BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut para ahli Stoner (2006), Manajemen adalah suatu aktivitas yang meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi untuk diarahkan semua sumber daya yang artinya semua organisasi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Robbins dan Coulter (2010), Manajemen adalah suatu aktivitas yang mengarahkan cara berkoordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan dapat terselesaikan secara efisien dan efektif. Karena manajemen mengarahkan aktivitas untuk menjadi efektif, dan dapat menyelesaikan tugas sasaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut para ahli Hasibuan (2005), Manajemen adalah suatu ilmu dan seni yang mengatur proses sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya yang mengatur secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dapat diketahui bahwa manajemen itu penting karena manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan suatu organisasi untuk menetapkan tujuan untuk mewujudkan proses manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian). Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses aktivitas yang mempelajari cara perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian untuk mencapai tujuan rangka bekerja sama untuk mencapai organisasi manajemen. 2.1.1 Fungsi Manajemen Menurut Daft (2010), fungsi-fungsi manajemen ada empat yaitu: • Perencanaan Fungsi perencanaan adalah mendefinisikan sebuah fungsi manajemen yang meliputi sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran, dan mengembangkan rencana kerja untuk mengelola aktivitas.. • Penataan (pengorganisasian) 11 12 Penataan (pengorganisasian) adalah sebuah fungsi manajemen yang melibatkan tindakan penataan dan pengaturan berbagai aktivitas kerja yang telah terstruktur untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditentukan. • Kepemimpinan Kepemimpinan adalah sebuah fungsi manajemen yang berinteraksi dengan orang lain atau tim kerja untuk mencapai sasaran organisasi. • Pengendalian Pengendalian adalah pengawasan aktivitas, penilaian aktivitas, dan mengkoreksi hasil kinerja pekerjaan. 2.2 Pengertian Manajemen Operasional Menurut Ishak (2010), Manajemen operasional berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Karena setiap hari menjumpai barang atau jasa yang melimpah dan semuanya dihasilkan ke pegawasan manager operasi. Menurut Heizer dan Render (2009), Manajemen Operasional adalah suatu aktivitas yang menghasilkan barang jasa dengan mengubah input menjadi output yang berlangsung di semua organisasi. Menurut Robbins dan Coulter (2005), Manajemen operasional adalah menciptakan nilai produk untuk mengubah proses pengendalian menjadi barang jadi dan jasa. Menurut Mahmud (2011), bahwa manajemen operasional memiliki beberapa penanaman seperti manajemen pabrik, manajemen produksi, dan majemen operasional. Menurut Prasetya (2009), Manajemen Operasional merupakan serangkain aktifitas yang telah menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan ini menghasilkan barang dan jasa berlangsung semua orang, baik perusahaan manufaktur maupun jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen operasional adalah penciptaan dan menambah nilai dengan cara yang efektif dan efisien pada produk (barang atau jasa) yang dihasilkan oleh organisasi. 2.3 Konsep Dasar Lean Prinsip lean berasal dari industri manufaktur Jepang. Lean sering diartikan adalah suatu peralatan yang dapat membantu mengurangi pemborosan produk, pemborosan biaya, pemborosan waktu dan sebagainya. Lean menjelaskan bahwa mengurangi pemborosan dapat menggunakan metode Value Stream Mapping (VSM), 5S, Kanban, serta Poka-yoke. Menurut Toyota bahwa lean bukan hanya peralatan 13 tetapi dapat mengurangi 3 jenis pemborosan yang dikenal dengan intilah bahasa Jepang yang antara lain adalah Muda (pekerjaan yang tidak memberi nilai tambah), Muri (pekerjaan yang berlebihan) dan Mura (ketidakseimbangan) dengan menemukan masalah secara sistimatik. Menurut Gaspersz dan Fontana (2011), menjelaskan Lean adalah suatu upaya terus-menerus (continous improvement efforts) untuk menghilangkan pemborosan (waste), dan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan atau jasa), agar memberikan hasil kepada pelanggan (customer value). Jadi dapat disimpulkan bahwa lean adalah sekumpulan metode untuk mengeliminasi pemborosan seperti mengurangi waktu tunggu, produksi berlebih, produk cacat dan sebagainya. Menurut Gaspersz (2012), mendeinifisikan bahwa lean adalah suatu filosofi bisnis yang meliputi pada penggunaan sumber daya yang termasuk sumber waktu dalam aktivitas perusahaan yang melalui perbaikan dan peningkatan terus-menerus, sehingga hanya berfokus pada eliminasi aktivitas yang tidak bernilai dalam desain produksi yang berhubungan dengan manufaktur atau operasi yang berkaitan langsung dengan pelanggan. Dalam jurnal Holweg (2007), mengatakan bahwa “Lean production not only successfully challenged the accepted mass production practices in the automotive industry,significantly shifting the trade-off between productivity and quality, but it also led to a rethinking of a wide range of manufacturing and service operations beyond the high-volume repetitive manufacturing environment”. Dapat disimpulkan bahwa lean produksi atau produksi ramping atau sering disebut lean merupakan praktek produksi yang mempertimbangkan pengeluaran sumber daya untuk menciptakan nilai produk bagi pelanggan yang akhirnya mengalami pemborosan, sehingga dengan target lean untuk mengeliminasi pemborosan. 2.4 Pengertian Pemborosan Menurut Heizer dan Render (2009), Pemborosan terjadi pada proses bisnis pabrik yang sering ditemukan seperti produk cacat, kelebihan persediaan, pemborosan waktu dan sebagainya. Dengan hal ini pabrik berusaha untuk mengeliminasi semaksimal mungkin untuk tidak terjadi pemborosan. Dapat dilihat bahwa karyawan sering ditemukan lebih dari 95% dengan waktu yang tidak digunakan untuk menambah nilai produk, menunggu bahan material dikirim ke lantai produksi, mesin sering dalam perbaikan sehingga dapat menyebabkan pemborosan. 14 Dapat disimpulkan bahwa pemborosan dapat terjadi dimana saja, karena pemborosan tidak dapat terlihat sehingga banyak pabrik mengalami pemborosan dengan pemborosan waktu yang tanpa disadari, produk cacat menyebabkan pemborosan, menunggu waktu, produksi berlebihan, pemborosan inventory dan sebagainya.Untuk menghilangkan pemborosan dengan cara mengeliminasi persediaan yang berlebihan, meningkatkan nilai produk, mengendalikan nilai biaya untuk memungkinkan harga jual rendah tetapi laba meningkat, memperbaiki kinerja karyawan. 2.4.1 Jenis Pemborosan Menurut penelitian dijalankan terdahulu oleh Joshi at all (2013),” Elimination Waste”. International Journal of Emerging Trends in Engineering and Development, Muda is a Japanese expression for wastages within the manufacturing systems (Rajesh Gautam et al, 2012). One way to enhance profitability of the firm is to fundamentally trim down costs. Where improving product quality, reducing production costs and being first to market also quick respond to customers is the main criteria of enhancing profitability of the organization. There are primarily seven types of MUDA‟s. Dapat disimpulkan bahwa Muda adalah sistem jepang untuk mengeliminasi atau menghilangkan pemborosan yang terjadi di perusahaan. Salah satu jenis pemborosan tersebut untuk mengetahui jenis-jenis pemborosan apa saja yang terjadi diperusahaan sehingga dapat menghilangkan pemborosan. Menurut Jurnal Teknik Hazmi at all (2012). “Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mereduksi waste”. Peningkatan untuk menimasi pemborosan (waste) selama proses produksi terjadi adanya pemborosan antara lain inappropriate processing, unnecessary inventory,waiting dan defect. Lean Manufacturing merupakan pendekatan yang bertujuan untuk meminimasi pemborosan yang terjadi pada aliran proses produksi. Sehingga dapat disimpulakan dengan adanya dasar lean dapat mengetahui cara mengatasi pemborosan dan mengetahui akar penyebab yang terjadi. Menurut Heizer dan Render (2009), dengan hal tersebut dapat dijelaskan 7 jenis pemborosan dikenal sebagai “MUDA” antara . lain yaitu 1. Produksi berlebih – Overproduction Produksi berlebih adalah menghasilkan produk atau barang yang secara berlebihan dari yang dibutuhkan pelanggan. Dapat disimpulkan bahwa pemborosan tersebut paling buruk yang sering ditemukan di pabrik. Karena pemborosan ini terjadi 15 memproduksi produk lebih banyak dari jumlah pemesanan, sehingga pemborosan ini dapat menyebabkan permintaan menurun dan tidak terjualnya persediaan (stock). Untuk mengatasi produksi berlebih, dengan cara menjadwalkan dan memproduksi sesuai dengan jumlah yang ditentukan. 2. Menunggu – Waiting Pemborosan terjadi pada saat tangan operator menganggur atau menunggu proses. Pemborosan ini dapat terjadi pada gangguan mesin sehingga menunggu perbaikan mesin, jalur kerja yang tidak seimbang. Dapat disimpulkan bahwa pemborosan tersebut karena operator hanya melihat dan mengawasi proses berjalannya mesin sehingga operator tidak melakukan apa-apa, dan pekerjaan sepenuhnya telah dilakukan oleh mesin. 3. Memindahkan – Transporting Pemborosan memindahkan – transporting terjadi pada kegiatan pergerakan yang berlebihan dan penanganan yang berlebihan bisa menimbulkan kerusakan serta kemungkinan menyebabkan mutu produk menurun. Hal ini terjadi pada produk yang ditangani secara berulang-ulang dari satu proses ke proses berikutnya tanpa memberikan nilai tambah produk. 4. Proses – Processing Pemborosan ini terjadi adanya teknologi yang kurang tepat atau rancangan produk yang kurang baik. Pemborosan proses ini terjadi pada banyak kasus seperti yang diakibatkan karena kegagalan melakukan sinkronisasi proses. Operator seringkali melakukan pekerjaannya pada bidang tertentu lebih teliti dari yang diisyaratkan. 5. Persediaan – Inventory Pemborosan persediaan hampir sama dengan pemborosan produksi berlebih, hanya saja pemborosan persediaan merupakan pembelian bahan material yang terlalu banyak, sehingga persediaan menjadi menumpuk digudang. Oleh sebab itu untuk mengurangi pemborosan persediaan dengan cara yang menyingkirkan barang- barang persediaan yang tidak diperlukan, tidak membeli barang barang- barang dalam ukuran besar, dan tidak memproduksi barang yang tidak dibutuhkan pada proses berikut 6. Gerakan – Motion Terjadi karena adanya gerakan pekerja yang tidak berkaitan langsung dengan nilai tambah. Hal tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi dari jalur produksi itu sendiri. 16 Secara spesifik, semua gerak kerja yang membutuhkan usaha fisik berlebih dari pekerja merupakan pemborosan. Contoh gerakan tersebut adalah: • gerakan hilir-mudik mencari alat bantu. • mengambil dan mengembalikan alat ke tempat kerja yang letaknya berjauhan. 7. Cacat – Defects Pemborosan yang terjadi karena harus ada pengerjaan ulang terhadap produk atau bila produk cacat maka harus dimusnahkan. Hal ini berdampak pada: • operator pada proses produksi berikutnya menunggu. • menambah biaya produksi. • memperpanjanglead time • perlu kerja tambahan untuk membongkar dan mereparasi produk. Menurut Gaspersz dan Fontana (2011), menjelaskan 7 jenis pemborosan yaitu Overproduction : memproduksi lebih dari kebutuhan pelanggan internal dan eksternal atau memproduksi lebih cepat dari waktu kebutuhan pelanggan. Akar penyebabnya karena kurang berkomunikasi, hanya berfokus pada kesibukan kerja masing-masing, tidak memenuhi kebutuhan pelanggan. Delays (waiting time): keterlambatan saat menunggu mesin, peralatan, bahan baku, supplier, perawatan mesin dan sebagainya. Akar penyebabnya adalah waktu penggantian produk yang panjang (long changover times), dan lainlain. Transportation: memindahkan material dengan jarak yang sangat jauh dari satu proses ke proses berikut yang dapat mengakibatkan waktu penanganan material bertambah. Akar penyebabnya adalah tata letak yang jelek, kurang berkoordinasi dalam proses, poor housekeeping, organisasi tempat kerja yang jelek (poor workplace organization), lokasi penyimpanan material yang banyak dan saling berjauhan (multiple and long distance storage locations). Processes: proses tambahan atau aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien. Akar penyebabnya adalah ketidakpastian dalam penggunaan peralatan, pemeliharaan perlatan yang jelek (poor tooling maintenance), gagal mengombinasi operasi kerja. Inventories: menyembunyikan masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan tambahan yang seharusnya tidak diperlukan. Akar penyebabnya adalah Peralatan yang tidak andal (unreliable equipment), aliran kerja yang 17 tidak seimbang (unbalanced flow), pemasok yang tidak kapabel (incapable suppliers), peramalan kebutuhan yang tidak akurat (inaccurate forecasting), ukuran batch yang besar ( large bath sizes), long changeover times. Motions: suatu pergerakan dari orang atau mesin yang tidak menambah nilai kepada barang dan jasa yang akan diserahkan kepada pelanggan, tetapi hanya menambah biaya dan waktu saja. Akar penyebabnya adalah metode kerja yang tidak konsistem, organisasi lokasi kerja yang jelek, tata letak tidak diatur dengan baik. Defect products: pengerjaan ulang terhadap produk atau bila produk cacat maka harus dimusnahkan. Akar penyebabnya adalah Incapable processes, insufficent training, ketiadaan prosedur-prosedur operasi standar. Dengan dismpulkan dapat dijelaskan dengan adanya jenis-jenis pemborosan dapat mengetahui jenis pemborosan yang terjadi. Hasil analisis terhadap jenis pemborosan dapat membantu perusahaan dalam melakukan identifikasi mengenai jenis-jenis pemborosan yang mungkin terjadi pada perusahaan. 2.5 Penerapan 5S Menurut Ghodrati dan Zulkifli Journal of Business and Management (2012),” 5S is a systematic technique used by organizations comes from five Japanese words: Seiri (sort), Seiton (set in order), Seiso (shine), Seiketsu (standardize), and Shitsuke (sustain). This system helps to organize a work space for efficiency and decrease wasting and optimize quality and productivity via monitoring an organized environment and use visual evidences to obtain more firm results effectiveness. Dapat disimpulkan bahwa 5S adalah suatu metode yang berguna untuk mendirikan organisasi, menyebarkan desain, dan meningkatkan komunikasi karyawan untuk mengembangkan dan mengurangi persediaan berlebihan, mengurangi lead time, mengurangi cacat, mengurangi cedera dan mengurangi biaya yang terkait. Menurut Khedkar at all (2012), International Journal of Modern Engineering Research (IJMER) “Studyof Implementing 5S Techniques in Plastic Moulding” 5S is a basic foundation of Lean manufacturing systems. It is a tool for cleaning, sorting,organizing and providing the necessary groundwork for workplace improvement. Dapat disimpulkan bahwa 5S adalah landasan dasar dari sistem Lean manufaktur. 5S merupakan membersihkan, mengatur, mengatasi perbaikan agar tidak terjadi pemborosan. Upaya dari penelitian untuk mengatasi pemborosan dengan penerapan 5S. Menurut Gaspersz (2011) bahwa 5S adalah singkatan dari Seiri, 18 Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Pada dasarnya 5S menyangkut kegiatan pengorganisasian tempat kerja dan kerumahtanggaan (House Keeping – 5S). 5S merupakan konsep yang sangat mendasar bagi perusahaan dalam setiap usaha peningkatan mutu karena 5 S / 5 R merupakan langkah penting untuk menghilangkan pemborosan dan peningkatan kesinambungan (Continuous improvement). Dengan adanya menerapkan metode 5S, penelitian menyimpulkan 6 tahap yang antara lain adalah Menjaga kompetisi dengan menghilangkan / mengurangi waste sebagaiwujud peduli lingkungan Respon terhadap kebutuhan customer yang selalu berubah Mengurangi biaya / cost untuk jangka panjang, mengurangi pemborosan waktu dan mengurangi kecelakaan kerja Pijakan awal untuk program improvement lainnya Meningkatkan citra perusahaan di mata stakeholder, shareholder dan pihak terkait dengan perusahaan Meningkatkan produktivitas kerja karyawan, ketika semua tertata dengan baik dan lingkungan kerja bersih maka akan membuat karyawan bekerja dengan nyaman dan lebih cepat. Menurut Heni (2011) bahwa tujuan penerapan 5S adalah menciptakan lingkungan kerja yang bersih, rapi, aman, dan nyaman serta menjaga peralatan dan barang tetap berada pada kondisi siap dipakai dan meningkatkan kedisplinan serta mengeliminasi. Dengan disimpulkan bahwa dari tujuan penerapan 5s ini sangatlah penting ,karena dengan tujuan penerapan 5s yang diterapkan suatu perusahaan sehingga dapat emningkatkan kedsiplinan serta dapat mengeliminasi pemborosan yang terjadi diperusahaan. Manfaat Penerapan 5S : • Menjaga lingkungan kerja dalam keadaan baik dengan meniadakan halhalyang tidak dibutuhkan (unnecessary things) berada di area kerja. • Mencegah kecelakaan dengan menghilangkan tergelincir karena adanya sampah dilantai, terpeleset karena lantai berminyak dan licin dlsb. • Mencegah bahaya api dengan menyimpan material mudah terbakar di kabinet khusus. 19 • Meningkatkan disiplin dan rasa memiliki dengan memotivasi setiap orang untuk menjaga area kerja dalam kondisi tertata, aman, dan produktif. Menurut Gaspersz dan Fontana, menjelaskan bahwa 5s adalah metode untuk mengurangi atau mengatasi pemborosan yang terjadi pada perusahaan, dengan adanya 5s dapat mendirikan organisasi, mengurangi persediaan berlebihan. Mengurangi lead time dan sebagainya. Penelitian menyimpulkan bahwa 5S terdiri dari antara lain adalah Seiri (sort) merupakan memisahkan item stsu bahan yang dibutuhkan dari item atau bahan yang tidak dibutuhkan, kemudian membuang item yang tidak diperlukan dari tempat kerja maupun tempat penyimpanan barang. Seiton (stabilize,straighten, set in order, simplify) merupakan menyimpan item yang diperlukan ditempat yang tepat agar mudah diambil jika digunakan. Seiso (shine, sweep) merupakan mempertahankan area kerja agar tetap bersih dan rapi. Seiketsu ( standardize) merupakan melakukan standardisasi terhadap praktek 3s (seiri,seiton, dan seiso ) di atas. Shitsuke ( sustain, self-discipline) merupakan membuat agar kedisplinan menjadi suatu kebiasaan melalui mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Dengan disimpulkan dari 5S ini dengan tahap-tahap masing-masing tersebut merupakan mengatur area kerja sehingga dapat mengeliminasi pemborosan. Dengan telah menerapkan 5S ini, maka dapat mengurangi pemborosan secara langsung. 20 2.6 Kerangka Pemikiran Proses Produksi pembuatan OPP Tape dan pembuatan Opp Bag Menjelaskan proses pembuatan produk dan menjelaskna produk utama pada perusahaan tersebut Analisis penanganan mesin pada pembuatan produk OPP Tape dan OPP Bag Identifikasi Jenis Pemborosan Mengetahui jenis pemborosan dan mengindentifikasi sehingga dapat mengatasi pemborosan yang terjadi Menentukan Pemborosan Setelah mengidentifikasi pemborosan yang terjadi untuk menentukan pemborosan dengan didasarkan pada hasil kuesioner tentang penerapan 5S diperusahaan Mengatasi Pemborosan dengan 5s 5s terdiri dari seiri,seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke. Untuk mngatasi pemborosan yang terjadi dengan seiketsu dan shitsuke. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Pengelolaan peneliti, 2014