HU UBUNGAN N ANTAR RA INTENSITAS PEMERIIKSAAN KEHA AMILAN, FASILITA F AS PELA AYANAN KESEHA ATAN DA AN KONS SUMSI TA ABLET BESI B DEN NGAN TINGKAT KELUHA AN SELA AMA KEH HAMILAN N MAR RISSA INDRESWARI PROGR RAM STUDI GIZI MAS SYARAKAT T DAN SUM MBERDAYA A KELUARG GA FAK KULTAS PE ERTANIAN INSTITU UT PERTAN NIAN BOGOR 2008 8 55 ABSTRACT MARISSA INDRESWARI. Correlations between intensity of pregnancy inspection, facility of health service and consume the iron tablet with mount the sigh during pregnancy. Supervised by HARDINSYAH dan M. RIZAL MARTUA DAMANIK. Pregnant mother is one of the group gristle nutrition. Pregnant mother need to do medical check during pregnancy to support quality of good health. Pregnancy inspection is suggested minimum four times during pregnancy. The aim of this study is to analyze correlation between intensity of pregnancy inspection, facility of health service and consume the iron tablet with mount the sigh experienced of during pregnancy. This study use the cross sectional study method with sample taking method by purposive in Kramat Jati sub-district (East Jakarta) and Ragunan subdistrict (South Jakarta). Total sample taken for this study are 100 mother pregnant (50 from each regional). Data obtained process by Microsoft Excel 2003 and analyze by SPSS 13.0 for windows. Analyze data use Rank Correlation Spearman to know the correlation between variable. Result of test analyze has been showed significant correlations between consume the iron tablet obedience with intensity of pregnancy inspection. Significant correlation is also shown by intensity of pregnancy inspection variable with facility of health service which got by pregnant mother during pregnancy inspection. This result study is strenghtened by previous study that showed intensity of pregnancy inspection to the health service has strong correlation with antenatal care which obtained by pregnant mother. 56 RINGKASAN Marissa Indreswari. Hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi dengan tingkat keluhan selama kehamilan. Dibimbing oleh Hardinsyah dan M. Rizal Martua Damanik. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Prevalensi anemia, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dapat memperlihatkan adanya indikasi kerawanan gizi pada ibu hamil. Untuk menunjang kualitas kesehatan yang baik, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan secara rutin dapat mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan selama masa hamil dan mengambil tindakan antisipasi sesegera mungkin (Thompson 2004). Pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal sebanyak empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 0-3 bulan (trimester 1). Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester 2). Sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan (trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta (Depkes RI 1993). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dengan tingkat keluhan yang dialami ibu selama kehamilan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study dengan metode pengambilan contoh secara purposive di Kelurahan Kramat Jati (Jakarta Timur) dan Kelurahan Ragunan (Jakarta Selatan). Jumlah contoh yang diambil untuk penelitian ini yaitu sebanyak 100 orang ibu hamil (50 orang dari masing-masing kelurahan). Jenis data yang diperoleh merupakan data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik ibu, karakteristik keluarga, status gizi, riwayat kesehatan dan kehamilan, akses ke pelayanan serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil. Data sekunder diperoleh melalui dinas pemerintah kota setempat serta pusat kesehatan masyarakat di masing-masing kelurahan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan melalui proses editing, coding, entry dan cleaning dengan menggunakan Microsoft Excel 2003. Serta analisis data dengan menggunakan SPSS 13.0 for Windows. Analisis data menggunakan Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hampir seluruh responden (91,0%) berada pada kategori umur 20-35 tahun dengan tingkat pendidikan sedang. Suami responden sebagian besar (75,0%) juga berada pada kategori tingkat pendidikan sedang. Responden hampir seluruhnya tidak bekerja. Besar keluarga responden sebagian besar (83,0%) termasuk kedalam kategori keluarga kecil dengan tingkat ekonomi yang tergolong tidak miskin (74,0%). Lebih dari separuh responden (60,0%) dengan usia kehamilan 0-12 minggu dan hampir seluruh responden (94,0%) memiliki tingkat paritas yang kurang dari lima. Kisaran skor pengetahuan gizi dan kesehatan responden antara 14,3 sampai 100,0 dengan rata-rata 69,4±17,7. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden yang sangat beragam. Persentase tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat ibu hamil yang mampu menjawab dengan tepat seluruh pertanyaan seputar gizi dan kesehatan kehamilan. Lebih dari separuh responden (52,0%) memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang berada pada tingkat sedang. Namun responden dengan tingkat pengetahuan gizi 57 dan kesehatan yang baik memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang buruk. Hasil ini memberikan gambaran bahwa lebih dari separuh ibu hamil hanya memperoleh skor pengetahuan gizi dan kesehatan sebesar 60-80 (Khomsan 2000). Hampir sebagian besar responden (74,2%) dinyatakan tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi yang diberikan. Jenis penyakit yang diderita responden selama 6 bulan sebelum hamil dengan urutan persentase mulai dari yang terbesar adalah influenza, batuk, anemia, maag, hipertensi, jantung, asma dan sinus. Sedangkan jenis penyakit yang diderita selama kehamilan adalah anemia, batuk, influenza, maag, typus, asma, hiperemesis, sinus, muntaber dan radang tenggorokan. Hampir sebagian besar responden (71,0%) memiliki jumlah skor morbiditas yang tergolong ringan. Jenis keluhan yang dialami responden bervariasi. Berikut adalah jenis keluhan ibu hamil dengan urutan persentase terbesar hingga terkecil yaitu mual, sering buang air kecil, pusing/berkunang, muntah, lemah/lesu, nafsu makan menurun, merasa gemuk, pucat, sakit pinggang, nafsu makan meningkat, nyeri payudara, merasa kurus, sulit buang air besar, oedema, gatal-gatal, nyeri perut, ngidam, pegal-pegal, sakit pundak, alergi dan jantung berdebar. Lebih dari separuh responden (69,0%) termasuk kedalam kategori tingkat keluhan berat. Lebih dari separuh responden (60,0%) tidak memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran (minimal 4 kali selama kehamilan) dan hampir seluruh responden (89,0%) tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara lengkap dengan standar 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi dan imunisasi tetanus-toksoid). Hasil uji analisis menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi dengan intensitas pemeriksaan kehamilan (p value = 0,001 dan r = 0,322**). Hasil uji analisis yang sama juga terdapat pada hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang didapatkan responden (p value = 0.002 dan r=0.300**). Hasil uji analisis ini diperkuat dengan pernyatan Hartoyo et al (2003) bahwa cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan (intensitas pelayanan kesehatan) memiliki hubungan yang erat dengan pelayanan antenatal yang diperoleh. Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keluhan selama kehamilan dengan intensitas pemeriksaan kehamilan serta tingkat keluhan selama kehamilan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang didapat responden. 58 HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PEMERIKSAAN KEHAMILAN, FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DAN KONSUMSI TABLET BESI DENGAN TINGKAT KELUHAN SELAMA KEHAMILAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : MARISSA INDRESWARI A54104088 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 59 Judul : Hubungan antara Intensitas Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Konsumsi Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan Selama Kehamilan Nama Mahasiswa : Marissa Indreswari Nomor Pokok : A54104088 Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. NIP. 131 287 340 Dr. Drh. Rizal M. Damanik, M.Rep.Sc NIP. 131 902 365 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019 Tanggal lulus : 60 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 26 Maret 1986 dari pasangan Ariek Sulistyowati dan Achmad Bachris Sati. Penulis merupakan anak pertama dan memiliki satu orang adik yang bernama Riandika Prameswara Saputra. Pada tahun 1989 penulis memulai pendidikan di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Depok. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1991 di MI Muhammadiyah I Depok yang kemudian dilanjutkan pada jenjang pendidikan SLTP di SLTP Negeri 5 Depok. Tahun 2003 penulis dinyatakan lulus dari SMUIT Nurul Fikri Cimanggis. Kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi tepatnya di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di beberapa kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan. Penulis aktif di kepanitiaan yaitu sebagai ketua kegiatan Keep n Touch with A 2005-2006, seksi humas FNC NPGK IX, koordinator seksi humas seminar NPGK X, koordinator seksi pubdekdok seminar SMS Bunda dan lain-lain. Penulis pernah menjabat sebagai staf departemen informasi dan komunikasi BEM Faperta 2005-2006 serta sebagai ketua biro hubungan masyarakat BEM KM IPB 2006-2007. Selain itu, penulis juga pernah mewakili IPB sebagai pengawas independen Ujian Akhir Nasional tingkat SMP tahun 2006. Masih pada tahun yang sama penulis berpartisipasi sebagai relawan pada posko Penanganan Tumbuh Kembang Anak Korban Gempa di Kabupaten Klaten. 61 PRAKATA Puji dan syukur tak henti penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan yang begitu berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini. Selama proses penelitian, penulis tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dan dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Mama dan Papa atas segala keikhlasan dan kasih yang begitu tulus. Tiada dukungan dan bantuan yang mampu menyaingi segala hal yang telah kalian berikan. Terima kasih untuk semua pengalaman berharga dalam hidup ini. 2. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Dr. Drh. M Rizal Martua Damanik, MRep.Sc selaku dosen pembimbing atas segala ilmu, arahan dan masukan yang diberikan kepada penulis sejak awal penyusunan hingga rampungnya karya ini. 3. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen penguji yang telah memberikan koreksi hingga saran yang begitu berarti dalam perampungan karya ini. 4. Ir. Cessilia Meti Dwiriani, MSc selaku dosen pemandu seminar yang telah memberikan arahan dan saran hingga karya ini tersempurnakan. 5. Segenap petugas kesehatan di Puskesmas Kramat Jati dan Ragunan (Bu Made, Bu Komang, Bu Yus dan Pak Abidin) serta para kader atas segala informasi dan bantuan yang diberikan saat proses pengumpulan data. 6. Rekan-rekan satu penelitian, Any dan Nadiya atas segenap perjuangan yang telah kita lalui bersama. 7. Rekan-rekan pembahas (Handaru, Firdaus, Nur Laela dan Alfinda) atas seluruh masukan yang begitu berarti pada saat seminar. 8. Yunino Rachman atas pengertian dan perhatian selama perampungan skripsi ini. 9. Teman-teman GMSK 41 (Nini, Tuyul, Dewi K, Mita, Noorma, Bagus, Ibnu, Onye, Devit, Vika, Lenny, Ima, Friska, Tice, Dewi Mei dll). 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Bogor, Juni 2008 Penulis 62 DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi PENDAHULUAN .............................................................................................. Latar Belakang ............................................................................................ Tujuan ......................................................................................................... Hipotesis ...................................................................................................... Kegunaan .................................................................................................... 1 1 2 3 3 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4 Intensitas Pemeriksaan Kehamilan ............................................................. 4 Fasilitas Pelayanan Kesehatan ................................................................... 5 Riwayat Kesehatan Ibu Hamil ..................................................................... 7 Jenis Penyakit Selama Kehamilan .............................................................. 7 Jenis Keluhan Selama Kehamilan ............................................................... 12 Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ............................................... 16 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................. 18 METODE .......................................................................................................... Desain, Waktu dan Tempat ......................................................................... Prosedur Penarikan Contoh ........................................................................ Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... Definisi Operasional .................................................................................... 20 20 20 21 22 27 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ Keadaan Umum Lokasi Penelitian .............................................................. Karakteristik Keluarga ................................................................................. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil ............................................... Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Besi .................. Jenis Penyakit yang Dialami Ibu Sebelum Hamil dan Selama Hamil .......... Tingkat Keluhan Ibu selama Kehamilan ...................................................... Intensitas Pemeriksaan Kehamilan ............................................................. Fasilitas Pelayanan kesehatan Kehamilan .................................................. Analisis Hubungan ...................................................................................... KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ Kesimpulan .................................................................................................. Saran ........................................................................................................... 29 29 31 38 40 43 45 46 47 47 49 49 50 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51 LAMPIRAN ....................................................................................................... 54 63 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Pertambahan kebutuhan zat besi pada ibu hamil .............................. 9 Tabel 2 Data, jenis data dan cara pengumpulan data ..................................... 23 Tabel 3 Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ........................... 24 Tabel 4 Kategori jenis keluhan selama kehamilan .......................................... 25 Tabel 5 Jumlah penduduk di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan ................ 29 Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan karakteristik keluarga .................... 31 Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan paritas ........... 36 Tabel 8 Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil ........................................ 38 Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi ................................................................... 40 Tabel 10 Persentase jenis penyakit yang diderita responden selama enam bulan sebelum hamil dan selama hamil ...................................................... 43 Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan skoring penyakit ........................... 44 Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan jenis keluhan yang dialami selama kehamilan .......................................................................................... 45 Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat keluhan ............... 46 Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pemeriksaan kehamilan 47 Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan ......................................................................... 48 64 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan intensitas pemeriksaan kehamilan dengan jenis keluhan yang dialami oleh ibu hamil ......................... 19 Gambar 2 Kerangka penarikan contoh ........................................................... 21 65 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Kuesioner ..................................................................................... 55 Lampiran 2 Hasil uji analisis korelasi Spearman ............................................. 61 66 PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada seorang anak bukan hanya bergantung pada asupan makanannya saat ini namun juga terkait dengan status gizi pada masa lalu bahkan sejak ia masih berada dalam rahim seorang ibu. Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan bergantung pada status gizi ibu. Hal ini dikarenakan asupan makanan janin hanya dapat melalui tali pusat yang terhubung kepada tubuh ibu. Oleh karena itu, seorang wanita yang sedang mengandung hendaknya lebih memerhatikan asupan gizi dari makanan agar tumbuh kembang janin berlangsung optimal. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang rawan akan masalahmasalah gizi. Ibu hamil yang diindikasikan menderita anemia yaitu sejumlah 40,1 persen dari jumlah total wanita usia subur (WUS) di Indonesia (Depkes RI 2003). Prevalensi anemia, angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dapat memperlihatkan adanya indikasi kerawanan gizi pada ibu hamil. BBLR dapat menimbulkan dampak kesehatan yang cukup serius di kalangan anak-anak. Mulai dari berat badan rendah, kekerdilan, risiko besar terkena penyakit degeneratif hingga kematian pada usia satu tahun. Hal ini semakin menguatkan akan pentingnya memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan selama kehamilan. Bagi ibu hamil status gizi yang baik saja belumlah cukup untuk menunjang kualitas kehamilan. Status gizi yang baik ini juga haruslah ditunjang dengan pemeriksaan diri ibu selama kehamilan. Pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal sebanyak empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 0-3 bulan (trimester 1). Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester 2). Sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan (trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta (Depkes RI 1993). Pemeriksaan kesehatan yang umum dilakukan oleh tenaga kesehatan di kalangan masyarakat adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas punggung rahim), suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), serta pemberian tablet besi (BPS 2004). 67 Pelayanan yang belum dapat memenuhi standar minimal 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toksoid dan pemberian tablet besi) belum dapat dikatakan sebagai pelayanan antenatal. Hal ini dilandasi oleh ketetapan pemerintah yang menyatakan bahwa standar pelayanan antenatal minimal yaitu 5T. Hasil survey dalam lima tahun terakhir menunjukkan bahwa ibu yang menerima jenis pelayanan sesuai standar minimal 5T baru sekitar 22 persen (Kisnawati 2007). Thompson (2004) menyatakan bahwa keluhan kehamilan yang paling umum dijumpai pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning sick, yaitu mual dan muntah yang terjadi di pagi hari. Kondisi ini umum ditemui pada sebagian besar wanita hamil dan akan berlangsung hingga usia kehamilan memasuki minggu ke-12 atau bulan ketiga kehamilan. Pemeriksaan kehamilan secara rutin dapat mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan selama masa hamil dan mengambil tindakan antisipasi sesegera mungkin sehingga dapat menghidarkan ibu hamil dan janin yang dikandungnya dari situasi yang tidak diinginkan. Tujuan Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi dengan tingkat keluhan yang dialami ibu selama kehamilan. Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil 2. Mengetahui tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi 3. Mengidentifikasi jenis penyakit yang dialami ibu hamil antara sebelum hamil dan selama kehamilan 4. Mengidentifikasi jenis keluhan yang dialami ibu hamil 5. Mengetahui intensitas pemeriksaan kehamilan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang didapat ibu hamil 6. Menganalisis hubungan antara tingkat keluhan yang dialami ibu selama kehamilan dengan intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi. 68 Hipotesis Intensitas pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan paling tidak sebanyak empat kali selama masa kehamilan. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kesehatan di pelayanan kesehatan setempat akan mendapatkan beragam fasilitas pelayanan kesehatan. Semakin sering ibu hamil memeriksakan kehamilannya maka semakin lengkap fasilitas pelayanan kesehatan yang didapatkan. Pemeriksaan kehamilan ini terkait dengan deteksi dini kelainan yang dapat terjadi pada ibu hamil sehingga meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Dengan intensitas pemeriksaan kehamilan yang memenuhi syarat diharapkan dapat mengurangi keluhan atau gangguan kesehatan pada masa kehamilan. Hipotesis yang diambil melalui penelitian ini ialah tidak terdapatnya hubungan antara tingkat keluhan selama kehamilan dengan intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara tingkat keluhan selama kehamilan dengan intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi.. Selain itu diharapkan juga pemerintah daerah setempat mendapatkan gambaran mengenai akses pelayanan kesehatan di masyarakat terutama oleh kelompok ibu hamil dan melakukan upaya-upaya perbaikan yang dirasa perlu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum dan secara khusus pada ibu hamil. 69 TINJAUAN PUSTAKA Intensitas Pemeriksaan Kehamilan Seseorang yang sedang menjalani masa kehamilan perlu melakukan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara teratur. Hal ini juga diperlukan untuk mengantisipasi segala gangguan yang dapat membahayakan kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya sedini mungkin. Menurut Rachmawati (2004) apabila kesehatan merupakan hak asasi manusia, maka mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai adalah hak setiap orang dalam hal ini terkait pula dengan ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal sebanyak empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 03 bulan (trimester 1). Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester 2). Sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan (trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta (Depkes RI 1993). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan ibu hamil dalam memilih tempat periksa kehamilan antara lain adalah biaya, jarak dan faktor kepercayaan. Besarnya biaya sangat mempengaruhi pilihan dan keputusan tempat pemeriksaan kehamilan. Dalam hal ini biaya yang dimaksud adalah biaya pelayanan yang diterima, biaya transportasi, biaya tenaga kesehatan dan harga pengobatan. Jarak rumah dengan tempat pelayanan juga menjadi pertimbangan dalam memilih tempat pemeriksaan kehamilan. Pertimbangan ini juga terkait dengan biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk menuju tempat pemeriksaan kesehatan. Namun kadang bagi sebagian ibu hamil, jarak yang jauh dan biaya yang dikeluarkan menjadi tidak berarti ketika senioritas dan pengalaman menjadi pilihan. Dengan demikian faktor kepercayaan juga menjadi salah satu penentu pemilihan tempat pemeriksaan kesehatan (Rachmawati 2004). Cakupan kunjungan ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang ada. Cakupan kunjungan ibu hamil ini menggambarkan kesadaran ibu hamil akan kesehatan dan keselamatan bayinya. Hal ini juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan risiko saat melahirkan (Hartoyo etal 2003). 70 Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) (1998) diacu dalam Rachmawati (2004) menyebutkan bahwa antenatal care atau pemeriksaan kehamilan meliputi (1) pemeriksaan tekanan darah, (2) memperhatikan tandatanda tubuh sehat, (3) pengukuran berat dan tinggi badan, (4) pemeriksaan konjungtiva atau selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata serta pemeriksaan kuku, (5) pemeriksaan adanya pembengkakan pada tangan, wajah dan mata kaki (untuk mengetahui gejala pre-eklampsia), (6) melakukan tes refleks lutut (untuk mengetahui gejala pre eklampsia), (7) pemeriksaan punggung di bagian ginjal, (8) melihat dan meraba payudara, tinggi fundus dan mendengarkan denyut jantung janin, (9) pemeriksaan vulva (untuk melihat kemungkinan terjadinya pembengkakan, luka, pembesaran kelenjar atau nyeri pada kandung kencing) dan (10) pemeriksaan tes laboratorium sederhana untuk pemeriksaan Hb. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2004) pemeriksaan kesehatan yang lebih umum dilakukan oleh tenaga kesehatan di kalangan masyarakat adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas punggung rahim), suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), serta pemberian tablet besi. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Tetanus Neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir yang disebabkan karena masuknya kuman tetanus melalui luka tali pusat akibat pemotongan dan perawatan luka tali pusat yang tidak bersih atau ditaburi ramuan. Tetanus dapat terjadi karena ketika ibu sedang dalam masa kehamilan tidak mendapat imunisasi TT lengkap, sehingga ibu dan bayi yang dikandungnya tidak kebal terhadap kuman tetanus. Tetanus mengakibatkan sebagian besar bayi yang menderita tetanus neonatorum akan meninggal dalam beberapa hari saja. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini bertujuan agar ibu dan bayinya menjadi kebal terhadap tetanus. Pemberian imunisasi TT sebanyak dua kali dimaksudkan karena suntikan pertama belum menjadikan bayi dalam kandungan kebal sepenuhnya terhadap tetanus sehingga pada waktu lahir bayi masih mungkin terkena tetanus bila ada kuman tetanus yang masuk ke dalam tubuh melalui luka tali pusat. 71 Imunisasi TT diperuntukkan bagi ibu hamil, calon pengantin wanita dan anak usia sekolah kelas enam SD. Pada ibu hamil imunisasi ini diberikan dua kali. Imunisasi pertama dilakukan segera pada saat terlihatnya tanda-tanda kehamilan. Kemudian suntikan kedua diberikan setelah suntikan pertama dengan jeda waktu minimal selama satu bulan. Imunisasi TT dapat diberikan oleh tempat pelayanan kesehatan yang terdapat di masyarakat seperti posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, praktek dokter atau bidan swasta. Ibu hamil selambat-lambatnya harus sudah mendapatkan imunisasi TT pada usia kehamilan delapan bulan (Depkes RI 1993). Pemberian Tablet Besi Suplementasi tablet besi diperuntukkan bagi ibu hamil, ibu nifas, anak usia sekolah, remaja putri dan wanita usia subur (WUS). Ibu hamil mendapat prioritas utama karena kelompok ini mempunyai prevalensi anemia tertinggi yaitu 51 persen (SKRT 1995 diacu dalam Darlina 2003). Kelompok ibu hamil juga dianggap paling rentan karena anemia dapat membahayakan ibu dan bayinya (Darlina 2003). Fauzi (2002) diacu dalam Wijianto (2002) menyatakan bahwa program suplementasi tablet besi (dalam hal ini berupa pemberian tablet besi) untuk ibu hamil di Indonesia masih kurang efektif. Hal ini terutama disebabkan oleh masalah distribusi (cakupan) dan kepatuhan ibu hamil untuk mengonsumsi tablet besi. Suplementasi tablet besi diberikan dengan maksud menghindari ibu hamil dari risiko anemia. Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu untuk patuh mengonsumsi secara baik. Namun demikian, kepatuhan juga dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya adalah bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping. Efek samping dari tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi dan diare (WHO 1986 diacu dalam Wijianto 2002). Pemberian tablet besi setiap hari dalam jangka waktu tiga bulan seperti yang dilakukan sekarang seringkali menimbulkan kebosanan, terutama dibarengi dengan adanya efek samping yang negatif dari tablet besi tersebut (Wijianto 2002). Konsumsi tablet besi untuk ibu hamil minimal sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Namun sebaiknya tablet besi diminum secara teratur satu tablet setiap hari (Depkes RI 1993). 72 Riwayat Kesehatan Ibu Hamil Masa kehamilan bukan hanya merupakan masa-masa yang rawan akan gangguan kesehatan. Masa kehamilan juga merupakan masa-masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Hal ini disebabkan karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya pada saat masa janin dalam kandungan. Jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik pula serta keselamatan ibu waktu melahirkan akan terjamin. Kondisi ini dapat direalisasikan dengan memenuhi kecukupan gizi bagi ibu hamil. Apabila kecukupan akan energi dan protein telah terpenuhi, maka kecukupan zat-zat gizi lain umumnya akan terpenuhi atau setidaknya tidak terlalu sukar untuk memenuhinya (Khumaidi 1994). Rachmawati (2004) menyatakan bahwa banyak faktor yang menentukan kesehatan kehamilan seseorang. Salah satu dari faktor-faktor tersebut adalah riwayat kehamilan. Kehamilan seseorang yang pernah dilalui sangat menentukan kualitas kehamilan berikutnya. Namun rupanya banyak dari ibu hamil di Indonesia yang mengabaikan hal tersebut. Selain itu, kebutuhan gizi antara orang sehat dan orang sakit terutama yang baru sembuh dari sakit berat tidak bisa disamakan. Sel-sel tubuh orang sakit sebagian telah mengalami kerusakan dan perlu digantikan. Oleh karena itu orang tersebut membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan gizi yang biasanya. Selain untuk membangun kembali sel-sel tubuh yang telah rusak, kelebihan zat gizi tersebut diperlukan untuk memulihkan tenaga (Apriadji 1986). Suhardjo (1989) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang saling menguntungkan antara pendapatan dengan keadaan gizi. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada kenyataannya peningkatan pendapatan untuk tiap golongan penduduk seringkali berbeda tingkatnya. Melalui hal ini dapat diasumsikan bahwa pendapatan turut menunjang keadaan atau status gizi. Jenis Penyakit selama Kehamilan Selama masa kehamilan banyak penyakit yang menyerang terkait dengan kesehatan kehamilan seorang ibu hamil. Penyakit ini muncul dan meresahkan seiring berkembangnya kehamilan. Menurut Thompson (2004) penyakit yang umum muncul selama masa kehamilan adalah anemia, hipertensi, diabetes dan ambeien. 73 Anemia pada Ibu Hamil Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) di bawah normal (Nurcahyo 2007). Zat besi memiliki fungsi dalam mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh, membantu pembentukan serta meningkatkan produksi sel-sel darah merah yang dapat menurunkan risiko anemia dan merupakan salah satu komponen dalam fermen sitokrom. Di samping itu, zat besi merupakan zat gizi yang mampu meningkatkan efisiensi transmisi saraf pada otak manusia dan sangat penting untuk menjaga keseimbangan serta kelengkapan gizi yang diperlukan otak (Soehardi 2004). Menurut Wirakusumah (1999) zat besi pada saat kehamilan tidak hanya dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil akan zat besi saja namun juga dibutuhkan untuk proses pembentukan sel-sel darah merah yang semakin banyak dalam tubuh ibu hamil tersebut serta janin dan plasentanya. Seiring dengan usia kehamilan yang semakin bertambah kebutuhan akan zat besi pun semakin meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa risiko anemia pun semakin meningkat. Anemia besi pada ibu hamil dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu faktor yang langsung, tidak langsung dan mendasar. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya ibu hamil mengonsumsi zat penghambat absorbsi zat besi, kurangnya mengonsumsi promotor absorbsi zat besi non heme dan adanya infeksi parasit. Adapun kurang diperhatikannya keadaan ibu pada waktu hamil merupakan faktor yang tidak langsung. Namun, secara mendasar anemia pada ibu hamil disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu serta faktor ekonomi yang masih rendah (Djunaidi 1995 diacu dalam Darlina 2003). Namun menurut Soehardi (2004) pada umumnya penyebab anemia adalah sama, yaitu karena kurangnya sel darah merah (hemoglobin). Untuk memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan serangkaian zat gizi. Zat gizi yang paling dibutuhkan dalam memproduksi sel darah merah adalah zat besi, asam folat dan vitamin B12 (cyanocobalamine). Selain itu diperlukan juga zat gizi lain seperti protein, vitamin B6 (pyridoxine), asam askorbat (bahan dasar vitamin C), vitamin E serta tembaga. Kebutuhan zat besi pada setiap trimester kehamilan tidak sama. Pada trimester pertama (usia kehamilan 0-3 bulan) kebutuhan zat besi justru akan lebih rendah dibandingkan dengan sebelum hamil. Hal ini dikarenakan ibu hamil tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum begitu banyak 74 memerlukan zat besi. Pada trimester kedua (usia kehamilan 4-6 bulan) kebutuhan zat besi mulai meningkat dibandingkan sebelum hamil. Pada trimester ini terjadi pertambahan sel-sel darah merah dan hal ini akan terus berlanjut hingga pada trimester ketiga (usia kehamilan 7-9 bulan). Dalam hal ini, jumlah sel darah merah yang bertambah dapat mencapai 35 persen seiring dengan meningkatnya kebutuhan zat besi yang sebanyak 450mg. Pertambahan sel darah merah disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dari janin. Pada trimester kedua dan ketiga seorang ibu hamil memerlukan zat besi dalam jumlah yang banyak. Peningkatan kebutuhan akan zat besi ini tidak bisa didapat hanya melalui makanan saja. Oleh karena itu, ibu hamil yang sudah menginjak usia kehamilan 4 bulan membutuhkan tambahan zat besi yang berupa suplementasi zat besi pun ketika ibu hamil tersebut sudah mengonsumsi banyak makanan yang mengandung zat besi dan bioavailabilitasnya tinggi. Namun, terdapat pengecualian dalam hal ini yaitu pada ibu hamil yang sejak awal telah mempunyai cadangan zat besi sebesar 500mg. Pada ibu hamil ini tidak dibutuhkan suplementasi lagi (Wirakusumah 1999). Pada Tabel 1 disajikan pertambahan kebutuhan zat besi tiap trimester. Tabel 1 Pertambahan kebutuhan zat besi pada ibu hamil Kebutuhan Kebutuhan untuk Sel Kebutuhan Trimester Zat Besi Darah Merah (mg) Conceptus (mg) (mg/hari) I ±1 30-40 II ±5 300 115 III ±5 150 223 Anemia pada saat kehamilan dapat ditanggulangi dengan mengonsumsi tablet besi secara teratur satu tablet setiap hari atau minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Setiap tablet besi mengandung 200mg Sulfat Ferosus (setara dengan 60mg besi elemental) dan 0.25 mg asam folat (BPS 2004). Kedua senyawa kimia tersebut berfungsi mensuplai kebutuhan mineral Fe dan membantu metabolisme tubuh selama kehamilan. Hipertensi Menurut Nurcahyo (2007), hipertensi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu hipertensi dengan tekanan darah agak tinggi (140/90-150/110mmHg), hipertensi sedang (dengan tekanan darah 150/90-180-/110mmHg) serta hipertensi berat (dengan tekanan darah di atas 180/110mmHg). 75 Dokter biasanya menghentikan pemakaian obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah bagi ibu hamil dengan tekanan darah agak tinggi. Hal ini dikarenakan oleh kerugian yang ditimbulkan terhadap janin lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh ibu. Sedangkan untuk membantu mengontrol tekanan darahnya, ibu hamil dengan tekanan darah yang agak tinggi ini dianjurkan untuk membatasi asupan garam serta mengurangi aktivitas fisik. Ibu hamil dengan tingkat hipertensi sedang seringkali harus mengonsumsi obat anti-hipertensi. Obat anti-hipertensi yang diberikan kepada ibu hamil biasanya adalah metildopa dan hidralazin. Diuretik (obat yang dapat membuang kelebihan cairan dalam tubuh) tidak dianjurkan kepada ibu hamil karena obat jenis ini dapat menghambat pertumbuhan janin. Pada ibu hamil dengan tingkat hipertensi sedang dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan pemantauan pertumbuhan janin melalui USG (ultrasonografi) setiap bulan. Perawatan yang lebih khusus diperlukan bagi ibu hamil yang menderita hipertensi berat. Hal ini disebabkan karena kehamilan bisa memperburuk hipertensi dan memungkinkan ibu hamil tersebut menderita pembengkakan otak (stroke). Abrupsio plasenta (pelepasan plasenta sebelum waktunya) lebih sering terjadi pada ibu hamil yang menderita hipertensi berat. Hal ini menyebabkan terputusnya pasukan oksigen serta zat gizi ke janin yang mengakibatkan kematian janin. Bahkan, meskipun tidak terjadi abrupsio plasenta hipertensi dapat menyebabkan berkurangnya pasokan darah ke janin sehingga memperlambat pertumbuhan janin. Namun, apabila ibu hamil bersikeras untuk melanjutkan kehamilan dokter akan memberikan obat anti-hipertensi yang lebih kuat dan untuk melindungi ibu dan janin penderita harus dirawat di rumah sakit. Ketika kondisi ibu hamil semakin memburuk, mengakhiri kehamilan sangat dianjurkan untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hal ini juga diperkuat dengan penyataan Sadiq (2002) bahwa sebagian besar kematian ibu disebabkan oleh faktor Trias Klasik dimana salah satunya adalah hipertensi. Diabetes Diabetes adalah sindroma klinik yang terdiri dari peninggian kadar gula darah, ekskresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon insulin. Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan bersifat menahun akibat gangguan metabolisme. Gangguan metabolisme dapat mencakup metabolisme 76 karbohidrat, protein, lemak, air maupun elektrolit dalam tubuh (Kardjati&Arbai 1986 diacu dalam Marlina 2004). Menurut Nurcahyo (2007) diabetes yang bermula atau pertama kali muncul pada saat kehamilan (diabetes gestasional) terjadi pada 1-3 persen kehamilan. Ibu hamil biasanya menjalani penyaringan untuk diabetes gestasional secara rutin. Diabetes jenis ini biasanya akan menghilang setelah persalinan. Selama hamil seorang ibu diberikan suntikan insulin untuk mengontrol diabetes yang dapat membahayakan janin dan jiwa ibu sendiri. Suntikan insulin diberikan karena obat anti-diabetes yang diminum bisa membahayakan janin. Diabetes dapat menyebabkan meningkatnya risiko infeksi pada ibu hamil, persalinan secara dini dan tekanan darah tinggi akibat kehamilan. Namun, jika hipertensi terkendali maka kehamilan tidak akan memperburuk penyakit ginjal yang disebabkan oleh diabetes dan meminimalisir terjadinya komplikasi ginjal. Kelainan bawaan kemungkinan besar terjadi jika diabetes selama kehamilan enam sampai tujuh minggu tidak terkontrol dengan baik. Ibu hamil yang menderita diabetes biasanya akan melahirkan bayi yang sangat besar meskipun selama kehamilan kadar gula darah ibu hamil normal atau mendekati normal. Selain itu, sebagian besar penderita diabetes bisa melahirkan secara normal. Namun, jika keadaan kesehatannya tidak memungkinkan atau diabetes selama kehamilan tidak terkontrol dengan baik ibu hamil tidak disarankan melahirkan secara normal. Pada kasus seperti ini dilakukan amniosentesis untuk menilai kematangan paru-paru janin sehingga bayi bisa dilahirkan secara dini melalui operasi caesar. Operasi caesar juga dilakukan jika bayi terlalu besar sehingga tidak dapat melewati jalan lahir atau dapat mempersulit persalinan. Kehamilan yang terlalu lama dapat membahayakan janin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan 40 minggu atau sebelumnya. Jika telah melewati usia 40 minggu seorang ibu hamil yang menderita diabetes belum juga melahirkan maka dilakukan induksi dengan cara memecahkan ketuban dan memberikan oksitosin intravena atau dilakukan operasi caesar. Kehamilan yang terus dibiarkan hingga lebih dari 42 minggu dapat mengakibatkan bayi meninggal dalam kandungan. Bayi yang lahir dari penderita diabetes memiliki risiko menderita gangguan pernafasan, kadar gula darah dan kalsium yang rendah, sakit kuning serta jumlah sel darah merah yang meningkat. Namun, kelainan-kelainan ini hanya bersifat sementara dan masih dapat diobati. 77 Ambeien Ambeien merupakan pembengkakan vena di sekitar dubur (anus). Hal ini umum terjadi pada ibu hamil. Gejala ambeien pada ibu hamil antara lain gatal, sakit, nyeri bila membuka dubur dan berdarah. Ambeien dapat semakin buruk ketika diiringi dengan sembelit. Ambeien dapat menimbulkan rasa nyeri ketika akan buang air besar (Nolan 2004). Cara mengurangi atau mengantisipasi ambeien dapat dilakukan dengan menghindari sembelit, berhenti merokok, berolahraga teratur diiringi dengan latihan relaksasi, menggunakan air hangat atau tisu basah untuk membasuh dubur, mengompres dengan air dingin atau batu es, menggunakan krim khusus untuk ambeien atau obat pencahar dan memeriksakan diri ke dokter apabila anus berdarah (Thompson 2004). Nolan (2004) menganjurkan kebiasaan diet tinggi serat untuk mengantisipasi ambeien. Bahan pangan yang mengandung serat tinggi antara lain adalah roti dari bijian utuh (roti gandum), kentang yang dikonsumsi bersama dengan kulitnya, beragam sayuran serta buah-buahan. Minum air putih dalam jumlah yang banyak juga dapat membantu mengatasi masalah ambeien. Ambeien dapat ditanggulangi dengan melakukan latihan untuk dasar rongga panggul. Kebiasaan menunda buang air besar dapat memperparah ambeien oleh karena itu hal ini sebaiknya dihindari. Jenis Keluhan Selama Kehamilan Thompson (2004) menyatakan bahwa keluhan kehamilan yang paling umum dijumpai pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning sick, yaitu mual dan muntah yang terjadi di pagi hari. Kondisi ini umum ditemui pada sebagian besar wanita hamil, namun dapat juga tidak dialami oleh wanita hamil lainnya. Kondisi ini biasanya akan berlangsung hingga usia kehamilan memasuki minggu ke-12 atau bulan ketiga kehamilan. Gangguan ini diperkirakan terjadi karena peningkatan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) selama tiga bulan pertama kehamilan. Penyebab lain ialah stress, bau yang menyengat, pengaruh meminum tablet zat besi pada awal kehamilan, sulit menelan serta melihat atau mencium makanan yang tidak disukai. Keluhan yang dialami ibu hamil selama masa kehamilan bukan hanya morning sick saja melainkan ada berbagai macam jenis keluhan. Keluhankeluhan tersebut adalah sakit dan nyeri, sakit punggung, varises, oedema, gatalgatal, sakit kepala, gangguan kencing dan sembelit. 78 Sakit dan Nyeri Gangguan atau keluhan ini disebabkan oleh hormon yang mengendurkan persendian dan jaringan ikat meregang dan tegang akibat membesarnya bayi. Sakit pada iga disebabkan rahim yang membesar menekan tulang iga ke atas (Thompson 2004). Nolan (2004) menjelaskan bahwa nyeri pada ibu hamil dapat terjadi pada payudara dan ulu hati (perut). Nyeri pada payudara lazim dialami ibu hamil karena nyeri payudara merupakan salah satu tanda paling awal dari kehamilan. Payudara akan terasa sangat nyeri dan sakit terhadap apapun kecuali sentuhan yang sangat lembut. Nyeri ulu hati disebabkan oleh hormonhormon kehamilan yang membuat katup di puncak lambng semakin melemah. Hal ini menyebabkan asam lambung dapat masuk ke kerongkongan dan menyebabkan rasa panas. Nyeri payudara dapat diatasi dengan meletakkan kompres panas atau kain flanel dingin pada payudara. Ibu hamil juga disarankan untuk lebih sering mandi dengan cara berendam menggunakan air panas. Memijat payudara dengan lembut juga dapat mengurangi nyeri payudara. Kopi dan minuman lain yang mengandung kafein dapat memicu rasa nyeri. Oleh karena itu sebaiknya hindari kopi dan minuman berkafein lain selama kehamilan. Antisipasi nyeri ulu hati (perut) dapat dilakukan dengan merubah pola makan. Porsi makan yang lebih sedikit tetapi sering lebih dianjurkan. Selain itu, mengonsumsi biskuit jahe, minum teh pepermint, susu dan air hangat juga dianjurkan untuk mengurangi nyeri ulu hati namun hindari bahan pangan yang mengandung banyak lemak seperti keju, mentega, krim dan daging berlemak. Menghindari posisi tubuh membungkuk (terutama sesudah makan) untuk mengambil sesuatu dapat mencegah rasa nyeri pada ulu hati, posisi berjongkok lebih dianjurkan untuk ibu hamil. Kopi dan minuman berkafein lain sebaiknya dihindari seperti halnya pada antisipasi nyeri payudara. Konsultasi dengan dokter akan sangat membantu dalam mengatasi nyeri ulu hati. Umumnya, dokter akan memberikan antasida untuk membantu mengatasi kondisi ini (Nolan 2004). Sakit Punggung Sakit punggung pada ibu hamil dapat muncul kapan saja namun dapat semakin mengganggu pada beberapa minggu terakhir sebelum persalinan. Hal ini berkaitan dengan hormon yang mengendurkan persendian panggul dan jaringan ikat untuk persiapan persalinan ditambah dengan tarikan otot punggung karena bayi membesar yang mengubah keseimbangan tubuh. Untuk 79 menghindari sakit punggung disarankan untuk berjongkok atau menekuk lutut bila mengangkat sesuatu dan usahakan jangan mengangkat benda berat (Thompson 2004). Sakit Kepala Keluhan ini dapat muncul lebih sering selama kehamilan dan kemungkinan terdapat kaitan dengan hormon. Untuk mengurangi sakit kepala, ibu hamil dapat berjalan-jalan atau melakukan teknik relaksasi (Thompson 2004). Sakit kepala yang parah terkadang merupakan gejala penyakit kehamilan yang disebut PIH (hipertensi karena kehamilan) atau pre-eklampsia. Bantuan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan ketika ibu hamil mulai melihat bercakbercak pada pandangan mata dan mengalami nyeri pada perut bagian atas (Nolan 2004). Gangguan Kencing Seringnya ibu hamil buang air kecil umum terjadi. Hal ini disebabkan oleh kandung kemih yang tertekan selama masa kehamilan. Selain hal tersebut ibu hamil yang telah memasuki usia kehamilan tua atau menjelang persalinan biasanya mengalami gangguan kencing yang lebih kompleks yaitu kencing di celana yang diakibatkan karena tertawa, batuk atau bersin. Hal ini disebabkan oleh lemahnya otot dasar panggul. Untuk mengurangi gangguan ini, ibu hamil dapat melakukan senam dasar panggul, tidak menunda kencing dan kosongkan kandung kemih secara tuntas dengan cara duduk atau miring ke arah depan di toilet (Thompson 2004). Sembelit Sembelit biasa dan mungkin terkait dengan efek hormon progesteron. Ketika usia kehamilan telah memasuki trimester ketiga (usia hamil tua), tekanan dari rahim yang membesar pada saluran pembuangan membuat sembelit semakin memburuk. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Nolan (2004) bahwa hormon-hormon kehamilan membuat usus kesat dan terjadi sembelit. Konsumsi tablet besi pada ibu hamil dapat memperburuk sembelit. Sembelit dapat mengakibatkan kelesuan dan sakit kepala. 80 Menurut Thompson (2004) untuk mengurangi sembelit ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan berserat tinggi, minum air putih dalam jumlah yang banyak dan berolahraga setiap hari (jalan cepat, senam dasar panggul dan senam kehamilan lainnya). Senada dengan pernyataan Thompson, Nolan (2004) juga mengutarakan hal yang tidak jauh berbeda. Nolan menambahkan mengonsumsi anggur dapat mengurangi sembelit karena anggur merupakan pencahar yang sangat baik. Nolan juga menyarankan untuk relaks dan tidak tergesa-gesa pada saat buang air besar. Varises Varises merupakan pembuluh darah balik di bawah kulit atau selaput lender (mukosa) yang melebar dan berkelok atau melingkar akibat kelainan katup dalam pembuluh darah tersebut. Umumnya varises terjadi pada tangan dan kaki, namun beberapa kasus ditemukan varises juga dapat timbul di tempat-te,pat lain seperti lambung, rectum (usus besar dekat anus), vagina, skrotum dan vulva (bibir kemaluan). Ciri-ciri varises yang paling mudah dikenali adalah gatal-gatal atau warna kulit yang berubah menjadi kebiruan (Anonymous 2008). Varises juga memiliki kaitan dengan penambahan berat badan dan efek hormon. Meskipun tidak serius, varises dapat menyebabkan sakit atau nyeri pada kaki (Thompson 2004). Sampai saat ini belum ada alat khusus untuk mencegah varises pada ibu hamil. Namun, seiring dengan lancarnya aliran darah varises dapat diantisipasi. Aliran darah dapat dilancarkan dengan rajin mengangkat kaki dan menaruhnya di atas bantal pada saat berbaring atau membaca buku. Hal ini terbukti dapat mengurangi beban yang harus ditopang oleh kaki. Penggunaan sepatu hak tinggi pun sebaiknya dihindari agar aliran darah tidak terhambat (Anonymous 2008). Oedema Oedema atau pembengkakan yang terjadi pada kaki dan pergelangan kaki muncul akibat air lebih mudah tertahan semasa kehamilan khususnya di sore hari atau saat udara panas. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari bengkak adalah dengan memutar-mutar kaki, menghindari berdiri atau duduk terlalu lama, menggunakan celana ketat sebagai penyangga dan sepatu yang nyaman (berhak datar) serta beristirahat sesering mungkin dengan posisi kaki terangkat (Thompson 2004). 81 Gatal-gatal Gatal-gatal yang terjadi pada ibu hamil disebabkan oleh peregangan kulit perut. Hal ini sangat umum terjadi pada kehamilan yang memasuki usia tua. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan pengolesan krim untuk kulit kering, menghindari pemakaian sabun, mengenakan baju tipis dari bahan alami serta menghindari pemakaian sesuatu yang elastis (baju yang berbahan dasar lycra) di daerah seputar perut (Thompson 2004). Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil Pendidikan dilakukan sebagai usaha untuk mengadakan perubahan perilaku yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan pada peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perubahan perilaku sebagai hasil pendidikan terus dilakukan secara bertahap dan memerlukan pendekatan pendidikan yang memerlukan waktu yang lama (Syah 1997 diacu dalam Megasari 2006). Engel (1994) diacu dalam Sutiah (2006) menyatakan bahwa pengetahuan didefinisikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang didalamnya termasuk pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan kurikulum yang sudah ditetapkan dan terdapat jenjang kronologis yang ketat untuk tingkatan umur populasi sasarannya. Pendidikan formal itu merupakan segala sesuatu yang diupayakan untuk mengubah segenap perilaku seseorang (Pranadji 1988). Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah (Suhardjo 1989 diacu dalam Anggarini 2005). Tingkat pendidikan memiliki hubungan yang erat dengan pengetahuan gizi. Salah satu indikator yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan (Megasari 2006). Menurut Sediaoetama (1991) yang diacu dalam Megasari (2006), tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi sehingga memungkinkan dimilikinya informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku gaya hidup sehari-hari. Oleh karena itu, semakin tinggi pendidikan seorang ibu diharapkan akan semakin baik pula pengetahuan dan implementasi 82 gizi dan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah hasil penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah namun orang tersebut rajin turut serta atau mengikuti penyuluhan gizi yang diadakan di posyandu maka bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik dibandingkan seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Sutiah 2006). 83 KERANGKA PEMIKIRAN Jenis keluhan yang dialami ibu hamil terdapat bermacam-macam. Menurut Thompson (2004), keluhan yang umum dijumpai pada ibu hamil trimester I ialah morning sick yaitu mual dan muntah yang terjadi pada ibu hamil di pagi hari. Selain itu, masih banyak keluhan lain yang umum dijumpai pada ibu hamil baik pada trimester pertama maupun setelahnya. Keluhan-keluhan tersebut antara lain sakit dan nyeri, sakit punggung, varises, oedema, gatal-gatal, sakit kepala, gangguan dalam buang air kecil dan sembelit. Berbagai jenis gangguan ini terkait dengan riwayat kesehatan ibu baik itu selama sebelum hamil maupun pada saat hamil yang secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil itu sendiri. Hubungan ini disebabkan oleh keluhan kehamilan pada ibu hamil berakar dari penyakit yang diderita ibu hamil tersebut. Riwayat kesehatan bukan hanya satu-satunya faktor yang mempengaruhi keluhan-keluhan pada ibu hamil. Di samping itu masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi salah satu atau beberapa keluhan pada ibu hamil. Antara lain ialah kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Konsumsi tablet besi untuk ibu hamil minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Namun sebaiknya ibu hamil mengonsumsi tablet besi secara teratur sebanyak satu tablet per hari (Depkes RI 1993). Kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu hamil yang antara lain meliputi tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil. Selain mempengaruhi kepatuhan ibu dalam mengonsumsi tablet besi, karakteristik ibu hamil serta pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil juga mempengaruhi intensitas pemeriksaan kehamilan. Selain itu intensitas pemeriksaan kehamilan juga dipengaruhi oleh akses ibu terhadap pelayanan kesehatan. Jarak antara rumah dengan tempat pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan menjadi pertimbangan ibu hamil disamping biaya yang dikeluarkan (Rachmawati 2004). Intensitas pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan paling tidak sebanyak empat kali selama masa kehamilan (Depkes RI 1993). Pemeriksaan kehamilan ini terkait dengan deteksi dini kelainan yang dapat terjadi pada ibu hamil sehingga meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Dengan intensitas pemeriksaan kehamilan yang memenuhi syarat diharapkan dapat mengurangi keluhan atau gangguan kesehatan pada masa kehamilan. 84 Status Gizi Ibu Hamil Riwayat Kesehatan Ibu Hamil - Penyakit yang dialami sebelum hamil - Penyakit yang dialami selama hamil Intensitas Pemeriksaan Kehamilan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Keluhan selama Kehamilan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil Kepatuhan Ibu dalam Mengonsumsi Tablet Besi Karakteristik Ibu Hamil Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan intensitas pemeriksaan kehamilan dengan jenis keluhan yang dialami oleh ibu hamil Keterangan : = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang diteliti = hubungan yang tidak diteliti 85 METODE Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini secara keseluruhan dilakukan pada bulan November 2007 sampai April 2008 sedangkan untuk proses pengumpulan data dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan November-Desember 2007. Proses pengumpulan data dilakukan di dua wilayah, yaitu Kelurahan Kramat Jati (Jakarta Timur) dan Kelurahan Ragunan (Jakarta Selatan) yang dilakukan secara purposive. Prosedur Penarikan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah ibu hamil. Penarikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Penarikan contoh ibu hamil dilakukan dengan memilih sejumlah ibu hamil di kedua kelurahan yang terdaftar di masing-masing puskesmas wilayah tempat tinggal contoh, yaitu puskesmas Kelurahan Kramat Jati I, Kramat Jati II dan Ragunan. Kelurahan Kramat Jati memiliki jumlah total ibu hamil yang terdata sebanyak 150 orang dan Kelurahan Ragunan memiliki jumlah total ibu hamil yang terdata sebanyak 224 orang. Penyaringan data ibu hamil dilakukan setelah pihak puskesmas yang dibantu oleh para kader memberikan data ibu hamil yang berada di masing-masing kelurahan. Proses penyaringan didasarkan kepada tiga jenis kriteria yang telah ditetapkan, yaitu (1) usia kehamilan antara 12-24 minggu, (2) bukan merupakan kehamilan yang pertama dan (3) bersedia diwawancarai hingga selesai. Pertimbangan penetapan ketiga kriteria tersebut adalah untuk mendapatkan sejumlah contoh ibu hamil dengan pengalaman kehamilan serta akses ke pelayanan kesehatan yang hampir sama. Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan tersebut, terdapat 34 contoh dari Kelurahan Kramat Jati dan 31 contoh dari Kelurahan Ragunan yang berhasil memenuhi kriteria. Jumlah contoh yang telah berhasil memenuhi kriteria masih belum cukup untuk melengkapi jumlah sampel minimal yaitu sebanyak 48. Kriteria kedua pun dibuat agar memenuhi jumlah sampel minimal. Kriteria kedua ini adalah (1) usia kehamilan antara 8-24 minggu, (2) bukan merupakan kehamilan yang pertama dan (3) bersedia diwawancarai hingga selesai. Jumlah contoh yang didapatkan dengan menggunakan kriteria kedua ini yaitu sebanyak 50 contoh dari Kelurahan Kramat Jati dan 50 contoh dari Kelurahan Ragunan. Kerangka penarikan contoh ditunjukkan melalui Gambar 2. 86 Kramat Jati n = 150 Kramat Jati n = 34 Kramat Jati n = 50 Kriteria I : - Usia kehamilan 1224 minggu - Bukan kehamilan pertama - Bersedia diwawancara hingga selesai Kriteria II : - Usia kehamilan 8-24 minggu - Bukan kehamilan pertama - Bersedia diwawancara hingga selesai Ragunan n = 224 Ragunan n = 31 Ragunan n = 50 Total n = 100 Gambar 2 Kerangka penarikan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui proses wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi (1) karakteristik ibu hamil (nama, alamat, umur, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan perbulan), (2) karakteristik keluarga (nama suami, umur suami, tingkat pendidikan suami, pekerjaan suami, penghasilan perbulan suami, besar keluarga dan jumlah anak), (3) riwayat kesehatan dan kehamilan (jenis penyakit sebelum hamil dan saat hamil, jenis keluhan selama kehamilan, riwayat keguguran, aborsi, berat bayi lahir rendah, bayi lahir kurang bulan, bayi lahir mati, bayi lahir meninggal jelang 28 hari, bayi lahir sungsang, persalinan tidak normal dan persalinan caesar), (4) akses ke pelayanan kesehatan (pemeriksaan kehamilan, tempat pemeriksaan kehamilan, pelayanan yang didapatkan, konsumsi tablet besi dan suntikan imunisasi tetanus toksoid) dan (5) pengetahuan gizi ibu hamil. 87 Data sekunder meliputi data mengenai gambaran umum wilayah kedua kelurahan tersebut, kondisi sosial ekonomi penduduk, pelayanan kesehatan yang tersedia, fasilitas pemerintah terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut serta data ibu hamil secara keseluruhan di masing-masing kelurahan. Data mengenai gambaran umum wilayah, kondisi sosial ekonomi penduduk, serta pelayanan kesehatan yang tersedia didapatkan dari kantor lurah Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan. Selain itu data mengenai fasilitas pemerintah terhadap pelayanan kesehatan masyarakat dan data ibu hamil secara keseluruhan didapatkan dari puskesmas dan para kader di masingmasing kelurahan, yaitu Kramat Jati dan Ragunan. Data, jenis data dan cara pengumpulannya dapat dilihat pada Tabel 2. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah melalui berbagai macam tahap, yaitu editing, coding, entry, cleaning dan analisis. Data tersebut diolah secara manual maupun komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2003 dan SPSS versi 13.0 for Windows. Data primer yang meliputi tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga diolah dengan memberikan kategori atau pengelompokkan pada masing-masing peubah. Tingkat pendidikan responden dan suami responden dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tingkat pendidikan rendah mencakup responden dan suami responden yang tidak tamat SD serta SD. Tingkat pendidikan sedang mencakup responden dan suami responden yang mengenyam pendidikan di bangku SLTP dan SLTA. Tingkat pendidikan tinggi mencakup responden dan suami responden yang mengecap pendidikan di tingkat diploma, S1 dan S2 (perguruan tinggi). Status ekonomi keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu miskin dan tidak miskin. Pengkategorian status ekonomi keluarga berdasarkan BPS (2004) yang menetapkan bahwa keluarga miskin adalah keluarga dengan pendapatan perkapita dibawah Rp. 197.306,00. Keluarga tidak miskin adalah keluarga dengan pendapatan perkapita diatas Rp. 197.306,00. 88 Tabel 2 Data, jenis data dan cara pengumpulan data Data Karakteristik ibu hamil a. Nama ibu hamil b. Alamat c. Umur d. Agama e. Tingkat pendidikan f. Pekerjaan g. Penghasilan per bulan Karakteristik keluarga a. Nama suami b. Umur c. Tingkat pendidikan d. Pekerjaan e. Penghasilan per bulan f. Besar keluarga g. Jumlah anak Riwayat kesehatan a. Jenis penyakit sebelum dan saat hamil b. Jenis keluhan selama kehamilan c. Keguguran d. Aborsi e. Berat bayi lahir rendah f. Bayi lahir kurang bulan g. Bayi lahir mati h. Bayi lahir mati jelang 28 hari i. Bayi lahir sungsang j. Persalinan tidak normal k. Caesar Akses ke pelayanan kesehatan a. Pemeriksaan kehamilan b. Tempat pemeriksaan kehamilan c. Pelayanan yang didapatkan d. Konsumsi tablet besi e. Suntikan imunisasi tetanus toksoid (TT) Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil Jenis data Primer Cara pengumpulan Pengisian kuesioner (wawancara) Primer Pengisian kuesioner (wawancara) Primer Pengisian kuesioner (wawancara) Primer Pengisian kuesioner (wawancara) Primer Pengisian kuesioner (wawancara) Pengolahan terhadap seluruh data primer yang meliputi karakteristik responden dan keluarga dilakukan dengan cara mengkompilasi data-data yang telah dikumpul kemudian selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil diukur dengan mengajukan 14 item pertanyaan mengenai makanan sehat untuk kehamilan, sumber zat gizi dalam bahan pangan, penyebab dan gejala anemia, perkembangan yang baik selama masa kehamilan, faktor risiko kehamilan serta pengetahuan seputar bayi lahir yang dikatakan sehat dan perawatan ibu hamil. Setiap item pertanyaan diberikan dalam bentuk pilihan berganda atau multiple choice test yang dilengkapi oleh empat pilihan jawaban dan salah satu jawaban paling tepat. Cara penilaian untuk 89 setiap item pertanyaan yang dijawab secara benar diberikan nilai 1 dan apabila jawaban salah diberikan nilai 0. Total skor maksimal pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil adalah 14 sedangkan skor minimal pengetahuan gizi dan kesehatan adalah 0. Jumlah total skor yang didapat masing-masing ibu hamil kemudian dikali 100 dan dibagi 14 untuk mendapatkan jumlah skor yang sesuai kriteria. Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan mengacu pada tiga kategori, yaitu baik, sedang dan buruk. Sistem pengklasifikasian ini mengacu pada Khomsan (2000) yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan Tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan Total skor Baik > 80 Sedang 60 – 80 Buruk < 60 Tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi diketahui dengan mewawancarai ibu hamil secara langsung berapa jumlah tablet besi yang telah dikonsumsi. Jumlah tablet besi yang dikonsumsi ibu hamil kemudian disesuaikan dengan usia kehamilan yang dikelompokkan kedalam trimester. Jumlah tablet besi yang telah disesuaikan kemudian dipersentase sehingga didapat persentase kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Ibu hamil yang dinyatakan patuh adalah ibu hamil dengan konsumsi tablet besi lebih dari 80 persen sedangkan ibu hamil yang dinyatakan tidak patuh adalah ibu hamil dengan konsumsi tablet besi kurang dari 80 persen. Riwayat kesehatan dan kehamilan ibu diukur dengan mengetahui jenis penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu pada masa enam bulan sebelum hamil dan pada masa kehamilan serta jenis keluhan yang diderita ibu hamil selama kehamilan. Jenis penyakit yang pernah diderita (6 bulan sebelum hamil dan selama hamil) dan sedang diderita diidentifikasi melalui pertanyaan yang diajukan kepada responden. Kemudian responden akan menyatakan jenis penyakit apa saja yang pernah dan sedang diderita. Jenis penyakit yang sudah terindentifikasi kemudian di skor (skor morbiditas) berdasarkan kategori penyakit. Skor 0 diberikan kepada jenis penyakit yang tidak diderita. Jenis penyakit yang tidak berisiko fatal seperti penyakit kulit, mata dan sariawan diberikan skor 10. Jenis penyakit seperti asma, bronkhitis dan ISPA (batuk, panas dan influenza) diberikan skor 50. Jenis penyakit yang dinilai berisiko fatal terhadap kehamilan seperti anemia, hipertensi, diabetes dan jantung diberikan skor 70 (Sunaryo 90 2004). Setelah dilakukan skor terhadap seluruh jenis penyakit diketahui kategori dari setiap jenis penyakit yang ada mulai dari ringan, sedang hingga berat. Jenis keluhan selama kehamilan diidentifikasi dengan cara yang sama seperti pada identifikasi jenis penyakit. Responden ditanyakan mengenai keluhan-keluhan apa saja yang dirasakan selama kehamilan. Selain itu ditanyakan pula hal-hal apa saja yang membuat responden merasa tidak nyaman selama menjalani masa-masa kehamilan. Setelah proses identifikasi jenis keluhan selesai dilakukan skoring jenis keluhan selama kehamilan. Skoring dilakukan berdasarkan kecenderungan jenis keluhan terhadap salah satu jenis penyakit. Jenis keluhan dinyatakan ringan apabila tidak terkait dengan jenis penyakit tertentu dan dinyatakan berat apabila terkait dengan jenis penyakit tertentu seperti misalnya anemia, hipertensi, diabetes serta jantung. Jenis keluhan yang dinyatakan ringan diberikan skor 1 dan jenis keluhan yang dinyatakan berat diberikan skor 2, sedangkan untuk jenis keluhan yang tidak diisi diberikan skor 0. Kategori jenis keluhan selama kehamilan dapat dilihat secara lebih rinci pada Tabel 4. Tabel 4 Kategori jenis keluhan selama kehamilan Kategori Skor Ringan 1 Berat 2 Jenis Keluhan - Nafsu makan menurun - Sering buang air kecil - Sakit pinggang - Nyeri payudara - Sakit pundak - Nyeri perut - Gatal-gatal - Ngidam - Alergi - Pegal-pegal - Mual - Muntah - Pusing/berkunang - Lemah/lesu - Pucat - Oedema - Merasa kurus - Sulit buang air besar - Jantung berdebar Akses terhadap pelayanan kesehatan diukur dengan mengetahui frekuensi ibu hamil dalam memeriksakan kehamilan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang didapat ibu hamil pada saat memeriksakan kehamilan. Frekuensi pemeriksaan kehamilan berdasarkan kepada anjuran pemerintah yaitu 91 sebanyak empat kali selama kehamilan. Frekuensi pemeriksaan kehamilan atau banyaknya kunjungan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan responden disesuaikan dengan usia kehamilan. Responden dinyatakan memeriksakan kehamilannya secara lengkap apabila pemeriksaan kehamilan dilakukan satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III (Depkes RI 1993). Fasilitas pelayanan kesehatan ibu hamil disesuaikan dengan standar pelayanan 5T (pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus-toksoid dan pemberian tablet besi). Standar pelayanan 5T dijadikan patokan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil di berbagai tempat pemeriksaan kehamilan. Kategori kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan mengacu kepada standar 5T. Responden yang dianggap telah mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara lengkap adalah responden yang mendapatkan standar pelayanan 5T. Responden yang termasuk kedalam kategori tidak lengkap dalam mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan adalah responden yang tidak mendapatkan standar pelayanan 5T (terdapat pelayanan yang kurang dari standar 5T). Analisis data menggunakan Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antar variabel. Analisis data menggunakan SPSS versi 13.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 90% (α = 0.01) untuk hubungan antara intensitas pemeriksaan kehamilan, fasilitas pelayanan kesehatan dan konsumsi tablet besi dengan tingkat keluhan selama kehamilan. 92 Definisi Operasional Ibu hamil adalah seorang wanita yang tengah mengandung janin dengan usia kehamilan lebih dari dua bulan dan tidak lebih dari tujuh bulan serta telah memiliki pengalaman kehamilan sebelumnya. Karakteristik ibu hamil adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh ibu hamil yang meliputi umur, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan per bulan yang didapatkan melalui wawancara. Tingkat pendidikan ibu hamil adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil ini dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (tidak tamat SD dan SD), sedang (SLTP dan SLTA) serta tinggi (perguruan tinggi) Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil adalah pemahaman ibu hamil mengenai segala macam hal yang berkaitan dengan gizi, seputar kesehatan kehamilan serta kondisi kesehatan kehamilan yang dapat diketahui melalui kemampuan ibu hamil dalam menjawab secara benar pertanyaan seputar gizi dan kesehatan kehamilan sejumlah pertanyaan yang diajukan. Tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil dikategorikan ke dalam tingkat baik, sedang dan rendah. Kepatuhan konsumsi tablet besi adalah butir tablet besi yang diminum seorang ibu selama masa kehamilannya dimana tablet tersebut merupakan salah satu fasilitas kesehatan. Semakin banyak seorang ibu meminum tablet besi selama masa kehamilan maka ibu hamil semakin patuh mengonsumsi tablet besi. Riwayat kesehatan ibu hamil adalah jenis penyakit seorang ibu hamil pada kehamilan sebelumnya sehingga bisa diketahui risiko-risiko apa saja yang dibawa pada kehamilan selanjutnya dan bisa diantisipasi sedini mungkin melalui pemeriksaan kesehatan. Skor penyakit adalah penilaian terhadap jenis penyakit yang pernah diderita dan sedang diderita oleh ibu hamil dimana penilaian didasarkan kepada kategori penyakit (ringan, sedang atau berat). Jenis keluhan ibu hamil adalah berbagai macam hal yang dapat mengurangi kenyamanan seorang ibu yang sedang menjalani masa-masa kehamilan terkait dengan adanya gangguan kesehatan atau perubahan sistem metabolisme pada masa kehamilan tersebut. 93 Tingkat keluhan selama kehamilan adalah kategori tingkat keluhan berdasarkan kecenderungan jenis keluhan terhadap salah satu jenis penyakit. Intensitas pemeriksaan kehamilan adalah frekuensi ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di pelayanan kesehatan yang ia percayai selama masa kehamilan. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah standar pelayanan 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, imunisasi tetanus toksoid dan pemberian tablet besi) yang didapat ibu hamil sewaktu melakukan pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan. 94 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan terletak di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Namun, Kelurahan Kramat Jati termasuk ke dalam daerah walikota Jakarta Timur sedangkan Kelurahan Ragunan termasuk ke dalam daerah walikota Jakarta Selatan. Kramat Jati Kelurahan Kramat Jati merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Kramat Jati Kotamadya Jakarta Timur. Secara geografis, Kelurahan Kramat Jati sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Cililitan lebih tepatnya dengan jalan Cililitan Besar. Di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Makassar, Kelurahan Makassar. Di sebelah selatan Kelurahan Kramat Jati berbatasan dengan Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Rambutan atau lebih tepatnya dengan jalan raya Pondok Gede. Sedangkan di sebelah barat Kelurahan Kramat Jati berbatasan dengan Kelurahan Batu Ampar dan Kelurahan Tengah. Luas wilayah Kelurahan Kramat Jati ini yaitu seluas 151,58 Ha. Menurut status tanah luas wilayah ini terbagi atas empat jenis, yaitu tanah negara seluas 38,05 Ha (19,82%), tanah Milik/Adat seluas 110,58 Ha (72,95%), tanah wakaf seluas 4,32 Ha (2,85%) dan lain-lain seluas 6,63 Ha (4,38%). Jumlah penduduk Kelurahan Kramat Jati adalah sebanyak 28.651 jiwa yang terdiri dari 14.688 jiwa laki-laki dan 13.963 jiwa perempuan. Sedangkan mengenai jumlah keluarga di Kelurahan Kramat Jati ini yaitu sebanyak 4.577 KK (kepala keluarga). Data kependudukan Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan dapat dilihat melalui Tabel 5. Tabel 5 Jumlah penduduk di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan Jumlah Penduduk Kramat Jati Ragunan Laki-laki 14.688 18.928 Perempuan 13.963 17.870 Kepala Keluarga 4.577 6.802 Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Kramat Jati terbilang lengkap. Berbagai sarana dan prasarana yang tersedia meliputi sarana ekonomi (pasar kota, pusat perbelanjaan, toko, warung bahkan pasar embrio), sarana jalan, sarana angkutan, sarana umum (MCK, hydrant, telepon umum dan penyedot air), sarana pendidikan, sarana pendidikan non formal, sarana peribadatan hingga sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang tersedia di 95 Kelurahan Kramat Jati ini antara lain adalah Rumah Sakit sebanyak 2 buah, puskesmas kelurahan sebanyak 2 buah, pos kesehatan sebanyak 2 buah, karang balita sebanyak 12 buah, dokter praktek sebanyak 5 buah, apotek sebanyak 8 buah, balai pengobatan sebanyak 3 buah, posyandu sebanyak 12 buah, klinik KB sebanyak 1 buah, bidan praktek sebanyak 15 buah dan Rumah Sakit Bersalin swasta sebanyak 1 buah. Ragunan Kelurahan Pasar Minggu merupakan bagian dari Kecamatan Pasar Minggu Kotamadya Jakarta Selatan. Secara geografis Kelurahan Ragunan sebelah utara berbatasan dengan jalan Pejaten Barat dan jalan TB Simatupang. Di sebelah timur berbatasan dengan jalan Warung Buncit dan jalan Margasatwa. Di sebelah selatan berbatasan dengan jalan Sagu dan jalan Margasatwa Barat. Sedangkan di sebelah barat Kelurahan Ragunan berbatasan dengan jalan Ampera Raya dan jalan Cilandak KKO. Luas wilayah Kelurahan Ragunan ini secara keseluruhan seluas 504,74 Ha. Kelurahan Ragunan memiliki akses yang cukup baik dengan jarak 12 km dari pusat pemerintahan Propinsi DKI Jakarta dan berjarak 6 km dari pusat pemerintahan Kotamadya Jakarta Selatan. Jumlah penduduk Kelurahan Ragunan adalah sebanyak 36.798 jiwa yang terdiri dari 18.928 jiwa laki-laki dan 17.870 jiwa perempuan sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya melalui Tabel 5. Kelurahan Ragunan memiliki 108 RT dan 11 RW. Sedangkan mengenai jumlah keluarga di Kelurahan Ragunan ini adalah sebanyak 6.802 KK. Sarana dan prasarana di Kelurahan Ragunan ini terbilang lengkap. Hal ini dapat dilihat melalui berbagai sarana yang tersedia, yaitu sarana ekonomi, sarana perdagangan dan industri, sarana komunikasi, sarana perhubungan, sarana angkutan, sarana penanggulangan bencana kebakaran dan bencana alam, sarana pengairan, sarana budaya, pariwisata, hiburan dan rekreasi, sarana keagamaan, sarana keamanan, sarana olah raga, sarana kebersihan, sarana pendidikan serta sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang tersedia di wilayah Kelurahan Ragunan terbilang lengkap dan memuaskan. Berbagai sarana kesehatan terdapat di wilayah ini. Sarana kesehatan tersebut yaitu rumah bersalin sebanyak 1 buah, puskesmas sebanyak 1 buah, poliklinik sebanyak 2 buah, balai pengobatan sebanyak 2 buah, praktek dokter umum sebanyak 5 buah, praktek dokter gigi sebanyak 1 96 buah, praktek dokter anak sebanyak 3 buah, praktek dokter hewan sebanyak 3 buah, praktek bidan sebanyak 4 buah, dukun bayi sebanyak 1 buah, apotek sebanyak 3 buah, depo obat sebanyak 5 buah, posyandu sebanyak 26 buah serta klinik KB sebanyak 2 buah. Karakteristik Keluarga Secara umum responden di Kelurahan Ragunan memiliki karakteristik yang lebih baik bila dibandingkan dengan responden di Kelurahan Kramat Jati. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan persentase yang lebih baik pada hampir seluruh variabel yaitu umur, tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga. Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan karakteristik keluarga Variabel Umur Responden (tahun) 20 - 35 > 35 TOTAL Tingkat Pendidikan Responden Rendah Sedang Tinggi TOTAL Tingkat Pendidikan Suami Rendah Sedang Tinggi TOTAL Jenis Pekerjaan Responden PNS Swasta Wirausaha Ibu rumah tangga TOTAL Besar Keluarga ≤4 >4 TOTAL Status Ekonomi Keluarga Miskin Tidak miskin TOTAL n Kramat Jati % N Ragunan % n TOTAL % 43 7 50 86.00 14.00 100.00 48 2 50 96.00 4.00 100.00 91 9 100 91.00 9.00 100.00 10 34 6 50 20.00 68.00 12.00 100.00 9 31 10 50 18.00 62.00 20.00 100.00 19 65 16 100 19.00 65.00 16.00 100.00 8 39 3 50 16.00 78.00 6.00 100.00 8 36 6 50 16.00 72.00 12.00 100.00 16 75 9 100 16.00 75.00 9.00 100.00 1 3 3 43 50 2.00 6.00 6.00 86.00 100.00 0 2 1 47 50 0.00 4.00 2.00 94.00 100.00 1 5 4 90 100 1.00 5.00 4.00 90.00 100.00 38 12 50 76.00 24.00 100.00 45 5 50 90.00 10.00 100.00 83 17 100 83.00 17.00 100.00 15 35 50 30.00 70.00 100.00 11 39 50 22.00 78.00 100.00 26 74 100 26.00 74.00 100.00 97 Umur responden pada saat kehamilan baik di Kelurahan Kramat Jati maupun di Kelurahan Ragunan sebagian besar berada pada umur yang tidak rawan untuk menjalani kehamilan yaitu pada umur 20 hingga 35 tahun. Di Kelurahan Kramat Jati sebesar 86,00 persen responden berada pada kategori umur kehamilan yang dianggap aman untuk menjalani kehamilan. Sedangkan selebihnya (14,00%) berada pada kategori umur yang dianggap lebih berisiko dalam menjalani kehamilan yaitu umur 35 tahun keatas. Secara umum gambaran serupa juga terlihat di Kelurahan Ragunan. Umur responden pada saat menjalani kehamilan hampir seluruhnya berada pada kategori yang aman untuk menjalani kehamilan. Sebesar 96,00 persen responden berada pada kategori umur 20 hingga 35 tahun dan hanya 4,00 persen responden saja yang berada pada kategori umur yang dianggap berisiko untuk menjalani kehamilan yaitu kategori umur lebih dari 35 tahun. Sebaran umur responden baik di Kelurahan Kramat Jati maupun di Kelurahan Ragunan hampir seluruhnya (91,00%) berada pada kategori yang dianggap aman untuk menjalani kehamilan. Hanya sebagian kecil (9,00%) responden saja yang termasuk ke dalam kategori umur kehamilan yang dianggap berisiko dalam menjalani kehamilan. Tingkat pendidikan responden di Kelurahan Kramat Jati tersebar antara tidak tamat SD hingga S2. Tingkat pendidikan terendah di Kelurahan Kramat Jati adalah tidak tamat SD sedangkan tingkat pendidikan tertingginya adalah S2. Persentase terbesar tingkat pendidikan di Kelurahan Kramat Jati berada pada tingkat pendidikan sedang (SLTP dan SLTA) dimana lebih dari separuh (68,00%) responden menyatakan telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat ini. Selain itu masih terdapat pula responden yang tersebar pada tingkat pendidikan lain yaitu tingkat pendidikan rendah dan tinggi. Terdapat 20,00 persen responden yang tersebar pada tingkat pendidikan rendah dan 12,00 persen responden yang tersebar pada tingkat pendidikan tinggi. Sebaran responden di Kelurahan Ragunan memiliki perbedaan dengan sebaran responden di Kelurahan Kramat Jati. Pada responden di Kelurahan Ragunan tingkat pendidikan tersebar antara SD hingga S1. Lebih dari separuh (62,00%) responden berada pada tingkat pendidikan sedang. Selain itu sebanyak 18,00 persen responden tersebar pada tingkat pendidikan rendah dan 20,00 persen responden berada pada tingkat pendidikan tinggi. 98 Secara keseluruhan persentase terbesar untuk tingkat pendidikan baik di Kelurahan Kramat Jati maupun di Kelurahan Ragunan berada pada tingkat pendidikan sedang dimana lebih dari separuh (65,00 %) responden berada pada tingkat pendidikan ini. Persentase terkecil berada pada tingkat pendidikan tinggi, dimana hanya sebesar 16,00 persen responden saja yang tersebar pada tingkat pendidikan ini. Tingkat pendidikan rendah memiliki jumlah sebaran responden sebanyak 19,00 persen. Tingkat pendidikan suami responden dapat mempengaruhi pengetahuan gizi dan kesehatan responden. Dimana suami yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden memiliki akses yang lebih baik terhadap pengetahuan akan gizi dan kesehatan. Hal ini yang kemudian akan mempengaruhi pula tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan responden. Sebagian besar (78,00%) suami responden di Kelurahan Kramat jati berada pada tingkat pendidikan sedang. Tingkat pendidikan rendah memiliki sebaran suami responden sebanyak 16,00 persen. Tingkat pendidikan tinggi memiliki sebaran suami responden 6,00 persen. Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang serupa untuk persentase tingkat pendidikan terbesar. Hampir sebagian besar (72,00%) suami responden tersebar pada tingkat pendidikan sedang. Tingkat pendidikan rendah memiliki sebaran suami responden sebanyak 16,00 persen dan tingkat pendidikan tinggi memiliki sebaran suami responden sebanyak 12,00 persen. Persentase terbesar tingkat pendidikan suami responden secara keseluruhan pun hasilnya tidak berbeda dengan hasil di kedua kelurahan tersebut. Secara keseluruhan lebih dari separuh (75,00%) suami responden berada pada tingkat pendidikan sedang. Sedangkan untuk persentase terkecil, secara keseluruhan suami responden berada pada tingkat pendidikan tinggi dengan persentase sebesar 9,00 persen. Hampir seluruh responden (86,00%) di Kelurahan Kramat Jati merupakan ibu rumah tangga. Ibu hamil dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga ini memiliki persentase terbesar di Kelurahan Kramat Jati. Sedangkan untuk jenis pekerjaan wirausaha dan swasta, masing-masing memiliki persentase sebesar 6,00 persen. Persentase terkecil yaitu pada ibu hamil dengan jenis pekerjaan PNS yang hanya sebesar 2,00 persen. 99 Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang tidak terlalu berbeda dengan Kelurahan Kramat Jati. Ibu hamil dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga memiliki persentase terbesar (94,00%) dari total responden di Kelurahan Ragunan, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden di Kelurahan Ragunan memiliki jenis pekerjaan ibu rumah tangga. Namun, berbeda halnya dengan hasil di Kelurahan Kramat Jati, jenis pekerjaan wirausaha merupakan jenis pekerjaan dengan persentase terkecil (2,00%) di Kelurahan Ragunan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ibu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan dengan persentase terbesar (90,00%) dimana hampir seluruh responden di kedua kelurahan memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan dengan persentase terkecil (1,00%) yaitu ibu hamil dengan jenis pekerjaan PNS. Besar keluarga responden dikelompokkan menjadi dua kategori. Kategori pertama yaitu keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat orang, dikategorikan sebagai keluarga kecil. Kategori kedua yaitu keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang, dikategorikan sebagai keluarga besar. Secara keseluruhan kisaran besar keluarga responden yaitu antara 2-8 orang. Sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati merupakan keluarga dengan besar keluarga kurang dari sama dengan empat orang. Sebanyak 76,00 persen responden memiliki keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang kurang dari sama dengan empat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Sedangkan sebanyak 24,00 persen lainnya termasuk kedalam kategori keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat. Kelurahan Ragunan memiliki persentase yang lebih besar untuk besar keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat. Hampir seluruh responden (90,00%) di Kelurahan Ragunan termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Sedangkan hanya sebesar 10,00 persen dari total responden di Kelurahan Ragunan yang termasuk kedalam kategori keluarga dengan jumlah anggota keluarga lebih dari empat. 100 Sebanyak 83,00 persen responden memiliki besar keluarga yang termasuk kedalam kategori keluarga kecil. Hal ini berarti hampir seluruh besar keluarga responden termasuk kedalam kategori keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat. Sedangkan 17,00 persen responden termasuk kedalam kategori besar keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat atau dapat dikatakan sebagai keluarga besar. Pendapatan per kapita keluarga yang tergolong kedalam keluarga miskin adalah keluarga dengan pendapatan per kapita kurang dari Rp. 197.306,00. Dan keluarga dengan pendapatan per kapita lebih dari Rp. 197.306,00 termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Tingkat ekonomi keluarga akan dapat menjelaskan banyak hal yang terkait dengan kecukupan gizi. Selain itu, tingkat ekonomi keluarga juga mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal yang rendah (Depkes RI 1995 dalam Sutaryanto 2002). Responden di Kelurahan Kramat Jati yang tergolong kedalam kategori keluarga tidak miskin memiliki persentase terbesar. Lebih dari separuh (70,00%) responden di kelurahan ini termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Hanya sebagian kecil (30,00%) responden saja yang termasuk kedalam kategori keluarga miskin. Perbedaan hasil terdapat pada keluarga dengan kategori keluarga tidak miskin di Kelurahan Ragunan. Persentase keluarga yang termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin memiliki persentase yang sedikit lebih banyak dibandingkan dengan keluarga yang termasuk kedalam kategori yang sama di Kelurahan Kramat Jati. Sebagian besar keluarga (78,00%) di Kelurahan Ragunan termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Hanya sebagian kecil keluarga saja yang termasuk kedalam kategori keluarga miskin. Secara keseluruhan hampir sebagian besar (74,00%) responden termasuk kedalam kategori keluarga dengan tingkat pendapatan per kapita lebih dari Rp. 197.306,00. Hal ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar keluarga responden termasuk kedalam kategori keluarga tidak miskin. Sebanyak 26,00% dari total responden di kedua kelurahan tersebut tergolong kedalam keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari total keluarga responden di kedua kelurahan yang memiliki tingkat pendapatan per kapita dibawah Rp. 197.306,00. 101 Berikut ini disajikan sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan paritas. Berdasarkan paritas responden di Kelurahan Ragunan memiliki faktor risiko yang lebih aman bila dibandingkan dengan responden di Kelurahan Kramat Jati. Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan dan paritas Kramat Jati n % Ragunan n % Usia Kehamilan Trimester I Trimester II Trimester III 26 20 4 52.00 40.00 8.00 34 14 2 68.00 28.00 4.00 60 34 6 60.00 34.00 6.00 TOTAL 50 100 50 100 100 100 Paritas ≤5 >5 TOTAL 46 4 50 92.00 8.00 100.00 48 2 50 96.00 4.00 100.00 94 6 100 94.00 6.00 100.00 Variabel n TOTAL % Paritas merupakan salah satu faktor risiko kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan semasa kehamilan maupun pendarahan pada saat persalinan (Depkes RI 1995 dalam Sutaryanto 2002). Ibu hamil dengan tingkat paritas yang telah mencapai 5 kali persalinan atau lebih dapat dikatakan memiliki risiko kehamilan yang lebih besar dibandingkan ibu hamil dengan tingkat paritas yang lebih rendah. Pengelompokkan paritas dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tingkat paritas yang kurang dari sama dengan lima dan tingkat paritas lebih dari lima kali persalinan. Pengelompokkan tingkat paritas berdasarkan kepada risiko kehamilan yang akan dialami, dimana ibu hamil dengan paritas yang lebih tinggi memiliki risiko kehamilan yang lebih besar. Hampir seluruh ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati yang menjadi responden pada penelitian ini berada pada tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan sebagaimana disajikan dalam Tabel 7. Sebanyak 92,00 persen responden termasuk kedalam tingkat paritas kurang dari sama dengan lima. Sedangkan ibu hamil dengan tingkat paritas lebih dari lima adalah sebanyak 8,00 persen responden. Kelurahan Ragunan memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil dari Kelurahan Kramat Jati. Pada Kelurahan Ragunan hampir seluruh responden berada pada tingkat paritas kurang dari sama dengan lima. Persentase ibu hamil dengan tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan di Kelurahan 102 Ragunan ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan persentase di Kelurahan Kramat Jati. Persentase ibu hamil dengan tingkat paritas kurang dari sama dengan lima yaitu sebesar 96,00 persen. Kemudian 4,00 persen ibu hamil lainnya berada pada tingkat paritas lebih dari lima. Hampir seluruh ibu hamil dari total responden di kedua kelurahan ini berada pada tingkat paritas yang tidak berisiko terhadap kehamilan. Gambaran ini didapat melalui hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak 94,00 persen ibu hamil di kedua kelurahan tersebut memiliki tingkat paritas yang kurang dari sama dengan lima. Sedangkan untuk 6,00 persen ibu hamil lain berada pada tingkat paritas yang lebih dari lima. Hal ini menggambarkan bahwa pada kedua kelurahan tersebut hanya sebagian kecil saja ibu hamil yang berisiko tinggi terhadap kehamilannya. Sebaran responden berdasarkan tingkat paritas dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 7. Usia kehamilan responden dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan standar yang umum digunakan di dunia kesehatan. Pembagian kategori ini yaitu trimester I, trimester II dan trimester III. Usia kehamilan yang termasuk kedalam kategori trimester I adalah kehamilan dengan usia 0-12 minggu. Sedangkan yang termasuk kedalam ketegori trimester II adalah usia kehamilan antara 13-24 minggu. Kemudian ibu hamil dengan usia kehamilan yang lebih dari 24 minggu atau sudah memasuki bulan ketujuh kehamilan termasuk kedalam kategori usia kehamilan trimester III. Responden di kedua kelurahan baik di Kelurahan Kramat Jati maupun Kelurahan Ragunan tersebar kedalam tiga kategori usia kehamilan tersebut. Sebanyak 52,00 persen responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam usia kehamilan trimester I. Hal ini berarti lebih dari separuh ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati dengan usia kehamilan 0-12 minggu. Hampir separuh responden (40,00%) dengan usia kehamilan 13-24 minggu. Dan hanya sebagian kecil responden (8,00%) dengan usia kehamilan lebih dari 24 minggu atau tergolong kedalam trimester III kehamilan. Kondisi yang tidak jauh berbeda tergambarkan melalui hasil yang didapatkan di Kelurahan Ragunan. Lebih dari separuh responden termasuk kedalam kategori ibu hamil dengan usia kehamilan di bawah 13 minggu. Sebanyak 34,00 persen ibu hamil dengan usia kehamilan antara 13-24 minggu atau termasuk kedalam kategori usia kehamilan pada trimester II. Selain itu, masih terdapat pula 4,00 persen responden dengan usia kehamilan diatas 24 103 minggu. Hal ini dapat pula digambarkan bahwa masih ada sebagian kecil ibu hamil dengan usia kehamilan yang termasuk kedalam trimester III kehamilan. Lebih dari separuh responden di kedua kelurahan termasuk kedalam usia kehamilan trimester I atau kurang dari 13 minggu. Kemudian hampir separuh responden dengan usia kehamilan antara 13-24 minggu. Di samping itu, masih terdapat sebagian kecil responden dengan usia kehamilan di atas 24 minggu atau responden dengan usai kehamilan yang termasuk kedalam trimester III kehamilan. Sebaran responden berdasarkan usia kehamilan secara keseluruhan disajikan melalui Tabel 7. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil Responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik apabila responden mampu menjawab secara benar pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan dengan persentase lebih dari 80,00. Untuk memenuhi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan agar dapat tergolong baik maka responden harus menjawab secara benar minimal 12 item pertanyaan. Untuk kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang dikatakan sedang, perolehan skor responden harus memenuhi kisaran nilai antara 60,00 hingga 80,00. Dan untuk memenuhi kisaran nilai tersebut responden harus menjawab 911 item pertanyaan yang diajukan secara tepat. Sedangkan untuk responden yang memperoleh total skor kurang dari 60,00 tergolong kedalam kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang dianggap buruk. Responden yang termasuk kedalam kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang buruk ini tidak mampu menjawab secara benar lebih dari delapan item pertanyaan dari 14 item pertanyaan yang diajukan. Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan Kramat Jati Ragunan Total Pengetahuan gizi dan kesehatan n % n % n % Buruk 15 30.00 11 22.00 26 26.00 Sedang 24 48.00 28 56.00 52 52.00 Baik 11 22.00 11 22.00 22 22.00 Total 50 100.00 50 100.00 100 100.00 104 Responden di Kelurahan Kramat Jati tidak banyak yang mampu menjawab lebih dari 11 pertanyaan mengenai gizi dan kesehatan secara benar. Hanya sebagian kecil (22,00%) responden saja yang mampu menjawab lebih dari 11 item pertanyaan secara tepat dan termasuk kedalam kategori ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan baik. Persentase terbesar untuk responden di Kelurahan Kramat Jati berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pada kategori sedang. Pada kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang sedang, hampir separuh (48,00%) responden termasuk kedalam kategori ini dan berhasil menjawab secara tepat 9 – 11 item pertanyaan. Namun, sayangnya persentase ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong buruk masih lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong baik. Sebanyak 30,00 persen responden tidak mampu menjawab secara tepat melebihi 9 item pertanyaan. Pengetahuan akan gizi dan kesehatan yang baik dapat membantu ibu hamil menjalani masa kehamilannya dengan baik pula. Ibu hamil yang menjalani masa kehamilannya dengan baik terkait pada status gizi yang ditunjang dengan pengetahuan yang baik dalam hal gizi dan kesehatan terkait kehamilan. Hal ini tergambar melalui pernyataan Suhardjo (1989) bahwa pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah. Hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi ibu hamil selama kehamilan. Ibu hamil tentunya tidak mau kehamilannya berisiko karena mengonsumsi bahan pangan yang dapat membahayakan kehamilannya. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik dapat memilah bahan pangan yang akan ia konsumsi. Dengan tingkat pengetahuan yang baik ibu hamil dapat mengetahui bahan pangan apa saja yang dapat membahayakan kehamilannya. Hal ini pun dapat berlaku sebaliknya, dengan pengetahuan akan gizi dan kesehatan yang baik ibu hamil juga dapat memilah bahan pangan apa saja yang dapat menunjang kehamilan sehingga ia dapat menjalani kehamilan dengan baik. Secara umum, ibu hamil di Kelurahan Ragunan memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati. Gambaran ini tercermin melalui hasil yang didapatkan dari 50 orang responden di Kelurahan Ragunan. Responden di Kelurahan Ragunan dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan buruk memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan responden di Kelurahan 105 Kramat Jati dengan kategori yang sama. Selain itu, lebih dari separuh (56,00%) responden di Kelurahan Ragunan termasuk kedalam kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa di Kelurahan Ragunan lebih banyak responden yang mampu menjawab secara tepat sebanyak 9-11 item pertanyaan. Untuk kategori tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan baik, terdapat persamaan persentase jumlah responden yang menjawab secara tepat lebih dari 11 item pertanyaan untuk Kelurahan Ragunan dan Kramat Jati. Lebih dari separuh responden secara keseluruhan di kedua kelurahan mampu menjawab 9-11 item pertanyaan secara tepat. Hal ini juga menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong sedang. Namun, jumlah responden dengan tingkat pengetahuan yang tergolong baik masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong buruk. Sebanyak 26,00 persen responden secara keseluruhan belum mampu menjawab secara tepat lebih dari 8 item pertanyaan. Sedangkan hanya sebesar 22,00 persen responden saja yang mampu menjawab secara tepat item pertanyaan dengan skor diatas 80,00 atau sebanyak lebih dari 11 item pertanyaan. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan disajikan pada Tabel 8. Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Besi Sebaran responden berdasarkan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah ibu hamil dengan konsumsi tablet besi kurang dari 80 persen. Pada kategori ini ibu hamil dikatakan tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi karena jumlah yang dikonsumsi kurang dari 80 persen. Kategori kedua ialah ibu hamil dengan konsumsi tablet besi ≥ 80 persen. Ibu hamil yang termasuk kedalam kategori kedua ini dapat dikatakan sebagai ibu hamil yang patuh dalam mengonsumsi tablet besi. Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi Kramat Jati Ragunan TOTAL Konsumsi TTD n % n % n % < 80% 37 77.08 29 70.73 66 74.16 ≥ 80% 11 22.92 12 29.27 23 25.84 TOTAL 48 100.00 41 100.00 89 100.00 106 Sebagian besar responden di Kelurahan Kramat Jati termasuk kedalam kategori responden yang pertama. Sebanyak 77,08 persen responden tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi karena sebagian besar responden mengonsumsi tablet besi kurang dari 80 persen. Sedangkan di Kelurahan Ragunan persentase responden untuk kategori pertama lebih rendah jumlahnya. Hampir sebagian besar (70,73%) responden tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi. Persentase responden yang lebih baik untuk kategori kedua terdapat pada responden di Kelurahan Ragunan. Jumlah responden dengan kategori patuh dalam mengonsumsi tablet besi lebih banyak terdapat pada Kelurahan Ragunan. Pada Kelurahan Ragunan terdapat jumlah responden yang patuh mengonsumsi tablet besi yaitu sebanyak 29,27 persen. Sedangkan di Kelurahan Kramat Jati jumlah responden yang termasuk kedalam kategori patuh dalam mengonsumsi tablet besi hanya sebanyak 22,92 persen. Hampir sebagian besar dari seluruh total responden di kedua kelurahan termasuk kedalam kategori pertama. Hal ini menunjukkan bahwa responden di kedua kelurahan memiliki tingkat kepatuhan yang sangat kurang dalam mengonsumsi tablet besi. Konsumsi tablet besi walaupun sudah difasilitasi oleh pemerintah jumlahnya kurang dari 80 persen. Hasil lengkap tingkat kepatuhan responden dalam mengonsumsi tablet besi disajikan melalui Tabel 9. Soehardi (2004) menyatakan penyebab anemia pada umumnya adalah karena kurangnya sel darah merah (hemoglobin). Dan untuk memproduksi sel darah merah, tubuh membutuhkan serangkaian zat gizi. Zat gizi yang paling diperlukan dalam memproduksi sel darah merah adalah zat besi, asam folat dan vitamin B12. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan asupan zat gizi untuk memproduksi sel darah merah, ibu hamil membutuhkan suplemen untuk memenuhi kebutuhannya akan zat gizi tersebut khususnya zat gizi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah. Pemerintah memprioritaskan suplementasi tablet besi kepada ibu hamil. Suplementasi tablet besi ini dimaksudkan agar ibu hamil terhindar dari anemia. Menurut SKRT (1995) yang diacu dalam Darlina (2003) selain karena mempunyai prevalensi tertinggi (51%), ibu hamil mendapatkan prioritas dalam program suplementasi tablet besi ini juga karena akibat dari anemia yang tidak hanya membahayakan ibu namun juga janin yang dikandungnya. Selama masa kehamilan tablet besi sebaiknya 107 diminum minimal sebanyak 90 tablet. Namun, akan lebih baik ketika ibu hamil mengonsumsi tablet besi satu tablet setiap hari. Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengonsumsi tablet besi secara baik (WHO 1986 diacu dalam Wijianto 2002). Tingkat kepatuhan yang kurang sangat mungkin dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran responden dalam mengosumsi tablet besi. Kesadaran untuk mengonsumsi tablet besi ini pun besar kemungkinan mendapat pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan responden yang secara umum tergolong sedang. Sebagaimana telah diungkapkan Suhardjo (1989) bahwa konsumsi pangan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Responden dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik memiliki kesadaran untuk mengonsumsi tablet besi yang lebih tinggi karena responden sadar akan kebutuhan dan manfaat dari tablet besi yang ia konsumsi bagi kehamilannya. WHO (1986) dalam Wijianto (2002) juga menyatakan bahwa kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran saja. Terdapat faktor lain yang juga turut mempengaruhi tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping. Dari sekian banyak faktor tersebut salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam tingkat kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi adalah efek samping. Efek samping dari tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi dan diare. Adanya efek samping dari tablet besi ini menyebabkan ibu hamil menjadi enggan dalam mengonsumsi tablet besi yang diberikan oleh pelayanan kesehatan setempat. Hasil penelitian Pinem (1991) memperkuat dugaan ibu hamil yang enggan mengonsumsi tablet besi disebabkan oleh efek samping pemberian tablet besi tersebut. Efek samping konsumsi tablet besi menurut hasil penelitian Pinem yaitu (1) muntah, mual dan nyeri perut yang terkait dengan saluran pencernaan atas serta (2) diare dan konstipasi yang terkait dengan saluran pencernaan bawah. Terdapat hubungan yang erat antara dosis tablet besi yang dikonsumsi terutama dengan saluran pencernaan atas (muntah, mual dan nyeri perut). Selain itu disebutkan pula bahwa salah satu kelompok responden menyatakan tidak pernah mendapatkan tablet besi dari puskesmas dan selama ini selalu diberi resep untuk membeli sendiri tablet besi yang dianjurkan. 108 Penelitian lanjutan yang dilakukan pada wilayah kecamatan yang sama menyatakan bahwa distribusi tablet besi sudah cukup berhasil. Hal ini tergambarkan melalui 90 persen tablet besi yang telah didisribusikan. Namun, Ibrahim (2004) menyatakan bahwa dengan distribusi tablet besi yang dinilai sudah cukup berhasil tidak mampu menurunkan prevalensi anemia secara signifikan. Jenis Penyakit yang Dialami Ibu Sebelum Hamil dan Selama Hamil Jenis penyakit responden yang diketahui bukan hanya jenis penyakit yang muncul pada saat kehamilan namun juga jenis penyakit yang diderita oleh responden dengan jangka waktu selama enam bulan sebelum hamil. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis penyakit yang memang sudah muncul selama sebelum hamil serta untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang kemungkinan terkait dengan riwayat kesehatan responden di masa yang lalu. Tabel 10 Persentase jenis penyakit yang diderita responden selama enam bulan sebelum hamil dan selama kehamilan Jenis Penyakit Anemia Batuk Influenza Hipertensi Jantung Diabetes Typus Asma Maag Hiperemesis Sinus Muntaber Radang tenggorokan 6 bulan sebelum hamil TOTAL Kramat Jati Ragunan % n n % n % 9 18.00 6 12.00 15 15.00 16 32.00 14 28.00 30 30.00 15 30.00 16 32.00 31 31.00 1 2.00 2 4.00 3 3.00 1 2.00 1 2.00 2 2.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 4.00 0 0.00 2 2.00 4 8.00 8 16.00 12 12.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.00 0 0.00 1 1.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Selama kehamilan Kramat Jati Ragunan n % n % 17 34.00 10 20.00 11 22.00 16 32.00 8 16.00 15 30.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.00 0 0.00 1 2.00 0 0.00 4 8.00 7 14.00 1 2.00 0 0.00 1 2.00 0 0.00 1 2.00 0 0.00 0 0.00 1 2.00 TOTAL n % 27 27.00 27 27.00 23 23.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 1.00 1 1.00 11 11.00 1 1.00 1 1.00 1 1.00 1 Terdapat perbedaan jenis penyakit yang sering muncul pada saat 6 bulan sebelum hamil dan selama masa kehamilan. Secara umum, mulai dari persentase terbesar, jenis penyakit yang sering muncul pada saat 6 bulan sebelum hamil adalah influenza, batuk, anemia, maag, hipertensi, jantung, asma dan sinus. Sedangkan jenis penyakit yang sering muncul selama masa 1.00 109 kehamilan, mulai dari persentase terbesar adalah anemia, batuk, influenza, maag, typus, asma, hiperemesis, sinus, muntaber dan radang tenggorokan. Tabel 10 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan dari total responden di kedua kelurahan, anemia memiliki persentase yang meningkat pada saat 6 bulan sebelum hamil dan selama kehamilan. Persentase anemia pada saat 6 bulan sebelum hamil sebesar adalah 15,00 persen. Sedangkan persentase anemia selama kehamilan meningkat hingga 27,00 persen. Meningkatnya prevalensi anemia selama masa kehamilan menunjukkan pentingnya mengonsumsi tablet besi sesuai yang anjuran. Anemia yang terjadi pada saat kehamilan dapat ditanggulangi dengan mengonsumsi tablet besi secara teratur satu tablet setiap hari atau minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan (BPS 2004). Peningkatan persentase jenis penyakit selama kehamilan juga terjadi pada jenis penyakit typus, hiperemesis, muntaber dan radang tenggorokan. Thompson (2004) menyatakan bahwa terdapat empat jenis penyakit yang sering muncul terkait dengan kehamilan. Penyakit-penyakit tersebut adalah anemia, hipertensi, diabetes dan ambeien. Keempat penyakit tersebut merupakan penyakit yang umum muncul selama masa-masa kehamilan. Skor morbiditas yang telah dihitung berdasarkan risiko jenis penyakit ditampilkan melalui Tabel 11. Hampir sebagian besar responden memiliki skor morbiditas yang termasuk ringan. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan skoring penyakit Kategori Ringan Sedang Berat TOTAL 6 bulan sebelum hamil TOTAL Kramat jati Ragunan % n n % n % 32 64.00 37 74.00 69 69.00 13 26.00 7 14.00 20 20.00 5 10.00 6 12.00 11 11.00 50 100.00 50 100.00 100 100.00 Kramat jati n % 35 70.00 13 26.00 2 4.00 50 100.00 Selama kehamilan TOTAL Ragunan n % n % 36 72.00 71 71.00 8 16.00 21 21.00 6 12.00 8 8.00 50 100.00 100 100.00 Berdasarkan kategori penyakit, lebih dari separuh responden berada dalam kategori skor morbiditas (skor penyakit) yang dianggap ringan baik itu pada saat 6 bulan sebelum hamil maupun pada saat hamil (Tabel 11). Skor morbiditas responden yang hampir sebagian besar responden dinyatakan ringan, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden memiliki risiko kehamilan yang tidak diakibatkan oleh morbiditas. 110 Tingkat Keluhan Ibu selama Kehamilan Thompson (2004) menyatakan bahwa keluhan kehamilan yang paling umum dijumpai pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning sick, yaitu mual dan muntah yang terjadi di pagi hari. Kondisi ini umum ditemui pada sebagian besar wanita hamil, namun dapat juga tidak dialami oleh wanita hamil lainnya. Kondisi ini biasanya akan berlangsung hingga usia kehamilan memasuki minggu ke-12 atau bulan ketiga kehamilan. Gangguan ini diperkirakan terjadi karena peningkatan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) selama tiga bulan pertama kehamilan. Penyebab lain ialah stress, bau yang menyengat, pengaruh meminum tablet zat besi pada awal kehamilan, sulit menelan serta melihat atau mencium makanan yang tidak disukai. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan jenis keluhan yang dialami selama kehamilan Jenis Keluhan Mual Muntah Pusing/berkunang Lemah/lesu Pucat Oedema Nafsu makan menurun Merasa kurus Sulit BAB Sering BAK Sakit pinggang Nyeri payudara Sakit pundak Nyeri perut Gatal-gatal Ngidam Alergi Jantung berdebar Pegal-pegal Kramat Jati n % 41 82.00 32 64.00 38 76.00 34 68.00 26 52.00 3 6.00 Ragunan n % 39 78.00 28 56.00 30 60.00 25 50.00 21 42.00 3 6.00 n 80 60 68 59 47 6 TOTAL % 80.00 60.00 68.00 59.00 47.00 12.00 23 46.00 25 50.00 48 48.00 14 8 36 24 16 1 1 3 0 0 0 0 28.00 16.00 72.00 48.00 32.00 2.00 2.00 6.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13 4 36 20 13 0 1 3 2 1 1 2 26.00 8.00 72.00 40.00 26.00 0.00 2.00 6.00 4.00 2.00 2.00 4.00 27 12 72 44 29 1 2 6 2 1 1 2 27.00 12.00 72.00 44.00 29.00 1.00 2.00 6.00 2.00 1.00 1.00 2.00 Senada dengan pernyataan Thompson (2004) bahwa keluhan kehamilan yang paling umum ditemui pada masa-masa awal kehamilan (trimester I) adalah morning sick. Secara keseluruhan responden di Kelurahan Kramat Jati dan Ragunan mengungkapkan hal yang sama. Sebanyak 80,00 persen responden mengalami jenis keluhan mual. Namun, keluhan mual pada masa kehamilan tidak selalu diiringi dengan muntah. Berdasarkan Tabel 12, ibu hamil dengan 111 keluhan muntah memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan ibu hamil dengan keluhan mual saja. Persentase terbesar kedua untuk jenis keluhan selama kehamilan yaitu adalah sering BAK (Buang Air Kecil). Responden di kedua kelurahan menyatakan ini sebagai keluhan yang paling umum dijumpai selama masa kehamilan. Persentase terbesar ketiga yaitu jenis keluhan pusing/berkunang. Jenis keluhan ini kemungkinan besar terkait dengan prevalensi anemia yang meningkat selama masa kehamilan. Keluhan ini dapat ditanggulangi dengan mengonsumsi tablet besi satu kali sehari atau minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan (BPS 2004). Jenis keluhan responden secara lengkap disajikan melalui Tabel 12. Jenis keluhan yang telah terindentifikasi kemudian diskor. Skor dilakukan berdasarkan kategori jenis keluhan ringan dan berat. Jenis keluhan yang termasuk kedalam kategori berat adalah jenis keluhan yang terkait dengan jenis penyakit tertentu. Skor jenis keluhan responden disajikan melalui Tabel 13. Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan kategori tingkat keluhan Kategori Tingkat Keluhan Ringan Berat TOTAL Kramat Jati n % 12 24.00 38 76.00 50 100.00 Ragunan n % 19 38.00 31 62.00 50 100.00 TOTAL n % 31 31.00 69 69.00 100 100.00 Secara umum, lebih dari separuh responden termasuk kedalam kategori tingkat keluhan berat (Tabel 13). Hal ini berarti mayoritas responden membutuhkan penanganan khusus dalam mengatasi keluhan-keluhan yang muncul selama kehamilan. Jenis keluhan yang dijumpai pada lebih dari separuh responden adalah mual, sering BAK, pusing/berkunang, muntah serta lemah/lesu. Intensitas pemeriksaan kehamilan Pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal sebanyak empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan pertama atau kunjungan pertama dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai empat bulan atau antara 03 bulan (trimester 1). Kunjungan kedua pada usia kehamilan 4-6 bulan (trimester 2). Sedangkan untuk kunjungan ketiga dan keempat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan (trimester 3). Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta (Depkes RI 1993). 112 Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan intensitas pemeriksaan kehamilan Kramat Jati Ragunan TOTAL Intensitas Pemeriksaan Kehamilan n % n % n % Tidak lengkap 32 64.00 28 56.00 60 60.00 Lengkap 18 36.00 22 44.00 40 40.00 TOTAL 50 100.00 50 100.00 100 100.00 Lebih dari separuh responden di kedua kelurahan tidak lengkap dalam memeriksakan kehamilannya. Sebanyak 60,00 persen responden tidak memeriksakan kehamilan sesuai anjuran pemerintah yaitu minimal empat kali selama kehamilan. Namun, dalam hal ini responden di Kelurahan Ragunan memiliki intensitas pemeriksaan kehamilan yang lebih baik dibandingkan dengan responden di Kelurahan Kramat Jati. Pernyataan ini sesuai dengan persentase intensitas pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap dimana responden Kelurahan Ragunan memiliki intensitas yang lebih kecil dibandingkan dengan responden di Kelurahan Kramat Jati (Tabel 14). Rachmawati (2004) menyatakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan ibu hamil dalam memilih tempat periksa kehamilan antara lain adalah biaya, jarak dan faktor kepercayaan. Jarak antara tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam intensitas pemeriksaan ibu hamil. Rendahnya intensitas pemeriksaan kehamilan responden diduga disebabkan oleh jarak tempuh yang jauh serta faktor kepercayaan terhadap tenaga kesehatan pemerintah. Fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan Pemeriksaan kesehatan yang lebih umum dilakukan oleh tenaga kesehatan di kalangan masyarakat adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah (tensi), pemeriksaan tinggi fundus uteri (bagian atas punggung rahim), suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), serta pemberian tablet besi (BPS 2004). Komponen fasilitas pemeriksaan ibu hamil ini kerap kali disebut sebagai 5T. Fasilitas pemeriksaan kesehatan inilah yang dijadikan standar dalam berbagai pelayanan kesehatan ibu hamil. 113 Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan Kramat Jati Ragunan TOTAL Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kehamilan n % n % n % Tidak lengkap 43 86.00 46 92.00 89 89.00 Lengkap 7 14.00 4 8.00 11 11.00 TOTAL 50 100.00 50 100.00 100 100.00 Kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan tidak begitu saja dijamin oleh akses ke ibukota Negara. Hal ini tercermin melalui persentase kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan yang didapat responden di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan Ragunan. Sebagian besar responden di kedua kelurahan ini tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan secara lengkap. Yang lebih menyedihkan adalah hanya sebagian kecil responden saja yang mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan secara lengkap (Tabel 15). Analisis Hubungan Responden dengan intensitas pemeriksaan kehamilan yang lebih lengkap cenderung memiliki tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dalam mengonsumsi tablet besi. Hasil uji analisis menunjukkan hubungan positif yang sangat signifikan antara tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi dengan intensitas pemeriksaan kehamilan (p value = 0,001 dan r = 0,322**). Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran memiliki tingkat kepatuhan dalam mengonsumsi tablet besi yang lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran. Hal ini diduga disebabkan ibu hamil dengan tingkat kepatuhan yang tinggi memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang lebih baik karena ibu hamil ini rutin memeriksakan kehamilannya. Dengan pemeriksaan kehamilan yang rutin (sesuai anjuran), maka ibu hamil akan lebih sering berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang memungkinkan pertukaran informasi terjadi lebih sering. Dugaan ini diperkuat dengan hasil penelitian Indahwati (2000) yang mengungkap bahwa terdapat kecenderungan pada ibu hamil dengan konsumsi tablet besi yang baik sebagian besar mempunyai pengetahuan gizi yang baik. Responden dengan intensitas pemeriksaan kehamilan yang lebih sering cenderung mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Hasil uji analisis menunjukkan intensitas pemeriksaan kehamilan memiliki hubungan 114 positif yang sangat signifikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan (p value = 0,002 dan r = 0,300**). Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan pernyataan Hartoyo,et al (2003) yang menjelaskan kaitan antara cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan dengan pelayanan antenatal yang diperoleh. Lebih dari separuh responden (69,0%) memiliki tingkat keluhan kehamilan yang tergolong berat. Responden dengan kategori ini memiliki keluhan kehamilan dengan jumlah lebih dari 13. Intensitas pemeriksaan kehamilan yang dilakukan responden juga tidak berada pada kategori yang memuaskan. Lebih dari separuh responden tidak memeriksakan kehamilan sesuai anjuran (kurang dari empat kali). Hasil uji analisis menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keluhan ibu hamil dengan intensitas pemeriksaan kehamilan (p value = 0,053 dan r = 0,194). Fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan minimal yang diperoleh ibu hamil adalah pengukuran berat dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, suntikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dan pemberian tablet besi (tablet besi) (BPS 2004). Hampir seluruh responden dalam penelitian mengaku tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan tersebut secara lengkap. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keluhan ibu hamil dengan kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan (p value = 0,780 dan r = 0,028). Tidak terdapatnya hubungan ini diduga disebabkan karena fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan yang tersedia tidak begitu berpengaruh terhadap keluhan kehamilan pada umumnya. 115 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Lebih dari separuh responden (52,0%) memiliki tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan sedang. Rata-rata skor pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil sebesar 69,4±17,7. 2. Hampir sebagian besar responden (74,2%) dinyatakan tidak patuh dalam mengonsumsi tablet besi yang diberikan. Rata-rata konsumsi tablet besi oleh responden yaitu sebanyak 34 tablet. 3. Jenis penyakit yang diderita responden selama 6 bulan sebelum hamil dengan urutan persentase mulai dari yang terbesar adalah influenza, batuk, anemia, maag, hipertensi, jantung, asma dan sinus. Sedangkan jenis penyakit yang diderita selama kehamilan adalah anemia, batuk, influenza, maag, typus, asma, hiperemesis, sinus, muntaber dan radang tenggorokan. Hampir sebagian besar responden (71,0%) memiliki jumlah skor morbiditas yang tergolong ringan. 4. Jenis keluhan yang dialami responden bervariasi. Berikut adalah jenis keluhan ibu hamil dengan urutan persentase terbesar hingga terkecil mual, sering BAK (buang air kecil), pusing/berkunang, muntah, lemah/lesu, nafsu makan menurun, merasa gemuk, pucat, sakit pinggang, nafsu makan meningkat, nyeri payudara, merasa kurus, sulit BAB (buang air besar) oedema, gatal-gatal, nyeri perut, ngidam, pegal-pegal, sakit pundak, alergi dan jantung berdebar. Lebih dari separuh responden (69,0%) tergolong kedalam kategori ibu hamil dengan tingkat keluhan berat. 5. Lebih dari separuh responden (60,0%) tidak memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran (minimal 4 kali selama kehamilan) dan sebagian besar responden (89,0%) tidak mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara lengkap dengan standar 5T (pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi dan imunisasi tetanus-toksoid). 6. Hasil uji analisis menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet besi dengan intensitas pemeriksaan kehamilan. 116 7. Hasil uji analisis menunjukkan hubungan yang sangat signifikan antara intensitas pemeriksaan kehamilan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang didapatkan responden. Hubungan yang tidak signifikan ditunjukkan oleh tingkat keluhan dengan intensitas pemeriksaan kehamilan dan tingkat keluhan dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang didapat. Saran Banyaknya persentase ibu hamil (60,0%) yang tidak rutin dalam memeriksakan kehamilannya hendaknya membuat pemerintah melalui dinas kesehatan (puskesmas) lebih berperan aktif dalam menumbuhkan kesadaran para ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sesuai anjuran dan mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Selain itu, peninjauan kelengkapan fasilitas pelayanan kesehatan kehamilan (pelayanan antenatal) agar lebih diperhatikan mengingat 89,0% responden tidak mendapatkan fasilitas standar pemeriksaan kehamilan (standar 5T). Selain itu, kualitas sumberdaya manusia di Posyandu (kader) juga perlu ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan mengingat persentase ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke Posyandu lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ke Puskesmas. Peningkatan kualitas para kader Posyandu ini juga dapat meningkatkan kualitas kehamilan ibu hamil. 117 DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia. Anggarini F. 2005. Kajian Kasus-Banding Faktor yang Mempengaruhi Anemia Pada Anak Baduta di Bogor [skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Anonymous. 2008. Varises Vagina saat Hamil. www.connectique.com. [3 Juli 2008]. Apriadji WH. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya. Badan Pusat Statistik. 2004. Statistika Kesehatan. Jakarta : BPS. Bastary H. 2001. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal dan Hubungannya dengan Faktor Risiko Kehamilan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2000-2001 [tesis]. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Darlina. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi pada Ibu Hamil di Kota Bogor Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Mayarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Buku Pedoman Pelacakan Neonatal Risiko Tinggi : Modul Tetanus Neonatorium dan Berat Bayi Lahir Rendah. Jakarta : Depkes RI. ____________________________________. 2003. Gizi dalam Angka. Jakarta : Depkes RI. Hartoyo et al. 2003. Studi Evaluasi Health and Nutrition Sector Development Program (HNSDP). Bogor : Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ibrahim S. 2004. Analisis Terhadap Pelaksanaan Konseling Kehamilan oleh Bidan di Puskesmas Kecamatan Wilayah Jakarta Timur [tesis]. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Indahwati NS. 2000. Kaitan tingkat pengetahuan gizi, asupan makanan, dan penggunaan tablet besi (Fe) terhadap status anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Pamanukan Kabupaten Subang, Jawa Barat. Info Pangan dan Gizi VIII (2) : 10-11. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. Kalangie NS. 1994. Kebudayaan dan Kesehatan : Pengembangan Pelayanan Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosio Budaya. Jakarta : Kesaint Blanc. Kisnawati D. 2007. Partisipasi Ibu Hamil terhadap Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Pembantu Lung Bata Kota Banda Aceh Tahun 2007. www.contohskripsitesis.com. [30 Juni 2008]. 118 Khumaidi. 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Manuaba IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan. Marlina L. 2004. Persepsi dan Tingkat Konsumsi Pasien Rawat Inap Diabetes Mellitus Terhadap Makanan yang Diinginkan di Rumah Sakit TNI Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Megasari DA. 2006. Materi Pengajaran dan Tingkat Pengetahuan Gizi Kesehatan Guru Taman Kanak-Kanak di Kota Bogor [skripsi]. Bogor : Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Nolan M. 2004. Kehamilan dan Melahirkan. Susi Purwoko, penerjemah. Jakarta : Arcan. Nurcahyo. 2007. Penyakit-Penyakit yang Bisa Mempersulit www.indonesiaindonesia.com. [21 Februari 2008]. Kehamilan. Pinem S. 1991. Manajemen Suplementasi Tablet Besi pada Wanita Hamil di Tiga Puskesmas Kecamatan di Wilayah Jakarta Timur [skripsi]. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Pranadji DK. 1988. Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar) [diktat]. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rachmawati E. 2004. Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin : Antara Harapan Hidup dan Kenyataan Kematian. Bandung : Eja Insani. Sadiq A. 2002. Pola penyebab kematian ibu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian ibu di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2001 (Analisis data sekunder survai kematian ibu Kabupaten Musi Banyuasin 2001). Info Pangan dan Gizi VIII (2) : 8-9. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI. Soehardi S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. Bandung : Penerbit ITB. Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Sunaryo ES. 2004. Pengaruh Pemberian L-Glutamin pada MP ASI Pemulihan Terhadap Mutu Protein, Profil Imunitas Seluler dan Pertumbuhan Bayi 6 Bulan yang Mengalami Berat Badan Kurang [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 119 Sutaryanto. 2002. Karakteristik Ibu, Riwayat Kehamilan dan Kelahiran, Pengaruhnya Terhadap Status Gizi Balita di Kabupaten Cianjur Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sutiah S. 2006. Analisis Hubungan Pengetahuan Gizi, Motivasi, Persepsi dan Sikap dengan Kebiasaan Makan Sayuran Ibu Rumah Tangga Perkotaan dan Pedesaan di Bogor [skripsi]. Bogor : Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Swasono MF. 1997. Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta : UI Press. Thompson J. 2004. Kehamilan dari Pembuahan Hingga Kelahiran. Jakarta : Dian rakyat. Wijianto. 2002. Dampak Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dan FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Anemia Gizi Ibu Hamil di Kab. Banggai Propinsi Sulawesi Tengah [skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Wirakusumah ES. 1999. Perencanaan Menu Anemia : Gizi Besi. Jakarta : Trubus Agriwidya. 120 121 Lampiran 1. Kuesione er Kode : …………… ……… Kuesion ner HU UBUNGAN N ANTAR RA INTENSITAS PEMERIIKSAAN KEHA AMILAN, FASILITA F AS PELA AYANAN KESEHA ATAN DA AN KONS SUMSI TA ABLET BESI B DEN NGAN TINGKAT KELUHA AN SELA AMA KEH HAMILAN N RESPOND DEN : ………… ……………… ……………… ……………… ………… ALAMAT : ………… ……………… ……………… ……………… ………… WANCARA : ………… ……………… ……………… ……………… ………… TGL WAW ENUMERA ATOR : ………… ……………… ……………… ……………… ………… RAM STUDI GIZI MAS SYARAKAT T DAN SUM MBERDAYA A KELUARG GA PROGR FAK KULTAS PE ERTANIAN INSTITU UT PERTAN NIAN BOGOR 2008 8 122 I. Identitas Responden Nama Ibu Hamil : …………………………………………………………. Alamat : …………………………………………………………. No Telepon : …………………………………………………………. Umur : …… tahun Agama : Islam/Kristen/Hindu/Budha/………….. Tingkat Pendidikan : tt SD/SD/SLTP/SLTA/Diploma/S1/S2/S3 (...tahun) Pekerjaan : PNS/TNI-POLRI/BUMN/Swasta/Wirausaha, sebagai pimpinan/staf/pekerja Penghasilan perbulan : ……………………. Rp/bulan II. Sosial Ekonomi Keluarga Nama Suami : …………………………………………………………. Umur : …… tahun Tingkat Pendidikan : tt SD/SD/SLTP/SLTA/Diploma/S1/S2/S3 (...tahun) Pekerjaan : PNS/TNI-POLRI/BUMN/Swasta/Wirausaha, sebagai pimpinan/staf/pekerja Penghasilan perbulan : ……………………. Rp/bulan Besar Keluarga : …… orang Jumlah Anak : …… orang III. Status Gizi Kehamilan ke : …… Usia Kehamilan : …… minggu BB saat ini : …… kg/tdk tahu BB sebelum hamil : …… kg/tdk tahu Tinggi Badan : …… cm/tdk tahu LILA saat ini : …… cm/tdk tahu LILA sebelum hamil : …… cm/tdk tahu 123 IV. Riwayat Kesehatan dan Kehamilan Tabel 1. Penyakit yang pernah dialami sebelum dan saat hamil 6 bln sebelum hamil saat ini Saat hamil sekarang Jenis Tanda √ bila Frekuensi per Tanda √ bila Frekuensi per Penyakit Ya 6 bulan Ya 6 bulan Anemia Batuk Influenza Hipertensi Jantung Diabetes Typus Tabel 2. jenis keluhan selama kehamilan dan upaya mengatasinya Upaya mengatasi Pada usia Berapa Jenis keluhan Tanda keluhan hamil brp lama √ bila bln (minggu) Ya Mual Muntah Pusing/berkunang Lemah/lesu Pucat Oedema Nafsu mkn menurun Nafsu mkn meningkat Merasa kurus Merasa gemuk Sulit BAB Sering BAK Sakit pinggang Nyeri payudara 1. Apakah anda pernah mengalami keguguran ? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 2. Apakah anda pernah melakukan aborsi? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 3. Apakah anda pernah melahirkan bayi ≤ 2500 gram? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 4. Apakah anda pernah melahirkan bayi kurang bulan (< 37 minggu)? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 124 5. Apakah anda pernah mempunyai bayi lahir mati ? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 6. Apakah anda pernah mempunyai bayi lahir meninggal jelang 28 hari? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 7. Apakah anda pernah melahirkan bayi sungsang? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 8. Apakah anda pernah melakukan persalinan tidak normal? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 9. Apakah anda pernah melakukan persalinan secara caesar? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 10. Apakah proses persalinan anak yang terakhir normal? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak V. Akses ke Pelayanan Kesehatan 1. Apakah anda memeriksakan kandungan pada kehamilan ini? [ ] Ya, berapa kali …… x [ ] Tidak 2. Jika ya, dimana anda memeriksakan kehamilan (bisa lebih dari 1)? [ ] posyandu [ ] puskesmas [ ] RS [ ] dokter praktek [ ] lainnya ……………. 3. Pelayanan kesehatan apa saja yang anda dapatkan ketika pemeriksaan kehamilan (bisa lebih dari 1 jawaban)? [ ] penimbangan berat badan [ ] imunisasi [ ] pengukuran lingkar lengan atas (LILA) [ ] pengukuran tinggi fundus [ ] pemberian tablet tambah darah [ ] pengukuran tekanan darah [ ] konsultasi gizi dan kesehatan [ ] lainnya …………………….. 4. Apakah anda mengonsumsi tablet tambah darah? [ ] Ya, …….. tablet [ ] Tidak 5. Jika ya, dari mana anda mendapatkan tablet tambah darah tersebut? [ ] posyandu [ ] puskesmas [ ] RS [ ] dokter praktek [ ] beli di apotek [ ] lainnya ……………. 6. Apakah anda telah mendapatkan suntikan imunisasi Tetanus-Toksoid? [ ] Ya [ ] Tidak 7. Jika ya, dari mana anda mendapatkan imunisasi tersebut? [ ] posyandu [ ] puskesmas [ ] dokter praktek [ ] lainnya ……………. [ ] RS 125 VI. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil 1. Makanan sehat bagi ibu hamil terdiri dari ………… a. pangan KH&lauk c. pangan KH&buah b. pangan KH, sayur, lauk & buah d. tidak tahu 2. Porsi makan ibu selama hamil sebaiknya ………… a. seperti sebelum hamil c. lebih banyak b. dikurangi takut bayi besar d. tidak tahu 3. Apa penyebab terjadinya anemi (kurang darah) ………… a. kekurangan lemak c. kekurangan zat besi b. kekurangan kalsium d. tidak tahu 4. Sumber zat besi dari makanan adalah ………… a. nasi & singkong c. daging, telur & hati b. buah-buahan d. tidak tahu 5. Apa akibat kekurangan zat besi selama kehamilan ………… a. bayi lahir BBLR c. bayi akan cerdas b. bayi akan sehat d. tidak tahu 6. Makanan yang banyak mengandung kalsium adalah ………… a. daging sapi c. susu b. jeruk d. tidak tahu 7. Buah yang paling banyak mengandung vitamin C ………… a. apel c. durian b. jambu biji d. tidak tahu 8. Bumil yang pucat, pusing, lesu dan lelah adalah gejala ………… a. anemia (kurang darah) c. kelebihan minum b. janin tumbuh sehat d. tidak tahu 9. Tambahan BB selama kehamilan sebaiknya ………… a. < 5 kg c. 6-12 kg b. 5-8 kg d. tidak tahu 10. Makanan yang banyak mengandung protein adalah ………… a. nasi & singkong c. buah-buahan b. daging & ikan d. tidak tahu 11. Berapa jarak kelahiran yang aman ………… a. 12 bulan c. 24 bulan b. 18 bulan d. tidak tahu 126 12. Risiko apabila bayi lahir tidak cukup bulan ………… a. mengalami gizi kurang c. bayi pasti cacat b. bayi pasti meninggal d. tidak tahu 13. Berapa minimal berat badan bayi lahir yang sehat ………… a. 3.5 kg c. 3 kg b. 2.5 kg d. tidak tahu 14. Agar produksi ASI lancar, payudara perlu dirawat sejak ………… a. melahirkan c. mulai pemberian ASI b. trimester ketiga d. tidak tahu Correlations Spearman's rho FASPK INTENPK PENGIZ PATUHFE pend pensu pkjn beskel pari umil penkap umur skorKIT Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). FASPK INTENPK 1.000 .300** . .002 100 100 .300** 1.000 .002 . 100 100 .022 .077 .829 .448 100 100 .162 .232* .108 .020 100 100 -.088 .109 .382 .280 100 100 -.077 .157 .448 .119 100 100 -.202* .064 .044 .528 100 100 .011 -.043 .913 .668 100 100 -.089 -.206* .380 .039 100 100 .311** .579** .002 .000 100 100 -.083 .112 .411 .269 100 100 -.108 -.022 .286 .831 100 100 -.007 .067 .945 .507 100 100 PENGIZ PATUHFE .022 .162 .829 .108 100 100 .077 .232* .448 .020 100 100 1.000 .081 . .422 100 100 .081 1.000 .422 . 100 100 .345** .179 .000 .075 100 100 .371** .039 .000 .700 100 100 .068 .134 .500 .184 100 100 -.163 -.107 .105 .291 100 100 -.043 .046 .670 .648 100 100 .106 .067 .294 .511 100 100 .262** .077 .008 .447 100 100 -.053 -.019 .597 .848 100 100 -.052 .018 .607 .857 100 100 pend -.088 .382 100 .109 .280 100 .345** .000 100 .179 .075 100 1.000 . 100 .436** .000 100 -.030 .768 100 -.201* .045 100 -.202* .044 100 .049 .629 100 .279** .005 100 .117 .248 100 -.078 .438 100 pensu -.077 .448 100 .157 .119 100 .371** .000 100 .039 .700 100 .436** .000 100 1.000 . 100 .082 .415 100 -.047 .643 100 -.054 .594 100 .110 .275 100 .288** .004 100 .013 .899 100 -.033 .743 100 pkjn -.202* .044 100 .064 .528 100 .068 .500 100 .134 .184 100 -.030 .768 100 .082 .415 100 1.000 . 100 -.016 .875 100 .084 .406 100 -.074 .463 100 -.048 .637 100 .018 .860 100 -.083 .411 100 beskel .011 .913 100 -.043 .668 100 -.163 .105 100 -.107 .291 100 -.201* .045 100 -.047 .643 100 -.016 .875 100 1.000 . 100 .558** .000 100 .231* .021 100 -.399** .000 100 .362** .000 100 -.035 .729 100 pari -.089 .380 100 -.206* .039 100 -.043 .670 100 .046 .648 100 -.202* .044 100 -.054 .594 100 .084 .406 100 .558** .000 100 1.000 . 100 .020 .841 100 -.234* .019 100 .367** .000 100 -.046 .648 100 umil .311** .002 100 .579** .000 100 .106 .294 100 .067 .511 100 .049 .629 100 .110 .275 100 -.074 .463 100 .231* .021 100 .020 .841 100 1.000 . 100 .064 .529 100 .059 .558 100 .009 .930 100 penkap -.083 .411 100 .112 .269 100 .262** .008 100 .077 .447 100 .279** .005 100 .288** .004 100 -.048 .637 100 -.399** .000 100 -.234* .019 100 .064 .529 100 1.000 . 100 -.219* .029 100 .064 .526 100 umur -.108 .286 100 -.022 .831 100 -.053 .597 100 -.019 .848 100 .117 .248 100 .013 .899 100 .018 .860 100 .362** .000 100 .367** .000 100 .059 .558 100 -.219* .029 100 1.000 . 100 -.100 .322 100 skorKIT -.007 .945 100 .067 .507 100 -.052 .607 100 .018 .857 100 -.078 .438 100 -.033 .743 100 -.083 .411 100 -.035 .729 100 -.046 .648 100 .009 .930 100 .064 .526 100 -.100 .322 100 1.000 . 100