INTISARI UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN

advertisement
INTISARI
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SENDUDUK (Melastoma
candidum) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO1
IwanRahwan2Nia Kurniasih M.SC.Apt, 3SitiRahmah KR. S.Farm,.Apt4
Tanaman senduduk merupakan salah satu tanaman yang telah lama
digunakan sebagai obat tradisional. Berdasarkan empiris dari masyarakat bahwa
daun senduduk (Melastoma candidum) dapat mengobati penyakit disentri, diare,
bisul, luka luar dan sariawan. Bagian dari tanaman senduduk (Melastoma
candidum) yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya.
Berdasarkan empiris dari masyarakat perlu dilakukan pembuktian lebih
lanjut guna mengetahui kebenaran bahwa daun senduduk (Melastoma
candidum) memiliki Aktivitas sebagai antibakteri khususnya bakteri Escherichia
coli penyebab utama penyakit disentri dan diare.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol
70%
daun senduduk terhadap bakteri Escherichia Coli beserta untuk
mengetahui dikonsentrasi berapa yang dapat memberikan aktivitas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian secara in vitro. Uji aktivitas
antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Penelitian menggunakan 3
kelompok yaitu (1) kontrol negatif (Media dan Aquadest), (2) kontrol positif
(Tetracycllin 500mg) dan (3)
kelompok perlakuan dengan Konsentrasi 20%,
25% dan 30%.
Konsentrasi 20% kurang memberikan aktivitas untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia Coli karena memberikan zona bening 3,4mm
yang berarti lemah. konsentrasi 25% mempunyai aktivitas untuk menghambat
bakteri Escherichia Coli yang memberikan aktivitas sedang, sedangkan untuk
konsentrasi 30%mempunyai aktivitas untuk menghambat bakteri Escherichia Coli
yang memberikan aktivitas kuat.
Kata kunci : Daun senduduk, Melastomacandidum, uji aktivitas difusi agar disk
cakram.
Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 pembimbing I, 4 pembimbing II.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia didunia ini tidak terlepas dari peranan penting
tumbuhan. Kita tidak bisa membayangkan jika kita hidup dalam dunia
yang
disekitarnya
tidak
ada
tumbuh-tumbuhan
sama
sekali.
Tumbuhan merupakan ciptaan Allah yang tak sesederhana yang kita
pikirkan. Dalam pertumbuhan sebuah tumbuhan mengalami prosesproses yang amat sangat rumit, yang tidak mudah kita nalar secara
sederhana.
Didalam ayat-ayat Al-Qur`an, Allah menyuruh manusia supaya
memperhatikan keberagaman dan keindahan disertai seruan agar
merenungkan ciptaan-ciptaan-Nya yang amat menakjubkan. Firman
Allah dalam QS. Al-An’am: 99 berbunyi
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka
Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau.
1
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;
dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima
yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya
berbuah
dan
(perhatikan
pulalah)
kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang beriman.”(QS Al-An’am: 99)
Kuasa-Nya yang telah menciptakan segala sesuatu dengan
segala manfaat bagi kehidupan manusia didunia. Patut kita syukuri
bahwa alam indonesia ini salah satu kuasa dan kebesaran Allah
dengan berbagai kekayaan dan keindahan beserta manfaatnya bagi
kehidupan kita.
Indonesia
merupakan
negara
yang
terkenal
dengan
keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempahrempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis Indonesia yang
beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata tinggi sepanjang tahun.
Sumber daya alam yang dimiliki telah memberikan manfaat dalam
kehidupan sehari-hari disamping sebagai bahan makanan dan bahan
bangunan, juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian
tentang kimia bahan alam dewasa ini semakin banyak dieksploitasi
sebagai bahan obat-obatan baik untuk farmasi maupun untuk
kepentingan pertanian, karena disamping keanekaragaman struktur
kimia
yang
dihasilkan
juga
mengurangi
efek
samping
yang
ditinggalkan dan mudah didapatkan. Salah satu tanaman yang diyakini
mempunyai
khasiat
sebagai
obat
adalah
tanaman
senduduk
(Melastoma candidum). Senduduk yang dikenal juga Senduduk
(Melayu), Harendong (Sunda), Kluruk (Jawa), Kemanden (Madura),
dan Yeh Mu Tan (China). (Wijayakusuma, H.M hembing 1994).
2
Tanaman senduduk merupakan salah satu tanaman yang telah
lama digunakan sebagai obat tradisional. Berdasarkan empiris dari
masyarakat bahwa daun senduduk (Melastoma candidum) dapat
mengobati penyakit disentri, diare, bisul, luka luar dan sariawan.
Bagian dari tanaman senduduk (Melastoma candidum) yang sering
digunakan sebagai obat adalah daunnya. Pengobatan disentri dan
diare biasanya masyarakat mengolah daun senduduk dengan cara
merebus beberapa helai daun yang masih segar. Kemudian hasil
rebusannya diminum. Pengobatan bisul dan luka luar cukup dengan
menumbuk daun senduduk sampai halus kemudian hasil tumbukan di
tempelkan pada bagian bisul atau luka luar.
Berdasarkan empiris dari masyarakat perlu dilakukan pembuktian
lebih lanjut guna mengetahui kebenaran bahwa daun senduduk
(Melastoma
candidum)
memiliki
Aktivitas
sebagai
antibakteri
khususnya bakteri Escherichia coli penyebab utama penyakit disentri
dan diare.
Menurut
Simanjuntak
(2008)
dalam
penelitiannya
tentang
Ekstraksi dan Fraksinasi Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma
candidum),
membuktikan
bahwa
daun
senduduk mengandung
senyawa kimia flavonoid, saponin dan tanin.
Bakteri Escherichia Coli terdapat pada makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi terutama pada sayuran dan daging yang
kurang masak. Bakteri ini merupakan bakteri penyebab infeksi
terutama
pada
penyakit
saluran
cerna.
Penyebaran
bakteri
Escherichia coli bisa melalui tiga jalan. Pertama, antara orang ke
orang, kedua dari makanan-minuman yang tidak dicuci dan dimasak
dengan sempurna, dan ketiga bisa pula lewat binatang yang telah
terinfeksi lalu menyebarkannya ke makanan dan dikonsumsi manusia,
misalnya lalat.
3
Bakteri Escherichia Coli juga terdapat di dalam usus besar
manusia yang berfungi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat,
bakteri ini juga membantu dalam proses pencernaan termasuk
pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi utama
yang lain dari Escherichia Coli adalah membantu memproduksi
vitamin K melalui proses pembusukan sisa makan. Vitamin K
berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi perdarahan
seperti
pada
luka,
mimisan
vitamin
K
bisa
membantu
menghentikannya. Namun dalam jumlah yang berlebihan bakteri
Escherichia Coli dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini
menjalar ke sistem organ tubuh yang lain dapat menginfeksi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian
tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% daun senduduk
(Melastoma candidum) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia
Coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun
senduduk (Melastoma candidum) sebagai antibakteri terhadap bakteri
Escherichia Coli dengan menggunakan metode difusi agar kertas
cakram. Metode ini bekerja dengan cara mengamati zona yang
bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar
(Jawetz et al., 2005). Metode difusi agar kertas cakram merupakan
metode yang paling cocok untuk mengetahui aktivitas suatu zat
antibiotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Sebelum dilakukan uji dengan metode difusi agar, daun senduduk
(Melastoma candidum) diolah terlebih dahulu menjadi ekstrak guna
mendapatkan zat aktif yang terkandung. Proses ekstraksi dilakukan
dengan metode maserasi. Metode ini merupakan metode yang paling
sederhana karena peralatan dan cara pengerjaan yang tidak terlalu
rumit. Pada proses ekstraksi pelarut yang digunakan adalah etanol
70%, karena etanol ini bersifat semi polar sehingga akan melarutkan
4
hampir semua zat baik yang bersifat polar, semi polar dan non polar
(Istiqomah, 2013). Pelarut etanol 70% mampu melarutkan saponin
diharapkan pada 70 bagian etanol dapat melarutkan senyawa
flavonoid dan 30 bagian airnya dapat melarutkan senyawa saponin
(Padmasari dkk 2013).
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada uji antibakteri ekstrak etanol 70% daun
senduduk (Melastoma candidum) terhadap bakteri Escherichia Coli.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah
ekstrak
etanol
70%
daun
senduduk
(Melastoma
candidum) mememiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Escherichia coli?
2. Pada konsentrasi berapa ekstrak etanol 70% daun senduduk
(Melastoma candidum) yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri
terhadap bakteri Escherichia Coli.
3. Bagaimana
aktivitas antibakteri
ekstrak etanol
70%
daun
senduduk (Melastoma Candidum) dengan pembanding obat
antibakteri Tetracycllin 500mg
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
daun senduduk (Melastoma candidum) sebagai antibakteri terhadap
bakteri
Escherichia
Coli
dengan
berbagi
membandingkan dengan Tetracycllin 500mg.
5
konsentrasi
serta
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya data ilmiah tentang
khasiat obat tradisional khususnya antibakteri dari ekstrak etanol 70%
daun senduduk (Melastoma candidum) dalam rangka pengembangan
obat alami.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Peneliti
Judul
Aktivitas
Nama
Ida Liana.
Tempat
Tahun
Persamaan
Perbedaan
Fakultas 2010
Uji Daun
terhadap
antimikroba
Matema
Senggani
Staphylococ
fraksi
tika dan
(Melastoma
cus aureus
metanol
Ilmu
candidum
dan
daun
Pengeta
D.Don)
Salmonella
senggani(M
huan
typhimurium
elastoma
alam
serta Profil
candidum
Universi
Kromatografi
D.Don
tasSebe
Lapis Tipis
terhadap
las
Fraksi
Staphylococ
maret
Teraktif
cus aureus
Surakart
dan
a
Salmonella
typhimurium
serta Profil
6
Kromatograf
i Lapis Tipis
Fraksi
Teraktif
Ekstraksi
Megawati
Fakultas 2008
Ekstrak daun
Ekstraksi
dan
R
Farmasi
tumbuhan
dan
Fraksinasi
Simanjunta Universi
senduduk
Fraksinasi
komponen
k
tas
(Melastoma
komponen
ekstrak
Sumatra
candidum)
ekstrak daun
daun
Utara
tumbuhan
tumbuhan
senduduk
senduduk
(Melastoma
(Melastoma
candidum)
candidum)
serta
serta
pengujian
pengujian
efek sediaan
efek
krim
sediaan
terhadap
krim
penyembuh
terhadap
an luka
penyembuh
bakar
an luka
bakar
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Tanaman Senduduk (Melastoma candidum)
Nama ilmiah tanaman senduduk adalah (Melastoma candidum).
Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar didataran
tinggi yang banyak mendapat paparan sinar matahari. Senduduk
tumbuh secara merumpun dengan posisi tegak berdiri dengan
ketinggian
rata-rata
adalah
perdu
tegak
setinggi
0,5m-4m.
Senduduk merupakan jenis tanaman berkayu keras, berbunga dan
berbuah berwarna ungu seperti tinta.
Senduduk banyak tumbuh di lereng-lereng gunung, tanah
lapang
sebagai
tanaman
liar
atau
bahkan
ada
yang
membudidayakan sebagai tanaman hias untuk di tanam di daerah
objek wisata. Akar tanaman senduduk yang menghujam dalam
tanah membuat tanaman ini sangat bagus untuk ditanam sebagai
vegetasi pencegah erosi.
Ciri-ciri dari tumbuhan senduduk yang paling umum dan
membedakannya dengan tanaman perdu lain adalah bentuk daun
yang bulat telur dengan ujung lancip, permukaan yang kasar. Buah
berbentuk unik, kecil, bergerombol berwarna ungu seperti anggur.
(Dalimarta, 2000).
a. Klasifikasi
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliphyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Family
: Melastomataceae
Genus
: Melastoma
Species
: Melastoma candidum
b. Nama Daerah
Senduduk yang dikenal juga Senduduk (Melayu), Harendong
(Sunda), Kluruk (Jawa), Kemanden (Madura), dan Yeh Mu Tan
(China). (Wijayakusuma, H.M hembing 1994).
c. Kandungan Tumbuhan Senduduk (Melastoma candidum)
Sifat kimiawi dan efek farmakologis daun Senduduk adalah
rasanya pahit agak sepet. Kandungan kimia yang terdapat
dalam tumbuhan senduduk (daun) adalah saponin, Flavonoid
dan tanin.
1) Fungsi flavonoid bagi tumbuhan adalah sebagai zat
pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, sebagai
zat antibakteri, antivirus, dan antiinsektisida (Kristinawati,
2004).
2) Saponin memiliki kemampuan sebagai antiseptik yang
berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme (Robinson, 1995).
3) Tanin
berfungsi
sebagai
astringen
yang
dapat
menyempitkan pori-pori kulit, menghentikan perdarahan.
(Anief, 1997)
d. Khasiat Tumbuhan Senduduk (Melastoma candidum)
Tumbuhan senduduk (Melastoma candidum) berkhasiat untuk
mengobati diare, keputihan, obat kumur, luka bakar, sariawan,
perdarahan. (Djauhariya dan Hemani, 2004).
2.
Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
(Anonim 1976).
a. Penggolongan Simplisia
1) Bahan Nabati
Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat, isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.
2) Bahan Hewani
Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
3) Bahan Mineral
Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
b. Syarat Simplisia Nabati dan Hewani
1) Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan
2) Tidak boleh menyimpang dari bau, warna.
3) Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menunjukkan
tanda-tanda pengotoran lain.
4) Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau
berbahaya.
5) Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%.
6) Pelikan harus bebas dari pengotoran tanah, batu, hewan,
fragmen hewan dan bahan asing lainnya.
c. Pembuatan Simplisia
Adapun
tahapan-tahapan
proses
pembuatan
simplisia
(Gunawan, 2004).
1) Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda
antara lain tergantung pada :
a) Bagian tanaman yang digunakan.
b) Umur tanaman yang digunakan.
c) Waktu panen.
d) Lingkungan tempat tumbuh.
2) Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
3) Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lain yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari
mata air, air sumur atau air PAM. Menurut Frazier (1978),
pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan
25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian
sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya
42% dari jumlah mikroba awal.
4) Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung
dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat
mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan.
Akan
tetapi
irisan
yang
terlalu
tipis
juga
dapat
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat
yang mudah menguap.
5) Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan
cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan
pada suhu 30°C sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik
adalah tidak melebihi
60°C.
Bahan simplisia yang
mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau
mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah
mungkin, misalnya 30°C sampai 45̊C, atau dengan cara
pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan
udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga
tekanan kira-kira 5mm Hg. Berbagai cara pengeringan telah
dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua
cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan
buatan.
(a). Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam
bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua
cara pengeringan. Panas sinar matahari langsung, cara
ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang
relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya
dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak
dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang
mudah dan murah, yang dilakukan.
(b). Pengeringan Buatan
Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:
“udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti
lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas
dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari
yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah
disebarkan di atas rak-rak pengering”. Prinsip ini dapat
diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis
dan murah dengan hasil yang cukup baik, dengan
menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh
simplisia
dengan
mutu
yang
lebih
baik
karena
pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan
akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan
cuaca.
6) Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap
akhir
pembuatan
simplisia.
Tujuan
sortasi
untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran
lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk
kernudian disimpan.
7) Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan
dari
serangga
atau
cemaran
atau
mikroba
dengan
penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan
atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak
meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
8) Wadah
Wadah
adalah
berhubungan
tempat
langsung
penyimpanan
atau
tidak
dan
langsung
dapat
dengan
simplisia. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah
yang langsung berhubungan sepanjang waktu. Sedangkan
wadah yang tidak bersentuhan langsung disebut wadah
sekunder.
Wadah dan sumbatan tidak boleh mempengaruhi bahan
yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia
yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau
kemurnian hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik harus melindungi isi terhadap
masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan
selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi.
9) Suhu Penyimpanan
Dingin suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin
mempunyai suhu antara 20C–80C, sedangkan lemari
pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C. Sejuk
suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan
yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan
pada lemari pendingin. Suhu kamar suhu pada ruang kerja.
Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara
150C dan 300C. Suhu hangat adalah suhu antara 300C dan
400C. Panas adalah suhu di atas 400C.
3.
Ekstraksi
Ekstrak
adalah
mengekstraksi
zat
sediaan
aktif
pekat
dari
yang
simplisia
diperoleh
nabati
atau
dengan
hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan. (Depkes RI,
1995).
a. Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah teknik suatu pemisahan senyawa berdasarkan
perbedaan distribusi zat terlarut diantara zat terlarut yang saling
bercampur. (Katzum, 2004).
Ada beberapa metode ekstraksi sebagai berikut :
1) Ekstraksi Cara Dingin
Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama
proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari
rusaknya
senyawa
yang
dimaksud
rusak
karena
pemanasanan.
a) Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
b) Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan
jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat
pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan
biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan
ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui
sampai
mencapai
keadaan
jenuh.
Gerak
kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,
osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
2) Ekstraksi Cara Panas
Metode ini melibatkan panas dalam prosesnya. Adanya
panas
secara
otomatis
akan
mempercepat
proses
ekstraksi.
a) Refluks
Refluks
adalah
ekstraksi
dengan
pelarut
pada
temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan
dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pembanding balik. (Depkes RI, 2000).
b) Digesti
Digesti adalah perendaman dan pengadukan secara
kontinyu pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur kamar yaitu 400C -500C. (Depkes RI, 2000).
c) Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada
temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 900C
selama 15mnit. (Depkes RI, 2000).
d) Dekokta
Dekokta adalah ekstraksi dengan pelarut air pada
temperatur 900C selama 30menit. (Depkes RI,2000).
e) Sokletasi
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan
yang tahan panas dengan cara meletakan bahan yang
akan diekstraksi dalam sebuah kantong ekstraksi
(kertas saring) pada sebuah alat ekstraksi dari gelas
yang bekerja secara kontinyu. (Voigt,1995).
4.
Bakteri
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium, jamak bacteria
adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran
sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini
sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya
mikroskop. Barulah setelah abad ke-19 (setelah ditemukannya
mikroskop),
ilmu
tentang
mikroorganisme
terutama
bakteri
(bakteriologi) mulai berkembang.
a. Morfologi Bakteri
Morfologi bakteri sangat sederhana, sehingga sangat tidak
mungkin hanya menggunakan morfologi sel untuk informasi
taksonomi.
1) Bentuk sel bakteri
Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat
seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Bakteri Coccus.Sumber : Buku
Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk
batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Bakteri Basillus Sumber : Buku
Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014
Spiral
(Spirilum)
adalah
bakteri
yang
berbentuk
lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
Gambar 2.3 Bakteri SpiralSumber : Buku Bakteriologi,
Microbiologi Dan Virologi, 2014
2) Ukuran sel bakteri
a) Sangat kecil dan bervariasi : 1,0 - 5,0 x 0,5 - 1,0 μm,
diameter 0,6 - 3,5 μm
b) Diamati
dengan
mikroskop
pada
pembesaran
maksimum (100 X)
c) Detil struktur sel dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop elektron
3) Struktur Sel bakteri
Gambar 2.4 Gambar Struktur Sel BakteriSumber : Buku
Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014
Struktur Sel bakteri dapat dibagi atas 3 bagian utama yaitu :
a) Dinding sel
Dinding sel bakteri sangat tipis dan elastis, terbentuk
dari peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang
hanya dimiliki oleh golongan bakteri. Fungsinya dinding
sel adalah- memberi bentuk sel, member perlindungan
dari lingkungan luar dan mengatur pertukaran zat-zat
dari dan ke dalam sel Teknik pewarnaan Gram adalah
untuk menunjukan perbedaan yang mendasar dalam
organisasi struktur dinding sel bakteri atau cell
anvelope.
Bakteri Gram positif memiliki dinding sel relatif tebal,
terdiri dari berlapis-lapis polymer peptidoglycan (disebut
juga murein). Tebalnya dinding sel menahan lolosnya
komplek crystal violet-iodine ketika dicuci dengan
alkohol atau aseton. Bakteri Gram negatif memiliki
dinding sel berupa lapisan tipis peptidoglycan, yang
diselubungi oleh lapisan tipis outer membrane yang
terdiri dari lipopolysaccharide (LPS). Daerah antara
peptidoglycan dan lapisan LPS disebut periplasmic
space (hanya ditemui pada Gram negatif) adalah zona
berisi cairan atau gel yang mengandung berbagai
enzymes
dan
nutrient-carrier
proteins.
Kompleks
Crystal violet-iodine mudah lolos melalui LPS dan
lapisan tipis peptidoglycan ketika sel diperlakukan
dengan pelarut. Ketika sel diberi perlakuan pewarna
tandingan Safranin O, pewarna tersebut dapat diserap
oleh dinding sel bakteri Gram negatif.
b) Protoplasma
Yaitu semua material yang terdapat didalam dinding
sel.
1) Membran sel terdapat dibagian dalam dinding sel,
terdiri dari phospholipid yang tersusun bilayer , dan
mengandung berbagai protein yaitu Enzym untuk
reaksi, Pori untuk proses difusi, Reseptor untuk
transpor
dan
Reseptors
untuk
mengenal,
komunikasi, dan penempelan.
2) Sitoplasma merupakan cairan sel yang terdapat
didalam plasma membran. Terdiri dari 80% air,
ribosom,
berbagai
enzim,
koenzim,
senyawa
organik (protein, lemak, karbohidrat, dll), senyawa
anorganik.
3) Ribosom organel sel yang berfungsi sebagai pabrik
protein.
4) Mesosome : Invaginasi dari plasma membran,
dalam bentuk vesikel, tubule, atau lamela.
5) Nukleoid
material
bakteri/DNA,
genetik
berbentuk
bakteri/kromosom
circular
(melingkar),
membawa sifat yg mengatur viabilitas bakteri.
6) Plasmid material genetik non esensial, ekstra
kromosom, berbentuk melingkar tetapi ukuran lebih
kecil dari DNA, membawa sifat-sifat tambahan
ketahanan
terhadap
antibiotik,
ultra
violet,
patogenisitas, produksi bakteriosin, dll, tetapi tidak
membawa sifat untuk viabilitas sel. Plasmid dapat
berpindah antar bakteri, atau dari bakteri kesel
tanaman
inang
tumefaciens).
(contoh
pada
Agrobakterium
c) Bagian eksternal
1) Flagela
Berfungsi sebagai alat gerak, struktur utamanya
adalah protein yang disebut flagellin, fleksibel,
ukuran diameter10-15μm, dengan panjang 1020μm. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang
dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
Gambar 2.5 Gambar FlagelaSumber : Buku
Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014
2) Pili/Fimbriae
Merupakan alat untuk menempel pada permukaan
(adhesin) substrat. Pili ada yang khusus digunakan
untuk konjugasi, disebut pili sex. DNA bakteri dapat
ditransfer dari satu sel bakteri ke sel bakteri lain
selama proses konjugasi.
3) Kapsul/envelope
Merupakan
selubung
sel
bakteri
berupa
extracellularpolysacharide (EPS). Berupa kapsul
bila melekat erat pada dinding sel atau berupa
lendir dengan struktur longgar Berfungsi sebagai
pelindung sel dari kekeringan
dan
serangan
mikroorganisme lain alat untuk melekat pada
permukaan berperan dalam penyerapan ion selektif
dan dalam interaksi inang-patogen.
b. Reproduksi Bakteri
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang
biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah
diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner
yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Selama proses
pembelahan, material genetik juga menduplikasi diri dan
membelah menjadi dua, dan mendistribusikan dirinya sendiri
pada dua sel baru. Bakteri membelah diri dalam waktu yang
sangat singkat. Pada kondisi yang menguntungkan berduplikasi
setiap 20menit.
Cara Reproduksi Bakteri selain pembelahan biner antara
lain :
1) Konjugasi reproduksi seksual dimana bakteri bertukar
bahan
genetik
sebelum
membelah
diri,
sehingga
turunannya memiliki gen baru. Material genetik ditransfer
melalui pili sex.
2) Transformasi bakteri mengambil gen dari bakteri lain yang
telah mati dari lingkungannya.
3) Transduksi virus menyisipkan gen baru ke dalam sel
bakteri. Metoda ini digunakan dalam bioteknologi untuk
menghasilkan bakteri yang dapat menghasilkan insulin.
c. Jenis-jenis Bakteri
1) Bakteri Heterotrof
Bakteri ini hidup dengan memperoleh makanan berupa zat
organik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun
sendiri zat organik yang dibutuhkannya.
2) Bakti Autotrof
a) Bakteri Autotrof adalah bakteri yang dapat menyusun
zat makanan sendiri dari zat anorganik yang ada.Bakteri ini
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu Bakteri fotoautrof
dan bakteri kemoautrotof.
b) Bakteri fotoautrotof bakteri yang memanfaatkan cahaya
sebagai energi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat
organik melalui proses fotosintesis.Contoh bakteri ini
adalah bakteri hijau, bakteri ungu.
3) Bakteri kemoautrotof bakteri yang menggunakan energi
kimia yang diperolehnya pada saat terjadi perombakan zat
kimia dari molekul yang kompleks menjadi molekul yang
sederhana dengan melepaskan hidrogen. Bakteri ini
dikelompokan menjadi 2 yaitu aerob dan anaerob.
a) Bakteri aerob
Bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam
proses respirasinya. Misal: Nitrosococcus, Nitrosomonas
dan Nitrobacter.
b) Bakteri anaerob
Bakteri yang tidak menggunakan oksigen
bebas
dalamproses respirasinya. Misal: Streptococcus lactis.
4) Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen.
a) Bakteri aerob obligat
Bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana
mengandung oksigen.
b) Bakteri anaerob obligat
Bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa
oksigen.
c) Bakteri anaerob fakulatif
Bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa
oksigen.
d. Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas bakteri
1) Faktor Dalam (Nutrien)
Nutrient yang dibutuhkan bakteri harus larut dalam air
agar dapat memasuki bakteri. Ada tiga nutrient yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk pertumbuhannya. Pertama,
adalah
karbon.
Karbon
digunakan
untuk
sintesis
protoplasma. Kedua adalah nitrogen. Ketiga, adalah ion
organik. Semua organisme memerlukan fosfat baik sebagai
komponen struktur sel maupun sebagai simpanan energi.
(Pelczar, 1998:88).
2) Faktor Luar (Lingkungan)
Menurut Pelczar dan Chan, (1986:138-144), faktorfaktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri adalah
a) Suhu
Suhu sangat mempengaruhi pola pertumbuhan bakteri,
laju pertumbuhan dan jumlah pertumbuhan organisme.
Keragaman suhu dapat juga mengubah proses-proses
metabolik tertentu serta morfologi sel. Setiap spesies
bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu.
b) Atmosfer gas
Gas-gas utama yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteriadlah
oksigen
dan
karbondioksida.
Bakteri
memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal
respon terhadap oksigen bebas dan atas dasar ini
maka dibagai menjadi empat kelompok yaitu aerob
(organisme yang membutuhkan oksigen), anaerob
(tumbuh tanpa oksigen molekuler), anaerob fakultatif
(tumbuh pada keadaan anaerob dan aerob), dan
mikroaerofilik (tumbuh terbaik bila ada sedikit oksigen
atmosferik).
c) Kemasaman atau kebasaan (pH)
pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri
terletak antara 6,5 dan 7,5. Nilai pH minimum dan
maksimum ialah antara 4 dan 9.
d) Kelembapan
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang
cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari
protoplasma
menyebabkan
kegiatan
metabolisme
terhenti.
e) Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan
bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme
yang
tidak
berklorofil.
Sinar
ultraviolet
dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat
menghambat
menyebabkan kematian.
pertumbuhan
atau
5.
Bakteri Escherichia Coli
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri
yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam
usus
besar
manusia.
Kebanyakan
Escherichia
Coli
tidak
berbahaya, tetapi beberapa, seperti Escherihia Coli tipe O157:H7,
dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada
manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan
bernama verotoksin. Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan
satu basa adenin dari unit 28S rRNA, sehingga menghentikan
sintesis protein. Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang
belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang.
Escherichia
Coli
yang tidak berbahaya dapat menguntungkan
manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah
bakteri lain di dalam usus.Escherichia
coli banyak digunakan
dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai
vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk
dikembangkan. Escherchia
coli dipilih karena pertumbuhannya
sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. Negara-negara di
eropa
sekarang
sangat
mewaspadai
penyebaran
bakteri
Escherichia Coli ini, mereka bahkan melarang mengimpor sayuran
dari luar
a) Manfaat
Bakteri Escherichia
Coli yang berada di dalam usus besar
manusia berfungi untuk menekan pertumbuhan bakteri jahat,
bakteri ini juga membantu dalam proses pencernaan termasuk
pembusukan sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi
utama yang lain dari Escherichia
Coli adalah membantu
memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa
makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan
saat terjadi perdarahan seperti pada luka/mimisan vitamin K
bisa membantu menghentikannya.
b) Bahaya
Dalam jumlah yang berlebihan bakteri Escherichia Coli dapat
mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke
sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi. Seperti pada
saluran kencing, jika bakteri Escherichia Coli sampai masuk ke
saluran
kencing
dapat
mengakibatkan
infeksi
saluran
kemih/kencing (ISK), umumnya terjadi pada perilaku sex yang
salah (anal sek) juga resiko tinggi bagi wanita karena posisi
anus
dan
saluran
kencingnya
cukup
dekat
sehingga
kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika
membersihkan anus setelah buang air besar untuk itu arahkan
air juga tangan kearah belakang saat membersihkan anus
jangan kedepan agar tidak mengkontaminasi saluran kencing.
Sedangkan bakteri Escherichia Coli tipe O157:H7 sudah
dipastikan berbahaya, E. Coli tipe O157:H7 dapat bertahan
hidup pada suhu yang sangat rendah dan asam. Bakteri
Escherichia Coli yang sedang mewabah di Eropa (Jerman) saat
ini belum diketahui jenisnya (kemungkinan tipe O157:H7).
Selain di usus besar bakteri ini banyak juga di alam liar, jadi
masak makanan dengan matang dan jaga kebersihan untuk
menghindari dampak buruk dari Escherichia Coli.
Gambar 2.6 Struktur Escherichia ColiSumber : Buku
Bakteriologi, Microbiologi Dan Virologi, 2014
Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram
negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling
terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang
bergandeng
dua-dua
(diplobasil)
dan
ada
juga
yang
bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora
maupun kapsula, berdiameter ± 1,1 – 1,5 x 2,0 – 6,0 µm, dapat
bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan
laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA
ialah 50 sampai 51 mol %. (Pelczar dan Chan, 1988:949).
c) Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli
Bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya atau yang disebut
pula dengan generasi dalam waktu 15 hingga 20 menit saja.
dalam waktu tersebut bakteri ini mampu menggandakan
tubuhnya menjadi dua kali lipat. Dalam bagan geometrik
eksponensiall, tercatat dalam waktu 10 jam saja satu sel bakteri
ini bisa menggandakan tubuhnya dan berkembang menjadi
lebih dari 1 triliun sel.
Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana,
dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan
asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005:169). Kecepatan
berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika
faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain
tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan
terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu
yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 60°C 80°C, tetapi suhu optimumnya adalah 37°C. Oleh karena itu,
bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan
vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978:82).
d) Morfologi Bakteri Escherichia Coli
Taksonomi Escherichia coli sebagai berikut (Dwidjoseputro,
1978:105):
Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
Pelczar dan Chan (1988:809-810) mengatakan Escherichia coli
merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan.
Escherichia coli dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke
mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau
minuman.
Morfologi dan ciri-ciri bakteri Escherichia coli yaitu:
1) Merupakan batang gram negatif.
2) Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek.
3) Biasanya tidak berkapsul.
4) Tidak berspora.
5) Motil atau tidak motil, peritrikus.
6) Aerobik, anaerobik fakultatif.
7) Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.
Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila
melebihi dari jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu
menyebabkan
peradangan
selaput
perut
dan
usus
(gastroenteritis). (Pelczar dan Chan, 1988:809-810). Bakteri ini
menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti
pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan
selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 1988:545).
Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui air yang
tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi
pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. Infeksi
yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri
Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan
larutan dalam jumlah besar dan merusak kesetimbangan
elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan
penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare
.(Pelczar dan Chan, 1988:810).
6.
Antibakteri
Antibakteri adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk
membunuh bakteri patogen yang merugikan manusia ataupun
senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
tersebut
dalam
menghindari
konsentrasi
kerusakan
yang
yang
cukup
tidak
rendah
diinginkan
untuk
terhadap
inangnya (Willey et al.,2008)
a. Kriteria
Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik
selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan
penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya.
b. Mekanisme Kerja
1) Penghambatan sintesis dinding sel bakteri.
Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada
reseptor
sel
transpeptida.
transpeptidase
(beberapa
diantaranya
Kemudian
dilanjutkan
dan
sintesis
adalah
enzim
dengan
reaksi
peptidoglikan
terhambat.
Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian
aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel Pada
lingkungan yang isotonislisis terjadi pada lingkungan yang
jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau
sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh.
2) PenghambatanPermeabilitas Dinding Sel Bakteri.
Sitoplasma
semua
sel
hidup
dibatasi
oleh
selaput
sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan
permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan aktif
sehingga dapat mengendalikan susunan sel . Bila integritas
fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat
bersifat
surfaktan
sehinga
permeabilitas
dinding
sel
berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen
penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lainlain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati.
Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien
menunjukkan mekanisme karja tersebut.
3) Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri
Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan
Staphylococcus aureus salah membaca kode pada mRNA
oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan
genetik). Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin,
dan aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis
protein sel bakteri.
4) Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri
Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan
enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam
tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti
karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam
nukleat tidak dapat terbentuk.
c. Jenis zat antibakteri berdasarkan aktivitasnya
1) Bakteriostatik
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi
bakteri), namun tidak mematikan.
2) Bakterisida
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh
bakteri. Namun ada beberapa zat antibakteri yang bersifat
bakteriostatik
pada
konsentrasi
rendah
dan
bersifat
bakterisida pada konsentrasi tinggi.
d. GolonganAntibakteri
1) Golongan Penisilin
Dihasilkan
oleh
fungi Penicillinum
chrysognum.Aktif
terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-).Obat
golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada
saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti
sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik,
pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh: Amoxcillin dan Penicillin.
2) Golongan Sefalosporin
Dihasilkan
oleh
jamur Cephalosporium
acremonium.
Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan
negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan
digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan
bagian
atas (hidung dan
tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan
lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan
ginjal). Contoh: Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin,
E.coli, Klebsiella dan Proteus.
3) Golongan Lincosamides
Dihasilkan
oleh Streptomyces
bakteriostatis.Obat
golongan
lincolnensis dan
ini
bersifat
dicadangkan
untuk
mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi
terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati
dengan penisilin.Spektrum kerjanya lebih sempit dari
makrolida,
terutama
anaerob.Penggunaannya
terhadap
aktif
gram
terhadap
positif
dan
Propionibacter
acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.Contoh
: Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).
4) Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces
rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati
infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan
juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik
Rocky
Mountain,
syanker,
konjungtivitis
mata,
dan
amubiasis. Contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
5) Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus
berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman.Bersifat
bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H.
influenza. Contoh
obatnya
adalah
Kloramfenikol,
Turunannya yaitu tiamfenikol.
6) Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik.Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan
reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu
sintesis protein.Penggunaannya merupakan pilihan pertama
pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi
saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan
infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti
pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk
sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang
ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan
untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya
eritromisin,
klaritromisin,
roxitromisin,
azitromisin,
diritromisin serta spiramisin.
7) Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn
menghambat
enzim
DNA
gyrase
bakteri
sehingga
menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati
sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah
serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit,
infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis
uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra
abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular
seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.
8) Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.
Mekanisme kerjanya bakterisid, berpenetrasi pada dinding
bakteri
dan
mengikatkan
diri
pada
ribosom
dalam
sel.Contoh obatnya streptomisin, kanamisin, gentamisin,
amikasin, neomisin.
9) Monobaktam
Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal
Pseudomonas,
H.influenza
yang
resisten
terhadap
penisilinase Contoh aztreonam
10) Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram
positrif dan negatif.Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja :
mencegah sintesis asam folat.
11) Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid
terhadap kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan
antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi.
7.
Metode Uji Antibakteri
a. MetodaDifusiAgar
Metoda yang Kerjanya dengan mengamati daerah yang bening,
yang
mengindikasikan
adanya
hambatan
pertumbuhan
mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar
(Jawetz et al., 2005)
Metoda difusi ini dibagi atas beberapa cara (Pratiwi, 2008)
1) Cara silinder plat
Cara ini dengan memakai alat pecadang berupa silinder
kawat. Pada permukaan media pembenihan dibiakkan
mikroba secara merata lalu diletakkan pencadang silinder
harus
benar-benar
melekat
pada
media,
kemudian
diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
2) Cara cakram
Cakram kertas yang berisi antibiotik diletakkan pada media
agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
berdifusi pada media agar tersebut.
3) Cara cup plat
Cara ini juga sama dengan cara cakram, dimana dibuat
sumur pada media agar yang telah ditanami dengan
mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi antibiotik
yang akan di uji.
b. Metoda Dilusi
Metoda ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration
atau kadar hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum
bactercidal concentrationatau kadar bunuh minimum, KBM).
(Pratiwi, 2008).
c. Metoda Bioautografi
Merupakan metode spesifik untuk mendeteksi bercak pada
kromatogram
hasil
KLT
(kromatografi
lapis
tipis)
yang
mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi, dan antivirus.
(Pratiwi, 2008).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Tanaman senduduk (Melastoma candidum) memiliki kandungan
saponin, flavonoid, dan tanin (Simanjuntak, 2008). Daun senduduk
(Melastoma candidum) berkhasiat untuk mengobati diare, keputihan,
obat kumur, luka bakar, sariawan, perdarahan. (Djauhariya dan
Hemani, 2004).
Kandungan flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang
mempunyai aktivitas antibakteri yang cara kerjanya dengan merusak
membran sitoplasma dan mendenaturasiprotein sel.
Berdasarkan pnelitian terdahulu tentang kandungan tanaman
senduduk, pada daun senduduk (Melastoma candidum) terdapat
kandungan flavonoid dan saponin yang dapat digunakan sebagai
antibakteri Sehingga dalam penelitian ini, dilakukan uji aktivitas
antibakteri dari ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma
candidum) terhadap bakteri Escherichia Coli. Hal ini untuk mengetahui
apakah ekstrak etanol 70% daun senduduk (Melastoma candidum)
mempunyai aktivitas antibakteri dan untuk mengetahui berapakah
kadarekstrak yang dapat memberikan aktivitas antibakteri.
C. Kerangka Berfikir
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
Daun Senduduk
(Melastoma candidum)
Ekstrak Maserasi etanol 70% daun
senduduk (Melastoma candidum)
(Flavonoid, Saponin, Tanin)
Uji Antibakteri Metode Difusi
Agar Kertas Cakram.5 Replikasi
Efektif
Tidak Efektif
Gambar 2.6 Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesa
Berdasarkan kajian teori yang ada dapat disusun suatu hipotesis
dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun senduduk (Melastoma
candidum) mempunyai aktifitas antibakteri terhadap Escherichia Coli.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran , Q.S As-syura ayat 11
Anonim, 2000,Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Cetakan Pertama, Jakarta : Depkes RI.
Anonim,1986,Sediaan Galenik, Jakarta: Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Dalimarta, S. (2005). Tanaman obat dilingkungan sekitar. Puspa Swara,
Jakarta:iv+hal 68.
Dalimartha, S. (2003) Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 3. Depok : 2007.
Departemen Kesehatan RI. (1994). Inventaris. Tanaman Obat Indonesia
Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan.
Dwidjoseputo, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Ekstrak Etanol 70% Rimpang Bangle (Zingiber purpureum
Roxb.),JurnalFarmasi Udayana:1-7.
Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti :
Bandung
Gunawan D, Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar
Swadaya : Jakarta.
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Kedokteran EGC. Edisi
ke-3
Hudzicki, J. (2010). Kirby-Bauer Disk Suscepibillity Test Protocol.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme.
Wyrama Widya : Bandung
Iskandar, Y., D. Rusmiati & R.R. Dewi. (2005). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Terhadap
Bakteri Escherichia Coli dan Bacillus Cereus. Jurusan Farmasi
FMIPA UNPAD, Sumedang: hal 9.
Istiqomah., 2013. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi
terhadap kadar piperin buah jabe jawa (Piperin retrofracti fructus).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Jewetz et all., (2005).Difusi agar.
Katzum, B. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika.
Jakarta. Terjemaahan Huriyati dan Hartanto. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Lay, Bibiana W dan Sugyo Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali :
Jakarta
Noname. (2010).Senggani,Tanaman-Obat-Indonesia.
Padmasari, P.D., Astuti, K.W., Warditiani, N.K., 2013, Skrining Fitokimia
Pambekti, lena. Mekanisme kerja flusitosin. Tersedia dalam
https://academia.edu/11729910/FARMAKOLOGI[diakses 8 maret
2016]
Pelczar, micheal. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press : Jakarta
Plczar, M. J. Dan Chan, E.C.S. (1998). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi.
Penerbit ITB Bandung: xi + 367 hlm.
Setyaningsih, I., L.M. Pangabean, B. Riyanto & N. Nugraheny. (2006).
Potensi Antibakteri. Buletin Teknologi Hasil Perikanan IX(1): 6170.
Simanjuntak R.Megawati. (2008). Ekstrak Fraksinasi Komponen Ekstrak
daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma Malabatharicum,L) Serta
Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka
Bakar.
Tjay, T.H., Ra hardja, K. 2002. Obat-obat penting. Jakarta: Penerbit PT.
Elex Me dia KomputindoKelompok Gramedia. pp 95.
Wattimena, JR., dkk.(1981). “Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik”,
UGM, Yogyakarta
Zein, U., K. H. Sagala & J. Ginting. (2004). Diare Akut Disebabkan
Bakteri.Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan:
15 hlm.
60
Download