PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG OPTIMALISASI KINERJA APARATUR SIPIL NASIONAL MELALUI KREATIVITAS, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL STUDI PADA APARATUR SIPIL NASIONAL PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH Suparjo Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kreativitas, kecerdasan emosional, kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional terhadap kinerja pegawai pemerintah di Jawa Tengah, Indonesia. Pendekatan dua langkah untuk pemodelan persamaan struktural digunakan untuk menguji model yang diusulkan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 290 responden. Hal itu dilakukan dengan menerapkan proportional random sampling. Ada beberapa temuan dari penelitian ini: (1) hipotesis pertama diterima, artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara kreativitas terhadap komitmen organisasional; (2) hipotesis kedua diterima menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara kecerdasan emosional terhadap komitmen organisasional; (3) hipotesis ketiga diterima yang menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi; (4) hipotesis keempat diterima artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara kreativitas terhadap kinerja; (5) hipotesis kelima ditolak; (6) hipotesis keenam diterima, artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap kinerja; dan (7) hipotesis ketujuh diterima, yang berarti ada pengaruh signifikan dan positif antara komitmen organisasional terhadap kinerja. Kata kunci: kreativitas, kecerdasan emosional, kepemimpinan transformasional, komitmen organisasi, dan kinerja Abstract This study is purposed to identify the impact of creativity, emotional intelligence, transformational leadership, organizational commitment towards performance government employees in Central Java, Indonesia. Two-step approach to structural equation modeling was used to test the proposed model. The sample used in this study is 290 respondents. It was taken by applying proportional random sampling. There are several findings from this study: (1) the first hypothesis is accepted, which means that there is a significant and positive influence between creativity towards organizational commitment; (2) the second hypothesis is accepted indicating that there is a significant and positive influence between emotional intelligence towards organizational commitment; (3) the third hypothesis is accepted which shows that there is a significant and positive influence between transformational leadership towards organizational commitment; (4) the fourth hypothesis is accepted meaning that there is a significant and positive influence between creativity towards performance; (5) the fifth hypothesis is rejected ; (6) the sixth hypothesis is accepted, which means that there is a significant and positive influence between transformational leadership towards performance; and (7) the seventh hypothesis is accepted, which means that there is a significant and positive influence between organizational commitment towards performance. Keywords: creativity, emotional intelligence, transformational leadership, organizational commitment, and performance ISBN : 978-602-14119-2-6 87 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG PENDAHULUAN Latar Belakang Aparatur Sipil Negara adalah bagian dari aparat pemerintah yang mempunyai peranan menentukan terhadap jalannya roda pemerintahan, baik yang berada di tingkat pusat maupun di daerah. Aparatur Sipil Negara yang memiliki sifat profesionalisme dibutuhkan dalam rangka membantu pimpinan melancarkan jalannya penyelenggaraan di bidang pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Di sisi lain, masyarakat dan para pemangku kepentingan lain yang membutuhkan pelayanan dari organisasi pemerintahan saat ini semakin menuntut pelayanan prima, sama kualitasnya dengan pelayanan yang biasa mereka terima dari sektor bisnis (Islami, 2016). Status organisasi publik tidak dapat dijadikan alasan untuk memberikan pelayanan yang seadanya. Organisasi pemerintahan harus melakukan perubahan-perubahan yang menyeluruh agar dapat memberikan pelayanan prima atas pelayanan publik yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, dan organisasi publik juga harus dapat mengintegrasikan pelayanan publik yang prima ke dalam misi, tujuan, dan sasaran organisasinya. Dengan demikian pelayanan publik yang prima dipandang sebagai hal yang strategis yang akan mempengaruhi seluruh aspek kegiatan organisasi publik mulai dari aspek strategis sampai ke hal yang bersifat teknis operasional. Asimurti (2013) mengemukakan konsep pelayanan prima lebih difokuskan pada subyek pemberi pelayanan. Menurutnya pelayanan prima mengandung tiga aspek, yakni 1) kemampuan yang professional, 2) kemampuan yang teguh, 3) sikap yang ikhlas, tulus, senang membantu, menyelesaikan kepentingan, keluhan, memuaskan kebutuhan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Dalam rangka meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat, maka konsep-konsep Manajemen Sumberdaya 88 Manusia perlu diintegrasikan kepada setiap individu pemberi pelayanan agar memiliki kreativitas kerja yang tinggi. Rendahnya kinerja Aparatur Sipil Negara dalam memberikan pelayanan sering menjadi sorotan masyarakat, sehingga perlu dilaksanakan pengukuran terhadap kinerja sektor publik secara periodik. Mardiasmo (2013) memandang bahwa pengukuran terhadap kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja Pemerintah, pengalokasian sumberdaya dan pembuatan keputusan, dan mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Kinerja didefinisikan sebagai gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Kinerja sektor publik sangat erat kaitanya dengan kepuasan pelanggan (masyarakat). Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan sektor publik sering dijadikan sebagai indikator kinerja sektor publik tersebut. Kinerja karyawan merupakan hasil olah pikir dan tenaga dari seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dapat berujud, dilihat, dihitung jumlahnya, akan tetapi dalam banyak hal hasil olah pikiran dan tenaga tidak dapat dihitung dan dilihat, seperti ide-ide pemecahan suatu persoalan, inovasi baru suatu produk barang atau jasa, bisa juga merupakan penemuan atas prosedur kerja yang lebih efisien. Prestasi kerja para karyawan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi. Organisasi membutuhkan pimpinan yang dapat mengendalikan organisasi tersebut agar dapat mengelola sumber daya manusia dengan sebaikbaiknya. Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG tujuan organisasi. Kepemimpinan (leadership) dalam organisasi dapat menciptakan intregasi yang serasi dan mendorong gairah kerja pegawai untuk mencapai sasaran yang maksimal sehingga akan dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan (Husain, 2011). Kreativitas merupakan kemampuan yang penting untuk memecahkan masalah organisasi saat ini. Khorsidi et al. (2013) menyatakan dalam lingkungan bisnis saat ini, salah satu elemen penting untuk keberhasilan organisasi adalah kemampuan beradaptasi yang membutuhkan kreativitas dan inovasi. Demikian pula dengan organisasi pemerintahan yang seringkali bermasalah dalam birokrasi. Semangat reformasi birokrasi yang dibarengi dengan isu peningkatan kualitas pelayanan publik telah mendorong pengembangan konsep kreativitas birokrasi untuk mencapai kepuasan masyarakat. Aparatur birokrasi dituntut untuk mampu berpikir kreatif guna meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat. Keberhasilan birokrasi diukur dari tingkat kepuasan masyarakat selaku customer, terhadap pelayanan yang diberikan. Untuk mampu berpikir kreatif, seseorang pegawai harus mampu dan berani untuk mencoba, mau dan mampu mengasah, mengembangkan dan melatih kreativitasnya sehingga bisa berkembang maksimal atau hanya menjadikannya sebuah potensi yang tidak pernah tergali selamanya. Komitmen organisasional sangatlah penting keberadaannya dalam pengelolaan SDM untuk pencapaian tujuan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasional yang rendah akan memiliki semangat yang rendah dalam bekerja dan berkarya, cepat lelah, bosan, emosi tidak stabil serta memiliki tingkat absensi yang tinggi. Oleh karena itu peran pemimpin yang motivasional dan karismatik didukung dengan lingkungan kerja yang tidak membosankan sangat dibutuhkan untuk memberikan arahan, semangat, dan motivasi bagi para karyawan (Sina, 2013). Hasan (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah keinginan atau individu untuk menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Komitmen karyawan terhadap organisasi akan terbentuk apabila organisasi mampu memuaskan harapanharapan karyawan terhadap organisasi. Research Gap Beberapa penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan tranformasional, kreatifitas, motivasi terhadap kinerja karyawan memperlihatkan adanya perbedaan dalam kesimpulannya (Tabel 1). Tabel 1. Research Gap No Hubungan Variabel 1 Kreativitas dan kinerja karyawan 2 Kecerdasan emosional dan kinerja 3 Pengaruh Positif dan signifikan Tidak signifikan Positif dan signifikan Tidak signifikan Positif dan signifikan Tidak signifikan Kepemimpinan transformasional dan Kinerja karyawan Sumber : Data yang diolah, 2016 ISBN : 978-602-14119-2-6 Peneliti Sheiladevi et al. (2012), Farid A. et al (2015) Amanda Carolina Lakoy (2015) Sukmawati dan Nurjaya Gani (2014), Anis Choiriah (2013) Filliks Duwit (2015) Palgunanto (2010) Soegihartono (2012) 89 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS Kinerja Bernadin (1995) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama suatu periode waktu tertentu. Kinerja dalam hal ini menunjukkan hasil kerja yang dicapai seseorang setelah melakukan tugas pekerjaannya yang dibebankan oleh organisasi, sedang ukuran baik dan tidaknya hasil kerja dapat dilihat dari mutu atau kualitas yang dicapai pegawai sesuai dengan tuntutan organisasi. Menurut Jewel and Siegall (2004) kinerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk dan jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja mempunyai arti penting bagi pegawai, karena dengan adanya penilaian kinerja berarti karyawan mendapat perhatian dari atasannya. Selain itu akan menambah gairah dan semanat kerja bagi karyawan, karena dengan penilaian kinerja, pegawai yang berprestasi bisa dipromosikan, dikembangkan dan diberi penghargaan atas prestasi tersebut, sebaliknya karyawan yang tidak berprestasi akan didemosikan. Perlu diperhatikan, penilaian kinerja yang efektif dan adil berkelanjutan akan meningkatkan motivasi dan prestasi kerja pegawainya. Menurut Mahsun (2006) pengukuran kinerja Pemerintah Daerah harus mencakup pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Indikator Kinerja Pemda, meliputi indikator input, indikator proses, indikator output, indikator outcome, indikator benefit dan indikator impact. Lebih lanjut dikemukakan bahwa Critical Success Factors (faktor keberhasilan utama) sebagai suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area CSF ini menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada kondisi waktu tertentu. Suatu CSF dapat digunakan sebagai indikator kinerja atau masukan dalam menetapkan indikator kinerja. Identifikasi terhadap CSF dapat 90 dilakukan terhadap berbagai faktor misalnya, potensi yang dimiliki organisasi, kesempatan, keunggulan, tantangan, kapasitas sumber daya, dana, saranaprasarana, regulasi atau kebijakan organisasi, dan sebagainya. Untuk memperoleh CSF yang tepat dan relevan, CSF harus secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap organisasi mempunyai CSF yang berbeda-beda karena sangat tergantung pada unsur-unsur apa dari organisasi tersebut yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan Transformasional Rokhman dan Harsono (2002) dalam Susanty (2011) mendefinisikan kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang mampu memberi inspirasi bawahan untuk lebih mengutamakan kemajuan organisasi daripada kepentingan pribadi, memberi perhatian yang baik terhadap bawahan dan mampu merubah kesadaran bawahannya dalam melihat permasalahan lama dengan cara baru. Kepemimpinan transformasional akan membuat para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan dari mereka (Yulk, 2010). Yunita (2008) menyatakan kepemimpinan transformasional menciptakan visi organisasi yang dinamis sehingga menciptakan suatu inovasi. Gaya kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai satu set kemampuan pemimpin yang membolehkan mereka memberikan keperluan untuk melakukan perubahan, mencipta wawasan, komitmen terhadap wawasan, membimbing perubahan itu dan seterusnya melaksanakan perubahan dengan baik (Bass, 1985 dalam Rakhmawati, 2012). Menurut Robbins dan Judge (2011), pemimpin transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya. Mereka menaruh perhatian terhadap kebutuhan pengembangan diri para pengikutnya, mengubah kesadaran para pengikut atas isu-isu yang ada dengan cara membantu orang lain memandang masalah lama dengan cara yang baru, serta mampu menyenangkan hati dan menginspirasi para pengikutnya untuk bekerja keras guna mencapai tujuan-tujuan bersama. Rivai dan Mulyadi (2012) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dengan apa yang sesungguhnya diharapkan bawahan itu dengan meningkatkan nilai tugas, dengan mendorong bawahan mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan organisasi yang dibarengi dengan menaikkan tingkat kebutuhan bawahan ke tingkat yang lebih baik Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan transformasional adalah suatu tindakan atau aktivitas yang secara sengaja mempengaruhi orang lain, untuk secara bersama-sama mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sebagai seorang pemimpin harus mampu menginterpretasikan kebutuhan yang ada dalam diri pengikutnya dan diri sendiri ke dalam tindakan. Para pemimpin transformasional yang sesungguhnya yakni ketika mereka memberikan kesadaran tentang apa itu benar, baik, indah, ketika mereka membantu meninggikan kebutuhan dari para bawahan dalam mencapai apa yang diinginkan dan dalam mencapai aktualisasi, para pemimpin membantu dalam mencapai tingkat kedewasaan moral yang lebih tinggi, dan ketika para pemimpin itu mampu menggerakkan para bawahannya untuk melepaskan kepentingan diri mereka sendiri untuk ISBN : 978-602-14119-2-6 kebaikan group, organisasi, masyarakat (Sopiah, 2010). maupun Hughes et al. (2012) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional memiliki visi, keahlian retorika, dan pengelolaan kesan yang baik dan menggunakannya untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya. Pemimpin transformasional diyakini lebih berhasil dalam mendorong perubahan organisasi karena tergugahnya emosi pengikut serta kesediaan mereka untuk bekerja mewujudkan visi sang pemimpin. Sementara itu, pemimpin transaksional tidak memiliki sifat pemimpin tadi, maupun mampu mengembangkan ikatan emosi yang kuat dengan pengikutnya ataupun menginspirasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang mereka pikir bisa. Pemimpin transaksional diyakini memotivasi pengikut dengan cara menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan bagi kinerja yang baik. Kepemimpinan transaksional hanya melanggengkan status quo, penggunaan imbalan oleh pemimpin tidak menghasilkan perubahan jangka panjang seperti pada kepemimpinan transformasional. Luthans (2010) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional lebih sering memakai taktik legitimasi dan melahirkan tingkat identifikasi dan internalisasi yang lebih tinggi, memiliki kinerja yang lebih baik, dan mengembangkan pengikutnya. Menurut Robbins dan Judge (2011), kepemimpinan transformasional lebih unggul daripada kepemimpinan transaksional, dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang melampaui apa yang bisa dicapai kalau pemimpin hanya menerapkan pendekatan transaksional. Menurut Robbins dan Judge (2011), terdapat empat komponen kepemimpinan transformasional, yaitu: 1) Idealized Influence, 2) Inspirational Motivation,3) Intellectual Stimulation, 4) Individualized Consideration. 91 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG Kreativitas Kreativitas adalah suatu proses mental yang melibatkan mumculnya gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan atau konsep yang telah ada. Pada umumnya kreativitas muncul karena seseorang dihadapkan pada permasalahan. Semakin banyak permasalahan yang dihadapi, semakin tinggi tuntutan hal ini akan memunculkan ide ide maupun kreativitas dalam penanganan masalah maupun pencegahannya. Kreativitas sangat dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan atau tugas-tugas tertentu. Amabile (2012) menyatakan bahwa “creative is significanly related to employee perceptions of supervisory encouragement. Here manager or supervisors value their employees’s performance and confidence level in the work group by giving encouragement of creativity accordingly (kreativitas secara signifikan terkait dengan persepsi karyawan terhadap dorongan pengawasan. Disini manajer atau supervisor menilai kinerja dan tingkat kepercayaan diri karyawan dalam kelompok kerja dengan memberikan dorongan kreativitas yang sesuai. Baron (2012) mengemukakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitupula menurut Haefele (2012) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Kreativitas menurut Ghufron (2011) adalah prestasi istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan bahan, informasi data, atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Dari berbagai definisi di atas kreativitas dapat diartikan sebagai sebuah proses pemikiran untuk menemukan sesuatu hal yang baru (baik berupa penciptaan produk yang baru, 92 penemuan gagasan baru ataupun membuat kombinasi baru dari substansi/unsur yang telah ada sebelumnya) sebagai solusi atas permasalahan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Kreativitas tidak pernah terlepas dari pola berfikir kreatif, Wallace (2010) menjelaskan bahwa proses kreatif meliputi empat tahapan yaitu :1) Tahap persiapan, sesorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data/informasi, mempelajari pola berfikir dari orang lain, dan bertanya dari orang lain ; 2) Tahap inkubasi, pada tahap ini seseorang melakukan penghentian proses pengumpulan informasi, dalam arti individu melepaskan diri untuk sementara masalah yang dialami. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara sadar tetapi memikirkanya dalam alam bawah sadar ; 3) Tahap iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya insight atau ahaerlebnis yaitu saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru; 4)Tahap verifikasi, pada tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru terhadap realitas. Pada tahap ini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen karena proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses konvergensi (pemikiran kritis). Menurut Stenberg (1999) kreativitas seseorang muncul dari tiga atribut psikologis yang umum dijumpai antara lain intelegensi atau gaya kognitif, kepribadian dan motivasi. Atribut psikologis tersebut secara langsung membentuk aspek-aspek kreativitas antara lain: 1) Aspek pribadi, pada aspek ini muncul dengan adanya interaksi yang dianggap unik dalam lingkungannya. Berdasar lingkungan itulah seseorang mengembangkan kreativitas ; 2) Aspek pendorong, muncul sebagai pendorong kreativitas untuk mewujudkan upaya mendorong sisi internal dan eksternal dari lingkungan; 3) Aspek proses, merupakan aspek wujud dari proses dan pengamatan adanya masalah, sehingga berdampak muncul dugaan mengenai kurangnya data permasalahan, menilai serta menguji dugaan sementara atau ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG hipotesis yang didapat; 4) Aspek Produk, pada aspek ini lebih menekankan pada apa yang dihasilkan dari aspek proses. Indikator yang digunakan untuk mengukur kreativitas diungkapkan oleh beberapa ahli diantaranya adalah Counny Semiawan dkk (2010) yang meninjau kreativitas dari sudut kepribadian, dimana kepribadian seseorang dikatakan kreatif apabila : 1) dorongan ingin tahunya besar ; 2) sering mengajukan pertanyaan; 3) bebas dalam menyatakan pendapat; 4) dapat bekerja sendiri; 5) orisinalitas; 6) senang mencoba hal-hal yang baru. Pendapat lain dikemukakan oleh David Compbell (2010) yang menyatakan bahwa orang-orang kreatif mermiliki ciri ciri sebagai berikut : 1) Kelincahan berfikir (berfikir dari segala arah)/convergence thingking. Kelincahan mental adalah kemampuan untuk bermain dengan ide-ide, gagasan, konsep, lambang, kata-kata, angka, dan melihat hubungan yang tidak biasa diantar ide-ide tersebut; 2) Fleksibilitas, yaitu tidak terpaksa pada suatu pandangan, satu sisi melainkan mampu mengajukan berbagai jalan dan pandangan alternatif dalam menghadapi masalah ; 3) Orisinalitas/kebaruan ; 4) Menyukai kompleksitas. Torence (2003) menyatakan bahwa orang yang kreatif bisa diukur dengan halhal sebagai berikut : 1) Kepiawaian, yaitu kemampuan memunculkan banyak ide yang beragam, dengan kata lain seberapa banyak ide yang dihasilkan secara keseluruhan yang menunjukan kreativitas seseorang ; 2) Keluasan, yaitu kemampuan memunculkan ide dalam beberapa kategori (alternaif jawaban atau solusi suatu masalah); 3) Keorisinilan, yaitu kemampuan memunculkan ide yang unik dan aneh (bersifat baru, bukan meniru); 4) Pengembangan, yaitu kemampuan memperluas ide atau gagasan menjadi kenyataan, tindakan atau aksi-aksi kongkret dan tepat guna. ISBN : 978-602-14119-2-6 Kecerdasan Emosional Istilah Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) mengandung dua suku kata yaitu emosi dan kecerdasan. Kecerdasan secara harfiah dapat diartikan sebagai tingkat kecermelangan seseorang. Sedangkan emosi merupakan suaatu gejala multidimensional sebagai unjuk dari tingkat perasaan yang subyektif. Emosi juga diartikan sebagai respon biologis dan psikologis yang menggerakan badan kita pada suatu reaksi tertentu. Carmichael (2005) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah proses spesifik dari kecerdasan informasi yang meliputi kemampuan untuk memunculkan dan mengapresiasikan emosi diri sendiri kepada orang lain, pengaturan emosi (controlling) serta penggunaan emosi untuk mencapai tujuan. Menurut Prati, et. al (2003) kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk membaca dan memahami orang lain, dan kemampuan untuk menggunakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui pengaturan dan penggunaan emosi. Menurut Goleman (2007) menyatakan bahwa emosi merupakan suatu kondisi mental yang melibatkan aspek biologis, psikologis, maupun kecenderungan untuk bertindak. Oleh karena itu, emosi akan berpengaruh terhadap pikiran dan tindakan individu. Kecerdasan emosi menyumbang 80 % dari faktor penentu kesuksesan seseorang, sedangkan 20 % yang lain ditentukan oleh kecerdasan intelektual. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah tingkat kecermelangan seseorang untuk menggunakan perasaanya untuk merespon keadaan perasaan diri sendiri maupun dalam menghadapi lingkungannya. Kecerdasan emosional yang tinggi dapat membantu seorang pegawai memiliki kesadaran diri, manajemen diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial yang baik. Bagi pegawai tertentu, situasi kerja yang berubah-ubah dapat mempengaruhi emosi pegawai, sehingga 93 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG mereka kurang bisa mengendalikan emosinya saat berhadapan dengan rekan kerja dan juga masyarakat. Segal (2001) mengatakan bahwa ruang lingkup kecerdasan emosional adalah hubungan pribadi dan hubungan sosial. Hubungan pribadi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan mengendalikan diri pribadinya pada kondisi tertentu. Hubungan sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan memahami orang lain seperti: suasana hati, temprament, motivasi, dan ketrampilan orang lain juga termasuk keahlian membentuk menjalin kerjasama, menempatkan diri dalam kelompok baik sebagai anggota maupun pemimpin. Bitsc (2008) mengemukakan ada 7 variabel yang termasuk dalam kecerdasan emosional yaitu : 1) Intrapersonal skill atau keterampilan mengendalikan diri sendiri; 2) Interpersonal skil latau ketrampilan berinteraksi dengan orang lain; 3) Asertive atau memiliki ketegasan; 4) Contentmen in life atau kepuasan dalam hidup 5); Reselience atau ketahanan terhadap perubahan lingkungan atau situasi yang tidak kondusif ; 6) Self-esteem atau penghargaan diri; 7) Self actualization atau aktualisasi diri. Menurut Dann (2002) kompetensi pengendalian diri adalah sebagai berikut: 1) Berhenti menuruti hal-hal yang menghasilkan perilaku-perilaku yang tidak produktif; 2) Tetap tenang, berfikir positif dan tidak bingung bahkan pada saat keadaan sangat sulit; 3) Mengelola emosi yang menyusahkan dan mengurangi kecemasan pada saat mengalami emosi tersebut; 4) Stabil, berfikir tenang yaitu tetap terfokus meskipun dibawah tekanan sekalipun. Goleman (2007) menyatakan kecerdasan emosional terdiri dari 5 indikator yaitu : 1) Self awareness (kesadaran diri). Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengenal emosi pada waktu emosi itu terjadi. Kesadaran diri berarti waspada terhadap suasana hati atau pikiran atau 94 tidak hanyut dalam emosi. Orang yang dapat mengenali emosi atau kesadaran diri terhadap emosi tidak buta terhadap emosiemosinya sendiri, termasuk dapat memberikan label setiap emosi yang dirasakan secara tepat. Mengenali emosi atau kesadaran diri terhadap emosi ini merupakan dasar kecerdasan emosi. 2) Self Regulation (pengaturan/pengendalian diri). Seseorang yang dapat mengatur diri mereka dapat pula mengelola dan mengekspresikan emosi. 3) Self Motivation (motivasi diri). Menata emosi merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan motivasi diri untuk berkreasi. Orang yang mampu mengendalikan emosi merupakan landasan keberhasilan dalam segala hal. Orang yang mempunyai motivasi diri cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan ; 4) Emphaty (empati). Empati adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Orang yang memiliki empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan hal-hal yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain; 5) Social skill (ketrampilan sosial). Orang yang mampu melakukan hubungan sosial merupakan orang yang cerdas emosi. Orang yang cerdas emosi akan mampu menjalin hubungan dengan orang lain, mereka dapat menikmati persahabatan dengan tulus. Ketulusan memerlukan kesadaran diri dan ungkapan emosional sehingga pada saat berbicara dengan seseorang kita dapat mengungkapkan perasaan-perasaan secara terbuka termasuk gangguan-gangguan apapun yang merintangi kemampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka. Komitmen Organisasional Menurut Jewell dan Siegall (2004) komitmen organisasional adalah suatu keadaan atau derajat sejauh mana seseorang pegawai memihak pada suatu ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG organisasi tertentu dengan tujuantujuannya serta memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Permasalahan komitmen organisasi disebabkan karena adanya oknum pegawai yang tidak komitmen terhadap tugas dan tanggungjawabnya sehingga dapat mengganggu pencapaian tujuan organisasi. Hal tersebut biasanya disebabkan kompensasi yang diterima pegawai dirasa belum optimal karena tidak sebanding dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan pegawai kepada organisasi. Permasalahan budaya organisasi terutama terkait dengan nilai-nilai yang diterapkan di dalam organisasi terkadang tidak sejalan dengan keinginan pegawai, misalnya dalam melakukan penempatan pada posisi jabatan tertentu terkadang tidak menggunakan prinsip the right man on the right place sehingga berdampak pada efektivitas kerja pegawai yang terganggu. Robbins (2006) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu. Hal ini berdampak ketika seorang karyawan sedang menghadapi kondisi akan suatu pilihan di lingkungan eksternal, karyawan tersebut akan cenderung berpola pikir seperti perusahaan tempat dia bekerja dan secara implisit akan menunjukkan keberpihakannya atas keunggulan – keunggulan perusahaan tempat dia bekerja. Implikasi lainnya adalah seorang karyawan akan merasa memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan perusahaannya dan dapat dilakukan dengan pengembangan kapasitas orang yang berada pada subordinatnya. Liou (2008) berpendapat bahwa: “organizational commitment reflects one’s persistence in making sacrifice to the good of the organization, and it indicates the person’s preoccupation with the organization, as evidenced by the person’s ISBN : 978-602-14119-2-6 devotion of personal time to organizational activities”. Komitmen organisasi mencerminkan ketekunan seseorang dalam membuat pengorbanan kepada kebaikan organisasi, dan menunjukkan kesenangan orang tersebut dengan organisasi, yang dibuktikan dengan pengabdian waktu pribadi seseorang untuk kegiatan organisasi. Komitmen organisasi dapat membuat karyawan atau anggota organisasi mengorbankan jiwa, raga, waktu, pikiran dan materi demi kesuksesan pencapaian tujuan organisasi. Perusahaan atau organisasi akan mendapat keuntungan baik dalam bentuk moril maupun materil disebabkan pengorbanan yang diberikan oleh karyawan atau anggota organisasi tersebut. Oleh karena itu betapa pentingnya perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan komitmen organisasi pada karyawan untuk mendapatkan multi benefit yang berdampak langsung maupun jangka panjang bagi perusahaan. Berdasarkan model penelitian pada Gambar 1, pengembangan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional. 2.`Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional. 3. Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap komitmen organsasional. 4. Kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja. 5. Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja. 6. Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja. 7. Komitmen organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Aparatur Sipil Negara. Semakin meningkat komitmen organisasional yang dimiliki, maka semakin tinggi kinerja Aparatur Sipil Negara. 95 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG Kreativitas (X1) H4 H1 Kecerdasan emosional (X2) Komitmen organisasional (Y1) H2 H3 H7 Kinerja (Y2) H5 H6 Kepemimpinan Transformasional (X3) Gambar 1. Model Penelitian METODE PENELITIAN Definisi Operasional Kreativitas Pengukuran variabel kreativitas dengan menggunakan indikator: tertarik pada kegiatan kreatif, terbuka terhadap pengalaman baru, kaya akan inisiatif, memiliki gagasan yang orisional, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Kecerdasan emosional Pengukuran variabel kecerdasan emosional mengunakan indikator: kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan ketrampilan sosial. Kepemimpinan Transformasional Pengukuran variabel kepemimpinan transformasional mengunakan indikator: idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, individual consideration. Komitmen organisasional Pengukuran komitmen relasional dengan menggunakan indikator: tetap bekerja di lembaga, memelihara hubungan 96 baik untuk jangka waktu yang tidak terbatas, kesetiaan yang tinggi pada lembaga, merasa memiliki terikat dengan lembaga, membanggakan lembaga. Kinerja Pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator: ketepatan pelaksanaan tugas, kualitas pelaksanaan tugas, ketrampilan pegawai dalam melaksanakan tugas, hasil kerja pegawai sesuai target, alur kerja yang efektif dan efisien. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk Explonatory research, yakni penelitian yang menyoroti hubungan antara variabelvariabel penelitian dan menguji hipotesa yang dirumuskan sebelumnya (Singarimbun, 2000). Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 290 orang Aparatur Sipil Nasional Kabupaten Banyumas, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Blora, Kabupaten Demak, dan Kota Semarang. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah purposive sampling. ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG Penilaian Kesesuaian Data – Model Pengujian model dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan two step approach. Dalam Two-Step Approach to SEM, model pengukuran (measurement model) terlebih dahulu dirumuskan dan dievaluasi secara terpisah dan kemudian di tetapkan pada langkah kedua ketika model struktural diestimasi (Hair et al., 1998). Pengujian terhadap model pengukuran memungkinkan pendugaan yang komprehensif terhadap validitas konstruk dimana validitas convergent dapat diestimasi melalui penentuan apakah muatan faktor masing-masing item pada suatu konstruk yang mendasarinya adalah signifikan pada taraf signifikansi yang ditetapkan (Purwanto, 2002). Penilaian data-model fit didasarkan pada banyak indeks, yang dipilih dari: (a) X2 chi square statistic, (b) CMIN/DF (Normed Chisquare), (c) GFI (Goodness of Fit Index), (d) AGFI – Adjusted Goodness of Fit Index, (e) NFI (Normed Fit Index), (f) TLI (Tucker-Lewis Index) (g) CFI (Comparative Fit Index), (h) RMR (The Root Mean Square Residual), (i) RMSEA (The Root Mean Square of Approximation) Pengujian Hipotesis Hipotesis yang merepresentasikan pengaruh langsung suatu konstruk terhadap konstruk lain diuji dengan memeriksa apakah koefisien path (regression weights estimate) signifikan pada taraf signifikansi tertentu. Setiap hipotesis diuji dengan membandingkan nilai critical ratio (CR) dan nilai t-tabel pada degree of freedom (df) tertentu. Apabila nilai CR lebih besar dari pada nilai t-tabel pada df tertentu maka hubungan variabel yang diuji dapat dinyatakan signifikan pada level probabilitas tertentu. Selain itu bisa juga dilihat dari tingkat probabilitasnya jika p < 0,05 hipotesis ditolak, dan jika p >0,05 hipotesis diterima. ISBN : 978-602-14119-2-6 HASIL PENELITIAN Uji Validitas Uji Validitas pada penelitan ini menggunakan teknik analisis faktor. Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah matrik harus memiliki korelasi yang cukup. Indikator yang valid harus memiliki nilai loading factor >0.40. Pada pengujian analisis faktor menghasilkan nilai faktor loading tiap-tiap indikator pada masing-masing konstruk memiliki nilai yang lebih besar dari angka 0,40 sehingga disimpulkan bahwa semua indikator pertanyaan berstatus valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas (reliability) dilakukan untuk mngetahui apakah alat ukur yang digunakan dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. Uji reliabilitas dalam SEM diperoleh melalui rumus (Ferdinand, 2006): Berdasarkan hasil pada Tabel 2 dapat terlihat bahwa semua nilai construct reliability lebih besar dari 0,7. Hal ini menandakan bahwa semua konstruk penelitian berstatus reliabel. Evaluasi Outliers Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasiobservasi yang lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel-variabel kombinasi. Adapun outliers dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers (Hair et al., 1995). Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan karena walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate tetapi observasi-observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah dikombinasikan. Jarak 97 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG Mahalonobis (The Mahalonobis distance) untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Ferdinand, 2005). Untuk menghitung mahalanobis distance berdasarkan nilai chi square pada derajat bebas sebesar 20 (indikator variabel) pada tingkat P < 0,001 adalah 51,80 (berdasarkan tabel distribusi Chi Square). Maka untuk semua kasus yang mempunyai nilai mahalanobis distance yang lebih besar dari 51,80 dari model yang diajukan dalam penelitian ini merupakan multivariate outliers. Pengujian Kelayakan Model Dari hasil perhitungan Structural Equation Modeling, maka model dalam penelitian ini dapat diterima. Seperti disajikan dalam Tabel 3, hasil pengukuran telah memenuhi kriteria goodness-of-fit. Uji Hipotesis Dan Pembahasan Berdasarkan model fit ini dilakukan pengujian pada 7 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang hasil perhitungannya disajikan dalam Tabel 4. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa dari tujuh hipotesis yang diajukan enam memperoleh dukungan, dan satu ditolak. Hipotesis 1: Kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional diterima. Jika dilihat nilai Critical Ratio (CR) sebesar 4,510 berarti nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 3,00 dengan tingkat probabilitas sebesar 0, 018 < 0,05 dengan nilai beta 0,612 sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organsasional diterima, dan menolak hipotesis nol. Hal ini berarti semakin meningkat kreativitas yang dimiliki seorang Aparatur Sipil Nasional, maka dapat meningkatkan komitmen yang 98 bersangkutan terhadap lembaga di mana dia bekerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Wangsa Dinata (2010), dan tidak mendukung penelitian Aprilia Sari (2002). Implikasi manajerial: kreativitas adalah suatu proses mental yang melibatkan mumculnya gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan atau konsep yang telah ada. Pada umumnya kreativitas muncul karena seseorang dihadapkan pada permasalahan. Semakin banyak permasalahan yang dihadapi, semakin tinggi tuntutan hal ini akan memunculkan ide-ide maupun kreativitas dalam penanganan masalah maupun pencegahannya. Untuk bisa memunculkan kreativitas ini diperlukan suasana yang nyaman yang hanya bisa terpenuhi jika seorang aparatur sipil negara memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya. Untuk meningkatkan komitmen organisasional dari aparaturnya perlu diupayakan secara terus menerus : 1) adanya kegiatan kreatif yang diselenggarakan oleh lembaga dengan melibatkan seluruh anggota organisasi, 2) memberi kesempatan kepada anggota organisasi untuk memperoleh pengalaman baru, 3) memberi kesempatan kepada anggota organisasi untuk menyampaikan inisiatif sendiri dalam melaksankan tugas, 4) gagasan orisinil dari anggota organisasi dihargai secara layak, 5) atasan memberi motivasi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas untuk tetap teguh dengan keyakinannya. Hipotesis 2 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional diterima. Dengan menunjuk pada t nilai Critical Ratio (CR) sebesar 5,241 menunjukkan nilai tersebut jauh di atas nilai t-tabel 3,00 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai beta 0,459 sehingga hipotesis alternatif (Ha) ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional diterima, dan menolak hopotesis nol. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional yang ada pada diri seorang Aparatur Sipil Nasional maka semakin meningkat pula komitmen organisasional dari yang bersangkutan terhadap lembaga/organisasi pemerintah tempat bekerjanya. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Troena, et al (2012) dan Ni Luh PN, at al (2015), namun tidak mendukung penelitian Ida NH, et al (2013). Implikasi manajerial: ruang lingkup kecerdasan emosional adalah hubungan pribadi dan hubungan sosial. Hubungan pribadi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan mengendalikan diri pribadinya pada kondisi tertentu. Hubungan sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan memahami orang lain seperti : suasana hati, temperamen, motivasi, dan ketrampilan orang lain juga termasuk keahlian membentuk menjalin kerjasama, menempatkan diri dalam kelompok baik sebagai anggota maupun pemimpin. Dengan demikian semakin tinggi seorang aparatur lembaga pemerintah mampu mengendalikan emosi, semakin luas pandangan dan cakrawala berfikir yang pada akhirnya emakin tinggi komitmen terhadap organisasinya. Untuk meningkatkan komitmen oraganisasional terhadap lembaga/ organisasi pemerintah maka perlu diupayakan kegiatan yang dapat menyentuh pribadi seorang Aparatur Sipil Nasional. Suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran diri, pengendalian diri, memotivasi diri, meningkatkan empati, dan ketrampilan sosial. Misalnya kegiatan pelatihan yang lebih intensif sehingga dapat menyentuh dan mengekploitasi diri seseorang. ISBN : 978-602-14119-2-6 Hipotesis 3 : Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional diterima. Dengan menunjuk pada t nilai Critical Ratio (CR) sebesar 4,523 menunjukkan nilai tersebut jauh di atas nilai t-tabel 3,00 dan nilai probabilitas sebesar 0,017 < 0,05 dengan nilai beta 0,514 sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional diterima, dan menolak hopotesis nol. Hal ini berarti semakin baik tingkat penerapan kepemimpinan transformasional pada lembaga/organisasi pemerintah maka semakin meningkat pula komitmen organisasional dari Aparatur Sipil Nasional terhadap lembaga/ organisasi pemerintah tempat bekerjanya. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Rakhmawati, et al (2014); Rahmi, (2013) ; Aries, et al (2011). Implikasi manajerial: komitmen organisasional dapat diartikan sebagai kekuatan relatif dari identifikasi individu dan keterlibatan dalam organisasi khusus, meliputi kepercayaan, dukungan terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan keinginan yang kuat untuk menggunakan upaya yang sungguh sungguh untuk kepentingan organisasi, dan kemauan yang kuat untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi. Sementara pemimpin transformasional adalah kepemimpinan yang dapat memberikan kesadaran tentang apa itu benar, baik, indah, ketika mereka membantu meninggikan kebutuhan dari para bawahan dalam mencapai apa yang diinginkan dan dalam mencapai aktualisasi, para pemimpin membantu dalam mencapai tingkat kedewasaan moral yang lebih tinggi, dan ketika para pemimpin itu mampu menggerakkan para bawahannya untuk melepaskan kepentingan diri mereka sendiri untuk kebaikan group, organisasi, maupun masyarakat. Dengan demikian jika kepemimpinan transformasional berhasil diterapkan maka sangat logis jika komitmen organisasional anggota 99 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG organisasi/lembaga pemerintah semakin menguat. Hipotesis 4 : Kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja diterima. Dengan melihat nilai Critical Ratio (CR) sebesar 5,615 menunjukkan nilai tersebut di atas nilai t-tabel 3,00 dan nilai probabilitas sebesar 0,014 < 0,05 dengan nilai beta 0,752 sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja diterima, dan menolak hopotesis nol. Hal ini berarti adanya kreativitas yang tinggi dari Aparat Sipil Nasional maka dapat meningkatkan kinerja Aparat Sipil Nasional. Hal ini dapat difahami karena seorang yang bekerja pada instansi pemerintah sebagian besar adalah kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan kreativitas. Sifat pekerjaan ataupun sifat masyarakat yang dilayani tidak jarang memerlukan kreativitas yang tinggi agar tujuan pelayanan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Alisyahbana F, at al (2015); Dhiatmika, at al (2013) dan Sivelingam, at al (2012), namun tidak mendukung penelitian Lakoy (2015) yang menyimpulkan bahwa kreativitas pegawai tidak mempunyai signifikan terhadap kinerja. Implikasi manajerial: hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kreativitas yang dilakukan oleh Aparat Sipil Nasional sangat berperan dalam pencapaian kinerja yang optimal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa upaya untuk mencapai kinerja yang optmal, dapat diwujudkan dengan selalu memperhatikan dan meningkatkan kreativitas aparat dalam kegaiatan layanan kepada masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah yang berujung pada kegiatan kreatif Aparat Sipil Nasional. Kegiatan yang dapat membuka fikiran individu karena memperoleh pengalaman 100 baru. Seorang pegawai diberi wadah untuk mengeluarkan inisiatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Mereka merasa ada wahana yang tersedia untuk menyampaikan gagasan yang orisional. Hipotesis 5: Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3 dapat diketahui nilai Critical Ratio (CR) sebesar 2,406 menunjukkan nilai tersebut lebih rendah dari nilai t-tabel 3,00 dan nilai probabilitas sebesar 0,062 > 0,05 dengan nilai beta 0,223 sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen relasional ditolak, dan menerima hopotesis nol. Hal ini berarti tingkat kecerdasan emosional bukan merupakan variabel yang dapat meningkatkan kinerja Aparat Sipil Nasional. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Filliks D (2015), namun tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Choiriah A (2013); Gani N., at al (2014); Iskandar (2015) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Implikasi manajerial: kemungkinan yang terjadi adalah diselenggarakannya suatu kegiatan oleh lembaga/instansi pemerintah, misalnya pelatihan atau workshop yang bertujuan untuk dapat meningkatkan kesadaran diri, pengendalian diri, memotivasi diri, meningkatkan empati, dan ketrampilan sosial dari aparat Sipil Nasional tidak mencapai tujuannya. Oleh karenanya perlu adanya suatu evaluasi menyeluruh apakah kegiatan yang telah dilakukan benar-benar gagal atau setengah gagal sehingga kurang memberi pengaruh baik terhadap individu Aparat Sipil Nasional dan pada gilirannya tidak mampu meningkatkan kinerja mereka. ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG Hipotesis 6 : Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja diterima. Dengan menunjuk pada t nilai Critical Ratio (CR) sebesar 4,829 menunjukkan nilai tersebut jauh di atas nilai t-tabel 3,00 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai beta 0,476 sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja diterima, dan menolak hopotesis nol. Hal ini berarti semakin baik tingkat penerapan kepemimpinan transformasional pada lembaga/organisasi pemerintah maka semakin meningkat pula kinerja dari Aparatur Sipil Nasional. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Palgunanto, (2010); Rahmi, (2013); Aries, at al (2011). Implikasi manajerial: pemimpin transformasional memiliki visi, keahlian retorika, dan pengelolaan kesan yang baik dan menggunakannya untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya. Pemimpin transformasional dapat lebih berhasil dalam mendorong perubahan organisasi karena tergugahnya emosi pengikut serta kesediaan mereka untuk bekerja mewujudkan visi sang pemimpin. Oleh karenanya penerapan kepemimpinan transformasional yang berhasil dalam suatu lembaga pemerintah akan mampu mengoptimalkan kinerja anggota organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat terwujud jika perilaku pemimpin mampu: 1) memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga, serta mendapatkan respek dan kepercayaan bawahan; 2) mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menyampaikan visi bersama secara menarik dengan menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan upaya bawahan, dan menginspirasi bawahan untuk mencapai tujuan yang menghasilkan kemajuan penting bagi organisasi; 3) meningkatkan kecerdasan bawahan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi mereka, meningkatkan rasionalitas, dan pemecahan masalah secara cermat; 4) ISBN : 978-602-14119-2-6 memberikan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing bawahan secara individual sebagai seorang individu dengan kebutuhan, kemampuan, dan aspirasi yang berbeda, serta melatih dan memberikan saran. Hipotesis 7 : Komitmen organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja diterima. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3 dapat diketahui nilai Critical Ratio (CR) sebesar 6,189 menunjukkan nilai tersebut lebih tinggi dari nilai t-tabel 3,00 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai beta 0,665 sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerj diterima, dan menolak hopotesis nol. Hal ini berarti adanya komitmen organisasional yang meningkat dapat meningkatkan kinerja Aparat Sipil Nasional. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Soegihartono (2012); Mechanic (2014); Dost, at al (2011), namun hasil penelitian ini tidak mendukung Hudiwinarsih, et al (2012); Pandaleke (2015) yang menyimpulkan bahwa komitmen organisasional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Implikasi manajerial: komitmen organisasional sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginan untuk mempertahankan dalam organisasi tersebut. Komitmen organisasi dapat mempengaruhi kinerja pegawai karena komitmen organisasi dapat menciptakan suatu tingkat dorongan yang luar biasa dalam diri pegawai. Nilai-nilai dan perilaku yang dianut bersama membuat pegawai merasa nyaman dalam bekerja untuk organisasi. Komitmen organisasi yang tinggi membuat pegawai berusaha lebih keras untuk mengoptimalkan kinerja. Kinerja yang optimal dapat dicapai jika setiap aparatur berkomitmen untuk tetap bekerja di lembaga pemerintah tempat bekerja, berupaya untuk 101 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG memelihara hubungan baik untuk jangka waktu yang tidak terbatas, memiliki kesetiaan yang tinggi pada lembaga, merasa memiliki dan terikat dengan lembaga, dengan sukarela selalu membanggakan lembaga tempat bekerja. Tabel 2. Uji Reliabilitas Data Jumlah Jumlah Variabel Standart Loading Standart Error Kreativitas 3,654 0,901 Kecerdasan emosional 3,921 0,895 Kepemimpinan Transformasional 4,573 1,125 Komitmen Organisasional 4,218 1,042 Kinerja 4,012 0,746 Sumber : Data primer yang diolah Reliability 0,921 0,898 0,875 0,917 0,934 Tabel 3. Indeks Pengujian Kelayakan Structural Equation Modelling No Goodness of Cut of Hasil Evaluasi fit index value Analisis model 2 1 χ - Chi-Square < 109,77 98,97 Baik 2 Significancy Probability 0,068 Baik 0,05 3 CMIN/DF 1,896 Baik 2,00 4 GFI 0,931 Baik 0,90 5 AGFI 0,915 Baik 0,90 6 TLI 0,972 Baik 0,95 7 CFI 0,964 Baik 0,95 8 RMSEA 0,066 Baik 0,08 Sumber : Data primer yang diolah Tabel 4. Regression Weight Standardized Structural Equation Model Estimate S.E. C.R. P Komitmen org. <--- Kreativitas ,621 ,08 4,510 ,018 Komitmen org. <--- Kecerdasan emosional ,459 3 5,241 *** ,12 Komitmen org. <--- Kepemimpinan Trans. ,514 ,59 4 4,523 ,017 Kinerja <--- Kreativitas ,752 ,44 8 5,615 ,014 Kinerja <--- Kecerdasan emosional ,223 1,89 8 2,406 ,062 Kinerja <--- Kepemimpinan Trans. ,476 ,39 4,829 *** Kinerja <--- Komitmen ,665 ,20 3 6,189 *** Sumber : Data primer yang diolah organisasional 3 PENUTUP Simpulan Hasil pengujian tujuh hipotesis menunjukan enam hipotesis yang diajukan dapat diterima, dan satu hipotesis ditolak yaitu: 1. Kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional, diterima. 102 Label par_1 par_21 par_6 par_2 par_33 par_12 par_4 2. Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional, diterima. 3. Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap komitmen organisasional, diterima. 4. Kreativitas berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, diterima. 5. Kecerdasan emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, ditolak. ISBN : 978-602-14119-2-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG 6. Kepemimpinan Transformasional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, diterima. 7. Komitmen organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, diterima DAFTAR PUSTAKA Asgari, A., Silong, A.D., Ahmad, A., and Samah, B.A. (2008). The Relationship between Transformational Leadership Behaviors, Organizational Justice, LedaerMember Exchange, Perceived Organizational Support, Trust in Management and Organizational Citizenship Behaviors, European Journal of Scientific Research, 23(2), 227-242. Brahmasari, I. A. dan Suprayetno,A. (2008). “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 10(2), 124 – 151. Carrel, M. R., Elbert, N. F., & Hatfield, R. D. (1995). Human resource management: global strategies for managing a diverse workforce. Prentice Hall. Cavazotte, F., Moreno, V., & Hickmann, M. (2012). Effects of leader intelligence, personality and emotional intelligence on transformational leadership and managerial performance, The Leadership Quarterly, 23, 443-455. Davis, K. & Werther W.B. (1996). Human Resources and personal Management, Third Edition, McGraw Hill International Edition. ISBN : 978-602-14119-2-6 Dewi, K.S. (2013). Pengaruh Gaya KepemimpinanTransformasional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Dan Komitmen Organisasi Pada PT. KPM. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan, 7(2). Ferdinand, A. (2006). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. (2005). Analisis Multivariate SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hasan, L. (2012). Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Disiplin Terhadap Komitmen Organisasi Pegawai Dinas Perindustrian Perdangan Pertambangan Dan Energi Kota Padang. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 3 (1), 57-92. Meyer, J.P., Becker, T.E., & Vandenberghe, C. (2004). Employee commitment and motivation: a conceptual analysis and integrative model. Journal of applied psychology, 89(6), 991. Palgunanto. (2010). Kinerja Karyawan Ditinjau Dari Gaya Kepemimpinan Transformasional, Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 12(1), 66-73. Rahmi, B.M. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Oganizational Citizenship Behavior Dan Komitmen Organisasional Dengan Mediasi Kepuasan Kerja (Studi pada Guru Tetap SMA Negeri di Kabupaten Lombok Timur), Tesis, Program Magister Manajemen Universitas Udayana, Bali. Soegihartono, A. (2012). Pengaruh Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja dengan 103 PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG Mediasi Komitmen (di PT Alam Kayu Sakti Semarang), Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 3(1), 123-140. Susanty, A., Puspitasari, D., & Aisyah, S. (2011). Analisis Hubungan Kepemimpinan Transformasional Terhadap TQM, Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus: PT Telekomunikasi Indonesia Divre IV Jateng & DIY). J@ TI UNDIP: JURNAL TEKNIK INDUSTRI, 6(1), 1-10. Yunita, 104 F. (2008). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformational Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada UD. Usaha Mandiri Semarang. Skripsi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. ISBN : 978-602-14119-2-6