analisis deskriptif kasus asfiksia bayi baru lahir

advertisement
ANALISIS DESKRIPTIF KASUS ASFIKSIA BAYI
BARU LAHIR BERDASARKAN DATA REKAM MEDIS
DI BANGSAL PERINATOLOGI RUMAH SAKIT PANTI
WILASA DR. CIPTO SEMARANG TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma
(Amd. RMIK) dari Program Studi DIII RMIK
Oleh :
MADE RELO DEWI MANIK
NIM D22.2014.01548
PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
i
HALAMAN HAK CIPTA
©2017
Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Penulis
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“OM AVIGHNAM ASTU NAMAH SIDHAM”
Matur Suksma Ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, Hyang Leluhur
Sampun Meraga Hyang, sudah memberikan kelancaran dalam membuatan KTI ini.
1. Kepada keluargaku di Bali : ninik, papo, ibuk, kak sri, mang allan, dan seluruh keluarga
besar Relo, serta seluruh keluarga besar Melaya terkasih dan tersayang banyak dukungan
dan doa dari kalian yang tiada hentinya baik secara moriil maupun materiil. Motivasi,
semangat, dan selalu siaga dengan apapun yang made perlukan, always stand by.
2. Terimakasih untuk dosen pembimbing KTI yang zuper terbaik, Ibu Kriswi, maaf bila selama
bimbingan saya kurang grecep seperti yang ibu harapkan. Sukses dan sehat terus bu.
3. Kepada para sahabat : sahabatku di Bali, sahabatku di Pura (mbo laksmi super siaga buat
adik”nya, kak ayu, mbo shanti, mbo candrika, gek widhi, dan pebry), sahabatku “GG”
(seperjuangan ya gaes : dezi, farell, icak, indamsh, okta, mimih, andun), dan sahabat “kos L”
(mba risya, mba afri, mba rizka, icha, putri, aifi), keluarga besar ibu kost, terima kasih atas
segala dukungan dan motivasi selama masa-masa perkuliahan di Semarang.
4. Teman – teman RMIK udinus 2014 yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu.
5. Special for my future ( A.A.N Tata Pinandhika ), hampir 3 tahun dirantauan dan 3 tahun
LDR, tetep jadi sosok yang paling ada, selalu ada, sabarnya gak ada habis, sukses nganter aku
sampe dapet gelar ini. Pacar, sahabat, kakak(sibling), adik, bos, pak prof., musuh bebuyutan,
tempat curhat, tempat pelampiasan, semua ditampung. Aku benci kamu ebeb, zumpah
(buruan mapan terus nikahin aku). Buat keluargamu yang gak kalah dukungannya selalu
perhatian luar biasa, ibu, ajik, gung gek, matur suksma banget.
6. My laptop Zumpah ya kamu luar biasa, zemangat ya nak, my motor soul lovely kuh ,
maafkan mamah udah nyiksa kamu, keliling-keliling merantau penelitin praktek jalan-jalan,
zemangat juga ya nak, sampe kamu balik ke pemilik aslimu di Bali.
7. Ibu perempatan always jadi tempat makan rumahan yang keibuan sehat terus ya bu, esdo,
annisa, ayam bali, mas tiki, and depot sukses makasi udah jadi tempat makan terbaek, karna
kalian aku semnagat buat KTI !!!
8. Kos okta makasi udah jadi tempat donlot filem terbaek.
9. Semuanya, semua semuanya yang gak bisa disebut satu-satu, makasi kali yaa, makasi banget
AKU SAYANG KALIAN SEMUA… Terimakasih. Suksma.
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Made Relo Dewi Manik
Tempat, Tanggal Lahir
: Singaraja, 01 Mei 1996
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Hindu
Alamat
: Jalan Pidada 1 No. 4B Banyuasri, Buleleng, Bali
Riwayat Pendidikan
:
1. SD LAB UNDIKSHA SINGARAJA BALI, tahun 2002-2008
2. SMP LAB UNDIKSHA SINGARAJA BALI, tahun 2008-2011
3. SMA NEGERI 1 SINGARAJA BALI, tahun 2011-2014
4. Diterima di Fakultas Kesehatan Program Studi D-3 Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang
viii
PRAKATA
Dengan penuh rasa syukur dan suka cita penulis panjatkan kepada
Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, selama ini telah memberikan
berkat
dan anugrah yang
tak
ada batasnya kepada penulis
selama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan cukup baik.
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Deskriptif Kasus Asfiksia Bayi
Baru Lahir Di Bangsal Peninatologi Rumah Sakit Panti Wilasa Dr Cipto
Semarang Tahun 2017” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyesuaikan Pendidikan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di Universitas
Dian Nuswantoro.
Penulisan karya ilmiah ini dalam penelitiannya dilakukan di bagian Rekam
Medis Rumah Sakit Panti Wilasa Dr Cipto Semarang, penelitian ini dilaksanakan
guna mendapatkan gambaran tentang Epidemiologi Deskriptif Kasus Asfiksia
Bayi Baru Lahir Berdasarkan Data Rekam Medis
Atas terlaksananya penelitian serta penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu terimakasih banyak
penulis sampaikan kepada :
10. Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
11. Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M.Cs, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
12. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ketua Program Studi D3 Rekam Medis
Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang
ix
13. Andri Asmorowati, SKM, selaku Kepala Insatalasi Rekam Medis RS Panti
Wilasa “dr. Cipto” Semarang yang juga telah membimbing dan
memberikan kesempatan penulis dalam melaksanakan penelitian.
14. Kriswiharsi kun S., SKM, M.Kes (Epid) selaku Pembimbing Akademik
penulis selama menyusun karya tulis ilmiah ini banyak terima kasih atas
bimbingan dan masukkan yang telah diberikan kepada penulis.
15. dr. Zaenal Sugianto, M.Kes, selaku dosen wali.
16. Seluruh dosen Program Studi D3 Rekam Medis Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro, terimakasi atas seluruh ilmu yang di
berikan kepada penulis.
17. Karyawan RS Panti Wilasa “dr. Cipto” Semarang yang telah banyak
membantu dalam penelitian penulis.
18. Kepada kedua orang tua saya yang menjadi sponsor utama di kehidupan
ini, terimaksih atas segala bentuk dukungan, doa, motivasi, serta
semangat yang tak ada habisnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini belumlah sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Juli 2017
Penulis
x
PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
ABSTRAK
MADE RELO DEWI MANIK
ANALISA
DESKRIPTIF
KASUS
ASFIKSIA BAYI
BARU
LAHIR
BERDASARKAN DATA REKAM MEDIS DI BANGSAL PERINATOLOGI
RUMAH SAKIT PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG TAHUN 2017
xvii + 56 halaman + 15 tabel + 2 lampiran
Menurut data World Health Organization, setiap tahunnya 3,6 juta bayi dari 120
juta bayi baru lahir menderita Asfiksia. Pada survey awal ditemukan 56 kasus
Asfiksia selama tahun 2015-2016. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan
epidemiologi deskriptif kasus asfiksia bayi lahir berdasarkan data rekam medis.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data melalui
observasi. Sampel penelitian yaitu 56 dokumen rekam medis bayi baru lahir
dengan Asfiksia.
Jumlah pasien asfiksia terbanyak yaitu tahun 2016 sebanyak 55,4 % dan jenis
kelamin terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 51,8 %. Diagnose utama yang banyak
ditulis adalah Asfiksia, 58,9 %. Kode diagnosa terbanyak ditulis adalah P21.9
asfiksia yang tidak spesifik, 85,7 %. Klasifikasi asfiksia berdasarkan APGAR skor
terbanyak adalah klasifikasi Asfiksia ringan APGAR skor 7-10, 41,1 %. Berat
badan lahir terbanyak adalah berat badan normal sebanyak 73,2 %. Jenis
persalinan terbanyak yaitu section caesarean, 55,4 %. Ketuban pecah terbanyak
adalah secara spontan 53,6 %. Kasus Aterm atau kehamilan cukup bulan
terbanyak 69,6 %. Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 terbanyak dalam kasus yaitu
42.9 %. Sebanyak 66,1 % tidak mengalami komplikasi selama kehamilan atau
persalinan.
Saran yang diberikan, disarankan pemeriksaan antepartum serta intrapartum
dilakukan ibu hamil untuk mengidentifikasi faktor risiko terjadi asfiksia.
Diharapkan, dokter dapat menuliskan diagnose secara spesifik dan koder dapat
mengkode sesuai dengan diagnose asfiksia.
Kata kunci : Asfiksia, Faktor Risiko, Deskriptif
Kepustakaan : 21 (1994-2016)
xi
DIPLOMA DEGREE (D-3) OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH
INFORMATION
FACULTY OF HEALTH
DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY
SEMARANG
2017
ABSTRACT
MADE RELO DEWI MANIK
DESCRIPTIVE ANALYSIS OF ASPHYXIA CASE NEWBORNS BASED ON
MEDICAL RECORDS IN PERINATOLOGY WARD PANTI WILASA DR. CIPTO
HOSPITAL SEMARANG YEAR 2017
Xvii + 56 pages + 15 tables + 2 attachments
According to World Health Organization, every year 3.6 million out of 120 million
infants suffered Asphyxia. There were 56 cases of asphyxia during 2015 to 2016
in Panti Wilasa Dr.Cipto Hospital. Objectives study was to describe epidemiology
of perinatal asphyxia cases based on medical records. This study was a
descriptive study. Data collection through observation. Study samples was 56
medical records of infants with asphyxia. The highest number of asphyxia
patients was in year 2016 (55.4%). 51.8% of asphyxia patients were male. Most
written main diagnostic were asphyxia (58.9%). Most written diagnostic codes
were P21.9 unspecific asphyxia (85.7%). The highest Asphyxia classification
based on APGAR scores were mild Asphyxia, APGAR scores of 7-10 (41,1%).
73.2% birth weight were normal birth weight. The highest type of labour were
sectio caesarea (55.4%). The most ruptured membranes were spontaneous
ruptures of membranes (53.6%). Highest Aterm cases or term of pregnancy was
69.6%. Highest Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 on the cases was 42.9%. 66.1%
had no complications during pregnancy or childbirth. Pregnant women should
undergo antepartum and intrapartum examination to identify the risk factors of
asphyxia. Doctor should write the diagnosis specifically so that the coder could
correctly identify the diagnosis of asphyxia.
Keywords: Asphyxia, Risk Factors, Descriptive
Bibliography: 21 (1994-2016)
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………. i
Halaman Hak Cipta…………………………………………………………..… ii
Persetujuan Laporan Tugas Akhir……………………………………………. iii
Pengesahan Penguji…………………………………………………………… iv
Keaslian Penelitian…………………………………………………………….. v
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan
Akademik……………………………………………………………………….. vi
Halaman Persembahan……………………………………………………….. vii
Riwayat Hidup…………………………………………………………………… viii
Prakata……..…………………………………………………………………… ix
Abstrak …………………………………………………………………………. xi
Abstrack ………………………………………………………………………... xii
Daftar Isi………………………………………………………………………… xiii
Daftar Tabel…………………………………………………………………….. xvi
Daftar Gambar………………………………………………………………….. xvii
Daftar Lampiran…………………………………………………………………. xviii
Daftar Singkatan ……………………………………………………………… xix
Bab1 Pendahuluan……………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 3
xiii
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………… 5
E. Lingkup Penelitian ……………………………………………………… 5
F. Keaslian Penelitian……………………………………………………... 5
Bab 2 Tinjauan Pustaka………………………………………………………… 15
A. Rekam Medis ………………………………………………………….. 15
B. Asfiksia …………………………………………………………………. 16
1. Pengertian Asfiksia …………………………………………… 16
2. Penyebab Asfiksia ……………………………………………. 17
3. Gejala Asfiksia ………………………………………………… 18
4. Patofisiologi Asfiksia …………………………………………. 18
C. Skor Apgar ……………………………………………………………... 19
D. Akibat Asfiksia …………………………………………………………. 23
E. Kode Utama ……………………………………………………………. 24
F. Kerangka Teori ………………………………………………………… 25
Bab 3 Metode Penelitian ………………………………………………………. 26
A. Kerangka Konsep ……………………………………………………… 26
B. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 26
C. Variabel Penelitian …………………………………………………….. 27
D. Definisi Operasional …………………………………………………… 27
E. Populasi Dan Sampel …………………………………………………. 28
F. Instrumen Penelitian …………………………………………………... 29
G. Pengumpulan Data ……………………………………………………. 29
H. Pengolahan Data ………………………………………………………. 30
xiv
I.
Analisa Data ……………………………………………………………. 30
Bab IV hasil penelitian
A. Gambaran umum rumah sakit……………………………………….. 24
B. Gambaran khusus instalasi rekam medis…………………………… 29
C. Hasil penelitian………………………………………………………… 30
Bab V Pembahasan
A. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin……………………….. 38
B. Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun Dirawat………………………
39
C. Diagnosa Utama……………………………………………………...
39
D. Kode Diagnosa Utama……………………………………………….
40
E. Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor……………………
41
F. Berat Badan Lahir……………………………………………………
42
G. Jenis Persalinan………………………………………………………
44
H. Ketuban Pecah………………………………………………………
45
I.
Diagnosa Kehamilan Ibu…………………………………………...
46
J. Riwayat Kehamilan Atau Persalinan Terdahulu…………………
48
K. Komplikasi Selama Kehamilan ……………………………………
49
Bab VI kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 51
B. Saran…………………………………………………………………… 53
Daftar Pustaka………………………………………………………………….. 54
Lampiran ………………………………………………………………………… 57
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penulis…………………………………………………….. 06
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Skor APGAR …………………………………… 24
Tabel 2.2 Interpretasi Skor ……………………………………………………. 26
Tabel 3.1 Definisi Operasional ……………………………………………...... 35
Tabel 4.1 Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin…………………….. 38
Tabel 4.2 Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun Dirawat…………………… 39
Tabel 4.3 Diagnosa Utama…………………………………………………...
39
Tabel 4.4 Kode Diagnosa Utama……………………………………………. 40
Tabel 4.5 Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor…………………. 40
Tabel 4.6 Berat Badan Lahir…………………………………………………. 41
Tabel 4.7 Jenis Persalinan…………………………………………………… 42
Tabel 4.8 Ketuban Pecah……………………………………………………… 42
Tabel 4.9 Diagnosa Kehamilan Ibu…………………………………………... 43
Tabel 4.10 Riwayat Kehamilan Atau Persalinan Terdahulu………………. 43
Tabel 4.11 Komplikasi Selama Kehamilan ………………………………… 44
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Teori …………………………………………………. 29
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ……………………………..………………… 34
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil Observasi
Surat Persetujuan Penelitian
xviii
DAFTAR SINGKATAN
DRM : Dokumen Rekam Medis
ILA
: Intrathecal Labor Analgesia
xix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
difungsikan sebagai pelaksana upaya memelihara, serta meningkatkan
derajat kesehatan. Oleh karenanya, rumah sakit wajib memberikan
pelayanan yang efisien dan efektif kepada masyarakat yang menggunakan
jasa layanan kesehatan.[1]
Di dalam rumah sakit terdapat unit rekam medis, dimana unit ini
merupakan unit yang sangat penting. Unit ini menjadi sistem penyelenggara
berupa suatu proses yang diawali dengan diterimanya pasien, dilanjutkan
proses pencatatan data medis selama pasien tersebut menerima pelayanan
medis, dan dilanjutkan menangani dokumen rekam medis yang mencakup
proses penyimpanan serta pengeluaran dokumen dari tempat penyimpanan
untuk memenuhi permintaan maupun peminjaman dari pasien atau untuk
keperluan lainnya.[2] Suatu berkas rekam medis memiliki nilai penelitian,
sebab berisi data maupun informasi mengenai perkembangan kronologis dari
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Informasi itu dapat
digunakan sebagai sumber referensi pengajaran di bidang profesi yang
terkait. Berdasarkan kegunaannya, rekam medis dapat dimanfaatkan dalam
aspek riset, edukasi, dan epidemiologi yaitu sebagai bahan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Dokumen rekam medis pasien menjadi
sumber utama informasi dalam penelitian yang dilakukan.
1
2
Asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir tidak bisa bernafas
spontan dan teratur. Asfiksia terjadi dikarenakan hipoksia janin didalam
uterus serta berkaitan dengan faktor-faktor yang muncul pada masa
kehamilan, persalinan, maupun sesudah bayi lahir.[3] Menurut data dari World
Health Organization, setiap tahunnya 3,6 juta bayi (3%) dari 120 juta bayi
baru lahir menderita Asfiksia. Asfiksia merupakan salah penyebab bayi lahir
dengan risiko tinggi.[4]
Berdasarkan survey awal pada bulan Januari 2017, melalui hasil
wawancara dan observasi, kasus Asfiksia menjadi salah satu kasus yang
masuk ke dalam laporan 10 besar penyakit pasien rawat inap di bangsal
perinatologi Rumah Sakit Panti Wilasa DR. Cipto Semarang pada tahun 2015
dan 2016. Asfiksia berada pada urutan ke 8 pada tahun 2015 dan urutan ke
7 pada tahun 2016.
Asfiksia pada kelahiran penting mendapatkan perhatian yang serius
sebab kondisi tersebut dapat menimbulkan banyak dampak negatif pada bayi
antara lain meningkatkan kesakitan dan kematian bayi baru lahir serta
meningkatkan insiden kecatatan berat dan kematian syaraf terutama di
negara-negara berkembang, yaitu sebesar 0,2-1,3/ 1000 kelahiran hidup.[5]
Berdasarkan hasil survey awal dengan mengambil 10 sampel
dokumen rekam medis secara acak, dapat diketahui dari data rekam medis
yang tertulis dalam formulir-formulir rekam medis, saya menemukan
informasi yang berkaitan dengan risiko Asfiksia antara lain : berat badan
lahir, ketuban pecah (spontan / amniotomi), dan jenis persalinan. Data – data
3
diatas tertulis dibeberapa formulir rekam medis antara lain formulir masuk
keluar pasien, resume pasien, assessmen pasien rawat inap neonates dan
bayi, perjalanan penyakit / catatan perkembangan terintegrasi, pengkajian
keperawatan bayi (0-28 hari), resume keperawatan, dan identifikasi bayi.
Oleh karena hal diatas, dengan tujuan ingin mendeskripsikan kasus
Asfiksia, menghitung besarnya jumlah kasus, dan mengetahui faktor risiko
Asfiksia
maka,
penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitan
tentang
“Epidemiologi Deskriptif Kasus Asfiksia Bayi Lahir Berdasarkan Data Rekam
Medis di Bangsal Perinatologi Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang
Tahun 2017.”
B. Rumusan masalah
Bagaimana tinjauan mengenai Epidemiologi Deskriptif Kasus Asfiksia Bayi
Baru Lahir Berdasarkan Data Rekam Medis di Bangsal Perinatologi Rumah
Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Tahun 2017 ?
4
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan Epidemiologi Deskriptif Kasus Asfiksia Bayi Lahir
Berdasarkan Data Rekam Medis di Bangsal Perinatologi Rumah Sakit
Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang Tahun 2015 dan 2016.
2. Tujun khusus
a. Mengidentifikasi jumlah kasus Asfiksia pasien rawat inap bangsal
perinatologi pada tahun 2015 dan 2016 di Rumah Sakit Panti Wilasa
Dr. Cipto Semarang.
b. Mengidentifikasi diagnosis utama dan kode diagnosis utama
dokumen rekam medis pasien rawat inap bangsal perinatologi di
Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang.
c. Mengidentifikasi klasifikasi Asfiksia berdasarkan APGAR skor pada
pasien rawat inap bangsal perinatologi di Rumah Sakit Panti Wilasa
Dr. Cipto Semarang.
d. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko Asfiksia yaitu berat badan lahir,
jenis persalinan, ketuban pecah (spontan/amniotomi), neonatus
(preterm/aterm/posterm),
bayi
lahir
dari
kehamilan
keberapa
(G_P_A_), riwayat penyakit selama kehamilan, dan komplikasi
selama kehamilan atau persalinan berdasarkan data rekam medis
pasien rawat inap bangsal perinatologi di Rumah Sakit Panti Wilasa
Dr. Cipto Semarang.
5
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan atau saran bagi pihak RS mengenai
epidemiologi kasus Asfiksia berdasarkan data rekam medis.
2. Bagi Akademik
Sebagai bahan refrensi dan informasi terhadap pengembangan keilmuan
rekam medis.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan di bidang rekam medis dan informasi kesehatan
khususnya mengenai distribuasi kasus Asfiksia berdasarkan data rekam
medis.
E. Lingkup penelitian
1. Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam ilmu rekam medis dan informasi kesehatan.
2. Ruang Lingkup Materi
Materi yang diambil dalam penelitian ini addalah materi kekonsistenan
informasi yang terkandung dalam dokumen rekam medis rawat inap pada
kasus asfiksia bayi baru lahir di Rumah Sakit Panti Wilasa DR. Cipto
Semarang.
3. Ruang Lingkup Objek Dan Subjek
Objek penelitian yaitu dokumen rekam medis bayi baru lahir dengan
Asfiksia di Rumah Sakit Panti Wilasa DR. Cipto Semarang.
6
4. Ruang Lingkup Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di bagian filing unit rekam medis Rumah
Sakit Panti Wilasa DR. Cipto Semarang.
5. Ruang Lingkup Metode
Lingkup metode yang digunakan adalah observasi,
6. Ruang Lingkup Waktu
Dilaksanakan bulan Mei - Juni 2017.
F. Keaslian penelitian
Table 1. Keaslian Penelitian
N
o
1
Nama
Gilang
Judul
Penelitian
faktorfaktor
risiko yang
berhubung
an
dengan
kejadian
asfiksia
neonatoru
m di
RSUD
Tugurejo
Semarang
periode 1
Januari
2009- 31
Desember
2010
Metode
Penelitian
Penelitian
analitik
Variable
Penelitian
Variabel
terikat
dalam
penelitian
ini adalah
asfiksia
neonatoru
m,
sedangka
n variabel
bebas
dalam
penelitian
ini umur,
hipertensi
pada
kehamilan
,
anemia,
perdaraha
n
antepartu
m, paritas,
prematurit
Hasil
Berdasarkan tabel
Distribusi
Frekuensi Sampel
Menurut
Kejadian Asfiksia
Neonatorum di
RSUD Tugurejo
Semarang
Periode 1 Januari
2009 – 31
Desember
2010 diketahui
kelompok kasus
asfiksia
neonatorum
normal sebanyak
28 bayi (40,6%),
lebih sedikit
daripada asfiksia
sedang sebanyak
29 bayi (40,2%)
sedangkan
asfiksia berat
sebanyak 12 bayi
7
N
o
Nama
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Variable
Penelitian
as, Berat
Badan
Lahir
(BBL),
pertolonga
n
persalinan
letak
sungsang
perabdomi
nam,
pertolonga
n
persalinan
letak
sungsang
pervagina
m, partus
lama atau
macet dan
Ketuban
Pecah
Dini (KPD)
Hasil
(17,4%).
Berdasarkan tabel
Distribusi
Frekuensi Sampel
Menurut
Berat Badan Lahir
di RSUD Tugurejo
Semarang
Periode 1 Januari
2009 – 31
Desember 2010
Berat badan lahir
normal
(≥2500gram),
Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
1800-2500
gram, Berat
Badan Lahir
Sangat Rendah
(BBLSR)
<1500 gram,
Berat Badan Lahir
Ekstra Rendah
(BBLER) < 1000
gram.
Berdasarkan tabel
diatas
diketahui ibu
melahirkan
dengan kategori
berat bayi
normal sebanyak
58 orang (84,1%),
Berat Badan
Lahir Rendah
(BBLR) sebanyak
6 orang (8,7%),
Berat Badan Lahir
Sangat Rendah
(BBLSR)
sebanyak 1 orang
(1,4%), Berat
Badan Lahir
8
N
o
2
Nama
Mulastin
Judul
Penelitian
Hubungan
jenis
persalinan
dengan
kejadian
sfiksia
neonatoru
m di RSIA
kumalasiw
i
pecangaa
n jepara
Bulan
Januari
2012 Desember
2012.
Metode
Penelitian
Penelitian
Survey
analitik
Variable
Penelitian
Jenis
persalinan
dan
kejadian
asfiksia,
Hasil
Ekstra
Rendah (BBLER)
sebanyak 4 orang
(5,8%)
Berdasarkan tabel
Distribusi
frekuensi
jenis persalinan di
RSIA
Kumalasiwi
Pecangaan
Jepara
pada Bulan
Januari 2012 Desember 2012
bersalin secara
spontan sebanyak
787 responden
(68,4%) dan
bersalin secara
buatan sebanyak
363 responden
(31,6%).
Berdasarkan tabel
Distribusi
frekuensi
asfiksia di RSIA
Kumalasiwi
Pecangaan
Jepara pada
bulan
Januari 2012 Desember 2012
bayi baru lahir
mengalami
vigorous baby
sebanyak
856 responden
(74,4%), asfiksia
sedang sebanyak
242 responden
(21,0 %), dan
asfiksia berat
sebesar 52
9
N
o
Nama
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Variable
Penelitian
Hasil
responden (4,5%).
Dari 1.150
responden,
mayoritas
persalinan
buatan
menyebabkan
bayi
mengalami
asfiksia sedang,
sebesar
119 responden
(10,4%), dan
asfiksia
berat sebanyak 40
responden (3,5%),
sedangkan
persalinan
spontan
menyebabkan
bayi mengalami
asfiksia sedang
sebanyak 123
responden
(10,7%),
sedangkan
asfiksia berat
sebanyak 12
responden
(1,0%)
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak
pada jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif, waktu penelitian yaitu tahun
2017 dengan mengambil data tahun 2015-2016, lokasi penelitian yaitu di
Bangsal Perinatologi Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rekam Medis
Rekam medis dapat diartikan sebagai keterangan tertulis maupun
terekam mengenai anamneses, identitas, pemeriksaan fisik, diagnosa
dalam pelayanan dan tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien,
serta pengobatan rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan gawat darurat.
Bila diartikan secara umum rekam medis hanya berupa catatan dan
dokumen mengenai kondisi pasien, namun bila dilihat lebih dalam rekam
medis mempunyai arti yang lebih luas dari sebuah catatan biasa, sebab
didalam catatan tersebut terkandung seluruh informasi pasien yang akan
dijadikan dasar penentu tindakan selanjutnya yang diberikan kepada
seorang pasien yang datang ke rumah sakit.[6]
Rekam medis yang baik berisi data yang lengkap serta bisa diolah
menjadi informasi, sehingga dapat dilakukan evaluasi objektif terhadap
kinerja pelayanan kesehatan atau sebagai dasar pendidikan, penelitian
dan pengembangan.[7]
Salah satu tujuan rekam medis ialah sebagai penunjang
tercapainya tertib administrasi, hal ini merupakan upaya meningkatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa pendukung dari suatu system
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar administrasi rumah sakit
tidak akan berhasil seperti yang diharapkan.[7]
10
11
B. Asfiksia
1. Pengertian Asfiksia
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat. Ciri-ciri bayi lahir
normal antara lain : lahir aterm antara 37-42 minggu dengan berat
badan 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 centimeter,
frekuensi denyut jantung 120 -160 x/menit, pernafasan 40 - 60
x/menit, kulit kemerah-merahan serta licin, nilai APGAR > 7, gerakan
aktif, bayi lahir langsung menangis kuat, genetalia pada perempuan
ditandai oleh vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia
mayora dan minora sedangkan pada laki- laki ditandai oleh testis
yang sudah turun dalam skrotum dan penis yang berlubang. Pada
bayi baru lahir normal ditandai juga dengan keluarnya meconium 24
jam pertama berwarna hitam kecoklatan.[8]
Pengertian Asfiksia adalah kondisi bayi baru lahir tidak bisa
bernafas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat
janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami Asfiksia pada saat
dilahirkan. Hal ini erat kaitannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi bayi
selama atau sesudah persalinan. [4]
Asfiksia terjadi akibat gangguan pertukaran gas dan distribusi
O2 dari ibu ke janin, oleh karena itu terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan dalam mengeluarkan CO2 hal ini dapat berakibat
O2 tidak cukup dalam darah yang disebut hipoksia dan CO2
tertimbun
dalam
darah
disebut
hiperpnea.
Akibatnya
dapat
12
menyebabkan asidosis tipe respiratorik atau campuran dengan
asidosis metabolik karena mengalami metabolism yang anaerob
serta juga dapat terjadi hipoglikemia.[9]
2. Penyebab Asfiksia
Penyebab Asfiksia adalah sebagai berikut :
a. Berat badan lahir
b. Jenis persalianan : normal (dengan atau tanpa tindakan) dan
section caesarea
c. Partus lama atau macet
d. Kelahiran yang sukar (dengan atau tanpa forcep) sehingga
menyebabkan perdarahan cerebral atau kerusakan pada sistem
saraf pusat.
e. Ketuban pecah
f.
Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan)
g. Kehamilan lewat waktu ( sesudah 42 minggu kehamilan)
h. Prematuritas
i.
Kelainan bawaan (kongenital)
j.
Trauma yang terjadi pada persalinan
k. Obstruksi saluran nafas akibat aspirasi darah, lendir.
3. Gejala Asfiksia
Menurut Waspodo, tanda dan gejala Asfiksia adalah:
a. Tidak bernapas, napas megap-megap, atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali per menit)
b. Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan
dada)
c. Tangisan lemah atau merintih
d. Warna kulit pucat atau biru
13
e. Tonus otot lemas atau ekstremitas lemah
f.
Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari 100
kali per menit).
4. Patofisiologi Asfiksia
Menurut
Kamarullah
(2005),
proses
kelahiran
akan
menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini
sangat perlu sebagai rangsangan hemoreseptor pusat pernapasan
sehingga terjadinya usaha pernafasan yang pertama dan kemudian
akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita
asfiksia berat usaha napas tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam
periode apnue (henti nafas). Pada periode ini disamping penurunan
frekuensi denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan
tekanan darah dan bayi nampak lemas (flasid). Pada asfiksia berat
bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan
upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama gangguan
pertukaran gas atau transport O2 (menurunya tekanan O2 darah)
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila
gangguan berlanjut maka akan terjadi perubahan kardiovaskuler.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel-sel otak, kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan
kematian atau gejala (squele).
C. Skor APGAR
14
Skor Apgar atau nilai Apgar (Apgar score) merupakan sebuah
metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr.
Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat
menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran.[3]
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir
menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan
dua.
Kelima
nilai
kriteria
tersebut
kemudian
dijumlahkan
untuk
menghasilkan angka nol hingga 10. Kata “Apgar” belakangan dibuatkan
jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.[3]
Cara menilai tingkatan Skor APGAR menurut Utomo (2006)
adalah:
1. Menghitung frekuensi jantung
2. Melihat usaha bernafas
3. Menilai tonus otot
4. Menilai reflek rangsangan
5. Memperlihatkan warna kulit
Table 2. kriteria penilaian Skor APGAR
Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
Akronim
Appearance
Warna
Seluruh
Warna kulit
Warna kulit
Kulit
nya biru
tubuh normal
tubuh,
merah muda,
tangan,
tetapi tangan
dan, kaki
dan kaki
normal
15
Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
kebiruan
merah
(akrosianosis)
muda, tidak
Akronim
ada
sianosis
Denyut
Tidak
<100
>100
Jantung
ada
kali/menit
kali/menit
Respon
Tidak
Meringis/
Meringis/
refleks
ada
menangis
bersin/batuk
respon
lemas ketika
saat
terhadap
distimulasi
stimulasi
stimulasi
Pulse
grimace
saluran
pernafasan
Tonus otot
Pernafasan
Lemas/
Sedikit
Bergerak
tidak ada
gerakan
aktif
Tidak
Lemah/ tidak
Menangis
ada
teratur
kuat,
Activity
Respiration
pernafasan
baik dan
teratur
Asfiksia neonatorum menurut Hassan (2007) dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Asfiksia ringan (“virgorous baby”). Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini
bayi dianggap sehat serta tidak memerlukan tindakan istimewa.
16
2. Asfiksia sedang (“mild-moderate Asphyxia”). Skor APGAR 4-6. Pada
pemeriksaan fisik terlihat frekuensi jantung >100 x/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia berat yaitu dengan skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung <100 x/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Table 3. Interpretasi skor
Jumlah Skor
Interpretasi
Catatan
7-10
Bayi normal
-
4-6
Agak rendah
Memerlukan
tindakan
medis
segera
seperti
penyedotan
yang
lendir
menyumbat
jalan nafas, atau
pemberian oksigen
untuk
membantu
bernafas
0-3
Sangat rendah
Memerlukan
tindakan
medis
yang lebih intensif
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan
bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut
tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang,
17
khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika
skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),
maka ada risiko bahwa bayi baru lahir tersebut dapat mengalami
kerusakan syaraf jangka panjang. Juga adanya risiko kecil namun
signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar
adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir
tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak di desain
untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
D. Akibat Asfiksia
Kejadian Asfiksia Neonatorum di negara berkembang lebih tinggi
dari negara maju. Di negara berkembang, lebih kurang empat juta bayi
baru lahir menderita Asfiksia sedang atau berat, dari jumlah tersebut 20%
di antaranya meninggal dan 20% lainnya mengalami kelainan neurologis
yang menetap seperti epilepsy, retradasi mental, cerebral plasy (CP) dan
gangguan belajar. Di Indonesia angka kejadian Asfiksia lebih kurang 4
dari 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus
meninggal setiap tahun Karena Asfiksia: di daerah pedesaan Asfiksia
menyebabkan kematian antara 30-56%.[10]
Akibat yang timbul dari terjadinya Asfiksia menurut Sarwono
Prawirihardjo (2009) yaitu, asfiksia yang merupakan hipoksia yang
progresif, penimbunan CO2, serta asidosis, bila proses ini berlangsung
terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya, kejadian Asfiksia jika
berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan
18
otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Asfiksia juga dapat
menimbulkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli, cacat otak dan
kematian.
E. Kode Utama
P21. Asphyxia lahir
Note: Kategori ini jangan digunakan pada nilai Apgar rendah yang tidak
menyebutkan asphyxia atau masalah pernafasan lain.
Kecuali:
hypoxia atau asphyxia intrauterus (P20.-)
P21.0 Asphyxia lahir berat
Nadi <100/menit ketika lahir dan menurun atau tetap, pernafasan
tidak ada atau megap-megap, warna kulit pucat, tonus tidak ada.
Asphyxia dengan nilai Apgar 1-menit 0-3;
Asphyxia putih
P21.1 Asphyxia lahir ringan dan sedang
Pernafasan normal tidak muncul dalam 1 menit, tapi nadi 100/>,
terdapat beberapa tonus otot, dan beberapa respons terhadap
rangsangan.
Asphyxia dengan nilai Apgar 1-menit 4-7;
Asphyxia biru
P21.9 Asphyxia lahir, tidak dijelaskan
Anoxia, asphyxia, hypoxia: NOS
19
F. Kerangka Teori
Dokumen rekam medis
bayi baru lahir dengan
Asfiksia
1. Asfiksia :
a. Pengertian
b. Penyebab
c. Gejala
d. Patofisiologi
2. Klasifikasi Asfiksia
berdasarkan skor APGAR :
a. Kriteria penilaian
b. Jenis APGAR
c. Interpretasi skor
3. Akibat Asfiksia
4. Kode utama
Faktor-faktor risiko
Asfiksia
Gambar 1. Kerangka Teori
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Indeks Penyakit
Kasus Asfiksia
Dokumen Rekam Medis
Bayi Baru Lahir dengan
Asfiksia
Diagnosis Asfiksia
Klasifikasi Asfiksia
berdasarkan APGAR
skor
Kode utama
Faktor-faktor risiko
Asfiksia
Gambar 2. Kerangka Konsep
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. penelitian
deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan
gambaran fenomena, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang
berkaitan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.
20
21
C. Variable Penelitian
Variable yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Kasus Asfiksia pasien rawat inap.
2. Diagnosis utama dan kode diagnosis utama
3. Klasifikasi Asfiksia berdasarkan APGAR score
4. Faktor-faktor risiko Asfiksia
D. Definisi Operasional
Table 4. Definisi Operasional
No
1.
Variabel
Definisi Operasional
kasus Asfiksia
Suatu penyakit pada bayi baru lahir yang
terdiagnosis menderita Asfiksia berdasarkan
observasi data index penyakit Asfiksia.
2.
Diagnosis
utama
3.
4.
Hasil proses koding dari diagnosis utama yang
koding tertulis pada lembaran resume berdasarkan
diagnosis utama
metode observasi.
Klasifikasi
Penentuan diagnosis Asfiksia berdasarkan
Asfiksia
APGAR dengan cara melihat skor yang tertulis
berdasarkan
dalam
skor APGAR
observasi pada DRM.
Faktor-faktor
Hal-hal yang terkait dengan peningkatan risiko
risiko Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir riwayat kehamilan
DRM
diperoleh
berdasarkan
hasil
atau persalinan sebelumnya, riwayat penyakit
22
No
Variabel
Definisi Operasional
selama
kehamilan,
komplikasi
selama
kehamilan atau persalinan, usia ibu, jumlah
janin,
dan
cara
persalinan
berdasarkan
observasi DRM.
E. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
dokumen rekam medis pasien bayi baru lahir dengan kasus Asfiksia
tahun 2015 dan 2016 di bangsal Perinatologi Rumah Sakit Panti Wilasa
DR Cipto Semarang. Berjumlah 57 kasus.
2. Sample
Sample yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil
seluruh anggota populasi sebagai sample yaitu seluruh dokumen rekam
medis pasien bayi baru lahir dengan Asfiksia tahun 2015 dan 2016 di
Rumah Sakit Panti Wilasa DR Cipto Semarang. Berjumlah 57 kasus.
F. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah check list. Digunakan
untuk menuliskan klasifikasi Asfiksia dan faktor-faktor risiko Asfiksia.
23
G. Pengumpulan Data
1. Jenis dan sumber data
Pada penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah data
sekunder didapatkan dari index penyakit dan DRM pasien kasus asfiksia
yang dirawat dibangsal Perinatologi Rumah Sakit Panti Wilasa Dr
Cipto.Semarang.
H. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan :
1. Collecting
Mengumpulkan data dalam penelitian ini dari bagian indeksing dan filing
2. Tabulation
Menyususn tabel-tabel dari data yang telah dikumpulkan
3. Penyajian data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram
I.
Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yaitu mendeskriptifkan
epidemiologi kasus Asfiksia pada bayi baru lahir pada tahun 2015 dan 2016
dalam bentuk narasi dan dibandingkan dengan teori.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit
1. Sejarah Singkat Rumah Sakit
Pada tahun 1948 muncul gagasan untuk mendirikan rumah sakit Kristen
oleh pekerja Zending di Semarang yaitu Zr. N. G. de Jong dan Dr. P. H.
Van Eyk lalu dibentuk panitia pendirian klinik bersalin dengan ketua
Dr.R.Soehardi Hadipranowo, Tahun 1949 Zr. A. J. Heidema dari gereja
Kristen Nenderland datang akan memimpin klinik yang akan dibentuk
tanggal 19 Januari 1950 diresmikan Klinik Bersalin Panti Wilasa Yang
Mengandung
Arti
Rumah Sih Kamirahan.
Klinik
ini dibawah
pengawasan Dr. Thio Kee Tiong pada akhir 1950 ada 13 tempat tidur
dan karyawan 18 orang. Kedatangan Dr. G. J. Hedidema pada bulan
Januari 1952 memperkuat tim klinik bersalin Panti Wilasa Zr. A. J.
Heimeda adalah satu satunya bidan bersalin di klinik tersebut dibantu
dengan 3 orang lainnya. Sedangkan ibu Soemakno bertindak sebagai
tenaga penginjil. Pada bulan januari 1952 datanglah Dr.G.J Dreckmeier
yang sebelum perang memimpin RS. Zending di Magelang. Selama 5
tahun beliau membangun ruangan baru sehingga Panti Wilasa menjadi
Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Sakit kanak-kanak. Tahun 1953
didirikan sebuah asrama untuk menampung tenaga perawat yang
jumlahnya semakin banyak. Tahun 1956 dibuka lembaga pendidikan
untuk mendidik pembantu bidan. Dalam tahun yang sama datanglah Dr.J
Bol dari Purwodadi Grobogan yang memusatkan perhatiannya pada biro
24
25
konsultasi dan poliklinik kanak-kanak. Dr.G.J Dreckmeier kemudian
pindah ke Parakan karena dibutuhkan di RS Kristen Ngesti Waluyo.
Pada bulan Januari 1959 datanglah Dr.J Bouma dari Nederland. Namun
tak lama kemudian ditahun 1964 beliau berangkat ke Nederland untuk
memperdalam ilmunya. Tahun 1965 Dr.J Bol juga harus kembali ke
negaranya, maka tugas poliklinik kanak-kanak dan pengawasannya
dilakukan oleh Dr. David Pr dan Dr. Oei Kiem Hien. Dalam waktu itu Dr.
Oei Kiem Hien pergi ke negara Belanda untuk studi. Pada tahun tersebut
ibu J.T.DeJjong datang dari Nederland menjadi ibu asrama. Pada bulan
september 1966 Dr.A.Hoogerwerf MD.PhD datang di Semarang bekerja
siang dan malam selama 7 tahun di Panti Wilasa Dr. Cipto sebagai
pekerja klinis bagian persalinan dengan bidan-bidan Repi, Sutomo,
Prapto dan Darminah. Selain itu sebagai pengajar pendidikan bidan teori,
praktek, juga merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan
Panti Wilasa baru / Citarum. Dr. A. Hoogerwerf dan Dr. Oei Kiem Hien
sebagai wakil bersam dengan Ir. Setiyawan dan Bp. Probosusanto (a/n
pengurus) dan pelaksanaan Bp. Kho Kha Giem. Dibentuk komisi
pembangunan untuk mencari dana bantuan dari Zending gereja
Gereformeerd di Nederland (dan ICCO). PADA TAHUN 1969 Dr. A.
Hoogerwerf MD. PhD pergi ke negeri Belanda selama 4 bulan untuk
mencari dana pembangunan Panti Wilasa yang baru. Dr. A Hoogerwerf
MD. Phd bekerja sampai tahun1973 setelah pembukaan RS Panti Wilasa
“Citarum”. Pada tahun 1969 Dr. Thio Kee Tiong memimpin Rumah
Bersalin Panti Wilasa, namun beberapa waktu kemudian digantikan oleh
Dr. Buditjahaja K andu. Tahun 1969-1973 Dr. B Kandu memimpin RS
26
bersalin dan anak
Panti Wilasa. Tanggal 19 November
1969
dilaksanakan peletakan batu pertama di kompleks Panti Wilasa baru
yang berlokasi di jalan Citarum no 98 Semarang oleh Bapak Wali Kota
Dati II Kodya Semarang dengan bantuan dana dari pemerintah kerajaan
Belanda. Tanggal 28 November 1973 Dr. Mangkureno Dadijo memimpin
kompleks Panti Wilasa di jalan Dr. Cipto 50 yang rencananya akan
digunakan untuk bagian penyakit dalam dan bedah serta balai
pengobatan umum, sedangkan di tahun yang sama gedung baru di
kompleks Citarum diresmikan sebagai RS Panti Wilasa “dr. Cipto” I yang
menangani bagian kebidanan / kandungan dan penyakit anak. Tanggal
19 Januari 1974 merupakan satu bersejarah karena pada saat itu
pelayanan di kompleks jalan Dr.cipto diresmikan menjadi RS U mum
Panti Wilasa. Pada tanggal 1 November 1978 ada pemisahan RS Panti
Wilasa di kompleks jl. Dr. Cipto no 50 menjadi RS Panti Wilasa
II,
sedangkan kompleks RS di jl Citarum menjadi RS Panti Wilasa I.
2. Visi dan Misi
Visi
“Rumah Sakit Bermutu Pilihan Masyarakat”
Rumah Sakit Bermutu Sebagai rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan medis, keperawatan dan
penunjang secara professional untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat.
Rumah Sakit Pilihan Masyarakat Sebagai rumah yang mampu menjadi
rujukan masyarakat yang memiliki pelayanan berkualitas, penuh cinta
kasih yang tulus, hangat dan bersahabat.
27
Misi
a.
Meningkatkan nilai bagi stake holder
b.
Menciptakan pengalaman bagi pelanggan
c.
Meningkatkan sistem pelayanan
d.
Meningkatkan kualitas SDM
e.
Budaya cinta kasih dan bertanggung jawab sosial
Moto
“ Care With Love Quality First “
Melayani dengan cinta kasih mengutamakan kualitas pelayanan
3. Jenis Pelayanan Rumah Sakit
a) Instalasi Gawat Darurat ( IGD )
b) Instalasi Rawat Jalan ( IRJA )
1)
Klinik Umum
2)
Klinik Gigi
3)
Klinik Spesialis
a.
Spesialis Penyakit Dalam
b.
Spesialis Jantung Pembuluh Darah
c.
Spesialis Bedah
1. Bedah Umum
2. Bedah Orthopedi
3. Bedah Tumor
4. Bedah Digestive
5. Bedah Urologi
6. Bedah Mulut
28
d.
Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
e.
Spesialis Kesehatan Anak
f.
Spesialis Kesehatan Anak
g.
Spesialis THT
h.
Spesialis Mata
i.
Spesialis Syaraf
j.
Spesialis Asma dan Paru
4)
Klinik Ibu Hamil dan Anak Sehat (KIA)
5)
Klinik Keluarga Berencana
6)
Klinik Akupuntur / Terapi Zona
7)
Klinik Konsultasi Gizi
8)
Klinik Rematik
9)
Klinik Rehabilitasi Medik
c) Instalasi Rawat Inap
1)
Ruang Alpha : Pelayanan Keperawatan Medikal Bedah
2)
Ruang Betha : Pelayanan Keperawatan Bedah
3)
Ruang Gamma : Pelayanan Keperawatan Anak + Medikal
Bedah
4)
Ruang Etha : Pelayanan Keperawatan Medikal
5)
Ruang Familia : Keperawatan Medikal Bedah
6)
Ruang Gracia : Pelayanan Keperawatan Medikal Bedah
7)
Ruang Helsa : Pelayanan Keperawatan Maternitas
8)
Ruang Perinatologi : Pelayanan Keperawatan Bayi Resiko
Tinggi
d) Unit Khusus
29
1)
Instalasi Bedah Sentral
2)
Instalasi Rawat Intensif
3)
Instalasi Rawat Bersalin
4)
Hemodialisa
5)
Instalasi Penunjang Medis
a. Instalasi Farmasi
b. Instalasi Laboratorium
c. Instalasi Radiologi
d. Instalasi Rehabilitasi Medik
e. Rekam Medik
f. Sanitasi
B. Instalasi Rekam Medis
Instalasi Rekam Medis Panti Wilasa “ Dr.Cipto” dipimpin oleh Kepala
Instalasi Rekam Medis dengan staf petugas pendaftaran pasien rawat jalan,
admisi rawat inap ( Penerimaan Pasien Rawat Inap), Filing, Assembling,
Koding, Indexing, Pelayanan Asuransi, Statistik dan Pelaporan.
Visi
“ Rekam Medis Pilihan Masyarakat “
1.
Sebagai bagian Rumah Sakit yang memberikan pelayanan ke
masyarakat sejak awal.
2.
Pendaftaran pasien hingga pengurusan surat-surat untuk keperluan
klaim atau administratif pasien diakhir masa perawatan pasien sesuai
prinsip Customer Service.
Misi
30
1.
Meningkatkan nilai bagi Mitra
2.
Menciptakan kesan pengalaman pelayanan sesuai efek memelihara
pelanggan
3.
Meningkatkan kualitas SDM sesuai etika profesi dan standar kompetensi
perekam medis
4.
Budaya disiplin dan bertanggung jawab atas dasar kasih
Motto
Melayani dengan prinsip cepat, tepat, akurat, aman dan profesional.
C. Hasil Pengamatan
1.
Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Laki-Laki
29
51,8
Perempuan
27
48,2
Total
56
100
Sumber data : Indeks Penyakit Tahun 2015 – Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.1, jenis kelamin pasien dengan kasus asfiksia bayi
baru lahir pada tahun 2015 – tahun 2016, pasien yang paling banyak
dirawat adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 51,8
%.
31
2.
Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun Dirawat
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun Dirawat
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Tahun Dirawat
Jumlah
%
2015
25
44,6
2016
31
55,4
Total
56
100
Sumber data : Indeks Penyakit Tahun 2015 – Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.2, jumlah pasien pada kasus asfiksia bayi baru lahir
dengan jumlah terbanyak berdasarkan tahun dirawat adalah tahun 2016,
yaitu sebesar 55,4 %
3.
Diagnosa Utama
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Diagnosa Utama
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Diagnose Utama
Jumlah
%
Asfiksia
33
58,9
Asfiksia Berat
11
19,6
Asfiksia Sedang
4
7,1
Asfiksia Ringan
8
14,3
56
100
Total
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
32
Berdasarkan tabel 4.3, diagnosa utama pada kasus asfiksia bayi baru
lahir tahun 2015-2016, diagnosa utama yang banyak tertulis dalam DRM
pasien adalah diagnose Asfiksia (P21), yaitu sebesar 58,9 %.
4.
Kode Diagnosa
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kode Diagnose Utama
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Kode Diagnosa Utama
Jumlah
%
P21.0 Asfiksia Berat
4
7,1
P21.1 Asfiksia Ringan dan Sedang
4
7,1
P21.9 Asfiksia Yang Tidak Spesifik
48
85,7
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.4, kode diagnose utama pada kasus asfiksia bayi
baru lahir tahun 2015-2016, kode diagnosa utama yang banyak tertulis
dalam DRM pasien adalah kode P21.9 Asfiksia yang tidak spesifik, yaitu
sebesar 85,7 %.
5.
Klasifiksai Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Klasifiksai Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Klasifikasi
Jumlah
%
Asfiksia Berat (APGAR Skor 0-3)
18
32,1
Asfiksia Sedang (APGAR Skor 4-6)
15
26,8
Asfiksia Ringan (APGAR Skor 7-10)
23
41,1
33
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.5, klasifikasi asfiksia berdasarkan APGAR skor ,
jumlah pasien yang terklasifikasi paling banyak adalah asfiksia ringan
dengan APGAR skor 7-10, yaitu sebesar 41.1 %.
6.
Berat Badan Lahir
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Pasien
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Berat badan lahir
Jumlah
%
Rendah (1000-2499 gram)
15
26,8
Normal (2500-4500 gram)
41
73,2
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.6, berat badan lahir pasien pada kasus asfiksia bayi
baru lahir dimana pasien paling banyak lahir dengan berat badan normal
(2500-4500 gram), yaitu sebesar 73,2 %
7.
Jenis Persalinan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Jenis Persalinan
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
34
Jenis Persalinan
Jumlah
%
18
32,1
Vacume Extrasi
6
10,7
ILA
1
1,8
Sectio Caesarea
31
55,4
Total
56
100
Spontan
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.7, jenis persalinan yang banyak dilakukan pada
kasus asfiksia bayi baru lahir adalah jenis persalinan section caesarea,
yaitu sebesar 55,4 %.
8.
Ketuban Pecah
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Ketuban Pecah
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Ketuban Pecah
Jumlah
%
Spontan
30
53,6
Amniotomy
26
46,4
Total
56
100
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.8, ketuban pecah yang dialami oleh ibu bayi pada
kasus asiksia bayi baru lahir paling banyak melalui proses ketuban
pecah secara spontan, yaitu sebesar 53,6 %.
9.
Diagnosa Kehamilan Ibu
35
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Diagnosa Kehamilan Ibu
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Diagnosa Kehamilan Ibu
Jumlah
%
Preterm
15
26,8
Aterm
39
69,6
2
3,6
56
100
Postterm
Total
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.9, diagnosa kehamilan ibu pada kasus asfiksia bayi
baru lahir yang paling banyak jumlahnya adalah diagnosa aterm, yaitu
sebesar 39 %.
10. Riwayat Kehamilan Atau Persalinan Terdahulu
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Riwayat Kehamilan Atau Persalinan Terdahulu
Pada Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir
Riwayat Kehamilan Atau Persalinan
Jumlah
%
Gravida 1 Partus 0 Abortus 0
24
42,9
Gravida 2 Partus 1 Abortus 0
12
21,4
Gravida 2 Partus 0 Abortus 1
3
5,4
Gravida 2 Partus 2 Abortus 0
3
5,4
Gravida 3 Partus 1 Abortus 1
2
3,6
Gravida 3 Partus 1 Abortus 2
1
1,8
Gravida 3 Partus 2 Abortus 0
5
8,9
Gravida 4 Partus 2 Abortus 1
3
5,4
Terdahulu
36
Riwayat Kehamilan Atau Persalinan
Jumlah
%
Gravida 4 Partus 3 Abortus 0
2
3,6
Gravida 5 Partus 2 Abortus 2
1
1,8
56
100
Terdahulu
Total
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.10, riwayat kehamilan atau persalinan terdahulu
pada kasus asfiksia bayi baru lahir yang berjumlah paling besar adalah
Gravida 1 Partus 0 Abortus 0, yaitu sebesar 42,9 %.
11. Komplikasi Selama Kehamilan Atau Persalinan
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Komplikasi Selama Kehamilan Atau Persalinan
Komplikasi Selama Kehamilan Atau
Jumlah
%
37
66,1
Plasenta Previa
2
3,6
Solutio Placenta
3
5,4
Ketuban Pecah Dini
9
16,1
Pre Eklamsi Berat
5
8,9
Perdarahan
0
0
56
100
Persalinan
Tidak Ada Komplikasi
Total
Sumber data : DRM Pasien Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Tahun 2015
– Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.11, komplikasi selama kehamilan atau persalinan
pada kasus asfiksia yang berjumlah paling banyak adalah tidak ada
komplikasi, yaitu sebesar 66,1 %.
37
BAB V
PEMBAHASAN
1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Bersadarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di rumah
sakit Panti Wilasa Dr Cipto Semarang Tahun 2017 maka peneliti telah
mengambil sebanyak 56 DRM pasien asfiksia bayi baru lahir. Jumlah
pasien tersebut merupakan keseluruhan dari populasi kasus. Data yang
diambil adalah data retrospektif yaitu, data yang sudah ada pada tahun
2015 – tahun 2016.
[12]
jenis kelamin adalah jenis kelamin yang dimiliki
oleh seorang pasien dilihat dari identitas pasien.
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa hampir 50 % lebih
bayi baru lahir dengan asfiksia terjadi pada bayi dengan jenis kelamin
laki-laki dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Jenis kelamin
laki-laki berjumalah 29 pasien dengan persentase 51,8 %, sedangkan
jenis kelamin perempuan berjumlah 27 pasien dengan persentase 48,2
%.
Jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin ini tidak memengaruhi
dalam kasus asfiksia. Penyakit asfiksia tidak hanya menyerang pasien
dengan jenis kelamin tertentu. Namun berkaitan dengan epidemiologi,
berdasarkan pengertiannya meliputi ciri dari distribusi status kesehatan,
penyakit, atau kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis
kelamin, ras, geografi, agama, Pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. [13]
Informasi mengenai jenis kelamin pasien peneliti dapat temukan di
seluruh formilir dalam DRM sebab jenis kelamin masuk kedalam identitas
37
38
pasien yang telah dibuatkan label identitas sehingga seluruh formulir
dalam DRM mengandung informasi terkait jenis kelamin pasien.
2. Jumlah Pasien Berdasarkan Tahun Dirawat
Tahun dirawat merupakan tahun dimana pasien masuk dirawat di
rumah sakit untuk menerima perawatan.
Berdasarkan tabel 4.2, pasien yang dirawat paling banyak berada
di tahun 2016 berjumlah 31 pasien dengan persentase 55,4 %,
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 25 pasien dengan persentase
44,6 %. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa jumlah pasien dengan
kasus asfiksia bayi baru lahir mengalami peningkatan pada tahun 2016
dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015, peningkatannya sebesar 10,8
%.
Informasi mengenai tahun dirawat pasien peneliti dapat temukan
di seluruh formilir dalam DRM sebab tahun dirawat masuk kedalam
identitas pasien yang telah dibuatkan label identitas sehingga seluruh
formulir dalam DRM mengandung informasi terkait tahun dirawat pasien.
3. Diagnosa Utama
Diagnosa utama adalah suatu diagnosis atau kondisi kesehatan
yang menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan,
yang ditegakkan pada akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab
atas kebutuhan sumber daya pengobatan.
39
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa diganosa utama yang
sering tertuliskan di RM 1 dan resum pasien adalah diagnosa Asfiksia
dengan jumlah 33 DRM. Dibandingkan dengan diagnosa yang lebih
spesifik yaitu asfiksia berat sebesar 19,6 %, asfiksia sedang, sebesar 7,1
%, dan asfiksia ringan sebesar 14,3 %, ditemukan lebih banyak diagnosa
yang tertulis adalah diagnosa asfiksia, dengan persentase sebesar 58,9
%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Mulastin
(2014) yaitu mayoritas bayi baru lahir mengalami asfiksia ringan
sebanyak 74,4 % lebih besar dibandingkan asfiksia sedang (21,0 %) dan
asfiksia berat (4,5 %). Walaupun sebagian besar penelitian menyebutkan
di negara berkembang, lebih kurang empat juta bayi baru lahir menderita
Asfiksia sedang atau berat.[10]
Informasi diagnosa utama peneliti dapat temukan di formulir
resume medis dan lembar masuk keluar. Pada kedua formulir tersebut
sudah didesain isian sesuai kebutuhan sehingga tenaga medis (dokter)
langsung mengisi diagnosa utama. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan kedua formulir tersebut informasi yang ditulis sudah konsisten.
Namun diagnosa yang tertulis hampir sebagian kurang spesifik hanya
menuliskan Asfiksia tanpa menuliskan klasifikasinya berat, sedang, atau
ringan.
4. Kode Diagnosa Utama
Kode diagnosa utama adalah kode diagnosa Asfiksia yang
menjadi kode utama yang tertulis dalam lembar masuk keluar dan resume
40
medis. Kode Asfiksia menurut ICD 10, terdiri dari 3 kode yang dibedakan
berdasarkan APGAR skor yaitu, P21.0 Asfiksia Berat, P21.1 Asfiksia
Ringan dan Sedang, dan P21.9 Asfiksia yang tidak spesifik. [11]
Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan bahwa kode diagnosa utama
yang paling banyak tertulis dalam DRM pasien adalah kode P21.9
(asfiksia yang tidak spesifik) berjumlah 48 dengan persentase 85,7 %.
Sedangkan kode P21.0 dan P21.1 dengan jumlah kasus yang sama yaitu
4 kasus.
Informasi kode diagnosa utama peneliti dapat temukan di formulir
resume medis dan lembar masuk keluar. Pada kedua formulir tersebut
sudah didesain isian sesuai kebutuhan sehingga tenaga medis (dokter)
langsung mengisi kode diagnosa utama sesuai dengan diagnosa.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kedua formulir tersebut
informasi yang ditulis sudah konsisten. Namun hampir sebagian kode
diagnosa tidak sesuai dengan diagnosis yang dituliskan, tidak sesuai
dengan yang ada pada ICD 10.
5. Klasifikasi Asfiksia Berdasarkan APGAR Skor
APGAR skor adalah metode sederhana untuk menilai kondisi bayi
baru lahir. Klasifikasi asfiksia dapat ditentukan berdasarkan APGAR skor.
Klasifikasinya adalah Asfiksia berat dengan APGAR skor 0-3, Asfiksia
sedang dengan APGAR skor 4-6, dan Asfiksia ringan dengan APGAR
skor 7-10. [3]
Bersadarkan tabel 4.5, menunjukkan bahwa klasifikasi asfiksia
berdasarkan APGAR skor yang tertulis di dalam DRM terbanyak adalah
41
Asfiksia ringan dengan skor apgar 7-10, sebanyak 23 kasus. Sedangkan
Asfiksia berat diurutan kedua sebanyak 18 kasus dan Asfiksia sedang
sebanyak 15 kasus.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Mulastin
(2014) yaitu mayoritas bayi baru lahir mengalami asfiksia ringan dengan
APGAR skor 7-10 yaitu sebanyak 74,4 %, lebih besar dibandingkan
asfiksia sedang dengan APGAR skor 4-6 (21,0 %) dan asfiksia berat
dengan APGAR skor 3-0 (4,5 %). Walaupun banyak penelitian lain yang
hasil penelitiannya sebagian besar jumlah APGAR skor 4-6 yaitu asfiksia
sedang yang banyak kasusnya dibandingkan asfiksia ringan maupun
berat. [14]
Informasi APGAR skor peneliti dapat temukan di formulir
assessmen pasien rawat inap neonatus dan bayi dan formulir pengkajian
keperawatan bayi (0-28 hari). Pada kedua formulir tersebut sudah
didesain isian APGAR skor sesuai kebutuhan sehingga tenaga medis
(perawat) langsung menuliskan APGAR skor pada bagian yang sudah
disediakan.
6. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat pada bayi baru
lahir. Berat badan lahir terdiri dari berat badan lahir rendah (1000 gram –
2499 gram), berat badan lahir normal (2500 gram – 4500 gram), dan
berat badan lahir berat (lebih dari 4500 gram).
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa dari 56 pasien bayi
baru lahir sebanyak 41 bayi lahir dengan berat badan normal yaitu antara
42
2500 gram – 4500 gram, sedangkan ada sebanyak 15 bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah yaitu antara 1000 gram – 2499 gram.
Berat badan bayi lahir memiliki keterkaitan dengan kasus asfiksia,
khususnya berat badan bayi lahir rendah. Bayi yang lahir dengan berat
badan rendah biasanya akibat dari adanya komplikasi pada ibu saat
masa kehamilan maupun kelahiran. Berat badan lahir rendah sering
terjadi pada persalinan preterem, maka organ dari alat pernafasan belum
dalam keadaan sempurna. Komplikasi seperti ini akhirnya berpengaruh
terahadap kasus asfiksia bayi baru lahir. Namun, bayi yang lahir dengan
berat badan normal tidak menutup kemungkinan akan menegalami
asfiksia, sebab berat badan bayi lahir normal juga berpotensi mengalami
komplikasi yang datang dari banyak faktor seperti ketuban pecah dini,
riwayat obstetric buruk atau riwayat persalinan dan kehamilan yang
buruk, serta gangguan plasenta. [15]
Informasi Berat badan lahir peneliti dapat temukan di formulir
pengkajian keperawatan bayi (0-28 hari). Pada formulir tersebut sudah
didesain isian berat badan lahir sesuai kebutuhan sehingga tenaga medis
(perawat) langsung menuliskan berat badan bayi pada bagian yang
sudah disediakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan semua
informasi sudah dapat di temukan dalam formulir tersebut. Informasi berat
badan lahir juga bisa di temukan di formulir-formuir lain seperti resum
medis, catatan perkembangan terintegritas, dan identifikasi bayi.
7. Jenis Persalinan
43
Jenis persalinan ada beberapa macam berdasarkan yang sudah
didesain dalam formulir yang ada pada DRM bayi baru lahir yaitu
persalinan spontan, vacume extraksi, ILA (Intrathecal Labor Analgesia),
dan section caesarea. Pada persalinan normal bisa menyebabkan bayi
mengalami sesak nafas sehingga tubuh mengalami kekurangan oksigen.
Kondisi ini yang dapat menyebabkan bayi lahir mengalami asfiksia.
Berdasarkan tabel 4.7, jenis persalinan yang paling banyak tejadi
pada kasus asfiksia bayi baru lahir adalah jenis section caesarea dengan
jumlah 31 kasus, (55,4 %). Urutan kedua terbanyak ada jenis persalinan
spontan yang berjumlah 18 kasus (32,1 %).
Selanjutnya ada kasus
vacume extraksi dengan 6 kasus (10,7 %) dan ILA (Intrathecal Labor
Analgesia) 1 kasus (1,8 %). Pada jenis persalinan section caesarea terdiri
dari atas banyak indikasi antara lain: preeklamsi berat, ketuban pecah
dini, solution placenta, placenta previa, oligohidramnion, perdarahan,
cefalophelvic, dan bekas section. Atas indikasi diatas maka kelahiran
lewat sectio caesarea akan lebih aman bagi ibu, anak atau keduanya.
Menurut penelitian lain oleh fadhilah fanny, bahwa kejadian
asfiksia bayi baru lahir dapat disebabkan oleh persalianan tindakan yaitu
section caesarea. Hal ini dikarenakan anastesi pada section caesarea
dapat memengaruhi aliran darah yaitu mengubah tekanan perfusi atau
resistensi vaskuler baik langsung ataupun tidak langsung sehingga dapat
menyebabkan kejadian asfiksia. [16]
Informasi jenis persalianan peneliti dapat temukan di formulir
assessmen pasien rawat inap neonatus dan bayi. Pada formulir tersebut
sudah didesain checklist sesuai kebutuhan sehingga tenaga medis
44
(perawat) langsung mencentang pilihan jenis persalianan. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan semua informasi sudah dapat di temukan
dalam formulir tersebut.
8. Ketuban Pecah
Ketuban pecah ada 2 jenis yaitu spontan dan amniotomy. Ketuban
pecah Spontan bisa saja mengalami ketuban pecah dini yang dimana
menurut sudut pandang medis secara garis besar 50 % persalinan
preterm terjadi spontan, 30 % karena ketuban pecah dini dan sisanya 20
% dilahirkan atas indikasi ibu / janin. [17]
Berdasarkan tabel 4.8, ketuban pecah yang dialami oleh ibu bayi
dengan kasus asfiksia paling banyak mengalami ketuban pecah secara
spontan dengan jumlah 30 kasus (53,6 %). Ketuban pecah secara
amniotomy hanya ada 26 kasus (46,4%).
Keterkaitan ketuban pecah dengan kasus asfiksia tidak dapat
dikaitkan secara spesifik, namun bila ketuban pecah spontan dengan
waktu yang lebih awal maka hal tersebut dapat menjadi faktor terjadinya
asfiksia lahir, menurut penelitian lain oleh Winadharma dkk, ketuban
pecah dini merupakan faktor risiko terjadinya asfiksia. Semakin lama KPD
maka komplikasi yang terjadi semakin besar, berakibat risiko terjadinya
asfiksia pada janin, juga semakin meningkat. [17]
Informasi Ketuban pecah peneliti dapat temukan di formulir
assessmen pasien rawat inap neonatus dan bayi. Pada formulir tersebut
sudah didesain checklist sesuai kebutuhan sehingga tenaga medis
(perawat) langsung mencentang pilihan antara spontan dan amniotomy.
45
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan semua informasi sudah
dapat di temukan dalam formulir tersebut.
9. Diagnosa Kehamilan Ibu
Diagnosa kehamilan ibu terdiri dari 3 jenis yaitu preterm (usia
kehamilan kurang bulan, usia kehamilan sebelum 37 minggu), aterm (usia
kehamilan cukup bulan, usia kehamilan antara 37-42 minggu), dan
postterm (usia kehamilan lebih dari 42 minggu). Risiko asfiksia bayi baru
lahir terjadi pada kehamilan yang kurang bulan atau preterm dan lebih
bulan atau postterm karena janin pada kehamilan preterm maupun
postterm berisiko mengalami gangguan nafas.
Berdasarkan tabel 4.9, diganosa kehamilan ibu pada kasus
asfiksia bayi baru lahir banyak terdiagnosa Aterm (cukup bulan),
jumlahnya sebesar 39 kasus (69,6 %). Sedangkan yang terdiagnosa
Preterm (kurang bulan) ada sebanyak 15 kasus (26,8 %) dan Postterm
(lebih bulan) sebanyak 2 kasus (3,6 %).
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti diagnosa kehamilan
ibu yang terbanyak adalah diagnosa aterm (cukup bulan). Diagnosa
aterm menurut teori memang tidak memberi pengaruh risiko bayi lahir
asfiksia namun bisa jadi bayi yang lahir dengan diagnosa kehamilan
aterm mengalami asfiksia oleh karena faktor yang lain seperti lahir
dengan persalinan section caesarea, riwayat kehamilan atau persalinan
yang buruk (pernah mengalami abortus), dan komplikasi kehamilan atau
persalinan. [18]
46
Menurut penelitian lain oleh Dian Hartatik, ada pengaruh diagnosa
kehamilan ibu (umur kehamilan) dengan kejadian asfiksia. Diganosa yang
preterm dan postterm lebih berpeluang melahirkan bayi asfiksia sebesar
2,9 kali dibandingkan yang tidak berpengaruh yaitu diagnosa aterm.
Bayi yang lahir preterm, organ-organ tubuhnya belum sempurna
ini berisiko sistem pernapasan khususnya paru-paru bayi belum bekerja
dengan optimal, otot pernapasan masih lemah sehingga tangis bayi
preterm terdengar lemah dan merintih akibatnya bayi bisa mengalami
asfiksia. Menurut teori dari jurnal Gaster kehamilan postterm bisa berisiko
gawat janin sebab fungsi plasenta berada pada puncaknya yaitu
kehamilan 38 minggu lalu mulai menurun tepatnya setelah 42 minggu.
Rendahnya fungsi plasenta bisa berefek pada gangguan pernapasan
janin dan gangguan sirkulasi bayi setelah lahir sehingga terjadi asfiksia.
[18]
Informasi diagnosa kehamilan ibu peneliti dapat temukan di
formulir assessmen pasien rawat inap neonatus dan bayi. Pada formulir
assessmen pasien rawat inap neonatus dan bayi sudah didesain checklist
sesuai
kebutuhan
sehingga
tenaga
medis
(perawat)
langsung
mencentang pilihan diagnosa kehamilan ibu. Namun peneliti juga
menemukan beberapa DRM yang tidak terdapat informasi di formulir
seharusnya, informasi tetap ada dalam DRM namun ditemukan di formulir
catatan perkembangan terintegrasi.
10. Riwayat Kehamilan Atau Persalinan Terdahulu
47
Riwayat kehamilan atau persalinan terdahulu yang telah dialami
oleh ibu yang melahirkan bayi dalam kasus asfiksia. Dari seluruh
dokumen yang di Analisa informasinya yaitu sebanyak 56 DRM,
ditemukan 11 kategori riwayat kehamilan atau persalinan terdahulu yaitu
Gravida1 Partus0 Abortus0, Gravida2 Partus1 Abortus0, Gravida2
Partus0 Abortus1, Gravida2 Partus2 Abortus0, Gravida3 Partus1
Abortus1, Gravida3 Partus1 Abortus2, Gravida3 Partus2 Abortus0,
Gravida4 Partus2 Abortus1, Gravida4 Partus3 Abortus0, dan Gravida5
Partus2 Abortus2. Gravida adalah kehamilan, partus adalah persalianan,
dan abortus adalah kegagalan atau berhentinya kehamilan sebelum atau
kurang dari 22 mingggu dan janin belum mencapai berat 500 gram.
Berdasarkan tabel 4.10, ibu dengan status Gravida 1 Partus 0
Abortus 0 terlihat menjadi jumlah kasus yang terbanyak yaitu sebesar 24
kasus dengan persentase 42,9 %, dibandingkan dengan riwayat
kehamilan atau persalinan terdahulu lainnya.
Gravida 1 Partus 0 Abortus 0 bisa disebut juga paritas paling
rendah atau paritas satu memperlihatkan ketidaksiapan ibu dalam
menangani komplikasi yang terjadi dalam kehamilan, persalianan maupun
nifas. Hal ini berisiko dikarenakan ibu belum siap secara medis maupun
mental. Seperti menurut hasil penelitian oleh Syuul Adam dkk yang
sejalan dengan penelitian ini, bahwa paritas 1 berisiko melahirkan bayi
dengan asfiksia lebih besar dari pada paritas 2-3 lainnya. [19]
Informasi Riwayat kehamilan atau persalinan terdahulu peneliti
dapat temukan di formulir assessmen pasien rawat inap neonatus dan
bayi dan formulir pengkajian keperawatan bayi (0-28 hari). Pada kedua
48
formulir tersebut sudah didesain isian sesuai kebutuhan sehingga tenaga
medis (perawat) langsung mengisi G_P_A_ sesuai dengan riwayat ibu.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kedua formulir tersebut
informasi yang ditulis sudah konsisten.
11. Komplikasi Selama Kehamilan
Komplikasi selama kehamilan atau persalinan berdasarkan yang
tercantum dalam formulir rekam medis pasien yang sudah didesain
sesuai dengan kebutuhan, pada isi bagian komplikasi selama kehamilan
atau persalinan terdapat 6 pilihan yaitu tidak ada komplikasi, plasenta
previa, solution placenta, ketuban pecah dini, preeklamsi berat, dan
perdarahan.
Berdasarkan tabel 4.11, komplikasi selama kehamilan atau
persalianan yang terjadi pada kasus asfiksia bayi baru lahir sebagian
besar tidak mengalami komplikasi selama kehamilan atau persalinan,
sebanyak 37 kasus, namun tetap ada kasus yang mengalami komplikasi
seperti, plasenta previa ada sebanyak 2 kasus, solution placenta ada
sebanyak 3 kasus, ketuban pecah dini 9 kasus, preeklamsi berat
sebanyak 5 kasus dan perdarahan tidak ada kasus yang terjadi.
Plasenta previa, solutio placenta, perdarahan, ketuban pecah dini,
dan preeklamsi berat, dari Ke-lima komplikasi ini memengarui terjadinya
risiko asfiksia bayi baru lahir. Menurut teori, Plasenta previa dan solutio
placenta merupakan salah satu risiko asfiksia bayi baru lahir yang masuk
dalam risiko asfiksia berdasarkan faktor plasenta. Hal ini juga berkaitan
dengan komplikasi perdarahan, salah satu penyebab perdarahan adalah
49
faktor dari gangguan pada plasenta. Faktor placenta memengaruhi
karena bila terjadi gangguan pada placenta seperti placenta previa atau
solution placenta akan mengurangi pasokan nutrisi dan oksigen dari ibu
ke janin. Menurut Hidayat pada buku Ilmu Kesehatan Anak tahun
2008:128, menyebutkan bahwa Ketuban pecah dini dan preeklamsi berat
dapat menjadi risiko asfiksia bayi baru lahir berdasarkan faktor ibu yang
kehamilannya berisiko. [3]
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Agustin (2015),
komplikasi kehamilan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap
terjadinya asfiksia bayi baru lahir. Mayoritas responden yang melahirkan
bayi asfiksia menunjukkan bahwa tidak memiliki komlikasi kehamilan.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian kaye (2003),
menunjukkan bahwa asfiksia dipengaruhi komplikasi pada saat antenatal
dan intrapartum.
Informasi komplikasi selama kehamilan atau persalianan peneliti
dapat temukan di formulir pengkajian keperawatan bayi (0-28 hari). Pada
formulir pengkajian keperawatan bayi (0-28 hari) sudah didesain checklist
komplikasi sesuai kebutuhan sehingga tenaga medis (perawat) langsung
mencentang komplikasi yang terjadi bila ada dan bila tidak ada
mencentang checklist tidak ada komplikasi. Namun peneliti juga
menemukan beberapa DRM yang tidak terdapat informasi di formulir
seharusnya, informasi tetap ada dalam DRM namun ditemukan di formulir
catatan perkembangan terintegrasi.
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Jumlah pasien dengan kasus asfiksia bayi baru lahir pada tahun 20152016 yang memiliki jenis kelamin laki-laki berjumlah 29 pasien (51,8 %),
lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 27
pasien (48,2 %).
2. Jumlah pasien dengan kasus asfiksia bayi baru lahir pada tahun 2015
sebanyak 25 pasien dan pasien pada tahun 2016 sebanyak 31 pasien.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan jumlah pasien dari tahun 2015
– tahun 2016.
3. Diagnosa yang tertulis dalam resume medis maupun lembar masuk keluar
sebanyak 33 DRM (58,9 %) tertulis Asfiksia, jumlah tersebut adalah jumlah
terbanyak dari diagnosa - diagnosa spesifik yang lain.
4. Kode diagnosa yang paling banyak tertulis adalah P21.9 asfiksia yang
tidak spesifik, sebanyak 48 DRM (85,7 %).
5. Klasifikasi asfiksia berdasarkan APGAR skor yang paling banyak
tercantum dalam kasus bayi lahir dengan asfiksia adalah klasifikasi
Asfiksia ringan (APGAR skor 7-10) sebanyak 23 kasus (41,1 %).
6. Dari 56 pasien bayi lahir dengan Asfiksia , 41 bayi lahir dengan berat
badan normal (73,2 %), jumlah tersebut adalah jumlah terbanyak.
50
51
7. Jenis persalinan yang banyak didapat oleh pasien bayi baru lahir dengan
asfiksia adalah jenis persalinan section caesarean, yaitu sebesar 31 kasus
(55,4 %).
8. Ketuban pecah yang dialami oleh ibu dari bayi lahir dengan Asfiksia
terbanyak adalah secara spontan yaitu sebesar 30 kasus (53,6 %).
9. Diagnisa kehamilan ibu yang paling banyak adalah Aterm atau kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu) yaitu sebesar 39 kasus (69,6 %).
10. Riwayat kehamilan atau persalinan terdahulu yang paling banyak adalah
Gravida 1 Partus 0 Abortus 0, yaitu sebanyak 24 kasus (42,9 %)
11. Berdasarkan komplikasi selama kehamilan atau persalinan , 56 pasien
yang diteliti , sebanyak 37 pasien tidak mengalami komplikasi selama
kehamilan atau persalinan (66,1 %).
12. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa DRM yang
informasi mengenai yang diteliti masih belum terisi sesuai dengan tempat
yang sudah disediakan, sehingga formulir yang sudah menyediakan
checklist atau isian yang seharusnya menjadi kosong.
13. Berdasarkan hasil penelitian, klasifikasi asfiksia berdasarkan Apgar Skor
tidak sesuai dengan diagnosa utama yang tertulis serta kode diagnosa
yang tertulis.
B. Saran
1. Pemeriksaan antepartum serta intrapartum dilakukan ibu hamil untuk
mengidentifikasi faktor risiko terjadi asfiksia.
2. Diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang faktor
risiko asfiksia pada ibu hamil dan bayi baru lahir, hal ini agar dapat
52
terhindar dari asfiksia yang bisa menyebabkan kematian bayi atau
cacat.
3. Tenaga medis yang menolong diharapkan selalu siaga pada
kondisi-kondisi yang dapat membahayakan ibu maupun bayi,
utamanya ibu yang mengalami komplikasi seperti ketuban pecah
dini, solution placenta, placenta previa, dan persalinan section
caesarea.
4. Diharapkan institusi kesehatan khususnya bagi tenaga medis yang
bertanggungjawab untuk menuliskan diagnose utama bisa menuliskan
diagnose secara spesifik. Asfiksia dapat diklasifiksikan dengan melihat
dari APGAR skor. Oleh karena itu diharapkan diagnose yang ditulis lebih
spesifik berdasarkan APGAR skor yang ditetapkan,
5. Diharapkan petugas koding dapat mengkode sesuai dengan kode ICD 10
yang berdasarkan skor APGAR.
DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkes No 340/ Menkes/ PER / III /2010, TENTANG KLASIFIKASI
RUMAH SAKIT. 2010.
2. Departemen Kesehatan RI. PEDOMAN PENGELOLAAN REKAM MEDIS
RUMAH SAKIT DI INDONESIA. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan
Medik, 1994
3. Dokter
Indonesia.
ASFIKSIA,
BAYI
TIDAK
MENANGIS
DAN
PENANGANANNYA. https://klinikbayi.com/2013/12/18/asfiksia-bayi tidakmenangis-saat-lahir-dan-penanganannya/
(diakses tanggal 5 Maret
2017). 2013.
4. Pangemanan Eunike A., Wantania John J. E., Wagey Freddy W.
KARAKTERISTIK KEHAMILAN DENGAN LUARAN ASFIKSIA SAAT
LAHIR DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
JANUARI – DESEMBER 2014. Jurnal E-Clinic (Ecl). 2016 : 4 (1). (diakses
tanggal 2 Maret 2017) : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/
article/view/11694/11284
5. Mulidah Siti,
Haryati Welas, Fitriyani Aris. HUBUNGAN ANTARA
KELAHIRAN ASFIKSIA DENGAN PERKEMBANGAN BALITA. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of Nursing). 2006 : 1
(2).
(17
Maret
2017)
:
jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/download/ 81/27
6. Huffman, Edna K., Health Information Management, Tenth Edision,
Physicians’ Record Company, Berwyn, Illinois, 1994
53
7. Departemen Kesehatan Ri.
Direktorat
Jendral Pelayanan
Medik.
Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta.
2006
8. Akbar, Zakirah. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
NORMAL DI PUSKESMAS PETERONGAN – JOMBANG. http://eprints.
unipdu.ac.id/265/1/ bab%20i.pdf. (diakses tanggal 15 ApriL 2017). 2015
9. Almuzakir. FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA PADA BBL YANG
DIRAWAT DI RUANG COVIES RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN
2014. http://pustaka. poltekkes-pdg.ac.id/repository/1.pdf (diakses tanggal
15 APRIL 2017). 2014
10. Tahir
Rahmah,
Rismayanti,
Ansar
Jumriani.
RISIKO
FAKTOR
PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAWERI GADING KOTA PALOPO
TAHUN 2012. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789
/4278/rahmah%20tahir_k11109011.pdf (diakses tanggal 15 APRIL 2017).
2012
11. International Classification Of Diseases (ICD), Gevena Tahun 2010
Volume 1 Dan Volume 3
12. Modul Metodologi Penelitian (Tidak Dipublikasi) Milik Eny Mahawati,
SKM, M.Kes
13. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Ke-2 Rikena
Cipta. 2007
14. Mulastin. HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN
54
JEPARA.
Jurnal Kesehatan Dan Budaya “HIKMAH” AKBID Islam Al-
Hikmah Jepara. 2014: 7 (2). (Diakses Tanggal 20 Juni 2017)
15. Rahmawati, Lisa. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL
RECORD RSUD PARIAMAN. Jurnal Ilmiah Kebidanan. 2016 : 7 (1).
(Diakses Tanggal 19 Juni 2017)
16. Fanny,
Fadhilah.
SECTION
CAESAREA
SEBAGAI
PENYEBAB
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM. Majority. 2015 : 4 (8). (Diakses
Tanggal 19 Juni 2017)
17. Wiradharma. RISIKO ASFIKSIA PADA KETUBAN PECAH DINI DI RSUP
SANGLAH. Sari Pediatri. 2013 : 14 (5). (Diakses Tanggal 19 Juni 2017)
18. Hartatik, Dian. PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU
LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA. Gaster. 2013: 10 (1). (Diakses Tanggal 19 Juni 2017)
19. Adam, Syuul. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUP PROF. DR. R. D.
KANDOU MANADO. 2014: 2 (1). (Diakses Tanggal 20 Juni 2017)
55
Pedoman Observasi
Tujuan observasi : mengetahui data-data dalam dokumen rekam medis
berkaitan dengan faktor-faktor risiko Asfiksia.
Objek yang diamati : dokumen rekam medis pasien bayi baru lahir dengan
kasus Asfiksia.
Sebelum mengambil data rekam medis pasien dan pengisian tabel
observasi, peneliti terlebih dahulu mencari nomor rekam medis pasien melalui index
penyakit. Selanjutnya, meminta ijin kepada petugas di ruang filing unit rekam medis
untuk peminjaman DRM. Pengambilan dan penempatan kembali DRM pasien
dikoordinasikan dengan petugas filing. Untuk data yang kurang jelas yang terdapat
dalam status, terlebih dahulu dikonfirmasi ke petugas yang membidangi.
Petunjuk pengisian
1. Untuk data yang tidak tersedia di DRM, pada tabel ekstraksi harap ditulis dengan
tanda negative (-), jangan dikosongkan. Tanda negative (-) berarti tidak ada,
sedangkan bila kosong berarti data tersebut belum terisi.
2. Hal-hal lain yang belum jelas terkait kolom tabel dan data yang tersedia dalam
status dapat di sesuaikan saat pengambilan data. Bila ada data yang kurang di
mengerti dapat di konfirmasikan dengan petugas filing sebagai pihak pemelihara
DRM, petugas assembling sebagai pihak yang menganalisa DRM, dan petugas
bangsal perinatologi.
no
.
ur
ut
Nom
or
Rek
am
Medi
s:
1
4397
**
P
2
4555
**
L
3
4470
**
Jenis
Kela
min
(L/P)
:
P
Tang
gal
Masu
k:
15.30.
16
(19.4
0)
14.12.
16
(18.0
0)
15.07.
16
(00.0
1)
Diagnosa
Utama :
Kodin
g
Diagn
ose +
Tindak
an :
Apg
ar
Sco
re :
BBL
/
Ber
at
Bad
an
Lahi
r
(Gr)
:
SC
PRETE
RM
Cara Bersalin
(spontan/
vakum
extrasi/
forcep/ ILA/
sectio
caesarea:
Diagnos
e
Kehamil
an Ibu
(Preterm
/ Aterm/
Posterm
):
Ketuban
Pecah
(Spontan /
Amniotom
y):
Riwayat
Kehamil
an Atau
Persalin
an
Sebelum
nya
(Sesuai
Cm) :
Komplika
si
Selama
Kehamila
n Atau
Persalina
n (TIDAK
ADA
KOMPLI
KASI (-)/
PLASEN
TA
PREVIA/
SOLUTI
O
PLACEN
TA/ KPD/
PEB) :
SPONTA
N
SC A/I
ANEMIA
G1P0A0
TIDAK
TERTULI
S
ASFIKSIA
P21.9
8
250
0
GR
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
3
170
0
GR
SPONTAN
PRETE
RM
SPONTA
N (KPD)
G3P1A2
-
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
2
294
0
GR
SC A/I TM +
FETAL
DISTREES
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
-
4
4378
**
L
5
4439
**
P
6
4379
**
7
4373
**
L
8
4392
**
L
9
4392
**
L
10
4363
**
P
P
18.02.
16
(12.4
5)
18.05.
16
(02.2
8)
ASFIKSIA
P21.1
7
300
0
GR
SC A/I CPD
ATERM
AMNIOTO
MY
G1P0A0
-
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
2
320
0
GR
SC A/I
EKLAMSIA
ATERM
AMNIOTO
MNI
G5P2A2
-
ASFIKSIA,
DISTRESS
RESPIRASI
P21.9
2
185
0
GR
SPONTAN
PRETE
RM
SPONTA
N
G2P1A0
-
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
5
325
0
GR
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G3P2A0
-
ASFIKSIA
RINGAN
P21.9
10
238
0
GR
SPONTAN
N.ATER
M
<36MG>
SPONTA
N
G1P0A0
KPD
8.3.16
<15.5
5>
ASFIKSIA
SEDANG
P21.1
5
368
5
GR
VE A/I
PARTUS TAK
MAJU
ATERM
(41MG)
AMNIOTO
MI
G1P0A0
-
5.2.16
<12.4
1>
ASFIKSIA
RINGAN
P21.1
7
350
0
GR
SC A/I OBLIG
ATERM
AMNIOTO
MY
G2P0A1
-
19.02.
16
(02.2
3)
17.02.
16
(18.5
0)
10.03.
16
<07.1
7>
11
4363
**
P
12
4350
**
L
13
4510
**
L
14
4527
**
L
15
4512
**
P
16
4537
**
L
17
4524
**
L
18
4492
**
L
27.01.
16
<16.4
2>
5.1.16
<15.0
5>
21.9.1
6
<17.0
0>
24.10.
16
<07.0
5>
28.9.1
6
<9.04
>
8.11.1
6
<00.0
3>
28.10.
16
<15.5
0>
21.08.
16
<03.5
ASFIKSIA
RINGAN
P21.9
7
290
0
GR
SC A/I
MIOMA
ATERM
AMNIOTO
MI
G1P0A0
-
ASFIKSIA
P21.9
6
420
0
GR
SC A/I IBU
PEB
ATERM
AMNIOTO
MI
G2P2A0
PEB
ASFIKSIA
P21.9
7
250
0
GR
SC A/I IBU
DM
PRETE
RM
AMNIOTO
MI
G2P1A0
-
ASFIKSIA
RINGAN
P21.9
7
360
0
GR
SC A/I KPD
ATERM
SPONTA
N
G3P1A1
KPD
VE PARTUS
MACET
ATERM
SPONTA
N
G2P0A1
-
ASFIKSIA
RINGAN
P21.9
8
364
5
GR
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
3
308
0
GR
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
KPD
ASFIKSIA
SEDANG
P21.9
8
255
0
GR
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G3P2A0
KPD
ASFIKSIA
P21.9
6
301
5
GR
SPONTAN
POSTTE
RM
SPONTA
N
G1P0A0
-
5>
19
4465
**
P
20
4493
**
P
21
4414
**
22
4395
**
23
4121
**
L
P
L
9.7.16
<8.10
>
5.4.16
<21.4
0>
9.4.16
14.3.1
6
1.1.15
ASFIKSIA
P21.9
5
ASFIKSIA
P21.9
9
ASFIKSIA
ASFIKSIA
SEDANG
ASFIKSIA
P21.1
P21.9
P21.9
269
0
GR
313
0
GR
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G3P1A1
-
VE
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
-
ATERM
SPONTA
N
G1P1A0
-
ATERM
AMNIOTO
MI
G4P3A0
KPD
ATERM
SPONTA
N
G3P2A0
AH2
SOLUTI
O
PLACEN
TA
5
285
0
GR
SPONTAN
DG
ILA(INTRATH
ECAL
LABOUR
ANALGESIA
5
330
0
GR
SC A/I KPD
PTM PARTIO
OEDEMA
FETAL
DISTRESS
3
330
0
GR
SC A/I
SOLUTIO
PLACENTA
24
4173
**
25
4174
**
26
4206
**
27
4215
**
28
29
L
11.3.1
5
ASFIKSIA
P21.9
P
14.3.1
5
ASFIKSIA
P21.9
P
2.5.15
ASFIKSIA
P21.9
2
350
0
GR
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G2P1A0
-
3
350
0
GR
SC A/I FETAL
DISTRESS
PRETE
RM
AMNIOTO
MI
G4P2A1
AH1
-
7
235
0
GR
SPONTAN
PRETE
RM
SPONTA
N
G2P1A0
KPD,
LILITAN
TALI
PUSAR
,LAHIR
TDK
MENAN
GIS
3
200
0
GR
SC A/I
PLACENTA
PRETERMVI
A, LETAK
LINTANG
PRETE
RM
AMNIOTO
MI
G2P0A1
PLACEN
TA
PREVIA
SC A/I BKS
SC
ATERM
AMNIOTO
MI
G2P1A0
-
SC A/I
GEMELLI /
KEMBAR
PRETE
RM
SPONTA
N
G2P1A0
-
P
19.5.1
5
4219
**
P
22.5.1
5
ASFIKSIA
P21.9
3
270
0
GR
4223
**
L
28.5.1
5
ASFIKSIA
SEDANG
P21.9
8
180
0
GR
ASFIKSIA
P21.9
30
31
4226
**
4237
**
P
3.6.15
ASFIKSIA
P21.9
9
P
7.7.15
ASFIKSIA
P21.9
7
270
0
GR
310
0
GR
SC A/I
ERIANSI
ATERM
SPONTA
N
G4P2A1
AH2
PEB
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
KPD
32
4245
**
L
10.7.1
5
ASFIKSIA
P21.9
7
300
0
GR
SC EFEKTIF
A/I BKS SC
ATERM
SPONTA
N
G2P1A0
AH1
-
33
4252
**
P
26.7.1
5
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
1
190
0
GR
SPONTAN
ATERM
AMNIOTO
MI
G1P0A0
KPD
34
4286
**
P
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
4
291
0
GR
SC
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
-
35
4287
**
L
ASFIKSIA
P21.9
5
360
0
GR
SPONTAN
ATERM
(39 MG)
SPONTA
N
G1P0A0
-
36
4306
**
P
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
3
225
0
GR
SC A/I
HIDRAMNIO
N
PRETE
RM
SPONTA
N
G2P1A0
-
37
4421
**
L
ASFIKSIA
P21.9
7
175
0
GR
SPONTAN
PRETE
RM
SPONTA
N
G1P0A0
-
19.09.
15
<12.4
0>
20.09.
15
<15.0
5>
22.10.
15
<07.3
3>
19.4.1
6
38
4457
**
P
20.6.1
6
ASFIKSIA
P21.9
5
39
4373
**
L
11.02.
16
ASFIKSIA
P21.9
7
40
4328
**
L
29.11.
15
ASFIKSIA
P21.9
6
330
0
GR
300
0
GR
370
0
GR
SC A/I
OLIGOHIDRA
MION
ATERM
AMNIOTO
MI
G2P1A0
-
SC A/I BKS
SC
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
-
SC A/I BKS
SC
ATERM
AMNIOTO
MI
G3P2A0
-
SC A/I
SOLUTIO
PLACENTA
PRETE
RM
AMNIOTO
MI
G2P2A0
SOLUTI
O
PLACEN
TA
41
4341
**
L
19.12.
15
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
1
145
0
GR
42
4328
**
L
14.12.
15
ASFIKSIA
P21.9
6
230
0
GR
SC A/I
EKLAMSIA
PRETE
RM
SPONTA
N
G1P0A0
PEB
43
4322
**
L
19.11.
15
ASFIKSIA
P21.0
10
365
0
GR
SC A/I BKS
SC 2 X
ATERM
AMNIOTO
MI
G3P2A0
AH2
-
44
4322
**
L
19.11.
15
ASFIKSIA
BBLR
N.PRETERM
TERM
P21.9
3
180
0
GR
SC A/I PP
PERDARAHA
N ANEMIA
PRETE
RM
AMNIOTO
MI
G4P3A0
PLASEN
TA
PREVIA
45
4329
**
P
27.11.
15
ASFIKSIA
P21.9
4
310
0
GR
SC A/I VE
GAGAL
ATERM
SPONTA
N
G2P1A0
-
46
4302
**
L
14.10.
15
ASFIKSIA
P21.9
7
190
0
GR
SC A/I KPD
PRETE
RM
SPONTA
N
G1P0A0
KPD
47
4302
**
L
15.10.
15
ASFIKSIA
P21.9
9
170
0
GR
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G2P1A0
-
SC A/I
SOLUTIO
PLACENTA
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
SOLUTI
O
PLACEN
TA
48
4254
**
P
27.07.
15
ASFIKSIA
P21.9
1
265
0
GR
49
4259
**
L
6.8.15
ASFIKSIA
P21.9
10
260
0
GR
SPONTAN
ATERM
AMNIOTO
MI
G2P2A0
-
50
4264
**
P
11.8.1
5
ASFIKSIA
BERAT
P21.0
3
270
0
GR
SC A/I
EKLAMSIA
ATERM
AMNIOTO
MI
G1P0A0
PEB
51
4537
**
P
9.11.1
6
ASFIKSIA
P21.9
6
SPONTAN
PRETE
RM
AMNIOTO
MI
G2P1A0
PEB
52
4547
**
L
27.11.
16
ASFIKSIA
BERAT
P21.9
3
VE
ATERM
SPONTA
N
G2P1A0
-
53
4537
**
P
9.11.1
6
ASFIKSIA
P21.9
6
VE
ATERM
AMNIOTO
MI
G1P0A0
-
205
0
GR
282
0
GR
342
5
GR
Tot
al
54
4562
**
P
22.13.
16
ASFIKSIA
RINGAN
P21.9
8
251
0
GR
SPONTAN
ATERM
AMNIOTO
MI
G4P2A1
-
55
4562
**
P
24.12.
16
ASFIKSIA
P21.9
9
361
5
GR
SPONTAN
ATERM
SPONTA
N
G1P0A0
-
56
4564
**
L
28.12.
16
ASFIKSIA
RINGAN
P21.9
8
SC A/I CPD
POSTTE AMNIOTO
RM
MI
G1P0A0
-
P21.0
=4
DRM
0-3
=
18
DR
M
PRETE
RM = 15
DRM
SPONTA
N = 30
DRM
Gravida
1 Partus
0
Abortus
0 = 24
DRM
Tidak
Ada
Komplika
si = 37
DRM
P21.1
=4
DRM
4-6
=
15
DR
M
ATERM
= 39
DRM
Gravida
2 Partus
AMNIOTO
1
MY = 26
Abortus
DRM
0 = 12
DRM
Plasenta
Previa =
2 DRM
56
-
L=
29
pasie
n
2015
= 25
pasie
n
P=
27
pasie
n
2016
= 31
pasie
n
ASFIKSIA =
33 DRM
ASFIKSIA
BERAT = 11
DRM
350
0
GR
100
0249
9
GR
= 15
DR
M
250
0450
0
GR
= 41
DR
M
SPONTAN =
18 DRM
VACUME
EXTRASI = 6
DRM
ASFIKSIA
SEDANG = 4
DRM
ASFIKSIA
RINGAN = 8
DRM
P21.9
= 48
DRM
710
=
23
DR
M
ILA = 1 DRM
SECTIO
CAESAREA =
31 DRM
POSTTE
RM = 2
DRM
Gravida
2 Partus
0
Abortus
1=3
DRM
Gravida
2 Partus
2
Abortus
0=3
DRM
Gravida
3 Partus
1
Abortus
1=2
DRM
Gravida
3 Partus
1
Abortus
2=1
DRM
Gravida
3 Partus
2
Abortus
0=5
DRM
Solutio
Placenta
= 3 DRM
Ketuban
Pecah
Dini = 9
DRM
Pre
Eklamsi
Berat = 5
Perdarah
an = 0
DRM
Gravida
4 Partus
2
Abortus
1=3
DRM
Gravida
4 Partus
3
Abortus
0=2
DRM
Gravida
5 Partus
2
Abortus
2=1
DRM
Download