1.1 Latar Belakang Public Relations membutuhkan wartawan dan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Public Relations membutuhkan wartawan dan wartawan membutuhkan Public
Relations. Ungkapan ini tidak salah karena pada kenyataannya, dalam kegiatan sehari
– hari, media massa yang diwaliki oleh perkerja media yaitu wartawan dan Public
Relations saling membutuhkan dalam menjalankan tugasnya. Hubungan antara Public
Relations dan wartawan ini dibangun dalam kegiatan Media Relations. Media relations
menempati posisi penting dalam pekerjaan seorang praktisi Public Relations karena
media massa menjadi penjaga gawang (Gatekeeper) dan mengontrol informasi yang
mengalir ke masyarakat dalam suatu sistem sosial. Untuk menyampaikan pesannya
kepada masyarakat (dalam hal ini publik), seorang praktisi Public Relations
membutuhkan media massa. Dan media massa membutuhkan praktisi Public Relations
sebagai sumber berita perusahaan atau organisasi. Kondisi saling membutuhkan ini
muncul dikarenakan seorang praktisi Public Relations tidak mungkin dapat
menjangkau khalayak sasarannya yang tersebar dalam sebaran geografis yang luas,
dengan menggunakan komunikasi secara langsung. Apabila komunikasi secara
langsung ini tetap dilakukan, maka tenaga dan biaya yang dikeluarkan sangat besar.
Sebaliknya, media massa yang dalam hal ini adalah Institusi media yang diwakili oleh
pekerja media yaitu wartawan juga membutuhkan Public Relations sebagai sumber
berita bagi media massa tersebut. Wartawan membutuhkan Public Relations yang
berfungsi sebagai mediator yang menghubungkan wartawan dengan sumber informasi.
2
Sumber informasi di sini bisa berupa topik atau permasalahan tertentu yang ada di
perusahaan ataupun kegiatan perusahaan dan informasi tersebut dinilai oleh wartawan
penting untuk di ketahui oleh masyarakat luas.
Tetapi sayangnya, tidak semua praktisi Public Relations menyadari tentang
peranan media massa ini. Akibatnya, banyak praktisi Public Relations yang tidak
menggunakan media massa secara maksimal, bahkan tidak ada usaha untuk menjalin
kerja sama yang baik dengan wartawan sebagai pekerja media yang ada di Institusi
media. Disisi yang lain, pekerja media yang diwakili oleh wartawan sering kali juga
tidak memiliki hubungan yang baik dengan praktisi Public Relations. Hubungan
personal yang kurang harmonis merupakan alasan yang sering digunakan untuk
menjawab pertanyaan “mengapa pekerja media kurang melibatkan praktisi Public
Relations dalam pekerjaan mereka”.1
Padahal, kalau dilihat secara mendasar,
sebetulnya seorang praktisi Public Relations dapat membantu pekerjaan wartawan dan
pekerja media dengan cara memberikan informasi yang berasal dari perusahaan tempat
praktisi Public Relations itu bekerja. Informasi yang berasal dari perusahaan tempat
praktisi Public Relations itu berada akan menjadi bahan yang sangat penting bagi
wartawan dalam membuat sebuah berita maupun tulisan lainnya.
Hal sebaliknya juga terjadi pada banyak pekerja media yaitu wartawan. Dimana
banyak wartawan yang kurang menyadari bahwa pekerjaan mereka tidak bisa lepas
dari organisasi, institusi ataupun perusahaan. fakta dimasyarakat, organisasi,
1
Rini Darmastuti. Media Relations Konsep, Strategi dan Aplikasi. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2012. Hal 41
3
perusahaan ini sebetulnya mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam
kehidupan masyarakat kita dan membawa dampak dalam perubahaan kehidupan
masyarakat.2 Dapat diartikan bahwa informasi yang diberitakan oleh media massa
yang berhubungan dengan suatu perusahaan atau organisasi sangat dibutuhkan
masyarakat dan dapat membawa dampak sangat besar terkait kehidupan masyarakat
luas. Dalam kondisi tertentu, sering kali wartawan juga membatasi informasi yang
mereka sediakan bagi masyarakat untuk diketahui. Pada kondisi inilah dibutuhkan
keahlian dari seorang praktisi Public Relations untuk menggunakan strategi yang tepat
dalam melakukan pendekatan kepada institusi media dan pekerja media yaitu
wartawan. Tujuannya, agar pesan yang dibuat oleh praktisi Public Relations dapat
sampai kepada masyarakat secara tepat tanpa ada pembohongan publik.
Head of Corporate Affairs dari PT. Frisian Flag Indonesia, Andrew Ferryawan
Saputro, melalui wawancara singkat dengan peneliti3, beliau mengungkapkan bahwa
sebagai perusahaan makanan dan minuman dan perusahaan nutrisi yang memiliki
reputasi yang baik dalam hal kepedulian terhadap gizi masyarakat, strategi komunikasi
yang Frisian Flag Indonesia lakukan adalah melalui berbagai platform atau saluran
komunikasi, salah satunya sudah pasti melalui media massa. Melalui media perusahaan
bisa memberikan informasi bahwa perusahaan memiliki kepedulian tinggi, goodwill,
social responsibility yang akan mempertahankan status perusahaan sebagai perusahaan
yang memiliki reputasi yang baik. Dikesempatan yang sama, beliau menambahkan
2
ibid.
3
Daftar wawancara terlampir
4
bahwa selama ini hubungan dengan media berjalan sangat baik, tidak ada kendala yang
berarti.
Dalam menjalin hubungan baik dengan media yang diwakili oleh wartawan
baik media cetak dan online, PT. Frisian Flag Indonesia melakukannya melalui divisi
Corporate Affairs dan bekerja sama dengan konsultan Public Relations ternama, Zeno
Stratcom Indonesia. Aktivitas media relations yang sering dilakukan oleh Frisian Flag
Indonesia diantaranya : menyebarkan Press Release, mengadakan Press Conference,
Media Visit dan Media Gathering, 1 on 1 Interview serta special event dengan rekan
media melalui acara buka puasa bersama. Terkait aktivitas media relations yang
dilakukan, Frisian Flag Indonesia sering berhubungan dengan beberapa media massa,
baik cetak maupun media online, diantaranya : Sinar Harapan, Media Indonesia, Koran
Sindo, Koran Kompas, Neraca, majalah Nakita, Kompas.com, Detik.com,
Liputan6.com, Metrotvnews.com. Dari hasil perbincangan singkat dengan salah satu
praktisi Public Relations dari konsultan Public Relations yang bekerja sama dengan
PT. Frisian Flag Indonesia ini, Amelia Zaneta4 mengenai ada tidaknya kendala selama
melakukan komunikasi dengan media, ternyata terdapat kejadian dimana saat
perusahaan mengundang media untuk hadir pada konferensi pers kampanye yang
diselenggarakan oleh Frisian Flag Indonesia, yaitu Gerakan NUSANTARA tahun kedua, banyak media yang menyatakan tidak dapat hadir pada konferensi pers kampanye
tersebut. Banyaknya media yang tidak dapat hadir ini di luar harapan perusahaan.
4
Daftar wawancara terlampir
5
Padahal pada kampanye Gerakan NUSANTARA tahun pertama, antusias media sangat
tinggi. Dari rencana awal perusahaan hanya mengundang 30 media saja ternyata yang
hadir mencapai 50 media. Permasalahan di tahun ke-dua kampanye Gerakan
NUSANTARA ini dari target awal 50 media yang hadir ternyata kurang dari 30 media.
Hal ini tentu menjadi tanda tanya sendiri bagi perusahaan, kenapa hal ini dapat terjadi?
Apakah ada kesalahan dengan perlakuan dari perusahaan terhadap media sehingga
media tidak mau hadir dalam acara kampanye yang diselengarakan perusahaan?
Padahal acara kampanye Gerakan NUSANTARA ini memiliki nilai berita, karena
merupakan kampanye yang di selenggarakan oleh perusahaan terkait kepedulian
perusahaan terhadap peningkatan asupan gizi masyarakat Indonesia. Amelia Zeneta
menambahkan dikarenakan jumlah wartawan yang tidak hadir cukup banyak
perusahaan mencari tahu penyebab ketidakhadiran para wartawan tersebut dan didapat
hasil bahwa kebijakan dari redaksi yang tidak dapat meliput dan memberitakan
kampanye yang sama untuk kedua kalinya meski berbeda tahun5. Dari studi literasi
yang penulis juga lakukan, terdapat pernyataan dari Frazier Moore6, beliau mengatakan
meskipun para wartawan menyambut baik informasi yang bernilai berita mengenai
rencana aktivitas dan kemajuan sebuah perusahaan, mereka seringkali mempunyai
gagasan yang berbeda dengan gagasan para wakil perusahaan; seperti tentang apa yang
penting dan apa yang tidak penting, serta berbagai pertimbangan lainnya. Hal ini juga
5
6
Daftar wawancara terlampir
H. Frazier Moore. op.cit. hal 216
6
senada dengan apa yang di kemukakan oleh Cutlip-Center-Broom7, terkait menjalin
hubungan baik dengan media, berbicaralah dari sudut pandang kepentingan publik,
bukan kepentingan organisasi. Berdasarkan literasi tersebut, maka sangat perlu bagi
praktisi Public Relations dalam mengetahui sudut pandang atau persepsi dari media
yang diajak bekerja sama. Prinsip paling mendasar yang harus dimengerti oleh praktisi
Public Relations dalam berhubungan dengan media adalah pahami karakteristik
masing – masing media serta pahami cara kerja wartawan masing - masing media
tersebut, berikan apa yang mereka butuhkan.8 Seseorang cenderung akan
memersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya saat itu9, dan kaitannya dengan cara
kerja media, tentu media akan melakukan hal yang sama, yaitu memersepsikan
berdasarkan pada kebutuhan dari media masing – masing dan hal ini menimbulkan
tingkat subjektivitas dari media tersebut. Dikarenakan persepsi sangatlah subjektif,
Herry Helson dalam buku Dedy Mulyana,10 mengatakan bahwa kita menilai
rangsangan berdasarkan skala pribadi atau subjektif, yang merupakan proses kognitif
psikologis dalam diri Anda yang mercerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan
pengharapan untuk memaknai objek persepsi. Menurut J. Cohen dalam buku Dedy
Mulyana, “Persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representative
objek ekternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di
luar sana.” Persepsi memiliki dimensi – dimensi didalamnya mulai dari stimuli atau
7 Center, Broom., dan Scott M. Cutlip. Effective Public Relations, Edisi kedelapan. Prentice Hall Internasional, Inc.
2000. Hal 312
8 Ibid.
9 Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam. op.cit., Hal 179
10 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Rosdakarya. Bandung. 2005. Hal 206
7
sensasi yang diterima oleh panca indera, lalu kita mengorganisasikan sensasi tersebut
berdasarkan pengetahuan atau kerangka rujukan (field of reference), pengalaman masa
lalu (field of experience), dan kognitif psikologis kita, setelah kita mengenali sensasi
atau rangsangan tersebut, kita akan memperhatikan sensasi tersebut atau terjadi proses
atensi yang selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara,
apabila data berhasil ditafsirkan maka individu memberikan penilaian terhadap data
tersebut dan terjadi yang dinamakan persepsi. Hal yang sama terjadi pada wartawan
dalam mempersepsi perusahaan melalui aktivitas media relations, pertama – tama
stimuli atau sensasi datang melalui siaran pers yang dikirimkan lewat email ataupun
fax kepada media, pihak perusahaan menelepon wartawan tersebut terjadi interaksi saat
itu, yang selanjutnya akan di organisasikan stimuli dari perusahaan tersebut
berdasarkan pengetahuan wartawan baik karena mengetahui perusahaan tersebut
ataupun pengalaman akan aktivitas yang pernah terjadi sebelumnya dengan perusahaan
tersebut lalu juga akan memperhatikan stimuli yang datang tersebut, terjadi proses
atensi, dipilih oleh wartawan setelah stimuli tersebut menarik perhatian si wartawan,
dan wartawan menafsirkannya untuk selanjutnya dilakukan penilaian terhadap
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Yang akan menjadi masalah adalah disaat
perusahaan mempersepsikan bahwa hubungan mereka dengan media selama ini adalah
baik dan tidak ada kendala sehingga perusahaan berpikir bahwa program yang mereka
jalankan akan terus diberitakan oleh media, namun kenyataannya belum tentu apa yang
dipersepsikan oleh perusahaan sama dengan apa yang dipersepsikan oleh wartawan.
Oleh sebab itu menurut Dedy Mulyana dalam bukunya “Teori Komunikasi”
8
mengatakan bahwa persepsi merupakan inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak
akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi lah yang
menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.11 Bila
dihubungankan dengan persepsi media, maka bila praktisi Public Relations tidak
mengetahui persepsi dari media yang diwakili oleh wartawan maka muncul
kemungkinan menghasilkan komunikasi yang tidak efektif. Persepsi media ini menjadi
sangat penting untuk di ketahui oleh praktisi Public Relations, bagaimana mereka
mempersepsikan aktivitas media relations yang sudah dilakukan sebelumnya dan yang
sedang dilaksanakan.
Dari permasalahan yang muncul tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut
mengenai
bagaimana
pihak
media
yang
diwakili
oleh
wartawan
mempersepsikan aktivitas media relations yang dilakukan oleh PT. Frisian Flag
Indonesia selama periode Juni 2014 sampai dengan Maret 2015. Hal yang mendasari
peneliti meneliti mengenai persepsi media terhadap aktivitas media relations PT.
Frisian Flag Indonesia dikarenakan penulis melihat tantangan yang dihadapi oleh PT.
Frisian Flag Indonesia, sebagai perusahaan nutrisi berbasis susu terlama di Indonesia,
90 tahun lamaanya12 sudah tentu PT. Frisian Flag Indonesia tidak jarang mengundang
sorotan media. Oleh sebab itu peneliti mengangkat tema mengenai persepsi media
terhadap aktivitas media relations yang bisa dijadikan bahan kajian pengembangan
11
12
Ibid. Hal 180
Diakses pada tanggal 16 April 2015 dari http://www.frisianflag.com/tentang-kami/sejarah-perusahaan/
9
ilmu Public Relations mengenai pentingnya mengetahui persepsi dari pihak media
untuk menghasilkan komunikasi yang efektif dan tetap menjaga hubungan baik dengan
media.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka perumusan masalah dalam
skripsi ini adalah
“Bagaimana Persepsi Wartawan Terhadap Aktivitas Media Relations PT. Frisian Flag
Indonesia (Periode Juni 2014 – Maret 2015) ? “
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menggambarkan dan
mendeskripsikan Persepsi dari Wartawan terhadap Aktivitas Media Relations PT.
Frisian Flag Indonesia (Periode Juni 2014 – Maret 2015).
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu Public Relations
khusunya mengenai Media Relations, terkait dengan persepsi dari pihak media
terhadap aktivitas media relations yang dilakukan oleh praktisi Public Relations. Dan
10
kajian mengenai tahap evaluasi yang harus dilakukan oleh praktisi Public Relations
dalam rangkaian kerjanya yaitu Research-Action-Communication-Evaluation13.
1.4.1 Manfaat Praktis
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat sangat bermanfaat bagi pihak
Frisian Flag Indonesia. dan Penelitian ini bisa dijadikan salah satu bahan evaluasi
terhadap aktivitas media relations yang sudah dijalankan oleh Frisian Flag Indonesia
bekerja sama dengan konsultan Public Relations ternama, Zeno Stratcom Indonesia.
sebab dengan mengetahui persepsi dari media terhadap aktivitas media relations yang
sudah dilakukan, maka diharapkan dapat lebih meningkatkan jalinan kerja sama yang
baik dengan media dan juga lebih mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan oleh media.
13
Fraser P, Seitel. The Practice of Public Relations. 9th ed. Upper Saddle River. New Jersey:Prentice Hall 2004.
Hal 4
Download