memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta - E

advertisement
STRATIFIKASI AL-MAQASID AL-KHAMSAH DAN PENERAPANNYA DALAM
AL-DHARURIYAT, AL-HAJJIYAT, AL-TAHSINIYYAT
Nilda Susilawati
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu 38613
Email: [email protected]
Abstract: The Stratification of Al-Maqasid Al-Khamsah and its implementation in AlDharuriyat, Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat Maqasid syariah is aimed for the benefit of the
people in his life and the hereafter. The stratifications of maqasid are devided in to three
categories: First, the need of Ad-daruriyyah which is a basic need related to the existance of
five principles there are faith, soul, mind, descent, and wealth. Second, the need of alHajiyyah which is one of the mode in order to maintain those five basic principles, but the
need of al-Hajiyyah level is below the need of ad-daruriyyah. Third, the need of atTasiniyyah, if the third need is unable to be fulfilled it will not threat any of the above five
basic principles, and also it will not cause an obstacle. The level of this need is only as a
complement. Each levels of maqasid syariah should be performed in according to the need of
human.
Keywords: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah
Abstrak : Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah dan Penerapannya Dalam Al-Dharuriyat,
Al-Hajjiyat, Al-Tahsiniyyat. Maqasit syariat merupakan tujuan syariat yaitu untuk mencapai
kemaslahatan bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat. Stratifikasi maqasid syariah
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu, pertama kebutuhan ad-daruriyyah yaitu kebutuhan yang
mendasar yang menyangkut dalam mewujudkan dan melindungi eksistensi kelima pokok
yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kedua yaitu kebutuhan al-Hajiyyah dalam
rangka perwujudan dan perlindungan yang diperlukan dalam melestarikan kelima pokok
tersebut di atas, tetapi kadar kebutuhannya berada di bawah kadar kebutuhan ad-daruriyyah.
Ketiga kebutuhan at-Tahsiniyyah merupakan tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi
tidak mengancam eksistensi salah satu dari lima pokok di atas dan tidak pula menimbulkan
kesulitan. Tingkat kebutuhan ini berupa kebutuhan pelengkap saja. Dalam pelaksanaan setiap
tingkatan maqasid syariah disesuai dengan kebutuhan manusia.
Kata Kunci: Maqasit Syariah, ad-daruriyat, al-hajiyyah,at-tahsiniyyah
karena ada satu pihak yang diuntungkan
Pendahuluan
Kebutuhan manusia terhadap
hukum
sangat
besar
menata
kehidupan pribadi banyak hal yang sangat
kehidupan antara individu maupun dengan
mudah tetapi sulit dikerjakan karena
lingkungannya.
kurangnya
Interaksi
untuk
dan ada juga yang dirugikan. Dalam
antara
satu
pengetahuan.
dengan lainnya tidak jarang melahirkan
menjadikan
kesinggungan
mudah dan bermakna, dimana antara satu
yang
mengakibatkan
merusak tatanan kehidupan yang ada,
dengan
kehidupan
Hukum
lainnya
akan
manusia
lebih
memperolah
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah
‫وﻣﺎ أرﺳﻠﻨﺎك إﻻ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ‬
pembagian yang sama dan tidak ada yang
dilebihkan, tidak ada pembeda antara yang
Artinya: “Dan tidaklah kami utus
kaya dengan yang miskin semua diatur
engkau melainkan sebagai
sama kecuali dalam keadaan yang dapat
rahmat untuk semesta alam”
meringankan seseorang.
(al-Anbiyaa’: 107).
Hukum dalam Islam memiliki
tujuan luhur dan maksud mulia yang
sangat diinginkan oleh Allah Pembuat
syari’at (syari’) Yang Maha Bijaksana
untuk terealisir dalam kehidupan manusia.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
hukum
syari’at memiliki ‘illat hukum (faktor/
Al-Syatibi dalam kitabnya alMuwafaqat
mengemukakan
(kebaikan) manusia. Dan masalah ini
merupakan kesepakatan dari ulama Islam
kecuali kelompok kecil dari ulama Ahli
Dzahir (tektual/ skripturalis) dan para
pengikut mereka.1
Rasul
kesehateraan
bahwa
as-Syari’ah
tujuan
pokok
kemaslahatan manusia baik di dunia dan
akhirat.2
Kehidupan dunia yang dijalani
manusia harus selaras dengan tujuan akhir
kehidupan manusia yaitu akhirat. Karena
hukum yang ditetapkan bagi manusia akan
membawa
kemudahan
dan
kebaikan
manusia. Tak terhitung begitu banyaknya
kemudahan yang diberikan ketika manusia
Allah menurunkan syariat Islam
melalui
Ushul
disyariatkannya hukum Islam adalah untuk
konsideran penyebab hukum) yang dapat
difahami dan terkait dengan maslahat
fi
untuk
dan
mewujudkan
kemudahan
bagi
manusia. Manusia dapat berbuat dan
bertindak menurut kemampuannya melalui
koridor yang telah ditetapkan agama,
manusia tinggal memilih jalan mana yang
terbaik dan mampu di jalani sehingga
dalam
kesulitan, begitu pula dengan
kebaikan yang ditimbulkan dari penetapan
hukum. Dan tujuan hukum ditetapkan
meski melihat kepada tingkat kebutuhan
manusia, karena ada stratifikasi yang mesti
diproritaskan ketika menetapkan sebuah
kebutuhan agar kehidupan manusia bisa
berjalan dengan baik.
kehidupan manusia lebih tertata dalam
aturan.
Sebagaimana
yang
dijelaskan
dalam firman Allah surat al-Anbiyaa’
Pembahasan
1. Maqasid asy-Syariah
berikut:
1
Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar kajian
Islam; Studi Analistik Komprehensif tentang Pilarpilar Subtansi, Karakteristik, Tujuan dan Sumber
Acuan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1999) h.
138
2
Abu Ishak Al-Syathiby, al-Muwafaqat fi
Ushul fi al-Syari’at, (Beirut: Dar al-Ma’rifah,
1979), h.6
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
Pembicaraan mengenai al-
mewajibkan berbagai ibadah untuk
maqasid al-khamsah tidak terlepas
menegakkan agama Allah SWT,
dari
disyariatkan hukum zina untuk
al-maqasid
sehingga
asy-Syari’ah,
pemahaman
menjadi
memelihara
jelas. Kata al-maqasid merupakan
kehormatan
dan
keturunan,
jamak dari kata al-maqsid yang
Disyariatkan
hukuman
berarti tujuan yaitu tujuan syariat.
pencurian untuk memelihara harta
Dalam
fikih,
seseorang, disyariatkan hukuman
pembahasan masalah al-maqasid
meminum minuman keras untuk
asy-syariah
bertujuan
untuk
memelihara akal, dan disyariatkan
mengetahui
tujuan-tujuan
yang
hukuman qisas untuk memelihara
ilmu
ushul
jiwa seseorang.4
hendak dicapai oleh perumusnya
dalam
mensyariatkan
hukum.
Ulama ushul fikih sepakat
Tujuan ini merupakan salah satu
menyatakan bahwa pada setiap
faktor penting dalam menetapkan
hukum
hukum
kemaslahatan bagi hamba SWT,
Islam
melalui ijtihad.
yang
dihasilkan
3
Ulama
baik
terkandung
kemaslahatan
itu
bersifat
ushul
fiqh
duniawi maupun ukhrawi. Oleh
al-maqasid
asy-
sebab itu, setiap mujtahid dalam
syariah dengan “makna dan tujuan
mengistimbatkan hukum dari suatu
yang dikehendaki syara’ dalam
kasus yang sedang dihadapi, harus
mensyariatkan suatu hukum bagi
berpatokan kepada tujuan-tujuan
kemaslahatan umat manusia. Al-
syara’
maqasid asy-syariah di kalangan
hukum, sehingga hukum yang akan
ulama ushul fikih disebut juga
ditetapkan
dengan asrar asy-syari’ah, yaitu
kemaslahatan umat manusia.5
mendefinisikan
ilmu
itu
dalam
mensyariatkan
sesuai
dengan
rahasia-rahasia yang terdapat di
Ada beberapa alasan yang
balik hukum yang ditetapkan oleh
dikemukakan ulama ushul fikih
syarak, berupa kemaslahatan bagi
dalam menetapkan bahwa setiap
umat
manusia,
baik
di
dunia
4
maupun akhirat. Misalnya syarak
3
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
5
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah
hukum Islam itu terdapat tujuan
terkandung
dari
diutuskannya
yang hendak dicapai oleh syara’,
Rasul bagi umat manusia.6 Dalam
yaitu kemaslahatan umat manusia.
surat al-Anbiya ayat 107, Allah
Diantaranya adalah firman Allah
SWT berfirman:
SWT dalam surat an-Nisa’ ayat 165
:
‫وﻣﺎ أرﺳﻠﻨﺎك إﻻ رﺣﻤﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻤﯿﻦ‬
Artinya:
‫رﺳﻼ ﻣﺒﺸﺮﯾﻦ و ﻣﻨﺬرﯾﻦ ﻟﺌﻼ ﯾﻜﻮن‬
“Dan
tiadalah
Kami
mengutus
kamu,
‫ﻟﻠﻨﺎس ﻋﻠﻰ ﷲ ﺣﺠﺔ ﺑﻌﺪ‬
melainkan
untuk
‫اﻟﺮﺳﻞ وﻛﺎن ﷲ ﻋﺰﯾﺰا‬
(menjadi)
“(Mereka
kami
selaku
utus)
Kata rahmat dalam ayat di
rasul-rasul
atas, menurut para ahli ushul fikih,
pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan
supaya tidak ada alasan
mengandung
pengertian
pengutusan
rasul
Allah
Maha
Perkasa
lagi
Maha
Bijaksana”
Para ulama sepakat bahwa
dan
adalah
membawa
dunia dan akhirat.7
Allah sesudah diutusnya
itu,
bahwa
kemaslahatan bagi umat manusia di
bagi manusia membantah
rasul-rasul
bagi
semesta alam”.
‫ﺣﻜﯿﻤﺎ‬
artinya:
rahmat
memang
hukum
syara’
itu
mengandung kemaslahatan untuk
umat
(an-Nisa’:
manusia.
berbeda
165)
Namun
pendapat
menempatkan
ulama
dalam
kemaslahatan
itu
sebagai tujuan penetapan hukum
Kandungan
ayat
ini
syara’. Apakah untuk kemaslahatan
menurut ulama ushul, menunjukkan
bahwa
Allah
menentukan
SWT
itu Allah menetapkan hukum atau
dalam
dengan
hukum-hukum-Nya
bahasa
lain;
apakah
kemaslahatan itu yang mendorong
senantiasa menghendaki sesuatu
yang bermanfaat bagi manusia,
sehingga
bila
hal
itu
tidak
diusahakan manusia, maka ia akan
merugi.
Inilah
makna
yang
6
Abdul Aziz Dahlan
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar
1996), h. 1109
7
Abdul Aziz Dahlan
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar
1996), h. 1109
(ed), Ensiklopedi
Baru Van Hoeve,
(ed), Ensiklopedi
Baru Van Hoeve,
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
Allah untuk menetapkan hukum
semua hukum Allah itu tidak
dalam hal ini ada dua pendapat:
luput dari kemaslahatan umat.
a. Ulama yang berpegang pada
prinsip bahwa perbuatan Allah
b. Ulama yang berpegang pada
itu tidak terikat kepada apa dan
prinsip
siapa pun yang dianut oleh
sayang Allah pada hamba-Nya
ulama
(Asy’ariyah).
(yang dianut oleh ulama kalam
Menurut mereka, Allah berbuat
mu’tazilah) berpendapat bahwa
sesuai dengan keinginan-Nya
memang untuk kemaslahatan
sebagaimana yang difirmankan
umat itulah Allah menetapkan
Allah dalam surat Hud ayat
hukum syara’.8
kalam
keadilan
dan
kasih
107:
‫ﺧﻠﺪﯾﻦ ﻓﯿﮭﺎ ﻣﺎداﻣﺔ اﻟﺴﻤﻮات‬
Memperhatikan
yang dikemukakan oleh ulama di
‫واﻷرض إﻻ ﻣﺎ ﺷﺎء رﺑﻚ إن‬
atas pada dasarnya tidak terdapat
‫رﺑﻚ ﻓﻌﺎل ﻟﻤﺎ ﯾﺮﯾﺪ‬
Artinya:
Mereka
kekal
pendapat
perbedaan
di
dalam
hal
tujuan
penetapan hukum syara’, akan
dalamnya selama ada
tetapi
langit
bumi,
perbedaan secara lafzi dan tidak
kecuali jika Tuhanmu
mengakibatkan perbedaan secara
menghendaki
(yang
praktis dalam penetapan hukum itu
Sesungguhnya
sendiri karena semua pihak sepakat
lain).
dan
Tuhanmu
Pelaksana
Maha
bahwa
semata-mata
semua
hukum
hanya
yang
terhadap
ditetapkan Allah ada tujuannya dan
apa saja yang Dia
tujuan itu adalah bagi kemaslahatan
kehendaki
umat. Aturan yang dibuat sebagai
batasan dalam pelaksanaan sebuah
Mereka
bukan
berpendapat
untuk
bahwa
tindakan,
kemaslahatan
sehingga
tidak
menghilangkan tujuan utama dari
unsur itu Allah menetapkan
pelaksanaan syariat.
hukum. Jadi, tujuan penetapan
hukum syara’ itu bukan untuk
2. Stratifikasi Kebutuhan Manusia
kemaslahatan umat, meskipun
8
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 220
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah
Menurut
Imam
asy-
mendasar
yang
menyangkut
Syathiby seorang ahli ushul fikih
dalam
dari mazhab Maliki menyatakan
melindungi eksistensi kelima
bahwa
mewujudkan
pokok di atas yaitu agama,
kemaslahatan di dunia dan akhirat,
jiwa, akal, keturunan dan harta.
ada
harus
Apabila kemaslahan ini hilang,
diwujudkan dan dipelihara. Dengan
maka kehidupan manusia bisa
mewujudkan
hancur, tidak selamat, baik di
untuk
lima
pokok
yang
dan
memelihara
mewujudkan
kelima pokok tersebut, seorang
dunia
mukallaf
mendapatkan
Menurut imam asy- Syathiby,
kebahagiaan dunia dan akhirat.
di kelima hal inilah agama dan
Berdasarkan hasil induksi ulama
dunia dapat berjalan seimbang
ushul fikih terhadap nash, kelima
dan apabila dipelihara akan
masalah pokok itu ialah: agama,
mendapatkan kebahagiaan bagi
jiwa, akal, keturunan dan harta.
masyarakat dan pribadi. Kelima
Lima kemaslahatan pokok ini wajib
unsur ini disyariatkan Allah
dipelihara seseorang dan untuk itu
SWT dalam firmannya surat al-
pula
Mumtahanah ayat 12 berikut:
akan
didatangkan
syariat
yang
maupun
di
dan
akhirat.
mengandung perintah, larangan dan
keizinan yang harus dipenuhi oleh
setiap
mukalaf.
mewujudkan
dan
‫ﯾﺎأﯾﮭﺎ اﻟﻨﺒﻲ إذا ﺟﺎءك اﻟﻤﺆﻣﻨﺎت‬
Dalam
memelihara
kelima pokok di atas, ulama ushul
‫ﺷﯿﺌﺎ وﻻ ﯾﺴﺮﻗﻦ و ﻻ ﯾﺰﻧﯿﻦ وﻻ‬
fikih menstratifikasi sesuai dengan
‫ﯾﻘﺘﻠﻦ او ﻻ دھﻦ وﻻ ﯾﺄﺗﯿﻦ‬
kualitas
kebutuhannya.
kategori
tersebut
‫ﺑﺒﮭﺘﺎن ﯾﻔﺘﺮﯾﻨﮫ ﺑﯿﻦ اﯾﺪﯾﮭﻦ و‬
Ketiga
adalah
(a)
kebutuhan ad-daruriyyah (bersifat
‫ﻓﻲ‬
pokok, mendasar), (b) kebutuhan
‫ﻣﻌﺮوف ﻓﺒﺎﯾﻌﮭﻦ واﺳﺘﻐﻔﺮﻟﮭﻦ‬
al-hajiyyah
(yang
bersifat
kebutuhan) dan (c) at-tahsiniyyah
(bersifat penyempurna, pelengkap),
dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Kebutuhan ad-Dharuriyyah
Kebutuhan
adalah
ad-daruriyyah
kebutuhan
yang
‫ﯾﻌﺼﯿﻨﻚ‬
‫وﻻ‬
‫أرﺟﻠﮭﻦ‬
‫ﷲ إن ﷲ ﻏﻔﻮر رﺣﯿﻢ‬
Artinya: “Hai Nabi, apabila
datang
kepadamu
perempuanperempuan
untuk
beriman
mengadakan
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
janji setia , bahwa
yang
mereka
setiap manusia,
tidak
akan
perlu
mempersekutukan
syirik
sesuatu pun dengan
memelihara
Allah,
mencuri
tidak
akan
dipelihara
oleh
yaitu tidak
(dalam
rangka
agama),
tidak
(dalam
rangka
mencuri, tidak akan
memelihara harta seseorang),
berzina, tidak akan
tidak berzina (dalam rangka
membunuh
anak-
memelihara
keturunan
dan
anaknya, tidak akan
kehormatan
seseorang),
dan
berbuat dusta yang
tidak membunuh (dalam rangka
mereka
memelihara jiwa orang lain).9
ada-adakan
dengan antara tangan
dan kaki mereka dan
Kelima
tidak
adalah hal yang mutlak harus
akan
dharuriyat
tersebut
mendurhakaimu
ada pada manusia. Karenanya
dalam urusan yang
Allah
baik, maka terimalah
melakukan segala upaya bagi
janji setia mereka dan
keberadaan
mohonkanlah
kesempurnaannya. Sebaliknya,
ampunan
kepada
Allah
Allah
untuk
menyuruh
untuk
dan
melarang
perbuatan
melakukan
yang
dapat
mereka.Sesungguhnya
menghilangkan
Allah
mengurangi salah satu dari lima
Maha
yang
atau
Pengampunlagi Maha
dharuriyat
lima
itu.
Penyayang.”
Segala perbuatan yang dapat
mewujudkan atau mengekalkan
Para
ahli
ushul
fikih
lima unsur pokok itu adalah
menyatakan bahwa sekalipun
baik,
dan
karenanya
harus
kasus yang diungkapkan ayat di
dikerjakan. Sedangkan segala
atas
setuju kepada wanita,
perbuatan yang merusak atau
tetapi hal itu juga berlaku bagi
mengurangi nilai lima unsur
kaum laki-laki. Dalam ayat ini
menurut mereka, diisyaratkan
masalah-masalah
mendasar
9
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1109
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah
pokok
adalah
buruk,
dan
kerenanya harus dijauhi.10
dalam
pelaksanaanya.
Sedangkan dalam ajaran Islam
kesempitan dan kepicikan itu
Menurut
al-Ghazaly
bahwa
perlu
disingkirkan,
yang menjadi inti pokok dari
sebagaimana
apa
SWT dalam surat al-Baqarah
yag
dimaksud
dengan
maslahat. Dengan kata lain,
maslahat
itu
adalah
bentuk
perbuatan
firman
Allah
ayat 185:
segala
yang
‫ﺷﮭﺮ رﻣﻀﺎن اﻟﺬي اﻧﺰل ﻓﯿﮫ اﻟﻘﺮأن‬
mengacu kepada terpeliharanya
‫ھﺪا ﻟﻠﻨﺎس و ﺑﯿﻨﺖ ﻣﻦ اﻟﮭﺪى‬
lima
‫واﻟﻔﺮﻗﺎن ﻓﻤﻦ ﺷﮭﺪ ﻣﻨﻜﻢ اﻟﺸﮭﺮ‬
kebutuhan
paling
mendasar bagi manusia yaitu
agama, jiwa akal, keturunan
dan harta.11
‫ﻓﻠﯿﺼﻤﮫ وﻣﻦ ﻛﺎن ﻣﺮﯾﻀﺎ أو ﻋﻠﻲ‬
‫ﺳﻔﺮ ﻓﻌﺪة ﻣﻦ أﯾﺎم اﺧﺮ ﯾﺮﯾﺪ ﷲ ﺑﻜﻢ‬
‫اﻟﯿﺴﺮ وﻻ ﯾﺮﯾﺪ ﺑﻜﻢ اﻟﻌﺴﺮ و ﻟﺘﻜﻤﻠﻮا‬
‫اﻟﻌﺪة وﻟﺘﻜﺒﺮوﷲ ﻋﻠﻲ ﻣﺎ ھﺪﯨﻜﻢ‬
b) Kebutuhan al-Hajiyyah
Kebutuhan al-Hajiyyah adalah
dalam rangka perwujudan dan
perlindungan yang diperlukan
dalam
melestarikan
kelima
pokok tersebut di atas, tetapi
kadar kebutuhannya berada di
bawah kadar kebutuhan addaruriyyah.
Tidak
terpeliharanya kebutuhan alhajiyyah tidak akan membawa
terancamnya
pokok
eksistensi
tersebut,
lima
tetapi
membawa kepasa kesempitan
dan
usaha
kepicikan,
baik
mewujudkan
dalam
maupun
10
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh II, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 223
11
Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm alUshul I, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, h. 286
‫وﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون‬
Artinya: (Beberapa hari yang
ditentukan
itu
ialah)
bulan Ramadhan, bulan
yang
di
dalamnya
diturunkan (permulaan)
Al
Quran
sebagai
petunjuk bagi manusia
dan
penjelasan-
penjelasan
petunjuk
mengenai
itu
dan
pembeda (antara yang
hak dan yang bathil).
karena itu, Barangsiapa
di antara kamu hadir (di
negeri
tempat
tinggalnya) di bulan itu,
Maka
hendaklah
ia
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
berpuasa
pada
bulan
tidak
itu,
Barangsiapa
maka
dan
sakit
atau
dalam
perjalanan
(lalu
Maka
(wajiblah
baginya
berpuasa),
sebanyak
hari
pada
lain.
akan
menemui
kesulitan.
Artinya,
sebagaimana
mestinya
akan
sulit bila dibandingkan bila
dilakukan
tidak
dalam
perjalanan. Untuk mengatasi
itu,
hari-hari
perjalanan,
melakukan puasa dan shalat
yang
ditinggalkannya
ia
beberapa
ia
berbuka),
melakukan
kesulitan
itu,
syarak
yang
menetapkan hukum rukhsah,
Allah
sehingga dengan itu seseorang
menghendaki
boleh menangguhkan puasanya,
kemudahan
bagimu,
sebagaimana difirmankan oleh
dan tidak menghendaki
Allah dalam surat al-Baqarah
kesukaran bagimu. dan
ayat 184, dan boleh baginya
hendaklah
melakukan
kamu
mencukupkan
shalat
qasar
sebagaimana difirmankan oleh
bilangannya
dan
Allah SWT dalam surat an-
hendaklah
kamu
Nisa’ ayat 101. Keringanan-
mengagungkan
Allah
keringanan seperti ini termasuk
atas petunjuk-Nya yang
ke dalam kategori kebutuhan
diberikan
al-hajiyyah.12
kepadamu,
supaya
kamu
bersyukur.
c) At-Tahsiniyyah
Kebutuhan at-tahsiniyyah ialah
tingkat kebutuhan yang apabila
Misalnya
dalam
(musafir)
seorang
perjalanan
tidak
mukalaf
terpenuhi
mengancam
tidak
eksistensi
salah
sanggup untuk melaksanakan
satu dari lima pokok di atas dan
puasa
tidak
dan
melaksanakan
sanggup
pula
salat
tanpa
pula
menimbulkan
kesulitan. Tingkat kebutuhan
dijamak atau diringkas. Akan
ini
berupa
kebutuhan
tetapi, apabila ia shalat dan
puasa
dilakukan
sebagaimana
orang-orang
yang
yang
12
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1110
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah
pelengkap,
seperti
manusia dituntut untuk bersuci
dikemukakan al-Syatibi, hal-hal
dan menjauhi najis dan yang
yang
kepatutan
kotor-kotor. Dalam memelihara
istiadat,
diri dan jiwa manusia terikat
merupakan
menurut
adat
menghindarkan hal-hal
yang
dengan sopan santun, makan
tidak enak dipandang mata, dan
atau minum jangan berlebihan;
berhias dengan keindahan yang
dalam memelihara keturunan
sesuai dengan tuntutan norma
terikat
akhlak. 13
pergaulan rumah tangga: dalam
dengan
memelihara
Kebutuhan
at-tahsiniyyah
dimaksudkan
akal
cara
dilarang
berbagai perbuatan yang dapat
untuk
mengganggu
akal;
memelihara
hal-hal
menunjang
berbagai batasan dan sopan
peningkatan kualitas ke lima
santun dalam mendapatkan dan
pokok
memanfaatkan harta.14
yang
kebutuhan
di
menyangkut
mendasar
atas
dan
hal-hal
yang
Contoh
harta
dalam
mewujudkan dan memelihara
manusia
lain
ditetapkan
dalam
muamalat
akhlak (akhlak mulia). Tidak
boros, kikir, menaikkan harga,
terwujud
monopoli dan lain-lain. Dalam
dan
terpeliharanya
Islam
bidang
terkait dengan makarim al-
kebutuhan at-tahsiniyyah ini
bidang
tidaklah
mengharamkan
membawa
melarang
‘uqubat
Islam
membunuh
terancamnya eksistensi agama,
anak-anak dalam peperangan
jiwa, akal, keturunan dan harta,
dan kaum
serta
muslah (menyiksa mayit dalam
tidak
pula
membawa
tersebut,
melainkan
menyalahi
dapat
kepatutan
dan
Tujuan syariat seperti tersebut
menurunkan martabat pribadi
dan
masalah
masyarakat.
agama,
wanita, melarang
peperangan).15
kesulitan kepada kelima pokok
13
tata
tadi
bisa
disimak
dalam
Dalam
misalnya
Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh,
Jakarta: Kencana, h. 236
14
Abdul Aziz Dahlan (ed), Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), h. 1110
15
Satria Effendi, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta:
Kencana, h. 236
MIZANI VOL. IX, NO.1, Februari 2015
beberapa ayat, misalnya ayat 6
dalam
al-dharuriyat,
surat al-Maidah:
tahsiniyyat
maka
alhajjiyat,
dapat
al-
disimpulkan
bahwa:
‫وﻟﻜﻦ ﯾﺮﯾﺪ ﻟﯿﻄﮭﺮﻛﻢ و ﻟﯿﺘﻢ‬
3. Penerapan
Kebutuhan
daruriyyah adalah kebutuhan yang
‫ﻧﻌﻤﺘﮫ ﻋﻠﯿﻜﻢ ﻟﻌﻠﻜﻢ ﺗﺸﻜﺮون‬
mendasar yang menyangkut dalam
Artinya: Tetapi Dia (Allah)
hendak
mewujudkan
eksistensi
membersihkan kamu
dan
kelima
supaya
kamu
bersyukur
(al-
Maidah: 6)
yaitu
bisa hancur, tidak selamat, baik di
dunia maupun di akhirat
4. Kebutuhan
ketiga
dan
kategori
kebutuhan tersebut di atas, dengan
membawa
kepada
kesempurnaan dari ibadah yang
dilakukan seseorang. Karena antara
satu kebutuhan dengan kebutuhan
lainnya ada porsi atau ukuran yang
telah ditetapkan syariat, sehingga
dalam pelaksanaannya tidak ada
diberatkan
maupun
diringankan, dan tujuan akhir dari
segala tindakan manusia adalah
untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
al-Hajiyyah
rangka
perlindungan
yang
pokok
agama, jiwa, akal, keturunan dan
dalam
Mewujudkan
akan
melindungi
hilang, maka kehidupan manusia
nikmat-Nya bagimu
baik,
dan
harta. Apabila kemaslahatan ini
menyempurnakan
memelihara
ad-
adalah
perwujudan
yang
dan
diperlukan
dalam melestarikan kelima pokok
tersebut
di
atas,
tetapi
kadar
kebutuhannya berada di bawah
kadar kebutuhan ad-daruriyyah.
Tidak terpeliharanya kebutuhan alhajiyyah tidak akan membawa
terancamnya eksistensi lima pokok
tersebut, tetapi membawa kepada
kesempitan dan kepicikan, baik
dalam usaha mewujudkan maupun
dalam pelaksanaannya. Sedangkan
dalam ajaran Islam kesempitan dan
kepicikan itu perlu disingkirkan
5. Kebutuhan
at-Tahsiniyyah
ialah
tingkat kebutuhan yang apabila
tidak terpenuhi tidak mengancam
Penutup
eksistensi salah satu dari lima
Dari
uraian
stratifikasi
al-
maqasid al-khamsah dan penerapannya
pokok di atas dan tidak pula
Nilda Susilawati :Strafitikasi al-Maqasid al-Khamsah
menimbulkan kesulitan. Tingkat
kebutuhan ini berupa kebutuhan
pelengkap saja.
Referensi
Dahlan,
Al-Qardhawy, Yusuf, 199, Pengantar
kajian Islam; Studi Analistik
Komprehensif tentang Pilar-pilar
Subtansi, Karakteristik, Tujuan
dan Sumber Acuan Islam,
Jakarta: Pustaka al-Kausar
Abdul Aziz (ed), 1996,
Ensiklopedi
Hukum
Islam,
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
Syarifuddin, Amir, 2009, Ushul Fiqh II,
Jakarta: Kencana
Effendi, Satria, 2009, Ushul Fiqh, Jakarta:
Kencana
Al-Syathiby, Abu Ishak, 1979, alMuwafaqat fi Ushul fi al-Syari’at,
Beirut: Dar al-Ma’rifah
Al-Ghazaly, 1983, al-Mustashfa fi Ilm alUshul I, Beirut: Dar al-Kitab alIlmiyah
Download