hu keha kons ubungan amilan, f sumsi ta n antar

advertisement
HU
UBUNGAN
N ANTAR
RA INTENSITAS PEMERIIKSAAN
KEHA
AMILAN, FASILITA
F
AS PELA
AYANAN KESEHA
ATAN DA
AN
KONS
SUMSI TA
ABLET BESI
B
DEN
NGAN TINGKAT KELUHA
AN
SELA
AMA KEH
HAMILAN
N
MAR
RISSA INDRESWARI
PROGR
RAM STUDI GIZI MAS
SYARAKAT
T DAN SUM
MBERDAYA
A KELUARG
GA
FAK
KULTAS PE
ERTANIAN
INSTITU
UT PERTAN
NIAN BOGOR
2008
8
55
ABSTRACT
MARISSA INDRESWARI. Correlations between intensity of pregnancy
inspection, facility of health service and consume the iron tablet with mount the
sigh during pregnancy. Supervised by HARDINSYAH dan M. RIZAL MARTUA
DAMANIK.
Pregnant mother is one of the group gristle nutrition. Pregnant mother
need to do medical check during pregnancy to support quality of good health.
Pregnancy inspection is suggested minimum four times during pregnancy. The
aim of this study is to analyze correlation between intensity of pregnancy
inspection, facility of health service and consume the iron tablet with mount the
sigh experienced of during pregnancy.
This study use the cross sectional study method with sample taking
method by purposive in Kramat Jati sub-district (East Jakarta) and Ragunan subdistrict (South Jakarta). Total sample taken for this study are 100 mother
pregnant (50 from each regional). Data obtained process by Microsoft Excel 2003
and analyze by SPSS 13.0 for windows. Analyze data use Rank Correlation
Spearman to know the correlation between variable.
Result of test analyze has been showed significant correlations between
consume the iron tablet obedience with intensity of pregnancy inspection.
Significant correlation is also shown by intensity of pregnancy inspection variable
with facility of health service which got by pregnant mother during pregnancy
inspection. This result study is strenghtened by previous study that showed
intensity of pregnancy inspection to the health service has strong correlation with
antenatal care which obtained by pregnant mother.
56
RINGKASAN
Marissa Indreswari. Hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan,
fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi dengan tingkat keluhan
selama kehamilan. Dibimbing oleh Hardinsyah dan M. Rizal Martua Damanik.
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Prevalensi anemia,
angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan berat badan bayi lahir
rendah (BBLR) dapat memperlihatkan adanya indikasi kerawanan gizi pada ibu
hamil. Untuk menunjang kualitas kesehatan yang baik, ibu hamil perlu melakukan
pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan secara rutin dapat mendeteksi
secara dini apabila terdapat kelainan selama masa hamil dan mengambil
tindakan antisipasi sesegera mungkin (Thompson 2004). Pemeriksaan kehamilan
dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal sebanyak empat kali selama
kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum
usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 0-3 bulan (trimester 1).
Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester 2). Sedangkan untuk
kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan
(trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, pondok
bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta
(Depkes RI 1993). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
antara intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dengan
tingkat keluhan yang dialami ibu selama kehamilan.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study dengan metode
pengambilan contoh secara purposive di Kelurahan Kramat Jati (Jakarta Timur)
dan Kelurahan Ragunan (Jakarta Selatan). Jumlah contoh yang diambil untuk
penelitian ini yaitu sebanyak 100 orang ibu hamil (50 orang dari masing-masing
kelurahan). Jenis data yang diperoleh merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi karakteristik ibu, karakteristik keluarga, status
gizi, riwayat kesehatan dan kehamilan, akses ke pelayanan serta pengetahuan
gizi dan kesehatan ibu hamil. Data sekunder diperoleh melalui dinas pemerintah
kota setempat serta pusat kesehatan masyarakat di masing-masing kelurahan.
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan melalui proses editing, coding,
entry dan cleaning dengan menggunakan Microsoft Excel 2003. Serta analisis
data dengan menggunakan SPSS 13.0 for Windows. Analisis data menggunakan
Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antar variabel.
Hampir seluruh responden (91,0%) berada pada kategori umur 20-35
tahun dengan tingkat pendidikan sedang. Suami responden sebagian besar
(75,0%) juga berada pada kategori tingkat pendidikan sedang. Responden
hampir seluruhnya tidak bekerja. Besar keluarga responden sebagian besar
(83,0%) termasuk kedalam kategori keluarga kecil dengan tingkat ekonomi yang
tergolong tidak miskin (74,0%). Lebih dari separuh responden (60,0%) dengan
usia kehamilan 0-12 minggu dan hampir seluruh responden (94,0%) memiliki
tingkat paritas yang kurang dari lima.
Kisaran skor pengetahuan gizi dan kesehatan responden antara 14,3
sampai 100,0 dengan rata-rata 69,4±17,7. Hal ini menunjukkan tingkat
pengetahuan responden yang sangat beragam. Persentase tersebut juga
menunjukkan bahwa terdapat ibu hamil yang mampu menjawab dengan tepat
seluruh pertanyaan seputar gizi dan kesehatan kehamilan. Lebih dari separuh
responden (52,0%) memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang
berada pada tingkat sedang. Namun responden dengan tingkat pengetahuan gizi
57
dan kesehatan yang baik memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan
dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang
buruk. Hasil ini memberikan gambaran bahwa lebih dari separuh ibu hamil hanya
memperoleh skor pengetahuan gizi dan kesehatan sebesar 60-80 (Khomsan
2000).
Hampir sebagian besar responden (74,2%) dinyatakan tidak patuh dalam
mengonsumsi tablet besi yang diberikan. Jenis penyakit yang diderita responden
selama 6 bulan sebelum hamil dengan urutan persentase mulai dari yang
terbesar adalah influenza, batuk, anemia, maag, hipertensi, jantung, asma dan
sinus. Sedangkan jenis penyakit yang diderita selama kehamilan adalah anemia,
batuk, influenza, maag, typus, asma, hiperemesis, sinus, muntaber dan radang
tenggorokan. Hampir sebagian besar responden (71,0%) memiliki jumlah skor
morbiditas yang tergolong ringan.
Jenis keluhan yang dialami responden bervariasi. Berikut adalah jenis
keluhan ibu hamil dengan urutan persentase terbesar hingga terkecil yaitu mual,
sering buang air kecil, pusing/berkunang, muntah, lemah/lesu, nafsu makan
menurun, merasa gemuk, pucat, sakit pinggang, nafsu makan meningkat, nyeri
payudara, merasa kurus, sulit buang air besar, oedema, gatal-gatal, nyeri perut,
ngidam, pegal-pegal, sakit pundak, alergi dan jantung berdebar. Lebih dari
separuh responden (69,0%) termasuk kedalam kategori tingkat keluhan berat.
Lebih dari separuh responden (60,0%) tidak memeriksakan kehamilannya sesuai
anjuran (minimal 4 kali selama kehamilan) dan hampir seluruh responden
(89,0%) tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara lengkap
dengan standar 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran
tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi dan
imunisasi tetanus-toksoid).
Hasil uji analisis menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara
tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi dengan intensitas
pemeriksaan kehamilan (p value = 0,001 dan r = 0,322**). Hasil uji analisis yang
sama juga terdapat pada hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan
dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang didapatkan responden (p value =
0.002 dan r=0.300**). Hasil uji analisis ini diperkuat dengan pernyatan Hartoyo et
al (2003) bahwa cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan
(intensitas pelayanan kesehatan) memiliki hubungan yang erat dengan
pelayanan antenatal yang diperoleh. Namun, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat keluhan selama kehamilan dengan intensitas
pemeriksaan kehamilan serta tingkat keluhan selama kehamilan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan yang didapat responden.
58
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PEMERIKSAAN
KEHAMILAN, FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DAN
KONSUMSI TABLET BESI DENGAN TINGKAT KELUHAN
SELAMA KEHAMILAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
MARISSA INDRESWARI
A54104088
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
59
Judul
: Hubungan antara Intensitas Pemeriksaan Kehamilan,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Konsumsi Tablet
Besi dengan Tingkat Keluhan Selama Kehamilan
Nama Mahasiswa
: Marissa Indreswari
Nomor Pokok
: A54104088
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS.
NIP. 131 287 340
Dr. Drh. Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc
NIP. 131 902 365
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal lulus :
60
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 26 Maret 1986 dari
pasangan Ariek Sulistyowati dan Achmad Bachris Sati. Penulis merupakan anak
pertama dan memiliki satu orang adik yang bernama Riandika Prameswara
Saputra. Pada tahun 1989 penulis memulai pendidikan di TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Depok. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1991 di MI Muhammadiyah I
Depok yang kemudian dilanjutkan pada jenjang pendidikan SLTP di SLTP Negeri
5 Depok. Tahun 2003 penulis dinyatakan lulus dari SMUIT Nurul Fikri Cimanggis.
Kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi tepatnya di
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa
kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan. Penulis aktif di kepanitiaan yaitu
sebagai ketua kegiatan Keep n Touch with A 2005-2006, seksi humas FNC
NPGK IX, koordinator seksi humas seminar NPGK X, koordinator seksi
pubdekdok seminar SMS Bunda dan lain-lain. Penulis pernah menjabat sebagai
staf departemen informasi dan komunikasi BEM Faperta 2005-2006 serta
sebagai ketua biro hubungan masyarakat BEM KM IPB 2006-2007. Selain itu,
penulis juga pernah mewakili IPB sebagai pengawas independen Ujian Akhir
Nasional tingkat SMP tahun 2006. Masih pada tahun yang sama penulis
berpartisipasi sebagai relawan pada posko Penanganan Tumbuh Kembang Anak
Korban Gempa di Kabupaten Klaten.
61
PRAKATA
Puji dan syukur tak henti penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan kekuatan yang begitu berharga sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ini. Selama proses penelitian, penulis tak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dan dengan segala kerendahan hati
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Mama dan Papa atas segala keikhlasan dan kasih yang begitu tulus.
Tiada dukungan dan bantuan yang mampu menyaingi segala hal yang
telah kalian berikan. Terima kasih untuk semua pengalaman berharga
dalam hidup ini.
2. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Drh. M Rizal Martua Damanik,
MRep.Sc selaku dosen pembimbing atas segala ilmu, arahan dan
masukan yang diberikan kepada penulis sejak awal penyusunan hingga
rampungnya karya ini.
3. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen penguji yang telah memberikan
koreksi hingga saran yang begitu berarti dalam perampungan karya ini.
4. Ir. Cessilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pemandu seminar yang telah
memberikan arahan dan saran hingga karya ini tersempurnakan.
5. Segenap petugas kesehatan di Puskesmas Kramat Jati dan Ragunan (Bu
Made, Bu Komang, Bu Yus dan Pak Abidin) serta para kader atas segala
informasi dan bantuan yang diberikan saat proses pengumpulan data.
6. Rekan-rekan satu penelitian, Any dan Nadiya atas segenap perjuangan
yang telah kita lalui bersama.
7. Rekan-rekan pembahas (Handaru, Firdaus, Nur Laela dan Alfinda) atas
seluruh masukan yang begitu berarti pada saat seminar.
8. Yunino Rachman atas pengertian dan perhatian selama perampungan
skripsi ini.
9. Teman-teman GMSK 41 (Nini, Tuyul, Dewi K, Mita, Noorma, Bagus, Ibnu,
Onye, Devit, Vika, Lenny, Ima, Friska, Tice, Dewi Mei dll).
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Juni 2008
Penulis
62
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
xi
PENDAHULUAN ..............................................................................................
Latar Belakang ............................................................................................
Tujuan .........................................................................................................
Hipotesis ......................................................................................................
Kegunaan ....................................................................................................
1
1
2
3
3
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
Intensitas Pemeriksaan Kehamilan ............................................................. 4
Fasilitas Pelayanan Kesehatan ................................................................... 5
Riwayat Kesehatan Ibu Hamil ..................................................................... 7
Jenis Penyakit Selama Kehamilan .............................................................. 7
Jenis Keluhan Selama Kehamilan ............................................................... 12
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ............................................... 16
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 18
METODE ..........................................................................................................
Desain, Waktu dan Tempat .........................................................................
Prosedur Penarikan Contoh ........................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .............................................................
Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................
Definisi Operasional ....................................................................................
20
20
20
21
22
27
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ..............................................................
Karakteristik Keluarga .................................................................................
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ...............................................
Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Besi ..................
Jenis Penyakit yang Dialami Ibu Sebelum Hamil dan Selama Hamil ..........
Tingkat Keluhan Ibu selama Kehamilan ......................................................
Intensitas Pemeriksaan Kehamilan .............................................................
Fasilitas Pelayanan kesehatan Kehamilan ..................................................
Analisis Hubungan ......................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................
Saran ...........................................................................................................
29
29
31
38
40
43
45
46
47
47
49
49
50
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51
LAMPIRAN ....................................................................................................... 54
63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pertambahan kebutuhan zat besi pada ibu hamil ..............................
9
Tabel 2 Data, jenis data dan cara pengumpulan data ..................................... 23
Tabel 3 Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ........................... 24
Tabel 4 Kategori jenis keluhan selama kehamilan .......................................... 25
Tabel 5 Jumlah penduduk di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan ................ 29
Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan karakteristik keluarga .................... 31
Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan paritas ........... 36
Tabel 8 Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil ........................................ 38
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan kepatuhan ibu hamil dalam
mengonsumsi tablet besi ................................................................... 40
Tabel 10 Persentase jenis penyakit yang diderita responden selama enam bulan
sebelum hamil dan selama hamil ...................................................... 43
Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan skoring penyakit ........................... 44
Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan jenis keluhan yang dialami selama
kehamilan .......................................................................................... 45
Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat keluhan ............... 46
Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pemeriksaan kehamilan 47
Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kelengkapan fasilitas pelayanan
kesehatan kehamilan ......................................................................... 48
64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan intensitas pemeriksaan kehamilan
dengan jenis keluhan yang dialami oleh ibu hamil ......................... 19
Gambar 2 Kerangka penarikan contoh ........................................................... 21
65
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ..................................................................................... 55
Lampiran 2 Hasil uji analisis korelasi Spearman ............................................. 61
66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada seorang anak bukan hanya
bergantung pada asupan makanannya saat ini namun juga terkait dengan status
gizi pada masa lalu bahkan sejak ia masih berada dalam rahim seorang ibu.
Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan bergantung pada status
gizi ibu. Hal ini dikarenakan asupan makanan janin hanya dapat melalui tali pusat
yang terhubung kepada tubuh ibu. Oleh karena itu, seorang wanita yang sedang
mengandung hendaknya lebih memerhatikan asupan gizi dari makanan agar
tumbuh kembang janin berlangsung optimal.
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan akan masalahmasalah gizi. Ibu hamil yang diindikasikan menderita anemia yaitu sejumlah 40,1
persen dari jumlah total wanita usia subur (WUS) di Indonesia (Depkes RI 2003).
Prevalensi anemia, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan
berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dapat memperlihatkan adanya indikasi
kerawanan gizi pada ibu hamil. BBLR dapat menimbulkan dampak kesehatan
yang cukup serius di kalangan anak-anak. Mulai dari berat badan rendah,
kekerdilan, risiko besar terkena penyakit degeneratif hingga kematian pada usia
satu tahun. Hal ini semakin menguatkan akan pentingnya memenuhi asupan gizi
yang dibutuhkan selama kehamilan.
Bagi ibu hamil status gizi yang baik saja belumlah cukup untuk
menunjang kualitas kehamilan. Status gizi yang baik ini juga haruslah ditunjang
dengan pemeriksaan diri ibu selama kehamilan. Pemeriksaan kehamilan
dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal sebanyak empat kali selama
kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum
usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 0-3 bulan (trimester 1).
Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester 2). Sedangkan untuk
kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan
(trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, pondok
bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta
(Depkes RI 1993). Pemeriksaan kesehatan yang umum dilakukan oleh tenaga
kesehatan di kalangan masyarakat adalah pengukuran berat badan dan tinggi
badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pemeriksaan tinggi fundus uteri
(bagian atas punggung rahim), suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), serta
pemberian tablet besi (BPS 2004).
67
Pelayanan yang belum dapat memenuhi standar minimal 5T (pengukuran
tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, imunisasi tetanus toksoid dan pemberian tablet besi) belum dapat
dikatakan sebagai pelayanan antenatal. Hal ini dilandasi oleh ketetapan
pemerintah yang menyatakan bahwa standar pelayanan antenatal minimal yaitu
5T. Hasil survey dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa ibu yang
menerima jenis pelayanan sesuai standar minimal 5T baru sekitar 22 persen
(Kisnawati 2007).
Thompson (2004) menyatakan bahwa keluhan kehamilan yang paling
umum dijumpai pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning
sick, yaitu mual dan muntah yang terjadi di pagi hari. Kondisi ini umum ditemui
pada sebagian besar wanita hamil dan akan berlangsung hingga usia kehamilan
memasuki minggu ke-12 atau bulan ketiga kehamilan. Pemeriksaan kehamilan
secara rutin dapat mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan selama
masa hamil dan mengambil tindakan antisipasi sesegera mungkin sehingga
dapat menghidarkan ibu hamil dan janin yang dikandungnya dari situasi yang
tidak diinginkan.
Tujuan
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan,
fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi dengan tingkat keluhan
yang dialami ibu selama kehamilan.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil
2. Mengetahui tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi
3. Mengidentifikasi jenis penyakit yang dialami ibu hamil antara sebelum
hamil dan selama kehamilan
4. Mengidentifikasi jenis keluhan yang dialami ibu hamil
5. Mengetahui intensitas pemeriksaan kehamilan dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang didapat ibu hamil
6. Menganalisis hubungan antara tingkat keluhan yang dialami ibu selama
kehamilan dengan intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan
kesehatan dan konsumsi tablet besi.
68
Hipotesis
Intensitas pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan paling tidak
sebanyak empat kali selama masa kehamilan. Ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kesehatan di pelayanan kesehatan setempat akan mendapatkan
beragam fasilitas pelayanan kesehatan. Semakin sering ibu hamil memeriksakan
kehamilannya maka semakin lengkap fasilitas pelayanan kesehatan yang
didapatkan. Pemeriksaan kehamilan ini terkait dengan deteksi dini kelainan yang
dapat terjadi pada ibu hamil sehingga meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan. Dengan intensitas pemeriksaan kehamilan yang memenuhi syarat
diharapkan dapat mengurangi keluhan atau gangguan kesehatan pada masa
kehamilan.
Hipotesis yang diambil melalui penelitian ini ialah tidak terdapatnya
hubungan
antara
tingkat
keluhan
selama
kehamilan
dengan
intensitas
pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi.
Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
hubungan
antara
tingkat
keluhan
selama
kehamilan
dengan
intensitas
pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi..
Selain itu diharapkan juga pemerintah daerah setempat mendapatkan gambaran
mengenai akses pelayanan kesehatan di masyarakat terutama oleh kelompok
ibu hamil dan melakukan upaya-upaya perbaikan yang dirasa perlu untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum dan secara khusus
pada ibu hamil.
69
TINJAUAN PUSTAKA
Intensitas Pemeriksaan Kehamilan
Seseorang yang sedang menjalani masa kehamilan perlu melakukan
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara teratur. Hal ini juga diperlukan
untuk mengantisipasi segala gangguan yang dapat membahayakan kesehatan
ibu maupun bayi yang dikandungnya sedini mungkin. Menurut Rachmawati
(2004) apabila kesehatan merupakan hak asasi manusia, maka mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai adalah hak setiap orang dalam hal ini
terkait pula dengan ibu hamil.
Pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal
sebanyak empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan
pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 03 bulan (trimester 1). Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester
2). Sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia
kehamilan 7-9 bulan (trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di
posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau
bidan swasta (Depkes RI 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan ibu hamil dalam memilih
tempat periksa kehamilan antara lain adalah biaya, jarak dan faktor kepercayaan.
Besarnya
biaya
sangat
mempengaruhi
pilihan
dan
keputusan
tempat
pemeriksaan kehamilan. Dalam hal ini biaya yang dimaksud adalah biaya
pelayanan yang diterima, biaya transportasi, biaya tenaga kesehatan dan harga
pengobatan. Jarak rumah dengan tempat pelayanan juga menjadi pertimbangan
dalam memilih tempat pemeriksaan kehamilan. Pertimbangan ini juga terkait
dengan biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk menuju tempat
pemeriksaan kesehatan. Namun kadang bagi sebagian ibu hamil, jarak yang jauh
dan biaya yang dikeluarkan menjadi tidak berarti ketika senioritas dan
pengalaman menjadi pilihan. Dengan demikian faktor kepercayaan juga menjadi
salah satu penentu pemilihan tempat pemeriksaan kesehatan (Rachmawati
2004).
Cakupan kunjungan ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang
memperoleh pelayanan antenatal dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang
ada. Cakupan kunjungan ibu hamil ini menggambarkan kesadaran ibu hamil
akan kesehatan dan keselamatan bayinya. Hal ini juga memiliki kaitan yang
sangat erat dengan risiko saat melahirkan (Hartoyo etal 2003).
70
Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (1998) diacu
dalam Rachmawati (2004) menyebutkan bahwa antenatal care atau pemeriksaan
kehamilan meliputi (1) pemeriksaan tekanan darah, (2) memperhatikan tandatanda tubuh sehat, (3) pengukuran berat dan tinggi badan, (4) pemeriksaan
konjungtiva atau selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola
mata serta pemeriksaan kuku, (5) pemeriksaan adanya pembengkakan pada
tangan, wajah dan mata kaki (untuk mengetahui gejala pre-eklampsia), (6)
melakukan tes refleks lutut (untuk mengetahui gejala pre eklampsia), (7)
pemeriksaan punggung di bagian ginjal, (8) melihat dan meraba payudara, tinggi
fundus dan mendengarkan denyut jantung janin, (9) pemeriksaan vulva (untuk
melihat kemungkinan terjadinya pembengkakan, luka, pembesaran kelenjar atau
nyeri pada kandung kencing) dan (10) pemeriksaan tes laboratorium sederhana
untuk pemeriksaan Hb. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2004)
pemeriksaan kesehatan yang lebih umum dilakukan oleh tenaga kesehatan di
kalangan masyarakat adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan,
pengukuran tekanan darah (tensi), pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas
punggung rahim), suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), serta pemberian
tablet besi.
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Tetanus Neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir yang
disebabkan karena masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat akibat
pemotongan dan perawatan luka tali pusat yang tidak bersih atau ditaburi
ramuan. Tetanus dapat terjadi karena ketika ibu sedang dalam masa kehamilan
tidak mendapat imunisasi TT lengkap, sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya
tidak kebal terhadap kuman tetanus. Tetanus mengakibatkan sebagian besar
bayi yang menderita tetanus neonatorum akan meninggal dalam beberapa hari
saja.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak dua kali. Hal
ini bertujuan agar ibu dan bayinya menjadi kebal terhadap tetanus. Pemberian
imunisasi TT sebanyak dua kali dimaksudkan karena suntikan pertama belum
menjadikan bayi dalam kandungan kebal sepenuhnya terhadap tetanus sehingga
pada waktu lahir bayi masih mungkin terkena tetanus bila ada kuman tetanus
yang masuk ke dalam tubuh melalui luka tali pusat.
71
Imunisasi TT diperuntukkan bagi ibu hamil, calon pengantin wanita dan
anak usia sekolah kelas enam SD. Pada ibu hamil imunisasi ini diberikan dua
kali. Imunisasi pertama dilakukan segera pada saat terlihatnya tanda-tanda
kehamilan. Kemudian suntikan kedua diberikan setelah suntikan pertama dengan
jeda waktu minimal selama satu bulan. Imunisasi TT dapat diberikan oleh tempat
pelayanan kesehatan yang terdapat di masyarakat seperti posyandu, pondok
bersalin, puskesmas, rumah sakit, praktek dokter atau bidan swasta. Ibu hamil
selambat-lambatnya harus sudah mendapatkan imunisasi TT pada usia
kehamilan delapan bulan (Depkes RI 1993).
Pemberian Tablet Besi
Suplementasi tablet besi diperuntukkan bagi ibu hamil, ibu nifas, anak
usia sekolah, remaja putri dan wanita usia subur (WUS). Ibu hamil mendapat
prioritas utama karena kelompok ini mempunyai prevalensi anemia tertinggi yaitu
51 persen (SKRT 1995 diacu dalam Darlina 2003). Kelompok ibu hamil juga
dianggap paling rentan karena anemia dapat membahayakan ibu dan bayinya
(Darlina 2003). Fauzi (2002) diacu dalam Wijianto (2002) menyatakan bahwa
program suplementasi tablet besi (dalam hal ini berupa pemberian tablet besi)
untuk ibu hamil di Indonesia masih kurang efektif. Hal ini terutama disebabkan
oleh masalah distribusi (cakupan) dan kepatuhan ibu hamil untuk mengonsumsi
tablet besi.
Suplementasi tablet besi diberikan dengan maksud menghindari ibu hamil
dari risiko anemia. Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan
kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu untuk
patuh mengonsumsi secara baik. Namun demikian, kepatuhan juga dipengaruhi
oleh adanya beberapa faktor diantaranya adalah bentuk tablet, warna, rasa dan
efek samping. Efek samping dari tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri
lambung, mual, muntah, konstipasi dan diare (WHO 1986 diacu dalam Wijianto
2002). Pemberian tablet besi setiap hari dalam jangka waktu tiga bulan seperti
yang dilakukan sekarang seringkali menimbulkan kebosanan, terutama dibarengi
dengan adanya efek samping yang negatif dari tablet besi tersebut (Wijianto
2002). Konsumsi tablet besi untuk ibu hamil minimal sebanyak 90 tablet selama
masa kehamilan. Namun sebaiknya tablet besi diminum secara teratur satu tablet
setiap hari (Depkes RI 1993).
72
Riwayat Kesehatan Ibu Hamil
Masa kehamilan bukan hanya merupakan masa-masa yang rawan akan
gangguan kesehatan. Masa kehamilan juga merupakan masa-masa yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Hal ini disebabkan
karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya pada saat
masa janin dalam kandungan. Jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
baik, maka janin yang dikandungnya akan baik pula serta keselamatan ibu waktu
melahirkan akan terjamin. Kondisi ini dapat direalisasikan dengan memenuhi
kecukupan gizi bagi ibu hamil. Apabila kecukupan akan energi dan protein telah
terpenuhi, maka kecukupan zat-zat gizi lain umumnya akan terpenuhi atau
setidaknya tidak terlalu sukar untuk memenuhinya (Khumaidi 1994).
Rachmawati (2004) menyatakan bahwa banyak faktor yang menentukan
kesehatan kehamilan seseorang. Salah satu dari faktor-faktor tersebut adalah
riwayat kehamilan. Kehamilan seseorang yang pernah dilalui sangat menentukan
kualitas kehamilan berikutnya. Namun rupanya banyak dari ibu hamil di
Indonesia yang mengabaikan hal tersebut.
Selain itu, kebutuhan gizi antara orang sehat dan orang sakit terutama
yang baru sembuh dari sakit berat tidak bisa disamakan. Sel-sel tubuh orang
sakit sebagian telah mengalami kerusakan dan perlu digantikan. Oleh karena itu
orang tersebut membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan
kebutuhan gizi yang biasanya. Selain untuk membangun kembali sel-sel tubuh
yang telah rusak, kelebihan zat gizi tersebut diperlukan untuk memulihkan tenaga
(Apriadji 1986).
Suhardjo (1989) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang saling
menguntungkan antara pendapatan dengan keadaan gizi. Namun, perlu
diperhatikan bahwa pada kenyataannya peningkatan pendapatan untuk tiap
golongan penduduk seringkali berbeda tingkatnya. Melalui hal ini dapat
diasumsikan bahwa pendapatan turut menunjang keadaan atau status gizi.
Jenis Penyakit selama Kehamilan
Selama masa kehamilan banyak penyakit yang menyerang terkait dengan
kesehatan kehamilan seorang ibu hamil. Penyakit ini muncul dan meresahkan
seiring berkembangnya kehamilan. Menurut Thompson (2004) penyakit yang
umum muncul selama masa kehamilan adalah anemia, hipertensi, diabetes dan
ambeien.
73
Anemia pada Ibu Hamil
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) di bawah normal (Nurcahyo
2007). Zat besi memiliki fungsi dalam mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh,
membantu pembentukan serta meningkatkan produksi sel-sel darah merah yang
dapat menurunkan risiko anemia dan merupakan salah satu komponen dalam
fermen sitokrom. Di samping itu, zat besi merupakan zat gizi yang mampu
meningkatkan efisiensi transmisi saraf pada otak manusia dan sangat penting
untuk menjaga keseimbangan serta kelengkapan gizi yang diperlukan otak
(Soehardi 2004). Menurut Wirakusumah (1999) zat besi pada saat kehamilan
tidak hanya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil akan zat besi saja
namun juga dibutuhkan untuk proses pembentukan sel-sel darah merah yang
semakin banyak dalam tubuh ibu hamil tersebut serta janin dan plasentanya.
Seiring dengan usia kehamilan yang semakin bertambah kebutuhan akan zat
besi pun semakin meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa risiko
anemia pun semakin meningkat.
Anemia besi pada ibu hamil dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
faktor yang langsung, tidak langsung dan mendasar. Secara langsung anemia
disebabkan oleh seringnya ibu hamil mengonsumsi zat penghambat absorbsi zat
besi, kurangnya mengonsumsi promotor absorbsi zat besi non heme dan adanya
infeksi parasit. Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil
merupakan faktor yang tidak langsung. Namun, secara mendasar anemia pada
ibu hamil disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu serta
faktor ekonomi yang masih rendah (Djunaidi 1995 diacu dalam Darlina 2003).
Namun menurut Soehardi (2004) pada umumnya penyebab anemia
adalah sama, yaitu karena kurangnya sel darah merah (hemoglobin). Untuk
memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan serangkaian zat gizi. Zat gizi
yang paling dibutuhkan dalam memproduksi sel darah merah adalah zat besi,
asam folat dan vitamin B12 (cyanocobalamine). Selain itu diperlukan juga zat gizi
lain seperti protein, vitamin B6 (pyridoxine), asam askorbat (bahan dasar vitamin
C), vitamin E serta tembaga.
Kebutuhan zat besi pada setiap trimester kehamilan tidak sama. Pada
trimester pertama (usia kehamilan 0-3 bulan) kebutuhan zat besi justru akan
lebih rendah dibandingkan dengan sebelum hamil. Hal ini dikarenakan ibu hamil
tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum begitu banyak
74
memerlukan zat besi. Pada trimester kedua (usia kehamilan 4-6 bulan)
kebutuhan zat besi mulai meningkat dibandingkan sebelum hamil. Pada trimester
ini terjadi pertambahan sel-sel darah merah dan hal ini akan terus berlanjut
hingga pada trimester ketiga (usia kehamilan 7-9 bulan). Dalam hal ini, jumlah sel
darah merah yang bertambah dapat mencapai 35 persen seiring dengan
meningkatnya kebutuhan zat besi yang sebanyak 450mg. Pertambahan sel
darah merah disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dari janin. Pada
trimester kedua dan ketiga seorang ibu hamil memerlukan zat besi dalam jumlah
yang banyak. Peningkatan kebutuhan akan zat besi ini tidak bisa didapat hanya
melalui makanan saja. Oleh karena itu, ibu hamil yang sudah menginjak usia
kehamilan 4 bulan membutuhkan tambahan zat besi yang berupa suplementasi
zat besi pun ketika ibu hamil tersebut sudah mengonsumsi banyak makanan
yang mengandung zat besi dan bioavailabilitasnya tinggi. Namun, terdapat
pengecualian dalam hal ini yaitu pada ibu hamil yang sejak awal telah
mempunyai cadangan zat besi sebesar 500mg. Pada ibu hamil ini tidak
dibutuhkan suplementasi lagi (Wirakusumah 1999). Pada Tabel 1 disajikan
pertambahan kebutuhan zat besi tiap trimester.
Tabel 1 Pertambahan kebutuhan zat besi pada ibu hamil
Kebutuhan
Kebutuhan untuk Sel
Kebutuhan
Trimester
Zat Besi
Darah Merah (mg)
Conceptus (mg)
(mg/hari)
I
±1
30-40
II
±5
300
115
III
±5
150
223
Anemia pada saat kehamilan dapat ditanggulangi dengan mengonsumsi
tablet besi secara teratur satu tablet setiap hari atau minimal sebanyak 90 tablet
selama kehamilan. Setiap tablet besi mengandung 200mg Sulfat Ferosus (setara
dengan 60mg besi elemental) dan 0.25 mg asam folat (BPS 2004). Kedua
senyawa kimia tersebut berfungsi mensuplai kebutuhan mineral Fe dan
membantu metabolisme tubuh selama kehamilan.
Hipertensi
Menurut Nurcahyo (2007), hipertensi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
hipertensi dengan tekanan darah agak tinggi (140/90-150/110mmHg), hipertensi
sedang (dengan tekanan darah 150/90-180-/110mmHg) serta hipertensi berat
(dengan tekanan darah di atas 180/110mmHg).
75
Dokter
biasanya
menghentikan
pemakaian
obat-obatan
untuk
menurunkan tekanan darah bagi ibu hamil dengan tekanan darah agak tinggi.
Hal ini dikarenakan oleh kerugian yang ditimbulkan terhadap janin lebih tinggi
dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh ibu. Sedangkan untuk
membantu mengontrol tekanan darahnya, ibu hamil dengan tekanan darah yang
agak tinggi ini dianjurkan untuk membatasi asupan garam serta mengurangi
aktivitas fisik.
Ibu
hamil
dengan
tingkat
hipertensi
sedang
seringkali
harus
mengonsumsi obat anti-hipertensi. Obat anti-hipertensi yang diberikan kepada
ibu hamil biasanya adalah metildopa dan hidralazin. Diuretik (obat yang dapat
membuang kelebihan cairan dalam tubuh) tidak dianjurkan kepada ibu hamil
karena obat jenis ini dapat menghambat pertumbuhan janin. Pada ibu hamil
dengan tingkat hipertensi sedang dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan
pemantauan pertumbuhan janin melalui USG (ultrasonografi) setiap bulan.
Perawatan yang lebih khusus diperlukan bagi ibu hamil yang menderita
hipertensi berat. Hal ini disebabkan karena kehamilan bisa memperburuk
hipertensi dan memungkinkan ibu hamil tersebut menderita pembengkakan otak
(stroke). Abrupsio plasenta (pelepasan plasenta sebelum waktunya) lebih sering
terjadi pada ibu hamil yang menderita hipertensi berat. Hal ini menyebabkan
terputusnya pasukan oksigen serta zat gizi ke janin yang mengakibatkan
kematian janin. Bahkan, meskipun tidak terjadi abrupsio plasenta hipertensi
dapat
menyebabkan
berkurangnya
pasokan
darah
ke
janin
sehingga
memperlambat pertumbuhan janin. Namun, apabila ibu hamil bersikeras untuk
melanjutkan kehamilan dokter akan memberikan obat anti-hipertensi yang lebih
kuat dan untuk melindungi ibu dan janin penderita harus dirawat di rumah sakit.
Ketika kondisi ibu hamil semakin memburuk, mengakhiri kehamilan sangat
dianjurkan untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hal ini juga diperkuat dengan
penyataan Sadiq (2002) bahwa sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh
faktor Trias Klasik dimana salah satunya adalah hipertensi.
Diabetes
Diabetes adalah sindroma klinik yang terdiri dari peninggian kadar gula
darah, ekskresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon
insulin. Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan bersifat menahun akibat
gangguan metabolisme. Gangguan metabolisme dapat mencakup metabolisme
76
karbohidrat, protein, lemak, air maupun elektrolit dalam tubuh (Kardjati&Arbai
1986 diacu dalam Marlina 2004).
Menurut Nurcahyo (2007) diabetes yang bermula atau pertama kali
muncul pada saat kehamilan (diabetes gestasional) terjadi pada 1-3 persen
kehamilan. Ibu hamil biasanya menjalani penyaringan untuk diabetes gestasional
secara rutin. Diabetes jenis ini biasanya akan menghilang setelah persalinan.
Selama hamil seorang ibu diberikan suntikan insulin untuk mengontrol
diabetes yang dapat membahayakan janin dan jiwa ibu sendiri. Suntikan insulin
diberikan karena obat anti-diabetes yang diminum bisa membahayakan janin.
Diabetes dapat menyebabkan meningkatnya risiko infeksi pada ibu hamil,
persalinan secara dini dan tekanan darah tinggi akibat kehamilan. Namun, jika
hipertensi terkendali maka kehamilan tidak akan memperburuk penyakit ginjal
yang disebabkan oleh diabetes dan meminimalisir terjadinya komplikasi ginjal.
Kelainan bawaan kemungkinan besar terjadi jika diabetes selama
kehamilan enam sampai tujuh minggu tidak terkontrol dengan baik. Ibu hamil
yang menderita diabetes biasanya akan melahirkan bayi yang sangat besar
meskipun selama kehamilan kadar gula darah ibu hamil normal atau mendekati
normal. Selain itu, sebagian besar penderita diabetes bisa melahirkan secara
normal. Namun, jika keadaan kesehatannya tidak memungkinkan atau diabetes
selama kehamilan tidak terkontrol dengan baik ibu hamil tidak disarankan
melahirkan secara normal. Pada kasus seperti ini dilakukan amniosentesis untuk
menilai kematangan paru-paru janin sehingga bayi bisa dilahirkan secara dini
melalui operasi caesar. Operasi caesar juga dilakukan jika bayi terlalu besar
sehingga tidak dapat melewati jalan lahir atau dapat mempersulit persalinan.
Kehamilan yang terlalu lama dapat membahayakan janin. Persalinan
yang normal terjadi pada usia kehamilan 40 minggu atau sebelumnya. Jika telah
melewati usia 40 minggu seorang ibu hamil yang menderita diabetes belum juga
melahirkan maka dilakukan induksi dengan cara memecahkan ketuban dan
memberikan oksitosin intravena atau dilakukan operasi caesar. Kehamilan yang
terus dibiarkan hingga lebih dari 42 minggu dapat mengakibatkan bayi meninggal
dalam kandungan.
Bayi yang lahir dari penderita diabetes memiliki risiko menderita
gangguan pernafasan, kadar gula darah dan kalsium yang rendah, sakit kuning
serta jumlah sel darah merah yang meningkat. Namun, kelainan-kelainan ini
hanya bersifat sementara dan masih dapat diobati.
77
Ambeien
Ambeien merupakan pembengkakan vena di sekitar dubur (anus). Hal ini
umum terjadi pada ibu hamil. Gejala ambeien pada ibu hamil antara lain gatal,
sakit, nyeri bila membuka dubur dan berdarah. Ambeien dapat semakin buruk
ketika diiringi dengan sembelit. Ambeien dapat menimbulkan rasa nyeri ketika
akan buang air besar (Nolan 2004).
Cara mengurangi atau mengantisipasi ambeien dapat dilakukan dengan
menghindari sembelit, berhenti merokok, berolahraga teratur diiringi dengan
latihan relaksasi, menggunakan air hangat atau tisu basah untuk membasuh
dubur, mengompres dengan air dingin atau batu es, menggunakan krim khusus
untuk ambeien atau obat pencahar dan memeriksakan diri ke dokter apabila
anus berdarah (Thompson 2004). Nolan (2004) menganjurkan kebiasaan diet
tinggi serat untuk mengantisipasi ambeien. Bahan pangan yang mengandung
serat tinggi antara lain adalah roti dari bijian utuh (roti gandum), kentang yang
dikonsumsi bersama dengan kulitnya, beragam sayuran serta buah-buahan.
Minum air putih dalam jumlah yang banyak juga dapat membantu mengatasi
masalah ambeien. Ambeien dapat ditanggulangi dengan melakukan latihan untuk
dasar rongga panggul. Kebiasaan menunda buang air besar dapat memperparah
ambeien oleh karena itu hal ini sebaiknya dihindari.
Jenis Keluhan Selama Kehamilan
Thompson (2004) menyatakan bahwa keluhan kehamilan yang paling
umum dijumpai pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning
sick, yaitu mual dan muntah yang terjadi di pagi hari. Kondisi ini umum ditemui
pada sebagian besar wanita hamil, namun dapat juga tidak dialami oleh wanita
hamil lainnya. Kondisi ini biasanya akan berlangsung hingga usia kehamilan
memasuki minggu ke-12 atau bulan ketiga kehamilan. Gangguan ini diperkirakan
terjadi karena peningkatan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
selama tiga bulan pertama kehamilan. Penyebab lain ialah stress, bau yang
menyengat, pengaruh meminum tablet zat besi pada awal kehamilan, sulit
menelan serta melihat atau mencium makanan yang tidak disukai.
Keluhan yang dialami ibu hamil selama masa kehamilan bukan hanya
morning sick saja melainkan ada berbagai macam jenis keluhan. Keluhankeluhan tersebut adalah sakit dan nyeri, sakit punggung, varises, oedema, gatalgatal, sakit kepala, gangguan kencing dan sembelit.
78
Sakit dan Nyeri
Gangguan atau keluhan ini disebabkan oleh hormon yang mengendurkan
persendian dan jaringan ikat meregang dan tegang akibat membesarnya bayi.
Sakit pada iga disebabkan rahim yang membesar menekan tulang iga ke atas
(Thompson 2004). Nolan (2004) menjelaskan bahwa nyeri pada ibu hamil dapat
terjadi pada payudara dan ulu hati (perut). Nyeri pada payudara lazim dialami ibu
hamil karena nyeri payudara merupakan salah satu tanda paling awal dari
kehamilan. Payudara akan terasa sangat nyeri dan sakit terhadap apapun
kecuali sentuhan yang sangat lembut. Nyeri ulu hati disebabkan oleh hormonhormon kehamilan yang membuat katup di puncak lambng semakin melemah.
Hal ini menyebabkan asam lambung dapat masuk ke kerongkongan dan
menyebabkan rasa panas.
Nyeri payudara dapat diatasi dengan meletakkan kompres panas atau
kain flanel dingin pada payudara. Ibu hamil juga disarankan untuk lebih sering
mandi dengan cara berendam menggunakan air panas. Memijat payudara
dengan lembut juga dapat mengurangi nyeri payudara. Kopi dan minuman lain
yang mengandung kafein dapat memicu rasa nyeri. Oleh karena itu sebaiknya
hindari kopi dan minuman berkafein lain selama kehamilan.
Antisipasi nyeri ulu hati (perut) dapat dilakukan dengan merubah pola
makan. Porsi makan yang lebih sedikit tetapi sering lebih dianjurkan. Selain itu,
mengonsumsi biskuit jahe, minum teh pepermint, susu dan air hangat juga
dianjurkan untuk mengurangi nyeri ulu hati namun hindari bahan pangan yang
mengandung banyak lemak seperti keju, mentega, krim dan daging berlemak.
Menghindari posisi tubuh membungkuk (terutama sesudah makan) untuk
mengambil sesuatu dapat mencegah rasa nyeri pada ulu hati, posisi berjongkok
lebih dianjurkan untuk ibu hamil. Kopi dan minuman berkafein lain sebaiknya
dihindari seperti halnya pada antisipasi nyeri payudara. Konsultasi dengan dokter
akan sangat membantu dalam mengatasi nyeri ulu hati. Umumnya, dokter akan
memberikan antasida untuk membantu mengatasi kondisi ini (Nolan 2004).
Sakit Punggung
Sakit punggung pada ibu hamil dapat muncul kapan saja namun dapat
semakin mengganggu pada beberapa minggu terakhir sebelum persalinan. Hal
ini berkaitan dengan hormon yang mengendurkan persendian panggul dan
jaringan ikat untuk persiapan persalinan ditambah dengan tarikan otot punggung
karena
bayi
membesar
yang
mengubah
keseimbangan
tubuh.
Untuk
79
menghindari sakit punggung disarankan untuk berjongkok atau menekuk lutut
bila mengangkat sesuatu dan usahakan jangan mengangkat benda berat
(Thompson 2004).
Sakit Kepala
Keluhan
ini
dapat
muncul
lebih
sering
selama
kehamilan
dan
kemungkinan terdapat kaitan dengan hormon. Untuk mengurangi sakit kepala,
ibu hamil dapat berjalan-jalan atau melakukan teknik relaksasi (Thompson 2004).
Sakit kepala yang parah terkadang merupakan gejala penyakit kehamilan
yang disebut PIH (hipertensi karena kehamilan) atau pre-eklampsia. Bantuan
tenaga kesehatan sangat dibutuhkan ketika ibu hamil mulai melihat bercakbercak pada pandangan mata dan mengalami nyeri pada perut bagian atas
(Nolan 2004).
Gangguan Kencing
Seringnya ibu hamil buang air kecil umum terjadi. Hal ini disebabkan oleh
kandung kemih yang tertekan selama masa kehamilan. Selain hal tersebut ibu
hamil yang telah memasuki usia kehamilan tua atau menjelang persalinan
biasanya mengalami gangguan kencing yang lebih kompleks yaitu kencing di
celana yang diakibatkan karena tertawa, batuk atau bersin. Hal ini disebabkan
oleh lemahnya otot dasar panggul. Untuk mengurangi gangguan ini, ibu hamil
dapat melakukan senam dasar panggul, tidak menunda kencing dan kosongkan
kandung kemih secara tuntas dengan cara duduk atau miring ke arah depan di
toilet (Thompson 2004).
Sembelit
Sembelit biasa dan mungkin terkait dengan efek hormon progesteron.
Ketika usia kehamilan telah memasuki trimester ketiga (usia hamil tua), tekanan
dari rahim yang membesar pada saluran pembuangan membuat sembelit
semakin memburuk. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Nolan (2004) bahwa
hormon-hormon kehamilan membuat usus kesat dan terjadi sembelit. Konsumsi
tablet besi pada ibu hamil dapat memperburuk sembelit. Sembelit dapat
mengakibatkan kelesuan dan sakit kepala.
80
Menurut Thompson (2004) untuk mengurangi sembelit ibu hamil
disarankan untuk mengonsumsi makanan berserat tinggi, minum air putih dalam
jumlah yang banyak dan berolahraga setiap hari (jalan cepat, senam dasar
panggul dan senam kehamilan lainnya). Senada dengan pernyataan Thompson,
Nolan (2004) juga mengutarakan hal yang tidak jauh berbeda. Nolan
menambahkan mengonsumsi anggur dapat mengurangi sembelit karena anggur
merupakan pencahar yang sangat baik. Nolan juga menyarankan untuk relaks
dan tidak tergesa-gesa pada saat buang air besar.
Varises
Varises merupakan pembuluh darah balik di bawah kulit atau selaput
lender (mukosa) yang melebar dan berkelok atau melingkar akibat kelainan katup
dalam pembuluh darah tersebut. Umumnya varises terjadi pada tangan dan kaki,
namun beberapa kasus ditemukan varises juga dapat timbul di tempat-te,pat lain
seperti lambung, rectum (usus besar dekat anus), vagina, skrotum dan vulva
(bibir kemaluan). Ciri-ciri varises yang paling mudah dikenali adalah gatal-gatal
atau warna kulit yang berubah menjadi kebiruan (Anonymous 2008). Varises juga
memiliki kaitan dengan penambahan berat badan dan efek hormon. Meskipun
tidak serius, varises dapat menyebabkan sakit atau nyeri pada kaki (Thompson
2004).
Sampai saat ini belum ada alat khusus untuk mencegah varises pada ibu
hamil. Namun, seiring dengan lancarnya aliran darah varises dapat diantisipasi.
Aliran darah dapat dilancarkan dengan rajin mengangkat kaki dan menaruhnya di
atas bantal pada saat berbaring atau membaca buku. Hal ini terbukti dapat
mengurangi beban yang harus ditopang oleh kaki. Penggunaan sepatu hak tinggi
pun sebaiknya dihindari agar aliran darah tidak terhambat (Anonymous 2008).
Oedema
Oedema atau pembengkakan yang terjadi pada kaki dan pergelangan
kaki muncul akibat air lebih mudah tertahan semasa kehamilan khususnya di
sore hari atau saat udara panas. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari
bengkak adalah dengan memutar-mutar kaki, menghindari berdiri atau duduk
terlalu lama, menggunakan celana ketat sebagai penyangga dan sepatu yang
nyaman (berhak datar) serta beristirahat sesering mungkin dengan posisi kaki
terangkat (Thompson 2004).
81
Gatal-gatal
Gatal-gatal yang terjadi pada ibu hamil disebabkan oleh peregangan kulit
perut. Hal ini sangat umum terjadi pada kehamilan yang memasuki usia tua.
Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan pengolesan krim untuk kulit kering,
menghindari pemakaian sabun, mengenakan baju tipis dari bahan alami serta
menghindari pemakaian sesuatu yang elastis (baju yang berbahan dasar lycra) di
daerah seputar perut (Thompson 2004).
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil
Pendidikan dilakukan sebagai usaha untuk mengadakan perubahan
perilaku yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan pada
peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perubahan perilaku
sebagai hasil pendidikan terus dilakukan secara bertahap dan memerlukan
pendekatan pendidikan yang memerlukan waktu yang lama (Syah 1997 diacu
dalam Megasari 2006).
Engel (1994) diacu dalam Sutiah (2006) menyatakan bahwa pengetahuan
didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan.
Pengetahuan yang didalamnya termasuk pengetahuan gizi dapat diperoleh
melalui pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah
jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan kurikulum
yang sudah ditetapkan dan terdapat jenjang kronologis yang ketat untuk
tingkatan umur populasi sasarannya. Pendidikan formal itu merupakan segala
sesuatu yang diupayakan untuk mengubah segenap perilaku seseorang
(Pranadji 1988). Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang
dari konsumsi pangan yang salah (Suhardjo 1989 diacu dalam Anggarini 2005).
Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan pengetahuan
gizi. Salah satu indikator yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan
(Megasari 2006). Menurut Sediaoetama (1991) yang diacu dalam Megasari
(2006), tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi
sehingga memungkinkan dimilikinya informasi tentang gizi dan kesehatan yang
lebih baik. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang atau
masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam
perilaku gaya hidup sehari-hari. Oleh karena itu, semakin tinggi pendidikan
seorang ibu diharapkan akan semakin baik pula pengetahuan dan implementasi
82
gizi dan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah hasil penelitian
mengungkapkan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah namun orang
tersebut rajin turut serta atau mengikuti penyuluhan gizi yang diadakan di
posyandu maka bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik
dibandingkan seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Sutiah
2006).
83
KERANGKA PEMIKIRAN
Jenis keluhan yang dialami ibu hamil terdapat bermacam-macam.
Menurut Thompson (2004), keluhan yang umum dijumpai pada ibu hamil
trimester I ialah morning sick yaitu mual dan muntah yang terjadi pada ibu hamil
di pagi hari. Selain itu, masih banyak keluhan lain yang umum dijumpai pada ibu
hamil baik pada trimester pertama maupun setelahnya. Keluhan-keluhan tersebut
antara lain sakit dan nyeri, sakit punggung, varises, oedema, gatal-gatal, sakit
kepala, gangguan dalam buang air kecil dan sembelit. Berbagai jenis gangguan
ini terkait dengan riwayat kesehatan ibu baik itu selama sebelum hamil maupun
pada saat hamil yang secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh status gizi ibu
hamil itu sendiri. Hubungan ini disebabkan oleh keluhan kehamilan pada ibu
hamil berakar dari penyakit yang diderita ibu hamil tersebut.
Riwayat kesehatan bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi
keluhan-keluhan pada ibu hamil. Di samping itu masih terdapat faktor-faktor lain
yang mempengaruhi salah satu atau beberapa keluhan pada ibu hamil. Antara
lain ialah kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Konsumsi tablet
besi untuk ibu hamil minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Namun
sebaiknya ibu hamil mengonsumsi tablet besi secara teratur sebanyak satu tablet
per hari (Depkes RI 1993). Kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi
juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu hamil yang antara lain meliputi tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.
Selain mempengaruhi kepatuhan ibu dalam mengonsumsi tablet besi,
karakteristik ibu hamil serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil juga
mempengaruhi
intensitas
pemeriksaan
kehamilan.
Selain
itu
intensitas
pemeriksaan kehamilan juga dipengaruhi oleh akses ibu terhadap pelayanan
kesehatan. Jarak antara rumah dengan tempat pelayanan kesehatan untuk
pemeriksaan kehamilan menjadi pertimbangan ibu hamil disamping biaya yang
dikeluarkan (Rachmawati 2004).
Intensitas pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan paling tidak
sebanyak empat kali selama masa kehamilan (Depkes RI 1993). Pemeriksaan
kehamilan ini terkait dengan deteksi dini kelainan yang dapat terjadi pada ibu
hamil sehingga meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Dengan
intensitas pemeriksaan kehamilan yang memenuhi syarat diharapkan dapat
mengurangi keluhan atau gangguan kesehatan pada masa kehamilan.
84
Status Gizi Ibu Hamil
Riwayat Kesehatan Ibu Hamil
- Penyakit yang dialami
sebelum hamil
- Penyakit yang dialami
selama hamil
Intensitas Pemeriksaan
Kehamilan
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Tingkat Keluhan selama
Kehamilan
Pengetahuan Gizi dan
Kesehatan Ibu Hamil
Kepatuhan Ibu dalam
Mengonsumsi Tablet Besi
Karakteristik Ibu Hamil
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan intensitas pemeriksaan kehamilan
dengan jenis keluhan yang dialami oleh ibu hamil
Keterangan :
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti
85
METODE
Desain, Waktu dan Tempat
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study.
Penelitian ini secara keseluruhan dilakukan pada bulan November 2007 sampai
April 2008 sedangkan untuk proses pengumpulan data dilakukan selama dua
bulan yaitu pada bulan November-Desember 2007. Proses pengumpulan data
dilakukan di dua wilayah, yaitu Kelurahan Kramat Jati (Jakarta Timur) dan
Kelurahan Ragunan (Jakarta Selatan) yang dilakukan secara purposive.
Prosedur Penarikan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah ibu hamil. Penarikan contoh dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Penarikan contoh ibu hamil
dilakukan dengan memilih sejumlah ibu hamil di kedua kelurahan yang terdaftar
di masing-masing puskesmas wilayah tempat tinggal contoh, yaitu puskesmas
Kelurahan Kramat Jati I, Kramat Jati II dan Ragunan. Kelurahan Kramat Jati
memiliki jumlah total ibu hamil yang terdata sebanyak 150 orang dan Kelurahan
Ragunan memiliki jumlah total ibu hamil yang terdata sebanyak 224 orang.
Penyaringan data ibu hamil dilakukan setelah pihak puskesmas yang dibantu
oleh para kader memberikan data ibu hamil yang berada di masing-masing
kelurahan. Proses penyaringan didasarkan kepada tiga jenis kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu (1) usia kehamilan antara 12-24 minggu, (2) bukan merupakan
kehamilan yang pertama dan (3) bersedia diwawancarai hingga selesai.
Pertimbangan penetapan ketiga kriteria tersebut adalah untuk mendapatkan
sejumlah contoh ibu hamil dengan pengalaman kehamilan serta akses ke
pelayanan kesehatan yang hampir sama. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan tersebut, terdapat 34 contoh dari Kelurahan Kramat Jati dan 31
contoh dari Kelurahan Ragunan yang berhasil memenuhi kriteria.
Jumlah contoh yang telah berhasil memenuhi kriteria masih belum cukup
untuk melengkapi jumlah sampel minimal yaitu sebanyak 48. Kriteria kedua pun
dibuat agar memenuhi jumlah sampel minimal. Kriteria kedua ini adalah (1) usia
kehamilan antara 8-24 minggu, (2) bukan merupakan kehamilan yang pertama
dan (3) bersedia diwawancarai hingga selesai. Jumlah contoh yang didapatkan
dengan menggunakan kriteria kedua ini yaitu sebanyak 50 contoh dari Kelurahan
Kramat Jati dan 50 contoh dari Kelurahan Ragunan. Kerangka penarikan contoh
ditunjukkan melalui Gambar 2.
86
Kramat Jati
n = 150
Kramat Jati
n = 34
Kramat Jati
n = 50
Kriteria I :
- Usia kehamilan 1224 minggu
- Bukan
kehamilan
pertama
- Bersedia
diwawancara hingga
selesai
Kriteria II :
- Usia kehamilan 8-24
minggu
- Bukan
kehamilan
pertama
- Bersedia
diwawancara hingga
selesai
Ragunan
n = 224
Ragunan
n = 31
Ragunan
n = 50
Total
n = 100
Gambar 2 Kerangka penarikan contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui proses
wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data primer
meliputi (1) karakteristik ibu hamil (nama, alamat, umur, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan perbulan), (2) karakteristik keluarga
(nama suami, umur suami, tingkat pendidikan suami, pekerjaan suami,
penghasilan perbulan suami, besar keluarga dan jumlah anak), (3) riwayat
kesehatan dan kehamilan (jenis penyakit sebelum hamil dan saat hamil, jenis
keluhan selama kehamilan, riwayat keguguran, aborsi, berat bayi lahir rendah,
bayi lahir kurang bulan, bayi lahir mati, bayi lahir meninggal jelang 28 hari, bayi
lahir sungsang, persalinan tidak normal dan persalinan caesar), (4) akses ke
pelayanan kesehatan (pemeriksaan kehamilan, tempat pemeriksaan kehamilan,
pelayanan yang didapatkan, konsumsi tablet besi dan suntikan imunisasi tetanus
toksoid) dan (5) pengetahuan gizi ibu hamil.
87
Data sekunder meliputi data mengenai gambaran umum wilayah kedua
kelurahan tersebut, kondisi sosial ekonomi penduduk, pelayanan kesehatan yang
tersedia, fasilitas pemerintah terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di
wilayah tersebut serta data ibu hamil secara keseluruhan di masing-masing
kelurahan. Data mengenai gambaran umum wilayah, kondisi sosial ekonomi
penduduk, serta pelayanan kesehatan yang tersedia didapatkan dari kantor lurah
Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan. Selain itu data mengenai fasilitas
pemerintah terhadap pelayanan kesehatan masyarakat dan data ibu hamil
secara keseluruhan didapatkan dari puskesmas dan para kader di masingmasing kelurahan, yaitu Kramat Jati dan Ragunan. Data, jenis data dan cara
pengumpulannya dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui berbagai macam tahap, yaitu editing,
coding, entry, cleaning dan analisis. Data tersebut diolah secara manual maupun
komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan SPSS versi
13.0 for Windows.
Data primer yang meliputi tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga
diolah dengan memberikan kategori atau pengelompokkan pada masing-masing
peubah. Tingkat pendidikan responden dan suami responden dikategorikan
menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tingkat pendidikan rendah
mencakup responden dan suami responden yang tidak tamat SD serta SD.
Tingkat pendidikan sedang mencakup responden dan suami responden yang
mengenyam pendidikan di bangku SLTP dan SLTA. Tingkat pendidikan tinggi
mencakup responden dan suami responden yang mengecap pendidikan di
tingkat diploma, S1 dan S2 (perguruan tinggi).
Status ekonomi keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu miskin dan tidak
miskin. Pengkategorian status ekonomi keluarga berdasarkan BPS (2004) yang
menetapkan bahwa keluarga miskin adalah keluarga dengan pendapatan
perkapita dibawah Rp. 197.306,00. Keluarga tidak miskin adalah keluarga
dengan pendapatan perkapita diatas Rp. 197.306,00.
88
Tabel 2 Data, jenis data dan cara pengumpulan data
Data
Karakteristik ibu hamil
a. Nama ibu hamil
b. Alamat
c. Umur
d. Agama
e. Tingkat pendidikan
f. Pekerjaan
g. Penghasilan per bulan
Karakteristik keluarga
a. Nama suami
b. Umur
c. Tingkat pendidikan
d. Pekerjaan
e. Penghasilan per bulan
f. Besar keluarga
g. Jumlah anak
Riwayat kesehatan
a. Jenis penyakit sebelum dan saat
hamil
b. Jenis keluhan selama kehamilan
c. Keguguran
d. Aborsi
e. Berat bayi lahir rendah
f. Bayi lahir kurang bulan
g. Bayi lahir mati
h. Bayi lahir mati jelang 28 hari
i. Bayi lahir sungsang
j. Persalinan tidak normal
k. Caesar
Akses ke pelayanan kesehatan
a. Pemeriksaan kehamilan
b. Tempat pemeriksaan kehamilan
c. Pelayanan yang didapatkan
d. Konsumsi tablet besi
e. Suntikan imunisasi tetanus
toksoid (TT)
Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu
hamil
Jenis data
Primer
Cara pengumpulan
Pengisian kuesioner
(wawancara)
Primer
Pengisian kuesioner
(wawancara)
Primer
Pengisian kuesioner
(wawancara)
Primer
Pengisian kuesioner
(wawancara)
Primer
Pengisian kuesioner
(wawancara)
Pengolahan terhadap seluruh data primer yang meliputi karakteristik
responden dan keluarga dilakukan dengan cara mengkompilasi data-data yang
telah dikumpul kemudian selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pengetahuan
gizi dan kesehatan ibu hamil diukur dengan mengajukan 14 item pertanyaan
mengenai makanan sehat untuk kehamilan, sumber zat gizi dalam bahan
pangan, penyebab dan gejala anemia, perkembangan yang baik selama masa
kehamilan, faktor risiko kehamilan serta pengetahuan seputar bayi lahir yang
dikatakan sehat dan perawatan ibu hamil. Setiap item pertanyaan diberikan
dalam bentuk pilihan berganda atau multiple choice test yang dilengkapi oleh
empat pilihan jawaban dan salah satu jawaban paling tepat. Cara penilaian untuk
89
setiap item pertanyaan yang dijawab secara benar diberikan nilai 1 dan apabila
jawaban salah diberikan nilai 0. Total skor maksimal pengetahuan gizi dan
kesehatan ibu hamil adalah 14 sedangkan skor minimal pengetahuan gizi dan
kesehatan adalah 0. Jumlah total skor yang didapat masing-masing ibu hamil
kemudian dikali 100 dan dibagi 14 untuk mendapatkan jumlah skor yang sesuai
kriteria. Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan mengacu pada tiga
kategori, yaitu baik, sedang dan buruk. Sistem pengklasifikasian ini mengacu
pada Khomsan (2000) yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan
Tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan
Total skor
Baik
> 80
Sedang
60 – 80
Buruk
< 60
Tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi diketahui
dengan mewawancarai ibu hamil secara langsung berapa jumlah tablet besi yang
telah dikonsumsi. Jumlah tablet besi yang dikonsumsi ibu hamil kemudian
disesuaikan dengan usia kehamilan yang dikelompokkan kedalam trimester.
Jumlah tablet besi yang telah disesuaikan kemudian dipersentase sehingga
didapat persentase kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Ibu
hamil yang dinyatakan patuh adalah ibu hamil dengan konsumsi tablet besi lebih
dari 80 persen sedangkan ibu hamil yang dinyatakan tidak patuh adalah ibu
hamil dengan konsumsi tablet besi kurang dari 80 persen.
Riwayat kesehatan dan kehamilan ibu diukur dengan mengetahui jenis
penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu pada masa enam bulan sebelum
hamil dan pada masa kehamilan serta jenis keluhan yang diderita ibu hamil
selama kehamilan. Jenis penyakit yang pernah diderita (6 bulan sebelum hamil
dan selama hamil) dan sedang diderita diidentifikasi melalui pertanyaan yang
diajukan kepada responden. Kemudian responden akan menyatakan jenis
penyakit apa saja yang pernah dan sedang diderita. Jenis penyakit yang sudah
terindentifikasi kemudian di skor (skor morbiditas) berdasarkan kategori penyakit.
Skor 0 diberikan kepada jenis penyakit yang tidak diderita. Jenis penyakit yang
tidak berisiko fatal seperti penyakit kulit, mata dan sariawan diberikan skor 10.
Jenis penyakit seperti asma, bronkhitis dan ISPA (batuk, panas dan influenza)
diberikan skor 50. Jenis penyakit yang dinilai berisiko fatal terhadap kehamilan
seperti anemia, hipertensi, diabetes dan jantung diberikan skor 70 (Sunaryo
90
2004). Setelah dilakukan skor terhadap seluruh jenis penyakit diketahui kategori
dari setiap jenis penyakit yang ada mulai dari ringan, sedang hingga berat.
Jenis keluhan selama kehamilan diidentifikasi dengan cara yang sama
seperti pada identifikasi jenis penyakit. Responden ditanyakan mengenai
keluhan-keluhan apa saja yang dirasakan selama kehamilan. Selain itu
ditanyakan pula hal-hal apa saja yang membuat responden merasa tidak nyaman
selama menjalani masa-masa kehamilan. Setelah proses identifikasi jenis
keluhan selesai dilakukan skoring jenis keluhan selama kehamilan. Skoring
dilakukan berdasarkan kecenderungan jenis keluhan terhadap salah satu jenis
penyakit. Jenis keluhan dinyatakan ringan apabila tidak terkait dengan jenis
penyakit tertentu dan dinyatakan berat apabila terkait dengan jenis penyakit
tertentu seperti misalnya anemia, hipertensi, diabetes serta jantung. Jenis
keluhan yang dinyatakan ringan diberikan skor 1 dan jenis keluhan yang
dinyatakan berat diberikan skor 2, sedangkan untuk jenis keluhan yang tidak diisi
diberikan skor 0. Kategori jenis keluhan selama kehamilan dapat dilihat secara
lebih rinci pada Tabel 4.
Tabel 4 Kategori jenis keluhan selama kehamilan
Kategori
Skor
Ringan
1
Berat
2
Jenis Keluhan
- Nafsu makan menurun
- Sering buang air kecil
- Sakit pinggang
- Nyeri payudara
- Sakit pundak
- Nyeri perut
- Gatal-gatal
- Ngidam
- Alergi
- Pegal-pegal
- Mual
- Muntah
- Pusing/berkunang
- Lemah/lesu
- Pucat
- Oedema
- Merasa kurus
- Sulit buang air besar
- Jantung berdebar
Akses terhadap pelayanan kesehatan diukur dengan mengetahui
frekuensi ibu hamil dalam memeriksakan kehamilan serta fasilitas pelayanan
kesehatan yang didapat ibu hamil pada saat memeriksakan kehamilan.
Frekuensi pemeriksaan kehamilan berdasarkan kepada anjuran pemerintah yaitu
91
sebanyak empat kali selama kehamilan. Frekuensi pemeriksaan kehamilan atau
banyaknya kunjungan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan responden
disesuaikan dengan usia kehamilan. Responden dinyatakan memeriksakan
kehamilannya secara lengkap apabila pemeriksaan kehamilan dilakukan satu kali
pada trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III
(Depkes RI 1993).
Fasilitas pelayanan kesehatan ibu hamil disesuaikan dengan standar
pelayanan 5T (pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah,
pengukuran tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus-toksoid dan pemberian tablet
besi). Standar pelayanan 5T dijadikan patokan dalam melakukan pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil di berbagai tempat pemeriksaan kehamilan. Kategori
kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan mengacu kepada standar 5T.
Responden yang dianggap telah mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan
secara lengkap adalah responden yang mendapatkan standar pelayanan 5T.
Responden yang termasuk kedalam kategori tidak lengkap dalam mendapatkan
fasilitas pelayanan kesehatan adalah responden yang tidak mendapatkan
standar pelayanan 5T (terdapat pelayanan yang kurang dari standar 5T).
Analisis data menggunakan Korelasi Spearman untuk mengetahui
hubungan antar variabel. Analisis data menggunakan SPSS versi 13.0 for
Windows dengan tingkat kepercayaan 90% (α = 0.01) untuk hubungan antara
intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi
tablet besi dengan tingkat keluhan selama kehamilan.
92
Definisi Operasional
Ibu hamil adalah seorang wanita yang tengah mengandung janin dengan usia
kehamilan lebih dari dua bulan dan tidak lebih dari tujuh bulan serta telah
memiliki pengalaman kehamilan sebelumnya.
Karakteristik ibu hamil adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh ibu hamil yang meliputi
umur, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan per bulan
yang didapatkan melalui wawancara.
Tingkat pendidikan ibu hamil adalah jenjang pendidikan terakhir yang
ditempuh oleh ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil ini dikelompokkan
ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (tidak tamat SD dan SD), sedang
(SLTP dan SLTA) serta tinggi (perguruan tinggi)
Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil adalah pemahaman ibu hamil
mengenai segala macam hal yang berkaitan dengan gizi, seputar
kesehatan kehamilan serta kondisi kesehatan kehamilan yang dapat
diketahui melalui kemampuan ibu hamil dalam menjawab secara benar
pertanyaan seputar gizi dan kesehatan kehamilan sejumlah pertanyaan
yang diajukan. Tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil
dikategorikan ke dalam tingkat baik, sedang dan rendah.
Kepatuhan konsumsi tablet besi adalah butir tablet besi yang diminum seorang
ibu selama masa kehamilannya dimana tablet tersebut merupakan salah
satu fasilitas kesehatan. Semakin banyak seorang ibu meminum tablet
besi
selama
masa
kehamilan
maka
ibu
hamil
semakin
patuh
mengonsumsi tablet besi.
Riwayat kesehatan ibu hamil adalah jenis penyakit seorang ibu hamil pada
kehamilan sebelumnya sehingga bisa diketahui risiko-risiko apa saja yang
dibawa pada kehamilan selanjutnya dan bisa diantisipasi sedini mungkin
melalui pemeriksaan kesehatan.
Skor penyakit adalah penilaian terhadap jenis penyakit yang pernah diderita dan
sedang diderita oleh ibu hamil dimana penilaian didasarkan kepada
kategori penyakit (ringan, sedang atau berat).
Jenis keluhan ibu hamil adalah berbagai macam hal yang dapat mengurangi
kenyamanan seorang ibu yang sedang menjalani masa-masa kehamilan
terkait dengan adanya gangguan kesehatan atau perubahan sistem
metabolisme pada masa kehamilan tersebut.
93
Tingkat
keluhan
selama
kehamilan
adalah
kategori
tingkat
keluhan
berdasarkan kecenderungan jenis keluhan terhadap salah satu jenis
penyakit.
Intensitas pemeriksaan kehamilan adalah frekuensi ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya di pelayanan kesehatan yang ia percayai
selama masa kehamilan.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah standar pelayanan 5T (pengukuran
tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran
tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toksoid dan pemberian tablet besi)
yang didapat ibu hamil sewaktu melakukan pemeriksaan kehamilan di
pelayanan kesehatan.
94
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan terletak di wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta. Namun, Kelurahan Kramat Jati termasuk ke dalam
daerah walikota Jakarta Timur sedangkan Kelurahan Ragunan termasuk ke
dalam daerah walikota Jakarta Selatan.
Kramat Jati
Kelurahan Kramat Jati merupakan bagian dari wilayah Kecamatan
Kramat Jati Kotamadya Jakarta Timur. Secara geografis, Kelurahan Kramat Jati
sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Cililitan lebih tepatnya dengan jalan
Cililitan Besar. Di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Makassar,
Kelurahan Makassar. Di sebelah selatan Kelurahan Kramat Jati berbatasan
dengan Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Rambutan atau lebih tepatnya
dengan jalan raya Pondok Gede. Sedangkan di sebelah barat Kelurahan Kramat
Jati berbatasan dengan Kelurahan Batu Ampar dan Kelurahan Tengah. Luas
wilayah Kelurahan Kramat Jati ini yaitu seluas 151,58 Ha. Menurut status tanah
luas wilayah ini terbagi atas empat jenis, yaitu tanah negara seluas 38,05 Ha
(19,82%), tanah Milik/Adat seluas 110,58 Ha (72,95%), tanah wakaf seluas 4,32
Ha (2,85%) dan lain-lain seluas 6,63 Ha (4,38%).
Jumlah penduduk Kelurahan Kramat Jati adalah sebanyak 28.651 jiwa
yang terdiri dari 14.688 jiwa laki-laki dan 13.963 jiwa perempuan. Sedangkan
mengenai jumlah keluarga di Kelurahan Kramat Jati ini yaitu sebanyak 4.577 KK
(kepala keluarga). Data kependudukan Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan
dapat dilihat melalui Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah penduduk di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan
Jumlah Penduduk
Kramat Jati
Ragunan
Laki-laki
14.688
18.928
Perempuan
13.963
17.870
Kepala Keluarga
4.577
6.802
Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Kramat Jati terbilang
lengkap. Berbagai sarana dan prasarana yang tersedia meliputi sarana ekonomi
(pasar kota, pusat perbelanjaan, toko, warung bahkan pasar embrio), sarana
jalan, sarana angkutan, sarana umum (MCK, hydrant, telepon umum dan
penyedot air), sarana pendidikan, sarana pendidikan non formal, sarana
peribadatan hingga sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang tersedia di
95
Kelurahan Kramat Jati ini antara lain adalah Rumah Sakit sebanyak 2 buah,
puskesmas kelurahan sebanyak 2 buah, pos kesehatan sebanyak 2 buah,
karang balita sebanyak 12 buah, dokter praktek sebanyak 5 buah, apotek
sebanyak 8 buah, balai pengobatan sebanyak 3 buah, posyandu sebanyak 12
buah, klinik KB sebanyak 1 buah, bidan praktek sebanyak 15 buah dan Rumah
Sakit Bersalin swasta sebanyak 1 buah.
Ragunan
Kelurahan Pasar Minggu merupakan bagian dari Kecamatan Pasar
Minggu Kotamadya Jakarta Selatan. Secara geografis Kelurahan Ragunan
sebelah utara berbatasan dengan jalan Pejaten Barat dan jalan TB Simatupang.
Di sebelah timur berbatasan dengan jalan Warung Buncit dan jalan Margasatwa.
Di sebelah selatan berbatasan dengan jalan Sagu dan jalan Margasatwa Barat.
Sedangkan di sebelah barat Kelurahan Ragunan berbatasan dengan jalan
Ampera Raya dan jalan Cilandak KKO. Luas wilayah Kelurahan Ragunan ini
secara keseluruhan seluas 504,74 Ha. Kelurahan Ragunan memiliki akses yang
cukup baik dengan jarak 12 km dari pusat pemerintahan Propinsi DKI Jakarta
dan berjarak 6 km dari pusat pemerintahan Kotamadya Jakarta Selatan.
Jumlah penduduk Kelurahan Ragunan adalah sebanyak 36.798 jiwa yang
terdiri dari 18.928 jiwa laki-laki dan 17.870 jiwa perempuan sebagaimana telah
ditunjukkan sebelumnya melalui Tabel 5. Kelurahan Ragunan memiliki 108 RT
dan 11 RW. Sedangkan mengenai jumlah keluarga di Kelurahan Ragunan ini
adalah sebanyak 6.802 KK.
Sarana dan prasarana di Kelurahan Ragunan ini terbilang lengkap. Hal ini
dapat dilihat melalui berbagai sarana yang tersedia, yaitu sarana ekonomi,
sarana perdagangan dan industri, sarana komunikasi, sarana perhubungan,
sarana angkutan, sarana penanggulangan bencana kebakaran dan bencana
alam, sarana pengairan, sarana budaya, pariwisata, hiburan dan rekreasi, sarana
keagamaan, sarana keamanan, sarana olah raga, sarana kebersihan, sarana
pendidikan serta sarana kesehatan.
Sarana kesehatan yang tersedia di wilayah Kelurahan Ragunan terbilang
lengkap dan memuaskan. Berbagai sarana kesehatan terdapat di wilayah ini.
Sarana kesehatan tersebut yaitu rumah bersalin sebanyak 1 buah, puskesmas
sebanyak 1 buah, poliklinik sebanyak 2 buah, balai pengobatan sebanyak 2
buah, praktek dokter umum sebanyak 5 buah, praktek dokter gigi sebanyak 1
96
buah, praktek dokter anak sebanyak 3 buah, praktek dokter hewan sebanyak 3
buah, praktek bidan sebanyak 4 buah, dukun bayi sebanyak 1 buah, apotek
sebanyak 3 buah, depo obat sebanyak 5 buah, posyandu sebanyak 26 buah
serta klinik KB sebanyak 2 buah.
Karakteristik Keluarga
Secara umum responden di Kelurahan Ragunan memiliki karakteristik
yang lebih baik bila dibandingkan dengan responden di Kelurahan Kramat Jati.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan persentase yang lebih baik
pada hampir seluruh variabel yaitu umur, tingkat pendidikan dan status ekonomi
keluarga.
Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan karakteristik keluarga
Variabel
Umur Responden (tahun)
20 - 35
> 35
TOTAL
Tingkat Pendidikan
Responden
Rendah
Sedang
Tinggi
TOTAL
Tingkat Pendidikan Suami
Rendah
Sedang
Tinggi
TOTAL
Jenis Pekerjaan
Responden
PNS
Swasta
Wirausaha
Ibu rumah tangga
TOTAL
Besar Keluarga
≤4
>4
TOTAL
Status Ekonomi Keluarga
Miskin
Tidak miskin
TOTAL
n
Kramat Jati
%
N
Ragunan
%
n
TOTAL
%
43
7
50
86.00
14.00
100.00
48
2
50
96.00
4.00
100.00
91
9
100
91.00
9.00
100.00
10
34
6
50
20.00
68.00
12.00
100.00
9
31
10
50
18.00
62.00
20.00
100.00
19
65
16
100
19.00
65.00
16.00
100.00
8
39
3
50
16.00
78.00
6.00
100.00
8
36
6
50
16.00
72.00
12.00
100.00
16
75
9
100
16.00
75.00
9.00
100.00
1
3
3
43
50
2.00
6.00
6.00
86.00
100.00
0
2
1
47
50
0.00
4.00
2.00
94.00
100.00
1
5
4
90
100
1.00
5.00
4.00
90.00
100.00
38
12
50
76.00
24.00
100.00
45
5
50
90.00
10.00
100.00
83
17
100
83.00
17.00
100.00
15
35
50
30.00
70.00
100.00
11
39
50
22.00
78.00
100.00
26
74
100
26.00
74.00
100.00
97
Umur responden pada saat kehamilan baik di Kelurahan Kramat Jati
maupun di Kelurahan Ragunan sebagian besar berada pada umur yang tidak
rawan untuk menjalani kehamilan yaitu pada umur 20 hingga 35 tahun. Di
Kelurahan Kramat Jati sebesar 86,00 persen responden berada pada kategori
umur kehamilan yang dianggap aman untuk menjalani kehamilan. Sedangkan
selebihnya (14,00%) berada pada kategori umur yang dianggap lebih berisiko
dalam menjalani kehamilan yaitu umur 35 tahun keatas.
Secara umum gambaran serupa juga terlihat di Kelurahan Ragunan.
Umur responden pada saat menjalani kehamilan hampir seluruhnya berada pada
kategori yang aman untuk menjalani kehamilan. Sebesar 96,00 persen
responden berada pada kategori umur 20 hingga 35 tahun dan hanya 4,00
persen responden saja yang berada pada kategori umur yang dianggap berisiko
untuk menjalani kehamilan yaitu kategori umur lebih dari 35 tahun.
Sebaran umur responden baik di Kelurahan Kramat Jati maupun di
Kelurahan Ragunan hampir seluruhnya (91,00%) berada pada kategori yang
dianggap aman untuk menjalani kehamilan. Hanya sebagian kecil (9,00%)
responden saja yang termasuk ke dalam kategori umur kehamilan yang dianggap
berisiko dalam menjalani kehamilan.
Tingkat pendidikan responden di Kelurahan Kramat Jati tersebar antara
tidak tamat SD hingga S2. Tingkat pendidikan terendah di Kelurahan Kramat Jati
adalah tidak tamat SD sedangkan tingkat pendidikan tertingginya adalah S2.
Persentase terbesar tingkat pendidikan di Kelurahan Kramat Jati berada pada
tingkat pendidikan sedang (SLTP dan SLTA) dimana lebih dari separuh (68,00%)
responden menyatakan telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat ini. Selain
itu masih terdapat pula responden yang tersebar pada tingkat pendidikan lain
yaitu tingkat pendidikan rendah dan tinggi. Terdapat 20,00 persen responden
yang tersebar pada tingkat pendidikan rendah dan 12,00 persen responden yang
tersebar pada tingkat pendidikan tinggi.
Sebaran responden di Kelurahan Ragunan memiliki perbedaan dengan
sebaran responden di Kelurahan Kramat Jati. Pada responden di Kelurahan
Ragunan tingkat pendidikan tersebar antara SD hingga S1. Lebih dari separuh
(62,00%) responden berada pada tingkat pendidikan sedang. Selain itu sebanyak
18,00 persen responden tersebar pada tingkat pendidikan rendah dan 20,00
persen responden berada pada tingkat pendidikan tinggi.
98
Secara keseluruhan persentase terbesar untuk tingkat pendidikan baik di
Kelurahan Kramat Jati maupun di Kelurahan Ragunan berada pada tingkat
pendidikan sedang dimana lebih dari separuh (65,00 %) responden berada pada
tingkat pendidikan ini. Persentase terkecil berada pada tingkat pendidikan tinggi,
dimana hanya sebesar 16,00 persen responden saja yang tersebar pada tingkat
pendidikan ini. Tingkat pendidikan rendah memiliki jumlah sebaran responden
sebanyak 19,00 persen.
Tingkat pendidikan suami responden dapat mempengaruhi pengetahuan
gizi dan kesehatan responden. Dimana suami yang memiliki tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden memiliki akses yang lebih baik
terhadap pengetahuan akan gizi dan kesehatan. Hal ini yang kemudian akan
mempengaruhi pula tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan responden.
Sebagian besar (78,00%) suami responden di Kelurahan Kramat jati
berada pada tingkat pendidikan sedang. Tingkat pendidikan rendah memiliki
sebaran suami responden sebanyak 16,00 persen. Tingkat pendidikan tinggi
memiliki sebaran suami responden 6,00 persen.
Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang serupa untuk persentase tingkat
pendidikan terbesar. Hampir sebagian besar (72,00%) suami responden tersebar
pada tingkat pendidikan sedang. Tingkat pendidikan rendah memiliki sebaran
suami responden sebanyak 16,00 persen dan tingkat pendidikan tinggi memiliki
sebaran suami responden sebanyak 12,00 persen.
Persentase terbesar tingkat pendidikan suami responden secara
keseluruhan pun hasilnya tidak berbeda dengan hasil di kedua kelurahan
tersebut. Secara keseluruhan lebih dari separuh (75,00%) suami responden
berada pada tingkat pendidikan sedang. Sedangkan untuk persentase terkecil,
secara keseluruhan suami responden berada pada tingkat pendidikan tinggi
dengan persentase sebesar 9,00 persen.
Hampir seluruh responden (86,00%) di Kelurahan Kramat Jati merupakan
ibu rumah tangga. Ibu hamil dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga ini
memiliki persentase terbesar di Kelurahan Kramat Jati. Sedangkan untuk jenis
pekerjaan wirausaha dan swasta, masing-masing memiliki persentase sebesar
6,00 persen. Persentase terkecil yaitu pada ibu hamil dengan jenis pekerjaan
PNS yang hanya sebesar 2,00 persen.
99
Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang tidak terlalu berbeda dengan
Kelurahan Kramat Jati. Ibu hamil dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga
memiliki persentase terbesar (94,00%) dari total responden di Kelurahan
Ragunan, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden di
Kelurahan Ragunan memiliki jenis pekerjaan ibu rumah tangga. Namun, berbeda
halnya dengan hasil di Kelurahan Kramat Jati, jenis pekerjaan wirausaha
merupakan jenis pekerjaan dengan persentase terkecil (2,00%) di Kelurahan
Ragunan.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa ibu rumah tangga merupakan jenis
pekerjaan dengan persentase terbesar (90,00%) dimana hampir seluruh
responden di kedua kelurahan memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga. Jenis pekerjaan dengan persentase terkecil (1,00%) yaitu ibu hamil
dengan jenis pekerjaan PNS.
Besar keluarga responden dikelompokkan menjadi dua kategori. Kategori
pertama yaitu keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama
dengan empat orang, dikategorikan sebagai keluarga kecil. Kategori kedua yaitu
keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang, dikategorikan
sebagai keluarga besar. Secara keseluruhan kisaran besar keluarga responden
yaitu antara 2-8 orang.
Sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati merupakan keluarga
dengan besar keluarga kurang dari sama dengan empat orang. Sebanyak 76,00
persen responden memiliki keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang
kurang dari sama dengan empat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam kategori keluarga kecil.
Sedangkan sebanyak 24,00 persen lainnya termasuk kedalam kategori keluarga
dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat.
Kelurahan Ragunan memiliki persentase yang lebih besar untuk besar
keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat.
Hampir seluruh responden (90,00%) di Kelurahan Ragunan termasuk kedalam
kategori keluarga kecil. Sedangkan hanya sebesar 10,00 persen dari total
responden di Kelurahan Ragunan yang termasuk kedalam kategori keluarga
dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat.
100
Sebanyak 83,00 persen responden memiliki besar keluarga yang
termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Hal ini berarti hampir seluruh besar
keluarga responden termasuk kedalam kategori keluarga dengan jumlah anggota
keluarga kurang dari sama dengan empat. Sedangkan 17,00 persen responden
termasuk kedalam kategori besar keluarga yang memiliki jumlah anggota
keluarga lebih dari empat atau dapat dikatakan sebagai keluarga besar.
Pendapatan per kapita keluarga yang tergolong kedalam keluarga miskin
adalah keluarga dengan pendapatan per kapita kurang dari Rp. 197.306,00. Dan
keluarga dengan pendapatan per kapita lebih dari Rp. 197.306,00 termasuk
kedalam kategori keluarga tidak miskin. Tingkat ekonomi keluarga akan dapat
menjelaskan banyak hal yang terkait dengan kecukupan gizi. Selain itu, tingkat
ekonomi keluarga juga mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal yang
rendah (Depkes RI 1995 dalam Sutaryanto 2002).
Responden di Kelurahan Kramat Jati yang tergolong kedalam kategori
keluarga tidak miskin memiliki persentase terbesar. Lebih dari separuh (70,00%)
responden di kelurahan ini termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin.
Hanya sebagian kecil (30,00%) responden saja yang termasuk kedalam kategori
keluarga miskin.
Perbedaan hasil terdapat pada keluarga dengan kategori keluarga tidak
miskin di Kelurahan Ragunan. Persentase
keluarga yang termasuk kedalam
kategori keluarga tidak miskin memiliki persentase yang sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan keluarga yang termasuk kedalam kategori yang sama di
Kelurahan Kramat Jati. Sebagian besar keluarga (78,00%) di Kelurahan
Ragunan termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Hanya sebagian kecil
keluarga saja yang termasuk kedalam kategori keluarga miskin.
Secara keseluruhan hampir sebagian besar (74,00%) responden
termasuk kedalam kategori keluarga dengan tingkat pendapatan per kapita lebih
dari Rp. 197.306,00. Hal ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar
keluarga responden termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Sebanyak
26,00% dari total responden di kedua kelurahan tersebut tergolong kedalam
keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari total
keluarga responden di kedua kelurahan yang memiliki tingkat pendapatan per
kapita dibawah Rp. 197.306,00.
101
Berikut ini disajikan sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan
paritas. Berdasarkan paritas responden di Kelurahan Ragunan memiliki faktor
risiko yang lebih aman bila dibandingkan dengan responden di Kelurahan Kramat
Jati.
Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan paritas
Kramat Jati
n
%
Ragunan
n
%
Usia Kehamilan
Trimester I
Trimester II
Trimester III
26
20
4
52.00
40.00
8.00
34
14
2
68.00
28.00
4.00
60
34
6
60.00
34.00
6.00
TOTAL
50
100
50
100
100
100
Paritas
≤5
>5
TOTAL
46
4
50
92.00
8.00
100.00
48
2
50
96.00
4.00
100.00
94
6
100
94.00
6.00
100.00
Variabel
n
TOTAL
%
Paritas merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan semasa kehamilan maupun pendarahan
pada saat persalinan (Depkes RI 1995 dalam Sutaryanto 2002). Ibu hamil
dengan tingkat paritas yang telah mencapai 5 kali persalinan atau lebih dapat
dikatakan memiliki risiko kehamilan yang lebih besar dibandingkan ibu hamil
dengan tingkat paritas yang lebih rendah. Pengelompokkan paritas dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu tingkat paritas yang kurang dari sama dengan lima
dan tingkat paritas lebih dari lima kali persalinan. Pengelompokkan tingkat paritas
berdasarkan kepada risiko kehamilan yang akan dialami, dimana ibu hamil
dengan paritas yang lebih tinggi memiliki risiko kehamilan yang lebih besar.
Hampir seluruh ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati yang menjadi
responden pada penelitian ini berada pada tingkat paritas yang tidak berisiko
terhadap kehamilan sebagaimana disajikan dalam Tabel 7. Sebanyak 92,00
persen responden termasuk kedalam tingkat paritas kurang dari sama dengan
lima. Sedangkan ibu hamil dengan tingkat paritas lebih dari lima adalah
sebanyak 8,00 persen responden.
Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil
dari Kelurahan Kramat Jati. Pada Kelurahan Ragunan hampir seluruh responden
berada pada tingkat paritas kurang dari sama dengan lima. Persentase ibu hamil
dengan tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan di Kelurahan
102
Ragunan ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan persentase di Kelurahan
Kramat Jati. Persentase ibu hamil dengan tingkat paritas kurang dari sama
dengan lima yaitu sebesar 96,00 persen. Kemudian 4,00 persen ibu hamil
lainnya berada pada tingkat paritas lebih dari lima.
Hampir seluruh ibu hamil dari total responden di kedua kelurahan ini
berada pada tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan. Gambaran
ini didapat melalui hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 94,00 persen ibu
hamil di kedua kelurahan tersebut memiliki tingkat paritas yang kurang dari sama
dengan lima. Sedangkan untuk 6,00 persen ibu hamil lain berada pada tingkat
paritas yang lebih dari lima. Hal ini menggambarkan bahwa pada kedua
kelurahan tersebut hanya sebagian kecil saja ibu hamil yang berisiko tinggi
terhadap kehamilannya. Sebaran responden berdasarkan tingkat paritas dapat
dilihat secara lengkap pada Tabel 7.
Usia
kehamilan
responden
dikelompokkan
menjadi
tiga
kategori
berdasarkan standar yang umum digunakan di dunia kesehatan. Pembagian
kategori ini yaitu trimester I, trimester II dan trimester III. Usia kehamilan yang
termasuk kedalam kategori trimester I adalah kehamilan dengan usia 0-12
minggu. Sedangkan yang termasuk kedalam ketegori trimester II adalah usia
kehamilan antara 13-24 minggu. Kemudian ibu hamil dengan usia kehamilan
yang lebih dari 24 minggu atau sudah memasuki bulan ketujuh kehamilan
termasuk kedalam kategori usia kehamilan trimester III.
Responden di kedua kelurahan baik di Kelurahan Kramat Jati maupun
Kelurahan Ragunan tersebar kedalam tiga kategori usia kehamilan tersebut.
Sebanyak 52,00 persen responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam
usia kehamilan trimester I. Hal ini berarti lebih dari separuh ibu hamil di
Kelurahan Kramat Jati dengan usia kehamilan 0-12 minggu. Hampir separuh
responden (40,00%) dengan usia kehamilan 13-24 minggu. Dan hanya sebagian
kecil responden (8,00%) dengan usia kehamilan lebih dari 24 minggu atau
tergolong kedalam trimester III kehamilan.
Kondisi yang tidak jauh berbeda tergambarkan melalui hasil yang
didapatkan di Kelurahan Ragunan. Lebih dari separuh responden termasuk
kedalam kategori ibu hamil dengan usia kehamilan di bawah 13 minggu.
Sebanyak 34,00 persen ibu hamil dengan usia kehamilan antara 13-24 minggu
atau termasuk kedalam kategori usia kehamilan pada trimester II. Selain itu,
masih terdapat pula 4,00 persen responden dengan usia kehamilan diatas 24
103
minggu. Hal ini dapat pula digambarkan bahwa masih ada sebagian kecil ibu
hamil dengan usia kehamilan yang termasuk kedalam trimester III kehamilan.
Lebih dari separuh responden di kedua kelurahan termasuk kedalam usia
kehamilan trimester I atau kurang dari 13 minggu. Kemudian hampir separuh
responden dengan usia kehamilan antara 13-24 minggu. Di samping itu, masih
terdapat sebagian kecil responden dengan usia kehamilan di atas 24 minggu
atau responden dengan usai kehamilan yang termasuk kedalam trimester III
kehamilan. Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan secara keseluruhan
disajikan melalui Tabel 7.
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil
Responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan
yang baik apabila responden mampu menjawab secara benar pertanyaan
mengenai gizi dan kesehatan dengan persentase lebih dari 80,00. Untuk
memenuhi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan agar dapat tergolong baik
maka responden harus menjawab secara benar minimal 12 item pertanyaan.
Untuk kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang dikatakan sedang,
perolehan skor responden harus memenuhi kisaran nilai antara 60,00 hingga
80,00. Dan untuk memenuhi kisaran nilai tersebut responden harus menjawab 911 item pertanyaan yang diajukan secara tepat. Sedangkan untuk responden
yang memperoleh total skor kurang dari 60,00 tergolong kedalam kategori tingkat
pengetahuan gizi dan kesehatan yang dianggap buruk. Responden yang
termasuk kedalam kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang buruk
ini tidak mampu menjawab secara benar lebih dari delapan item pertanyaan dari
14 item pertanyaan yang diajukan.
Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan
kesehatan
Kramat Jati
Ragunan
Total
Pengetahuan gizi dan
kesehatan
n
%
n
%
n
%
Buruk
15
30.00
11
22.00
26
26.00
Sedang
24
48.00
28
56.00
52
52.00
Baik
11
22.00
11
22.00
22
22.00
Total
50
100.00
50
100.00
100 100.00
104
Responden di Kelurahan Kramat Jati tidak banyak yang mampu
menjawab lebih dari 11 pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan secara benar.
Hanya sebagian kecil (22,00%) responden saja yang mampu menjawab lebih
dari 11 item pertanyaan secara tepat dan termasuk kedalam kategori ibu hamil
yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan baik. Persentase terbesar
untuk responden di Kelurahan Kramat Jati berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
dan kesehatan adalah pada kategori sedang. Pada kategori tingkat pengetahuan
gizi dan kesehatan yang sedang, hampir separuh (48,00%) responden termasuk
kedalam kategori ini dan berhasil menjawab secara tepat 9 – 11 item pertanyaan.
Namun, sayangnya persentase ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi
dan kesehatan yang tergolong buruk masih lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong baik.
Sebanyak 30,00 persen responden tidak mampu menjawab secara tepat
melebihi 9 item pertanyaan.
Pengetahuan akan gizi dan kesehatan yang baik dapat membantu ibu
hamil menjalani masa kehamilannya dengan baik pula. Ibu hamil yang menjalani
masa kehamilannya dengan baik terkait pada status gizi yang ditunjang dengan
pengetahuan yang baik dalam hal gizi dan kesehatan terkait kehamilan. Hal ini
tergambar melalui pernyataan Suhardjo (1989) bahwa pengetahuan gizi yang
baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah. Hal ini
dapat dikaitkan dengan kondisi ibu hamil selama kehamilan. Ibu hamil tentunya
tidak mau kehamilannya berisiko karena mengonsumsi bahan pangan yang
dapat membahayakan kehamilannya. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi dan
kesehatan yang baik dapat memilah bahan pangan yang akan ia konsumsi.
Dengan tingkat pengetahuan yang baik ibu hamil dapat mengetahui bahan
pangan apa saja yang dapat membahayakan kehamilannya. Hal ini pun dapat
berlaku sebaliknya, dengan pengetahuan akan gizi dan kesehatan yang baik ibu
hamil juga dapat memilah bahan pangan apa saja yang dapat menunjang
kehamilan sehingga ia dapat menjalani kehamilan dengan baik.
Secara umum, ibu hamil di Kelurahan Ragunan memiliki tingkat
pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan ibu hamil
di Kelurahan Kramat Jati. Gambaran ini tercermin melalui hasil yang didapatkan
dari 50 orang responden di Kelurahan Ragunan. Responden di Kelurahan
Ragunan dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan buruk memiliki
persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan responden di Kelurahan
105
Kramat Jati dengan kategori yang sama. Selain itu, lebih dari separuh (56,00%)
responden
di
Kelurahan
Ragunan
termasuk
kedalam
kategori
tingkat
pengetahuan gizi dan kesehatan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa di
Kelurahan Ragunan lebih banyak responden yang mampu menjawab secara
tepat sebanyak 9-11 item pertanyaan. Untuk kategori tingkat pengetahuan gizi
dan kesehatan baik, terdapat persamaan persentase jumlah responden yang
menjawab secara tepat lebih dari 11 item pertanyaan untuk Kelurahan Ragunan
dan Kramat Jati.
Lebih dari separuh responden secara keseluruhan di kedua kelurahan
mampu menjawab 9-11 item pertanyaan secara tepat. Hal ini juga menunjukkan
bahwa lebih dari separuh responden memiliki tingkat pengetahuan gizi dan
kesehatan yang tergolong sedang. Namun, jumlah responden dengan tingkat
pengetahuan yang tergolong baik masih lebih rendah dibandingkan dengan
jumlah responden dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang
tergolong buruk. Sebanyak 26,00 persen responden secara keseluruhan belum
mampu menjawab secara tepat lebih dari 8 item pertanyaan. Sedangkan hanya
sebesar 22,00 persen responden saja yang mampu menjawab secara tepat item
pertanyaan dengan skor diatas 80,00 atau sebanyak lebih dari 11 item
pertanyaan. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan
kesehatan disajikan pada Tabel 8.
Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Besi
Sebaran responden berdasarkan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
mengonsumsi tablet besi dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah
ibu hamil dengan konsumsi tablet besi kurang dari 80 persen. Pada kategori ini
ibu hamil dikatakan tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi karena jumlah
yang dikonsumsi kurang dari 80 persen. Kategori kedua ialah ibu hamil dengan
konsumsi tablet besi ≥ 80 persen. Ibu hamil yang termasuk kedalam kategori
kedua ini dapat dikatakan sebagai ibu hamil yang patuh dalam mengonsumsi
tablet besi.
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
mengonsumsi tablet besi
Kramat Jati
Ragunan
TOTAL
Konsumsi TTD
n
%
n
%
n
%
< 80%
37
77.08 29
70.73 66
74.16
≥ 80%
11
22.92 12
29.27 23
25.84
TOTAL
48 100.00 41 100.00 89
100.00
106
Sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam
kategori responden yang pertama. Sebanyak 77,08 persen responden tidak
patuh dalam mengonsumsi tablet besi karena sebagian besar responden
mengonsumsi tablet besi kurang dari 80 persen. Sedangkan di Kelurahan
Ragunan persentase responden untuk kategori pertama lebih rendah jumlahnya.
Hampir sebagian besar (70,73%) responden tidak patuh dalam mengonsumsi
tablet besi.
Persentase responden yang lebih baik untuk kategori kedua terdapat
pada responden di Kelurahan Ragunan. Jumlah responden dengan kategori
patuh dalam mengonsumsi tablet besi lebih banyak terdapat pada Kelurahan
Ragunan. Pada Kelurahan Ragunan terdapat jumlah responden yang patuh
mengonsumsi tablet besi yaitu sebanyak 29,27 persen. Sedangkan di Kelurahan
Kramat Jati jumlah responden yang termasuk kedalam kategori patuh dalam
mengonsumsi tablet besi hanya sebanyak 22,92 persen.
Hampir sebagian besar dari seluruh total responden di kedua kelurahan
termasuk kedalam kategori pertama. Hal ini menunjukkan bahwa responden di
kedua kelurahan memiliki tingkat kepatuhan yang sangat kurang dalam
mengonsumsi tablet besi. Konsumsi tablet besi walaupun sudah difasilitasi oleh
pemerintah jumlahnya kurang dari 80 persen. Hasil lengkap tingkat kepatuhan
responden dalam mengonsumsi tablet besi disajikan melalui Tabel 9.
Soehardi (2004) menyatakan penyebab anemia pada umumnya adalah
karena kurangnya sel darah merah (hemoglobin). Dan untuk memproduksi sel
darah merah, tubuh membutuhkan serangkaian zat gizi. Zat gizi yang paling
diperlukan dalam memproduksi sel darah merah adalah zat besi, asam folat dan
vitamin B12.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan asupan zat gizi untuk
memproduksi sel darah merah, ibu hamil membutuhkan suplemen untuk
memenuhi kebutuhannya akan zat gizi tersebut khususnya zat gizi yang
dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah. Pemerintah memprioritaskan
suplementasi tablet besi kepada ibu hamil. Suplementasi tablet besi ini
dimaksudkan agar ibu hamil terhindar dari anemia. Menurut SKRT (1995) yang
diacu dalam Darlina (2003) selain karena mempunyai prevalensi tertinggi (51%),
ibu hamil mendapatkan prioritas dalam program suplementasi tablet besi ini juga
karena akibat dari anemia yang tidak hanya membahayakan ibu namun juga
janin yang dikandungnya. Selama masa kehamilan tablet besi sebaiknya
107
diminum minimal sebanyak 90 tablet. Namun, akan lebih baik ketika ibu hamil
mengonsumsi tablet besi satu tablet setiap hari.
Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan
ibu hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu hamil untuk patuh
mengonsumsi tablet besi secara baik (WHO 1986 diacu dalam Wijianto 2002).
Tingkat kepatuhan yang kurang sangat mungkin dipengaruhi oleh rendahnya
kesadaran responden dalam mengosumsi tablet besi. Kesadaran untuk
mengonsumsi tablet besi ini pun besar kemungkinan mendapat pengaruh melalui
tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan responden yang secara umum tergolong
sedang. Sebagaimana telah diungkapkan Suhardjo (1989) bahwa konsumsi
pangan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Responden
dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik memiliki kesadaran
untuk mengonsumsi tablet besi yang lebih tinggi karena responden sadar akan
kebutuhan dan manfaat dari tablet besi yang ia konsumsi bagi kehamilannya.
WHO (1986) dalam Wijianto (2002) juga menyatakan bahwa kepatuhan
ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh
kesadaran saja. Terdapat faktor lain yang juga turut mempengaruhi tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping. Dari sekian
banyak faktor tersebut salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam tingkat
kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi adalah efek samping. Efek
samping dari tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah,
konstipasi dan diare. Adanya efek samping dari tablet besi ini menyebabkan ibu
hamil menjadi enggan dalam mengonsumsi tablet besi yang diberikan oleh
pelayanan kesehatan setempat.
Hasil penelitian Pinem (1991) memperkuat dugaan ibu hamil yang
enggan mengonsumsi tablet besi disebabkan oleh efek samping pemberian
tablet besi tersebut. Efek samping konsumsi tablet besi menurut hasil penelitian
Pinem yaitu (1) muntah, mual dan nyeri perut yang terkait dengan saluran
pencernaan atas serta (2) diare dan konstipasi yang terkait dengan saluran
pencernaan bawah. Terdapat hubungan yang erat antara dosis tablet besi yang
dikonsumsi terutama dengan saluran pencernaan atas (muntah, mual dan nyeri
perut). Selain itu disebutkan pula bahwa salah satu kelompok responden
menyatakan tidak pernah mendapatkan tablet besi dari puskesmas dan selama
ini selalu diberi resep untuk membeli sendiri tablet besi yang dianjurkan.
108
Penelitian lanjutan yang dilakukan pada wilayah kecamatan yang sama
menyatakan bahwa distribusi tablet besi sudah cukup berhasil. Hal ini
tergambarkan melalui 90 persen tablet besi yang telah didisribusikan. Namun,
Ibrahim (2004) menyatakan bahwa dengan distribusi tablet besi yang dinilai
sudah cukup berhasil tidak mampu menurunkan prevalensi anemia secara
signifikan.
Jenis Penyakit yang Dialami Ibu Sebelum Hamil dan Selama Hamil
Jenis penyakit responden yang diketahui bukan hanya jenis penyakit
yang muncul pada saat kehamilan namun juga jenis penyakit yang diderita oleh
responden dengan jangka waktu selama enam bulan sebelum hamil. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui jenis penyakit yang memang sudah muncul
selama sebelum hamil serta untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang
kemungkinan terkait dengan riwayat kesehatan responden di masa yang lalu.
Tabel 10 Persentase jenis penyakit yang diderita responden selama enam bulan
sebelum hamil dan selama kehamilan
Jenis
Penyakit
Anemia
Batuk
Influenza
Hipertensi
Jantung
Diabetes
Typus
Asma
Maag
Hiperemesis
Sinus
Muntaber
Radang
tenggorokan
6 bulan sebelum hamil
TOTAL
Kramat Jati
Ragunan
%
n
n
%
n
%
9
18.00
6
12.00
15
15.00
16
32.00
14
28.00
30
30.00
15
30.00
16
32.00
31
31.00
1
2.00
2
4.00
3
3.00
1
2.00
1
2.00
2
2.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
2
4.00
0
0.00
2
2.00
4
8.00
8
16.00
12
12.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
1
2.00
0
0.00
1
1.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
Selama kehamilan
Kramat Jati
Ragunan
n
%
n
%
17
34.00
10
20.00
11
22.00
16
32.00
8
16.00
15
30.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
1
2.00
0
0.00
1
2.00
0
0.00
4
8.00
7
14.00
1
2.00
0
0.00
1
2.00
0
0.00
1
2.00
0
0.00
0
0.00
1
2.00
TOTAL
n
%
27
27.00
27
27.00
23
23.00
0
0.00
0
0.00
0
0.00
1
1.00
1
1.00
11
11.00
1
1.00
1
1.00
1
1.00
1
Terdapat perbedaan jenis penyakit yang sering muncul pada saat 6 bulan
sebelum hamil dan selama masa kehamilan. Secara umum, mulai dari
persentase terbesar, jenis penyakit yang sering muncul pada saat 6 bulan
sebelum hamil adalah influenza, batuk, anemia, maag, hipertensi, jantung, asma
dan sinus. Sedangkan jenis penyakit yang sering muncul selama masa
1.00
109
kehamilan, mulai dari persentase terbesar adalah anemia, batuk, influenza,
maag, typus, asma, hiperemesis, sinus, muntaber dan radang tenggorokan.
Tabel 10 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan dari total responden
di kedua kelurahan, anemia memiliki persentase yang meningkat pada saat 6
bulan sebelum hamil dan selama kehamilan. Persentase anemia pada saat 6
bulan sebelum hamil sebesar adalah 15,00 persen. Sedangkan persentase
anemia selama kehamilan meningkat hingga 27,00 persen. Meningkatnya
prevalensi
anemia
selama
masa
kehamilan
menunjukkan
pentingnya
mengonsumsi tablet besi sesuai yang anjuran. Anemia yang terjadi pada saat
kehamilan dapat ditanggulangi dengan mengonsumsi tablet besi secara teratur
satu tablet setiap hari atau minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan (BPS
2004). Peningkatan persentase jenis penyakit selama kehamilan juga terjadi
pada jenis penyakit typus, hiperemesis, muntaber dan radang tenggorokan.
Thompson (2004) menyatakan bahwa terdapat empat jenis penyakit yang
sering muncul terkait dengan kehamilan. Penyakit-penyakit tersebut adalah
anemia,
hipertensi,
diabetes
dan
ambeien.
Keempat
penyakit
tersebut
merupakan penyakit yang umum muncul selama masa-masa kehamilan.
Skor morbiditas yang telah dihitung berdasarkan risiko jenis penyakit
ditampilkan melalui Tabel 11. Hampir sebagian besar responden memiliki skor
morbiditas yang termasuk ringan.
Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan skoring penyakit
Kategori
Ringan
Sedang
Berat
TOTAL
6 bulan sebelum hamil
TOTAL
Kramat jati
Ragunan
%
n
n
%
n
%
32
64.00
37
74.00
69
69.00
13
26.00
7
14.00
20
20.00
5
10.00
6
12.00
11
11.00
50 100.00
50 100.00 100 100.00
Kramat jati
n
%
35
70.00
13
26.00
2
4.00
50 100.00
Selama kehamilan
TOTAL
Ragunan
n
%
n
%
36
72.00
71
71.00
8
16.00
21
21.00
6
12.00
8
8.00
50 100.00 100 100.00
Berdasarkan kategori penyakit, lebih dari separuh responden berada
dalam kategori skor morbiditas (skor penyakit) yang dianggap ringan baik itu
pada saat 6 bulan sebelum hamil maupun pada saat hamil (Tabel 11). Skor
morbiditas responden yang hampir sebagian besar responden dinyatakan ringan,
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden memiliki risiko kehamilan
yang tidak diakibatkan oleh morbiditas.
110
Tingkat Keluhan Ibu selama Kehamilan
Thompson (2004) menyatakan bahwa keluhan kehamilan yang paling
umum dijumpai pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning
sick, yaitu mual dan muntah yang terjadi di pagi hari. Kondisi ini umum ditemui
pada sebagian besar wanita hamil, namun dapat juga tidak dialami oleh wanita
hamil lainnya. Kondisi ini biasanya akan berlangsung hingga usia kehamilan
memasuki minggu ke-12 atau bulan ketiga kehamilan. Gangguan ini diperkirakan
terjadi karena peningkatan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
selama tiga bulan pertama kehamilan. Penyebab lain ialah stress, bau yang
menyengat, pengaruh meminum tablet zat besi pada awal kehamilan, sulit
menelan serta melihat atau mencium makanan yang tidak disukai.
Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan jenis keluhan yang dialami selama
kehamilan
Jenis Keluhan
Mual
Muntah
Pusing/berkunang
Lemah/lesu
Pucat
Oedema
Nafsu makan
menurun
Merasa kurus
Sulit BAB
Sering BAK
Sakit pinggang
Nyeri payudara
Sakit pundak
Nyeri perut
Gatal-gatal
Ngidam
Alergi
Jantung berdebar
Pegal-pegal
Kramat Jati
n
%
41
82.00
32
64.00
38
76.00
34
68.00
26
52.00
3
6.00
Ragunan
n
%
39
78.00
28
56.00
30
60.00
25
50.00
21
42.00
3
6.00
n
80
60
68
59
47
6
TOTAL
%
80.00
60.00
68.00
59.00
47.00
12.00
23
46.00
25
50.00
48
48.00
14
8
36
24
16
1
1
3
0
0
0
0
28.00
16.00
72.00
48.00
32.00
2.00
2.00
6.00
0.00
0.00
0.00
0.00
13
4
36
20
13
0
1
3
2
1
1
2
26.00
8.00
72.00
40.00
26.00
0.00
2.00
6.00
4.00
2.00
2.00
4.00
27
12
72
44
29
1
2
6
2
1
1
2
27.00
12.00
72.00
44.00
29.00
1.00
2.00
6.00
2.00
1.00
1.00
2.00
Senada dengan pernyataan Thompson (2004) bahwa keluhan kehamilan
yang paling umum ditemui pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah
morning sick. Secara keseluruhan responden di Kelurahan Kramat Jati dan
Ragunan mengungkapkan hal yang sama. Sebanyak 80,00 persen responden
mengalami jenis keluhan mual. Namun, keluhan mual pada masa kehamilan
tidak selalu diiringi dengan muntah. Berdasarkan Tabel 12, ibu hamil dengan
111
keluhan muntah memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan ibu hamil
dengan keluhan mual saja. Persentase terbesar kedua untuk jenis keluhan
selama kehamilan yaitu adalah sering BAK (Buang Air Kecil). Responden di
kedua kelurahan menyatakan ini sebagai keluhan yang paling umum dijumpai
selama masa kehamilan. Persentase terbesar ketiga yaitu jenis keluhan
pusing/berkunang. Jenis keluhan ini kemungkinan besar terkait dengan
prevalensi anemia yang meningkat selama masa kehamilan. Keluhan ini dapat
ditanggulangi dengan mengonsumsi tablet besi satu kali sehari atau minimal
sebanyak 90 tablet selama kehamilan (BPS 2004). Jenis keluhan responden
secara lengkap disajikan melalui Tabel 12.
Jenis keluhan yang telah terindentifikasi kemudian diskor. Skor dilakukan
berdasarkan kategori jenis keluhan ringan dan berat. Jenis keluhan yang
termasuk kedalam kategori berat adalah jenis keluhan yang terkait dengan jenis
penyakit tertentu. Skor jenis keluhan responden disajikan melalui Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat keluhan
Kategori Tingkat
Keluhan
Ringan
Berat
TOTAL
Kramat Jati
n
%
12
24.00
38
76.00
50 100.00
Ragunan
n
%
19
38.00
31
62.00
50 100.00
TOTAL
n
%
31
31.00
69
69.00
100
100.00
Secara umum, lebih dari separuh responden termasuk kedalam kategori
tingkat keluhan berat (Tabel 13). Hal ini berarti mayoritas responden
membutuhkan penanganan khusus dalam mengatasi keluhan-keluhan yang
muncul selama kehamilan. Jenis keluhan yang dijumpai pada lebih dari separuh
responden
adalah
mual,
sering
BAK,
pusing/berkunang,
muntah
serta
lemah/lesu.
Intensitas pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal
sebanyak empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan
pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 03 bulan (trimester 1). Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester
2). Sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia
kehamilan 7-9 bulan (trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di
posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau
bidan swasta (Depkes RI 1993).
112
Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pemeriksaan kehamilan
Kramat Jati
Ragunan
TOTAL
Intensitas Pemeriksaan
Kehamilan
n
%
n
%
n
%
Tidak lengkap
32
64.00
28
56.00
60
60.00
Lengkap
18
36.00
22
44.00
40
40.00
TOTAL
50
100.00
50 100.00
100 100.00
Lebih dari separuh responden di kedua kelurahan tidak lengkap dalam
memeriksakan
kehamilannya.
Sebanyak
60,00
persen
responden
tidak
memeriksakan kehamilan sesuai anjuran pemerintah yaitu minimal empat kali
selama kehamilan. Namun, dalam hal ini responden di Kelurahan Ragunan
memiliki intensitas pemeriksaan kehamilan yang lebih baik dibandingkan dengan
responden di Kelurahan Kramat Jati. Pernyataan ini sesuai dengan persentase
intensitas pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap dimana responden
Kelurahan Ragunan memiliki intensitas yang lebih kecil dibandingkan dengan
responden di Kelurahan Kramat Jati (Tabel 14).
Rachmawati
(2004)
menyatakan
terdapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertimbangan ibu hamil dalam memilih tempat periksa kehamilan
antara lain adalah biaya, jarak dan faktor kepercayaan. Jarak antara tempat
tinggal dengan pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor yang menentukan
dalam intensitas pemeriksaan ibu hamil. Rendahnya intensitas pemeriksaan
kehamilan responden diduga disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh serta
faktor kepercayaan terhadap tenaga kesehatan pemerintah.
Fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan
Pemeriksaan kesehatan yang lebih umum dilakukan oleh tenaga
kesehatan di kalangan masyarakat adalah pengukuran berat badan dan tinggi
badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pemeriksaan tinggi fundus uteri
(bagian atas punggung rahim), suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), serta
pemberian tablet besi (BPS 2004). Komponen fasilitas pemeriksaan ibu hamil ini
kerap kali disebut sebagai 5T. Fasilitas pemeriksaan kesehatan inilah yang
dijadikan standar dalam berbagai pelayanan kesehatan ibu hamil.
113
Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kelengkapan fasilitas pelayanan
kesehatan kehamilan
Kramat Jati
Ragunan
TOTAL
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kehamilan
n
%
n
%
n
%
Tidak lengkap
43
86.00 46
92.00
89
89.00
Lengkap
7
14.00
4
8.00
11
11.00
TOTAL
50
100.00 50
100.00
100
100.00
Kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan tidak begitu saja
dijamin oleh akses ke ibukota Negara. Hal ini tercermin melalui persentase
kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan yang didapat responden di
Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan. Sebagian besar responden di
kedua kelurahan ini tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan
secara lengkap. Yang lebih menyedihkan adalah hanya sebagian kecil
responden saja yang mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan
secara lengkap (Tabel 15).
Analisis Hubungan
Responden dengan intensitas pemeriksaan kehamilan yang lebih lengkap
cenderung memiliki tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dalam mengonsumsi
tablet besi. Hasil uji analisis menunjukkan hubungan positif yang sangat
signifikan antara tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi
dengan intensitas pemeriksaan kehamilan (p value = 0,001 dan r = 0,322**).
Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran memiliki
tingkat kepatuhan dalam mengonsumsi tablet besi yang lebih tinggi dibandingkan
ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran. Hal ini diduga
disebabkan
ibu
hamil
dengan
tingkat
kepatuhan
yang
tinggi
memiliki
pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik karena ibu hamil ini rutin
memeriksakan kehamilannya. Dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin (sesuai
anjuran), maka ibu hamil akan lebih sering berinteraksi dengan tenaga kesehatan
yang memungkinkan pertukaran informasi terjadi lebih sering. Dugaan ini
diperkuat dengan hasil penelitian Indahwati (2000) yang mengungkap bahwa
terdapat kecenderungan pada ibu hamil dengan konsumsi tablet besi yang baik
sebagian besar mempunyai pengetahuan gizi yang baik.
Responden dengan intensitas pemeriksaan kehamilan yang lebih sering
cenderung mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Hasil
uji analisis menunjukkan intensitas pemeriksaan kehamilan memiliki hubungan
114
positif yang sangat signifikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan (p
value = 0,002 dan r = 0,300**). Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan
pernyataan Hartoyo,et al (2003) yang menjelaskan kaitan antara cakupan
kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan dengan pelayanan antenatal yang
diperoleh.
Lebih dari separuh responden (69,0%) memiliki tingkat keluhan kehamilan
yang tergolong berat. Responden dengan kategori ini memiliki keluhan kehamilan
dengan jumlah lebih dari 13.
Intensitas pemeriksaan kehamilan yang dilakukan responden juga tidak
berada pada kategori yang memuaskan. Lebih dari separuh responden tidak
memeriksakan kehamilan sesuai anjuran (kurang dari empat kali). Hasil uji
analisis menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat keluhan ibu hamil dengan intensitas pemeriksaan kehamilan (p value =
0,053 dan r = 0,194).
Fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan minimal yang diperoleh ibu
hamil adalah pengukuran berat dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dan
pemberian tablet besi (tablet besi) (BPS 2004). Hampir seluruh responden dalam
penelitian mengaku tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan
tersebut secara lengkap.
Hasil uji analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat keluhan ibu hamil dengan kelengkapan fasilitas
pelayanan kesehatan kehamilan (p value = 0,780 dan r = 0,028). Tidak
terdapatnya hubungan ini diduga disebabkan karena fasilitas pelayanan
kesehatan kehamilan yang tersedia tidak begitu berpengaruh terhadap keluhan
kehamilan pada umumnya.
115
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Lebih dari separuh responden (52,0%) memiliki tingkat pengetahuan gizi
dan kesehatan sedang. Rata-rata skor pengetahuan gizi dan kesehatan
ibu hamil sebesar 69,4±17,7.
2. Hampir sebagian besar responden (74,2%) dinyatakan tidak patuh dalam
mengonsumsi tablet besi yang diberikan. Rata-rata konsumsi tablet besi
oleh responden yaitu sebanyak 34 tablet.
3. Jenis penyakit yang diderita responden selama 6 bulan sebelum hamil
dengan urutan persentase mulai dari yang terbesar adalah influenza,
batuk, anemia, maag, hipertensi, jantung, asma dan sinus. Sedangkan
jenis penyakit yang diderita selama kehamilan adalah anemia, batuk,
influenza, maag, typus, asma, hiperemesis, sinus, muntaber dan radang
tenggorokan. Hampir sebagian besar responden (71,0%) memiliki jumlah
skor morbiditas yang tergolong ringan.
4. Jenis keluhan yang dialami responden bervariasi. Berikut adalah jenis
keluhan ibu hamil dengan urutan persentase terbesar hingga terkecil
mual, sering BAK (buang air kecil), pusing/berkunang, muntah,
lemah/lesu, nafsu makan menurun, merasa gemuk, pucat, sakit pinggang,
nafsu makan meningkat, nyeri payudara, merasa kurus, sulit BAB (buang
air besar) oedema, gatal-gatal, nyeri perut, ngidam, pegal-pegal, sakit
pundak, alergi dan jantung berdebar. Lebih dari separuh responden
(69,0%) tergolong kedalam kategori ibu hamil dengan tingkat keluhan
berat.
5. Lebih dari separuh responden (60,0%) tidak memeriksakan kehamilannya
sesuai anjuran (minimal 4 kali selama kehamilan) dan sebagian besar
responden (89,0%) tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan
secara lengkap dengan standar 5T (pengukuran tinggi badan dan berat
badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri,
pemberian tablet besi dan imunisasi tetanus-toksoid).
6. Hasil uji analisis menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara
tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi dengan
intensitas pemeriksaan kehamilan.
116
7. Hasil uji analisis menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara
intensitas pemeriksaan kehamilan dengan fasilitas pelayanan kesehatan
yang didapatkan responden. Hubungan yang tidak signifikan ditunjukkan
oleh tingkat keluhan dengan intensitas pemeriksaan kehamilan dan
tingkat keluhan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang didapat.
Saran
Banyaknya persentase ibu hamil (60,0%) yang tidak rutin dalam
memeriksakan kehamilannya hendaknya membuat pemerintah melalui dinas
kesehatan (puskesmas) lebih berperan aktif dalam menumbuhkan kesadaran
para ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran dan
mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Selain itu,
peninjauan kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan (pelayanan
antenatal)
agar
lebih
diperhatikan
mengingat
89,0%
responden
tidak
mendapatkan fasilitas standar pemeriksaan kehamilan (standar 5T).
Selain itu, kualitas sumberdaya manusia di Posyandu (kader) juga perlu
ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan mengingat persentase ibu hamil yang
memeriksakan kehamilan ke Posyandu lebih besar dibandingkan dengan ibu
hamil yang memeriksakan kehamilan ke Puskesmas. Peningkatan kualitas para
kader Posyandu ini juga dapat meningkatkan kualitas kehamilan ibu hamil.
117
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.
Anggarini F. 2005. Kajian Kasus-Banding Faktor yang Mempengaruhi Anemia
Pada Anak Baduta di Bogor [skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Anonymous. 2008. Varises Vagina saat Hamil. www.connectique.com. [3 Juli
2008].
Apriadji WH. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.
Badan Pusat Statistik. 2004. Statistika Kesehatan. Jakarta : BPS.
Bastary H. 2001. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal dan Hubungannya dengan
Faktor Risiko Kehamilan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2000-2001
[tesis]. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Darlina. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi
pada Ibu Hamil di Kota Bogor Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Jurusan
Gizi Mayarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Buku Pedoman Pelacakan
Neonatal Risiko Tinggi : Modul Tetanus Neonatorium dan Berat Bayi Lahir
Rendah. Jakarta : Depkes RI.
____________________________________. 2003. Gizi dalam Angka. Jakarta :
Depkes RI.
Hartoyo et al. 2003. Studi Evaluasi Health and Nutrition Sector Development
Program (HNSDP). Bogor : Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Ibrahim S. 2004. Analisis Terhadap Pelaksanaan Konseling Kehamilan oleh
Bidan di Puskesmas Kecamatan Wilayah Jakarta Timur [tesis]. Depok :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Indahwati NS. 2000. Kaitan tingkat pengetahuan gizi, asupan makanan, dan
penggunaan tablet besi (Fe) terhadap status anemia pada ibu hamil trimester
III di Puskesmas Pamanukan Kabupaten Subang, Jawa Barat. Info Pangan
dan Gizi VIII (2) : 10-11. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat Departemen
Kesehatan RI.
Kalangie NS. 1994. Kebudayaan dan Kesehatan : Pengembangan Pelayanan
Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosio Budaya. Jakarta : Kesaint
Blanc.
Kisnawati D. 2007. Partisipasi Ibu Hamil terhadap Kunjungan Antenatal Care di
Puskesmas Pembantu Lung Bata Kota Banda Aceh Tahun 2007.
www.contohskripsitesis.com. [30 Juni 2008].
118
Khumaidi. 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. Jakarta : BPK Gunung
Mulia.
Manuaba IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan.
Marlina L. 2004. Persepsi dan Tingkat Konsumsi Pasien Rawat Inap Diabetes
Mellitus Terhadap Makanan yang Diinginkan di Rumah Sakit TNI Angkatan
Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Bogor : Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Megasari DA. 2006. Materi Pengajaran dan Tingkat Pengetahuan Gizi Kesehatan
Guru Taman Kanak-Kanak di Kota Bogor [skripsi]. Bogor : Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Nolan M. 2004. Kehamilan dan Melahirkan. Susi Purwoko, penerjemah. Jakarta :
Arcan.
Nurcahyo. 2007. Penyakit-Penyakit yang Bisa Mempersulit
www.indonesiaindonesia.com. [21 Februari 2008].
Kehamilan.
Pinem S. 1991. Manajemen Suplementasi Tablet Besi pada Wanita Hamil di Tiga
Puskesmas Kecamatan di Wilayah Jakarta Timur [skripsi]. Depok : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pranadji DK. 1988. Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar) [diktat]. Bogor :
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Rachmawati E. 2004. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin :
Antara Harapan Hidup dan Kenyataan Kematian. Bandung : Eja Insani.
Sadiq A. 2002. Pola penyebab kematian ibu dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kematian ibu di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2001 (Analisis data
sekunder survai kematian ibu Kabupaten Musi Banyuasin 2001). Info Pangan
dan Gizi VIII (2) : 8-9. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat Departemen
Kesehatan RI.
Soehardi S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. Bandung :
Penerbit ITB.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
Sunaryo ES. 2004. Pengaruh Pemberian L-Glutamin pada MP ASI Pemulihan
Terhadap Mutu Protein, Profil Imunitas Seluler dan Pertumbuhan Bayi 6
Bulan yang Mengalami Berat Badan Kurang [disertasi]. Bogor : Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
119
Sutaryanto. 2002. Karakteristik Ibu, Riwayat Kehamilan dan Kelahiran,
Pengaruhnya Terhadap Status Gizi Balita di Kabupaten Cianjur Jawa Barat
[skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sutiah S. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Motivasi, Persepsi dan
Sikap dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga Perkotaan dan
Pedesaan di Bogor [skripsi]. Bogor : Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Swasono MF. 1997. Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya. Jakarta : UI Press.
Thompson J. 2004. Kehamilan dari Pembuahan Hingga Kelahiran. Jakarta : Dian
rakyat.
Wijianto. 2002. Dampak Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dan FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Anemia Gizi Ibu Hamil di Kab. Banggai
Propinsi Sulawesi Tengah [skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Wirakusumah ES. 1999. Perencanaan Menu Anemia : Gizi Besi. Jakarta : Trubus
Agriwidya.
120
121
Lampiran 1. Kuesione
er
Kode : ……………
………
Kuesion
ner
HU
UBUNGAN
N ANTAR
RA INTENSITAS PEMERIIKSAAN
KEHA
AMILAN, FASILITA
F
AS PELA
AYANAN KESEHA
ATAN DA
AN
KONS
SUMSI TA
ABLET BESI
B
DEN
NGAN TINGKAT KELUHA
AN
SELA
AMA KEH
HAMILAN
N
RESPOND
DEN
: …………
………………
………………
………………
…………
ALAMAT
: …………
………………
………………
………………
…………
WANCARA : …………
………………
………………
………………
…………
TGL WAW
ENUMERA
ATOR
: …………
………………
………………
………………
…………
RAM STUDI GIZI MAS
SYARAKAT
T DAN SUM
MBERDAYA
A KELUARG
GA
PROGR
FAK
KULTAS PE
ERTANIAN
INSTITU
UT PERTAN
NIAN BOGOR
2008
8
122
I.
Identitas Responden
Nama Ibu Hamil
: ………………………………………………………….
Alamat
: ………………………………………………………….
No Telepon
: ………………………………………………………….
Umur
: …… tahun
Agama
: Islam/Kristen/Hindu/Budha/…………..
Tingkat Pendidikan
: tt SD/SD/SLTP/SLTA/Diploma/S1/S2/S3 (...tahun)
Pekerjaan
: PNS/TNI-POLRI/BUMN/Swasta/Wirausaha,
sebagai pimpinan/staf/pekerja
Penghasilan perbulan
: ……………………. Rp/bulan
II. Sosial Ekonomi Keluarga
Nama Suami
: ………………………………………………………….
Umur
: …… tahun
Tingkat Pendidikan
: tt SD/SD/SLTP/SLTA/Diploma/S1/S2/S3 (...tahun)
Pekerjaan
: PNS/TNI-POLRI/BUMN/Swasta/Wirausaha,
sebagai pimpinan/staf/pekerja
Penghasilan perbulan
: ……………………. Rp/bulan
Besar Keluarga
: …… orang
Jumlah Anak
: …… orang
III. Status Gizi
Kehamilan ke
: ……
Usia Kehamilan
: …… minggu
BB saat ini
: …… kg/tdk tahu
BB sebelum hamil
: …… kg/tdk tahu
Tinggi Badan
: …… cm/tdk tahu
LILA saat ini
: …… cm/tdk tahu
LILA sebelum hamil
: …… cm/tdk tahu
123
IV. Riwayat Kesehatan dan Kehamilan
Tabel 1. Penyakit yang pernah dialami sebelum dan saat hamil
6 bln sebelum hamil saat ini
Saat hamil sekarang
Jenis
Tanda √ bila
Frekuensi per
Tanda √ bila
Frekuensi per
Penyakit
Ya
6 bulan
Ya
6 bulan
Anemia
Batuk
Influenza
Hipertensi
Jantung
Diabetes
Typus
Tabel 2. jenis keluhan selama kehamilan dan upaya mengatasinya
Upaya mengatasi
Pada usia
Berapa
Jenis keluhan
Tanda
keluhan
hamil brp
lama
√ bila
bln
(minggu)
Ya
Mual
Muntah
Pusing/berkunang
Lemah/lesu
Pucat
Oedema
Nafsu mkn menurun
Nafsu mkn meningkat
Merasa kurus
Merasa gemuk
Sulit BAB
Sering BAK
Sakit pinggang
Nyeri payudara
1. Apakah anda pernah mengalami keguguran ?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
2. Apakah anda pernah melakukan aborsi?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
3. Apakah anda pernah melahirkan bayi ≤ 2500 gram?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
4. Apakah anda pernah melahirkan bayi kurang bulan (< 37 minggu)?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
124
5. Apakah anda pernah mempunyai bayi lahir mati ?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
6. Apakah anda pernah mempunyai bayi lahir meninggal jelang 28 hari?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
7. Apakah anda pernah melahirkan bayi sungsang?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
8. Apakah anda pernah melakukan persalinan tidak normal?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
9. Apakah anda pernah melakukan persalinan secara caesar?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
10. Apakah proses persalinan anak yang terakhir normal?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
V. Akses ke Pelayanan Kesehatan
1. Apakah anda memeriksakan kandungan pada kehamilan ini?
[ ] Ya, berapa kali …… x
[ ] Tidak
2. Jika ya, dimana anda memeriksakan kehamilan (bisa lebih dari 1)?
[ ] posyandu
[ ] puskesmas
[ ] RS
[ ] dokter praktek
[ ] lainnya …………….
3. Pelayanan kesehatan apa saja yang anda dapatkan ketika pemeriksaan
kehamilan (bisa lebih dari 1 jawaban)?
[ ] penimbangan berat badan
[ ] imunisasi
[ ] pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
[ ] pengukuran tinggi fundus
[ ] pemberian tablet tambah darah
[ ] pengukuran tekanan darah
[ ] konsultasi gizi dan kesehatan
[ ] lainnya ……………………..
4. Apakah anda mengonsumsi tablet tambah darah?
[ ] Ya, …….. tablet
[ ] Tidak
5. Jika ya, dari mana anda mendapatkan tablet tambah darah tersebut?
[ ] posyandu
[ ] puskesmas
[ ] RS
[ ] dokter praktek
[ ] beli di apotek
[ ] lainnya …………….
6. Apakah anda telah mendapatkan suntikan imunisasi Tetanus-Toksoid?
[ ] Ya
[ ] Tidak
7. Jika ya, dari mana anda mendapatkan imunisasi tersebut?
[ ] posyandu
[ ] puskesmas
[ ] dokter praktek
[ ] lainnya …………….
[ ] RS
125
VI. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil
1. Makanan sehat bagi ibu hamil terdiri dari …………
a. pangan KH&lauk
c. pangan KH&buah
b. pangan KH, sayur, lauk & buah
d. tidak tahu
2. Porsi makan ibu selama hamil sebaiknya …………
a. seperti sebelum hamil
c. lebih banyak
b. dikurangi takut bayi besar
d. tidak tahu
3. Apa penyebab terjadinya anemi (kurang darah) …………
a. kekurangan lemak
c. kekurangan zat besi
b. kekurangan kalsium
d. tidak tahu
4. Sumber zat besi dari makanan adalah …………
a. nasi & singkong
c. daging, telur & hati
b. buah-buahan
d. tidak tahu
5. Apa akibat kekurangan zat besi selama kehamilan …………
a. bayi lahir BBLR
c. bayi akan cerdas
b. bayi akan sehat
d. tidak tahu
6. Makanan yang banyak mengandung kalsium adalah …………
a. daging sapi
c. susu
b. jeruk
d. tidak tahu
7. Buah yang paling banyak mengandung vitamin C …………
a. apel
c. durian
b. jambu biji
d. tidak tahu
8. Bumil yang pucat, pusing, lesu dan lelah adalah gejala …………
a. anemia (kurang darah)
c. kelebihan minum
b. janin tumbuh sehat
d. tidak tahu
9. Tambahan BB selama kehamilan sebaiknya …………
a. < 5 kg
c. 6-12 kg
b. 5-8 kg
d. tidak tahu
10. Makanan yang banyak mengandung protein adalah …………
a. nasi & singkong
c. buah-buahan
b. daging & ikan
d. tidak tahu
11. Berapa jarak kelahiran yang aman …………
a. 12 bulan
c. 24 bulan
b. 18 bulan
d. tidak tahu
126
12. Risiko apabila bayi lahir tidak cukup bulan …………
a. mengalami gizi kurang
c. bayi pasti cacat
b. bayi pasti meninggal
d. tidak tahu
13. Berapa minimal berat badan bayi lahir yang sehat …………
a. 3.5 kg
c. 3 kg
b. 2.5 kg
d. tidak tahu
14. Agar produksi ASI lancar, payudara perlu dirawat sejak …………
a. melahirkan
c. mulai pemberian ASI
b. trimester ketiga
d. tidak tahu
Correlations
Spearman's rho
FASPK
INTENPK
PENGIZ
PATUHFE
pend
pensu
pkjn
beskel
pari
umil
penkap
umur
skorKIT
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
FASPK
INTENPK
1.000
.300**
.
.002
100
100
.300**
1.000
.002
.
100
100
.022
.077
.829
.448
100
100
.162
.232*
.108
.020
100
100
-.088
.109
.382
.280
100
100
-.077
.157
.448
.119
100
100
-.202*
.064
.044
.528
100
100
.011
-.043
.913
.668
100
100
-.089
-.206*
.380
.039
100
100
.311**
.579**
.002
.000
100
100
-.083
.112
.411
.269
100
100
-.108
-.022
.286
.831
100
100
-.007
.067
.945
.507
100
100
PENGIZ
PATUHFE
.022
.162
.829
.108
100
100
.077
.232*
.448
.020
100
100
1.000
.081
.
.422
100
100
.081
1.000
.422
.
100
100
.345**
.179
.000
.075
100
100
.371**
.039
.000
.700
100
100
.068
.134
.500
.184
100
100
-.163
-.107
.105
.291
100
100
-.043
.046
.670
.648
100
100
.106
.067
.294
.511
100
100
.262**
.077
.008
.447
100
100
-.053
-.019
.597
.848
100
100
-.052
.018
.607
.857
100
100
pend
-.088
.382
100
.109
.280
100
.345**
.000
100
.179
.075
100
1.000
.
100
.436**
.000
100
-.030
.768
100
-.201*
.045
100
-.202*
.044
100
.049
.629
100
.279**
.005
100
.117
.248
100
-.078
.438
100
pensu
-.077
.448
100
.157
.119
100
.371**
.000
100
.039
.700
100
.436**
.000
100
1.000
.
100
.082
.415
100
-.047
.643
100
-.054
.594
100
.110
.275
100
.288**
.004
100
.013
.899
100
-.033
.743
100
pkjn
-.202*
.044
100
.064
.528
100
.068
.500
100
.134
.184
100
-.030
.768
100
.082
.415
100
1.000
.
100
-.016
.875
100
.084
.406
100
-.074
.463
100
-.048
.637
100
.018
.860
100
-.083
.411
100
beskel
.011
.913
100
-.043
.668
100
-.163
.105
100
-.107
.291
100
-.201*
.045
100
-.047
.643
100
-.016
.875
100
1.000
.
100
.558**
.000
100
.231*
.021
100
-.399**
.000
100
.362**
.000
100
-.035
.729
100
pari
-.089
.380
100
-.206*
.039
100
-.043
.670
100
.046
.648
100
-.202*
.044
100
-.054
.594
100
.084
.406
100
.558**
.000
100
1.000
.
100
.020
.841
100
-.234*
.019
100
.367**
.000
100
-.046
.648
100
umil
.311**
.002
100
.579**
.000
100
.106
.294
100
.067
.511
100
.049
.629
100
.110
.275
100
-.074
.463
100
.231*
.021
100
.020
.841
100
1.000
.
100
.064
.529
100
.059
.558
100
.009
.930
100
penkap
-.083
.411
100
.112
.269
100
.262**
.008
100
.077
.447
100
.279**
.005
100
.288**
.004
100
-.048
.637
100
-.399**
.000
100
-.234*
.019
100
.064
.529
100
1.000
.
100
-.219*
.029
100
.064
.526
100
umur
-.108
.286
100
-.022
.831
100
-.053
.597
100
-.019
.848
100
.117
.248
100
.013
.899
100
.018
.860
100
.362**
.000
100
.367**
.000
100
.059
.558
100
-.219*
.029
100
1.000
.
100
-.100
.322
100
skorKIT
-.007
.945
100
.067
.507
100
-.052
.607
100
.018
.857
100
-.078
.438
100
-.033
.743
100
-.083
.411
100
-.035
.729
100
-.046
.648
100
.009
.930
100
.064
.526
100
-.100
.322
100
1.000
.
100
Download