Pembahasan A. Anamnesis Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.1 Anamnesis yang baik akan terdiri dari:1 1 Identitas 2 Keluhan utama 3 Riwayat penyakit sekarang 4 Riwayat penyakit dahulu 5 Riwayat penyakit dalam keluarga 6 Riwayat pribadi Riwayat sangat penting dalam langkah awal diagnosis semua penyakit, termasuk pula penyakit yang terdapat di dalam rongga dada. Sebagaimana biasanya diperlukan riwayat penyakit yang deskriptif dan kronologis; ditanyakan pula faktor pemberat penyakit dan hasil pengobatan untuk mengurangi keluhan pasien.1 Dalam penyakit kardiovaskular, biasanya keluhan utama pasien adalah seputar nyeri pada dada sebelah kiri yang menjalar. Dalam skenario kali ini, pasien mengeluh adanya nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri yang muncul tiba – tiba 3 jam yang lalu. Maka berdasarkan anamnesis ada beberapa pertanyaan yang diajukan seputar keluhan utama nyeri dada kiri pada pasien, antara lain :1 Lokasi nyeri dada diri dimana ? Sifat nyeri dada kirinya seperti apa ? Seperti ditusuk – tusuk ? Ditindih ? Nyeri dada kiri tersebut menjalar atau tidak ? Sudah berapa lama pasien merasa nyeri dada diri ? Kapan pasien merasa nyeri dada kiri ? Saat istirahat atau aktivitas ? Berapa lama pasien mengalami keadaaan seburuk ini ? Nyeri dada kirinya membaik tidak saat istirahat atau saat minum obat ? Apa yang dilakukan pasien sebelum merasa nyeri dada kiri ? Kira – kira apa pemicunya ? Apakah latihan fisik, stress, sesudah makan ? Apakah pasien batuk ? Jika iya, adakah sputum, berapa banyak, dan apa warnanya? Apakah terdapat demam ? Jika iya, demamnya hilang timbul atau terus ada ? Apakah terdapat mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, merasakan denyut jantung sendiri, bengkak pada kaki, cemas dan lemas, mengalami hilang kesadaran sesaat ? Pasien pernah menderita seperti ini tidak sebelumnya ? Sudah pernah diobati atau belum ? Ada riwayat merokok, sakit jantung, kencing manis, darah tinggi ? (baik pasien maupun keluarganya), Atau mungkin pernah operasi pada daerah dada ? Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut seperti scenario diatas, perlu dipastikan secara cepat dan tepat apakah pasien menderita IMA atau tidak. Diagnosis yang terlambat atau salah, dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi yang berat. Beberapa hal yang bisa ditanyakan yang menjadi focus adalah : 1 Nyeri dada : pada infark miokard nyeri dada yang ditimbulkan karena oksigenasi jantung yang tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis. Mungkin bisa terdapat riwayat angina sebelumnya. Nyeri akibat miokard biasanya timbul mendadak, berat, sering kali digambarkan seperti perasaan terlilit dan berat (“seperti terjepit”), dan disertai keringat dingin. Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA dan petanda awal dalam pengelolaan pasien IMA. Beberapa sifat nyeri dada angina adalah sebagai berikut : Lokasi nyeri : substernal, retrosternal, dan precordial. Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih beban berat, sperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir. Penjalaran : biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi, punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat. Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas, dan lemas. 2 Dispnea (atau kesulitan bernapas) akibat meningkatnya usaha bernapas yang terjadi akibat kongesti pembuluh darah paru dan perubahan kemampuan pengembangan paru; ortopnea (atau kesulitan bernapas pada posisi berbaring); dispnea nokturnal paroksimal (atau dispnea yang terjadi sewaktu tidur) terjadi akibat kegagalan ventrikel kiri dan pulih 3 dengan duduk di sisi tempat tidur. Palpitasi atau merasakan denyut jantung sendiri, terjadi karena perubahan kecepatan, 4 keteraturan, atau kekuatan kontraksi jantung. Edema perifer atau pembengkakan akibat penimbunan cairan dalam ruang interstitial, jelas terlihat di daerah yang menggantung akibat pengaruh gravitasi dan didahului oleh 5 6 bertambahnya berat badan. Sinkop atau kehilangan kesadaran sesaat akibat aliran darah otak yang tidak adekuat. Kelelahan dan kelemahan, seringkali akibat curah jantung yang rendah dan perfusi aliran darah perifer yang berkurang. Dari anamnesis didapatkan, pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri yang muncul tiba – tiba sejak 3 jam yang lalu. Nyeri berkurang saat istirahat kemudian muncul lagi dan semakin berat. Pasien sebelumnya pernah sakit seperti ini namun tidak terlalu sakit dan hanya berlangsung 5 menit saja, artinya dahulu pasien pernah mengalami serangan tapi tidak sampai akut dan menandakan pernah terjadi iskemia miokard. Pasien tidak ada demam ataupun batuk. Setelah dilakukan anamnesis, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Sebelum melaksanakan pemeriksaan fisik, hendaknya didahului oleh penjelasan singkat mengenai pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, bagaimana bentuk pemeriksaannya, apa yang nanti harus dilakukan oleh pasien saat pemeriksaan fisik berlangsung, dan bertujuan untuk apakah pemeriksaan tersebut, serta meminta informed consent atau permintaan izin kepada pasien yang menunjukan bahwa pasien tersebut setuju atau tidak untu melakukan pemeriksaan fisik. Jika pasien setuju, jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan sudah pemeriksaan.