk melakukan inkuiri.
Pembelajaran
inkuiri
membutuhkan
banyak
waktu,
namun
mengembangkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi, mengajak siswa
untuk
mengajukan
pertanyaan,
merencanakan
pemecahannya,
mengumpulkan dan menyusun data merupakan ketrampilan yang
harus diasah sepanjang waktu.
•
Pembelajaran berbasis inkuiri sulit untuk dinilai.
Seperti halnya menilai konsep atau topik dalam sains/kimia, maka
kemajuan siswa dalam pembelajaran berbasis inkuiri dapat dinilai
dengan metode evaluasi alternatif seperti portofolio, jurnal, evaluasi
diri atau rubrik.
•
Inkuiri diperuntukkan siswa yang pandai dan bukan bagi siswa yang
memiliki kesulitan belajar.
Kemampuan berfikir kreatif dan kritis bukan semata-mata untuk siswa
yang pandai. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis inkuiri harus
dilakukan secara adil di semua level pendidikan dan untuk semua
siswa.
C. Beberapa Macam Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Ada beberapa macam penerapan model pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Model Pembelajaran Inkuiri Umum
Di dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri,
belajar adalah kegiatan menumbuhkan keinginan siswa secara alamiah untuk
mengajukan pertanyaan tentang dunia di sekitarnya. Proses inkuiri dasar
adalah serupa di semua level/usia dan di semua kelompok bidang studi
(Llewellyn, 2002), yaitu siswa:
•
Mengajukan pertanyaan dan mengeksplorasi cara mencari jawabannya.
•
Menemukan dan mengatur informasi dari berbagai sumber.
•
Memproses dan mensintesis penemuan mereka.
•
Berbagi penemuan mereka selama proses berlangsung dan
saling
mendukung satu dengan lainnya dalam kegiatan penyelidikan mereka.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-14
•
Merefleksikan dan merayakan penemuan inkuiri mereka dengan
komunitas audien.
Dalam implementasinya, pembelajaran inkuiri bisa direncanakan
secara singkat, misalnya menyelesaikan masalah dengan menggali informasi
di perpustakaan atau internet, atau berlangsung dalam jangka panjang
sampai setahun atau lebih, misalnya dengan mengajak siswa untuk
melakukan menyelidikan secara mendalam tentang suatu masalah. Dengan
membangun kelas berbasis inkuiri maka siswa akan lebih terlibat dalam
proses dan menumbuhkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri.
Ada beberapa langkah yang pada umumnya nampak dalam siklus inkuiri
seperti yang digambarkan dalam Gambar 2.
1
Bertanya:
Mengawali
pertanyaan yang
akan diselidiki
6
Berbagi:
Berbagi dan
mengkomunikasikan
hasil
2
Brainstorming:
“curah gagasan” ttg
pemecahan masalah
Siklus
inkuiri
5
3
Prediksi:
Memilih pernyataan
untuk diuji
Kesimpulan:
Mengumpulkan
bukti dan menarik
kesimpulan
4
Aplikasi:
Mendesain dan
melaksanakan
rencana
Gambar 2. Siklus inkuiri (Diadopsi dari Llewellyn, 2002: 15)
Seberapa besar keterlibatan siswa dalam kegiatan penyelidikan berbasis inkuiri
tergantung pada pengalaman siswa dalam melakukan kegiatan ini. Jika
ketrampilan siswa berinkuiri semakin berkembang maka bantuan yang mereka
dapatkan dari guru menjadi semakin berkurang sampai akhirnya mereka dapat
melakukan kegiatan inkuiri sendiri.
2. Model Pembelajaran Inkuiri Konstruktivistik
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-15
Prinsip-prinsip konstruktivistik yang menjelaskan bagaimana siswa
belajar dan siklus inkuiri yang menggambarkan bagaimana seorang ilmuwan
bekerja secara ilmiah dapat dipadukan dalam model pembelajaran siklus
inkuiri konstruktivistik seperti gambar 3 berikut.
3. Model Pembelajaran Learning Cycle
Learning cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis
inkuiri dan konstruktivistik. Model ini dikembangkan oleh J. Myron Atkin,
Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study),
di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1970-an
(Trowbridge & Bybee, 1996). Pada awalnya learning cycle dikembangkan
kedalam 3 fase pembelajaran, yaitu fase Exploration, fase Invention, dan fase
Discovery, yang kemudian istilahnya diganti menjadi Exploration, Concept
Introduction dan Concept Application ( E-I-A). Walaupun istilah yang digunakan
untuk ketiga fase ini berbeda, akan tetapi tujuan dan pedagoginya masih
tetap sama. Model ini kemudian dikembangkan dan dirinci lagi menjadi lima
fase, yang dikenal dengan sebutan 5E (Engagement, Exploration, Explanation,
Elaboration/Extention,
Evaluation).
Selanjutnya
model
learning
cycle
dikembangkan lagi menjadi tujuh fase yang dikenal dengan nama 7E (Excite,
Explore, Explain, Expand, Extend, Exchange, dan Examine). Setiap fase dalam
model ini memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk menyumbang
proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktifitas mental dan fisik
siswa serta strategi yang
digunakan
guru.
Gambar 4 menunjukkan
perkembangan model learning cycle 3E menjadi 7E. Tujuan learning cycle
5E dan kegiatan siswa dan guru dalam Learning cycle 5E dijelaskan
sebagai berikut:
Engage
Fase engage dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa, memunculkan
rasa ingin tahu, mengases latar belakang dan kesiapan siswa, dan
menetapkan arah pembelajaran. Selama fase pembelajaran ini, siswa
dikenalkan dengan topik pelajaran dan dibantu untuk membuat hubungan
antara apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang dapat dikerjakan.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-16
1
Mengatur data
dan menemukan
hubungan
1
1
Menarik
kesimpulan dari data
Mengumpulkan bukti
dan data
1
9
Mengkomunikasikan
danberbagi hasil
1
Siklus Inkuiri
Konstruktivistik
Membandingkan
pengetahuan baru
dengan pengetahuan
awal
1
Mendesain dan
melaksanakan rencana
8
Memilih
pernyataan untuk diuji
7
Menerapkan
pengetahuan baru
pada situasi baru
6
Brainstorming
pemecahan masalah
Menyatakan
pertanyaan yang
diselidiki
5
Memilih dan
merevisi
pertanyaan
4 Mengemukakan
dan mencatat
pertanyaan
3
Menyediakan
eksplorasi
2
Mengases
pengetahuan awal
1
Mengenalkan
topik
Gambar 3. Siklus inkuiri (Diadopsi dari Llewellyn, 2002: 47)
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-17
Atkin dan Karplus-E-I-A
Bybee-5E
Eisenkraft-7E
Elicit
Engage
Engage
Explore
Explore
Explore
Invention
Explain
Explain
Elaborate
Elaborate
Discovery
Evaluate
Elaborate
Extend
Gambar 4. Model Pembelajaran Learnng Cycle 3E, 5E dan 7E
(Gallagher, 2007: 45)
Kegiatan guru: membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
topik yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan dan
menggali respon tentang apa yang diketahui oleh siswa tentang
topik/konsep tersebut.
Kegiatan siswa: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan topik
dan menunjukkan minat terhadap topik.
Explore
Fase ini melibatkan siswa dalam pengalaman bermakna yang relevan dengan
topik yang diajarkan. Siswa memperoleh landasan pengalaman melalui
eksplorasi
langsung
materi
pelajaran.
Yakinkan
siswa
telah
terlibat
pikirannya sebelum menggali ide-ide tentang materi pelajaran.
Kegiatan guru: Mendorong siswa untuk bekerja sama tanpa pengarahan
langsung dari guru, mengamati dan mendengarkan siswa saat
mereka berinteraksi, mengajukan pertanyaan penyelidikan
untuk
mengarahkan
investigasi
siswa
jika
diperlukan,
memberikan waktu pada siswa untuk berteka-teki melalui
permasalahan dan berperan sebagai konsultan bagi siswa.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-18
Kegiatan siswa: berfikir bebas tetapi dalam lingkup aktifitas yang dilakukan,
menguji
prediksi
atau
hipotesis,
membuat
prediksi
dan
hipotesis baru, mencoba alternatif dan mendiskusikannya
dengan teman lainnya, mencatat pengamatan dan ide-ide dan
menangguhkan pendapat/keputusan.
Explain
Dalam fase ini siswa mengkomunikasikan ide-ide mereka berdasarkan hasil
observasi dalam kegiatan fase eksplorasi. Siswa menjelaskan pemahamannya
tentang konsep-konsep yang mereka pelajari. Melalui sederet pertanyaan yang
disusun dengan cermat, guru membantu mengklarifikasi pemahaman siswa
dengan mengkaitkan pengalaman belajar siswa menuju
konsep (bergerak
dari konkrit ke abstrak) dan mengenalkan konsep-konsep baru atau istilah
baru.
Kegiatan guru: Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi
dalam bahasa mereka sendiri, meminta pembenaran/justifikasi
(bukti-bukti) dan klarifikasi dari siswa, memberikan definisi
formal, penjelasan dan label baru, menggunakan pengalaman
siswa terdahulu sebagai dasar untuk menjelaskan konsep.
Kegiatan siswa: menjelaskan pemecahan atau jawaban yang mungkin pada
teman lainnya, mendengarkan penjelasan orang lain dengan
kritis, mempertanyakan penjelasan orang lain, mendengarkan
dan mencoba memahami penjelasan yang diutarakan guru,
mengacu pada aktifitas sebelumnya, menggunakan pengamatan
yang dicatat dalam penjelasan.
Elaborate
Siswa menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh pada situasi baru.
Mereka
meneruskan
menggunakan
membangun
pengalaman
baru
pemahaman
konsep
untuk memperluas
mereka
dan
pengetahuan
dan
ketrampilan
Kegiatan guru:
meminta siswa untuk menggunakan label formal, definisi
dan penjelasan yang telah diberikan sebelumnya, mendorong
siswa
untuk
menerapkan
dan
memperluas
konsep
dan
ketrampilan dalam situasi baru, mengingatkan siswa pada
penjelasan-penjelasan alternatif.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-19
Kegiatan siswa:
menerapkan label, definisi dan ketrampilan yang baru
diperoleh ke dalam situasi yang baru dan mirip, menggunakan
informasi
sebelumnya
untuk
mengajukan
pertanyaan,
mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, mendesain
percobaan, menggambarkan kesimpulan yang masuk akal dari
bukti-bukti
yang
diperoleh,
mencatat
pengamatan
dan
penjelasan dan mengecek pemahaman diantara siswa.
Evaluate
Siswa mengases pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan mereka. Guru
dapat menggunakan hasil belajarnya untuk mengevaluasi kemajuan siswa.
Evaluasi dapat dilakukan disetiap fase pembelajaran.
Kegiatan guru:
mengamati siswa ketika siswa menerapkan konsep dan
ketrampilan yang baru, menilai pengetahuan siswa dan/atau
ketrampilan siswa, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah
pikiran dan tingkah laku mereka, memberi kesempatan pada
siswa
untuk
menilai
belajarnya
dan
ketrampilan
proses
kelompok.
Kegiatan siswa:
menjawab pertanyaan terbuka dengan menggunakan
pengamatan dan bukti-bukti dan penjelasan sebelumnnya yang
diterima, menunjukkan pemahaman atau pengetahuan konsep
atau ketrampilan, mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan
mereka sendiri, mengajukan pertanyaan terkait yang dapat
mendorong investigasi selanjutnya.
4. Model Pembelajaran PBL (Problem-Based Learning)
Problem-Based Learning (PBL) dikembangkan di sekolah medis di awal
tahun 1970an (Savery & Duffy, 1995). Menurut Boud and Feletti (1991:14)
PBL adalah “a way of constructing and teaching courses using problems as the
stimulus and focus for learner activity. It is not simply the addition of problemsolving activities to otherwise discipline centered curricula, but a way of
conceiving of the curriculum which is centered around key problems in
professional practice”. PBL merupakan model pembelajaran berpusat pada
siswa dan berbasis inkuiri.
Proses inkuiri dicirikan oleh aktivitas mencari
jawaban terhadap pertanyaan, rasa ingin tahu, keraguan, dan ketidakpastian
suatu fenomena dalam kehidupan. Sedangkan masalah merupakan suatu
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-20
keraguan, kesulitan atau ketidakpastian yang membutuhkan pemecahan.
Oleh karena itu, kegiatan inkuiri yang dilakukan oleh siswa merupakan
bagian yang penting dalam PBL dan pemecahan masalah (Barell, 2007: 3).
PBL mengajarkan materi dan ketrampilan dalam domain pengetahuan dengan
menggunakan tantangan atau
masalah-masalah
otentik yang
dirancang
dengan teliti dan substantif (Savery and Duffy, 1995) sebagai stimulus dan
fokus untuk aktivitas siswa yang kolaboratif dan mandiri (self directed) (Boud
and Feletti, 1991). Jadi secara ringkas ciri-ciri PBL adalah sebagai berikut:
•
Memfokuskan pada masalah, yaitu siswa mengawali belajar dengan
melakukan simulasi untuk masalah otentik dan tidak terstruktur.
Materi dan ketrampilan yang dipelajari disusun seputar masalah,
bukan dalam bentuk daftar topik yang hirarkis sehinga ada hubungan
timbal
balik
antara
pengetahuan
dan
masalah.
Membangun
pengetahuan didorong oleh masalah dan diterapkan kembali pada
masalah.
•
Berpusat pada siswa, oleh karena itu fasilitator tidak bisa mendikte
belajar.
•
Mandiri,
misalnya
siswa
secara
individual
dan
kolaboratif
mengasumsikan tanggungjawab untuk menghasilkan isu-isu dan
proses belajar melalui penilaian diri dan penilaian teman sendiri dan
mengakses bahan ajarnya sendiri.
•
Refleksi diri, yaitu siswa memonitor pemahamannya dan belajar
mengatur strategi belajarnya.
•
Guru adalah fasilitator (bukan pendesiminasi pengetahuan) yang
mendukung dan memodelkan proses penalaran, memfasilitasi proses
kelompok dan dinamika antar siswa, menggali pemahaman siswa
secara mendalam, dan tanpa pernah menyelipkan materi atau
memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa.
Dalam menerapkan PBL ada 7 fase yang harus diikuti (Ramsay & Sorrel,
2006), yaitu:
1. Kasus atau Pernyataan Masalah: Fasilitator menyajikan pendahuluan
untuk suatu masalah. Tujuan tahap ini adalah untuk membangun
hubungan pribadi antara masalah dengan siswa mereka. Contoh kegiatan
yang dilakukan misalnya mendatangkan pembicara tamu, memutar video,
membaca cerita di koran, mengamati foto atau kasus yang ditulis. Tahap
ini memberikan latar belakang informasi yang diperlukan agar siswa dapat
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-21
menempatkan pentingnya konteks masalah dan hasil dalam peernyataan
masalah yang kurang terstruktur.
Contoh masalah dalam kimia:
Jika titik leleh dan titik didih molekul yang terdiri dari atom-atom
yang sama atau berbeda dalam tabel periodik diperiksa, maka
tampak ada perbedaan yang menarik. Titik leleh dan titik didih
untuk molekul HCl yang tersusun dari unsur H dan Cl adalah
−114°C dan −85°C, sedangkan nilai ini untuk molekul NO yang
tersusun dari N dan O berturut-turut adalah −163°C dan −151°C.
Dengan melihat data ini, bagaimanakah gaya tarik antar molekulmolekulnya, yang berada dalam fase gas pada suhu kamar,
memungkinkan partikel itu dalam fase cair atau padat pada suhu
rendah?
Hal serupa, seperti terlihat dalam tabe di bawah, titik leleh dan titik
didih untuk molekul F2, Cl2, Br2, I2, yang terdiri dari unsur
golongan 7A, berbeda satu dengan lainnya: gas F2 dan Cl2 gas, Br2
cair, dan I2 padat pada suhu ruang. Bagaimanakah menjelaskan
perbedaan ini?
Zat
F2
Cl2
Br2
I2
Titik leleh (°C)
−220
−101
−7
114
Titk didih (°C)
−188
−29
59
184
(Dikutip dari Tarhan, dkk. 2008)
2. Pertanyaan:
Guru/Fasilitator akan mengarahkan diskusi kelas untuk
menentukan jawaban dari pertanyaan di bawah ini.
•
Apakah yang sudah kita ketahui? (Fakta-fakta tentang kasus itu)
•
Apa yang perlu kita ketahui? (Fakta lain yang hilang pada poin ini)
•
Apakah yang perlu kita pelajari lagi? (Konsep sains/kimia yang perlu
diteliti lagi, dielaborasi atau didefinisikan).
Sebelum melakukan diskusi kelas, guru mungkin meminta siswa untuk
berdiskusi di dalam kelompok masing-masing yang terdiri dari 3-5 orang
siswa. Dari contoh masalah kimia di atas, kemungkinan pertanyaan yang
dinyatakan adalah:
•
Apakah pengaruh perbedaan keelektronegativan, jumlah elektron
dan ukuran atom pada titik leleh dan titik didih?
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-22
•
Mengapa
meningkatnya
titik
leleh
dan
titik
didih
dapat
meningkatkan perbedaan keelektronegativan dan polaritas dalam
molekul HCl dan NO?
•
Mengapa meningkatnya titik leleh dan titik didih molekul non polar
seperti F2, Cl2, Br2, dan I2, yang tidak memiliki perbedaan
keelektronegativan,
dibarengi
dengan
meningkatkan
jumlah
elektron dan ukuran molekul?
3. Rencana Tindakan:
Siswa dalam kelompok membuat perencanaan
tentang bagaimana mereka akan menemukan informasi yang diperlukan.
Misalnya, membuat perencanaan dengan cara membuat daftar sumbersumber yang dapat membantu penyelidikan, baik berupa buku, artikel,
anggota komunitas atau internet.
4. Penyelidikan:
siswa
dalam
kelompoknya
melaksanakan
rencana
tindakannya. Fasilitator dapat memilih aktivitas apa yang akan dilakukan
siswa yang memberikan informasi atau elaborasi tentang konsep-konsep
dasar yang diidentifikasi dalam fase pertanyaan. Langkah ini seringkali
disebut sebagai ‘metakognisi’.
5. Meninjau kembali kasus - Evaluasi: ketika kegiatan kelompok selesai,
kelompok berkumpul kembali untuk melaporkan dan mengkaji kembali
pertanyaan. Penyelidikan lebih lanjut mungkin saja masih diperlukan.
6. Produk akhir atau Kinerja: setiap kasus menyimpulkan dengan produk
atau kinerja kelompok, atau bagian dari kelompok. Fasilitator sebaiknya
menyediakan tim investigasi dengan beberapa pilihan produk atau kinerja.
Ini bisa termasuk rencana untuk tindakan selanjutnya.
7. Evaluasi Akhir & Umpan Balik. Siswa penginvestigasi mengevaluasi
kinerjanya, kinerja tim, dan kualitas masalah itu sendiri. Guru meminta
siswa untuk menyampaikan apa yang dapat terlaksana dengan baik dan
apa yang tidak.
II. RANGKUMAN
Inkuiri adalah kegiatan yang mencakup banyak aspek seperti kegiatan
pengamatan; mengajukan pertanyaan; mengkaji buku atau sumber-sumber
informasi; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data; mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi;
dan mengkomunikasikan hasil. Ada beberapa mitos dan miskonsepsi tentang
inkuiri yaitu: melakukan aktivitas sains hands-on adalah sama dengan
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-23
melakukan inkuiri; inkuiri menggunakan metode ilmiah; inkuiri tidak
terstruktur dan kacau; inkuri adalah mengajukan banyak pertanyaan pada
siswa; jika saya mengajak siswa berinkuiri, guru harus siap menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh siswa; inkuiri hanya bisa dilakukan di level
SD dan SMP, namun guru-guru level SMA
tidak memiliki waktu ekstra
untuk melakukan inkuiri; pembelajaran berbasis inkuiri sulit untuk dinilai;
inkuiri diperuntukkan siswa yang pandai dan bukan bagi siswa yang
memiliki kesulitan belajar. Ada beberapa macam model pembelajaran
berbasis
inkuiri,
yaitu:
model
pembelajaran
inkuiri
umum,
model
pembelajaran inkuiri konstruktivistik, model pembelajaran learnig cycle 5E
dan model pembelajaran PBL.
III. LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri!
2. Jelaskan beberapa mitos dan miskonsepsi tentang pembelajan inkuiri!
3. Bagaimanakah cirri model pembelajaran inkuiri yang umum?
4. Bagaimanakah ciri model pembelajaran inkuiri konstruktivistik?
5. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran dalam model learning cycle
5E?
6. Bagaimanakah ciri-ciri model pembelajaran PBL (Problem-Based
Learning)?
7. Bagaimanakah langkah-langkah dalam model pembelajaran PBL?
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-24
Kegiatan Belajar 4:
Model Pembelajaran Kooperatif
1. Deskripsi isi:
Bagian Model Pembelajaran Kooperatif membahas tentang pengertian
pembelajaran kooperatif; langkah-langkah umum dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif; dan model pembelajaran kooperatif.
2. Kompetensi:
Menguasai
konsep-konsep
dasar
pada
pengertian
pembelajaran
kooperatif; langkah-langkah umum dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif; dan model pembelajaran kooperatif.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian pembelajaran kooperatif; langkahlangkah umum dalam menerapkan pembelajaran kooperatif; dan model
pembelajaran kooperatif.
I.
URAIAN SINGKAT
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
berbasis konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai siswa
belajar bersama dalam kelompok kecil (@ 3-4 orang siswa) sehingga setiap
individu dapat berpartisipasi secara aktif dalam tugas-tugas kolektif yang
sudah ditentukan tanpa pengawasan langsung dari guru (Cohen, 1994:3).
Siswa dalam kelompok saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator dalam
membimbing siswa menyelesaikan materi tugas dan mengatur siswa kedalam
kelompok belajar yang benar-benar kooperatif. Agar kondisi tersebut benarbenar terjadi, maka guru harus memahami lima unsur dasar yang harus ada
dalam belajar kooperatif yaitu:
a) Saling ketergantungan positif (positive inter-dependence). Siswa harus
merasa bahwa mereka saling tergantung secara positif dan saling terikat
antar sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-25
siswa lain juga tidak sukses. Dengan demikian, materi tugas haruslah
mencerminkan aspek saling ketergantungan seperti dalam hal tujuan
belajar, sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan;
b) Interaksi langsung (face-to-face interaction) antar siswa. Hasil belajar yang
terbaik dapat diperoleh dengan cara adanya komunikasi verbal antar
siswa
yang
didukung
oleh
saling
ketergantungan
positif.
Belajar
kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan
lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan
dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar, dan sumbangan
pemikiran dalam pemecahan masalah. Selain itu siswa juga harus
mengembangkan ketrampilan berkomunikasi secara efektif;
c) Pertanggung jawaban
individu (individual accountability). Agar supaya
dapat menyumbang, mendukung, dan membantu satu sama lain, setiap
siswa harus menguasai materi ajar. Dengan demikian setiap anggota
kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi dan bertanggung
jawab pula terhadap hasil belajar kelompok. Dengan cara ini prestasi
setiap siswa dapat dimaksimalkan;
d) Ketrampilan berinteraksi antar individu dan kelompok. Ketrampilan sosial
sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan kepada
siswa. Selain itu siswa harus dimotivasi untuk menggunakan ketrampilan
berinteraksi dalam kelompok yang benar sebagai bagian dari proses
belajar;
e) Keefektifan proses kelompok ( group processing ). Siswa memproses
keefektifan kelompok belajar mereka dengan cara menjelaskan tindakan
mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak, dan
membuat keputusan terhadap tindakan yang bisa dilanjutkan atau yang
perlu diubah. Proses kelompok terjadi baik dalam kelompok kecil mapun
di seluruh kelas. Fase-fase dalam proses ini meliputi umpan balik,
refleksi, dan peningkatan kualitas kerja.
B. Langkah-Langkah Umum Dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif
Agar supaya belajar kooperatif dapat diterapkan dengan baik, seorang
guru perlu melakukan tiga langkah yaitu persiapan, proses belajar, dan
evaluasi.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-26
a. Persiapan
Sebelum siswa bekerja dalam kelompok, guru harus melakukan
persiapan sebagai berikut: (1) Menentukan tujuan belajar dengan cara
menentukan materi yang akan dipelajari atau tugas-tugas yang harus
diselesaikan dan ketrampilan kolaborasi yang digunakan dalam kelompok; (2)
Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok. Guru harus memperhatikan
variasi dalam kelompok berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin,
dan latar belakang kesukuan. Guru disarankan untuk memaksimalkan
heterogenitas siswa dalam kelompok; (3) Menjelaskan tugas. Ada dua aspek
tugas yaitu akademik dan sosial. Tugas akademik mengacu pada hal-hal yang
harus dimiliki siswa untuk menyelesaikan materi tugas. Aspek sosial meliputi
penentuan peran siswa dan aturan-aturan yang harus diikuti oleh kelompok;
(4) Menyusun saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif
berkaitan dengan kesadaran siswa untuk bekerja sama guna mencapai
tujuan belajar. Menurut Van der Kley(1991) ada lima aspek dalam menyusun
ketergantungan
yang
ketergantungan
positif
peran,
yaitu:
ketergantungan
ketergantungan
pada
tujuan
belajar,
sumber
belajar,
ketergantungan lingkungan belajar, dan ketergantungan penghargaan.
b. Proses Belajar
Peran guru selama kebiatan pembelajaran kooperatif adalah sebagai
fasilitator, yaitu:
(1) Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas. Secara khusus guru
mengelilingi
tiap-tiap
kelompok
dan
melakukan
hal-hal
berikut:
mengusulkan cara lain dalam memecahkan masalah atau mencari
jawaban jawaban; mengarahkan siswa untuk kembali ke sumber belajar
semula dalam proses pemecahan masalah; dan memberikan umpan balik
yang positif terhadap usaha-usaha siswa dalam menyelesaikan tugas.
(2)
Membantu
siswa
bekerja
secara
kooperatif.
Kadang-kadang
siswa
cenderung bekerja secara individu daripada kooperatif. Kecenderungan ini
terjadi bila belajar kooperatif merupakan gaya belajar yang baru bagi
siswa. Untuk meningkatkan usaha kooperatif, guru harus memacu siswa
untuk: saling menyebut nama setiap anggota; memusatkan pada tugastugas belajar; saling menanyakan tugas antar siswa; saling memberi
semangat satu dengan lainnya; dan merefleksi dan mengecek pernyataan
anggota kelompok.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-27
c. Evaluasi
Ada dua macam evaluasi yang harus dilakukan oleh guru yaitu
evaluasi hasil belajar dan evaluasi ketrampilan berkolaborasi.
(1)
Evaluasi hasil belajar. Evaluasi jenis ini digunakan untuk menilai
pencapaian tujuan belajar kelompok dan memfokuskan pada penilaian
aspek akademik. Hasil belajar tersebut dapat berupa laporan, satu set
jawaban kelompok yang disetujui oleh semua anggotanya, rata-rata skor
ujian individu atau sejumlah anggota kelompok yang mencapai kriteria
tertentu. Menurut Van der Kley(1991) ada beberapa cara untuk menilai
hasil belajar siswa dalam belajar kooperatif yaitu:
•
setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai
kelompok;
•
setiap siswa diberikan tugas atau tes perorangan setelah kegiatan
belajar kooperatif berakhir;
•
seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk
menjelaskan pemecahan materi tugas; nilai setiap anggota kelompok
ditalus dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok; dan
•
beberapa topik atau aktivitas yang menggunakan belajar kooperatif
mungkin tidak memerlukan nilai. Dalam hal ini penghargaan pada
siswa dapat diberikan dalam bentuk lain misalnya memilih dan
menunjukkan kepada seluruh siswa salah satu tugas yang terbaik.
(2) Evaluasi ketrampilan berkolaborasi. Evaluasi jenis ini bertujuan untuk
menemukan seberapa baik siswa bekerja sebagai suatu kelompok. Untuk
melaksanakan evaluasi ini, guru harus mengelilingi masing-masing
kelompok
ketrampilan
dan
mencatat
kooperatif.
apakah
Catatan
kelompok
observasi
telah
menggunakan
dilakukan
dalam
hal
bagaimana anggota kelompok melaksanakan ketrampilan berkolaborasi
seperti mendengarkan dan melihat pada pembicara, memberi semangat
pada anggota kelompok yang lain, meninjau jawaban dan pertanyaan(Van
der Kley, 1991). Guru wajib memberikan nilai kelompok berdasarkan
ketrampilan yang digunakan oleh kelompok.
C. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa model pembelajaran kooperatif, empat diantaranya
adalah model STAD, model Jigsaw, model proyek laboratorium(laboratory
projects), dan model perdebatan akademik(academic controversies)
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-28
1. Model STAD
Model pembelajaran kooperatif
STAD memiliki beberapa fase dalam
sintaksnya. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru
dalam mengimplemtasikan fase-fase STAD yaitu:
Fase 1: Pendahuluan: Menetapkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
•
Menjelaskan kepada siswa proses kooperatif yang akan digunakan,
tujuan pelajaran dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal
siswa.
•
Menetapkan tingkah laku dan interaksi antar siswa yang diharapkan.
Fase 2. Penyajian Informasi (Garis besar Materi Pelajaran)
•
Menyajikan informasi/konsep kunci secara verbal atau dalam bentuk
hand-out atau menggunakan bentuk bahan ajar yang lainnya. Bila
digunakan informasi yang banyak dari buku teks, maka bisa
digunakan LKS untuk membantu siswa memilih dan mencatat
informasi yang terdapat dalam buku teks tersebut.
Fase 3. Mengatur siswa ke dalam kelompok belajar.
•
Mengatur kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa dan
menyeimbangkan perbedaan-perbedaan diantara siswa. Dalam hal ini
harus disusun variasinya dalam hal tingkat intelektualnya, jenis
kelamin dan suku. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki
intelektual tinggi, sedang dan rendah.
•
Mengatur peran setiap anggota kelompok dalam kelompoknya.
Fase 4: Membantu Mahasiswa Bekerja dan Belajar dalam Kelompok.
Fase 5: Memberikan Tes/kuis tentang materi pelajaran. Tes/kuis diberikan
secara individu dan tidak diperkenankan untuk saling bekerja sama.
Penilaian dilakukan oleh fasilitator dan skor peningkatan kelompok
didasarkan atas skor individu.
Fase
6:
Memberikan
kelompok
bisa
Penghargaan
berupa
pada
tanda
Kelompok.Penghargaan
mata/voucer,
status
untuk
(misalnya,
kelompok terbaik), sanjungan, dan sebagainya.
2. Model Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang
besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Misalnya, untuk mengajarkan
topik kimia “hidrolisis”, guru membagi topik utama ini menjadi empat
subtopik yaitu hidrolisis garam yang berasal dari: a) asam kuat dan basa
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-29
kuat, b) asam kuat dan basa lemah, c) asam lemah dan basa kuat, d) asam
lemah dan basa lemah. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang
ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok
yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok
lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam
subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya
dan
mengajarkan
informasi
penting
dalam
subtopik
tersebut
kepada
temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga
seluruh
siswa
bertanggung
jawab
untuk
menunjukkan
penguasaanya
terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap
siswa dalam kelompok harus menguasai topik hidrolisis secara keseluruhan.
3. Model Proyek Laboratorium (Laboratory Projects)
Bila menginginkan siswa menyelesaikan suatu proyek laboratorium,
guru dapat membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar kooperatif.
Setiap kelompok yang terdiri dari tiga atau empat orang siswa menyele-saikan
satu proyek. Siswa mengerjakan proyek dan mendiskusikan hasil temuannya
secara kooperatif. Selanjutnya, seluruh anggota kelompok menandatangani
proyek
masing-masing
untuk
menunjukkan
bahwa
mereka
telah
menyumbangkan pemikiran dalam tugas kelompok, menyetujui materi hasil
diskusi kelompok dan dapat menampilkan atau menjelaskannya di depan
kelas. Bila dalam proyek tersebut menggunakan berbagai peralatan seperti
timbangan, beaker glass, labu ukur dan sebagainya, setiap anggota diberi
tanggung-jawab untuk satu atau dua alat atau bila perlu disusun suatu peran
dalam kelompok. Untuk memastikan adanya pertanggungjawaban individu
(individual accountability), setiap siswa dapat ditunjuk untuk menjelaskan
hasil proyeknya secara rinci di depan kelas.
4. Model Perdebatan akademik
Menciptakan konflik atau debat akademik merupakan salah satu cara
pengajaran yang sangat penting dan bermanfaat dalam pembelajaran IPA
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-30
untuk meningkatkan kemampuan akademik. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa( dua
orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra)
melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masingmasing kelompok yang mencakup kedua posisi pro dan kontra diberikan
kepada guru. Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang
penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi
seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus
dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.
Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat
ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin
bermacam-macam
menurut
tugas,
misalnya,
peran
pencatat(recorder),
pembuat kesimpulan(summarizer), pengatur materi( material manager), atau
fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
II. RANGKUMAN
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai siswa belajar bersama
dalam kelompok kecil (@ 3-4 orang siswa) sehingga setiap individu dapat
berpartisipasi secara aktif dalam tugas-tugas kolektif yang sudah ditentukan
tanpa
pengawasan
langsung
dari
guru.
Lima
unsure
dasar
dalam
pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif, interaksi
langsung
antar
siswa,
pertanggung
jawaban
individu,
ketrampilan
berinteraksi antar individu dan kelompok, dan keefektifan proses kelompok.
Langkah-langkah umum dalam menerapkan pembelajaran kooperatif adalah
persiapan, proses belajar dan evaluasi. Ada beberapa model pembelajaran
kooperatif diantaranya adalah model STAD, model Jigsaw, model proyek
laboratorium dan model perdebatan akademik.
III. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian pembelajaran kooperatif.
2. Jelaskan langkah-langkah umum dalam menjelaskan pembelajaran
kooperatif.
3. Jelaskan langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif STAD.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-31
4. Jelaskan langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran
jigsaw.
5. Jelaskan kharakteristik model pembelajaran Proyek Laboratorium
(Laboratory Projects)
6. Jelaskan kharakteristik model pembelajaran perdebatan akademik.
IV. REFERENSI
Barell, J. F. 2007. An Inquiry Process. Dalam Problem-Based Learning: An
Inquiry Approach (halaman 3-10) 2nd edition. California, USA: Corwin
Press.
Bodner, G. M. 1986. Constructivism: a theory of knowledge. Journal of
Chemical Education, 63(10), 873-878
Boud, D., and G. Feletti, eds. 1991. The challenge of problem-based learning.
New York: St. Martin’s Press.
Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching, second
edition. Boston: Allyn and Bacon.
Cherif, A. H. & Adams, G. E. 1993. The essence of teaching. Dalam Forward
to Excellence, Vol 1, No.1, p. 5-7
Chinn, C. A., & Malhotra, B. A. (2002). Epistemologically authentic reasoning
in schools: A theoretical framework for evaluating inquiry tasks.
Science Education, 86, 175-218
Cohen, E. G. 1994. Restructuring the classroom: condition for productive
small group. Review of Educational Research, 64(1), 1-35
Gallagher, J. J. 2007. Teaching Science For Understanding: A Practical Guide
for Middle and High School Teachers. Ohio, USA: Prentice Hall, Inc.
Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models
approach. Boston: Allyn and Bacon.
Joyce, B. and Weil, M. 1986. Models of Teaching (Third Edition). Boston, MA:
allyn & bacon.
Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Kauchak, D.P., & Eggen, P. D. 2007.Learning and Teaching; Research-Based
Methods (Fifth Edition). Boston, USA: Allyn and Bacon.
Llewellyn, D.
2002. Inquiry Within: Implementing Inquiry-Based Science
Standards. California, USA.: Corwin Press.
National Research Council. 1996. National science education standards.
Washington, DC: National Academy Press.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-32
Ramsay & Sorrel. 2006. Problem-Based Learning: A novel approach to
teaching safety, helath and environmental course. The Journal of SH &
E Research, 3(2), 1-8
Saskatchewan Education. 2012. Instructional Approaches: A Framework for
Professional Practice Regina, SK: SaskatchewanEducation. Diunduh 8
Mei 2012. (http://www.sasked.gov.sk.ca/docs/policy/approach/instra
pp03.html)
Savery, J.R. & Duffy, T. M. 1995. Problem-Based Learning: An instructional
model and its constructivist framework. Educational Technology, 35,
31-38
Tarhan, L., Kayali H. A., Urek, R. O., & Acar, B. 2008. Problem-Based
Learning in 9th Grade Chemistry Class: ‘Intermolecular Forces’.
Research in Science Education, 38, 285–300
Tobin, K. 1990. Social constructivist perspectives on the reform of science
education. The Australian Science Teacher Journal, 36(4), 29-35
Trowbridge, L. W., Bybee, R.W., & Powell, J.C. 2004. Teaching Secondary
School Science: Strategies for Developing Scientific Literacy (six Edition).
Ohio, USA: Prentice Hall.
Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. 1996. Teaching Secondary School Science:
Strategies for Developing Scientific Literacy (6th Ed.). New Jersey:
Prentice-Hall
Trumbull, D. J., Bonney, R., & Grudens-Schuck, N. 2005.Developing
materials to promote inquiry: Lesson learned. Science Education, 89(6),
879-900
Van der Kley, W. 1991. Cooperative learning: and how to make it happen in
your classroom, New Zealand: Macprint Printing.
Wheatley, G. H. 1991. Constructivist perspectives on science and mathematics
learning. Science Education, 75, 9–21.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
1-33
BAGIAN 2
PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN KIMIA
Naskah disiapkan untuk materi acuan pada
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 115
Universitas Negeri Malang
Oleh:
Dr. Munzil Arief, M.Si
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Mei 2012
Bagian 2:
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA
1. Deskripsi isi:
Bagian 2 mengenai Pengembangan Media Pembelajaran Kimia membahas
tentang pengertian media pembelajaran kimia, baik yang berupa media
fisik (alat peraga) maupun media digital; langkah-langkah penggunaan
media pembelajaran dalam proses pembelajaran, sesuai dengan tujuan
pembelajaran; asesmen pembelajaran berdasarkan media pembelajaran
yang digunakan; dan integrasi media pembelajaran kedalam rencana
pelakasanaan pembelajaran (RPP).
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian media pembelajaran
kimia, baik yang berupa media fisik (alat peraga) maupun media digital;
langkah-langkah
penggunaan
media
pembelajaran;
asesmen
pembelajaran berdasarkan media pembelajaran yang digunakan; dan
integrasi media pembelajaran kedalam RPP.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian media pembelajaran kimia, baik
yang berupa media fisik (alat peraga) maupun media digital; langkahlangkah
penggunaan
media
pembelajaran;
asesmen
pembelajaran
berdasarkan media pembelajaran yang digunakan; dan integrasi media
pembelajaran kedalam RPP.
I.
URAIAN SINGKAT
A. Pengertian Media Pembelajaran
Pengertian media secara umum, adalah alat atau sarana untuk
menyampaikan pesan (Boove, 1997). Dalam pembelajaran, pesan yang
dimaksud adalah pesan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya
oleh guru. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi dan interaksi
antara siswa, guru, dan bahan ajar. Proses tersebut akan berjalan dengan
baik jika ada sarana yang digunakan, serta pesan pembelajaran akan dapat
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-1
diterima dengan baik jika media penyampaian yang digunakan sesuai.
Dengan media, proses interaksi antara siswa dengan bahan ajar akan terjadi,
sehingga dapat diharapkan adanya proses belajar yang lebih baik.
Pengertian media pembelajaran secara fisik, dikemukan oleh Briggs
(1977), bahwa media pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik
untuk membawa atau menyempurnakan pesan. Termasuk dalam katagori ini
adalah
buku,
perkembangan
modul,
slide,
teknologi
telivisi,
komunikasi,
tape
recorder.
Association
Seiirng
for
dengan
Educational
Communication and Technology (AECT, 1997) mendefinisikan media sebagai
segala bentuk yang digunakan untuk penyaluran
informasi. National
Education Assosiation (NEA) mendefiniskan media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya. Sedangan
tinjauan dari segi psikologis, Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam linkungan pembelajaran
yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang dapat digunakan sebagai
perantara dalam proses pembelajaran, agar pesan dan tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Pengertian ini mengandung makna, bahwa segala media
pembelajaran yang digunakan selalu bertujuan untuk tercapainya proses
pembelajaran yang dialami siswa, jadi bukan semata-mata sebagai sarana
penyampaian pesan pembelajaran. Proses belajar yang dimaksud adalah
meliputi, proses menemukan konsep, memecahkan masalah, dan aplikasi
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Ketika seorang guru kimia akan menyampaikan konsep tentang
pengaruh luas permukan dalam kecepatan reaksi yang disampaikan dalam
bentuk ceramah, pada dasarnya guru tersebut menyampaikan sebuah pesan
yang tergambar dalam struktur kognitifnya, kemudian diutarakan dalam
bentuk verbal, sedangkan siswa menangkap pesan konsep yang disampaikan
dalam bentuk verbal, kemudian siswa membuat gambaran sendiri dalam
struktur kognitifnya. Kemungkinan yang akan terjadi adalah gambaran yang
terbentuk dalam struktur kognitif siswa belum tentu sama dengan gambaran
yang ada dalam struktur kognitif guru. Keadaan ini mengakibatkan pesan
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-2
atau konsep yang disampaikan guru, tidak dapat ditangkap dengan baik oleh
siswa, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Konsep yang sama ketika disampaikan guru dengan menggunakan
data-data kecepatan reaksi dengan melibatkan perbedaan bentuk fisik (untuk
menggambarkan luas permukaan), kemungkinan akan memberi makna yang
lebih baik dalam proses belajar siswa. Proses pembelajaran akan jauh lebih
bermakna, jika materi tersebut disampaikan dalam bentuk praktikum yang
sederhana, misalnya jika siswa langsung mengadakan praktik sederhana
(menggunakan
cuka,
cangkan
telur,
botol
bekas
dan
balon)
untuk
menemukan pengaruh luas permukaan dalam kecepatan reaksi. Siswa secara
fisik dan mental akan mengalami proses yang bermakna untuk menemukan
konsep tersebut. Alat praktikum sederhana tersebut memiliki peranan yang
baik sebagai sarana proses penemuan dan penanaman konsep kimia pada
siswa.
Proses belajar siswa di kelas pada dasarnya merupakan peristiwa yang
komplek, siswa datang ke kelas dengan struktur kognitif dan pemahaman
yang berbeda. Keadaan ini menuntut guru untuk lebih kreatif dalam
menciptakan lingkungan belajar, agar siswa dapat merangsang kognitif siswa
dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu
sarana untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif
untuk menanamkan konsep-konsep kimia pada siswa.
Media pembelajaran kimia memiliki fungsi untuk merangsang aktifitas
kognitif dan psikomotorik siswa dalam menemukan dan memahami konsep
kimia secara mandiri. Untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara: (1) menghadirkan obyek kongkrit, (2) membuat konsep abstrak ke
konsep nyata, dan (3) membuat suasana lingkungan belajar yang nyaman,
menarik dan tanpa tekanan. Objek nyata dapat dihadirkan kedalam kelas jika
objek tersebut memungkinkan untuk dihadirkan, konsep abstrak dapat
dimanupulasi dengan menggunakan media pembelajaran (misalnya animasi)
hingga menjadi konsep konkrit, sedangkan situasi pembelajaran yang
menarik dapat tercipta jika dalam proses pembelajaran siswa dapat secara
aktif menggunakan media pembelajaran secara mandiri.
Seiiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
media pembelajaran kimia menjadi sangat beragam kreatif, konsep-konsep
yang bersifat abstrak dengan bantuan komputer dapat dihadirkan pada siswa
menjadi bentuk visual dan kongkrit. Live dan Lenzt (1982) mengemukan
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-3
empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: (a) fungsi
atensi,
(b)
fungsi
afektif,
(c)
fungsi
kognitif,
dan
fungsi
(d)
fungsi
kompensatoris.
Fungsi atensi, berarti media visual menjadi pusat perhatian siswa
dalam pembelajaran, yang dapat mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi pada isi dan tujuan pembelajaran. Fungsi afektif dapat
ditinjau dari kenyaman siswa dalam menggunakan media pembelajaran, tata
letak, ukuran teks, warna dan kejelasan pesan menjadi sangat penting agar
siswa dapat menikmati proses pembelajaran. Fungsi kognitif mengandung arti
bahwa media visual mengandung pesan konsep yang dapat dipikirkan oleh
siswa. Sedangkan fungsi kompensatoris mengandung makna, bahwa media
pembelajaran dapat melayani semua siswa sesuai dengan kecepatan dan gaya
belajar siswa.
Penggunaan media pembelajaran tidak lepas dari metode pembelajaran
yang diterapkan guru. Metode pembelajaran yang mengarah pada keatifan
siswa akan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna pada siswa,
dibandingkan dengan siswa dalam posisi pasive. Hasil penelitian Edgar Dale
tentang efektifitas belajar diberikan dalam kerucut pengalaman, sebagai
berikut:
Gambar 1 : Efektifitas Pembelajaran menurut Edgar Dale
Dari kerucut pengalaman tersebut, yang paling efektif adalah belajar dengan
bekerja secara langsung, dengan kata lain dalam pembelajaran kimia, sedapat
mungkin guru dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya.
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-4
Belajar dengan bekerja secara langsung dalam pembelajaran kimia dapat
dilakukan dengan menggunakan media praktikum sederhana yang digunakan
dengan mudah oleh siswa.
C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran kimia
Jenis-jenis media pembelajaran kimia dapat dibedakan kedalam dua
golongan besar, yaitu media fisik dan media digital atau elektronik. Media
fisik merupakan alat-alat laboratorium atau alat peraga yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Media digital atau elektronik lebih berhubungan
dengan pemanfaatan teknologi komunikasi sebagai sarana dan sumber
belajar.
Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media Fisik
Alat Peraga
Praktikum
Media Digital / Elektronik
Audio
VIsual
Audio-Visual
Gambar 2: Bagan Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Alat peraga digunakan untuk memperagakan atau memperjelas
konsep-konsep abstrak dalam pembelajaran kimia agar lebih mudah diterima
oleh siswa, misalnya tentang struktur senyawa organik dengan menggunakan
molymod sebagai alat peraga untuk menggambarkan jenis dan sudut ikatan
dalam molekul. Alat peraga umumnya bukan merupakan objek yang
sebenarnya, tetapi merupakan manipulasi dari objek atau konsep abstrak.
Dalam hal ini, kesalahan dalam pemilihan alat peraga akan menimbulkan
kesalahan konsep pada siswa, oleh karena itu diperlukan kehati-hatian.
Gambar 3 : Alat peraga Molymod
Praktikum dalam pembelajaran kimia, memegang peranan yang sangat
penting dalam membangun konsep kimia pada siswa. Alat-alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum merupakan media pembelajaran, yang
dapat digunakan untuk menyampaikan konsep pada siswa. Berbeda dengan
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-5
alat peraga yang merupakan manipulasi objek, praktikum merupakan benda
atau bahan nyata yang memang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sifa-sifat
yang diamati dalam praktikum merupakan sifat nyata dari materi yang
diajarkan guru, misalnya pada praktikum sifat larutan asam basa terhadap
indikator PP (phenol phtalin). Perubahan warna yang terjadi pada indikator
menunjukkan
adanya
sifat-sifat
kimia
yang
berbeda
dalam
larutan.
Perubahan warna tersebut dapat dijelaskan berdasarkan teori asam basa.
Praktikum kimia, tidak selamanya mahal dan susah dilakukan di
sekolah. Banyak bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di lingkungan
sekitarnya untuk digunakan sebagai bahan praktikum sederhana. Misalnya
untuk menamakan konsep faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
reaksi, dapat menggunakan bahan cangkan telur, asam cuka, botol minuman
bekas dan balon.
Media audio yaitu media yang digunakan dengan mengandalkan
pendengaran, misalnya tape recorder, atau handphone. Aplikasi sederhana
dalam pembelajaran kimia yang merupakan media audio adalah dengan
merekam penjelasan guru tentang konsep-konsep materi kimia yang ada
dalam buku pelajaran. Rekaman tersebut kemudian diberikan pada siswa,
untuk didengarkan siswa sambil memperhatikan isi dalam buku ajar.
Media audio ini sangat sederhana, mudah dibuat oleh guru, dan
mudah digunakan oleh siswa. Siswa dapat mendengarkan penjelasan guru
tentang isi buku, kapan saja dan dimana saja, jika siswa kurang paham,
penjelasan guru dapat diputar ulang.
Penjelasan guru
direkam ke
hand phone
Siswa
mendengarkan
penjelasan, sambil
membaca buku
Gambar 4: Pembuatan media audio sederhana
Media Visual, yaitu media yang digunakan mengandalkan indera
penghilatan untuk mempelajarinya. Ternasuk dalam media visual ini adalah
gambar dan animasi. Media ini sangat cocok digunakan untuk menerangkan
konsep-konsep abstrak yang sukar dijelaskan dengan alat peraga, praktikum
maupun audio. Konsep-konsep mikroskopis dalam pembelajaran kimia dapat
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-6
dijelaskan dengan mudah melalui gambar dan animasi. Media visual memiliki
tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari pada media audio, baik dari proses
pembuatannya maupun penggunaannya.
Media visual yang sering digunakan oleh guru adalah menggunakan
softwarepresentation (umumnya power point), yang berisi teks, gambar dan
animasi. Contoh tampilan berikut merupakan media visual
Gambar 5: Contoh Media Visual
Contoh media visual di atas, digunakan untuk menjelaskan bagaimana proses
ionisasi asam kuat (H2SO4) dalam air, sampai pada perhitungan pH larutan.
Ditinjau dari sisi penggunaan, media visual digunakan oleh guru untuk
menjelaskan konsep-konsep kimia di kelas, dan dapat juga digunakan oleh
siswa untuk mempelajari konsep-konsep kimia secara mandiri. Perbedaan
penggunaan
media
visual
tersebut,
menuntut
perbedaan
desain
pembuatannya. Jika media tersebut digunakan oleh guru, keberadaan teks
dalam media tidak begitu penting, karena penjelasan dapat langsung
diberikan oleh guru dikelas. Jika media tersebut digunakan oleh siswa,
keberadaan teks dalam media menjadi sangat penting, untuk menjelaskan
konsep-konsep yang dipelajari siswa.
Media audio visual, mengandalkan penggunaan indera penglihatan
dan pendengaran sekaligus dalam mempelajarinya. Penggunaan kedua indera
tersebut sangat membantu proses belajar siswa, karena adanya sinkronisasi
antara apa yang didengar oleh siswa dan apa yang dilihat oleh siswa,
sehingga pembentukan konsep dalam struktur kognitif siswa dapat dengan
mudah. Contoh media audio visual adalah seperti gambar di bawah ini:
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-7
Gambar 6: Media Audio Visual Tentang Bentuk Kristal
Media di atas, adalah tentang bagaimana struktur kristal dari suatu
senyawa dapat ditentukan. Media tersebut berisi animasi dan suara yang
menjelaskan bentuk-bentuk kristal.
Media audio visual sangat cocok untuk digunakan secara langsung
oleh siswa, baik dengan menggunakan komputer atau handphone sebagi
sarana pemutar media. Keterpaduan dan ketepatan antara suara dan visual
yang ditampilkan dalam media, memegang peranan penting dalam proses
konstruksi konsep yang akan dibangun siswa.
D. Pemilihan dan Pengelolaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran kimia bisa diperoleh dengan cara merancang atau
membuat sendiri (by desain), atau dapat pula berasal dari beberapa sumber
belajar yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran (by utilization).
Keunggulan media yang berasal dari rancangan sendiri adalah tingkat
kesesuain antara media pembelajaran dengan rancangan pembelajaran
sangat tinggi, tetapi pada kenyatannya tidak semua guru memiliki keahlian
untuk merancang media pembelajaran kimia. Sedangkan keunggulan media
pembelajaran yang berasal dari beberapa sumber belajar, adalah sangat
banyak dan beragam, terutama media pembelajaran digital/elektronik.
Dengan Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat,
sumber-sumber belajar kimia sangat banyak, baik yang ada dalam situs
dalam luar negeri maupun luar negeri. Jenis medianya pun sangat banyak
dan beragam mulai dari media audio, visual maupun media audio visual.
Kelemahan media pembelajaran yang berasal dari sumber lain, adalah
terletak
pada
tingkat
kesesuaian
antara
media
dengan
rancangan
pembelajaran yang belum tentu cocok. Oleh karena itu diperlukan analisis
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-8
terlebih dahulu sebelum media tersebut digunakan dalam pembelajaran, agar
sesuai dengan kontek dan tujuan pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran kimia yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran, tidak lepas dari konteks dan tujuan pembelajaran.
Smaldino (1996) memberikan beberapa saran berhubungan dengan pemilihan
media pembalajaran, yang dikenal dengan model ASSURE.
Model ASSURE
merupakan sebuah model perencanaan pembelajaran yang sistematis dengan
mengintegrasikan media dan teknologi sebagai sumber belajar. ASSURE
merupakan
sebuah
singkatan
dari
tahapan-tahapan
perencanaan
pembelajaran, yaitu Analysis Learner, State Standart and Objective, Select
Strategis, Technology, Media, and Material, Utilize Tecnology Media and
Material, Require Learner Participation, dan Evaluate and Revised.
Tahapan pertama adalah analisis karakater pembelajar (analysis
learner), yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan utama siswa dalam
proses pembelajaran. Analisis ini meliputi tiga faktor yaitu: (1) karakteristik
umum yang meliputi, usia, jenis kelamin dan latar belakang , (2) diagnosa
kemampuan awal, yang meliputi pengetahuan, keterampilan serta sikap, dan
(3) gaya belajar siswa, yang meliputi gaya belajar auditori, visual dan
kinestetik. Hasil analisis akan menentukan strategi dan media pembelajaran
apa yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran kimia. Misalnya
jika dari hasil analisis diketahui kemampuan awal siswa yang masih kurang,
maka dalam media harus diberikan pengantar singkat tentang beberapa hal
yang harus dipahami siswa sebelum siswa belajar lebih lanjut.
Tahapan kedua adalah menentukan standar dan tujuan pembelajaran
(state standart and objective). Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dengan
jelas dan spesifik yang mengacu pada standar kompetensi, sehingga dapat
diukur tingkat ketercapain danefektifitasnya. Rumusan tujuan pembelajaran
yang jelas akan menuntun guru untuk merancang pembelajaran dengan baik,
dan memilih media pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa dan
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat menyangkut tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Misalnya dalam pembelajaran kimia
topik kecepatan reaksi, setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, siswa
diharapkan mampu: (1) menjelaskan pengaruh luas permukaan terhadap
kecepatan reaksi, (2) mendeskripsikan pengaruh suhu terhadap kecepatan
reaksi, dan (3) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-9
reaksi. Tujuan pembelajaran 1 dan 2 tersebut membutuhkan media
praktikum agar siswa dapat menjelaskan dan mendeskripsikan dengan tepat.
Tahapan ketiga adalah pemilihan strategi, teknologi, media dan bahan
ajar (select Strategis, technology, media, and material). Keempat jenis pilihan
tersebut merupakan satu kesatuan, yang berhubungan antara satu dengan
yang lain. Pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
siswa dan tujuan pembelajaran. Smaldino (1999) memberikan beberapa
panduan dalam menentuan strategi pembelajaran, yaitu menggunakan model
ARCS, yang merupakan kepanjangan dari Attention (perhatian) siswa,
Relevan dengan kebutuhan belajar siswa, Conviden yaitu strategi yang dipilih
penegtahuan siswa, dan Satifiction, yaitu
dapat membantu pemaknaan
memberi kepuasan siswa dalam proses dan pengalaman belajarnya.
Tahapan keempat adalah menggunakan teknologi, media dan bahan
ajar (utilize tecnology media and material). Sebelum media, bahan ajar dan
tekanologi
digunakan dalam proses pembelajaran dilakukan pengecekan
terlebih dahulu tentang kalayakannya, kemudian dilakukan preview, serta
mengelola kedalam suatu pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar pada siswa. Misalnya pada pembelajaran materi Struktur Atom yang
menggunakan media audio visual, maka sebaiknya siswa dapat melakukan
aktivitasnya
(menjalankan
media)
secara
mandiri,
sehingga
siswa
mendapatkan pengalaman belajar.
Tahapan kelima adalah mengembangkan partisipasi siswa (require
learner). Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada partisipasi siswa,
oleh karena itu dalam setiap perencanaan pembelajaran, pemilihan strategi,
dan media pembelajaran yang akan digunakan selalu berorientasi pada usaha
untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Partisipasi yang
tinggi dari siswa akan meningkatkan proses interaksi antara siswa dengan
guru dan bahan ajar, sehingga dapat diharapkan siswa mendapatkan
pengalaman
belajar.
Misalnya
media
pembelajaran
yang
digunakan
merupakan media digital, maka sebaiknya pengoperasian media diserahkan
pada siswa baik secara individu maupun berkelompok (cooperative learning),
jangan hanya digunakan guru untuk menerangkan materi pelajaran.
Tahapan keenam adalahmengevaluasi dan merevisi (evaluate and
revised). Tahapan ini dilakukan setelah proses pembelajaran berlagsung,
evaluasi
dilakukan
untuk
mengetahui
tingkat
ketercapaian
tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan, serta untuk mengetahui tingkat
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-10
efektifitas
penggunaan
media
pembelajaran.
Evaluasi
tentang
media
pembelajaran dapat dimulai dengan melakukan evaluasi, apakah media
mampu
membuat
siswa
belajar?,
apakah
media
dapat
memberikan
pengalaman belajar siswa? Apakah media dapat meningkatkan keaktifan
siswa belajar?, apakah media dapat membuat kenyamanan siswa belajar?.
Pertanyaan-pertanyaan
perbaikan
proses
tersebut
pembelajaran
sangat
diperlukan
berikutnya.
Untuk
bagi
guru
untuk
merekam
proses
pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan melakukan assesment
autentik,
yaitu berupa rekaman aktifitas belajar siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
E. Rancangan
Integrasi
Media
Pembelajaran
kedalam
Perencanaan
Pembelajaran
Saat penyusunan rencana pembelajaran, media pembelajaran yang
akan digunakan harus diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Langkahlangkah penggunaan media perlu ditulis dengan jelas, sehingga penggunaan
media dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta memberi
pengalaman belajar pada siswa. Langkah-langkah integrasi rancangan media
pembelajaran dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1) analisis
Kompetensi dan kompetensi dasar, (2) menentukan indikator pembelajaran,
(3) menentukan materi pembelajaran, dan (4) pemilihan media pembelajaran.
Pada tabel di bawah ini diberikan contoh rancangan integrasi media
pembelajaran kedalam perencanan pembelajaran.
Indikator
Materi
Rancangan Media
Keterangan
Contoh : Untuk Praktikum
Siswa
mampu Faktor-fakor yang Menggunakan
Sebelum praktikum
mendeskripsikan
mempengaruhi
praktikum
sederhana
dimulai,
guru
faktor-faktor
yang kecepatan reaksi
dengan bahan: cangkan
memberi penjelasan
berpengaruh
pada (sumber: Buku X
telur, asam cuka, botol
petunjuk praktikum
bekas dan balon.
kecepatan reaksi
halaman y)
Siswa
diberi
Cangkan
telur
permasalahan yang
mengandung CaCO3 jika
harus
dipecahkan
secara berkelompok
direaksikan
akan
menghasilkan
H2CO3
untuk
dapat
yang
akan
terurai
menentukan
menghasilkan H2O dan
pengaruh
konsentrasi,
suhu
gas CO2. Jika reaksi ini
dan
luas
dilakukan dalam botol
permuakaan dalam
yang ditutup dengan
kecepatan reaksi
balon, maka waktu yang
dibutuhkan
untuk Membutuhkan LKS
dan
rubrik
pengembangan
balon
praktikum
mengindikasikan
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-11
kecepatan reaksi.
Contoh : untuk media
Siswa
mampu
menentukan
pH
campuran
audio visual
Penentuan
pH Menggunakan
media
larutan
audio visual yang berisi
(sumber buku: P,
animasi
tentang
halaman : Y)
ionisasi asam kuat
Berisi tentang animasi
ionisasi asam kuat yang
disertai dengan suara.
Media diberikan pada
siswa
dalam
satu
kelompok
Siswa
diberikan
masalah
yang
harus dipecahkan
secara
berkelompok
dengan
bantuan
media audio visual
Dibutuhkan rubrik
pengamatan
Media pembelajaran kadang tidak bisa digunakan secara mandiri,
sering media pembelajaran masih membutuhkan media pendukung, misalnya
Lembar Kegaiatan Siswa (LKS).LKS sebagai pendukung media pembelajaran
disusun dengan bahasa yang sederhana dan dapat merangsang siswa untuk
mengadakan eksplorasi melalui media pembelajaran yang telah disediakan.
F. Sumber Media Pembelajaran Kimia Berbasis Digital / Elektronik
Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi,
sumber dan bahan ajar sudah mengalami pergeseran yang cukup pesat,
mulai dari media fisik mengarah pada media digital. Media fisik dan media
digital memiliki peranan yang berbeda, tidak saling meniadakan tetapi justru
saling mendukung.
Dunia internet
dengan
kecepatan
akses
yang semakin
mudah,
merupakan sarana yang sangat efektif untuk digunakan sebagai sumber
belajar. Persoalaan yang muncul adalah pada bagaimana kita mencari media
pembelajaran yang cocok sesuai dengan rancangan pembelajaran yang
disusun. Internet sebagai lautan informasi yang sangat luas, untuk mencari
media pembelajaran memerlukan trik trik khusus, agar pencarian lebih
efektif. Media pembelajaran kimia yang tersedia di internet dapat berupa
gambar, animasi dan video. Beberapa teknik penelusuran yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Pencarian media gambar
Melalui mesin pencari (umumnya google), pilih gambar pada tollbar
atas, kemudian masukkan kata kunci media yang akan dicari.
Klik ini
Gambar 7 : Pencarian media gambar
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-12
Maka akan ditampilkan beberapa gambar yang berhubungan dengan molekul,
seperti gambar di bawah ini:
Gambar 8 : Hasil pencarian gambar molekul
b) Pencarian media animasi
Berbeda dengan gambar, gambar animasi merupakan gambar bergerak,
sehingga lebih memiliki makna yang penting untuk menggambarkan konsepkonsep kimia yang bersifat abstrak. Media pembelajaran kimia yang berupa
animasi bisanya disimpan dalam bentuk swf. Teknik pencariannya melalui
mesin pencari google sedikit berbeda, yaitu dengan penambahan tipe file yang
akan dicari. Perhatikan contoh pencarian di bawah ini
Nama File
Jenis File
Gambar 9 : Format Pencarian media animasi kimia
Maka akan ditampilkan beberapa situs yang berhubungan dengan animasi
yang dicari, biasanya didepannya diberi tanda [FLASH], seperti pada Gambar
10. Jika salah satu situs dibuka, maka akan ditampilkan animasi, misalnya
pada situs pertama, tentang intermolecular force, seperti pada Gambar 11.
Media animasi kimia, bisanya merupakan media yang cukup interaktif, bisa
dikontrol oleh pemakai, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan
kecepatan belajarnya masing-masing.
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-13
Gambar 10 : Hasil pencarian media animasi kimia
Gambar 11 : Media animasi tentang molekul
c) Pencarian Media audio visual
Berbeda dengan pencarian gambar dan animasi, pencarian media audio
visual
untuk
pembelajaran
kimia
banyak
terdapat
pada
situs
http://www.youtube.com. Pada kotak pencarian tulis kata kunci media yang
akan dicari, misalnya chemical reaction, seperti contoh berikut:
Gambar 12 : Pencarian media audio visual untuk pembelajaran kimia
Hasil pencarian akan ditampilkan beberapa media audio visual yang
berhubungan dengan chemical reaction yang dimasukkan, seperti ditampilkan
pada Gambar 13.
Gambar 13 : Hasil pencarian media audio visual untuk pembelajaran kimia
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-14
Sebelum media digunakan, lakukan preview dan analisis terlebih
dahulu, apakah media tersebut sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran,
jika sudah sesuai maka langkah berikutnya lakukan integrasi dengan
rencana pembelajaran. Langkah-langkah pemilihan dan pemanfaatan media
digital dari internet digambar sebagai berikut:
Analisis kondisi pembelajaran,
yang meliputi tujuan, karakteristik
siswa, materi , sarana, metode dan
strategi
Pencarian media (collecting)
dari dunia internet
Analisis kesesuain media dengan tujuan, metode
dan strategi pembelajaran
Simpan sebagai arsip
Integrasikan dalam RPP dan digunakan dalam
pembelajaran di kelas
Gambar 14 : skema pemanfaatan media digital dari internet
G. Praktikum Kimia sederhana berbasis lingkungan sebagai media
pembelajaran
Tidak semua praktikum kimia harus menggunakan bahan-bahan dan
alat-alat yang mahal, bahan-bahan disekitar lingkungan dapat dimanfaatkan
sebagai media praktikum kimia sederhana.
a) Praktikum Laju reaksi
Untuk menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
meliputi konsentrasi, suhu dan luas permukaan dapat menggunakan asam
cuka, cangkan telur, botol bekas, balon dan air panas.
Prinsip kerja yang
digunakan adalah hasil reaksi antara asam cuka dengan cangkan telur yang
menghasilkan gas CO2 .
Gambar 15 : Praktikum laju reaksi dari bahan berbasis lingkungan
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-15
Gambar 16 : Guru sedang mengamati laju reaksi
Untuk menentukan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi dapat
dilakukan dengan menggunakan asam cuka pada berbagai konsentrasi dan
mereaksikannya dengan cangkan telur dengan berat yang sama. Untuk
mengamati pengaruh luas permukaan dilakukan dengan mereaksikan
cangkan telur dengan berat yang sama, tetapi ukurannya berbeda (digerus
halus dan tidak digerus), sedangkan untuk mengamati pengaruh suhu,
dilakukan dengan mereaksikan cuka dan dan cangkan dengan konsentrasi
yang sama, yang satunya direndam ada air hangat, dan lainnya dibiarkan
pada suhu kamar. Laju rekasi diukur dengan mengamati waktu yang
dibutuhkan oleh masing-masing balon untuk mengembang.
b) Praktikum Koloid
Untuk mengetahui adanya efek Tyndal pada koloid dapat dilakukan
dengan menggunakan bahan berupa sirup, kopi dan campuran air dan tanah,
sedangkan alat yang dibutuhkan alat gelas dan senter (paling baik
menggunakan laser pointer). Ketiga larutan dituangkan kedalam kelas bening,
kemudian masing-masing gelas di sinari dengan lampu senter.
Gambar 17 : Pengamatan sinar pada sifat koloid
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-16
c) Permaian Kartu untuk Menentukan Reaksi Pembatas
Permainan ini menggunakan kartu yang dibuat warna-warni dengan
ukuran yang disesuaikan dengan ion-ion yang akan direaksikan. Misalnya
untuk permainan rekasi antara NaOH dan H2SO4. Kartu tersebut dirangkai
sesuai dengan zat-zat pereaksi, kemudian siswa diminta untuk menentukan
hasil reaksi dengan memindahkan ion-ion menjadi senyawa baru. Dengan
permainan ini siswa akan bisa menentukan reaktan yang menjadi reksi
pembatas.
Gambar 18: Guru sedang berlatih permainan kartu reaksi
II. TUGAS
Pilihlah salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran kimia, kemudian
rancanglah media pembelajaran yang akan digunakan. Agar lebih terarah
buatlah format pengembangan media seperti dibawah ini:
FORMAT PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA
Kompetensi Dasar
: ...................................................................
Standar Kompetensi
: ....................................................................
Semester
: ....................................................................
Indikator
: ....................................................................
....................................................................
.....................................................................
Metode Pembelajaran
: ......................................................................
Uraian ringkas Materi
:
........................................................................................................................
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
2-17
........................................................................................................................
........................................................................................................................
1
Tujuan
Pembelajaran
2
Rancangan
Media
3
Langkah
Penggunaan
Media
4
Perangkat lain yang
dibutuhkan
Kolom 1
: Isilah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Kolom 2
: Deskripsikan rancangan media yang akan dibuat, buatlah
sketsa media pembelajarannya, sehingga mudah dipahami,
gunakan kertas lain untuk membuat sketsa rancangan
media pembelajaran
Kolom 3
: Uraikan Langkah-langkah penggunaan media pembelajaran
kimia, sesuaikan dengan tujuan dan metode pembelajaran
yang telah direncanakan.
Kolom 4
: Sebutkan perangkat lain yang dibutuhkan, misalnya LKS,
dan
lembar
observasi.
Buatlah
rancangan
perangkat
tersebut pada kertas terpisah.
III. REFERENSI
Smaldino, Sharon E, 2005. Instructional Techonolgy And Media for Learning.
Ohio: Pearson Merril Prentice Hall
Meyer, E, 2001. Multimedia Learning. New York: Cambridge University Press
Dabbagh, Nada, 2005. Online Learning: Concep, Strategis, and Aplication, New
Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall
Munzil, 2012. Pengembangan media praktikum kimia sederhana berbasis
lingkungan. Makalah Pembinaan guru-guru Kimia Kabupaten Bintuni
Papua.
Munzil, 20212. Pengembangan Media Audio visual berbasis mobile. Makalah
pada Workshop Pengembangan Media Pembelajaran Sain di FMIPA
Universitas Negeri Malang
http://www.youtube.com/results?search_query=chemical+reaction&oq=chemi
cal+reaction&aq=f&aqi=g10&aql=&gs_l=youtube.3..0l10.10443.14622.
0.15133.17.9.0.8.8.0.220.1219.1j7j1.9.0...0.0.reSdJiqGmMU, diakses
tanggal 3 Mei 2012
http://www.khayma.com/muhannad/FlashTutorials/IMForces.swf,
pada tanggal 3 Mei 2012
Pengembangan Media Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
diakses
2-18
BAGIAN 3
PENILAIAN PEMBELAJARAN KIMIA
Naskah disiapkan untuk materi acuan pada
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 115
Universitas Negeri Malang
Oleh:
Drs. Prayitno, M.Pd
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Mei 2012
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-0
Bagian 3:
PENILAIAN PEMBELAJARAN KIMIA
Kegiatan Belajar 1:
Prinsip Dasar Penilaian Pembelajaran Kimia
1. Deskripsi isi:
Bagian Prinsip Dasar Penilaian Pembelajaran Kimia membahas tentang
pengukuran, penilaian, dan evaluasi pembelajaran; manfaat, ramburambu, dan prinsip penilaian pembelajaran; ranah tujuan pembelajaran;
teknik penilaian dan bentuk instrumen.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengukuran, penilaian, dan
evaluasi pembelajaran; manfaat, rambu-rambu, dan prinsip penilaian
pembelajaran; ranah tujuan pembelajaran; teknik penilaian dan bentuk
instrumen.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep
dasar
pada
pembelajaran;
manfaat,
pengukuran,
rambu-rambu,
penilaian,
dan
dan
prinsip
evaluasi
penilaian
pembelajaran; ranah tujuan pembelajaran; teknik penilaian dan bentuk
instrumen.
I.
URAIAN SINGKAT
Objek penilaian dalam pembelajaran kimia mencakup penilaian
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar adalah
upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dan siswa, sedangkan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria
tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian
kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-1
dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil
belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya karena hasil belajar
merupakan akibat dari suatu proses belajar.
A. PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI HASIL BELAJAR
Penilaian dalam pembelajaran kimia dilakukan
terhadap proses
pembelajaran dan hasil belajar kimia ( produk). Objek penilaian proses belajar
kimia adalah kerja ilmiah yang meliputi kegiatan penyelidikan, pemecahan
masalah, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, serta sikap
ilmiah. Sedangkan objek penilaian hasil belajar kimia berupa pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif,
yang semuanya ini
berkaitan dengan sifat-sifat, komposisi, struktur materi beserta energi yang
dilibatkannya serta penerapannya untuk memecahkan masalah sehari-hari
dan teknologi.
Terdapat tiga istilah yang banyak digunakan dalam kegiatan penilaian
yaitu pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Untuk melakukan penilaian hasil
belajar kimia selalu didahului dengan pengukuran. Pengukuran hasil belajar
merupakan prosedur memberikan angka terhadap suatu obyek menurut
aturan tertentu. Pengukuran menggunakan alat ukur yang dapat berupa tes
maupun non-tes. Dalam kegiatan pendidikan ada dua pengertian tentang
penilaian yaitu (1) penilaian dalam arti asesmen,
suatu kegiatan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa
(perseorangan atau sekelompok), dan mengefektifkan penggunaan informasi
tersebut untuk mencapai tujuan pendidikan; (2) penilaian dalam arti evaluasi,
sebagai kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu program/
sistem pendidikan secara keseluruhan.
Pada permen nomor 20 tahun 2007, arti penilaian dimaknai sama
dengan asesmen yaitu proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu kegiatan yang
dilakukan dalam penilaian adalah menginterpretasikan data pengukuran
hasil belajar serta memanfaatkannya untuk kepentingan pembelajaran.
Sedangkan istilah evaluasi digunakan pada penilaian suatu program. Dengan
demikian evaluasi hasil belajar diartikan lebih luas, yaitu sampai dengan
penggunaan
hasil
penilaian
untuk
mengambil
keputusan
di
bidang
pendidikan, seperti untuk menentukan kelulusan, penempatan, penjurusan,
perbaikan program, efektivitas metode mengajar, kinerja guru, penggunaan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-2
sumber belajar tertentu, kelayakan kurikulum, dan kebijakan pendidikan
yang lain. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
disebutkan
pengendalian,
bahwa
penjaminan,
dan
evaluasi
pendidikan
penetapan
mutu
adalah
kegiatan
pendidikan
terhadap
berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Dalam buku “Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian
yang dikeluarkan oleh Dikmenum (2003) disebutkan bahwa penilaian adalah
metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu,
sedangkan evaluasi untuk menentukan mutu atau nilai suatu program,
merupakan kegiatan sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan
suatu program. Menurut pengertian ini jelas bahwa evaluasi pendidikan
lingkupnya lebih luas dan penekanan pada evaluasi adalah pada suatu
program . Sedangkan istilah asesmen/ penilaian penekanannya pada
interaksi belajar mengajar di kelas. Memang dalam kenyataannya istilah
evaluasi lebih banyak dipakai untuk menyatakan evaluasi suatu progam
bukan evaluasi hasil belajar, walaupun sebenarnya makna keduanya adalah
mirip.
B. MANFAAT, RAMBU-RAMBU DAN PRINSIP PENILAIAN PEMBELAJARAN
Pusat kurikulum (2008) telah menetapkan manfaat, rambu-rambu dan
prinsip penilaian pembelajaran sebagai berikut.
Manfaat penilaian pembelajaran
1. Untuk memberikan umpan balik bagi siswa agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. Informasi hasil
penilaian berguna untuk mengetahui sejauhmana seorang siswa telah
menguasai suatu kompetensi. Data-data hasil penilaian dapat dipakai
untuk membantu siswa memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan.
2. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.
3. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah)
dalam mempertimbangkan penilaian kelas. Di samping itu juga sebagai
kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan siswa.
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-3
4. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
Dengan diperolehnya informasi tentang kesulitan belajar dan kemungkinan
prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik, maka dapat
membantu
guru untuk menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
5. Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan pembelajaran.
Kegiatan penilaian dapat menemukan kelemahan dan kekurangan proses
pembelajaran
yang
sedang
berlangsung
guna
perbaikan
proses
pembelajaran berikutnya.
6. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah
tentang efektivitas pendidikan.
Rambu-rambu Kriteria Penilaian Pembelajaran
1. Validitas. Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Jika tes
kompetensi struktur atom untuk anak SMA digunakan untuk mengukur
anak SMP, dikatakan alat ukur itu tidak valid. Untuk menimbang cincin
emas maka digunakan neraca analitik dan bukan dengan timbangan beras,
pengukuran yang demikian tidak valid.
2. Reliabilitas. Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Misalnya guru menilai kompetensi ikatan kimia anak SMA kelas
2A, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama
bila tes itu dilakukan lagi pada kelas tersebut dengan kondisi yang relatif
sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk pelaksanaan tes
dan cara penskorannya ada panduan yang jelas.
3. Terfokus pada kompetensi. Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) , penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi
(rangkaian
kemampuan),
bukan
hanya
pada
penguasaan
materi
(pengetahuan).
4. Komprehensif. Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam
cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi siswa, sehingga
tergambar profil kompetensi siswa. Kegiatan penilaian dilakukan sebagai
bagian integral dari proses pembelajaran.
5. Objektivitas. Berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas,tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Untuk itu, penilaian harus adil
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-4
(tidak
menguntungkan
atau
merugikan
siswa
karena
kondisinya,
perbedaan latar belakangnya), sistematis (dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku), berkesinambungan,
menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor, dan memanfaatkan
berbagai bukti hasil kerja siswa serta unjuk kerjanya.
6. Mendidik. Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran
bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi siswa.
7. Akuntabel. Berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Prinsip Penilaian Pembelajaran
Dalam melaksanakan penilaian, guru sebaiknya:
1. Memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu, sehingga
penilaian berjalan bersama-sama dengan proses pembelajaran.
2. Mengembangkan tugas-tugas penilaian yang bermakna, terkait langsung
dengan kehidupan nyata.
3. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian
sebagai cermin diri.
4. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran
untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta
didik.
5. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
6. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi
dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
7. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian kelas
dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja,
proyek,
dan
pengamatan
partisipasi
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran sehari-hari sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.
8. Melakukan penilaian kelas secara berkesinambungan terhadap semua
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
9. Mengadakan ulangan harian bila sudah menyelesaikan satu atau beberapa
indikator. Tidak perlu menunggu menyelesaikan 1 KD, karena ruang
lingkupnya besar.
Pelaksanaan ulangan harian dapat dilakukan dengan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-5
penilaian tertulis, penilaian lisan, penilaian unjuk kerja, atau bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik materi atau kompetensi yang dinilai.
Ulangan tengah semester dilakukan bila telah menyelesaikan beberapa
kompetensi dasar dipertengahan semester, sedangkan ulangan akhir
semester dilakukan setelah menyelesaikan semua kompetensi dasar
semester bersangkutan. Ulangan kenaikan kelas dilakukan pada akhir
semester genap dengan menilai semua kompetensi dasar semester ganjil
dan genap, dengan penekanan pada kompetensi dasar semester genap.
Guru menetapkan tingkat pencapaian kompetensi siswa berdasarkan hasil
belajarnya pada kurun waktu tertentu (akhir semester atau akhir tahun).
10. Menggunakan acuan kriteria bukan norma, yang berarti penilaian
didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum
C. RANAH TUJUAN PEMBELAJARAN
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
menjelaskan
bahwa
kompetensi
lulusan
mencakup
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (BNSP, 2006). Ini berarti bahwa pembelajaran
dan penilaian harus mengembangkan kompetensi siswa sesuai dengan ranah
kemampuan dalam taksonomi Bloom yaitu ranah kognitif (pengetahuan),
ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Ranah kognitif
berhubungan dengan hasil belajar intelektual (olah pikir) dari yang sederhana
sampai
yang
komplek,
terdiri
dari
enam
aspek,
yaitu
pengetahuan,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan/
membuat. Kegiatan yang berkaitan dengan kognitif adalah kegiatan berfikir.
Dalam persekolahan, ranah ini berkaitan dengan olah pikir siswa dalam
mencerna segala materi pelajaran dalam kurikulum. Ranah afektif berkaitan
dengan respon siswa terhadap suatu gejala atau obyek. Respon tersebut bisa
positif atau negatif. Dalam kegiatan belajar mengajar, ranah ini berhubungan
dengan persepsi siswa terhadap guru, mata pelajaran, proses pembelajaran
dan sebagainya. Dalam pembelajaran IPA dikembangkan sikap khusus yang
disebut sikap ilmiah. Ranah psikomotor
motorik
(berhubungan
dengan
mengkoordinasikan
syaraf
psikomotor
kegiatan
adalah
dan
berkenaan dengan ketrampilan
gerakan
otot.
berbuat.
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
anggota
Kegiatan
Dalam
yang
badan)
dengan
berkaitan
dengan
pembelajaran,
ranah
ini
3-6
berhubungan dengan hasil belajar keterampilan tertentu, yang dalam
pelajaran Kimia lebih pada ketrampilan dalam melakukan percobaan.
1. Ranah Kognitif
Taksonomi Bloom (1956)
menyebutkan bahwa ranah kognitif terdiri
dari 6 tingkatan berfikir yaitu pengetahuan, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi dan mensintesis. Selanjutnya Anderson dan
Krathwohl
(2001)
merevisi
taksonomi
Bloom
sehingga
menghasilkan
taksonomi Bloom revisi. Dalam taksonomi Bloom revisi, pengetahuan
(knowledge) dipisah menjadi dua,
yaitu dimensi pengetahuan (knowledge)
yang diartikan sebagai kata benda dan dimensi proses kognitif (cognitive
processes)
yang
diartikan
sebagai
kata
kerja.
Dimensi
pengetahuan
(knowledge) terdiri dari empat macam pengetahuan yaitu pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Objek dimensi pengetahuan
metakognitif diantaranya adalah strategi dalam berfikir seperti keterampilan
pemecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir
kreatif. Sedangkan dimensi proses kognitif (cognitive processes) tetap terdiri
dari enam tingkatan berfikir, tetapi berfikir evaluasi dihapuskan dan
ditambahkan dimensi menciptakan/ membuat (create). Sehingga dimensi
proses kognitif (cognitive processes) menjadi
memahami
(Understanding),
menerapkan
mengingat (Remembering),
(Applying),
menganalisis
(
Analysing), mengevaluasi (Evaluating), dan menciptakan (Creating).
Tabel 1.1 Perpaduan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif
Knowledge
Dimension
1.Remember
(C1)
Cognitive Process Dimension
2.Understand 3.Apply
4.Analyze 5.Evaluate
(C2)
(C3)
(C4)
(C5)
6.Creat
(C6)
A. Factual
Knowledge
(K1)
B. Conceptual
Knowledge
(K2)
C. Procedural
Knowledge
(K3)
D. Metacognitive
Knowledge
(K4)
Pengetahuan (knowledge)
merupakan kata benda sedangkan proses
kognitif (cognitive processes) merupakan kata kerja, karena itu dalam ranah
kognitif terdapat berbagai kemungkinan bagaimana kata benda tersebut
diperlakukan.
Sehingga
rumusan
tujuan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
pembelajaran
sesungguhnya
3-7
merupakan gabungan antara ke dua dimensi tersebut. Tabel berikut
menyatakan perpaduan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses
kognitif.
Jenis-butir soal dibuat atas dasar kombinasi dimensi proses kognitif
yang diberi simbol C1, C2, C3, C4, C5, C6 serta dimensi pengetahuan kimia
yang diberi simbol K1, K2, K3, K4.
Contoh:
1. Menerapkan konsep (C3K2)
a. Berapakah pH larutan HCl 0,1 M
b. Jelaskan rumus kimia dan jenis ikatan yang terjadi jika
dengan
20Ca
direaksikan
17Cl
2. Membuat / menciptakan prosedur (C6K3)
Dalam laboratorium terdapat
1 liter larutan HCl yang tidak diketahui
konsentrasinya. Rancanglah prosedur percobaan untuk menentukan
jumlah mol HCl dalam 100 mL larutan HCl tersebut.
3. Mengevaluasi prosedur (C5K3)
Diketahui dua cara rangkaian sel volta untuk menghasilkan arus listrik
sebagai berikut:
I. Sel volta menggunakan elektrode timbal dan perak yang masing-masing
dicelupkan pada 1,0 M larutan kationnya. Eo Ag+/ Ag = +0,80 V dan Eo
Pb2+/ Pb = -0,13 V
II. Sel volta menggunakan elektrode besi dan magnesium yang masingmasing dicelupkan pada 1,0 M larutan kationnya. Eo Fe2+/ Fe = -0,45 V;
Eo Mg2+/ Mg = -2,37 V
Berdasarkan rangkaian kedua sel volta di atas, cara manakah yang
menghasilkan tegangan listrik yang paling besar ?
4. Menciptakan/ membuat metakognitif (C6K4)
Buatlah desain alat destilasi dari bahan-bahan sederhana untuk destilasi
minyak kenanga.
2. Ranah Afektif
Sikap merupakan perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang
diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-8
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Ranah aspek afektif terdiri atas lima jenjang dari yang terendah ke
tertinggi tinggi:
(1) receiving (penerimaan) merupakan keinginan untuk memperhatikan
fenomena atau stimulus. Peranan guru mengarahkan perhatian siswa
pada gejala yang menjadi obyek pembelajaran afektif.
(2) responding (pemberian respons) merupakan partisipasi aktif siswa
untuk merespon fenomena yang dipelajari, termasuk dalam hal ini
respon yang berupa
minat dan sikap, misalnya minat belajar kimia
dan sikap terhadap pelajaran kimia. Hasil belajar pada jenjang ini
adalah menekankan pada perolehan respon, keinginan memberi respon
atau kepuasan dalam memberi respon.
(3) valuing (penghargaan terhadap nilai) merupakan kemampuan siswa
untuk
menunjukkan
nilai-nilai,
keyakinan,
sikap
serta
derajat
internalisasi serta komitmen. Penghargaan terhadap nilai adalah
penghargaan
terhadap
sesuatu
yang
memiliki
kepercayaan atas suatu manfaat, dengan
manfaat
atau
rentangan mulai dari
menerima suatu nilai sampai komitmen.
(4) organization
(pengorganisasian)
merupakan
kemampuan
mengorganisasikan (mengaitkan) antara nilai satu dengan nilai lainnya,
menghilangkan konflik antar nilai, dan membangun sistem nilai
internal yang konsisten.
(5) characterization
(pengamalan)
merupakan
kemampuan
mengaktualisasikan sistem nilai telah yang dimiliki sehingga menjadi
pola hidup.
Ada
empat
karakteristik
afektif
yang
penting
dalam
proses
pembelajaran yaitu sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Secara umum, objek
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran
adalah sebagai berikut.
1. Sikap terhadap materi pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri siswa akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-9
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan.
2. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap guru. Siswa yang tidak memiliki sikap positif terhadap
guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar
akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru
tersebut.
3. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap
positif
terhadap
proses
pembelajaran
yang
berlangsung.
Proses
pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi,
dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal.
4. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (kimia
lingkungan). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang
dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu
(kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya,
peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perbaikan
lingkungan.
5. Sikap-sikap lain yang terdapat dalam tujuan pendidikan. Misalnya:
mandiri, kreatif, bertanggungjawab, demokratis, jujur dan lain-lain
yang secara umum bisa ditunjukkan dalam perilakunya (unjuk kerja).
Bentuk instrumen untuk mengukur sikap ini diantaranya skala sikap.
Hasilnya berupa kategori sikap yaitu mendukung (sikap positif), menolak
(sikap negatif), dan netral. Karena itu pada hakekatnya sikap adalah
kecenderungan berperilaku pada seseorang jika dihadapkan pada obyek
tertentu.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor yaitu kemampuan yang berkaitan dengan aspekaspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot.
pembelajaran kimia,
Dalam
keterampilan menggunakan peralatan-peralatan yang
dipergunakan di laboratorium serta melaksanakan eksperimen tergolong hasil
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-10
belajar psikomotor. Untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya psikomotor,
pengukuran hasil belajar dilakukan secara langsung melalui observasi
terhadap siswa yang sedang memperlihatkan keterampilan-keterampilan yang
menjadi hasil proses belajar. Tes Perbuatan adalah suatu istilah yang
diberikan terhadap proses pengukuran keterampilan siswa secara langsung
melalui observasi. Tes perbuatan ini dilaksanakan dengan pemberian tugas
(task) pada siswa untuk melakukan suatu kegiatan laboratorium, yang pada
waktu siswa melakukan kegiatan laboratorium, guru dapat menentukan
tingkat penguasaan keterampilan setiap siswa. Langkah pertama dalam
menyusun rencana tes perbuatan ialah menentukan keterampilan apa yang
akan dinilai. Dalam menyusun tes perbuatan yang paling awal adalah
menentukan indikator-indikator yang menunjukkan bahwa seseorang siswa
menguasai suatu keterampilan yang akan dinilai. Untuk keterampilan
“mengukur volume zat cair” misalnya, indikator-indikator penguasaan
keterampilan ialah:
•
memilih gelas ukur yang sesuai dengan banyaknya zat cair yang akan
diukur,
•
menuangkan zat cair ke dalam gelas ukur tanpah tumpah,
•
melihat ketinggian permukaan zat cair dalam gelas ukur dengan mata
sejajar dengan permukaan zat cair,
•
volume zat cair ditentukan berdasarkan skala alat ukur yang berimpit
dengan garis yang menyentuh lengkungan permukaan cairan.
Untuk melakukan pengamatan pada siswa menggunakan alat ukur yang
biasanya berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale).
Instrumen ini merupakan pedoman observasi, sekaligus menjadi format
perekam data hasil observasi.
D. TEKNIK PENILAIAN DAN BENTUK INSTRUMEN
Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan
indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini ada tiga hal yang sering
dicantumkan dalam silabus, yaitu teknik penilaian, bentuk instrumen dan
contoh instrumen. Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang
digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang
memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh diantaranya adalah
(1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3)
wawancara.
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-11
1. Teknik penilaian melalui tes
a. Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab
peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu(1)tes objektif, misalnya
bentuk pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan bentuk
menjodohkan, (2) tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif
(penskorannya dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif
(penskorannya sulit dilakukan secara objektif).
b. Tes lisan.Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara guru dan murid. Tes ini
memiliki kelebihan dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan
yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan
secara berhadapan langsung. Kelemahannya subjektivitas guru dan waktu
pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
c. Tes praktik (tes kinerja). Tes kinerja / perbuatan yakni tes yang
penugasannya
disampaikan
dalam
bentuk
lisan
atau
tertulis
dan
pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan. Penilaian tes unjuk
kerja dalam kegiatan percobaan, dilakukan sejak siswa
persiapan,
melaksanakan
percobaan,
sampai
dengan
melakukan
hasil
yang
dicapainya.
2. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan
Observasi
adalah
suatu
kegiatan
yang
dilakukan
guru
untuk
mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah
laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi
dapat ditujukan kepada siswa secara perorangan atau kelompok. Dalam
kegiatan observasi perlu disiapkan format pengamatan (lembar observasi).
Format pengamatan dapat berisi perilaku-perilaku atau kemampuan yang
akan dinilai. Dalam pembelajaran IPA, teknik ini biasanya digunakan untuk
menilai
sikap
siswa
dalam
pembelajaran,
maupun
ketrampilan
ditunjukkan siswa dalam kegiatan laboratorium, saat presentasi
yang
ataupun
tugas-tugas lain.
3. Teknik penilaian melalui wawancara
Teknik wawancara dipergunakan guru untuk tujuan mengungkapkan
atau menanyakan lebih lanjut hal-hal yang kurang jelas informasinya. Teknik
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-12
wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri
kesukaran yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.
Teknik wawancara pada satu sisi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan
seperti yang dinyatakan di atas.
Bentuk tes/ bentuk instrumen
yang digunakan dalam penilaian
adalah sebagai berikut.
1. Pilihan ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran,
penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer. Namun
membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit, dan
kelemahan lain adalah peluang kerja sama peserta antar tes sangat besar.
Bentuk ini dipakai untuk ujian yang melibatkan banyak peserta didik dan
waktu untuk koreksi relatif singkat. Penggunaan bentuk ini menuntut agar
pengawas
ujian
teliti
dalam
melakukan
pengawasan
saat
ujian
berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi tergantung pada
kemampuan pembuat soal.
2. Jawaban singkat atau isian singkat. Bentuk ini cocok digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman. Jumlah materi yang
diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
3. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta
didik tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun
tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
4. Uraian objektif. Bentuk ini cocok untuk mata pelajaran yang batasnya
jelas seperti Matematika dan IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi). Agar hasil
penskorannya objektif diperlukan pedoman penskoran. Objektif di sini
berarti hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walau
diperiksa oleh orang yang berbeda asal memiliki latar belakang pendidikan
sesuai dengan mata ujian. Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada
tingkat yang tinggi. berdasarkan pada analisis pekerjaan.
5. Uraian bebas. Bentuk ini sangat cocok untuk bidang studi ilmu-ilmu
sosial. Walau hasil penskoran cenderung subjektif, namun bila disediakan
pedoman penskoran (RUBRIK) yang jelas, hasilnya diharapkan dapat lebih
objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
6. Kinerja/Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan
seseorang
dalam
melakukan
tugas
tertentu,
seperti
praktek
di
laboratorium. Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan
dan keterampilan dalam bidang tertentu.
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-13
7. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan kinerja
siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya, atau tugas yang dikerjakan
siswa. Karya-karya yang dikumpulkan kemudian dinilai, sehingga dapat
dilihat perkembangan kemampuan siswa. Bentuk portofolio ini bisa
dilakukan dengan baik jika jumlah siswa yang dinilai tidak banyak.
Setiap teknik penilaian harus dibuatkan instrumen penilaian yang
sesuai. Tabel berikut menyajikan teknik penilaian dan bentuk instrumen.
Tabel Ragam 1.2 Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumen
Teknik (cara)
Penilaian
1. Tertulis- objektif
2. Tertulis- subjektif
3. Tes Lisan
4. Unjuk kerja
Objek
Penilaian
Jawaban
tertulis
Jawaban
tertulis
Suara
Penampilan/
perbuatan/
tindakan
5. Produk
Karya 3 dimensi
6. Portofolio
Karya 2 dimensi
7. Tingkah laku
Tingkah laku
Bentuk Instrumen/ Alat Penilaian
Tes: pilihan ganda, Benar-salah, isian
singkat, Menjodohkan
Tes: Uraian berstruktur, Uraian bebas
Daftar pertanyaan: Kuis, Tanya-jawab
Pengamatan: Percobaan, Demonstrasi,
Diskusi, presentasi
Alat ( misalnya alat uji elektrolit)
Bahan tertentu ( misalnya: sabun)
Model (misalnya: perangkat destilasi)
Paper (karya tulis), Laporan observasi,
Laporan
Laporan
penyelidikan,
penelitian.
Lembar pengamatan sikap, Skala sikap,
Penilaian diri,
Kuesioner, Ungkapan
perasaan
Sumber: Adaptasi dari Ditjen Manajemen Dikdasmen,2007
II. RANGKUMAN
1 Pengukuran hasil belajar adalah prosedur memberikan angka terhadap
suatu obyek menurut aturan tertentu. Pengukuran menggunakan alat
ukur yang dapat berupa tes maupun non-tes. Penilaian diartikan sama
sama dengan asesmen yaitu proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa.
Kegiatan
penilaian adalah menginterpretasikan data pengukuran hasil belajar serta
memanfaatkannya untuk kepentingan pembelajaran. Evaluasi diartikan
sebagai kegiatan yang dirancang untuk menentukan keefektifan suatu
program. Penekanan penggunaan istilah asesmen/ penilaian adalah pada
interaksi dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan istilah evaluasi lebih
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-14
banyak dipakai untuk menyatakan evaluasi suatu progam pendidikan dan
bukan evaluasi hasil belajar.
2 Manfaat penilaian dalam pembelajaran pembelajaran adalah untuk
memberikan umpan balik bagi siswa agar mengetahui kemampuannya
(kekuatan
dan
kelemahannya)
;
umpan
balik
bagi
guru
dalam
memperbaiki rancangan dan metode pembelajaran; umpan balik bagi
pengambil kebijakan (Diknas Daerah); untuk memantau kemajuan dan
mendiagnosis kesulitan belajar siswa; serta memberikan informasi pada
orang tua murid dan komite sekolah
3 Kriteria dalam penilaian pembelajaran adalah valid, reliabel, fokus pada
kompetensi, komprehensif, obyektif, akuntabel dan mendidik.
4 Kompetensi hasil belajar mencakup ranah kognitif (pengetahuan), ranah
afektif (sikap), dan ranah psikomotor (keterampilan). Ranah kognitif
berhubungan dengan hasil belajar intelektual (olah pikir) dari yang
sederhana sampai yang komplek, terdiri dari
enam aspek, yaitu
pengetahuan, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan
menciptakan/ membuat. Ranah afektif berkaitan dengan respon siswa
terhadap suatu gejala atau obyek. Ranah psikomotor berkenaan dengan
ketrampilan motorik (berhubungan dengan gerakan anggota badan)
dengan mengkoordinasikan syaraf dan otot. Dalam pembelajaran kimia,
ranah ini berhubungan dengan ketrampilan dalam melakukan percobaan.
5 Jenjang kemampuan kognitif dalam taksonomi Bloom- revisi terdiri dari
dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif (cognitive
processes). Dimensi pengetahuan (knowledge) terdiri dari empat macam
pengetahuan yaitu pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan
metakognitif. Sedangkan dimensi proses kognitif (cognitive processes)
terdiri dari enam tingkatan berfikir yaitu mengingat (Remembering),
memahami
(Understanding),
Analysing),
mengevaluasi
menerapkan
(Evaluating),
(Applying),
dan
menganalisis
menciptakan
(
(Creating).
Rumusan tujuan pembelajaran merupakan gabungan antara dimensi
pengetahuan dan dimensi proses kognitif.
6 Bentuk instrumen yang digunakan dalam penilaian adalah uraian (esai),
pilihan ganda, jawaban singkat, unjuk kerja, portofolio, pengamatan/
skala sikap
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-15
III. TUGAS
1. Jelaskan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi dengan
contoh!
2. Jelaskan mengapa penilaian terhadap kegiatan siswa dalam melakukan
titrasi asam basa dikatakan tidak otentik jika dinilai dengan tes tulis!
3. Mengapa di sistem persekolahan kita tes dirasakan menakutkan bagi
anak-anak? Berikan penjelasan kaitannya dengan tes dignostik!
4. Berikan contoh kongkrit bahwa tes bisa digunakan untuk memberikan
umpan balik bagi guru dan siswa!
5. Apakah beda alat ukur valid dan alat ukur reliabel? Apakah alat ukur
yang reliabel mesti valid?
6. Carilah 5 macam soal yang anda punya, kemudian sebutkan tergolong
pada
jenjang
kognitif
mana
menurut
klasifikasi
Bloom-Revisi
(gabungan antara dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan).
Kegiatan Belajar 2:
Model Penilaian Pembelajaran Kimia
1. Deskripsi isi:
Bagian Model Penilaian Pembelajaran Kimia membahas tentang model
penilaian dan penerapannya pada pembelajaran kimia yang meliputi
penilaian diri, sikap, tertulis, proyek, produk, dan portofolio.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada model penilaian dan penerapannya
pada pembelajaran kimia yang meliputi penilaian diri, sikap, tertulis,
proyek, produk, dan portofolio.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada model penilaian dan penerapannya pada
pembelajaran kimia yang meliputi penilaian diri, sikap, tertulis, proyek,
produk, dan portofolio.
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-16
I.
URAIAN SINGKAT
Salah satu kompetensi pedagogik dalam Standar Kompetensi Guru
Mata
Pelajaran
Kimia
(Mendiknas,
2007)
adalah
guru
mampu
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar serta
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
Sebagai konsekuensi dari Permendiknas di atas maka setiap guru termasuk
guru kimia wajib memenuhi standar kualifikasi akademik
dan kompetensi
guru seperti tercantum dalam permendiknas tersebut. Dalam pembelajaran
kimia, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa memperoleh
pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan, serta
melakukan
pengujian
hipotesis
dengan
merancang
percobaan
melalui
pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta
menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (BSNP, 2006).
Dengan demikian untuk mencapai tujuan tersebut, penggunaan tes tertulis
(paper and pencil test) saja tidak akan memadai. Dalam KTSP disarankan
menggunakan
penggunaan
penilaian
autentik
(penilaian
yang
dapat
mengukur proses dan hasil belajar yang sebenarnya). Penilaian autentik tidak
lagi menggunakan teknik penilaian tradisional yaitu tes tulis yang hanya
dilakukan pada akhir pembelajaran dan menggunakan teknik pilihan ganda,
menjodohkan, benar-salah. Penilaian autentik menggunakan beragam teknik
dan instrumen yang memungkinkan siswa mendemonstrasikan suatu kinerja
tertentu,
yang
pelaksanaannya
dapat
dilakukan
bersamaan
dengan
berlangsungnya proses pembelajaran ataupun di akhir pembelajaran (Doran,
dkk dalam Hadi Suwono, 2011). Model-model penilaian yang disarankan
kurikulum
diantaranya adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian diri (self evaluation), dan
penilaian portofolio (Ditjen Manajemen Dikdasmen, 2007).
Berikut ini
diberikan penjelasan secara singkat tentang model-model penilaian tersebut
beserta contoh penerapannya dalam mata pelajaran kimia.
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja/ kinerja (performance assessment) merupakan
penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui
suatu perbuatan. Obyek penilaian kinerja bisa berupa kinerja proses kognitif (
misalnya menginterpretasi data, menyimpulkan, membuat hipotesis), proses
psikomotor ( misalnya ketrampilan dalam melakukan percobaan), produk dari
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-17
suatu kinerja maupun sikap yang ditampilkan siswa. Dalam prakteknya
penilaian kinerja dilaksanakan dengan cara memberikan suatu tugas (task)
yang bertujuan meminta siswa menampilkan suatu kinerja yang diharapkan.
Sedangkan
untuk
menilai
suatu
kinerja
yang
ditampilkan
siswa
menggunakan rubrik (panduan pemberian skor). Tugas (task) yang diberikan
bisa berupa pekerjaan melakukan percobaan, diskusi, presentasi, membuat
produk-produk tertentu, maupun tugas-tugas yang lain. Rubrik suatu kinerja
menunjukkan sejumlah kriteria perbuatan baik berupa proses maupun
produk suatu unjuk kerja yang diharapkan.
Untuk melaksanakan penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan
(1) langkah-langkah kinerja tertentu yang diharapkan dilakukan siswa untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi , (2) kelengkapan dan ketepatan
aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut, (3) kemampuan-kemampuan
khusus
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan
suatu
tugas
dan
(4)
kemampuan kinerja yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua
dapat diamati. Dalam pembelajaran Kimia, penilaian unjuk kerja digunakan
untuk mengukur ketrampilan proses sains (ketampilan proses kognitif
maupun proses psikomotor) dan sikap siswa dalam melakukan suatu
percobaan. Berikut ini contoh penilaian unjuk kerja dalam mengukur
ketrampilan dalam melaksanakan percobaan asam basa.
Penilaian Unjuk Kerja Psikomotor
Satuan Pendidikan
SMA/MA
Kelas/Semester
XI/2
Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan
menentukan
sifat
larutan
dan
menghitung
pH
larutan.
Indikator kinerja
Terampil dalam melakukan titrasi asam basa
Tugas (task)
Lakukan titrasi untuk menentukan kandungan asam
cuka dalam cuka makanan yang dijual dipasaran.
Langkah-langkah
penilaian
a. Memastikan apakah siswa memahami apa yang
harus dilakukan
b. Mengamati
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
apakah
alat-alat
telah
dirangkai
3-18
dengan benar, dan zat-zat yang diperlukan sudah
tersedia sesuai kebutuhan
c. Mengamati
apakah
siswa
mengikuti
langkah-
langkah kerja yang telah ditentukan lembar kerja
pada saat pelaksanaan
d. Memastikan apakah data-data yang dicatat oleh
siswa sesuai dengan data yang diperlukan
Format Penilaian Unjuk Kerja
• Berilah tanda (√) pada aspek penilaian yang sesuai dengan pengamatan.
• Skor 1 menyatakan unjuk kerja yang tidak baik, sedangkan skor 5
menunjukkan unjuk kerja yang sangat baik
Sekolah: ....................................
Kelas: ...........
Membaca skala buret
Menghentian titrasi
Menitrasi titrat
titran
Mengisi Erlenmeyer
Menambahkan indikator
SKOR
dengan
buret
Mengisi
Memasang buret vertikal
NAMA SISWA
Mencuci alat praktikum
ASPEK
1. Sri Rahayu
2. Pancayani Dinihari
3. Pramugawati
4. Basuni
5. .......................................
Rubrik Penilaian
Indikator: Terampil Dalam Melakukan Titrasi Asam basa (titran: NaOH, titrat:
Asam cuka; indikator: phenolptalein)
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-19
ASPEK
1. Mencuci alat
titrasi
2. Memasang
buret
3. Mengisi buret
dengan titran
4. Mengisi
Erlenmeyer
dengan titrat
5. Menambahkan
indikator
6. Menitrasi titrat
1
Mencuci dengan
sabun,
membilas, dan
mengeringkan
Memasang buret
vertikal dan
ketinggiannya
sesuai
Mengisi buret
dengan corong,
titran melebihi
batas atas
buret, volume
titran
ditepatkan
pada batas atas
buret.
Mengisi
menggunakan
pipet volume
dengan garis
singgung batas
pipet volume
harus sesuai
dengan
meniskus
cairan.
Menambahkan
dengan 2-3 tetes
sebelum ditirasi
pada titrat
Tetes demi tetes
dan
menggoyangkan
erlenmeyer
SKOR
2
Mencuci dengan
sabun,
membilas, tidak
mengeringkan
memasang buret
vertikal dan
ketinggiannya
tidak sesuai
Mengisi buret
dengan corong,
buret diisi
melebihi batas
atas buret, dan
volume titran di
bawah) pada
batas atas buret.
3
Tidak mencuci
dengan sabun,
membilas, tidak
mengeringkan
Memasang Buret
miring dan
ketinggian tidak
sesuai
Mengisis buret
tanpa corong,
volume titran
ditepatkan pada
batas atas buret,
dan langsung
digunakan
titrasi.
Mengisi
menggunakan
pipet volume
dengan garis
singgung batas
pipet volume di
atas dengan
meniskus cairan.
Mengisi dengan
menggunakan
gelas ukur atau
mengisi
langsung
menggunakan
ukuran volume
pada erlenmeyer
Menambahkan
indicator
berlebihan
sebelum titrasi
Tetes demi tetes
dan tidak
menggoyangkan
erlenmeyer
Menambahkan
indikator pada
saat titrasi
7. Penghentian
titrasi
Titrasi
dihentikan saat
warna berubah
menjadi violet
muda dan
warna tidak
berubah lagi
Titrasi
dihentikan jika
warna sudah
berubah menjadi
violet tua
8. Membaca skala
buret
Mata sejajar dan
tegak lurus
dengan garis
singgung skala
pada meniskus
titran
Mata sejajar dan
tegak lurus tapi
yang dibaca garis
yang menempel
di atas garis
singgung
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
Mengucurkan
titran dengan
deras, dengan
menggoyangkan
erlenmeyer
ataupun tidak
Titrasi
dihentikan jika
sudah terjadi
perubahan
warna (violet
muda) meskipun
warna hilang
lagi
Membaca
dengan arah
mata di atas
atau di bawah
skala volume
titran dalam
3-20
meniskus titran
(batas atas
cairan yang
menempel pada
dinding buret)
buret
Penentuan Kriteria:
Skor terendah 8 dan skor tertinggi 24 dan kategori kriteria 4
Skor 8 – 11, dapat ditetapkan sangat terampil
Skor 12 – 15, dapat ditetapkan trampil
Skor 16 – 19, dapat ditetapkan cukup trampil
Skor 20 – 24, dapat ditetapkan kurang trampil
2. Penilaian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam merespon (positif
atau negatif)
suatu objek. Respon dari sikap misalnya dinyatakan dalam
tindakan (1) suka atau tidak suka, (2) pandangan positif atau negatif (3) dapat
menerima ajakan atau tidak. Biasanya nilai-nilai yang dipegang seseorang
merupakan cerminan dari sikap yang dimiliki seseorang.
Secara
umum,
objek
sikap
yang
perlu
dinilai
dalam
proses
pembelajaran kimia adalah: (a) sikap terhadap proses pembelajaran, (b) sikap
terhadap guru, (c) sikap terhadap materi pelajaran kimia, (d) sikap yang
berkaitan dengan nilai-nilai/ norma-norma tertentu suatu materi pelajaran,
(e) sikap-sikap lain yang dimuat dalam tujuan pendidikan seperti mandiri,
jujur, kreatif, bertanggungjawab, demokratis. Jika siswa menilai negatif halhal tersebut, dampaknya menjadi kurang suka pada pembelajaran kimia dan
pada akhirnya juga gagal dalam belajar kimia. Oleh karena itu sikap demikian
ini perlu diarahkan, sehingga terjadi perilaku sesuai dengan yang diinginkan.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan pengamatan oleh guru, angket yang
diberikan pada siswa, tanya jawab, maupun catatan pribadi.
a. Contoh penilaian sikap melalui pengamatan guru
Satuan Pendidikan
SMA/MA
Kelas/Semester
XI/1
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-21
mempengaruhi laju reaksi.
Indikator
Melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
Indikator penilaian
Menilai sikap kerjasama siswa dalam
percobaan
tentang
melakukan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi laju reaksi
Langkah-langkah
a. Mengamati
penilaian
sikap
kerjasama
siswa
dalam
melaksanakan percobaan
b. Mengamati inisiatif tiap anggota kelompok dalam
melaksanakan percobaan
c. Mengamati
kesungguhan
siswa
dalam
melakukan percobaan
d. Mengamati kesistematikan siswa dalam bekerja
e. Mencermati toleransi siswa dalam bekerjasama
Petunjuk
Tuliskan angka dengan rentangan 1 – 5 pada masing-masing aspek sikap.
Angka 1 menunjukkan sikap yang sangat negatif,
sedangkan angka 5
1.
Sri Rahayu
2.
Pancayani Dinihari
3.
Pramugawati
4.
Basuni
5
............................
pendapat orang lain yang lebih baik)
Toleransi (dapat menerima
terbaik)
Sistematis (bekerja menurut cara
dengan kesungguhan)
Perhatian (melaksanakan pekerjaan
pemecahan masalah)
Inisiatif (menyampaikan ide dalam
Nama Siswa
melaksanakan percobaan)
No
Kerjasama (saling membantu dalam
menunjukkan sikap yang sangat positif.
Skor
Pedoman penilaian dengan kriteria berikut
Nilai : 21-25 berarti sangat baik (sikapnya sangat positif)
Nilai : 16-20 berarti baik
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-22
Nilai : 11-15 berarti sedang
Nilai : 6-10 berarti kurang
Nilai : 1-5
berarti sangat kurang (sikapnya sangat negatif)
b. Contoh penilaian sikap melalui kuesioner siswa
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Kompetensi Dasar
Indikator
Contoh
Langkah-Langkah
Penilaian
SMA/MA
XI/1
Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan
melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi.
Mendiskusikan grafik dari data percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Menilai sikap siswa dalam melakukan diskusi
kelompok
a. Mendeskripsikan aspek-aspek indikator
b. Memberikan kuesioner sikap terhadap diskusi
kelompok setelah diskusi kelompok selesai
c. Menyekor respon siswa
Format Penilaian
Mata pelajaran
: Kimia
Aspek
: Afektif
Tanggal
: .............................
Nama siswa
: ..............................
Petunjuk
:
kelas : XI/1
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda!
4 = Setuju;
2 = Tidak setuju;
1 = Sangat Tidak Setuju
1
2
Kerjasama
No
Aspek
5 = Sangat Setuju;
5
Perh
atian
4
Inisiatif
3
3 = Cukup setuju;
Indikator
1
2
Skala
3
4
Skor
5
Saya saling membantu dengan teman
dalam membahas grafik data percobaan
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi laju reaksi
Saya bersedia membuat rangkuman
hasil diskusi jika diperlukan
Saya mengusulkan ide dalam diskusi
kelompok.
Saya
mengajukan/
menjawab
pertanyaan dalam kerja kelompok pada
teman-teman
selama
berlangsung
diskusi
Saya selalu mendorong teman yang
kurang
percaya
diri
untuk
menyampaikan gagasannya
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-23
6
Sistematis
7
8
10
Toleransi
9
Saya melaksanakan diskusi kelompok
dengan kesungguhan
Saya dalam memecahkan masalah
dalam diskusi mencari cara agar diskusi
berjalan lancar
Saya dalam melaksanakan diskusi
mengikuti pedoman yang ditetapkan
Saya menerima pendapat teman selama
pendapat tersebut lebih bisa diterima
secara ilmiah
Saya memberi kesempatan pada teman
untuk
mengajukan/
menjawab
pertanyaan selama proses diskusi
berlangsung.
Skor Total
Pedoman penilaian dengan kriteria berikut
Skor terendah 10 dan skor tertinggi 50 , rentang 5
Nilai : 42-50 berarti sangat baik (sikapnya sangat positif)
Nilai : 34-41 berarti baik
Nilai : 26-33 berarti sedang
Nilai : 18-25 berarti kurang
Nilai : 10-17 berarti sangat kurang (sikapnya sangat negatif)
3. Penilaian Tertulis
Untuk melaksanakan penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes
tertulis. Tes tertulis merupakan tes yang soal dan jawaban yang diberikan
kepada siswa dalam bentuk tulisan.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a) memilih jawaban: pilihan ganda, sebab-akibat, dua pilihan (benar-salah,
ya-tidak), menjodohkan
b) mensuplai jawaban: isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek ,
uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah,
isian singkat, menjodohkan merupakan alat yang menilai kemampuan
berpikir rendah. Tes bentuk memilih jawaban mempunyai kelemahan, yaitu
siswa tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya
menerka jawaban. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar
untuk memahami pelajaran tetapi mengahafalkan soal dan jawabannya..
Selain itu tes bentuk memilih jawaban kurang mampu memberikan informasi
yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis kelemahan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-24
peserta didik atau memodifikasi kegiatan pembelajaran. Karena itu kurang
dianjurkan
pemakaiannya
dalam
penilaian
kelas
yang
otentik
dan
berkesinambungan. Namun tes bentuk memilih jawaban khususnya pilihan
ganda yang disusun dengan baik dapat digunakan untuk menilai kemampuan
berpikir tinggi dengan cakupan materi yang luas.
Tes tertulis bentuk uraian (esai) adalah alat penilaian yang menuntut
siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau
hal-hal yang sudah dipelajari. Siswa mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan katakatanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat
ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan
waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut.
a. Dari segi materi: misalnya harus ada kesesuian soal dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;
b. Dari segi konstruksi: misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas
dan tegas;
c. Dari segi bahasa: misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat
yang menimbulkan penafsiran ganda.
Contoh Penilaian Tertulis ( tes obyektif)
struktur
atom,
sistem
1.Mendeskripsikan
untuk
periodik unsur dan ikatan kimia
menentukan sifat-sifat unsur dan senyawa.
MATERI
Struktur atom
INDIKATOR SOAL
Diberikan konfigurasi elektron pada atom
dari
beberapa
unsur,
siswa
dapat
menentukan
pernyataan
yang
benar
tentang data tersebut
Perhatikan gambar kulit elektron berikut!
P
Q
R
S
T
U
1. STANDAR KOMPETENSI
Pernyataan berikut berdasarkan gambar di atas yang paling tepat adalah ....
(A) unsur P, Q, dan R merupakan unsur nonlogam
(B) unsur P dengan S dapat membentuk senyawa PS 2
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-25
(C) unsur P dengan T dapat membentuk senyawa
(D) unsur T dengan U dapat membentuk ikatan ion
(E) unsur S, T, dan U dapat membentuk ion positif
Pembahasan
Unsur P memiliki elektron valensi 1 dan unsur T memiliki elektron valensi 7 sehingga
unsur P dengan T dapat membentuk senyawa ion.
Kunci : C
3. STANDAR KOMPETENSI
Mendeskripsikan
sifat-sifat
larutan,
metode
pengukuran dan terapannya
URAIAN
Sifat koligatif larutan
INDIKATOR SOAL
Siswa dapat menentukan perubahan wujud zat bila
temperatur dan tekanannya diubah berdasarkan data
diagram PT (perubahan fasa)
Perhatikan diagram PT perubahan fasa suatu zat berikut.
Bila suhu diubah dari 800C menjadi 200C dan tekanan diubah dari 1 atm
menjadi 0,5 atm, maka perubahan fasa yang terjadi adalah ....
(A) padat menjadi cair
(B) cair menjadi gas
(C) gas menjadi padat
(D) cair menjadi padat
(E) gas menjadi cair
Pembahasan
Koordinat titik (200C;0,5 atm) berada pada fasa padat, sedangkan koordinat titik
(800C;1 atm) berada pada fasa cair. Jadi perubahan fasa yang terjadi adalah cair
menjadi padat.
Kunci : D
4. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan siswa dalam periode tertentu. Tugas tersebut bisa
berupa penelitian, investigasi, membuat model dan sebagainya. Penilaian
proyek
cocok
untuk
menilai
kemampuan
siswa
dalam
menerapkan
keterampilan proses terintegrasi dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Kegiatan proyek dapat dilakukan secara berkelompok atau individual. Dalam
penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan (Puskur,
2006) yaitu: (1) kemampuan pengelolaan: kemampuan siswa dalam mencari
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-26
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data, analisa data serta
penulisan laporan, (2) relevansi: kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dalam pembelajaran dan (3) keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik
harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi
pendidik berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek.
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Kompetensi Dasar
Indikator
Tugas :
Langkah-langkah
penilaian
SMA/MA
XII/1
3.3.Menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan
unsur-unsur dan senyawanya dalamkehidupan sehari-hari
Menjelaskan manfaat dan dampak unsur-unsur halogen
serta senyawanya dalam kehidupan sehari-hari.
Melakukan penelitian sederhana
tentang kandungan
Iodium dalam garam yang beredar di masyarakat
a. Mendiskusikan perencanaan alat dan bahan untuk
analisis iodium dalam garam
b. Mendiskusikan pengumpulan berbagai merek garam
yang beredar di masyarakat
c. Mendiskusikan prosedur analisis iodium dalam garam
d. Mengamati pelaksanaan analisis iodium dalam garam
e. Memberikan penilaian akhir
Contoh Penilaian Proyek
Mata pelajaran : Kimia
Nama Proyek
: Melakukan penelitian sederhana tentang kandungan Iodium
dalam garam yang beredar di masyarakat
Kelas
: X/2
Alokasi Waktu : Dua minggu
Nama Siswa/Kelompok Siswa : 1 ……………
2 ……………
No
1
2
3
Aspek*
Perencanaan:
a. Persiapan pelaksanaan (ketepatan
bahan, prosedur, sumber data)
b. Rumusan masalah
Pelaksanaan
a. Kerjasama pelaksanaan
b. Kinerja
Laporan Proyek
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
Skor (1-5)**
alat,
Skor
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
3-27
a. Sistematika Penulisan
b. Metode
c. Analisis Data
d. Penarikan Kesimpulan
e. Presentasi (Penguasaan materi)
Total Skor
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis proyek dan kondisi
siswa/sekolah
**
Skor (1 – 5) yang diberikan kepada siswa tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan indikator yang muncul. Semakin sesuai aspek indikator yang
muncul, semakin tinggi perolehan skor.
Pedoman Penilaian :
Skor terendah 9 dan skor tertinggi 45 , rentang 5
Skor
9 – 15 tergolong sangat tidak baik
Skor 16 – 22 tergolong tidak baik
Skor 23 – 29 tergolong cukup baik
Skor 30 – 37 tergolong baik
Skor 38 – 45 tergolong sangat baik
5.
Penilaian Produk
Penilaian produk merupakan penilaian terhadap proses pembuatan
dan kualitas suatu produk. Produk-produk hasil karya siswa berupa produkproduk teknologi seperti: makanan, minuman, parfum, bahan-bahan tertentu,
alat peraga. Pada prinsipnya penilaian produk meliputi tiga tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu (Depdiknas, 2007):
a. Tahap
persiapan,
meliputi:
penilaian
kemampuan
siswa
dalam
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan siswa
dalam memilih dan menggunakan alat, bahan, dan teknik pembuatan.
c. Tahap penilaian produk, meliputi: penilaian terhadap kualitas produk yang
dihasilkan siswa sesuai kriteria yang ditetapkan.
Penilaian Produk
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Kompetensi Dasar
SMA/MA
X/1
Menjelaskan kegunaan dan komposisi senyawa kimia
dalam kehidupan sehari-hari dalam bidang pangan,
sandang, papan, perdagangan, seni, dan estetika
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-28
Indikator
Membuat produk kimia terapan berupa sabun mandi
tranparan yang beraroma jeruk
Membuat sabun mandi tranparan dengan aroma jeruk
a. Mendiskusikan alat dan bahan yang digunakan
b. Membimbing menyusun prosedur kerja
c. Membimbing uji coba prosedur kerja
d. Membimbing perbaikan jika diperlukan
e. Meminta siswa mempresentasikan tentang cara
pembuatan sabun yang dihasilkan
Tugas
Langkah-langkah
penilaian
Mata Pelajaran
: Kimia
Nama Proyek
: Pembuat sabun mandi tranparan dengan
aroma jeruk dan mempresentasikannya
Alokasi Waktu
: 2 kali pertemuan
Nama Siswa/Kelompok Siswa
: ...................................
No
1
2
3
4
*
Aspek*
Perencanaan bahan (ketepatan alat, bahan, prosedur,
sumber data)
Proses Pembuatan
a. Prosedur Kerja (efisien, sesuai rencana)
b. Kebersihan, Keamanan, Keselamatan
Hasil /Produk
a. Bentuk Fisik
b. Bau
b. Inovasi
Presentasi (penguasaan materi)
Total Skor
Kelas : X/2
Skor (1-5)**
1 2 3 4 5
Skor
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1
1
1
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis produk yang dibuat
** Skor yang diberikan kepada siswa tergantung dari kualitas produk,
semakin berkualitas semakin tinggi perolehan skor.
Pedoman Penilaian :
Skor terendah 7 dan skor tertinggi 35 , rentang 5
Skor
7 – 12 tergolong sangat tidak memuaskan
Skor 13 – 18 tergolong tidak memuaskan
Skor 19 – 24 tergolong cukup memuaskan
Skor 25 – 30 tergolong memuaskan
Skor 31 – 35 tergolong sangat memuaskan
6. Penilaian Diri (self evaluation)
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang meminta siswa untuk
menilai
dirinya
sendiri
berkaitan
dengan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
status,
proses
dan
tingkat
3-29
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif
terhadap
perkembangan
kepribadian
siswa.
Keuntungan
penggunaan
penilaian diri di kelas antara lain:
1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) Siswa dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan
penilaian.
Data penilaian diri adalah data yang diperoleh dari hasil penilaian tentang
kemampuan,
kecakapan,
atau
penguasaan
kompetensi
tertentu,
yang
dilakukan oleh siswa sendiri, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Namun perlu dicatat bahwa pada tahap awal, hasil penilaian diri yang
dilakukan siswa masih belum bisa dipercaya sepenuhnya karena siswa belum
terbiasa, ataupun penilaian yang dilakukannya masih subyektif sehingga
datanya tidak dapat langsung dipercayai untuk digunakan.
Sekolah
Kelas/Semester
Kompetensi
Dasar
Indikator
SMA/MA
XI/I
Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air
dan pH larutan garam tersebut.
Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan
reaksi ionisasi.
- Menuliskan persamaan ionisasi garam dari asam kuat dan
basa lemah beserta sifat garamnya.
- Menuliskan persamaan ionisasi garam dari asam lemah dan
basa kuat beserta sifat garamnya.
- Menuliskan persamaan ionisasi garam dari asam lemah dan
basa lemah beserta sifat garamnya.
Menghitung pH larutan garam yang dapat terhidrolisis.
- Menjelaskan hubungan Kh, Kw, dan Kb.
- Menjelaskan hubungan Kh, Kw, dan Ka.
- Menjelaskan hubungan Kh, Kw, Ka, dan Kb.
- Menghitung pH larutan garam dari asam kuat dan basa
lemah.
- Menghitung pH larutan garam dari asam lemah dan basa
kuat.
- Menghitung pH larutan garam dari asam lemah dan basa
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-30
Contoh
Langkah-langkah
penilaian
lemah.
Penilaian diri siswa terhadap penguasaan konsep dalam
perhitungan pH larutan garam yang dapat terhidrolisis.
a. Menentukan kompetensi atau aspek kemamuan yang akan
dinilai.
b. Mnentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c. Merumuskan format penelitian berupa daftar tanda cek dan
skala penilaian.
d. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
e. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk
mendorong peserta didik secara cermat dan obyektif
f. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik
berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian
yang diambil secara acak.
Penilaian Diri Siswa pada Materi Hidrolisis Garam
Mata pelajaran : Kimia
Materi
: Hidrolisis Garam
Aspek
: Penilaian diri
Kelas
: XI/II
Tanggal
: 25 April 2012
Nama Siswa :..............................................
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat Anda!
Skor 1 tergolong sangat tidak paham
Skor 2 tergolong tidak paham
Skor 3 tergolong cukup paham
Skor 4 tergolong paham
Skor 5 tergolong sangat paham
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pernyataan
Rentangan Skor
1 2 3 4 5
Skor
Menuliskan persamaan ionisasi garam dari asam
kuat dan basa lemah beserta sifat garamnya
Menuliskan persamaan ionisasi garam dari asam
lemah dan basa kuat beserta sifat garamnya
Menuliskan persamaan ionisasi garam dari asam
lemah dan basa lemah beserta sifat garamnya
Menjelaskan hubungan Kh, Kw dan Kb
Menjelaskan hubungan Kh, Kw dan Ka
Menjelaskan hubungan Kh, Kw, Ka dan Kb
Menentukan pH larutan garam dari asam kuat
dan basa lemah
Menentukan pH larutan garam dari asam lemah
dan basa kuat
Menentukan pH larutan garam dari asam lemah
dan basa lemah
Skor Total
Skor
Pedoman Penilaian :
9 – 15 tergolong sangat tidak paham
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-31
Skor
Skor
Skor
Skor
16
23
30
38
–
–
–
–
22
29
37
45
tergolong
tergolong
tergolong
tergolong
tidak paham
cukup paham
paham
sangat paham
7. Penilaian Portofolio
Portofolio dalam pembelajaran adalah kumpulan karya atau pekerjaan
siswa.
Penilaian
portofolio
merupakan
penilaian
terhadap
kumpulan
pekerjaan siswa yang menunjukkan gambaran perkembangan kemampuan
siswa
dalam
satu
periode
tertentu.
Pekerjaan
(karya)
siswa
yang
dikumpulkan dalam portofolio merupakan bentuk informasi ( bisa berupa
karya terbaik) yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran. Idealnya portofolio yang berisi pekerjaan siswa tersebut dinilai oleh
guru dan siswa. Penilaian terhadap portofolio dilakukan terhadap
pengerjaan maupun hasilnya.
proses
Penilaian proses diperoleh dari pengamatan
guru tentang unjuk kerja saat mengerjakan tugas, sedangkan penilaian hasil
ditujukan pada produk karya siswa tersebut. Dalam menilai portofolio, cara
penilaian kualitas karya siswa dan kriterianya sebelumnya perlu disampaikan
dan didiskusikan bersama siswa.
Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
siswa melalui karyanya, antara lain: tugas-tugas terstruktur baik individu
maupun kelompok, hasil-hasil pengerjaan soal-soal ulangan sub-sumatif dan
sumatif (bukan nilai tes), tugas-tugas berupa proyek khusus, laporan-laporan
hasil kerja, dan lain-lain. Berdasarkan informasi gambaran perkembangan
kemampuan
siswa
terhadap
materi
tertentu,
guru
dapat
melakukan
perbaikan. Karena itu manfaat utama penilaian portofolio adalah sebagai
diagnostik yang sangat penting bagi guru untuk melihat kelebihan dan
kekurangan siswa.
Penilaian Portofolio
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Kompetensi Dasar
Indikator
SMA/MA
XI/1
Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum
untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram
orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel
periodik
a. Menggambarkan perkembangan model atom, mulai
dari model atom Dalton sampai mekanika kuantum
b. Menjelaskan tentang peranan bilangan kuantum dan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-32
aplikasinya dalam penulisan konfigurasi elektron
c. Menggambarkan jenis-jenis orbital atom yang dimiliki
suatu unsur
d. Menuliskan konfigurasi elektron unsur-unsur dalam
sistem periodik dan meramalkan letak suatu unsur
berdasarkan konfigurasinya
Gambaran perkembangan pemahaman materi teori atom
dan konfigurasi elektron unsur-unsur dalam sistem
periodik
a. Menginformasikan pada siswa tema materi yang akan
dinilai beserta jadwal pelaksanaan.
b. Menginformasikan pada siswa hal-hal yang harus
diorganisir terkait dengan hasil-hasil pekerjaan siswa
selama mempelajari materi-materi kimia.
c. Menyiapkan format penilaian secara keseluruhan.
d. Menyiapkan
file
masing-masing
siswa
untuk
keperluan pengarsipan.
e. Menginformasikan dan menyepakati tentang cara
penilaian yang akan dilakukan dengan siswa.
f. Menilai file siswa dan mengkomunikasikan hasil
penilaian terhadap file siswa secara pribadi.
g. Melakukan tindak lanjut terhadap hasil penilaian
Contoh
Langkah-langkah penilaian
Contoh Penulaian Portofolio
Mata Pelajaran
: Kimia
Alokasi Waktu
: 1 Bulan
Nama Siswa
: __________________________________
Kelas : XI/1
1.
Menjelaskan
teori
atom
Bohr
dan
mekanika kuantum untuk menuliskan
konfigurasi
elektron
dan
I
diagram
II
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-33
Keterangan
ke)
Pembetulan koreksi guru
(Minggu
Kelengkapan gagasan
Kompetensi Dasar
Penguasaan Materi
No
Sistematika Penulisan
Periode
Kinerja selama penyusunan
Aspek
orbital serta menentukan letak unsur
III
dalam table periodik
IV
Catatan:
1. Tiap minggu siswa diminta untuk mengumpulkan tugas sesuai dengan
indikator yang diharapkan
2. Setiap hasil kerja siswa sesuai tugas yang diberikan dimasukkan dalam
satu
file
(tempat)
untuk
setiap
peserta
didik
sebagai
bukti
pekerjaannya.
3. Skor untuk setiap kriteria menggunakan skala penilaian 0 – 10 atau 0 –
100. Semakin baik hasil yang terlihat dari tulisan/karya siswa,
semakin tinggi skor yang diberikan.
4. Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan
kekuatan tulisan/karya yang dinilai.
II. RANGKUMAN
1. Pengumpulan informasi kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan
beragam teknik asesmen, baik berhubungan dengan proses belajar
maupun hasil belajar. Beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan,
yaitu unjuk kerja, penilaian sikap, tes tulis, proyek, produk, portofolio,
Laporan kerja Laboratorium, dan Penilaian Diri.
2. Uji dengan menggunakan tes tulis penguasaan kemampuannya adalah
“antara benar dan salah”. Pada penilaian unjuk kerja, proyek, produk ,
portofolio, penguasaan kemampuan berupa ranah kinerja, sehingga untuk
melakukan penilaian menggunakan ceklis, skala penilaian, atau rubrik.
III. TUGAS
1. Jelaskan
mengapa
dalam
pembelajaran
kimia
di
sekolah
harus
menggunakan beragam teknis penilaian supaya terjadi penilaian yang
“sebenarnya”
2. Rancang suatu penilaian portofolio sesuai dengan kompetensi yang anda
pilih!
3. Kembangkan perangkat penilaian sesuai dengan KD yang anda pilih!
a. Tes tulis sesuai KD
b. Ceklis keterampilan percobaan sesuai KD ( kalau ada)
c. Instrumen penilaian sikap sesuai KD
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-34
Kegiatan Belajar 3:
Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal dan Pemanfaatan Hasil
Penilaian
1. Deskripsi isi:
Bagian Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal dan Pemanfaatan Hasil
Penilaian membahas tentang penentuan kriteria ketuntasan minimal dan
pemanfaatan hasil penilaian.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada penentuan kriteria ketuntasan
minimal dan pemanfaatan hasil penilaian.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada penentuan kriteria ketuntasan minimal dan
pemanfaatan hasil penilaian.
I.
URAIAN SINGKAT
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian
didasarkan pada ketuntasan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai ketuntasan
dinamakan
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM).
Kriteria
ketuntasan
menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi yang dinyatakan
dengan angka maksimal 100 (seratus). Ketuntasan belajar setiap indikator
yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%.
Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Sekolah harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan
pendukung
rata-rata
dalam
peserta
didik
penyelenggaraan
serta
kemampuan
pembelajaran.
sumber
Sekolah
daya
diharapkan
meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal (BSNP, 2006). Angka maksimal 100
merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional
diharapkan
mencapai minimal 75. Sekolah dapat memulai dari kriteria
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-35
ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara
bertahap.
Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai ukuran
untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi
dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator
dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa ( Pusat
Kurikulum, 2008 ).
1. Kompleksitas. Kompleksitas merupakan kesulitan/
kerumitan setiap
indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai
oleh siswa.
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitast inggi, apabila
untuk mencapai ketuntasan belajar didukung oleh sekurang-kurangnya
satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:
a. segi guru:
(1) guru yang memahami dengan benar kompetensi yang
harus dibelajarkan pada siswa; (2) guru yang kreatif dan inovatif dengan
metode
pembelajaran
yang
bervariasi;
(3)
guru
yang
menguasai
pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;
b. segi siswa: (1) siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi ; (2)
siswa yang cakap/ terampil menerapkan konsep; (3) siswa yang cermat,
kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/ pekerjaan;
c. segi waktu: membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami
materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang
tinggi,
sehingga
dalam
proses
pembelajarannya
memerlukan
pengulangan/ latihan;
Contoh 1.
SK2
: Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya
dalam Perhitungan kimia (stoikiometri).
KD2.2.
: Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukumhukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan
konsep Mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia.
Indikator
: Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi.
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-36
Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan
pereaksi pembatas diperlukan beberapa tahap pemahaman/ penalaran
peserta didik dalam perhitungan kimia.
Contoh 2.
SK1.
: Memahami struktur atom,s ifat-sifat periodik unsur,dan ikatan
kimia
KD1.1.
: Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifatsifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur
dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya, melalui
pemahaman konfigurasi elektron
Indikator
: Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik
atau nomor atom unsur.
Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan
tahapan berpikir/ penalaran yang tinggi.
2. Daya dukung. Daya dukung merupakan kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing
sekolah. Sebagai contoh (a) sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai
dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti
perpustakaan, laboratorium, dan alat/ bahan untuk proses pembelajaran;
(b) ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders
sekolah.
Contoh:
SK3.
: Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktorfaktor
yang
mempengaruhinya,
serta
penerapannya
dalam
kehidupan sehari-hari dan industri
KD3.3
: Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran arah keseimbangan dengan
melakukan percobaan
Indikator
: Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi,
tekanan, dan volume pada pergeseran keseimbangan melalui
percobaan.
Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana
prasarana yang cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu
menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnya rendah
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-37
apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau
guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.
3. Intake siswa. Intake siswa merupakan tingkat kemampuan (intake) ratarata siswa di sekolah yang bersangkutan. Penetapan intake dikelas X dapat
didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan siswa
baru, nilai
ujian nasional/ Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes,
sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan
peserta didik di kelas sebelumnya.
Contoh penetapan KKM
Tahap awal untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala
penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran.
Contoh:
Aspek
1. Kompleksitas
2. Daya dukung
3. Intake siswa
Kriteria
Tingkatan
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
penskoran
Poin
Skala
1
50 - 64
2
65 - 79
3
80 -100
3
80 -100
2
65 - 79
1
50 - 64
3
80 -100
2
65 - 79
1
50 - 64
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas rendah, daya dukung sedang
dan intake siswa sedang, maka nilai KKM-nya adalah:
Cara 1.
3+2+2
------------ x 100 = 77,8
9
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 78.
Cara 2.
85 + 70 + 65
---------------- = 76,7
3
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 77.
Contoh Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tiap KD dan
Indikator
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-38
Mata Pelajaran
: KIMIA
Kelas/ Semester
: X/2
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan
elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi
Kriteria Pencapaian
Ketuntasan Belajar siswa
(KD/ Indikator)
KomplekDaya
Intake
sitas
dukung
Kompetensi dasar/ Indikator
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan
dan
elektrolit
non-elektrolit
berdasarkan data hasil percobaan
a.Menyimpulkan gejala-gejala
hantaran arus listrik dalam
berbagai larutan berdasarkan
hasil pengamatan.
b.Mengelompokkan larutan
ke dalam larutan elektrolit dan
non elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya.
c.Menjelaskan penyebab
kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik.
d.Menjelaskan bahwa larutan
elektrolit dapat berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar
KKM
Teori
Praktik
74
74
Rendah
(80)
Tinggi
(85)
Sedang
(70)
78,33
Sedang
(70)
Tinggi
(85)
Sedang
(70)
75,00
Tinggi
(55)
Tinggi
(85)
Sedang
(70)
70,00
Tinggi
(60)
Tinggi
(85)
Sedang
(70)
71,66
Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 73,74 dibulatkan
menjadi 74.
Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan
oleh
kepala
sekolah
untuk dijadikan
patokan
guru
dalam
melakukan penilaian. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihakpihak yang berkepentingan, yaitu siswa, orang tua, dan dinas pendidikan.
KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada
orang tua/wali siswa.Setelah dilakukan penetapan
KKM, maka perlu
dianalisis untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan.
Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai
setiap siswa per mata pelajaran. Hasil analisis ini bermanfaat untuk (1)
menentukan apakah siswa telah mencapai KKM dan dapat melanjutkan
mengikuti pembelajaran KD berikutnya atau siswa belum mencapai KKM dan
masih memerlukan analisis diagnostik oleh guru sebagai dasar pemberian
remedial, (2) memperoleh umpan balik bagi guru dalam rangka perbaikan
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-39
kualitas pembelajaran, (3) bahan pertimbangan penetapan KKM pada
semester atau tahun pembelajaran berikutnya.
PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
Penilaian hasil belajar memberikan informasi pencapaian kompetensi
siswa yang dapat digunakan diantaranya untuk (1) perbaikan (remedial) bagi
siswa yang belum mencapai KKM, (2) pengayaan bagi siswa yang mencapai
KKM lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan
proses pembelajaran, (4) pelaporan (wali murid, komite sekolah, masyarakat),
dan (5) penentuan kenaikan kelas (Pusat kurikulum, 2008). Remedial
diberikan kepada siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar.
Kegiatannya dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan
untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara menjawab
pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas. Waktu
remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara siswa dengan guru yang
dapat dilaksanakan pada saat atau di luar jam pembelajaran.
Kegiatan pengayaan diberikan pada siswa yang memiliki penguasaan
lebih
cepat
dibandingkan
siswa
lainnya,
atau
siswa
yang
mencapai
ketuntasan belajar ketika sebagian besar siswa yang lain belum. Siswa yang
berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat mengembangkan
potensi secara optimal. Salah satu kegiatan pengayaan adalah memberikan
materi tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan
untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapai siswa. Pengayaan dapat
dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif dan hasilnya
dapat digunakan untuk menambah nilai siswa. Program akselerasi dapat
diberikan
pada siswa yang secara konsisten selalu mencapai kompetensi
lebih cepat.
Hasil penilaian dapat juga dimanfaatkan guru untuk perbaikan
program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil
keputusan dengan cepat untuk memberikan bantuan kepada kelas dalam
mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru
harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan
memperbaiki program pembelajarannya. Oleh karena itu, program yang telah
dirancang, strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan bahan yang telah
disiapkan perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti apabila ternyata
tidak efektif
dalam membantu siswa mencapai penguasaan kompetensi.
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-40
Perbaikan program tidak perlu menunggu sampai akhir semester, karena bila
dilakukan pada akhir semester bisa saja perbaikan itu akan sangat terlambat.
Hasil penilaian dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk menilai kinerja
guru dan tingkat keberhasilan siswa.
Salah satu unsur penting dalam manajemen berbasis sekolah adalah
partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas publik. Atas dasar itu,
laporan kemajuan hasil belajar siswa dibuat sebagai pertanggungjawaban
lembaga sekolah kepada wali murid, komite sekolah, masyarakat, dan
instansi terkait lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan
kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik
bagi kemajuan belajar siswa maupun pengembangan sekolah. Laporan
prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang pencapaian kompetensi yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Selain itu hasil penilaian yang merupakan
gambaran pencapaian kemampuan siswa dalam satu semestar digunakan
juga untuk mengisi nilai pada rapor dan kenaikan kelas.
II. RANGKUMAN
1. Kriteria
ketuntasan
minimal
ditetapkan
oleh
satuan
pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan
atau beberapa sekolah (misalnya yang tergabung dalam MGMP) yang
memiliki karakteristik yang hampir sama.
2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai ukuran untuk
mencapai
ketuntasan
kompetensi
dasar
dan
standar
kompetensi
dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap
indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake
siswa.
3. Kriteria
ketuntasan
menunjukkan
persentase
tingkat
penguasaan
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus),
yang merupakan penguasaan 100% terhadap kompetensi.
4. Penilaian hasil belajar memberikan informasi pencapaian kompetensi
siswa yang dapat digunakan untuk (1) perbaikan (remedial) bagi siswa
yang belum mencapai KKM, (2) pengayaan bagi siswa yang mencapai KKM
lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses
pembelajaran, (4) pelaporan (wali murid, komite sekolah, masyarakat), dan
(5) penentuan kenaikan kelas
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-41
III. TUGAS
1. Jelaskan cara menyusun KKM!
2. Seorang siswa dapat menjawab dengan benar 25 soal dari 40 soal tes.
Diketahui bahwa 40 soal tersebut indikator dari 1 KD. Bagaimana
ketuntasan jika ditentukan batas minimal ketuntasan adalah 75%?
3. Tentukan KKM dari KD yang telah Anda kembangkan indikatornya!
a. Berapa KKM jika kondisi sekolah cukup baik dan siswa memiliki
prestasi yang baik
b. Berapa KKM jika kondisi sekolah optimal dan prestasi siswa optimal.
IV. REFERENSI
Anderson, L. W, & Krathwol, D. R. (eds). 2001. A Taxonomy for Learning
Teaching and assessing: A Revision of Bloom’s taxonomy of Educational
Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan dasar dan
menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Dikmenum. 2003. Pedoman Khususpengembangan Silabus Dan Sistem
Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Atas. Jakarta:
Depdiknas
Balitbang Depdiknas. 2006. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi Dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Ktsp). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Direktorat Pembinaan SMA. 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal.
Jakarta: Depdiknas
Ditjen Manajemen Dikdasmen. 2007. Manajemen Pembelajaran Laboratorium
dan Model
Penilaian mata Pelajaran MIPA. Jakarta: Depdiknas
Direktorat pembinaan sekolah kejuruan. 2008. Petunjuk Teknis Penilaian
Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2007. Materi Sosialisasi Dan Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Ktsp). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-42
______. 2007. Permendiknas R I Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas
______. 2007. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007, Standar Penilaian
Pendidikan. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional
______. 2005. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hadi Suwono. 2011. Modul Pengembangan Penilaian Pembelajaran Biologi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Pusat Kurikulum. 2008. Model Pembelajaran Terpadu Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Depdiknas.
Pusat Kurikulum. 2008. Model Penilaian Kelas Sma/Ma. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Sri Haryani. 2011. Pengembangan Model Praktikum Kimia Analitik Instrumen
Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Metakognisi Mahasiswa Calon
Guru. Bandung: UPI
Penilaian Pembelajaran Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM
3-43
BAGIAN 4
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
Naskah disiapkan untuk materi acuan pada
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 115
Universitas Negeri Malang
Oleh:
Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Mei 2012
Bagian 4:
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Kegiatan Belajar 1:
Hakekat PTK
1. Deskripsi isi:
Bagian Penelitian Tindakan Kelas membahas tentang hakekak PTK; dan
perbandingan penelitian PTK dan non PTK.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada hakekat PTK; pentingnya PTK untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas; dan perbedaan PTK dengan
penelitian lain.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep
dasar
pada
hakekat
PTK;
pentingnya
PTK
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas; dan perbedaan PTK dengan
penelitian lain.
I.
URAIAN MATERI
Hakekat PTK
Hasil review beberapa laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
diusulkan para guru untuk kenaikan pangkat, lampiran portofolio, dan artikel
PTK pada Jurnal PTK menunjukkan bahwa (Dasna, 2007) sebagian besar PTK
yang dilakukan belum didasarkan pada pemecahan masalah pembelajaran di
kelas. Laporan-laporan PTK tersebut kebanyakan dibuat karena guru (ingin)
menerapkan metode/model pembelajaran tertentu. Seolah-olah guru melakukan
PTK untuk memenuhi kebutuhan sesaat yaitu untuk bukti fisik naik pangkat
atau portofolio. Setelah kebutuhan tersebut terpenuhi, maka guru tidak lagi
membuat/melakukan PTK. Keadaan tersebut sangat bertentangan dengan
hakekat PTK sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
PTK diperlukan oleh guru karena dalam kegiatan membelajarkan siswa di
kelas selalu ada persoalan yang dihadapi. Siswa adalah mahluk sosial dimana
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-1
kejadian-kejadian di luar perencanaan yang dibuat guru dapat terjadi sehingga
rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat tidak dapat
dilaksankan sebagaimana mestinya. Adanya perbedaan/kesenjangan antara
harapan guru menerapkan RPP secara ideal dengan keadaan sebenarnya yang
terjadi di kelas akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Keadaan tesebut menunjukkan adanya masalah di kelas.
Oleh karena itu,
masalah-masalah yang terjadi di kelas harus dicari alternatif pemecahannya
agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien. Dengan demikian,
hakekat PTK yang dilakukan guru adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas sehingga kompetensi siswa meningkat sesuai dengan yang
diharapkan.
Beberapa alasan mengapa PTK harus dilakukan oleh guru, yaitu: (1)
sebagai seorang profesional, guru harus memecahkan suatu masalah di kelas
secara ilmiah. Penelitian ditandai oleh suatu pencarian sistematik (systematic
inquiry) yang memiliki ciri, prinsip, pedoman, dan prosedur yang harus
memenuhi kriteria tertentu. Ketika guru ingin memecahkan masalah yang ada di
kelasnya maka dia harus menggunakan rancangan tindakan yang rasional
tentang mengapa tindakan itu dipilih dan menerapkan tindakan secara
prosedural
dan
terkontrol. Dengan
kegiatan
yang
demikian guru
akan
dipandang bertanggunjawab terhadap kegiatan pemecahan masalah yang
dilakukan. Guru profesional bila mengetahui terjadi masalah pemebalajaran di
kelas, tidak sekedar menjelaskan persoalan saja kepada guru lain. Seorang
profesional tidak selayaknya hanya mampu menjelaskan suatu fenomena tanpa
ia terlibat dalam memecahkan persoalan dari fenoma yang diterangkan.
Mengetahui saja, atau dapat menjelaskan saja tentang suatu fenomena, sangat
kecil kontribusinya dibandingkan dengan melakukan tindakan konkret atas
persoalan dan fenomena yang ia jelaskan. (2) Bila guru terbiasa melakukan PTK
maka guru akan menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dikerjakannya
dan apa yang dilakukan oleh siswa. Untuk memperoleh pembelajaran yang
berkualitas, guru tidak cukup dengan membuat RPP, melaksanakan di kelas,
dan melakukan tes hasil belajar. Perlu adanya perenungan setelah kegiatan
dilaksanakan dengan menganalisis apa yang telah terjadi dan bagaimana upaya
meningkatkan menjadi lebih baik. Guru profesional senantiasa berupaya
melaksanakan pembelajaran lebih baik dibanding sebelumnya. (3) untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas, guru akan selalu meningkatkan
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-2
pengetahuan dan ketrampilannya. PTK dapat mendorong guru menjadi lebih
kreatif dan inovatif dengan cara mengimplementasikan dan mengadaptasi
berbagai teori, teknik pembelajaran, dan bahan ajar yang mutakhir.
Guru
penting
melakukan
PTK agar dapat
meningkatkan kualitas
pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya di kelas (Cohen dan Manion,
1980). Pembelajaran yang berkualitas dapat diketahui antara lain dari intensitas
keterlibatan siswa dalam pembelajaran (engage learning) yang tinggi, tingkat
pemahaman siswa yang baik, dan hasil belajar mimimal sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Lebih lanjut (Cohen&Manion,1980:211) menyatakan bahwa
fungsi PTK bagi guru adalah sebagai :(a)alat untuk mengatasi masalah-masalah
yang didiagnosis dalam situasi pembelajarandi kelas; (b) alat untuk membekali
guru
dengan
keterampilan
dan
metode
barudan
mendorong
timbulnya
kesadarandiri, (c) alatuntuk memasukkan kedalam sistem yang ada (secara
alami) pendekatan tambahan atau pembelajaran inovatif; (d) alat untuk
meningkatkan
komunikasi
antar
guru
dan
atau
peneliti
dalam
upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran; (e) alat untuk menyediakan alternative
bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah
kelas.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK sangat
diperlukan
oleh
guru
untuk
selalu
memperbaiki
kualitas
pelaksanaan
pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan upaya itu, pembelajaran
yang berkualitas akan dapat meningkatkan pemahaman, proses, dan perolehan
hasil belajar siswa sehingga kompetensi setelah pembelajaranyang diharapkan
dapat tercapai. Bila pembelajaran di kelas berjalan dengan baik, maka lulusan
sekolah akan berkualitas dan selanjutnya dapat meningkatkan kualitas
pendidikan secara umum dan menciptakan generasi bangsa yang dapat bersaing
pada tataran lokal, nasional, dan global.
Perbandingan PTK dengan Penelitian non PTK
Peningkatan kualitas pembelajaran telah dilakukan dengan berbagai
metode penelitian (baca: tidak hanya PTK). Penelitian-penelitian eksperimen
misalnya, menggunakan kontrol variabel yang ketat untuk mengetahui dampak
suatu variabel bebas (misalnya metode pembelajaran X) terhadap variabel
kontrol (misalnya hasil belajar).Pada kasus itu, peneliti menggunakan beberapa
kelas sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.Bila hasil belajar siswa kelas
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-3
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol berarti metode yang
diterapkan lebih efektif dibandingkan dengan metode yang digunakan sebagai
kontrol. Lebih lanjut akan direkomentasikan bahwa untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dapat digunakan metode pembelajan X. Penerapan
penelitian eksperimen seperti ilustrasi singkat di atas tidak bergantung pada
masalah yang ada di kelas. Peneliti dapat memilih kelas yang digunakan sebagai
subyek penelitian secara acak sesuai dengan rancangan penelitiannya.
Berbeda dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru sebagai peneliti
harus memilih kelas yang benar-benar mempunyai masalah yang segera harus
diatasi agar masalah tersebut tidak semakin kompleks. Guru tidak perlu
mencari kelas lain sebagai kontrol atau pembanding karena kelas lain akan
mempunyai masalah yang berbeda dengan kelas yang akan digunakan guru.
Masalah yang berbeda akan memerlukan tindakan yang berbeda pula. Oleh
sebab itu, karakteristik PTK dengan penelitian non-PTK berbeda seperti
dijelaskan pada Tabel berikut.
Aspek
Penelitian Formal
Pelaksana
Penelitian
Dilakukan oleh orang luar
Sampel
penelitian
Sampel harus representatif
(terwakili), dipilih dengan
teknik tertentu (misal
acak)
Mengutamakan validitas
internal dan eksternal
Menuntut penggunaan
analisis statistik yang
rumit
Mempersyaratkan
hipotesis yang
menunjukkan hubungan
antara variabel bebas dan
terikat
Mengembangkan teori atau
mencari temuan baru
Hasil penelitian
merupakan produk ilmu
atau penerapan ilmu
Berlangsung linear
(bergerak maju).
Menggunakan rancangan
dan kontrol yang ketat
Tidak kolaboratif dan
individual
Validitas
(kesahihan)
Analisis
Hipotesis
Tujuan
Hasil
penelitian
Prosedur
Sifat
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)
Dilakukan oleh guru, guru
berkolaborasi dengan guru lain
atau dosen
Kerepresentatifan sampel tidak
menjadi persyaratan penting.
Subyek penelitian adalah kelas
yang mempunyai masalah
Lebih mengutamakan validitas
internal
Tidak menuntut penggunaan
analisis statistik yang rumit
Tidak selalu menggunakan
hipotesis. Hipotesis
menggambarkan dampak
tindakan yang akan dilakukan
Memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
Hasil penelitian merupakan
metode praktis peningkatan
mutu pembelajaran
Berlangsung siklis dan fleksibel
terhadap perubahan rancangan
Kolaboratif dan kooperatif
4-4
Keterangan pada Tabel menunjukkan bahwa guru yang akan melakukan
PTK tidak perlu mencari tempat penelitian lain sekolah. Tempat meneliti yang
paling baik bagi PTK adalah di kelas sendiri. Pemilihan kelas yang mempunyai
masalah yang harus segera dipecahkan akan disajikan pada bab lain pada buku
ini.
Pelaksana
penelitian
non-PTK
pada
umumnya
berasal
dari
luar
sekolah.Guru yang mempunyai kelas hanya bersifat membantu pelaksanaan
penelitian.Masalah yang diteliti ditetapkan berdasarkan kajian hasil-hasil
penelitian sebelumnya atau masalah umum bukan dari dalam kelas. Sebaliknya
pelaksana PTK adalah guru itu sendiri secara individu atau berkolaborasi
dengan guru lain atau dosen. Kolaborasi diperlukan untuk memantapkan
perencanaan pemecahan masalah, tukar pengalaman mengimplementasikan
tindakan, pemantapan pelaksanaan tindakan.Tim kolaborasi bekerja bersama
sejak identifikasi masalah, perencanaan dan pelaksanaan tindakan, observasi,
analisis data dan refleksi, dampai dengan membut laporan. Bila ada yang
bertugas hanya untuk membantu peneliti sebagai observer maka orang tersebut
bukan tim peneliti.
Validitas penelitian sangat menentukan kualitas hasil penelitian tersebut.
Validas diperlukan agar instrumen yang digunakan dalam penelitian mengukur
apa yang seharusnya diukur. Dalam membuat alat instrumen, penelitian nonPTK akan sangat rinci memeriksa kesahihan isi, konstruk, dan butir. Dalam hal
ini diperlukan validator yang berkompeten pada bidangnya.Sebaliknya
pada
PTK lebih mengutamakan validitas isi. Misalnya alat yang digunakan adalah
RPP, bahan ajar, lembar observasi, dan tes. Masing-masing alat tersebut dapat
divalidasi oleh teman sejawat atau antar tim peneliti untuk mengetahui
kesesuaian antara isi (urutan, keluasan, dan kedalaman) dengan tujuan yang
ingin dicapai. Sangat jarang instrumen PTK harus diujicobakan dulu untuk
mengetahui validitas eksternalnya.
Aspek-aspek lain perbedaan PTK dengan non-PTK akan dibahas pada
bab-bab berikutnya. Satu hal yang sangat penting diketahui guru yang akan
melakukan PTK adalah sifat PTK yang fleksibel (lentur). Misalnya RPP yang telah
dibuat dalam 3 pertemuan, setelah pertemuan pertama berjalan diketahui
bahwa ada hambatan mendasar yang tidak dapat dilaksanakan maka dalam
PTK RPP tersebut dapat diperbaiki agar pada pertemuan ke-2 dan ke-3 dapat
berjalan. Hal itu akan sulit dilakukan pada penelitian non-PTK.Walaupun
demikian, perencanaan dalam PTK tetap harus dibuat karena perbaikan
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-5
pembelajaran harus dimulai dengan pengembangan perencanaan pembelajaran
yang baik.Perencanaan pembelajaran dapat menuntun pelaksana PTK tentang
langkah-langkah yang dilakukan pada implementasi tindakan.
II. LATIHAN PEMECAHAN MASALAH
1. Tuliskan pengertian PTK menurut anda sendiri (Jawaban tidak boleh
persis sama dengan yang ada pada teks)!
2. Bila anda melakukan PTK di kelas, jelaskan tujuan yang ingin Anda
dicapai!
3. Jelaskan perbedaan antara PTK dengan penelitian eksperimen atau
penelitian survey!
4. Berikanlah satu contoh penelitian PTK dan penelitian non-PTK!
5. Mengapa guru profesional (telah tersertifikasi) wajib melakukan PTK di
kelasnya?
6. Jelaskan penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan PTK yang terjadi di
sekolah selama ini. Berikan kritik anda dan apa yang akan anda lakukan
untuk memperbaiki pelaksanaan PTK yang salah selama ini.
III. RANGKUMAN
Guru merupakan pendidik profesional sehingga senantiasa mengembangkan
diri agar dapat melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Pengembangan
diri mencakup peningkatan kompetensi profesional, pedagogi, kepribadian, dan
sosial.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kegiatan pemecahan masalah
di kelas secara sistematis oleh guru menggunakan tindakan yang dipilih secara
ilmiah. Masalah pembelajaran yang terjadi di kelas harus dapat dipecahkan oleh
guru agar hasil belajar siswa sesuai dengan harapan.Guru profesional akan
selalu
berupaya
mengebangkan
pembelajaran
yang
bermutu
sehingga
pelaksanaan PTK menjadi kebutuhan. Oleh sebab itu, PTK sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dan peningkatan pendidikan
secara umum.Para guru harus dapat mengubah paradigma bahwa PTK
diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan administratif menjadi kebutuhan
peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan tanggungjawabnya.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-6
IV. LATIHAN SOAL
1. Ada anggapan bahwa guru secara langsung telah melakukan PTK ketika
melaksanakan pembelajaran karena begitu mengetahui ada perubahan pada
siswa maka guru segera melakukan perubahan strategi mengajar. Apakah
kegiatan itu disebut penelitian tindakan kelas? Mengapa?
2. PTK digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk membuat karya tulis
ilmiah dalam rangka kenaikan pangkat. Persyaratan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan kinerja guru yang mengajukan kenaikan pangkat.
Apakah tujuan tersebut tercapai? Mengapa sebagian guru lebih memilih
menggunakan “PTK instan” daripada belajar melakukan PTK dengan benar?
3. Identifikasi hambatan-hambatan pembelajaran yang sering anda jumpai
ketika mengajar di kelas dan jelaskan upaya-upaya yang telah anda lakukan
untuk mengatasinya!
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-7
Kegiatan Belajar 2:
Langkah-Langkah Pelaksanaan PTK
1. Deskripsi isi:
Bagian Langkah-Langkah Pelaksanaan PTK membahas langkah-langkah
melaksanakan PTK; identifikasi masalah-masalah yang dapat dipecahkan
dengan
PTK;
pemilihan
tindakan
pemecahan
masalah;
rancangan
pelaksanaan tindakan; langkah-langkah mengumpulkan data; tahap-tahap
yang dilakukan dalam refleksi, analisis data, pembahasan, dan membuat
simpulan.
2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada langkah-langkah melaksanakan PTK;
identifikasi masalah-masalah yang dapat dipecahkan dengan PTK; pemilihan
tindakan pemecahan masalah; rancangan pelaksanaan tindakan; langkahlangkah mengumpulkan data; tahap-tahap yang dilakukan dalam refleksi,
analisis data, pembahasan, dan membuat simpulan.
3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada langkah-langkah melaksanakan PTK; identifikasi
masalah-masalah yang dapat dipecahkan dengan PTK; pemilihan tindakan
pemecahan masalah; rancangan pelaksanaan tindakan; langkah-langkah
mengumpulkan data; tahap-tahap yang dilakukan dalam refleksi, analisis
data, pembahasan, dan membuat simpulan.
I.
URAIAN SINGKAT
Refleksi awal untuk menentukan masalah yang akan digunakan PTK
PTK dimulai dengan refleksi awal, yaitu guru merefleksikan masalahmasalah yang ada di kelasnya. Kegiatan ini meliputi: identifikasi masalah,
analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis tindakan.
Sebagaimana suatu kegiatan penelitian, maka refleksi dilakukan dengan
“merasakan” apakah pembelajaran yang dilakukan telah berhasil atau belum.
Keberhasilan pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar siswa, tingkat
penguasaan kompetensi, keaktifan siswa, efektivitas penggunaan waktu, tingkat
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-8
miskonsepsi, dan sebagainya. Untuk merasakan apakah pembelajaran di kelas
telah berjalan dengan baik atau belum Anda perlu bertanya pada diri sendiri
tentang kualitas pembelajaran yang dicapai selama ini. Pertanyaan tersebut
dapat diarahkan antara lain pada:
1.
Apakah perangkat pembelajaran yang telah disiapkan dapat terlaksana
dengan baik?
2.
Bagian mana dari RPP yang dibuat terlaksana dengan baik dan bagian mana
yang belum terlaksana dengan baik?
3.
Apakah pembelajaran yang diterapkan telah dapat membelajarkan siswa
sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran?Apakah banyak siswa
yang bertanya dan memberikan tanggapan? Apakah siswa yang bertanya
sudah tersebar merata?
4.
Apakah metode yang digunakan sudah efektif dari segi waktu dan hasil
belajar?
5.
Apakah Anda mendorong mahasiswa untuk bekerja (hands-on) dalam
kegiatan belajar?
6.
Apakah hasil belajar sudah cukup baik sehingga sebagian besar siswa
memperoleh nilai di atas Standar Ketuntasan Belajar minimum (SKBM)?
7.
Apakah pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang ada pada ranah kognitif
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi dapat dikerjakan oleh sebagian
besar siswa?
8.
Apakah ada indikasi kesalahan konsep pada pemahaman siswa?
9.
Apakah ada siswa yang mengalami kesulitan menggunakanatau memperoleh
bahan ajar?
10. Apakah siswa termotivasi untuk belajar?
(1) Mengidentifikasi masalah dan Analisis Masalah di Kelas
Keadaan yang sering terjadi adalah guru tidak merasa bahwa di kelasnya
telah terjadi masalah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya waktu bagi guru
untuk melakukan “perenungan” terhadap apa yang telah dilakukan selama
proses pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas,
setiap selesai mengajar sebaiknya guru menjawab dengan jujur pertanyaanpertanyaan tersebut di atas sebagai bahan renungan agar proses pembelajaran
selanjutnya lebih baik dibandingkan hari ini.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-9
Masalah yang ada di kelas mungkin banyak sehingga anda bingung
menetapkan masalah mana yang akan dipilih untuk PTK. Untuk mengatasi
keadaan tersebut, anda dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting
atau paling pokok yang menyebabkan pembelajaran Anda belum efektif.
Setelah merasakan adanya masalah pembelajaran di kelas, maka Anda
perlu
mengidentifikasi
masalah
yang
sangat
merisaukan
atau
yang
menyebabkan kualitas pembelajaran masih rendah. Untuk identifikasi ini,
Secara garis besar, masalah tersebut dapat kita klasifikasikan ke dalam dua
kategori yaitu masalah rendahnya kualitas proses pembelajaran dan rendahnya
kualitas hasil belajar. Kualitas proses belajar akan berdampak pada hasil
belajar. Bila kualitas proses pembelajaran baik maka hasil belajar akan
diharapkan baik pula.
Kualitas proses pembelajaran dapat diidentifikasi dari beberapa indikator
seperti: (1) partisipasi aktif siswa seperti bertanya, menjawab pertanyaan,
menjelaskan, dan mengerjakan tugas; (2) motivasi dan antusiasme siswa dalam
mengikuti pembelajaran; (3) ketepatan menyelesaikan tugas, dan lain-lain.
Perlu juga diketahui bahwa masalah di kelas merupakan kumpulan dari
beberapa
masalah
sehingga
Anda
perlu
menggali
akar
masalah
yang
menyebabkan masalah-masalah tersebut. Bila akar masalah tersebut diberikan
tindakan maka beberapa masalah akan dapat diselesaikan. Misalnya masalah
yang dipaparkan di muka mungkin bersumber dari metode mengajar guru yang
tidak inovatif (konvensional) sehingga siswa menjadi pasif, hasil belajar rendah,
dan terjadinya salah konsep.Oleh sebab itu, tindakan yang harus diberikan
adalah “mengobati” akar masalah tersebut misalnya dengan mengubah metode
mengajar guru menjadi inovatif.Dengan memberikan tindakan pada akar
masalah diharapkan masalah siswa tidak aktif, hasil belajar yang rendah, dan
salah konsep dapat diatas secara simultan.
Anda telah menetapkan masalah yang akan dipecahkan pada PTK ini.
Cobalah Anda tuliskan masalah pembelajaran di kelas yang telah Anda
identifikasi dan tentukan akar masalahnya!
1) Deskripsikan proses pembelajaran satu bagian materi atau satu Kompetensi
dasar (KD) yang anda rasakan paling sulit untuk memahamkan siswa Anda!
......................................................................................................................
......................................................................................................................
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-10
......................................................................................................................
............................................................................................................
2) Jelaskan konsep-konsep mana yang sulit dipelajari?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
3) Jelaskan
aktivitas
siswa
ketika
proses
pembelajaran
materi
tersebut
berlangsung!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
4) Kelompokkan skor tes atau kuiz dari materi yang diajarkan tersebut untuk
menentukan jumlah siswa yang sangat bagus (skor 90 – 100), tuntas (skor 75
– 89), dan skor yang belum tuntas.
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
5) Identifikasi masalah-masalah yang menyebabkan siswa belum tuntas ditinjau
dari bagaimana siswa belajar dan bagaimana anda mengajar!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
6) Identifikasi masalah pembelajaran yang paling dasar yang menyebabkan
masih banyak siswa belum tuntas belajar materi tersebut!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.............................................................................................................
7) Jelaskan metode yang anda gunakan dan perangkat pembelajaran yang anda
siapkan ketika membelajarkan materi tersebut!
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-11
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
8) Tetapkan masalah yang akan anda pecahkan pada PTK ini!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..............................................................................................................
(2) Menetapkan Tindakan dan membuat judul PTK
Setelah menentapkan masalah penelitian, langkah berikutnya adalah
menetapkan “tindakan” untuk memecahkan masalah tersebut. Tindakan
merupakan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk memecahkan masalah
belajar siswa. Tindakan yang dimaksudkan adalah tindakan yang terkait dengan
pembelajaran. Dalam menetapkan tindakan, perhatikan hal-hal berikut ini.
(a) Tindakan yang dipilih harus relevan dengan masalah yang dihadapi oleh
siswa. Misalnya siswa yang pasip maka tindakan yang diambil adalah
menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa
seperti diskusi, kerja kelompok, belajar kooperatif, dan sebagainya.
(b) Tindakan yang dipilih adalah yang mungkin dilakukan oleh guru dan
guru sudah memahami langkah-langkah pembelajaran yang akan
diterapkan. Bila guru menggunakan tindakan yang benar-benar baru
maka disarankan harus ada kolaborasi antara guru dengan guru lain
atau dosen yang telah memahami cara menerapkan tindakan tersebut.
(c) Tindakan yang dipilih harus lebih inovatif dibandingkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sebelumnya.
Hubungan antara masalah yang akan diteliti dengan tindakannya dapat
digambarkan pada contoh berikut.
Misalnya masalah yang dipilih adalah masih rendahnya hasil belajar siswa pada
materi X. Materi ini dibelajarkan dengan cara diskusi kelompok dimana siswa
diberi kesempatan membaca dan memahami rumus, berdiskusi dengan
kelompok, lalu mengerjakan soal-soal. Materi X berisi konsep-konsep yang
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-12
abstrak yang tidak mudah dipahami siswa yang belum memiliki kemampuan
berpikir formal.
Tindakan yang diambil guru harus bertolak dari karakteristik materi atau
konsep materi X yang dibelajarkan. Bila suatu materi dengan konsep-konsep
yang abstrak maka yang diperlukan guru adalah media pembelajaran (video,
animasi, model). Pembelajaran materi abstrak kurang baik kalau dibelajarkan
dengan diskusi secara langsung, akan lebih baik bila menggunakan model
pemecahan masalah, inkuiri, atau guided inquiry. Dengan demikian, tindakan
yang diambil guru adalah: Penggunaan pendekatan inkuiri dengan bantuan
media animasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI SMA “B” dalam
mempelajari materi X.
Setelah anda menetapkan masalah dan tindakan pemecahan amasalah, anda
sudah dapat membuat judul PTK yang adan anda lakukan. Langkah-langkah
untuk membuat judul PTK adalah:
(a) Judul PTK menunjukkan hubungan antara masalah dan tindakan
(b) Jumlah kata dalam judul maksimal 20 kata
(c) Menggambarkan tempat pelaksanaan penelitian
Dari contoh: “Penggunaan pendekatan inkuiri dengan bantuan media animasi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XI SMA “B” dalam mempelajari
materi X, masalah yang terjadi di kelas itu adalah: “hasil belajar materi X siswa
rendah”
tindakan
yang
digunakan
untuk
memecahkan
masalah
adalah
“Pendekatan inkuiri dengan bantuan media animasi”; tempat kegiatan adalah:
SMA “B”. Jumlah kata yang digunakan adalah 20 kata.
(a) Tuliskan masalah yang akan Anda pecahkan dalam PTK!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................................
(b) Tuliskan tindakan yang akan Anda gunakan untuk memecahkan
masalah!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................................
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-13
(c) Tuliskan kelas yang akan anda gunakan sebagai subyek dan nama
sekolah!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................................
(d) Gabungkan (a), (b), dan (c) menjadi judul PTK Anda!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................................
(3) Perumusan Masalah
Setelah menetapkan masalah dan menganalisisnya, kegiatan selanjutnya
adalah merumuskan masalah secara jelas, spesifik, dan operasional. Masalah
penelitian merupakan titik awal sebuah proses penelitian. Tidak akan ada
proses
penelitian
tanpa
adanya
masalah
yang
dapat
diidentifikasi
dan
dirumuskan dengan jelas. Masalah biasanya dirumuskan dengan kalimat tanya
atau kalimat negatif.
Dengan
hipotesis,
dirumuskannya
peneliti
dapat
masalah
yang
melakukan
(mungkin)
diikuti
langkah-langkah
dengan
penelitian
selanjutnya.Permasalahan penelitian PTK itu sendiri tidak dapat terlepas dari
latar belakang dan konteks yang terjadi di kelas.Berkaitan dengan PTK, masalah
pembelajaran pada umumnya berkisar pada rendahnya kualitas proses dan
hasil belajar. Dalam membuat pertanyaan penelitian (rumusan masalah) PTK
anda dapat menggunakan kalimat tanya dalam bentuk “Apakah”, “Bagaimana”
dan sejenisnya. Pertanyaan “apakah” yang dimaksudkan bukanlah pertanyaan
yang
dapat
dijawab
dengan
“ya”
atau
“tidak”
tetapi
jawaban
harus
dideskripsikan dahulu baru kemudian disimpulkan “dapat” atau “tidak dapat”.
Sangat dihindari pertanyaan penelitian seperti “Apakah ada hubungan”.
“Bagaimana pengaruh” dan sebaginya karena dalam PTK tidak dianjurkan
menggunakan analisis statistik tingkat tinggi namun menggunakan analisis
deskriptif yang memadukan antara analisis kualitatif dengan kuantitatif
deskriptif. Berikut disampiakan beberapa contoh pertanyaan penelitian PTK,
Anda dapat memilih beberapa rumusan yang sesuai.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-14
•
Apakah penggunaan pendekatan inkuiri yang dipadukan dengan media
pembelajaran animasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X
SMA B dalam mempelajari materi X?
•
Apakah penerapan pendekatan inkuiri yang dipadukan dengan media
pembelajaran animasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X
SMA B dalam mempelajari materi X?
•
Bagaimana menerapkan pendekatan inkuiri yang dipadukan dengan
media pembelajaran animasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X SMA B dalam mempelajari materi X?
•
Bagaimana menerapkan pendekatan inkuiri yang dipadukan dengan
media pembelajaran animasi untuk meningkatkan motivasi belajar
belajar siswa kelas X SMA B dalam mempelajari materi X?
Dalam PTK paling sedikit terdapat dua rumusan masalah PTK artinya tidak
boleh suatu PTK hanya terdiri atas satu rumusan masalah. Buatlah minimal 2
rumusan masalah PTK yang akan Anda laksanakan.
Rumusan masalah:
1. ..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................................
2. ..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................................
(4) Perumusan Hipotesis Tindakan
Setelah masalah dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan
hipotesis. Hipotesis ini berupa dugaan yang akan terjadi jika tindakan
dilakukan.
Hipotesis
dikembangkan
berdasarkan
masalah
yang
telah
dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya
dampak tindakan yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
yang telah dibuat. Misalnya dari pertanyaan penelitian di atas dapat diubah
menjadi hipotesis:
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-15
•
Penerapan
pendekatan
inkuiri
yang
dipadukan
dengan
media
pembelajaran animasi akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
X SMA B dalam mempelajari materi X.
•
Penerapan
pendekatan
inkuiri
yang
dipadukan
dengan
media
pembelajaran animasi akan dapat meningkatkan motivasi belajar belajar
siswa kelas X SMA B dalam mempelajari materi X.
Cara lain membuat hipotesis penelitian PTK adalah menggunakan struktur
“jika......maka......” Jika penggunaan tindakan tertentu maka masalah dapat
diatasi. Rumusan masalah di atas dapat diubah menjadi:
•
Jika materi X dibelajarkan pada siswa kelas X SMA B menggunaan
pendekatan inkuiri yang dipadukan dengan media pembelajaran animasi
maka hasil belajarnya akan meningkatkan.
•
Jika siswa kelas X SMA B yang mempelajari materi X dibelajarkan dengan
pendekatan inkuiri yang dipadukan dengan media pembelajaran animasi
maka hasil belajarnya akan meningkatkan.
(5) Menetapkan tujuan penelitian
Tujuan penelitian menggambarkan capaian yang ingin diperoleh oleh
peneliti setelah kegiatan penelitian selesai dilakukan. Capaian tersebut sering
juga menggambarkan outcome (dampak) dari kegiatan yang akan dilakukan.
Rumusan tujuan dapat dibuat dengan menyatakan setelah penelitian dilakukan
maka akan diperoleh sesuatu yang diharapkan. Rumusan tujuan dari contoh di
atas adalah:
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran inkuiri yang dipadukan
dengan media animasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
SMA B dalam mempelajari materi X.
2. Mengetahui dampak pembelajaran inkuiri yang dipadukan dengan media
animasi terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMA B dalam
mempelajari materi X.
3. Menggambarkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari materi X
dengan pendekatan inkuiri yang dipadu dengan media pembelajaran
animasi.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-16
Tugas:
Tuliskan tujuan penelitian yang ingin Anda capai!
(6) Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan PTK mengikuti rancangan penelitian tindakan kelas. Ada
beberapa model rancangan PTK yang dapat dipilih oleh peneliti. Salah satu
rancangan yang sering digunakan adalah rancangan Kemmis and Taggart. Model
rancangan PTK ini terdiri atas siklus-siklus dimana tiap siklus mencakup empat
langkah kegiatan yaitu: (1) planning (perencanaan), (2) acting (pelaksanaan), (3)
observing (pengamatan) dan (4) reflecting (refleksi).
KEGIATAN SIKLUS I
1) Perencanaan
Setelah anda melakukan refleksi awal, menemukan masalah, membuat
rumusan masalah, hipotesis, dan tujuan PTK sebagaimana dijelaskan
sebelumnya,
kegiatan
berikutnya
adalah
membuat
rencana
kegiatan
pemecahan masalah. Kegiatan utama yang akan anda lakukan adalah:
(a) Buatlah silabus dari materi yang akan anda gunakan sebagai judul PTK
(b) Dari sekian banyak materi yang berpotensi dijadikan masalah PTK,
pilihlah materi yang memiliki KD untuk diajarkan sekitar 6 – 8 pertemuan.
Bila tidak ada pilihlah minimal 2 KD dengan tiap KD membutuhkan 3-4
pertemuan. Tiap siklus PTK anda akan lakukan minimal 3 pertemuan
(TIDAK BOLEH satu siklus PTK hanya satu pertemuan)
(c) Buatlah rancangan pelaksanaan pembelakaran (RPP) yang mencakup
pertemuan-pertemuan pada siklus I dan siklus II. Dengan demikian Anda
akan menyusun minimal 3 RPP untuk siklus I dan 3 RPP untuk siklus II.
Pada masing-masing RPP, TINDAKAN yang anda ambil (seperti metode
inkuiri, metode belajar kooperatif, diskusi kelompok, penggunaan media,
atau lainnya) harus tampak pada langkah-langkah pembelajaran (kegiatan
awal, kegiatan inti, penutup) dalam RPP anda.
(d) Buatlah lembar kerja siswa untuk tiap pertemuan, alat evaluasi, dan
media yang dibutuhkan sesuai dengan RPP yang telah anda buat. Semua
perangkat pembelajaran yang Anda perlukan untuk menerapkan tindakan
yang
telah
perencanaan.
Anda
Bila
pilih
sebelumnya
Anda
kurang
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
harus
yakin
disediakan
dengan
pada
tahap
langkah-langkah
4-17
pembelajaran (sintaks) tindakan yang akan anda lakukan maka anda
dapat melakukan konsultasi dengan teman sejawat, pengawas, atau dosen
untuk memvalidasi RPP dan perangkat pembelajaran lainnya yang anda
buat.
2) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran menerapkan RPP yang telah
dibuat sebelumnya. Dalam memecahkan
masalah
PTK, Anda harus
mengajar sebagaimana biasanya namun dalam PTK disamping mengajar
Anda harus mengumpulkan data yang diperlukan. Disamping data hasil
belajar, anda juga mengumpulkan data aktivitas siswa. Kekhasan PTK
adalah dalam pelaksanaan tindakan peneliti (guru) juga sekaligus berperan
sebagai peneliti sehingga dalam PTK, guru sering disebut sebagai guru
peneliti (teacher as researcher).
3) Pengamatan
Pengamatan
dapat
dilakukan
langsung
oleh
guru
(tanpa
bantuan
pengamat/observer) atau dilakukan oleh guru dengan observer. Bila
dilakukan sendiri maka guru harus dapat mencatat banyak data sambil
mengajar. Sedangkan bila bantuan observer, guru dapat membagi tugas
bagian-bagian yang dicatat observer dan guru. Data yang perlu anda
kumpulkan pada tiap pertemuan adalah:
(a) Keterlaksanaan RPP tiap pertemuan. Anda harus mencatat apakah tiap
langkah kegiatan RPP dilaksanakan, apakah pelaksanaannya sesuai
harapan, berapa waktu yang diperlukan (dibandingkan apakah sesuai
dengan rencana waktu yang dibuat). Data penting lain yang diperlukan
adalah keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
tindakan yang dipilih.
(b) Partisipasi siswa ketika proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar
akan terdapat partisipasi dan aktivitas lain dari siswa dan guru. Data
yang diperlukan pada tiap pertemuan antara lain: Jumlah siswa yang
bertanya, jumlah siswa yang menjawab, jumlah siswa yang menanggapi,
Apa yang ditanyakan atau dijawab siswa (sangat penting mencatat
pertanyaan atau jawaban yang mendasar atau di luar dugaan guru),
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-18
siswa yang presentasi, gambaran keadaan kelas ketika berdiskusi, alur
pertanyaan dari guru ke siswa dan dari siswa ke siswa.
(c) Data hasil belajar merupakan data dari hasil test atau quiz, data
psikomotor, dan data afektif. Tiap akhir dari satu siklus dalam PTK guru
memberikan tes uji kompetensi untuk mengetahu ketercapaian hasil
belajar kognitif yang akan digunakan sebagai indikator keberhasilan
siklus itu.
4) Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan
menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta
mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil
refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus
berikutnya.
Refleksi memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan PTK.
Melalui refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh masukan yang
sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar
ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman
instrumen observasi yang digunakan.
Guna mendapatkan hasil refleksi yang optimal, beberapa kegiatan berikut
dapat dimanfaatkan sebagai panduan.
(a) Analisis keterlaksanaan RPP yang anda buat setelah pelaksanaan.
Bagaimana kesesuaian antara langkah-langkah pembelajaran dan waktu
ketika direncanakan dan dilaksanakan. Anda dapat memberikan skor 3
(kalau langkah dan waktunya sesuai) skor 2 kalau sesuai waktu tetapi
langkahnya kurang optimal, skor 1 kalau waktunya atau langkahnya
masih kurang sesuai. Dengan menjumlahkan semua skor yang anda
dapatkan dibagi dengan skor harapan (jumlah langkah x ) x 100% maka
anda akan mengetahui keterlaksanaan RPP anda pada tiap pertemuan.
(b) Analisis proses kegiatan pembelajaran. Buatlah tabulasi tiap pertemuan
untuk mengetahui berapa banyak siswa yang berpartisipasi aktif pada
tiap pertemuan. Catatlah pertanyaan atau jawaban yang anda anggap
sangat mendasar atau penting.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-19
(c) Buatlah tabulasi data hasil belajar kognitif untuk mengetahui berapa
skor rata-rata, berapa persen siswa yang telah tuntas mengikuti
pelajaran pada siklus I
Setelah melakukan anlisis data seperti yang dipaparkan di atas, kemudian
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
(a) Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran Anda pada tiap pertemuan
siklus I? Apakah semuanya 100%? Bila belum bagian manakah yang
belum?
(b) Bagaimanakah hasil belajar siswa, apakah sudah semuanya tuntas?
(c) Bagaimanakan
partisipasi
siswa?
Apakah
lebih
dari
75%
telah
berpartisipasi aktif dalam setiap pertemuan?
(d) Apakah yang menyebabkan (a), (b), dan (c) terjadi? (Anda harus
merenung mengapa ada ketimpangan antara harapan dalam RPP dengan
pelaksnaan).
(e) Apakah yang harus anda perbaiki pada proses pembelajaran SIKLUS I
dan yang akan Anda terapkan pada SIKLUS II?
Perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I harus anda buat pada
RPP
siklus
II.
Perbaikan
yang
dimaksudkan
adapah
upaya-upaya
mengoptimalkan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pada siklus II Anda
TIDAK
boleh
mengganti
TINDAKAN
yang
ada
di
Siklus
I
TETAPI
memperbaiki berdasarkan refleksi. Misalnya pada siklus I diskusi
kelompok tidak berjalan dengan baik, hasil refleksi karena jumlah
anggota kelompok banyak 6 orang, maka untuk mengoptimalkan diskusi
kelompok padasiklus II, anda dapat membuat kelompok dengan anggota
3-4 orang/kelompok. Sedangkan materi atau KD yang dibelajarkan pada
siklus II TIDAK boleh sama dengan siklus I tetapi KD berikutnya (PTK
tidak boleh menghambat kurikulum). Jadi pada siklus II: materi yang
diajarkan adalah lanjutan dari siklus I sedangkat Tindakannya adalah
perbaikan tindakan yang sama dari siklus I.
KEGIATAN SIKLUS II
1) Perencanaan
Perencanaan para siklus II sama dengan siklus I yaitu membuat RPP, LKS,
alat evaluasi, bahan ajar, media, dan perangkat pelajar lainnya. Hanya saja,
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-20
pada RPP harus ada perbaikan dari siklus I berdasarkan hasil refleksi.
Materi yang dibelajarkan pada siklus II merupakan kelanjutan dari materi
yang dibelajarkan pada siklus I sehingga tidak terjadi pengulangan.
Tindakan yang digunakan pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus I
(misalnya metode yang digunakan pada siklus I adalah inkuiri maka pada
siklus II tetap metode inkuiri tetapi ditambahkan “X” misalnya inkuiri dan
peta
konsep).
Dengan
demikian
Tindakan
utama
yang
digunakan
memecahkan masalah adalah tetap pada kedua siklus hanya saja pada
siklus II tindakan utama ditambahkan “X” agar dapat berjalan lebih optimal.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan
pembelajaran
pada siklus II mengacu
pada RPP yang
digunakan pada siklus II. Kegiatan pengumpulan data sama dengan
kegiatan pada siklus I.
3) Pengamatan
Pengamatan untuk mengumpulkan data pada siklus II sama dengan yang
dilakukan pada siklus I. Bila menggunakan observer, maka pengamat
menggunakan RPP siklus II sebagai dasar untuk mengamati keterlaksanaan
pembelajaran pada siklus II. Jenis data yang dikumpulkan juga sama seperti
yang dikumpulkan pada siklus I.
4) Refleksi
Kegiatan refleksi pada siklus II menggunakan alur yang sama dengan siklus
I. Hanya saja setelah dilakukan analisis data, Anda dapat membandingkan
keterlaksanaan pembelajaran, hasil belajar, keaktifan siswa, dll antara yang
diperoleh pada siklus I dan siklus II. Ketercapaian indikator pada siklus II
akan
menentukan
apakah
PTK
perlu
dilanjutkan
pada
siklus-siklus
berikutnya. Bila hasil belum optimal sebagaimana yang diharapkan maka
PTK perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. Sebaliknya bila hasil telah
memuaskan maka PTK dapat dihentikan.
PTK dapat diakui sebagai karya ilmiah bila memuat minimal 2 (dua)
siklus dengan tiap siklus minimal 3 pertemuan. Artinya, walaupun hasil yang
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-21
diharapkan belum tercapai maka PTK yang telah dilaksanakan selama 2 siklus
maka dapat dibuatkan laporan ilmiahnya dan dapat dipublikasikan.
7) Analisis Data dan Pembahasan PTK
Setelah
melaksanakan
PTK,
kegiatan
yang
paling
penting
adalah
menganalisis data PTK dan membuat pembahasan. Dari beberapa laporan PTK,
bagian ini seringkali belum dibuat secara optimal sehingga hasil PTK yang
dilakukan belum dapat digunakan sebagai rujukan. Deskripsikan data yang
diperoleh dilakukan untuk tiap siklus. Langkah-langkah praktis yang dapat
anda lakukan untuk menganalisis data dan membahas hasil pelaksanaan
penelitian sebagai berikut.
a) Deskripsikan keterlaksanaan RPP dalam bentuk tabel tiap-tiap pertemuan
pada siklus I. Paparkan penjelasan pada tiap-tiap pertemuan. Anda dapat
mendeskripsikan apa yang telah terjadi di kelas pada tiap pertemuan.
Kemudian berikan penjelasan apakah tindakan yang anda lakukan sudah
sesuai dengan rencana atau kalau belum pada bagian mana belum dapat
dilaksanakan dengan baik.
b) Deskripsikan data proses belajar (keaktifan siswa, psikomotor, afektif). Anda
dapat menggunakan tabel atau deskripsi naratif. Sangat baik kalau ada data
kuantitatifnya.
c) Deskripsikan hasil belajar kognitif siswa untuk mengetahui berapa siswa
yang tuntas dan belum tuntas, nilai rata-rata, dan sebagainya.
d) Untuk mengetahui ketercapaian siklus I, bandingkan data yang anda perleh
dengan indikator yang anda buat sebelumnya. Misalnya anda menggunakan
tabel seperti berikut ini.
Tabel ketercapaian indikator
No
Indikator
1.
2.
Target*
Ketercapaian
Siklus I
........................
........................
Keterlaksanaan Pembelajaran
90%
Jumlah siswa rata-rata yang
aktif tiap pertemuan
20%
3.
Skor rata-rata hasil tes kognitif
85
........................
4.
Persentase siswa yang tuntas
85%
........................
5.
..............................
....................... ........................
*) ditetapkan sendiri oleh peneliti sebelum penelitian dilaksanakan. Disajikan
pada bagian perbaikan rancangan pada awal siklus II dalam proposal.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-22
e) Paparkan refleksi yang anda lakukan berdasarkan ketercapaian indikator
dibandingkan target yang ditetapkan. Analisislah faktor-faktor apa yang
menyebabkan belum tercapainya target yang ditetapkan. Analisis dapat
dimulai dari paparan keterlaksanaan RPP, proses belajar, karakteristik soal
yang digunakan, dan kesalahan-kesalah paling banyak yang dilakukan
siswa. Kemudian, jelaskan upaya-upya yang akan anda lakukan untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan implementasi tindakan pada siklus I.
Deskripsi data siklus II
f)
Ulangi sajian data seperti siklus I bagian a – c. Deskripsikan hal-hal yang
sama seperti pada siklus I.
g) Untuk bagian d, Anda harus membandingkan hasil yang diperoleh pada
siklus I dan siklus II sehingga tabel ketercapaian indikator menjadi sebagai
berikut.
Tabel ketercapaian indikator siklus I dan II
No
1.
2.
3.
4.
5.
Indikator
Target*
Keterlaksanaan
90%
Pembelajaran
Jumlah siswa rata-rata yang
aktif tiap pertemuan
20%
Skor rata-rata hasil tes
85
kognitif
Persentase
siswa
yang
85%
tuntas
..............................
.................
Ketercapaian
Siklus I
.................
Siklus II
.................
.................
.................
.................
.................
.................
.................
................
................
h) Buatlah refleksi berdarasarkan perbandingan antara target dan capaian
siklus II. Dari data tersebut, anda juga dapat memutuskan apakah siklus
berikutnya perlu dilanjutkan atau tidak.
i)
Pembahasan hasil penelitian
Dalam pembahasan anda harus membandingkan hasil yang diperoleh pada
siklus I dan II dengan teori yang seharusnya. Bila anda telah memilih suatu
tindakan dan diterapkan maka akan diketahui apakah tindakan tersebut
tepat atau tidak tepat. Bila tindakan yang anda pilih tepat maka akan
terlihat pada ketercapaian indikator siklus I dan II mendekati target yang
ditetapkan. Bila capaian indikator jauh dari harapan maka anda harus
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-23
dapat menjelaskan mengapa tindakan yang anda pilih tersebut tidak dapat
mencapai target yang ditetapkan.
j)
Membuat simpulan penelitian dan saran
Dalam simpulan anda harus menjawab rumusan masalah yang telah anda
tetapkan. Jawaban yang dimaksudkan akan tampak dari capaian indikator
yang telah dibuat pada pembahasan. Berdasarkan simpulan tersebut, anda
dapat membuat saran-saran kepada guru yang lain bila memiliki masalah
yang hampir sama dengan yang anda pecahkan dengan PTK untuk
menggunakan tindakan yang anda pilih atau tidak menggunakannya kalau
hasil penerapan tindakan tidak sesuai dengan harapan.
Sertakan referensi atau rujukan yang anda gunakan dalam pembahasan dan
kajian teori pada pembuatan PTK. Penulisan referensi sesuai dengan aturan
penulisan rujukan karya ilmiah yang dapat anda lihat di Buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Malang.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-24
Kegiatan Belajar 3:
Kegiatan Workshop
Langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan sebagai berikut.
(1) Buatkah proposal PTK di tempat PLPG dan ditulis tangan dengan
sistematika yang disajikan berikut ini dalam waktu 3 - 4 x 50 menit.
(2) Bila anda mengalami kesulitan mintalah pendampingan pada instruktur.
(3) Setelah proposal yang anda buat selesai, bahaslah pada diskusi kelompok
dengan menukar proposal yang anda buat dengan teman lain.
(4) Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil proposal
yang dibuat untuk dikomentari oleh teman lain dan instruktur.
Sistematika Usulan Penelitian Tindakan Kelas
1. JUDUL PENELITIAN
Buatlah judul PTK yang mencerminkan permasalahan pokok yang akan
dipecahkan harus mengandung masalah dan tindakan yang diteliti. Judul harus
deklaratif, singkat, spesifik, jelas (8-20 kata) dan memberi gambaran mengenai
penelitian yang diusulkan. Pada judul harus tampak masalah yang akan diteliti
dan tindakan untuk memecahkan masalah. Misalnya: “Penggunaan metode
Pembelajaran Peta Konsep untuk Meningkatkan kualitas Pembelajaran di SMA
Negeri “R” Malang”. “Penggunaan Peta Kosep” merupakan tindakan, “kualitas
pembelajaran” merupakan masalah yang akan dipecahkan pada kasus tersebut.
2. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang dan identifikasi permasalahan, yang pada pokoknya
menguraikan konteks permasalahan, pentingnya masalah itu diteliti dan
manfaat yang diharapkan dari temuan penelitian jika pelaksanaannya telah
selesai. Buatlah unsur-unsur pendahuluan dengan memaparkan hal-hal berikut
pada tiap paragrafnya (buat deskripsi 2 – 4 halaman).
•
Paparkan matapelajaran apa yang anda ampu di sekolah dan bagaimana
karakteristik matapelajaran tersebut.
•
Deskripsikan materi yang sulit dibelajarkan kepada siswa. Paparkan data
kualitatif dan kuantitatif yang anda miliki dari pangalaman mengajar selama
ini.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-25
•
Jelaskan faktor-faktor apa yang menyebabkan kesulitan yang dihadapi oleh
siswa. Pilihlah satu masalah yang paling mendasar yang harus segera
dipecahkan.
•
Paparkan apa yang telah dilakukan guru selama ini untuk membelajarkan
siswa.
•
Paparkan alternatif-altertapif tindakan yang dapat diambil guru untuk
memecahkan masalah tersebut.
•
Paparkan tindakan yang akan dipilih untuk memecahkan masalah. Jelaskan
mengapa tindakan itu dipilih secara teoritis maupun pengalaman guru
selama ini.
•
Jelaskan pentingnya pemecahan masalah yang dilakukan dalam PTK ini.
3. RUMUSAN MASALAH
Buatlah rumusan masalah minimal 2 (dua) rumusan. Perumusan
masalah berupa kalimat-kalimat naratif, baik berupa pertanyaan maupun
pernyataan problematis. Biasanya dikemukakan beberapa butir permasalahan
yang secara eksplisit menggambarkan tahap-tahap diagnosis masalah, terapi
yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah dan gambaran keberhasilan
atau keefektifan tindakan yang diambil.
4. TUJUAN PENELITIAN
Berisi sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan
fokus permasalahan yang telah dirumuskan. Jumlah tujuan sesuai dengan
jumlah rumusan masalah.
5. MANFAAT PENELITIAN
Pada bagian ini penulis memberikan gambaran yang jelas dan realistik
mengenai kegunaan atau manfaat hasil penelitian. Manfaat yang diuraikan
dapat dikaitkan dengan peneliti, guru lain yang sebidang, pengambil keputusan
atau kebijakan dan sebagainya.
6. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Berisi sejumlah teori yang relevan yang dijadikan sebagai kerangka acuan
dalam kegiatan penelitian atau pemandu kegiatan penelitian.Kerangka acuan ini
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-26
analog dengan kerangka teori dalam penelitian kuantitatif. Unsur-unsur yang
anda perlu paparkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut.
• Paparkan karakteristik materi atau kompetensi dasar yang digunakan
sebagai obyek dalam PTK ini. Jelaskan konsep-konsep yang dibelajarkan,
karakteristik konsep, dan startegi pembelajaran yang relevan untuk
membelajarkan konsep tersebut.
• Paparkan kajian teoritis dari tindakan yang digunakan. Mulailah dengan
menjelaskan apa tindakan yang anda gunakan, bagaimana sintaks (langkahlangkah pembelajarannya), mengapa tindakan tersebut relevan untuk
memecahkan masalah yang akan dihadapi.
• Paparkan bagaimana membelajarkan materi X dengan tindakan yang dipilih.
• Alasan-alasan lain mengapa anda yakin bahwa penggunaan tindakan
tersebut dapat memecahkan masalah. Dapat disajikan hasil-hasil penelitian
yang telah dipublikasikan sebelumnya untuk memperkuat tindakan yang
anda ambil.
Hipotesis tindakan disini tidak dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya
perbedaan atau hubungan sebagaimana hipotesis dalam penelitian kuantitatif.
Hipotesis tindakan memuat usulan tindakan untuk menghasilkan perbaikan
yang diinginkan.
7. PELAKSANAAN PENELITIAN
Unsur-unsur yang anda paparkan pada bagian ini adalah:
(A) Setting atau lokasi penelitian.
(B) Subyek Penelitian yaitu siswa yang terlibat, jumlahnya.
(C) Rancangan Penelitian: paparkan jumlah siklus yang akan dilakukan dan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tiap siklus perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Jelaskan kegiatan apa yang dilakukan
pada tiap tahap.
(D) Alat-alat dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti
tes, lembar observasi, dan lain-lain.
(E) Teknik menganalisis data.
(F) Kriteria ketercapaian tiap siklus.
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-27
8. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Berisi jadwal atau matrik kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan
persiapan, pelaksanaan dilapangan dan penyusunan laporan. Jadwal
pelaksanaan mengacu pada Metode Penelitian.
9. DAFTAR PUSTAKA
(tuliskan semua daftar pustaka yang digunakan dengan cara sistematik)
Contoh penulisan Daftra Pustaka dari buku:
Lauton, L., Wise, L.L., Winters, T. M. (Ed). 2001. Advancing Scientific Research
in Education. Washington: National Academic of Science.
Contoh penulisan Daftar Pustaka dari Jurnal dan makalah:
Renner, J. W., Abraham, M. R., Birnie, H. H. 1988. The necessity of each
phase of the learning cycle in teaching high school physics.Journal of
Research in Science Teaching. Vol 25(1), pp. 39-58.
Dasna, IW. 2007. Learning cycle dalam pembelajaran kimia. Makalah.
Dipresentasikan dalam penataran guru inti bidang studi kimia MAN
model se Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang. 14 Oktober
2007.
10. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berikan lampiran-lampiran:
(1) RPP siklus I
(2) Alat evaluasi kognitif
(3) Lembar observasi
(4) Bahan ajar, LKS, dan media (bila memungkinkan)
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-28
FORMAT PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Abstrak
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Kerangka Konseptual
4. Hipotesis Tindakan
5. Tujuan Penelitian
BAB II
PROSEDUR PENELITIAN
1. Pemilihan Setting Penelitian
2. Rancangan Penelitian
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Sajian data penelitian
2. Pembahasan Implementasi Tindakan
BBAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
Penelitian Tindakan Kelas PLPG-2012 Rayon 115 UM
4-29
Download