BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sebuah proses yang dinamakan komunikasi. Setiap individu memerlukan individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972) Komunikasi telah berkembang menjadi aktivitas yang bisa dilakukan dalam berbagai proses. Manusia bertukar pesan dan berbagi informasi. Mereka berkomunikasi dengan cara tatap muka, maupun melalui media komunikasi lainnya. Dengan adanya perubahan, maka manusia menemukan banyak cara untuk mempermudah terjadinya komunikasi, salah satunya adalah media massa. Sejak lama kita sudah mengenal beberapa media massa seperti koran, majalah, surat kabar, televisi, dan film yang bisa dikatakan sebagai media konvensional. Media tersebut dikatakan sebagai media konvensional karena seiring dengan berjalannya waktu, telah muncul media baru yaitu internet. Pemberian nama media baru dan media media konvensional merupakan sebuah pembeda karena media baru merupakan konvergensi dari media konvensional. Media baru dan media konvensional sendiri memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik media konvensional menurut Berlo (1960), lebih bersifat S (Source), M (Message), C (Channel) dan R (Receiver), yaitu sumber mengirimkan 1 pesan melalui media, untuk kemudian diterima oleh penerima pesan. Penerima tidak bisa menyeleksi berita yang mereka terima, semua berita mau tidak mau harus mereka konsumsi. Selain itu, penerima juga tidak bisa memberikan komentar mereka secara langsung terhadap sebuah berita. Komunikasi yang terjadi lebih ke komunikasi satu arah. Sementara itu, media baru bisa memberikan interaktivitas yang memungkinkan para penggunanya untuk menyeleksi isi pesan dan sejumlah pilihan yang disediakan oleh media tersebut. Sumber dan penerima bisa melakukan interaksi sehingga keduanya bisa saling menciptakan makna. Kemunculan media baru memberikan dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Media baru secara langsung mampu merubah pola kehidupan masyarakat, budaya, cara berpikir, dan hampir segala aspek kehidupan manusia. Fungsi beberapa hal yang fundamental dalam media juga sudah mengalami perubahan makna. Perubahan itu ditandai dengan pesan yang tidak lagi dibuat untuk semua orang, melainkan lebih spesifik sehingga audiens lebih terbagi kepada kelompok-kelompok kecil dan lebih bisa meningkatkan partisipasi mereka dalam sebuah pemberitaan. Para audiens bisa ikut memberikan saran bagaimana mereka ingin berita itu dikemas, tampilan berita, serta isi berita. Kemudian penemuan-penemuan baru pada teknologi digital yang mampu menggabungkan teks dengan foto, audio, serta foto semakin membuat media baru menjadi sebuah hal yang menarik. 2 Pada awalnya media baru hanya bisa diakses melalui personal computer (PC). Namun seiring dengan berkembangnya teknologi kini media baru bisa diakses melalui telepon genggam yang memiliki fitur-fitur yang semakin hari semakin canggih. Perkembangan telepon genggam yang semakin canggih pun juga kini menjadi gaya hidup baru di masyarakat, dan mereka menggunakannya untuk memenuhi kebutuhannya untuk berkomunikasi. Hal di atas juga merupakan salah satu keunggulan media baru yaitu tidak terbatasi oleh tempat dan waktu, sehingga kapan pun dan di mana pun dapat diakses, untuk memenuhi kebutuhan individu akan sebuah berita. Perkembangan media baru juga diikuti dengan perkembangan media sosial dan jejaring sosial. Ditemukan pada bulan Januari 2004, Facebook adalah sebuah sarana sosial yang membantu masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih efisien dengan teman-teman, keluarga, dan teman dalam lingkungan pekerjaan. Perusahaan ini mengembangkan teknologi yang memudahkan dalam sharing informasi secara digital yang mampu menyerupai kehidupan nyata dalam hubungan sosial sesama manusia. Siapapun boleh mendaftar di Facebook dan berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal dalam lingkungan saling percaya (Facebook.com, 2009). Penemu situs pertemanan ini adalah Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa drop out dari Universitas Harvard Amerika Serikat. Pada usia 20 tahun, Zuckerberg meluncurkan “The Facebook”. Awalnya diperuntukkan khusus bagi mahasiswa Universitas Harvard. Hanya dalam 24 jam setelah diluncurkan, 1200 3 mahasiswa Harvard sudah menjadi anggota. Dalam sebulan, separuh warga Harvard menjadi anggota. Belakangan, “The Facebook” dibuka bagi seluruh mahasiswa di Amerika Serikat. Pada September 2005, Facebook kemudian membuka jaringannya untuk para siswa SMU. Kemudian disusul untuk pekerja kantoran dan pada akhirnya pada September 2006 Facebook membuka pendaftaran untuk siapa saja yang memiliki alamat email (Wiguna, 2009).. Perkembangan Facebook di Indonesia sangat pesat dalam 2 tahun belakangan ini. Penggunanya sendiri terdiri dari bermacam-macam kalangan, dari kalangan bawah, menengah, hingga menengah ke atas. Berdasarkan data dari Nickburcher.com tahun 2010, pada September 2008 Indonesia memiliki 322.840 pengguna Facebook. Pada September 2009 mengalami peningkatan menjadi 8.786.920 orang. Dan pada September 2010 menjadi 33.920.020 orang. Dalam 2 tahun tersebut pengguna Facebook di Indonesia meningkat 8223.2%. Selain Facebook, ada pula Twitter. Berdasarkan data yang didapat dari blog.twitter.com, Twitter didirikan pada Maret 2006 oleh Evan Williams, Jack Dorsey, dan Biz Stone. Konsep Twitter sendiri merupakan microblogging, yang memungkinkan penggunanya mengirimkan sebuah pesan sebanyak 140 karakter kepada teman-temannya atau dalam istilah Twitter disebut sebagai follower. Pesan tersebut itulah yang disebut sebagai tweet. Hal inilah yang kadang-kadang membuat banyak orang menyebut Twitter sebagai “SMS dari internet”. Popularitas Twitter mulai meningkat pada tahun 2007 ketika diadakan festival South by Southwest (SXSW), sebuah konferensi musik, film, dan 4 interaktif yang diadakan di Austin, Texas, Amerika Serikat. Selama acara tersebut berlangsung, penggunaan Twitter meningkat menjadi 60.000 tweets per hari, dari sebelumnya hanya 20.000 tweets per hari, sebuah peningkatan yang amat pesat. Sudah lebih dari 400.000 tweets dikirimkan per kuartal 2007. Kemudian berkembang menjadi 100 juta tweets pada kuartal 2008. Pada akhir tahun 2009, 2 miliar tweets sudah dikirimkan. Pada kuartal pertama tahun 2010, sudah 4 miliar tweets yang dikirimkan. Bulan Februari 2010, pengguna Twitter mengirimkan 50 juta tweets per hari. Pada bulan Juni terjadi peningkatan menjadi 65 juta tweets per harinya. Jumlah ini setara dengan sekitar 750 tweets per detiknya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Twitter di blognya (http://blog.twitter.com). Disebutkan juga hingga kini, pengguna Twitter sudah mencapai 100 juta orang lebih. Pada tanggal 30 April 2009, Twitter melakukan beberapa inovasi di websitenya yaitu dengan menambahkan tombol pencarian dan trending topics di sisi webnya. Tombol pencarian dapat digunakan untuk mencari sesuatu yang sedang ramai dibicarakan di Twitter, maupun mencari akun Twitter yang ingin difollow, atau sekedar melihat-lihat timeline seseorang. Trending topics sendiri merupakan sesuatu yang ramai dibicarakan oleh para pengguna Twitter, biasanya berupa sebuah kejadian, berita, maupun fenomena-fenomena menarik lainnya yang mampu menarik perhatian banyak pengguna Twitter. Trending topics sendiri nanti akan muncul di sisi kanan website Twitter sehingga kita dapat dengan mudah mengetahui apa yang sedang ramai dibicarakan di Twitter, dan kita pun dapat ikut berpartisipasi. 5 Di Indonesia, perkembangan Twitter sangat pesat. Dari kalangan pelajar, mahasiswa, karyawan, maupun pejabat kebanyakan mempunyai akun Twitter. Tercatat Indonesia memiliki 20.8% dari 93 juta pengguna Twitter di seluruh dunia, menurut survey dari comScore, menempatkan Indonesia di posisi kelima sebagai negara dengan pengguna Twitter terbanyak. Indonesia juga menguasai lebih dari setengah trending topics. Banyak orang menggunakan Twitter karena Twitter merupakan media yang sangat mudah untuk mengirimkan informasi, terutama dengan adanya fitur retweet yang dibuat oleh Twitter. Sebagai contoh, ketika kasus anggota DPR dari Partai Demokrat, Roy Suryo marah-marah kepada penumpang dan awak pesawat sebuah perusahaan penerbangan (diakses dari www.detiknews.com pada tanggal 26 Maret 2011). Berita itu menjadi heboh dan diketahui semua orang karena ada seorang penumpang yang mengirimkan tweet berisikan kronologis kejadian tersebut, hingga akhirnya dibahas di media-media nasional. Hal ini juga merupakan fleksibilitas Twitter, bisa diakses dari manapun, baik komputer maupun telepon genggam, serta bisa diakses kapanpun sesuai dengan kemauan penggunanya. Fleksibilitas Twitter inilah yang dimanfaatkan oleh kantor-kantor berita di Indonesia untuk menyebarkan berita-berita terbaru mereka. Kantor-kantor berita juga melihat dari banyaknya pengguna Twitter di Indonesia, sehingga hal ini merupakan sebuah peluang emas untuk mengirimkan sebuah berita langsung kepada para pengaksesnya. Contohnya adalah Detikcom. Dari awal Detikcom 6 membuat akun Twitter, sejak Agustus 2009, hingga kini mereka sudah mempunyai 672.293 followers (diakses dari akun Twitter Detikcom www.twitter.com/detikcom pada tanggal 1 Mei 2011). Format tweet dari Detikcom sendiri, karena hanya terbatas 140 karakter, berisi judul berita serta link yang bila diklik langsung mengarah kepada link berita di website Detikcom serta bisa diakses melalui komputer dan telepon genggam. Berdasarkan fakta-fakta di atas, penulis ingin meneliti tingkat kepuasan para pengguna akun Detikcom di Twitter. Dapat saja terjadi mereka hanya melewatkannya sekilas, membaca judulnya saja, atau dapat saja mereka membaca berita secara lengkap dan ikut memberikan komentar terkait berita tersebut maupun mencari berita terkait untuk mengetahui fakta-fakta yang lebih lengkap. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah: 1. Bagaimana tingkat kepuasan para pengguna akun Detikcom di Twitter bila dilihat dari frekuensi mereka mengaksesnya? 2. Apakah ada hubungan antara tingkat kepuasan pengguna akun Detikcom di Twitter dengan latar belakang mereka (jenis kelamin, umur, dan pekerjaan)? 7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian penulis adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan para pengguna akun Detikcom di Twitter dilihat dari frekuensi mereka mengaksesnya. 2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara antara tingkat kepuasan pengguna akun Detikcom di Twitter dengan latar belakang mereka (jenis kelamin, umur, dan pekerjaan). 1.4 Batasan Masalah 1. Penulis hanya akan meneliti mengenai respons pengguna Twitter terhadap akun berita Detikcom dan apakah dengan mengakses akun Twitter milik Detikcom kebutuhan mereka akan berita terkini dapat terpenuhi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis: 1. Secara teoritis, menambah kajian ilmu komunikasi yang berhubungan dengan penerapan teori uses and gratification terkait dengan proses pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap informasi, khususnya melalui 8 media baru yang berupa social media. Diharapkan dapat menambah perbendaharaan pustaka bagi Universitas Multimedia Nusantara. 2. Secara praktis, penulis berharap hasil penelitian penulis dapat berguna untuk membantu hasil penelitian dengan topik yang serupa, sekaligus dijadikan sebagai referensi. 9 BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai korelasi sudah beberapa kali dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh Cecilia Rusli, mahasiswa jurusan Komunikasi Massa, pada tahun 2010 dalam skripsinya yang berjudul “Correlation Between Micro-Blogging’s Information And Desire To Watch Movies: Correlational Study between Information on Twitter and Audience’s Decision to Watch Harry Potter and the Deathly Hallows Movie). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode survey untuk mengetahui apakah Twitter mampu memengaruhi keinginan publik untuk menonton film terbaru Harry Potter. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan adanya korelasi yang cukup kuat dalam hal informasi-informasi di Twitter yang mampu memengaruhi sesorang untuk menonton film terbaru Harry Potter. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Twitter digunakan sebagai saran untuk generate traffic ke website. Pada saat pertama kali mengeluarkan trailer, produsen film Harry Potter mentweet tentang trailer Harry Potter dan dilengkapi ling yang langsung mengarah ke website mereka. Hasilnya, mereka berhasil menggiring para penggemar Harry Potter untuk menonton trailer film tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak tujuan penelitian. Tujuan penelitian Cecilia adalah ingin melihat korelasi antara penggunaan Twitter 10 dengan minat para pengguna Twitter untuk menonton film Harry Potter, sementara penulis ingin melihat korelasi antara penggunaan Twitter terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan akan berita terkini. Perbedaan juga terdapata pada teori utama. Penelitian yang dilakukan Cecilia menggunakan teori utama social media marketing sedangkan penulis menggunakan teori uses and gratification. Penulis menggunakan kerangka pemikiran Cecilia untuk melakukan penelitian lain sebagai acuan. 2.2 Kerangka Teori Komunikasi 2.2.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, komunikasi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi. Menurut Wilbur Schramm, komunikasi dan masyarakat adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi, tidak mungkin masyarakat terbentuk. Sebaliknya, tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm 1982, hlm 15). Profesor David K. Berlo dari Michigan State University mendefinisikan komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial yang berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan dalam masyarakat (Byrnes 1965, hlm 4). 11 Menurut Onong (2002), istilah komunikasi berasal dari kata Latin yakni communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama (makna). Hovlan, Janis, dan Kelley (1953) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses melalui seseorang (komunikator) yang menyampaikan rangsangan (stimulus) dalam bentuk kata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain atau khalayak. Hakikat komunikasi menurut, Harold Laswell sebagaimana dicatat Onong (2002; 12) mengungkapkan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who says what in which channel to whom with what effect? Atau siapa mengatakan apa dengan media apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana? Dari definisi Laswell di atas, komunikasi terbagi menjadi lima unsur yang saling terkait satu sama lain, yaitu: 1. Sumber (source) adalah pihak yang mempunyai kepentingan untuk berkomunikasi. 2. Pesan (message) adalah apa yang dikomunikasikan sumber kepada penerima, atau apa yang diterima dari kegiatan komunikasi antar pihak yang bersangkutan. 3. Saluran atau media (channel) adalah alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. 4. Penerima (receiver) adalah orang yang menerima pesan dari sumber (komunikan). 12 5. Efek (effect, impact, influence) adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia mendapatkan pesan tersebut (Onong 2002, p20) Sebelumnya, Berlo (1960) membuat formula komunikasi yang lebih bersifat sederhana yaitu S (Source), M (Message), C (Channel) dan R (Receiver), yaitu sumber mengirimkan pesan melalui media, untuk kemudian diterima oleh penerima pesan. Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di kalangan pakar juga berbeda satu sama lainnya, yang didasarkan atas sudut pandang, pengalaman, dan bidang studinya. Menurut buku Human Communication (1980) yang ditulis oleh kelompok sarjana komunikasi Amerika, komunikasi terbagi atas lima macam tipe, yaitu komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (organization communication), komunikasi massa (mass communication), dan komunikasi publik (public communication). 2.3 Pengertian Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat; 1999) yakni pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is a messages communicated through a mass medium to a large number of people). 13 Adapun Joseph A. Devito (1982) mendefinisikan komunikasi massa sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak, bersifat massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner (1987) yaitu mass communication is the technology and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies yang berarti komunikasi massa adalah distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling banyak dimiliki oleh masyarakat industri. Menurut Alo Liliweri (1991, hlm 36-38), terdapat beberapa sifat yang melekat dalam komunikasi massa dan sekaligus membedakan komunikasi massa dengan bentuk komunikasi yang lainnya yakni: 1. Sifat komunikator Sesuai dengan hakikatnya dalam sifat penggunaan media atau saluran secara profesional dengan teknologi tinggi melalui usaha-usaha industri maka kepemilikin media bersifat lembaga, yayasan, organisasi usaha yang mempunyai struktur dan penjelmaan tugas. Oleh karenanya maka berbagai pesan yang terbit dari satu media massa sebenarnya bukan lagi milik perorangan tetapi hasil rembukan, olahan redaksi atau keputusan dari kebijaksanaan organisasi media massa. Berdasarkan hal tersebut maka dalam organisasi pemilik media terdapat gatekeeper (penjaga gerbang). 14 Fungsi gatekeeper umumnya dilakukan oleh editor untuk menyeleksi berita yang masuk agar sesuai dengan tujuan dari media massa tersebut. 2. Sifat pesan Pesan komunikasi massa bersifat umum, universal tentang berbagai hal dari berbagai tempat di muka bumi. Tidak ada pesan komunikasi massa yang hanya ditujukan kepada suatu masyarakat tertentu. Isi media massa tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui oleh masyarakat umum. 3. Sifat media massa Salah satu ciri paling khas dalam komunikasi massa adalah sifat media massa, Komunikasi massa lebih bertumpu pada andalan teknologi pembagi pesan dengan menggunakan jasa industri untuk memperbanyak dan melipatgandakannya. Hal ini akan berfungsi mengatur hubungan antara komunikator dengan komunikan yang dilakukan secara serempak dan menjangkau berbagai lokasi di muka bumi pada waktu yang sama, serta menunjukkan pers terus bertumbuh tidak saja sebagai media komunikasi massa secara profesional tetapi juga usaha sebagai bisnis. 4. Sifat komunikan Komunikan dalam komunikasi massa adalah khalayak, yang merupakan masyarakat umum, heterogen dalam segi demografis, geografis, maupun psikografis. Khalayak yang heterogen misalnya dari segi demografis 15 dalam hal usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan secara psikologis khalayak mempunyai cara hidup tertentu yang memberikan ciri khas bagaimana seseorang itu menjalani hidupnya setiap hari berdasarkan tingkat pendapatannya, serta tingkat pendidikannya. 5. Sifat efek Secara umum terdapat tiga efek dari komunikasi massa berdasarkan teori hirarki efek yakni efek kognitif, di mana pesan komunikasi massa mengakibatkan khalayak berubah dalam hal pengetahuan, pandangan, dan pendapat terhadap sesuatu yang diperolehnya. Adapun efek afektif, dimana pesan komunikasi massa mengakibatkan berubahnya perasaan tertentu dari khalayak. Sementara efek konatif dapat diartikan sebagai pesan komunikasi mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 6. Sifat umpan balik Umpan balik dari suatu komunikasi massa biasanya lebih bersifat tertunda daripada umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi. Pengembalian reaksi terhadap suatu pesan kepada sumbernya tidak terjadi pada saat yang sama melainkan ditunda setelah suatu media itu beredar, atau pesannya itu memasuki kehidupan suatu masyarakat tertentu. 16 Komunikasi massa bukanlah tercipta hanya dari satu orang, melainkan dari sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Masing-masing orang mempunyai unsur dan saling berkaitan satu sama lain membentuk sebuah lembaga yang menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem tersebut adalah sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Di sistem tersebut ada sebuah ketergantungan, di mana komponenkomponen di dalam sistem tersebut saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterdependensi secara keseluruhan. Bila ada salah satu komponen yang tidak bekerja, maka hal itu akan mengganggu kinerja dari sistem tersebut. Oleh karena itu, berbagai unsur tersebut saling melengkapi, bekerja sama satu sama lain sehingga sempurnalah sesuatu dikatakan sebagai lembaga. Dalam komunikasi massa, yang menjadi komunikator adalah media massa itu sendiri. Wartawan hanya menjadi salah satu bagian dari lembaga tersebut, ia juga bukan seorang komunikator dalam media massa tersebut. Ia adalah orang yang dididik oleh lembaga, yang merupakan media massa tersebut, sehingga sikap dan perilaku wartawan itu harus sesuai dengan apa yang diinginkan oleh media massa itu. Menurut Alexis S. Tan, sebagaimana dikutip oleh Nurudin (2007), komunikator dalam komunikasi massa adalah organisasi sosial yang mampu 17 memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah khalayak yang banyak dan terpisah. Komunikator dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa, baik itu berupa surat kabar, majalah, internet, radio, televisi, atau penerbit buku. Media massa ini bisa disebut sebagai organisasi sosial karena mereka memiliki tanggung jawab dalam proses komunikasi massa tersebut. Sumber atau komunikator dalam komunikasi massa terutama berisi organisasi formal seperti jaringan ikatan atau kesatuan. Komunikasi massa bukan produk seseorang, tetapi produk kelompok. Jadi jelas bahwa komunikator dalam komunikasi massa itu bukan perorangan, tetapi lembaga atau institusi. Menurut Alexis S. Tan (1981), komunikator dalam komunikasi massa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Komunikator dalam komunikasi massa merupakan kumpulan dari beberapa individu, karena media massa, yang merupakan elemen utama, bisa muncul dari gabungan beberapa orang. 2. Dalam berkomunikasi, individu terbatasi perannya oleh media massa, karena mereka harus mengikuti kemauan media massa, untuk memberitakan sesuatu yang sesuai dengan visi dan misi dari media massa tersebut. 3. Pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat. 18 4. Apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis. Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah proses pengiriman pesan yang dikirimkan komunikator melalui media massa kepada khalayak luas sebagai komunikannya. Definisi asli dari komunikasi massa sebagai sebuah proses tergantung pada sisi objektif dari produksi massal, reproduksi dan distribusi yang terbagi-bagi pada beberapa media yang berbeda. Terdapat dua model komunikasi massa yang paling cocok untuk digunakan dalam penelitian ini adalah model transmisi dan ritual atau ekspresif. 1. Model Transmisi Hasil penelitian Westley & MacLean (1957) mewujudkan bahwa komunikasi melibatkan interpolasi atau pengalihan pola pikir dari peran komunikator yang baru antara masyarakat dan penerima pesan (audiens). Terdapat tiga fitur penting dari model komplit komunikasi massa yang digambarkan oleh Westley & MacLean yaitu: 1. Menekankan pada peran memilih dari komunikator massa. 2. Bahwa pemilihan didasarkan pada penilaian atas apa yang disenangi oleh pemirsa. 3. Komunikasi tidak memiliki tujuan khusus, di luar tujuan akhirnya. 19