STRATIFIKASI AL-MAQASID AL-KHAMSAH DAN PENERAPANNYA DALAM AL-DHARURIYAT, AL-HAJJIYAT, AL-TAHSINIYYAT Nilda Susilawati Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu 38613 Email: [email protected] Abstract: The Stratification of Al-Maqasid Al-Khamsah and its implementation in AlDharuriyat, Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat Maqasid syariah is aimed for the benefit of the people in his life and the hereafter. The stratifications of maqasid are devided in to three categories: First, the need of Ad-daruriyyah which is a basic need related to the existance of five principles there are faith, soul, mind, descent, and wealth. Second, the need of alHajiyyah which is one of the mode in order to maintain those five basic principles, but the need of al-Hajiyyah level is below the need of ad-daruriyyah. Third, the need of atTasiniyyah, if the third need is unable to be fulfilled it will not threat any of the above five basic principles, and also it will not cause an obstacle. The level of this need is only as a complement. Each levels of maqasid syariah should be performed in according to the need of human. Keywords: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah Abstrak : Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah dan Penerapannya Dalam Al-Dharuriyat, Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat. Maqasit syariat merupakan tujuan syariat yaitu untuk mencapai kemaslahatan bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat. Stratifikasi maqasid syariah dibagi dalam tiga tingkatan yaitu, pertama kebutuhan ad-daruriyyah yaitu kebutuhan yang mendasar yang menyangkut dalam mewujudkan dan melindungi eksistensi kelima pokok yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kedua yaitu kebutuhan al-Hajiyyah dalam rangka perwujudan dan perlindungan yang diperlukan dalam melestarikan kelima pokok tersebut di atas, tetapi kadar kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan ad-daruriyyah. Ketiga kebutuhan at-Tahsiniyyah merupakan tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di atas dan tidak pula menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap saja. Dalam pelaksanaan setiap tingkatan maqasid syariah disesuai dengan kebutuhan manusia. Kata Kunci: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah karena ada satu pihak yang diuntungkan Pendahuluan Kebutuhan manusia terhadap hukum sangat besar menata kehidupan pribadi banyak hal yang sangat kehidupan antara individu maupun dengan mudah tetapi sulit dikerjakan karena lingkungannya. kurangnya Interaksi untuk dan ada juga yang dirugikan. Dalam antara satu pengetahuan. dengan lainnya tidak jarang melahirkan menjadikan kesinggungan mudah dan bermakna, dimana antara satu yang mengakibatkan merusak tatanan kehidupan yang ada, dengan kehidupan Hukum lainnya akan manusia lebih memperolah Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah وﻣﺎ أرﺳﻠﻨﺎك إﻻ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ pembagian yang sama dan tidak ada yang dilebihkan, tidak ada pembeda antara yang Artinya: “Dan tidaklah kami utus kaya dengan yang miskin semua diatur engkau melainkan sebagai sama kecuali dalam keadaan yang dapat rahmat untuk semesta alam” meringankan seseorang. (al-Anbiyaa’: 107). Hukum dalam Islam memiliki tujuan luhur dan maksud mulia yang sangat diinginkan oleh Allah Pembuat syari’at (syari’) Yang Maha Bijaksana untuk terealisir dalam kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa hukum syari’at memiliki ‘illat hukum (faktor/ Al-Syatibi dalam kitabnya alMuwafaqat mengemukakan (kebaikan) manusia. Dan masalah ini merupakan kesepakatan dari ulama Islam kecuali kelompok kecil dari ulama Ahli Dzahir (tektual/ skripturalis) dan para pengikut mereka.1 Rasul kesehateraan bahwa as-Syari’ah tujuan pokok kemaslahatan manusia baik di dunia dan akhirat.2 Kehidupan dunia yang dijalani manusia harus selaras dengan tujuan akhir kehidupan manusia yaitu akhirat. Karena hukum yang ditetapkan bagi manusia akan membawa kemudahan dan kebaikan manusia. Tak terhitung begitu banyaknya kemudahan yang diberikan ketika manusia Allah menurunkan syariat Islam melalui Ushul disyariatkannya hukum Islam adalah untuk konsideran penyebab hukum) yang dapat difahami dan terkait dengan maslahat fi untuk dan mewujudkan kemudahan bagi manusia. Manusia dapat berbuat dan bertindak menurut kemampuannya melalui koridor yang telah ditetapkan agama, manusia tinggal memilih jalan mana yang terbaik dan mampu di jalani sehingga dalam kesulitan, begitu pula dengan kebaikan yang ditimbulkan dari penetapan hukum. Dan tujuan hukum ditetapkan meski melihat kepada tingkat kebutuhan manusia, karena ada stratifikasi yang mesti diproritaskan ketika menetapkan sebuah kebutuhan agar kehidupan manusia bisa berjalan dengan baik. kehidupan manusia lebih tertata dalam aturan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah surat al-Anbiyaa’ Pembahasan 1. Maqasid asy-Syariah berikut: 1 Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar kajian Islam; Studi Analistik Komprehensif tentang Pilarpilar Subtansi, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1999) h. 138 2 Abu Ishak Al-Syathiby, al-Muwafaqat fi Ushul fi al-Syari’at, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1979), h.6 MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015 Pembicaraan mengenai al- mewajibkan berbagai ibadah untuk maqasid al-khamsah tidak terlepas menegakkan agama Allah SWT, dari disyariatkan hukum zina untuk al-maqasid sehingga asy-Syari’ah, pemahaman menjadi memelihara jelas. Kata al-maqasid merupakan kehormatan dan keturunan, jamak dari kata al-maqsid yang Disyariatkan hukuman berarti tujuan yaitu tujuan syariat. pencurian untuk memelihara harta Dalam fikih, seseorang, disyariatkan hukuman pembahasan masalah al-maqasid meminum minuman keras untuk asy-syariah bertujuan untuk memelihara akal, dan disyariatkan mengetahui tujuan-tujuan yang hukuman qisas untuk memelihara ilmu ushul jiwa seseorang.4 hendak dicapai oleh perumusnya dalam mensyariatkan hukum. Ulama ushul fikih sepakat Tujuan ini merupakan salah satu menyatakan bahwa pada setiap faktor penting dalam menetapkan hukum hukum kemaslahatan bagi hamba SWT, Islam melalui ijtihad. yang dihasilkan 3 Ulama baik terkandung kemaslahatan itu bersifat ushul fiqh duniawi maupun ukhrawi. Oleh al-maqasid asy- sebab itu, setiap mujtahid dalam syariah dengan “makna dan tujuan mengistimbatkan hukum dari suatu yang dikehendaki syara’ dalam kasus yang sedang dihadapi, harus mensyariatkan suatu hukum bagi berpatokan kepada tujuan-tujuan kemaslahatan umat manusia. Al- syara’ maqasid asy-syariah di kalangan hukum, sehingga hukum yang akan ulama ushul fikih disebut juga ditetapkan dengan asrar asy-syari’ah, yaitu kemaslahatan umat manusia.5 mendefinisikan ilmu itu dalam mensyariatkan sesuai dengan rahasia-rahasia yang terdapat di Ada beberapa alasan yang balik hukum yang ditetapkan oleh dikemukakan ulama ushul fikih syarak, berupa kemaslahatan bagi dalam menetapkan bahwa setiap umat manusia, baik di dunia 4 maupun akhirat. Misalnya syarak 3 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109 5 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109 Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah hukum Islam itu terdapat tujuan terkandung dari diutuskannya yang hendak dicapai oleh syara’, Rasul bagi umat manusia.6 Dalam yaitu kemaslahatan umat manusia. surat al-Anbiya ayat 107, Allah Diantaranya adalah firman Allah SWT berfirman: SWT dalam surat an-Nisa’ ayat 165 : وﻣﺎ أرﺳﻠﻨﺎك إﻻ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ Artinya: رﺳﻼ ﻣﺒﺸﺮﯾﻦ و ﻣﻨﺬرﯾﻦ ﻟﺌﻼ ﯾﻜﻮن “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, ﻟﻠﻨﺎس ﻋﻠﻰ ﷲ ﺣﺠﺔ ﺑﻌﺪ melainkan untuk اﻟﺮﺳﻞ وﻛﺎن ﷲ ﻋﺰﯾﺰا (menjadi) “(Mereka kami selaku utus) Kata rahmat dalam ayat di rasul-rasul atas, menurut para ahli ushul fikih, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan mengandung pengertian pengutusan rasul Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Para ulama sepakat bahwa dan adalah membawa dunia dan akhirat.7 Allah sesudah diutusnya itu, bahwa kemaslahatan bagi umat manusia di bagi manusia membantah rasul-rasul bagi semesta alam”. ﺣﻜﯿﻤﺎ artinya: rahmat memang hukum syara’ itu mengandung kemaslahatan untuk umat (an-Nisa’: manusia. berbeda 165) Namun pendapat menempatkan ulama dalam kemaslahatan itu sebagai tujuan penetapan hukum Kandungan ayat ini syara’. Apakah untuk kemaslahatan menurut ulama ushul, menunjukkan bahwa Allah menentukan SWT itu Allah menetapkan hukum atau dalam dengan hukum-hukum-Nya bahasa lain; apakah kemaslahatan itu yang mendorong senantiasa menghendaki sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, sehingga bila hal itu tidak diusahakan manusia, maka ia akan merugi. Inilah makna yang 6 Abdul Aziz Dahlan Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar 1996), h. 1109 7 Abdul Aziz Dahlan Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar 1996), h. 1109 (ed), Ensiklopedi Baru Van Hoeve, (ed), Ensiklopedi Baru Van Hoeve, MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015 Allah untuk menetapkan hukum semua hukum Allah itu tidak dalam hal ini ada dua pendapat: luput dari kemaslahatan umat. a. Ulama yang berpegang pada prinsip bahwa perbuatan Allah b. Ulama yang berpegang pada itu tidak terikat kepada apa dan prinsip siapa pun yang dianut oleh sayang Allah pada hamba-Nya ulama (Asy’ariyah). (yang dianut oleh ulama kalam Menurut mereka, Allah berbuat mu’tazilah) berpendapat bahwa sesuai dengan keinginan-Nya memang untuk kemaslahatan sebagaimana yang difirmankan umat itulah Allah menetapkan Allah dalam surat Hud ayat hukum syara’.8 kalam keadilan dan kasih 107: ﺧﻠﺪﯾﻦ ﻓﯿﮭﺎ ﻣﺎداﻣﺔ اﻟﺴﻤﻮات Memperhatikan yang dikemukakan oleh ulama di واﻷرض إﻻ ﻣﺎ ﺷﺎء رﺑﻚ إن atas pada dasarnya tidak terdapat رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﻟﻤﺎ ﯾﺮﯾﺪ Artinya: Mereka kekal pendapat perbedaan di dalam hal tujuan penetapan hukum syara’, akan dalamnya selama ada tetapi langit bumi, perbedaan secara lafzi dan tidak kecuali jika Tuhanmu mengakibatkan perbedaan secara menghendaki (yang praktis dalam penetapan hukum itu Sesungguhnya sendiri karena semua pihak sepakat lain). dan Tuhanmu Pelaksana Maha bahwa semata-mata semua hukum hanya yang terhadap ditetapkan Allah ada tujuannya dan apa saja yang Dia tujuan itu adalah bagi kemaslahatan kehendaki umat. Aturan yang dibuat sebagai batasan dalam pelaksanaan sebuah Mereka bukan berpendapat untuk bahwa tindakan, kemaslahatan sehingga tidak menghilangkan tujuan utama dari unsur itu Allah menetapkan pelaksanaan syariat. hukum. Jadi, tujuan penetapan hukum syara’ itu bukan untuk 2. Stratifikasi Kebutuhan Manusia kemaslahatan umat, meskipun 8 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 220 Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah Menurut Imam asy- mendasar yang menyangkut Syathiby seorang ahli ushul fikih dalam dari mazhab Maliki menyatakan melindungi eksistensi kelima bahwa mewujudkan pokok di atas yaitu agama, kemaslahatan di dunia dan akhirat, jiwa, akal, keturunan dan harta. ada harus Apabila kemaslahan ini hilang, diwujudkan dan dipelihara. Dengan maka kehidupan manusia bisa mewujudkan hancur, tidak selamat, baik di untuk lima pokok yang dan memelihara mewujudkan kelima pokok tersebut, seorang dunia mukallaf mendapatkan Menurut imam asy- Syathiby, kebahagiaan dunia dan akhirat. di kelima hal inilah agama dan Berdasarkan hasil induksi ulama dunia dapat berjalan seimbang ushul fikih terhadap nash, kelima dan apabila dipelihara akan masalah pokok itu ialah: agama, mendapatkan kebahagiaan bagi jiwa, akal, keturunan dan harta. masyarakat dan pribadi. Kelima Lima kemaslahatan pokok ini wajib unsur ini disyariatkan Allah dipelihara seseorang dan untuk itu SWT dalam firmannya surat al- pula Mumtahanah ayat 12 berikut: akan didatangkan syariat yang maupun di dan akhirat. mengandung perintah, larangan dan keizinan yang harus dipenuhi oleh setiap mukalaf. mewujudkan dan ﯾﺎأﯾﮭﺎ اﻟﻨﺒﻲ إذا ﺟﺎءك اﻟﻤﺆﻣﻨﺎت Dalam memelihara kelima pokok di atas, ulama ushul ﺷﯿﺌﺎ وﻻ ﯾﺴﺮﻗﻦ و ﻻ ﯾﺰﻧﯿﻦ وﻻ fikih menstratifikasi sesuai dengan ﯾﻘﺘﻠﻦ او ﻻ دھﻦ وﻻ ﯾﺄﺗﯿﻦ kualitas kebutuhannya. kategori tersebut ﺑﺒﮭﺘﺎن ﯾﻔﺘﺮﯾﻨﮫ ﺑﯿﻦ اﯾﺪﯾﮭﻦ و Ketiga adalah (a) kebutuhan ad-daruriyyah (bersifat ﻓﻲ pokok, mendasar), (b) kebutuhan ﻣﻌﺮوف ﻓﺒﺎﯾﻌﮭﻦ واﺳﺘﻐﻔﺮﻟﮭﻦ al-hajiyyah (yang bersifat kebutuhan) dan (c) at-tahsiniyyah (bersifat penyempurna, pelengkap), dengan penjelasan sebagai berikut: a) Kebutuhan ad-Dharuriyyah Kebutuhan adalah ad-daruriyyah kebutuhan yang ﯾﻌﺼﯿﻨﻚ وﻻ أرﺟﻠﮭﻦ ﷲ إن ﷲ ﻏﻔﻮر رﺣﯿﻢ Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuanperempuan untuk beriman mengadakan MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015 janji setia , bahwa yang mereka setiap manusia, tidak akan perlu mempersekutukan syirik sesuatu pun dengan memelihara Allah, mencuri tidak akan dipelihara oleh yaitu tidak (dalam rangka agama), tidak (dalam rangka mencuri, tidak akan memelihara harta seseorang), berzina, tidak akan tidak berzina (dalam rangka membunuh anak- memelihara keturunan dan anaknya, tidak akan kehormatan seseorang), dan berbuat dusta yang tidak membunuh (dalam rangka mereka memelihara jiwa orang lain).9 ada-adakan dengan antara tangan dan kaki mereka dan Kelima tidak adalah hal yang mutlak harus akan dharuriyat tersebut mendurhakaimu ada pada manusia. Karenanya dalam urusan yang Allah baik, maka terimalah melakukan segala upaya bagi janji setia mereka dan keberadaan mohonkanlah kesempurnaannya. Sebaliknya, ampunan kepada Allah Allah untuk menyuruh untuk dan melarang perbuatan melakukan yang dapat mereka.Sesungguhnya menghilangkan Allah mengurangi salah satu dari lima Maha yang atau Pengampunlagi Maha dharuriyat lima itu. Penyayang.” Segala perbuatan yang dapat mewujudkan atau mengekalkan Para ahli ushul fikih lima unsur pokok itu adalah menyatakan bahwa sekalipun baik, dan karenanya harus kasus yang diungkapkan ayat di dikerjakan. Sedangkan segala atas setuju kepada wanita, perbuatan yang merusak atau tetapi hal itu juga berlaku bagi mengurangi nilai lima unsur kaum laki-laki. Dalam ayat ini menurut mereka, diisyaratkan masalah-masalah mendasar 9 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1109 Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah pokok adalah buruk, dan kerenanya harus dijauhi.10 dalam pelaksanaanya. Sedangkan dalam ajaran Islam kesempitan dan kepicikan itu Menurut al-Ghazaly bahwa perlu disingkirkan, yang menjadi inti pokok dari sebagaimana apa SWT dalam surat al-Baqarah yag dimaksud dengan maslahat. Dengan kata lain, maslahat itu adalah bentuk perbuatan firman Allah ayat 185: segala yang ﺷﮭﺮ رﻣﻀﺎن اﻟﺬي اﻧﺰل ﻓﯿﮫ اﻟﻘﺮأن mengacu kepada terpeliharanya ھﺪا ﻟﻠﻨﺎس و ﺑﯿﻨﺖ ﻣﻦ اﻟﮭﺪى lima واﻟﻔﺮﻗﺎن ﻓﻤﻦ ﺷﮭﺪ ﻣﻨﻜﻢ اﻟﺸﮭﺮ kebutuhan paling mendasar bagi manusia yaitu agama, jiwa akal, keturunan dan harta.11 ﻓﻠﯿﺼﻤﮫ وﻣﻦ ﻛﺎن ﻣﺮﯾﻀﺎ أو ﻋﻠﻲ ﺳﻔﺮ ﻓﻌﺪة ﻣﻦ أﯾﺎم اﺧﺮ ﯾﺮﯾﺪ ﷲ ﺑﻜﻢ اﻟﯿﺴﺮ وﻻ ﯾﺮﯾﺪ ﺑﻜﻢ اﻟﻌﺴﺮ و ﻟﺘﻜﻤﻠﻮا اﻟﻌﺪة وﻟﺘﻜﺒﺮوﷲ ﻋﻠﻲ ﻣﺎ ھﺪﯨﻜﻢ b) Kebutuhan al-Hajiyyah Kebutuhan al-Hajiyyah adalah dalam rangka perwujudan dan perlindungan yang diperlukan dalam melestarikan kelima pokok tersebut di atas, tetapi kadar kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan addaruriyyah. Tidak terpeliharanya kebutuhan alhajiyyah tidak akan membawa terancamnya pokok eksistensi tersebut, lima tetapi membawa kepasa kesempitan dan usaha kepicikan, baik mewujudkan dalam maupun 10 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 223 11 Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm alUshul I, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, h. 286 وﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan petunjuk mengenai itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015 berpuasa pada bulan tidak itu, Barangsiapa maka dan sakit atau dalam perjalanan (lalu Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari pada lain. akan menemui kesulitan. Artinya, sebagaimana mestinya akan sulit bila dibandingkan bila dilakukan tidak dalam perjalanan. Untuk mengatasi itu, hari-hari perjalanan, melakukan puasa dan shalat yang ditinggalkannya ia beberapa ia berbuka), melakukan kesulitan itu, syarak yang menetapkan hukum rukhsah, Allah sehingga dengan itu seseorang menghendaki boleh menangguhkan puasanya, kemudahan bagimu, sebagaimana difirmankan oleh dan tidak menghendaki Allah dalam surat al-Baqarah kesukaran bagimu. dan ayat 184, dan boleh baginya hendaklah melakukan kamu mencukupkan shalat qasar sebagaimana difirmankan oleh bilangannya dan Allah SWT dalam surat an- hendaklah kamu Nisa’ ayat 101. Keringanan- mengagungkan Allah keringanan seperti ini termasuk atas petunjuk-Nya yang ke dalam kategori kebutuhan diberikan al-hajiyyah.12 kepadamu, supaya kamu bersyukur. c) At-Tahsiniyyah Kebutuhan at-tahsiniyyah ialah tingkat kebutuhan yang apabila Misalnya dalam (musafir) seorang perjalanan tidak mukalaf terpenuhi mengancam tidak eksistensi salah sanggup untuk melaksanakan satu dari lima pokok di atas dan puasa tidak dan melaksanakan sanggup pula salat tanpa pula menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan dijamak atau diringkas. Akan ini berupa kebutuhan tetapi, apabila ia shalat dan puasa dilakukan sebagaimana orang-orang yang yang 12 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1110 Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah pelengkap, seperti manusia dituntut untuk bersuci dikemukakan al-Syatibi, hal-hal dan menjauhi najis dan yang yang kepatutan kotor-kotor. Dalam memelihara istiadat, diri dan jiwa manusia terikat merupakan menurut adat menghindarkan hal-hal yang dengan sopan santun, makan tidak enak dipandang mata, dan atau minum jangan berlebihan; berhias dengan keindahan yang dalam memelihara keturunan sesuai dengan tuntutan norma terikat akhlak. 13 pergaulan rumah tangga: dalam dengan memelihara Kebutuhan at-tahsiniyyah dimaksudkan akal cara dilarang berbagai perbuatan yang dapat untuk mengganggu akal; memelihara hal-hal menunjang berbagai batasan dan sopan peningkatan kualitas ke lima santun dalam mendapatkan dan pokok memanfaatkan harta.14 yang kebutuhan di menyangkut mendasar atas dan hal-hal yang Contoh harta dalam mewujudkan dan memelihara manusia lain ditetapkan dalam muamalat akhlak (akhlak mulia). Tidak boros, kikir, menaikkan harga, terwujud monopoli dan lain-lain. Dalam dan terpeliharanya Islam bidang terkait dengan makarim al- kebutuhan at-tahsiniyyah ini bidang tidaklah mengharamkan membawa melarang ‘uqubat Islam membunuh terancamnya eksistensi agama, anak-anak dalam peperangan jiwa, akal, keturunan dan harta, dan kaum serta muslah (menyiksa mayit dalam tidak pula membawa tersebut, melainkan menyalahi dapat kepatutan dan Tujuan syariat seperti tersebut menurunkan martabat pribadi dan masalah masyarakat. agama, wanita, melarang peperangan).15 kesulitan kepada kelima pokok 13 tata tadi bisa disimak dalam Dalam misalnya Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, h. 236 14 Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 1110 15 Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, h. 236 MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015 beberapa ayat, misalnya ayat 6 dalam al-dharuriyat, surat al-Maidah: tahsiniyyat maka alhajjiyat, dapat al- disimpulkan bahwa: وﻟﻜﻦ ﯾﺮﯾﺪ ﻟﯿﻄﮭﺮﻛﻢ و ﻟﯿﺘﻢ 3. Penerapan Kebutuhan daruriyyah adalah kebutuhan yang ﻧﻌﻤﺘﮫ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون mendasar yang menyangkut dalam Artinya: Tetapi Dia (Allah) hendak mewujudkan eksistensi membersihkan kamu dan kelima supaya kamu bersyukur (al- Maidah: 6) yaitu bisa hancur, tidak selamat, baik di dunia maupun di akhirat 4. Kebutuhan ketiga dan kategori kebutuhan tersebut di atas, dengan membawa kepada kesempurnaan dari ibadah yang dilakukan seseorang. Karena antara satu kebutuhan dengan kebutuhan lainnya ada porsi atau ukuran yang telah ditetapkan syariat, sehingga dalam pelaksanaannya tidak ada diberatkan maupun diringankan, dan tujuan akhir dari segala tindakan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. al-Hajiyyah rangka perlindungan yang pokok agama, jiwa, akal, keturunan dan dalam Mewujudkan akan melindungi hilang, maka kehidupan manusia nikmat-Nya bagimu baik, dan harta. Apabila kemaslahatan ini menyempurnakan memelihara ad- adalah perwujudan yang dan diperlukan dalam melestarikan kelima pokok tersebut di atas, tetapi kadar kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan ad-daruriyyah. Tidak terpeliharanya kebutuhan alhajiyyah tidak akan membawa terancamnya eksistensi lima pokok tersebut, tetapi membawa kepada kesempitan dan kepicikan, baik dalam usaha mewujudkan maupun dalam pelaksanaannya. Sedangkan dalam ajaran Islam kesempitan dan kepicikan itu perlu disingkirkan 5. Kebutuhan at-Tahsiniyyah ialah tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam Penutup eksistensi salah satu dari lima Dari uraian stratifikasi al- maqasid al-khamsah dan penerapannya pokok di atas dan tidak pula Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap saja. Referensi Dahlan, Al-Qardhawy, Yusuf, 199, Pengantar kajian Islam; Studi Analistik Komprehensif tentang Pilar-pilar Subtansi, Karakteristik, Tujuan dan Sumber Acuan Islam, Jakarta: Pustaka al-Kausar Abdul Aziz (ed), 1996, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve Syarifuddin, Amir, 2009, Ushul Fiqh II, Jakarta: Kencana Effendi, Satria, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana Al-Syathiby, Abu Ishak, 1979, alMuwafaqat fi Ushul fi al-Syari’at, Beirut: Dar al-Ma’rifah Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm alUshul I, Beirut: Dar al-Kitab alIlmiyah