INTISARI UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SENDUDUK (Melastoma candidum) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO1 IwanRahwan2Nia Kurniasih M.SC.Apt, 3SitiRahmah KR. S.Farm,.Apt4 Tanaman senduduk merupakan salah satu tanaman yang telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Berdasarkan empiris dari masyarakat bahwa daun senduduk (Melastoma candidum) dapat mengobati penyakit disentri, diare, bisul, luka luar dan sariawan. Bagian dari tanaman senduduk (Melastoma candidum) yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya. Berdasarkan empiris dari masyarakat perlu dilakukan pembuktian lebih lanjut guna mengetahui kebenaran bahwa daun senduduk (Melastoma candidum) memiliki Aktivitas sebagai antibakteri khususnya bakteri Escherichia coli penyebab utama penyakit disentri dan diare. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% daun senduduk terhadap bakteri Escherichia Coli beserta untuk mengetahui dikonsentrasi berapa yang dapat memberikan aktivitas. Jenis penelitian ini adalah penelitian secara in vitro. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Penelitian menggunakan 3 kelompok yaitu (1) kontrol negatif (Media dan Aquadest), (2) kontrol positif (Tetracycllin 500mg) dan (3) kelompok perlakuan dengan Konsentrasi 20%, 25% dan 30%. Konsentrasi 20% kurang memberikan aktivitas untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia Coli karena memberikan zona bening 3,4mm yang berarti lemah. konsentrasi 25% mempunyai aktivitas untuk menghambat bakteri Escherichia Coli yang memberikan aktivitas sedang, sedangkan untuk konsentrasi 30%mempunyai aktivitas untuk menghambat bakteri Escherichia Coli yang memberikan aktivitas kuat. Kata kunci : Daun senduduk, Melastomacandidum, uji aktivitas difusi agar disk cakram. Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 pembimbing I, 4 pembimbing II. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia didunia ini tidak terlepas dari peranan penting tumbuhan. Kita tidak bisa membayangkan jika kita hidup dalam dunia yang disekitarnya tidak ada tumbuh-tumbuhan sama sekali. Tumbuhan merupakan ciptaan Allah yang tak sesederhana yang kita pikirkan. Dalam pertumbuhan sebuah tumbuhan mengalami prosesproses yang amat sangat rumit, yang tidak mudah kita nalar secara sederhana. Didalam ayat-ayat Al-Qur`an, Allah menyuruh manusia supaya memperhatikan keberagaman dan keindahan disertai seruan agar merenungkan ciptaan-ciptaan-Nya yang amat menakjubkan. Firman Allah dalam QS. Al-An’am: 99 berbunyi “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. 1 Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”(QS Al-An’am: 99) Kuasa-Nya yang telah menciptakan segala sesuatu dengan segala manfaat bagi kehidupan manusia didunia. Patut kita syukuri bahwa alam indonesia ini salah satu kuasa dan kebesaran Allah dengan berbagai kekayaan dan keindahan beserta manfaatnya bagi kehidupan kita. Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempahrempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata tinggi sepanjang tahun. Sumber daya alam yang dimiliki telah memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari disamping sebagai bahan makanan dan bahan bangunan, juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian tentang kimia bahan alam dewasa ini semakin banyak dieksploitasi sebagai bahan obat-obatan baik untuk farmasi maupun untuk kepentingan pertanian, karena disamping keanekaragaman struktur kimia yang dihasilkan juga mengurangi efek samping yang ditinggalkan dan mudah didapatkan. Salah satu tanaman yang diyakini mempunyai khasiat sebagai obat adalah tanaman senduduk (Melastoma candidum). Senduduk yang dikenal juga Senduduk (Melayu), Harendong (Sunda), Kluruk (Jawa), Kemanden (Madura), dan Yeh Mu Tan (China). (Wijayakusuma, H.M hembing 1994). 2 Tanaman senduduk merupakan salah satu tanaman yang telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Berdasarkan empiris dari masyarakat bahwa daun senduduk (Melastoma candidum) dapat mengobati penyakit disentri, diare, bisul, luka luar dan sariawan. Bagian dari tanaman senduduk (Melastoma candidum) yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya. Pengobatan disentri dan diare biasanya masyarakat mengolah daun senduduk dengan cara merebus beberapa helai daun yang masih segar. Kemudian hasil rebusannya diminum. Pengobatan bisul dan luka luar cukup dengan menumbuk daun senduduk sampai halus kemudian hasil tumbukan di tempelkan pada bagian bisul atau luka luar. Berdasarkan empiris dari masyarakat perlu dilakukan pembuktian lebih lanjut guna mengetahui kebenaran bahwa daun senduduk (Melastoma candidum) memiliki Aktivitas sebagai antibakteri khususnya bakteri Escherichia coli penyebab utama penyakit disentri dan diare. Menurut Simanjuntak (2008) dalam penelitiannya tentang Ekstraksi dan Fraksinasi Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma candidum), membuktikan bahwa daun senduduk mengandung senyawa kimia flavonoid, saponin dan tanin. Bakteri Escherichia Coli terdapat pada makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi terutama pada sayuran dan daging yang kurang masak. Bakteri ini merupakan bakteri penyebab infeksi terutama pada penyakit saluran cerna. Penyebaran bakteri Escherichia coli bisa melalui tiga jalan. Pertama, antara orang ke orang, kedua dari makanan-minuman yang tidak dicuci dan dimasak dengan sempurna, dan ketiga bisa pula lewat binatang yang telah terinfeksi lalu menyebarkannya ke makanan dan dikonsumsi manusia, misalnya lalat. 3 Bakteri Escherichia Coli juga terdapat di dalam usus besar manusia yang berfungi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat, bakteri ini juga membantu dalam proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi utama yang lain dari Escherichia Coli adalah membantu memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi perdarahan seperti pada luka, mimisan vitamin K bisa membantu menghentikannya. Namun dalam jumlah yang berlebihan bakteri Escherichia Coli dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke sistem organ tubuh yang lain dapat menginfeksi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia Coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun senduduk (Melastoma candidum) sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia Coli dengan menggunakan metode difusi agar kertas cakram. Metode ini bekerja dengan cara mengamati zona yang bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar (Jawetz et al., 2005). Metode difusi agar kertas cakram merupakan metode yang paling cocok untuk mengetahui aktivitas suatu zat antibiotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Sebelum dilakukan uji dengan metode difusi agar, daun senduduk (Melastoma candidum) diolah terlebih dahulu menjadi ekstrak guna mendapatkan zat aktif yang terkandung. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana karena peralatan dan cara pengerjaan yang tidak terlalu rumit. Pada proses ekstraksi pelarut yang digunakan adalah etanol 70%, karena etanol ini bersifat semi polar sehingga akan melarutkan 4 hampir semua zat baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar (Istiqomah, 2013). Pelarut etanol 70% mampu melarutkan saponin diharapkan pada 70 bagian etanol dapat melarutkan senyawa flavonoid dan 30 bagian airnya dapat melarutkan senyawa saponin (Padmasari dkk 2013). B. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada uji antibakteri ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) terhadap bakteri Escherichia Coli. C. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) mememiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli? 2. Pada konsentrasi berapa ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia Coli. 3. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma Candidum) dengan pembanding obat antibakteri Tetracycllin 500mg D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas daun senduduk (Melastoma candidum) sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia Coli dengan berbagi membandingkan dengan Tetracycllin 500mg. 5 konsentrasi serta E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya data ilmiah tentang khasiat obat tradisional khususnya antibakteri dari ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) dalam rangka pengembangan obat alami. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Peneliti Judul Aktivitas Nama Ida Liana. Tempat Tahun Persamaan Perbedaan Fakultas 2010 Uji Daun terhadap antimikroba Matema Senggani Staphylococ fraksi tika dan (Melastoma cus aureus metanol Ilmu candidum dan daun Pengeta D.Don) Salmonella senggani(M huan typhimurium elastoma alam serta Profil candidum Universi Kromatografi D.Don tasSebe Lapis Tipis terhadap las Fraksi Staphylococ maret Teraktif cus aureus Surakart dan a Salmonella typhimurium serta Profil 6 Kromatograf i Lapis Tipis Fraksi Teraktif Ekstraksi Megawati Fakultas 2008 Ekstrak daun Ekstraksi dan R Farmasi tumbuhan dan Fraksinasi Simanjunta Universi senduduk Fraksinasi komponen k tas (Melastoma komponen ekstrak Sumatra candidum) ekstrak daun daun Utara tumbuhan tumbuhan senduduk senduduk (Melastoma (Melastoma candidum) candidum) serta serta pengujian pengujian efek sediaan efek krim sediaan terhadap krim penyembuh terhadap an luka penyembuh bakar an luka bakar 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tanaman Senduduk (Melastoma candidum) Nama ilmiah tanaman senduduk adalah (Melastoma candidum). Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar didataran tinggi yang banyak mendapat paparan sinar matahari. Senduduk tumbuh secara merumpun dengan posisi tegak berdiri dengan ketinggian rata-rata adalah perdu tegak setinggi 0,5m-4m. Senduduk merupakan jenis tanaman berkayu keras, berbunga dan berbuah berwarna ungu seperti tinta. Senduduk banyak tumbuh di lereng-lereng gunung, tanah lapang sebagai tanaman liar atau bahkan ada yang membudidayakan sebagai tanaman hias untuk di tanam di daerah objek wisata. Akar tanaman senduduk yang menghujam dalam tanah membuat tanaman ini sangat bagus untuk ditanam sebagai vegetasi pencegah erosi. Ciri-ciri dari tumbuhan senduduk yang paling umum dan membedakannya dengan tanaman perdu lain adalah bentuk daun yang bulat telur dengan ujung lancip, permukaan yang kasar. Buah berbentuk unik, kecil, bergerombol berwarna ungu seperti anggur. (Dalimarta, 2000). a. Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliphyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Melastomataceae Genus : Melastoma Species : Melastoma candidum b. Nama Daerah Senduduk yang dikenal juga Senduduk (Melayu), Harendong (Sunda), Kluruk (Jawa), Kemanden (Madura), dan Yeh Mu Tan (China). (Wijayakusuma, H.M hembing 1994). c. Kandungan Tumbuhan Senduduk (Melastoma candidum) Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun Senduduk adalah rasanya pahit agak sepet. Kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan senduduk (daun) adalah saponin, Flavonoid dan tanin. 1) Fungsi flavonoid bagi tumbuhan adalah sebagai zat pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, sebagai zat antibakteri, antivirus, dan antiinsektisida (Kristinawati, 2004). 2) Saponin memiliki kemampuan sebagai antiseptik yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Robinson, 1995). 3) Tanin berfungsi sebagai astringen yang dapat menyempitkan pori-pori kulit, menghentikan perdarahan. (Anief, 1997) d. Khasiat Tumbuhan Senduduk (Melastoma candidum) Tumbuhan senduduk (Melastoma candidum) berkhasiat untuk mengobati diare, keputihan, obat kumur, luka bakar, sariawan, perdarahan. (Djauhariya dan Hemani, 2004). 2. Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. (Anonim 1976). a. Penggolongan Simplisia 1) Bahan Nabati Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat, isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman. 2) Bahan Hewani Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. 3) Bahan Mineral Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. b. Syarat Simplisia Nabati dan Hewani 1) Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan 2) Tidak boleh menyimpang dari bau, warna. 3) Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain. 4) Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya. 5) Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%. 6) Pelikan harus bebas dari pengotoran tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya. c. Pembuatan Simplisia Adapun tahapan-tahapan proses pembuatan simplisia (Gunawan, 2004). 1) Pengumpulan Bahan Baku Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada : a) Bagian tanaman yang digunakan. b) Umur tanaman yang digunakan. c) Waktu panen. d) Lingkungan tempat tumbuh. 2) Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. 3) Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lain yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. 4) Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. 5) Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30°C sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30°C sampai 45̊C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5mm Hg. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan. (a). Pengeringan Alamiah. Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan. Panas sinar matahari langsung, cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan. (b). Pengeringan Buatan Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik, dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. 6) Sortasi Kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. 7) Pengawetan Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan. 8) Wadah Wadah adalah berhubungan tempat langsung penyimpanan atau tidak dan langsung dapat dengan simplisia. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung disebut wadah sekunder. Wadah dan sumbatan tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian hingga tidak memenuhi persyaratan resmi. Wadah tertutup baik harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi. 9) Suhu Penyimpanan Dingin suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 20C–80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C. Sejuk suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin. Suhu kamar suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara 150C dan 300C. Suhu hangat adalah suhu antara 300C dan 400C. Panas adalah suhu di atas 400C. 3. Ekstraksi Ekstrak adalah mengekstraksi zat sediaan aktif pekat dari yang simplisia diperoleh nabati atau dengan hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan. (Depkes RI, 1995). a. Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah teknik suatu pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut diantara zat terlarut yang saling bercampur. (Katzum, 2004). Ada beberapa metode ekstraksi sebagai berikut : 1) Ekstraksi Cara Dingin Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. a) Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. b) Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). 2) Ekstraksi Cara Panas Metode ini melibatkan panas dalam prosesnya. Adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi. a) Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pembanding balik. (Depkes RI, 2000). b) Digesti Digesti adalah perendaman dan pengadukan secara kontinyu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu 400C -500C. (Depkes RI, 2000). c) Infus Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 900C selama 15mnit. (Depkes RI, 2000). d) Dekokta Dekokta adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 30menit. (Depkes RI,2000). e) Sokletasi Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan panas dengan cara meletakan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantong ekstraksi (kertas saring) pada sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja secara kontinyu. (Voigt,1995). 4. Bakteri Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium, jamak bacteria adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 (setelah ditemukannya mikroskop), ilmu tentang mikroorganisme terutama bakteri (bakteriologi) mulai berkembang. a. Morfologi Bakteri Morfologi bakteri sangat sederhana, sehingga sangat tidak mungkin hanya menggunakan morfologi sel untuk informasi taksonomi. 1) Bentuk sel bakteri Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: Gambar 2.1 Bakteri Coccus.Sumber : Buku Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014 Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut: Gambar 2.2 Bakteri Basillus Sumber : Buku Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014 Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut: Gambar 2.3 Bakteri SpiralSumber : Buku Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014 2) Ukuran sel bakteri a) Sangat kecil dan bervariasi : 1,0 - 5,0 x 0,5 - 1,0 μm, diameter 0,6 - 3,5 μm b) Diamati dengan mikroskop pada pembesaran maksimum (100 X) c) Detil struktur sel dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron 3) Struktur Sel bakteri Gambar 2.4 Gambar Struktur Sel BakteriSumber : Buku Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014 Struktur Sel bakteri dapat dibagi atas 3 bagian utama yaitu : a) Dinding sel Dinding sel bakteri sangat tipis dan elastis, terbentuk dari peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang hanya dimiliki oleh golongan bakteri. Fungsinya dinding sel adalah- memberi bentuk sel, member perlindungan dari lingkungan luar dan mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke dalam sel Teknik pewarnaan Gram adalah untuk menunjukan perbedaan yang mendasar dalam organisasi struktur dinding sel bakteri atau cell anvelope. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel relatif tebal, terdiri dari berlapis-lapis polymer peptidoglycan (disebut juga murein). Tebalnya dinding sel menahan lolosnya komplek crystal violet-iodine ketika dicuci dengan alkohol atau aseton. Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel berupa lapisan tipis peptidoglycan, yang diselubungi oleh lapisan tipis outer membrane yang terdiri dari lipopolysaccharide (LPS). Daerah antara peptidoglycan dan lapisan LPS disebut periplasmic space (hanya ditemui pada Gram negatif) adalah zona berisi cairan atau gel yang mengandung berbagai enzymes dan nutrient-carrier proteins. Kompleks Crystal violet-iodine mudah lolos melalui LPS dan lapisan tipis peptidoglycan ketika sel diperlakukan dengan pelarut. Ketika sel diberi perlakuan pewarna tandingan Safranin O, pewarna tersebut dapat diserap oleh dinding sel bakteri Gram negatif. b) Protoplasma Yaitu semua material yang terdapat didalam dinding sel. 1) Membran sel terdapat dibagian dalam dinding sel, terdiri dari phospholipid yang tersusun bilayer , dan mengandung berbagai protein yaitu Enzym untuk reaksi, Pori untuk proses difusi, Reseptor untuk transpor dan Reseptors untuk mengenal, komunikasi, dan penempelan. 2) Sitoplasma merupakan cairan sel yang terdapat didalam plasma membran. Terdiri dari 80% air, ribosom, berbagai enzim, koenzim, senyawa organik (protein, lemak, karbohidrat, dll), senyawa anorganik. 3) Ribosom organel sel yang berfungsi sebagai pabrik protein. 4) Mesosome : Invaginasi dari plasma membran, dalam bentuk vesikel, tubule, atau lamela. 5) Nukleoid material bakteri/DNA, genetik berbentuk bakteri/kromosom circular (melingkar), membawa sifat yg mengatur viabilitas bakteri. 6) Plasmid material genetik non esensial, ekstra kromosom, berbentuk melingkar tetapi ukuran lebih kecil dari DNA, membawa sifat-sifat tambahan ketahanan terhadap antibiotik, ultra violet, patogenisitas, produksi bakteriosin, dll, tetapi tidak membawa sifat untuk viabilitas sel. Plasmid dapat berpindah antar bakteri, atau dari bakteri kesel tanaman inang tumefaciens). (contoh pada Agrobakterium c) Bagian eksternal 1) Flagela Berfungsi sebagai alat gerak, struktur utamanya adalah protein yang disebut flagellin, fleksibel, ukuran diameter10-15μm, dengan panjang 1020μm. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu: Gambar 2.5 Gambar FlagelaSumber : Buku Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014 2) Pili/Fimbriae Merupakan alat untuk menempel pada permukaan (adhesin) substrat. Pili ada yang khusus digunakan untuk konjugasi, disebut pili sex. DNA bakteri dapat ditransfer dari satu sel bakteri ke sel bakteri lain selama proses konjugasi. 3) Kapsul/envelope Merupakan selubung sel bakteri berupa extracellularpolysacharide (EPS). Berupa kapsul bila melekat erat pada dinding sel atau berupa lendir dengan struktur longgar Berfungsi sebagai pelindung sel dari kekeringan dan serangan mikroorganisme lain alat untuk melekat pada permukaan berperan dalam penyerapan ion selektif dan dalam interaksi inang-patogen. b. Reproduksi Bakteri Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Selama proses pembelahan, material genetik juga menduplikasi diri dan membelah menjadi dua, dan mendistribusikan dirinya sendiri pada dua sel baru. Bakteri membelah diri dalam waktu yang sangat singkat. Pada kondisi yang menguntungkan berduplikasi setiap 20menit. Cara Reproduksi Bakteri selain pembelahan biner antara lain : 1) Konjugasi reproduksi seksual dimana bakteri bertukar bahan genetik sebelum membelah diri, sehingga turunannya memiliki gen baru. Material genetik ditransfer melalui pili sex. 2) Transformasi bakteri mengambil gen dari bakteri lain yang telah mati dari lingkungannya. 3) Transduksi virus menyisipkan gen baru ke dalam sel bakteri. Metoda ini digunakan dalam bioteknologi untuk menghasilkan bakteri yang dapat menghasilkan insulin. c. Jenis-jenis Bakteri 1) Bakteri Heterotrof Bakteri ini hidup dengan memperoleh makanan berupa zat organik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. 2) Bakti Autotrof a) Bakteri Autotrof adalah bakteri yang dapat menyusun zat makanan sendiri dari zat anorganik yang ada.Bakteri ini dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Bakteri fotoautrof dan bakteri kemoautrotof. b) Bakteri fotoautrotof bakteri yang memanfaatkan cahaya sebagai energi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis.Contoh bakteri ini adalah bakteri hijau, bakteri ungu. 3) Bakteri kemoautrotof bakteri yang menggunakan energi kimia yang diperolehnya pada saat terjadi perombakan zat kimia dari molekul yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan melepaskan hidrogen. Bakteri ini dikelompokan menjadi 2 yaitu aerob dan anaerob. a) Bakteri aerob Bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam proses respirasinya. Misal: Nitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter. b) Bakteri anaerob Bakteri yang tidak menggunakan oksigen bebas dalamproses respirasinya. Misal: Streptococcus lactis. 4) Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen. a) Bakteri aerob obligat Bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana mengandung oksigen. b) Bakteri anaerob obligat Bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa oksigen. c) Bakteri anaerob fakulatif Bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. d. Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas bakteri 1) Faktor Dalam (Nutrien) Nutrient yang dibutuhkan bakteri harus larut dalam air agar dapat memasuki bakteri. Ada tiga nutrient yang dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Pertama, adalah karbon. Karbon digunakan untuk sintesis protoplasma. Kedua adalah nitrogen. Ketiga, adalah ion organik. Semua organisme memerlukan fosfat baik sebagai komponen struktur sel maupun sebagai simpanan energi. (Pelczar, 1998:88). 2) Faktor Luar (Lingkungan) Menurut Pelczar dan Chan, (1986:138-144), faktorfaktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri adalah a) Suhu Suhu sangat mempengaruhi pola pertumbuhan bakteri, laju pertumbuhan dan jumlah pertumbuhan organisme. Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi sel. Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. b) Atmosfer gas Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan bakteriadlah oksigen dan karbondioksida. Bakteri memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas dan atas dasar ini maka dibagai menjadi empat kelompok yaitu aerob (organisme yang membutuhkan oksigen), anaerob (tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerob fakultatif (tumbuh pada keadaan anaerob dan aerob), dan mikroaerofilik (tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen atmosferik). c) Kemasaman atau kebasaan (pH) pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Nilai pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9. d) Kelembapan Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti. e) Cahaya Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat menyebabkan kematian. pertumbuhan atau 5. Bakteri Escherichia Coli Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan Escherichia Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti Escherihia Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang. Escherichia Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah bakteri lain di dalam usus.Escherichia coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Escherchia coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Negara-negara di eropa sekarang sangat mewaspadai penyebaran bakteri Escherichia Coli ini, mereka bahkan melarang mengimpor sayuran dari luar a) Manfaat Bakteri Escherichia Coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat, bakteri ini juga membantu dalam proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi utama yang lain dari Escherichia Coli adalah membantu memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi perdarahan seperti pada luka/mimisan vitamin K bisa membantu menghentikannya. b) Bahaya Dalam jumlah yang berlebihan bakteri Escherichia Coli dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi. Seperti pada saluran kencing, jika bakteri Escherichia Coli sampai masuk ke saluran kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih/kencing (ISK), umumnya terjadi pada perilaku sex yang salah (anal sek) juga resiko tinggi bagi wanita karena posisi anus dan saluran kencingnya cukup dekat sehingga kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika membersihkan anus setelah buang air besar untuk itu arahkan air juga tangan kearah belakang saat membersihkan anus jangan kedepan agar tidak mengkontaminasi saluran kencing. Sedangkan bakteri Escherichia Coli tipe O157:H7 sudah dipastikan berbahaya, E. Coli tipe O157:H7 dapat bertahan hidup pada suhu yang sangat rendah dan asam. Bakteri Escherichia Coli yang sedang mewabah di Eropa (Jerman) saat ini belum diketahui jenisnya (kemungkinan tipe O157:H7). Selain di usus besar bakteri ini banyak juga di alam liar, jadi masak makanan dengan matang dan jaga kebersihan untuk menghindari dampak buruk dari Escherichia Coli. Gambar 2.6 Struktur Escherichia ColiSumber : Buku Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014 Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol %. (Pelczar dan Chan, 1988:949). c) Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli Bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya atau yang disebut pula dengan generasi dalam waktu 15 hingga 20 menit saja. dalam waktu tersebut bakteri ini mampu menggandakan tubuhnya menjadi dua kali lipat. Dalam bagan geometrik eksponensiall, tercatat dalam waktu 10 jam saja satu sel bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya dan berkembang menjadi lebih dari 1 triliun sel. Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005:169). Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 60°C 80°C, tetapi suhu optimumnya adalah 37°C. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978:82). d) Morfologi Bakteri Escherichia Coli Taksonomi Escherichia coli sebagai berikut (Dwidjoseputro, 1978:105): Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli Pelczar dan Chan (1988:809-810) mengatakan Escherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Escherichia coli dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau minuman. Morfologi dan ciri-ciri bakteri Escherichia coli yaitu: 1) Merupakan batang gram negatif. 2) Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek. 3) Biasanya tidak berkapsul. 4) Tidak berspora. 5) Motil atau tidak motil, peritrikus. 6) Aerobik, anaerobik fakultatif. 7) Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi. Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput perut dan usus (gastroenteritis). (Pelczar dan Chan, 1988:809-810). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 1988:545). Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare .(Pelczar dan Chan, 1988:810). 6. Antibakteri Antibakteri adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk membunuh bakteri patogen yang merugikan manusia ataupun senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dalam menghindari konsentrasi kerusakan yang yang cukup tidak rendah diinginkan untuk terhadap inangnya (Willey et al.,2008) a. Kriteria Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya. b. Mekanisme Kerja 1) Penghambatan sintesis dinding sel bakteri. Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel transpeptida. transpeptidase (beberapa diantaranya Kemudian dilanjutkan dan sintesis adalah enzim dengan reaksi peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel Pada lingkungan yang isotonislisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh. 2) PenghambatanPermeabilitas Dinding Sel Bakteri. Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel . Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lainlain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati. Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan mekanisme karja tersebut. 3) Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik). Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri. 4) Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk. c. Jenis zat antibakteri berdasarkan aktivitasnya 1) Bakteriostatik Adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi bakteri), namun tidak mematikan. 2) Bakterisida Adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh bakteri. Namun ada beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi. d. GolonganAntibakteri 1) Golongan Penisilin Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum.Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-).Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Contoh: Amoxcillin dan Penicillin. 2) Golongan Sefalosporin Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Contoh: Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus. 3) Golongan Lincosamides Dihasilkan oleh Streptomyces bakteriostatis.Obat golongan lincolnensis dan ini bersifat dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin.Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama anaerob.Penggunaannya terhadap aktif gram terhadap positif dan Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.Contoh : Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin). 4) Golongan Tetracycline Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis. Contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin. 5) Golongan Kloramfenikol Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman.Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol. 6) Golongan Makrolida Bersifat bakteriostatik.Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein.Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin. 7) Golongan Kuinolon Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational. 8) Aminoglikosida Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora. Mekanisme kerjanya bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.Contoh obatnya streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin. 9) Monobaktam Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh aztreonam 10) Sulfonamide Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif.Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat. 11) Vankomisin Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid terhadap kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi. 7. Metode Uji Antibakteri a. MetodaDifusiAgar Metoda yang Kerjanya dengan mengamati daerah yang bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar (Jawetz et al., 2005) Metoda difusi ini dibagi atas beberapa cara (Pratiwi, 2008) 1) Cara silinder plat Cara ini dengan memakai alat pecadang berupa silinder kawat. Pada permukaan media pembenihan dibiakkan mikroba secara merata lalu diletakkan pencadang silinder harus benar-benar melekat pada media, kemudian diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. 2) Cara cakram Cakram kertas yang berisi antibiotik diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. 3) Cara cup plat Cara ini juga sama dengan cara cakram, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi antibiotik yang akan di uji. b. Metoda Dilusi Metoda ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration atau kadar hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum bactercidal concentrationatau kadar bunuh minimum, KBM). (Pratiwi, 2008). c. Metoda Bioautografi Merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatogram hasil KLT (kromatografi lapis tipis) yang mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus. (Pratiwi, 2008). B. Hasil Penelitian Yang Relevan Tanaman senduduk (Melastoma candidum) memiliki kandungan saponin, flavonoid, dan tanin (Simanjuntak, 2008). Daun senduduk (Melastoma candidum) berkhasiat untuk mengobati diare, keputihan, obat kumur, luka bakar, sariawan, perdarahan. (Djauhariya dan Hemani, 2004). Kandungan flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri yang cara kerjanya dengan merusak membran sitoplasma dan mendenaturasiprotein sel. Berdasarkan pnelitian terdahulu tentang kandungan tanaman senduduk, pada daun senduduk (Melastoma candidum) terdapat kandungan flavonoid dan saponin yang dapat digunakan sebagai antibakteri Sehingga dalam penelitian ini, dilakukan uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) terhadap bakteri Escherichia Coli. Hal ini untuk mengetahui apakah ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) mempunyai aktivitas antibakteri dan untuk mengetahui berapakah kadarekstrak yang dapat memberikan aktivitas antibakteri. C. Kerangka Berfikir Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Daun Senduduk (Melastoma candidum) Ekstrak Maserasi etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum) (Flavonoid, Saponin, Tanin) Uji Antibakteri Metode Difusi Agar Kertas Cakram.5 Replikasi Efektif Tidak Efektif Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian D. Hipotesa Berdasarkan kajian teori yang ada dapat disusun suatu hipotesis dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun senduduk (Melastoma candidum) mempunyai aktifitas antibakteri terhadap Escherichia Coli. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran , Q.S As-syura ayat 11 Anonim, 2000,Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Jakarta : Depkes RI. Anonim,1986,Sediaan Galenik, Jakarta: Departemen kesehatan Republik Indonesia. Dalimarta, S. (2005). Tanaman obat dilingkungan sekitar. Puspa Swara, Jakarta:iv+hal 68. Dalimartha, S. (2003) Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 3. Depok : 2007. Departemen Kesehatan RI. (1994). Inventaris. Tanaman Obat Indonesia Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Dwidjoseputo, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta Ekstrak Etanol 70% Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.),JurnalFarmasi Udayana:1-7. Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti : Bandung Gunawan D, Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar Swadaya : Jakarta. Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Kedokteran EGC. Edisi ke-3 Hudzicki, J. (2010). Kirby-Bauer Disk Suscepibillity Test Protocol. Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Wyrama Widya : Bandung Iskandar, Y., D. Rusmiati & R.R. Dewi. (2005). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Terhadap Bakteri Escherichia Coli dan Bacillus Cereus. Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, Sumedang: hal 9. Istiqomah., 2013. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap kadar piperin buah jabe jawa (Piperin retrofracti fructus). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 59 Jewetz et all., (2005).Difusi agar. Katzum, B. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta. Terjemaahan Huriyati dan Hartanto. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Lay, Bibiana W dan Sugyo Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali : Jakarta Noname. (2010).Senggani,Tanaman-Obat-Indonesia. Padmasari, P.D., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia Pambekti, lena. Mekanisme kerja flusitosin. Tersedia dalam https://academia.edu/11729910/FARMAKOLOGI[diakses 8 maret 2016] Pelczar, micheal. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta Plczar, M. J. Dan Chan, E.C.S. (1998). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Penerbit ITB Bandung: xi + 367 hlm. Setyaningsih, I., L.M. Pangabean, B. Riyanto & N. Nugraheny. (2006). Potensi Antibakteri. Buletin Teknologi Hasil Perikanan IX(1): 6170. Simanjuntak R.Megawati. (2008). Ekstrak Fraksinasi Komponen Ekstrak daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma Malabatharicum,L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Tjay, T.H., Ra hardja, K. 2002. Obat-obat penting. Jakarta: Penerbit PT. Elex Me dia KomputindoKelompok Gramedia. pp 95. Wattimena, JR., dkk.(1981). “Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik”, UGM, Yogyakarta Zein, U., K. H. Sagala & J. Ginting. (2004). Diare Akut Disebabkan Bakteri.Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan: 15 hlm. 60