PENGARUH KOMUNIKASI ATASAN

advertisement
PENGARUH KOMUNIKASI ATASAN - BAWAHAN
TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI
KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Strata 1 (S1)
Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Nama
: Fitria
NIM
: 4420412 - 048
Jurusan
: Ilmu Hubungan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2007
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercubuana
Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
NIM
Fakultas
Jurusan
Judul
:
:
:
:
:
Fitria
4420412 – 048
Ilmu Komunikasi
Ilmu Hubungan Masyarakat
Pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan Terhadap Motivasi
Kerja Pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Jakarta, Agustus 2007
Mengetahui,
Pembimbing,
Dra. Endah Murwani, M.Si
i
UNIVERSITAS MERCUBUANA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT
Fitria (4420412-048)
Pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Jumlah halaman: xviii + 76 halaman + 27 Tabel + 4 lampiran + 22 Bibliography
(1983 – 2005)
ABSTRAKSI
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi
manusia dapat saling berhubungan satu dengan lainnya baik dalam kehidupan sehari –
hari maupun bermasyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia
yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi
sangatlah penting bagi manusia, begitu halnya didalam suatu organisasi. Komunikasi
didalam organisasi adalah komunikasi internal yang mengalir secara vertikal yakni
komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah keatas
(upward communication) adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari
bawahan ke pimpinan secara timbal balik (two way communication).
Peran serta semua elemen didalam organisasi mempunyai pengaruh yang besar
didalam proses komunikasi didalam organisasi. Baik itu antara atasan dengan
bawahan, atau sebaliknya dan antara bawahan dengan bawahan ataupun antara sesama
pejabat. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini mempunyai rumusan masalah
yaitu bagaimana pengaruh komunikasi antara atasan – bawahan terhadap motivasi
kerja pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup sedangkan tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh komunikasi Atasan – Bawahan
terhadap motivasi kerja pegawai di Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Kerangka Teori dari penelitian ini terdiri dari pengertian komunikasi didalam
Organisasi yang terdiri atas pembahasan masalah aliran komunikasi dalam organisasi.
Komunikasi Atasan – Bawahan yang Efektif didalam organisasi, dan Motivasi.
Penelitian ini bersifat kuantitatif - eksplantif dengan menggunakan metode
survey. Populasi dari penelitian ini adalah karyawan di lingkungan Deputi VII yang
berjumlah 250 orang. Periode penelitian ini adalah 7 bulan (Juli 2006 - Januari 2007).
Rancangan sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Untuk
mengetahui pengaruh komunikasi atasan bawahan dilakukan analisis dengan
menggunakan regresi linier sederhana dengan menggunakan ά sebesar 5%.
Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap hipotesis – hipotesis penelitian
diperoleh hasil yang signifikan. Artinya bahwa komunikasi atasan – bawahan
mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Negara
Lingkungan Hidup sebesar 44,1 %, dan kedua variable mempunyai hubungan yang
kuat sebesar 0,664.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI……………………………………………………………..
iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………..
v
KATA PENGANTAR……………………………………………………
viii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah…………………………………
1
1.2
Perumusan Masalah……………………………………..
5
1.3
Tujuan Penelitian………………………………………..
5
1.4
Signifikansi / Manfaat…………………………………..
5
a.
Manfaat Akademis………………………………..
5
b
Manfaat Praktis……………………………………
6
KERANGKA TEORI
2.1
Komunikasi Dalam Organisasi………………………….
7
2.2
Aliran Komunikasi Dalam Organisasi…………………..
12
2.3
Komunikasi Atasan – Bawahan Yang Efektif
Didalam Organisasi……………………………………..
13
2.4
Motivasi…………………………………………………
19
2.5
Hipotesis Teoritis……………………………………….
25
METODOLOGI
3.1
Tipe Penelitian………………………………………….
26
3.2
Metode Penelitian……………………………………….
26
3.3
Populasi dan Sample…………………………………….
27
a.
Populasi……………………………………………
27
b.
Sample……………………………………………..
28
v
3.4
3.5
3.6
3.7
BAB IV
Definisi Konsep…………………………………………
30
a.
Komunikasi Atasan Dan Bawahan……………….
30
b.
Motivasi…………………………………………..
30
Operasionalisasi Konsep……………………………….
30
a.
Komunikasi Atasan – Bawahan…………………..
30
b.
Motivasi…………………………………………..
31
c.
Tabel Indikator……………………………………
32
Teknik Pengumpulan Data………………………………
36
3.6.1. Data Primer……………………………………..
36
3.6.2. Data Sekunder…………………………………..
37
Analisa Data……………………………………………
38
3.7.1. Uji Kualitas Data………………………………..
38
a.
Uji Validitas………………………………
38
b.
Uji Realibilitas……………………………
39
3.7.2. Pengujian Hipotesis…………………………….
40
a.
Pengujian Regresi Linier Sederhana……...
40
b.
Statistik Uji……………………………….
41
c.
Kriteria Pengujian…………………………
41
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian…………………………………………
42
4.1.1. Identitas Responden……………………………
42
4.1.2. Deskripsi Data………………………………….
46
a.
Komunikasi Atasan – Bawahan…………..
47
b.
Motivasi Kerja Pegawai…………………..
57
vi
4.2
BAB V
Pengujian Validitas dan Reliabilitas……………………
66
a.
Komunikasi Atasan – Bawahan…………………..
66
b.
Motivasi Kerja Pegawai…………………………..
68
4.3
Pengujian Hipotesis…………………………………….
69
4.4
Pembahasan……………………………………………..
72
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………
75
5.1
Kesimpulan……………………………………………...
75
5.2
Saran……………………………………………………..
76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Kuesioner
Struktur Organisasi KNLH
Lampiran Data
Curriculum Vitae
vii
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh komunikasi Atasan –
Bawahan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kementerian Negara Lingkungan
Hidup”.
Laporan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana (S1) Fakultas Ilmu Komunikasi, jurusan Public Relation Universitas Mercu
Buana.
Selama menyelesaikan laporan skripsi ini, penulis telah memperoleh bantuan
yang besar, baik dalam bentuk bimbingan, petunjuk dan masukan-masukan serta
dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Endah Murwani, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan tempat serta bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Irmulan Sati, SH, M.Si, selaku Ketua Bidang Studi Humas yang telah membantu
kelancaran dan memberikan sumbangan pemikiran serta motivasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Tata Usaha Universitas Mercu Buana.
4. Bapak Tubagus Haris Subakti, S.E, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Deputi
VII, Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang telah memberi izin untuk penulis
dalam menyelesaikan penelitian dan memberikan dukungan dikala terdapat kesulitan.
viii
5. Ibu Dra. Jo Kumala Dewi, M.Sc, selaku Kepala Bidang Hubungan Masyarakat pada
Deputi VI, Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang telah memberikan arahan
dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Rekan – rekan kerja di Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang
telah membantu didalam penulisan skripsi ini.
7. Untuk Mama tersayang, Kak Rani, Kak Haris atas do’a dan bantuannya, dan
Almarhum Papa disana yang mungkin juga mendo’a-kan keberhasilan penulis.
8. Suamiku tercinta, Uda Faisal yang selalu membantu, memberiku semangat baik lahir
maupun bathin serta do’anya dan anakku tercinta dan terkasih, Fathan yang selalu
mencintai mama.
9. Keluarga Besar dari suamiku tercinta atas do’a dan dukungannya
10. Serta teman-teman PKSM angkatan VI.
11. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa
penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga laporan skripsi ini dapat berguna bagi
penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkannya pada umumnya.
Jakarta, Juni 2007
Penulis
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada
pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian. 1
Dan Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi
manusia dapat saling berhubungan satu dengan lainnya baik dalam kehidupan
sehari – hari maupun bermasyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada
manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
komunikasi sangatlah penting bagi manusia, begitu halnya didalam suatu
organisasi. 2
Menurut Ig Wursanto, komunikasi mempunyai peranan penting khususnya
didalam organisasi yanitu: ”Dengan adanya komunikasi yang baik di suatu
organisasi, maka organisasi tersebut akan berjalan dengan lancar dan berhasil
begitupun sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat
macet atau berantakan.” 3
Namun semua itu dapat terjadi didasari oleh bagaimana proses komunikasi
dan juga sistem komunikasi yang ada didalam organisasi tersebut. Sudah berjalan
baik atau belumkah proses komunikasi disana.
1
Ig Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2002, hal 157
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 1
3
ibid, hal 1
2
1
2
Menurut Brent D. Ruben (1988) yang dikutip Arni Muhammad, komunikasi
manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam
kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan
menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. 4
Artinya bahwa komunikasi merupakan suatu proses aktivitas yang mempunyai
beberapa tahap yang terpisah satu sama lain tetapi berhubungan. Didalam
komunikasi adanya suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi dari satu
pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian.
Karena begitu pentingnya komunikasi didalam organisasi, maka perlu bagi
pimpinan/pihak
manajemen
didalam
suatu
organisasi
harus
mempunyai
kemampuan dan keterampilan didalam berkomunikasi.
Dan kemampuan berkomunikasi tersebut berlaku bagi semua pimpinan tanpa
terkecuali baik itu jenis organisasi, aliran komunikasi dan juga kedudukan dari para
pimpinan tersebut apapun statusnya.
Untuk komunikasi, jika dilihat dari line secara vertikal, terdapat beberapa
jabatan – jabatan dengan satu orang atasan artinya bahwa didalam melakukan
kegiatan kerja seorang atasan akan dibantu dan juga adanya pelimpahan sebagian
hak atau wewenang dari pejabat pimpinan kepada pejabat yang ada dibawahnya
untuk mengambil tindakan yang dianggap paling tepat sehingga tugas dan
tanggungjawabnya itu dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya.
4
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 3
3
Seperti halnya seorang Deputi pada organisasi dimana penulis meneliti, selain
memberikan intruksi kerja berupa perintah atau arahan namun disamping itu juga
meminta masukan atau petunjuk dari para bawahannya didalam menangani
permasalahan yang ada serta didalam menanggapi sesuatu hal, baik internal maupun
eksternal.
Artinya bahwa walaupun Deputi sebagai salah satu pejabat Eselon I yang
posisinya berada dibawah Menteri, namun tidak menunjukkan bahwa para pejabat
ini adalah orang yang sangat berkuasa dan juga perkasa yang tidak mungkin tidak
membutuhkan dan memerlukan bantuan orang lain didalam melakukan segala tugas
dan kewajibannya untuk bekerjasama dan juga berkoordinasi dengan para
bawahannya. Semua itu berlaku juga untuk para pejabat lainnya.
Oleh sebab itu peranan komunikasi antara atasan dan bawahan disini sangat
penting didalam mendukung segala kegiatan kerja agar berjalan dengan baik dan
benar sehingga mencapai keberhasilan yang sesuai dengan tujuan bersama.
Dan untuk komunikasi secara horizontal, linenya mengalir secara horizontal
atau kesamping dan sejajar, dan biasanya yang dilakukan sebagai bentuk dari
koordinasi antara pejabat atau pimpinan yang setingkat dalam suatu organisasi akan
kebijakan – kebijakan didalam organisasi.
Disini komunikasi harus berjalan dengan baik, karena dengan adanya
komunikasi yang baik, maka kerjasama diantara mereka akan berjalan dengan baik
pula sehingga tugas pokok dan intruksi kerja masing – masing pejabat akan berjalan
4
dengan lancar sesuai dengan aturan yang ada, selain itu juga hal tersebut akan
mempengaruhi organisasi.
Perlu diketahui bahwa Kementerian Negara LH merupakan salah satu
perusahaan pemerintahan atau disebut juga perusahaan birokrasi. Dan banyak orang
berpendapat bahwa didalam organisasi pemerintah/ birokrasi kedudukan suatu
jabatan sangatlah penting, karena didalam saluran – saluran birokrasi telah tersusun
secara hirarki sesuai dengan struktur organisasi.
Sehingga hubungan dan juga komunikasi yang terjadi tidak berjalan dengan
bebas karena adanya batasan – batasan yang mungkin secara tidak langsung dan
disadari sudah melekat pada diri pejabat - pejabat di dalam organisasi tersebut
sehingga dalam tingkah laku, sikap dan perbuatannya bersifat formal.
Begitupun didalam melakukan segala urusan kurang fleksibel (kurang luwes)
dan bersifat regid atau kaku karena setiap urusan terlalu terikat oleh suatu
ketentuan, peraturan, prosedur yang pada umumnya terlalu berbelit – belit dan
terkadang sering terjadinya hambatan dan juga kemacetan.
Pada dasarnya semua itu bukan disebabkan karena birokrasi tetapi disebabkan
birokrasi yang tidak baik, sehingga hal tersebut menimbulkan pandangan dan
pengertian yang keliru tentang birokrasi.
Perlu diketahui bahwa setiap organisasi baik itu birokrasi maupun yang bukan
birokrasi pasti mempunyai aturan atau prosedure atau ketentuan yang berlaku
didalam menjalankan segala aktifitas kerja organisasi, dengan maksud agar semua
5
aktifitas tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan maksud dan
tujuan.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka hal yang menarik dikaji adalah :
Apakah Komunikasi antara Atasan – Bawahan akan mempengaruhi Motivasi Kerja
Pegawai ?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui :
Ada tidaknya pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja
Pegawai ?
1.4
Signifikansi / Manfaat
a.
Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang pentingnya komunikasi
Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Kementerian Negara
Lingkungan Hidup khususnya dan perusahan – perusahaan pemerintah lainnya
pada umumnya.
b.
Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan, saran,
dan referensi serta sebagai pedoman bagi perusahaan atau organisasi bahwa
6
Komunikasi antara Atasan - Bawahan mampu mempengaruhi motivasi kerja
para pegawai sehingga mampu memperoleh hasil yang optimal didalam
mencapai keinginan dan tujuan bersama.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1
Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi
manusia dapat saling berhubungan satu sama lainnya didalam kehidupan.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitupun juga
halnya bagi suatu organisasi.” Komunikasi dalam Organisasi adalah suatu
proses penyampaian informasi, ide- ide, diantara para anggota organisasi secara
timbal - balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. 6
Artinya bahwa didalam komunikasi, antara anggota organisasi adanya
interaksi satu dengan lainnya saling memberi dan menerima informasi, ide – ide,
gagasan dan sebagainya sehingga memperoleh suatu kesepahaman atau
kesamaan persepsi dan pandangan atau suara yang bulat didalam mencapai
suatu tujuan bersama.
Komunikasi didalam organisasi terdiri dari dua bagian berdasarkan dimana
khalayak berada yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Namun
yang akan lebih dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi internal.
Komunikasi internal adalah komunikasi antara manajer atau atasan dengan
komunikan yang berada di organisasi yakni para pegawai secara timbal balik.
Komunikasi internal terbagi menjadi tiga kegiatan yakni komunikasi vertikal,
komunikasi horisontal dan komunikasi diagonal. 7
6
Ig Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, Adi, Yogyakarta, hal 157
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Publik Relations, Mandar Maju, Bandung, 1972, hal
17-18
7
7
8
Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah keatas (upward communication) adalah
komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara
timbal balik (two way communication).
Didalam proses komunikasi vertikal tersebut pimpinan atau atasan
memberikan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan dan lain –
lain kepada bawahannya, sedangkan bawahan memberikan laporan, gagasan,
saran dan sebagainya kepada pimpinan. 8
Menurut Zelko dan Dance, komunikasi organisasi adalah Suatu sistem
yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi
eksternal. Komunikasi internal disini adalah komunikasi dalam organisasi itu
sendiri seperti komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari
bawahan kepada atasan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya.
Sedang komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi
terhadap lingkungan luarnya, seperti hubungan dengan masyarakat umum dan
pihak – pihak terkait (para stakeholders). 9
Didalam komunikasi dua arah tersebut dalam organisasi sangat penting sekali
karena jika didalam komunikasi proses komunikasinya hanya satu arah saja dari
pimpinan ke bawahan, maka proses kegiatan kerja didalam organisasi besar
kemungkinan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Atasan atau
pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, gagasan, atau saran dari para
pegawai sebagai petunjuk efektif tidaknya dan efisien tidaknya kebijaksanaan
yang telah dilakukan.
8
9
ibid, hal 18
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 66
9
Sedangkan komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar
artinya komunikasi yang terjadi antara para bawahan, dan biasanya komunikasi
tersebut terjadi dalam suasana yang tidak formal seperti suasana santai ketika
para pegawai sedang istirahat atau ketika dalam acara – acara kekeluargaan dan
sebagainya.
Komunikasi diagonal atau disebut juga komunikasi silang (cross
communication) adalah komunikasi yang terjadi didalam organisasi antara satu
orang dengan orang lain yang masing – masing berbeda dalam kedudukan dan
bagianya. Seperti contoh antara seorang supir dengan kepala Biro Umum.
Komunikasi yang terjadi antara mereka pada umumnya tidak menampakkan
kekakuan karena bersifat formal seperti pada komunikasi vertikal dan juga tidak
menunjukkan keakraban sebagaimana halnya pada komunikasi horisontal.
Komunikasi diagonal tersebut biasanya terjadi pada suasana tidak formal
seperti pada saat rekreasi, pesta perkawinan dan sebagainya.
Namun disini perlu ditekankan bahwa Komunikasi organisasi akan
berjalan dengan baik dan lancar serta mencapai hasil yang maksimal, maka
perlu didukung oleh adanya interaksi atau suatu hubungan yang baik dan
komunikasi yang baik pula antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya,
antara para pimpinan yang selevel atau setingkat, antar karyawan dengan
karyawan lainnya dan juga seluruh elemen – elemen terkait lainnya didalam
maupun diluar organisasi.
Pada garis besarnya komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
komunikasi langsung (direct communication) dan komunikasi tidak langsung
(indirect communication). Komunikasi yang terjadi dimana penulis meneliti
10
bersifat formal dan juga non formal. Untuk komunikasi secara formal didalam
pemberian informasi atau didalam penyampaian pesan memanfaatkan saluran –
saluran formal yang ada didalam organisasi. Saluran formal tersebut adalah
saluran birokrasi yang telah tersusun secara hirarkis sesuai dengan struktur
organisasi.
Didalam komunikasi formal tersebut dibedakan menjadi dua sifat yaitu
tertulis dan tidak langsung, serta lisan dan langsung. Untuk komunikasi yang
formal dan tertulis dan tidak langsung adalah komunikasi yang dalam
penyampaian informasi atau pesannya secara tertulis dan tidak langsung karena
menggunakan media tertentu seperti surat dan memo, hal tersebut dapat dilihat
seperti surat masuk dari bidang atau instansi lain tidak dapat langsung diterima
oleh orang yang dituju misalnya Deputi, maka surat tersebut harus melewati
jalur lain dahulu seperti ke Tata Usaha kemudian dicatat di agenda surat masuk
dan dibuatkan disposisi baru kemudian disampaikan kepada Deputi, dan dari
Deputi di disposisikan kepada bawahan yang sesuai dengan bidangnya atau
tupoksinya.
Sedangkan surat atau memo dari bidang internal tidak perlu disampaikan
ke tata usaha namun bisa langsung disampaikan kepada sekretariat Deputi yang
dituju, dicatat di agenda surat/memo masuk kemudian diberikan lembar
disposisi baru masuk ke deputi. Setelah ada tanggapan atau ada pesan di lembar
disposisi, dicatat isi pesan tersebut baru diberikan kepada yang berwenang
sesuai dengan siapa yang berhak untuk menaggapi dan memberikan jawaban
sesuai dengan tupoksinya setelah mendapatkan tanggapan.
11
Dan untuk
komunikasi formal yang bersifat lisan, dapat dilihat atau
biasanya terjadi ketika adanya rapat – rapat internal seperti Rapat Pimpinan
yang dihadiri oleh Bapak Menteri dan para pejabat Eselon I dan II dan juga
rapat MPR/DPR dengan Komisi VII dan sebagainya.
Didalam komunikasi formal tersebut selain membicarakan masalah
kegiatan – kegiatan dan program kerja juga menginformasikan akan kebijakan,
aturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku didalam organisasi.
Selain itu organisasi juga harus mengkomunikasikan permasalahan atau
isu – isu dan juga krisis yang sedang terjadi didalam organisasi. Dengan tujuan
agar semua karyawan siapapun, apapun kedudukannya, bagaimanapun ia, harus
mengikuti dan mengetahui akan situasi dan kondisi yang sedang dialami
perusahaan.
Penyampaian pesan untuk komunikasi formal memang lebih banyak
tertulis daripada lisan dengan maksud agar lebih mudah didalam penanganannya
dan pendokumentasian serta untuk memudahkan pencarian jika sewaktu – waktu
dokumen tersebut diperlukan untuk dipelajari kembali.
Sedangkan untuk komunikasi yang non formal dan langsung biasanya
terjadi ketika adanya rapat – rapat internal yang tidak bersifat formal seperti
rapat Asdep, rapat staf, dan juga ketika adanya acara – acara yang bersifat
kekeluargaan seperti family gathering, arisan, dharmawanita, hari ulang tahun
nasional organisasi dan situasi dan kondisi tertentu.
Namun dalam komunikasi non formal ini tetap menggunakan etika yang
berlaku pada umumnya, walaupun memang dalam komunikasi ini tidak
mengikuti atau menyimpang dari aturan atau ketentuan
formal yang telah
12
ditetapkan. Komunikasi ini dapat terjadi setiap saat (dimana saja, kapan saja,
dengan siapa saja dan dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun).
Didalam komunikasi yang terjadi didalam orgnisasi, baik lisan dan tulisan
secara formal maupun non formal harus tetap berjalan dengan baik dan efektif
artinya bahwa informasi atau pesan yang disampaikan oleh atasan atau pimpinan
dapat diterima oleh seluruh karyawan sesuai dengan maksud dan tujuannya dan
mereka memahami dan mengerti akan isi pesan tersebut.
2.2
Aliran Komunikasi dalam Organisasi
Untuk aliran komunikasi didalam organisasi, mengalir secara vertikal yang
terdiri atas downward communication dan upward communication artinya
bahwa komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan mengalir secara
dua arah (two way communication) secara timbal balik, karena didalam
komunikasi tersebut seorang pimpinan tidak hanya mengintruksikan kerja atau
perintah kepada bawahannya namun disini pimpinan juga meminta saran dan
juga pendapat atau ide – ide didalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di
dalam organisasi.
Selain itu juga bawahan kepada atasannya akan memberikan laporan kerja,
memberikan masukan, pendapat dan menyampaikan rencana dan program kerja
dan lain sebagainya yang menjadi tugas dan kewajibannya sesuai dengan
TUPOKSI yang diberikan atasan.
Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting
sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, roda
organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan,
13
tanggapan, atau saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau
kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Dengan begitu antara pimpinan dan bawahan memiliki suatu hubungan
yang baik, saling ketergantungan satu sama lain, dan peran serta dari bawahan
atau para pegawai adalah penting bagi pimpinan didalam menjalankan roda
organisasi. Dengan begitu kegiatan kerja, kerjasama dan juga koordinasi
didalam organisasi lancar, baik dan juga efektif karena komunikasi antara
atasan dan bawahan tersebut berjalan dengan baik pula.
Namun perlu diingat bahwa karena komunikasi menyangkut masalah
hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi ditentukan
oleh orang – orang yang terlibat didalam komunikasi tersebut. 10
2.3
Komunikasi Atasan – Bawahan yang Efektif didalam Organisasi
Komunikasi dikatakan efektif apabila dalam suatu proses komunikasi itu
pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat diterima dan dimengerti
oleh komunikan persis seperti yang dikehendaki oleh komunikator.
Artinya bahwa pesan – pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
diterima dan dimengerti dengan baik oleh komunikan, dan dalam mengartikan
atau memaknai akan isi pesan tersebut, sesuai dengan maksud dan tujuan dari si
komunikator.
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, teori dan praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
1984, hal 123
14
Sehingga dengan demikian proses komunikasi yang terjadi antara
komunikator dengan komunikan berjalan dengan efektif dan lancar karena
adanya satu kepahaman diantaranya.
Dalam penelitian ini, untuk proses komunikasi yang cocok dan sesuai
dengan proses komunikasi yang terjadi di Kementerian Negara Lingkungan
Hidup adalah model komunikasi dari Seiler.
” Secara sederhana proses komunikasi yang efektif antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya dapat dilihat pada model komunikasi oleh seiler ”. 11
Proses komunikasinya dapat digambarkan sebagai berikut :
Umpan balik
Sumber/
Penerima
Pesan
Saluran
Penerima/
Sumber
Akibat/
hasil
Umpan balik
Proses komunikasi yang digambarkan tersebut diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pihak sumber membentuk pesan (encoder) dan menyampaikannya melalui
suatu saluran tertentu ( misalnya melalui surat, telepon atau kalau bentuk
11
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 13
15
komunikasinya secara langsung/tatap muka, maka yang menjadi salurannya
adalah gelombang udara ).
2. Pihak penerima kemudian mengartikan dan menginterpretasikan pesan
tersebut. Apabila ia (penerima) punya tanggapan maka ia kemudian akan
membentuk pesan dan menyampaikannya kembali kepada si sumber.
Tanggapan yang disampaikan penerima pesan kepada sumber tersebut
disebut sebagai umpan balik. Pihak sumber kemudian akan mengartikan dan
menginterpretasikan tanggapan tadi, dan kembali ia akan
melakukan
pembentukan dan penyampaian pesan baru. Proses ini akan terus berlanjut secara
sirkuler, dimana kedudukan sebagai sumber (komunikator) dan penerima
(komunikan) berlaku secara bergantian.
De Vito (1986) menyebutkan definisi komunikasi sebagai berikut :
” Proses komunikasi yang mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih
yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise),
terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada
kesempatan untuk melakukan umpan balik.” 12
Dalam proses komunikasi, seringkali terjadi faktor umpan balik kurang
menjadi perhatian, padahal dalam kenyataannya faktor umpan baliklah ynag
menjadi motor penggerak komunikasi sehingga proses komunikasi dapat
berjalan secara efektif. Terkadang pesan yang dikirim oleh sumber pesan
(encoder) tidak memperoleh umpan balik yang memadai seperti yang
12
Alo Liliweri, Komunikasi Antara Pribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal 12
16
diharapkan oleh pemberi pesan. Penyebab utama dari kegagalan proses umpan
balik ini adalah disebabkan oleh adanya kegagalan untuk mengurangi gangguan
– gangguan (noise) yang timbul dari proses komunikasi.
Gangguan – gangguan yang terjadi didalam komunikasi pada dasarnya
tidaklah dapat dihindarkan, tapi dapat diupayakan untuk dikurangi, yaitu
melalui proses pembelajaran sehingga kompetensi komunikasi (kemampuan
untuk berkomunikasi secara efektif) semakin dapat ditingkatkan. Kompetensi
tersebut haruslah dimiliki oleh setiap individu dalam konteks interaksi dengan
pihak lain.
Walaupun terkadang didalam komunikasi sering terjadi mis atau bias yang
menyebabkan komunikasi tidak dapat menerima dan memahami pesan itu
sesuai yang dikehendaki oleh komunikator, dan komunikasi tersebut dianggap
gagal. Untuk itu didalam berkomunikasi perlu memperhatikan beberapa hal
yang penting agar kegagalan didalam komunikasi dapat dihindari.
Kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya gangguan (noise)/hambatan
didalam proses komunikasi, dan faktor penghambat didalam komunikasi adalah
sebagai berikut :13
1. Hambatan Sosiologi yaitu hambatan yang disebabkan oleh adanya
perbedaan status, idiologi, agama, tingkat pendidikan, status ekonomi.
Hambatan ini lebih nampak pada pelaksanaan komunikasi formal
dikarenakan adanya perbedaan kedudukan dan jabatan.
2. Hambatan Psikologis yakni hambatan komunikasi yang disebabkan oleh
situasi psikologi yang tidak mendukung. Misalnya berkomunikasi dengan
13
Suranto AW, Komunikasi Perkantoran, Media Wacana, Yogyakarta, 2005, hal 112
17
orang yang sedang marah, bingung, cemas, kecewa atau prasangka kepada
komunikator tentu akan menghambat tercapainya tujuan komunikasi.
3. Hambatan Semantis ialah hambatan komunikasi yang disebabkan oleh latar
belakang bahasa yang berbeda dalam memaknai suatu pesan. Contohnya
adalah ”jangan” untuk bahasa Indonesia artinya larangan sedangkan untuk
bahasa orang Jawa berarti sayur.
4. Hambatan Mekanis/fisik, hambatan tersebut sering terjadi pada proses
komunikasi yang menggunakan media seperti bunyi krotokan atau
ganggunya atau rusaknya saluran pada telephon, tulisan yang tidak terbaca
pada surat, sinyal yang hilang pada telephon seluler dan sebagainya.
5. Hambatan Ekologis yaitu gangguan yang terjadi di lingkungan ketika proses
komunikasi sedang berlangsung. Misalnya hujan deras, lalu lintas yang
bising, bunyi mesin pabrik yang menderu. Semuanya bisa menjadi
penghambat kelancaran komunikasi.
Gangguan – gangguan yang terjadi didalam komunikasi pada dasarnya tidaklah
dapat dihindarkan, tapi dapat diupayakan untuk dikurangi, yaitu melalui proses
pembelajaran
sehingga
kompetensi
komunikasi
(kemampuan
untuk
berkomunikasi secara efektif) semakin dapat ditingkatkan. Kompetensi tersebut
haruslah dimiliki oleh setiap individu dalam konteks interaksi dengan pihak lain.
Artinya bahwa komunikasi merupakan hal yang mudah dipelajari, semakin
seringnya orang berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, maka
semakin mudah mengetahui dan memahami bagaimana harus berbicara sesuai
18
dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung yaitu berkomunikasi
secara efektif, disitulah terjadinya proses pembelajaran didalam berkomunikasi.
Menurut De Vito (1986) berdasarkan aliran humanistik, efektifitas
komunikasi ditentukan oleh keterbukaan (openess), empati (empathy),
dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness) dan kesamaan (equality)
sehingga tercapai interaksi yang memuaskan. 14
Keterbukaan (openess) merujuk pada tiga aspek komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator harus selalu terbuka/jujur terhadap lawan bicaranya.
Kedua, ada niat baik dari komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimuli yang datang. Ketiga, komunikator harus selalu menyadari perasaan dan
pikiran terbuka yang diekspresikan berasal dari dalam hatinya sendiri, sehingga
bertanggungjawab terhadapnya.
Empati adalah sikap turut merasakan perasaan orang lain (De Vito 1986).
Suasana mendukung (supportiveness) harus dilakukan dengan cara memberikan
sifat open – minded, perhatian terhadap orang lain dan tegar dalam menghadapi
sikap oposisi dari orang lain.
Sikap positif (positiveness) mengacu pada sedikitnya dua aspek
komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antarpribadi terbina jika orang
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri, perasaan positif untuk
situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
Kesamaan (equality) terjadi bila kedua belah pihak dianggap dan
menganggap sama – sama berharga, mengkontribusi komunikasi yang
seimbang dan saling menghormati.
14
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal 13
19
2.4
Motivasi.
Menurut pendapat Greenberg dan Baron ” Motivasi adalah suatu proses
yang mendorong, mengarahkan dan memelihara perilaku manusia ke arah
pencapaian suatu tujuan”. 15
Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi yang pada
dasarnya bersifat subyektif sehingga ada seseorang yang memiliki motivasi
rendah sementara yang lainnya memiliki motivasi yang tinggi.
Didalam perusahaan atau organisasi, tumbuh dan berkembangnya motivasi
dalam diri karyawan menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan apabila
perusahaan/organisasi menginginkan peningkatan, baik itu produktivitas usaha
ataupun kemajuan – kemajuan lainnya bagi perusahaan.
Menurut Sondang P. Siagian pengertian motivasi adalah
Daya
pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota perkantoran mau dan rela
untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian dan keterampilan,
tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung-jawab dalam menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran perkantoran yang telah ditentukan sebelumnya.16
Untuk itu motivasi didalam organisasi mempunyai peranan yang sangat
penting disamping komunikasi, karena dengan adanya motivasi mampu
meningkatkan kinerja organisasi dan juga karyawan. Dengan Motivasi
produktivitas atau hasil yang diperoleh organisasi akan sesuai dengan harapan
dan tujuan organisasi.
15
Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung, 2002, hal 67
Suranto AW,. Komunikasi Perkantoran, Prinsip Komunikasi untuk meningkatkan kinerja
perkantoran, Media Wacana, Yogyakarta 2005, hal 73
16
20
Motivasi timbul didalam diri seseorang karena didasari oleh suatu
keinginan dan kebutuhan dari dalam hati. Oleh karena itu motivasi berhubungan
erat dengan perilaku dan prestasi kerja dan pada dasarnya motivasi diarahkan
untuk mencapai suatu tujuan. Kita ketahui bahwa setiap orang pasti mempunyai
kebutuhan, keinginan, harapan yang berbeda – beda, yang mana hal tersebut
didasari oleh berbedanya akan kemampuan dan keinginan mereka untuk bekerja
atau mungkin tergantung pada motivasinya.
Artinya bahwa ketika seseorang mempunyai suatu keinginan akan sesuatu
yang mungkin sebagai kebutuhan yang harus diperoleh atau dipenuhinya maka
disana timbul suatu dorongan untuk berbuat sesuatu agar apa yang
diinginkannya dapat tercapai dan terpenuhi dengan segala upaya dengan
kemampuan yang ada.
Didalam penelitian ini penulis menggunakan teori motivasi yang
dikemukakan oleh Herzberg yang mana menurut penulis teori tersebut sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada di organisasi dimana penulis meneliti.
Menurut Herzberg ada dua faktor pendorong didalam motivasi yang
pertama adalah dissatiffiers factor yaitu faktor yang membuat pegawai merasa
tidak puas dan yang kedua adalah satisfiers factor yaitu faktor yang membuat
pegawai merasa puas.
Untuk dissatiffiers factor atau disebut juga faktor extrinsic yang berarti
bersumber dari luar diri seseorang misalnya dari organisasi, faktor extrinsic
tersebut terdiri dari serangkaian kondisi kerja yang meliputi : 17 ” Gaji atau upah,
17
Ig Wursanto, Dasar- dasar Ilmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2002, hal 305
21
Keamanan kerja, Kondisi Kerja, Status, Kebijaksanaan Perusahaan, Mutu dan
Teknik Pengawasan, Interaksi antar personal ”.
Apabila faktor – faktor tersebut telah ada didalam organisasi maka tidak
perlu adanya motivasi, namun sebaliknya jika tidak ada maka akan
menyebabkan rasa tidak puas dikalangan para pegawai.
Sedangkan untuk satisfiers factor atau disebut juga intrinsic yang berarti
bersumber dari dalam diri seseorang yang terdiri dari serangkaian kondisi yang
meliputi beberapa faktor sebagai berikut : ” Pengakuan (recognition), Tanggung
Jawab (responsibility), Prestasi (achievement), Pekerjaan itu sendiri (the work
itself ), Adanya kemungkinan untuk berkembang (the possibility of growth),
Kemajuan (advancement)” . 18
Serangkaian kondisi tersebut apabila terpenuhi akan meningkatkan
motivasi kerja para pegawai, hal tersebut disebabkan karena rangkaian diatas
melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya yakni
kandungan pekerjaan atas tugasnya. Faktor – faktor tersebut diatas dinamakan
juga motivators.
Perlu diingat bahwa ketika seseorang mulai memasuki dunia kerja, maka
orang tersebut akan membawa karakteristik pribadinya kedalam lingkungan
kerja. Namun didalam lingkup organisasi perilaku seseorang akan berbeda
dibanding saat orang tersebut seorang diri, hal tersebut disebabkan karena
didalam organisasi terdapat suatu kontrol formal dan informal yang berdampak
pada pembentukan segala perilaku didalam organisasi, termasuk dalam
pembuatan kebijakan, prosedur kerja, pertauran – peraturan didalam organisasi,
18
Ig Wursanto, Dasar- dasar Ilmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2002, hal 305
22
deskripsi kerja dan intruksi kerja, dimana semua hal tersebut sangat terkait
dengan system komunikasi didalam organisasi.
Bila pegawai merasa cocok atau senang dengan system komunikasi yang
ada di organisasi, maka berpengaruh pula terhadap kepuasan kerjanya, apabila
pegawai puas, maka kinerjanya umumnya meningkat.
Selain itu juga hubungan antara atasan dengan bawahan berlangsung
dengan baik maka akan tercipta suasana kerja yang menyenangkan, yang mana
hal tersebut akan membawa dampak pada kepuasan kerja.
Oleh sebab itu Komunikasi internal antara atasan dengan bawahan didalam
organisasi diharapkan dapat menjadi pengaruh eksternal, artinya bahwa dengan
komunikasi yang terjalin antara atasan dengan bawahan yang berjalan dengan
baik, terbuka, dan dua arah serta dengan adanya saling pengertian dan
pemahaman akan mampu mendorong motivasi yang positif pada seluruh
pegawai.
Motivasi pegawai pada dasarnya merupakan sikap mental individu atau
kelompok yang terdapat dalam organisasi atau perusahaan yang mencerminkan
kegairahan dalam melaksanakan pekerjaan dan mendorong karyawan untuk
bekerja lebih baik dan produktif. Motivasi karyawan merupakan hal yang
penting dan timbul antara lain dengan diberikan dukungan oleh pimpinan.
Komunikasi yang efektif antara pimpinan dan pegawai sangat penting bagi
motivasi pegawai. Sikap pimpinan, umpan balik dan mampu mendengarkan
sangat diperlukan untuk komunikasi yang baik.
Selain memberikan perintah dan juga petunjuk seorangt pimpinan
hendaknya bersedia bernegosiasi dengan pegawainya sehingga para pegawai
23
lebih mudah menerima dan mengerti pesan – pesan yang disampaikan pimpinan
kepadanya dengan cara mendiskusikannya dari pada hanya sekedar perintah.
Didalam berdiskusi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
halnya Rapat Asdep, Rapat Staf dan sebagainya yang dimana dalam rapat
tersebut adanya interaksi secara langsung antara atasan dan juga bawahan, dan
cara tersebut merupakan cara yang lebih efisien dan efektif. Dan perlu diingat
bahwa komunikasi merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi
motivasi.
Untuk memotivasi bawahan, para pimpinan dapat melakukan beberapa
cara memotivasi dalam berbagai variasi bentuk seperti :” Memberi Teladan,
Memberi dorongan, Memberi pujian,
Mengakui kemajuan yang dicapai
karyawan, dan sebagainya.19
Cara – cara yang ditempuh atau teknik yang dilakukan oleh pimpinan
untuk memotivasi karyawannya agar lebih termotivasi bagi yang sudah
mempunyai motivasi dan membangkitkan serta menumbuhkan semangat dan
juga dorongan bagi para pegawai yang memang kurang atau tidak ada semangat
kerja sehingga timbul gairah kerjanya kembali, hal tersebut tergantung
bagaimana pimpinan melakukannya.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa motivasi kerja ada dikarenakan
adanya suatu dorongan baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun
juga dari luar (pihak luar seperti pimpinan ataupun organisasi).
19
Ibid, hal 79
24
Oleh sebab itu penting bagi seorang pemimpin dan juga organisasi untuk
mampu berkomunikasi dengan baik sehingga tercipta komunikasi dua arah
yang harmonisantara atasan dengan bawahan.
Ketidakseimbangan arus komunikasi
dikhawatirkan akan membawa
dampak pada munculnya tindakan – tindakan yang mengindikasikan ketidak
puasan kerja seperti timbulnya keluhan – keluhan, desas – desus, absensi yang
tinggi bahkan sampai mogok kerja dan sebagainya.
Dengan memahami dan mengerti akan semua keinginan dan kebutuhan
dari para bawahannya/pegawainya merupakan salah satu cara guna menghindari
adanya hal – hal yang tidak diinginkan tersebut, yang akan berdampak buruk
bagi organisasi.
Karena perlu diingat bahwa tidak akan ada organisasi tanpa adanya
karyawan atau pekerja dan tidak ada pekerjaan tanpa adanya organisasi. Dapat
disimpulkan bahwa antara pihak organisasi dengan para pekerja mempunyai
hubungan yang sangat erat sekali diantara keduanya saling berhubungan dan
juga ketergantungan, menjadi satu kestuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
25
2.5
Hipotesis Teoritis
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dalam bab I dan
kerangka teori dalam bab II mengenai komunikasi atasan – bawahan dapat
mempengaruhi motivasi pegawai dalam penelitian ini, maka dapat diajukan
beberapa hipotesa sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang ada
bahwa ada hubungan dan juga pengaruh antara komunikasi atasan – bawahan
terhadap motivasi kerja yaitu dengan :
1.
Ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi atasan – bawahan
terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Tipe Penelitian
Tipe Penelitian yang dipakai adalah Kuantitatif Eksplanatif. Penelitian
Kuantitatif adalah suatu tipe penelitian yang menekankan pada fenomena –
fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektifitas desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka – angka, pengolahan statistik,
struktur dan percobaan yang terkontrol dengan memberikan eksplanasi (kejelasan)
tentang hubungan antara peristiwa dengan makna. 13
Eksplanatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk memberikan
penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variable. Penelitian Eksplanatif
mencoba mencari kejelasan hubungan antar hal tersebut. Hubungan tersebut bisa
berbentuk hubungan korelasi atau saling berhubungan atau hubungan sebab akibat
satu variable dengan variable lainnya. 14
3.2
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survai.
Metode survai ini digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
populasi yang besar dengan menggunakan sample yang relative kecil. Populasi
tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit – unit
13
Sukmadinata Nana Shaodih, Metode Penelitian Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal
53
14
Ibid, hal 20
26
27
kemasyarakatan dan lain – lain. Tetapi sumber utamanya adalah orang. Ada tiga
karakteristik utama dalam survai :
1. Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan
beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti :
-
Kemampuan
-
Pengetahuan
-
Sikap
-
Dan Populasi
-
Kepercayaan
2. Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis bisa
juga lisan) dari suatu populasi.
3. Informasi diperoleh dari sample bukan dari populasi. 15
3.3
Populasi dan Sampel
a. Populasi
Didalam metode penelitian, populasi adalah serumpun atau sekelompok objek
yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya
populasi penelitian
merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa
manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya sehingga objek – objek ini dapat menjadi sumber data
penelitian. 16
15
16
Ibid, Hal 82
Prof. Dr.H.M. Burhan Bungin, Metodologi Penenlitian Kuantitatif, Prenada Mulia, Jakarta, hal 99
28
Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai tetap yang berada
dilingkungan Deputi VII dengan tidak membedakan usia, jenis kelamin,
jabatan, maupun golongan, dengan jumlah pegawai 250 orang.
b. Sampel
Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada
didalam populasi 17 Untuk jumlah sampel yang akan diambil dari populasi
tersebut perlu dilakukan pendekatan statistik, dan sampel tersebut diambil
secara acak sederhana (simple random sampling) dari populasi dengan
menggunakan rumus : 18
n=
N
1 + N e2
250
2
1 + 250 (2)
n ≈ 25% (24.98)
n=
Jumlahsample= N x n
= 250 x 25%
≈ 63 orang
17
18
Ibid, hal 102
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi, Rajawali Pers, 2003, hal 150
29
Ket :
n = Ukuran Sampel
N= Ukuran Populasi
e = Persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat diinginkan sekitar 2%.
Maka yang akan digunakan sebagai sample dalam penelitian ini adalah 63
orang dari 250 pegawai. Jumlah sample tersebut diambil dari 5 bidang pada
Deputi VII, yang masing – masing bidang akan diambil sebagai sample adalah
13 orang. Dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :
TABEL 1
Unit Kerja Responden
Unit Kerja
F
Pusarpedal
14
Pusdiklat
13
Datin
13
Stanteksih
13
Indal
10
Total
63
Sumber : Kuesioner No. h
30
3.4
Definisi Konsep
a. Komunikasi Atasan – Bawahan adalah Suatu proses komunikasi yang terjadi
antara atasan dengan bawahan yang dilakukan baik secara formal maupun
nonformal didalam organisasi.
b. Motivasi
Motivasi Kerja adalah dorongan atau semangat kerja dengan menggunakan
segala kemampuan yang dimiliki guna memperoleh hasil yang sebaik –
baiknya dengan dilakukan secara kesadaran diri dan penuh rasa tanggung
jawab.
3.5
Operasionalisasi Konsep
a. Komunikasi Atasan – Bawahan
Secara operasional komunikasi atasan – bawahan yang terjadi didalam
organisasi baik secara formal maupun nonformal, dapat diukur dengan
beberapa indikator keberhasilan yaitu:
1. Keterbukaan
(openenss)
merujuk
pada
tiga
aspek
komunikasi
interpersonal.
-
Pertama, komunikator harus selalu terbuka/jujur terhadap lawan
bicaranya.
-
Kedua, ada niat baik dari komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimuli yang datang.
31
-
Ketiga, komunikator harus selalu menyadari perasaan dan pikiran
terbuka yang diekspresikan berasal dari dalam hatinya sendiri,
sehingga bertanggungjawab terhadapnya.
2. Empati adalah sikap turut merasakan perasaan orang lain (De Vito 1986).
Suasana mendukung (supportiveness) harus dilakukan dengan cara
memberikan sifat open – minded, perhatian terhadap orang lain dan tegar
dalam menghadapi sikap oposisi dari orang lain.
3. Sikap positif (positiveness) mengacu pada sedikitnya dua aspek
komunikasi antar pribadi yaitu :
-
Komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri.
-
Perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif.
4. Kesamaan (equality) terjadi bila kedua belah pihak dianggap dan
menganggap sama – sama berharga, mengkontribusi komunikasi yang
seimbang dan saling menghormati.
b. Motivasi
Motivasi berhubungan erat dengan perilaku dan prestasi kerja. Oleh karena itu
jika seseorang termotivasi dirinya untuk bekerja dengan giat kemungkinan
didasari oleh adanya faktor – faktor pendorong atau disebut juga motivator
guna memperoleh sesuatu yang ingin dicapai seperti :
32
1. Adanya Pengakuan (recognition)
2. Tanggung Jawab (responsibility),
3. Prestasi (achievement),
4. Pekerjaan itu sendiri (the work itself ),
5. Adanya kemungkinan untuk berkembang (the possibility of growth),
6. dan Kemajuan (advancement).
Untuk distribusi penyebaran dari indikator – indikator dari pengaruh
komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja karyawan dapat dilihat
pada tabel berikut :
TABEL 2
Matriks Operasional Variable
Variable
Komunikasi
Atasan
Dimensi
–
Indikator
1.Keterbukaan 1.Selalu terbuka dan jujur dalam
Bawahan
berbicara,
bersikap
berprilaku,
dan
pandangan
dan
mempunyai
yang
terbuka
didalam segala situasi dan
kondisi yang ada.
2. Empati
2.Merasakan apa yang dirasakan
l i
i
k
33
orang
lain,
menciptakan
suasana yang supportiveness
(mendukung) dengan selalu
bersikap
open-minded,
memberikan perhatian dengan
bersikap tegar dalam segala
situasi dan kondisi
3. Sikap
positif
3. Selalu bersikap dan berfikiran
positif dengan percaya pada
diri sendiri dan juga orang
lain dengan tidak ada rasa
curiga dan mencurigai orang
lain
4. Kesamaan
4.Selalu
menghargai
dan
menghormati dirinya dan juga
orang lain dengan menjaga
perasaan orang lain.
Motivasi Kerja
1.
Pengakuan
1. Adanya pengakuan akan
keberadaan para pegawai di
organisasi dengan adanya
34
penghargaan dan perhatian
dari Atasan akan prestasi
dan kemajuan kerja
2. Tanggung
jawab
2. Memberikan
sepenuhnya
tanggungjawab kepada para
pegawai
akan
pekerjaan
yang menjadi tugas dan
kewajibannya.
3. Prestasi
3. Memberikan
seluas
luasnya
–
kesempatan
pegawai
untuk
lebih
berprestasi dan menghargai
akan prestasinya.
4.
Pekerjaan itu
sendiri
4. Memberikan
sepenuhnya
hak dan kewajiban kepada
para
pegawai
pekerjaannya
mempercayainya
atas
dengan
akan
kemampuan dan keahlian
yang dimiliki.
35
5.
Adanya
5. Perusahaan
memberikan
kemungkinan
kesempatan yang seluas –
untuk
luasnya
bagi
para
berkembang
pekerjanya
untuk
lebih
berkembang
dengan
memberikan pelatihan dan
pendidikan
didalam
tambahan
menunjang
karirnya.
6. Kemajuan
6.
Setiap karyawan diberikan
kebebasan
untuk
maju,
berkualitas dan berdedikasi
tinggi.
36
3.6
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data – data untuk survai adalah teknik pengumpulan data
yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
3.6.1 Data Primer
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data, maka akan dilakukan
mekanisme pengambilan data dengan menggunakan Kuesioner yaitu suatu
teknik atau cara pengumpula data secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung bertanya jawab dengan responden). 19
Kuesioner tersebut telah dibuat daftar kuesioner yaitu serangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan
informasi dari responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa
pendapat, tanggapan, ataupun tentang dirinya sendiri. 20
Tujuannya adalah untuk memberikan kebebasan kepada responden
untuk menjawab atau merespon pertanyaan sesuai dengan persepsinya. 21
Dalam kuesioner, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan –
pertanyaan terbuka, yang berisi pertanyaan – pertanyaan dan pernyataan
pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara bebas.
19
Sukmadinata Nana Shaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Remaaj Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 219
Ibnu Subiyanto, Metodologi Penelitian, Gunadarma, Jakarta, 1993, hal 53
21
Sukmadinata Nana Shaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosda Karyta, Bandung, 2005, hal
219
20
37
Tidak ada anak pertanyaan ataupun rincian yang memberikan arah dalam
pemberian jawaban atau respon. 22
Guna memperoleh data dan informasi yang bermutu dan
memperoleh keberhasilan dalam penelitian maka perlu dibuat daftar
kuesioner (daftar pertanyaan) yaitu serangkaian pertanyaan yang diajukan
kepada responden untuk mengumpulkan informasi dari responden
mengenai objek yang sedang diteliti baik berupa pendapat, tanggapan,
ataupun tentang dirinya sendiri. 23
Alternatif persepsi atau tanggapan, dalam hal ini penulis
menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5 yaitu 1 = Sangat Tidak
Setuju (STS), 2 = Tidak Setuju (TS), 3 = Ragu-ragu (R), 4 = Setuju (S),
dan 5 = Sangat Setuju (SS).
3.6.2 Data Sekunder
Studi Kepustakaan merupakan pencarian data dan bahan – bahan sebagai
data pendukung yang diperoleh penulis dengan membaca dan mempelajari
buku – buku referensi dan tulisan – tulisan lainnya yang berhubungan
dengan permasalahan.
22
23
Opcit, hal 219
Subiyanto Ibnu, Metodologi Penelitian, Gunadarma, Jakarta 1993, hal 53
38
3.7
Analisa Data
3.7.1
Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mengukur apakah data
yang diberikan pada kuesioner dapat dipercaya atau tidak serta dapat
mewakili apa yang hendak diteliti. Dalam penelitian kali ini untuk
menguji validitas data, maka penulis menggunakan SPSS versi 11,5
dengan hasil sebagai berikut :
TABEL 3
Pengujian Validitas
Variabel Komunikasi Atasan – Bawahan
No. Pernyataan Koefisien Korelasi
Pernyataan 1
0,663
Pernyataan 2
0,608
Pernyataan 3
0,619
Pernyataan 4
0,464
Pernyataan 5
0,658
Pernyataan 6
0,537
Pernyataan 7
0,494
Pernyataan 8
0,593
Pernyataan 9
0,656
Sumber : Pengolahan data kuesioner
Reliability Coefficients
N of Cases = 63,0
Alpha
=
,7708
N of Items = 9
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
39
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam
mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu
alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut untuk
mengukur suatu gejala dan sebaliknya jika reliabilitas tersebut rendah
maka alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala.
TABEL 4
Pengujian Validitas
Variabel Motivasi Kerja Pegawai
No. Pernyataan
Koefisien Korelasi
Pernyataan 1
0,433
Pernyataan 2
0,644
Pernyataan 3
0,423
Pernyataan 4
0,576
Pernyataan 5
0,496
Pernyataan 6
0,534
Pernyataan 7
0,366
Pernyataan 8
0,499
Sumber : Pengolahan data kuesioner
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Reliability Coefficients
N of Cases =
Alpha
=
63,0
,7090
N of Items =
8
40
3.7 .2 Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Regresi Linier Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi atasan bawahan dilakukan
analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana. Analisis regresi
linier sederhana adalah sebuah analisis statistik untuk melihat
hubungan fungsional antara satu variable bebas (komunikasi atasan –
bawahan) dan satu variable terikat (motivasi kerja).
Hubungan fungsional tersebut dapat ditulis dengan persamaan sebagai
berikut : 24
Y = a + bX
Dimana :
Y
= Motivasi Kerja Pegawai
a
= Konstanta
b
= Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independent
X
= Komunikasi atasan – bawahan
Langkah – langkah pengujiannya adalah :
* Menentukan formulasi Ho dan Ha dalam kalimat
Ho
24
: Tidak ada pengaruh antara variable X dan variable Y
Husaini Usman, R. Purnomo Setiady Akbar, Pengantar statistika, Bumi Aksara, Yogyakarta, 1995, hal
216
41
Ha
: Ada pengaruh antara variable X dengan variable Y
* Dalam bentuk statistik
Ha : β ≠ 0
Ho : β = 0
b. Statistik uji
t =
b1 − β1
S
dimana :
b1 = Koefisien regresi (a, b)
S = Simpangan baku untuk koefisien regresi
c. Kriteria Pengujian
Ho diterima apabila t hitung < t tabel
Ha ditolak apabila t hitung > t tabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Deputi Bidang Pembinaan Sarana
Teknis Dan Peningkatan Kapasitas Kementerian Negara Lingkungan
Hidup. Proses penyebaran kuesioner dilakukan dari tanggal 18 Desember
s/d 28 Desember 2006.
Dalam penyebaran dan pengambilan kuesioner tersebut, peneliti
mengalami beberapa kendala diantaranya adalah adanya beberapa bidang
yang lokasinya jauh dan berbeda domisilinya dengan bidang lainnya
antara Jakarta – Tanggerang, sehingga memakan waktu dan biaya yang
cukup besar dan lama.
Data – data dari kuesioner yang telah disebarkan kepada 63 orang
responden tersebut, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis.
Berikut penjabaran dari hasil penelitian tersebut :
4.1.1 Identitas Responden
Identitas responden yang penulis teliti di dalam penelitian
ini adalah terdiri dari Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Masa Kerja
dan Unit Kerja. Selanjutnya data – data tersebut akan penulis
jabarkan lebih luas dan jelas dengan menggunakan tabel – tabel
sebagai berikut :
42
43
Usia responden dalam penelitian ini terbagi kedalam 4
(empat ) kategori, dengan hasil penelitian sebagai berikut :
TABEL 2
Usia Responden
Usia Responden
F
%
21 – 30 Tahun
10
15,9%
31 – 40 Tahun
47
74,6%
41 – 50 Tahun
6
9,5%
> 50 Tahun
0
0,0%
Jumlah
63
100%
Sumber : Kuesioner No. d
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar untuk usia
responden dalam penelitian ini terdapat pada usia 31 – 40 tahun
yaitu sebanyak 74,6 %, dan 15,9 % untuk usia 21 – 30 tahun
sedangkan sisanya sebanyak 9,5 % untuk usia 41 – 50 tahun.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebagian besar
karyawan di instansi tersebut rata – rata usianya masih pada usia
yang produktif, artinya masih dapat didaya gunakan.
Adapun untuk jenis kelamin responden dapat dijelaskan
sebagai berikut :
44
TABEL 3
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
F
%
Laki – laki
26
41,0%
Perempuan
37
59,0%
Jumlah
63
100%
Sumber : Kuesioner No.e
Jika dilihat dalam Tabel 2 diatas, ternyata responden terdiri
dari 59,0% perempuan dan 41,0% laki-laki. Dengan demikian
jumlah
responden
perempuan
lebih
banyak
dibandingkan
responden laki-laki.
Dari segi pendidikan, komposisi responden dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
TABEL 4
Pendidikan Responden
Pendidikan
F
%
SD
0
0%
SMP (sederajat)
0
0%
SMU (sederajat)
15
24%
Akademi / D3
5
8%
Perguruan Tinggi / S1
35
55%
S2
8
13%
Jumlah
63
100%
Sumber : Kuesioner No. c
45
Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa sebagian besar responden
dengan latar belakang pendidikan adalah Perguruan Tinggi/S1
sebanyak 55 %, yang berpendidikan S2 sebanyak 13%, yang
berpendidikan Akademi/D3 sebanyak 8%, dan sisanya yang
berpendidikan hanya sampai SMU sebanyak 24%.
Dan untuk hasil penelitian dari variable lamanya bekerja
para responden kepada instansi dimana mereka bekerja, dapat kita
lihat dalam tabel berikut ini :
TABEL 5
Masa Kerja Responden
Lama Bekerja
F
%
> 5 Tahun
10
16,0%
5 – 10 Tahun
37
59,0%
11 - 15 Tahun
16
25,0%
16 – 20 Tahun
0
0,0%
> 20 Tahun
0
0,0%
Jumlah
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. g
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
(59%) telah mengabdi kepada instansi dimana mereka bekerja
lebih dari 5 – 10 tahun, sebanyak 25% responden sudah bekerja
46
selama 11 – 25 tahun, dan sisanya sebanyak 16% responden sudah
menjalankan pekerjaan selama lebih dari 5 tahun.
Perlu diketahui juga bahwa pihak instansi dimana penulis
meneliti telah menghargai akan pengabdian dan loyalitas dari
karyawannya dengan memberikan penghargaan Satya Lencana
bagi mereka yang telah setia bekerja dan mengabdi lebih dari 10
tahun. Unit kerja dimana penulis meneliti terbagi dalam 5 (lima)
bidang yaitu Pusarpedal, Pusdiklat, Data & Informasi Lingkungan
(Datin), Stabdarisasi Teknologi dan Produksi Bersih (Stanteksih),
Insentif dan Pendanaan Lingkungan (Indal).
Didalam
penyebaran
kuesioner
kepada
responden
berdasarkan pembagian sampelnya, peneliti membaginya kepada
bidang – bidang tersebut dengan jumlah yang berbeda – beda, hal
tersebut disebabkan karena antara unit satu dengan lainnya
mempunyai jumlah staf/karyawan yang berbeda. Hal tersebut dapat
kita lihat pada Tabel dibawah ini :
4.1.2 Deskripsi Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akan pengaruh
komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai
Kementerian
Lingkungan
Hidup,
maka
sebelumnya
perlu
dilakukan deskripsi dari masing-masing variabel penelitian yaitu
47
komunikasi atasan – bawahan dan motivasi kerja pegawai di
Kementerian Lingkungan Hidup.
Untuk
responden
itu,
guna
peneliti
menyebarkan
mengetahui
kuesioner
tanggapan
mereka
kepada
terhadap
komunikasi atasan – bawahan yang terjadi di Kementerian
Lingkungan Hidup dan motivasi kerja pegawai Kementerian
Lingkungan Hidup. Variabel – variabel penelitian tersebut
dijabarkan ke dalam beberapa indikator ynag dinyatakan pada
sebuah pernyataan selanjutnya responden diminta memberikan
tanggapan atau persepsi dari pernyataan – pernyataan tersebut.
Berikut adalah deskripsi data dari masing-masing variabel
penelitian :
a. Komunikasi Atasan – Bawahan
Komunikasi atasan – bawahan yang akan penulis teliti
disini terdiri dari beberapa pernyataan yaitu Informasi
Pekerjaan dari Atasan kepada Bawahan, Informasi Pekerjaan
dari Rekan Kerja, Penghargaan Terhadap Hasil Kerja,
Pengakuan Yang Diperoleh dalam Keberhasilan Kerja, Adanya
Kesempatan
didalam
Memberikan
Usulan
/
Saran,
Kepercayaan Atas Pemberian Informasi, Adanya Permintaan
Pendapat / Usulan, Pengetahuan akan Deskripsi Pekerjaan dan
Kesempatan Didalam Pengembangan Karir.
48
Tanggapan responden terhadap pernyataan – pernyataan
mengenai Komunikasi Atasan – Bawahan, akan penulis sajikan
dalam bentuk tabel – tabel sebagai berikut :
Hasil penelitian indikator pertama dalam penelitian ini
yaitu mengenai informasi pekerjaan dari atasan kepada
bawahan yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengakui akan adanya Informasi Pekerjaan dari Atasan kepada
Bawahan, hal tersebut dapat kita lihat sebagai berikut :
TABEL 6
Informasi Pekerjaan dari Atasan
kepada Bawahan
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
3
4,8%
Ragu-ragu
4
6,3%
Setuju
33
52,4%
Sangat Setuju
23
36,5%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 1
Dalam Tabel 5 tersebut, para responden memberikan
tanggapan yang positif terhadap pernyataan diatas, sebagian
besar responden (52,4%) menyatakan setuju bahwa di
49
Kementerian Lingkungan Hidup, mereka telah merasakan akan
adanya penyampaian informasi dari atasan kepada bawahan,
sebanyak
36,5%
responden
menyatakan
sangat
setuju,
sebanyak 6,3% responden menyatakan ragu-ragu, dan hanya
4,8% responden yang menyatakan tidak setuju.
Dan hasil penelitian tentang pernyataan Informasi
Pekerjaan dari Rekan Kerja, dapat kita lihat pada tabel
dibawah ini sebagai berikut :
TABEL 7
Informasi Pekerjaan dari Rekan Kerja
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0,0%
Tidak Setuju
4
6,3%
Ragu-ragu
2
3,2%
Setuju
37
58,7%
Sangat Setuju
20
31,7%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 2
Pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 58,7%
responden menyatakan setuju, 31,8% responden menyatakan
sangat setuju, 3,2% responden menyatakan ragu-ragu, dan
50
sebanyak 6,3% responden menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan informasi pekerjaan dari rekan kerja.
Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden merasakan
adanya Informasi Pekerjaan dari Rekan Kerja yang sangat
bermanfaat yang membantu mereka didalam pekerjaan.
Hasil tentang Penghargaan Terhadap Hasil Kerja dapat
dilihat pada Tabel berikut ini :
TABEL 8
Penghargaan Terhadap Hasil Kerja
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
1
1,6%
Tidak Setuju
4
6,3%
Ragu-ragu
8
12,7%
Setuju
36
57,1%
Sangat Setuju
14
22,2%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 3
Dari Tabel di atas, maka tanggapan responden
mengenai pernyataan Penghargaan Terhadap Hasil Kerja
menunjukkan bahwa sebanyak 57,1% responden menyatakan
setuju, sebanyak 22,2% responden menyatakan sangat setuju,
sebanyak 12,7% responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak
51
6,3 % responden yang menyatakan tidak setuju, dan sebanyak
6,3 % responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan
demikian lebih dari separuh responden telah menyetujui dan
merasakan adanya penghargaan di dalam instansi tersebut.
Tabel hasil penelitian tentang tanggapan terhadap
Pengakuan akan Kemajuan Yang Dicapai dalam Kerja adalah
sebagai berikut :
TABEL 9
Pengakuan akan Kemajuan yang
Dicapai dalam Kerja
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
1
1,6%
Ragu-ragu
3
4,8%
Setuju
40
63,5%
Sangat Setuju
19
30,2%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 4
Tanggapan responden mengenai pernyataan Pengakuan
akan Kemajuan yang dicapai dalam kerja, menunjukkan bahwa
hal tersebut telah dirasakan oleh hampir seluruh responden.
Berdasarkan tabel di atass dapat dilihat bahwa 63,5%
52
responden menyatakan setuju, sebanyak 30,2% responden
menyatakan sangat setuju, 4,8% responden menyatakan raguragu, dan hanya 1,6% responden yang menyatakan tidak setuju
bahwa mereka mengakui akan kemajuan yang dicapai dalam
kerja.
Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai
Permintaan Pendapat / Usulan dapat kita lihat dibawah ini :
TABEL 10
Permintaan Pendapat / dan Saran
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0,0%
Tidak Setuju
1
1,6%
Ragu-ragu
9
14,3%
Setuju
38
60,3%
Sangat Setuju
15
23,8%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 5
Pada Tabel 10 diatas, dan setelah dilakukannya
penelitian kepada para responden, ternyata mereka memberikan
tanggapan yang sangat baik akan Permintaan Pendapat /
Usulan, dimana tanggapan terbesar dari para responden adalah
53
sebesar 60,3 % yang menyatakan setuju, dan 23,8 % Sangat
Setuju.
Namun ada beberapa responden yang menyatakan Ragu
– ragu yaitu sebanyak 14,3% responden dan sebanyak 1,6%
responden menyatakan tidak setuju.
Berikut ini adalah hasil dari penelitian penulis kepada
responden akan Kepercayaan atas Pemberian Informasi, yang
dapat dilihat pada Tabel berikut dibawah ini :
TABEL 11
Kepercayaan atas Pemberian Informasi
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0,0%
Tidak Setuju
3
4,8%
Ragu-ragu
15
23,8%
Setuju
36
57,1%
Sangat Setuju
9
14,3%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 6
Menurut tanggapan responden akan Kepercayaan atas
Pemberian Informasi, sebanyak 57,1% responden menyatakan
setuju, sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju,
54
sebanyak 23,8% responden menyatakan rabu-ragu, dan 4,8%
menyatakan tidak setuju bahwa atasan percaya atas informasi
mereka atau bawahan.
Dengan demikian sebagian besar responden (71,4%
responden) telah merasakan adanya kepercayaan dalam
menerima dan memberikan informasi.
Dari Hasil penelitian akan tanggapan responden
terhadap Kesempatan Memberikan Usulan / Saran, maka
dapat dilihat sebagai berikut :
TABEL 12
Kesempatan Memberikan Pendapat/Saran
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0,0%
Tidak Setuju
2
3,2%
Ragu-ragu
6
9,5%
Setuju
48
76,2%
Sangat Setuju
S
7
11,1%
63
100,0%
mTotal
Sumber : Kuesioner No. 7
Setelah dilakukan penelitian kepada para responden
yang menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang
baik dari pernyataan didalam kuesioner perihal Atasan
55
Meminta Pendapat/saran kepada pegawai. Dari tabel terlihat
bahwa sebanyak 76,2%
responden menyatakan setuju dan
sangat
atasan
setuju
bahwa
meminta
pendapat/saran
pegawainya, sebanyak 9,5% responden menyatakan ragu-ragu
dan 3,2% responden menyatakan tidak setuju.
Hasil
Penelitian
kepada
para
responden
akan
pengetahuan mereka terhadap deskripsi pekerjaannya adalah
sebagai berikut :
TABEL 13
Mengetahui Deskripsi Pekerjaan
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0,0%
Tidak Setuju
4
6,3%
Ragu-ragu
5
7,9%
Setuju
44
69,8%
Sangat Setuju
10
15,9%
Total
63
100 %
Sumber : Kuesioner No. 8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (84,7%) mengetahui deskripsi pekerjaan mereka
dengan jelas. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
sebanyak 69,8% responden menyatakan setuju, 15,9%
56
responden
menyatakan
sangat
setuju
bahwa
mereka
mengetahui deskripsi pekerjaan mereka dengan jelas.
Namun ada sebanyak 7,9% responden yang masih raguragu dan 6,3% responden tidak setuju dengan pernyataan
bahwa mereka mengetahui deskripsi pekerjaannya dengan
jelas.
TABEL 14
Kesempatan Pengembangan Karir
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
1
1,6%
Tidak Setuju
5
7,9%
Ragu-ragu
14
22,2%
Setuju
33
52,4%
Sangat Setuju
10
15,9%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 9
Berdasarkan Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa lebih
dari separuh responden mengetahui adanya kesempatan bagi
para pegawai didalam mengembangkan karir di instansi tempat
mereka bekerja.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di atas, sebanyak
52,4% responden menyatakan setuju, 15,9% responden sangat
57
setuju, 22,2% responden menjawab ragu-ragu, 7,9% responden
tidak setuju, dan 1,6% responden sangat tidak setuju terhadap
pernyataan bahwa mereka mengetahui adanya kesempatan
untuk mengembangkan karir.
b. Motivasi Kerja Pegawai
Motivasi Kerja pegawai yang akan penulis teliti
meliputi beberapa indikator pernyataan yaitu Penghargaan atas
Prestasi Kerja, Hasil Pekerjaan Dihargai oleh Atasan dan rekan
Kerja, Kesesuaian Pekerjaan dengan Keinginan dan Keahlian,
Ketertarikan
akan
Pekerjaan
Yang
Penuh
Tantangan,
Kebanggaan atas Pekerjaan, Kesempatan Mengikuti Pelatihan
yang Sesuai dengan Pekerjaan, Peluang Promosi dan
Kesempatan untuk Berkembang.
Hasil
penelitian
mengenai
tanggapan
responden
terhadap motivasi kerja pegawai disajikan dalam tabel-tabel
berikut ini :
Hasil penelitian mengenai kesesuaian pekerjaan dengan
keinginan dan keahlian responden disajikan pada tabel di atas.
58
TABEL 15
Pekerjaan Sesuai dengan
Keinginan dan Keahlian
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
2
3,2%
Tidak Setuju
10
15,9%
Ragu-ragu
16
25,4%
Setuju
28
44,4%
Sangat Setuju
7
11,1%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 1
Dari tabel terlihat bahwa sebanyak 44,4% responden
menyatakan setuju bahwa pekerjaan mereka saat ini sesuai
sengan
keinginan
dan
keahliannya,
11,1%
responden
menyatakan sangat setuju, 25,4% responden menyatakan raguragu, 15,9% responden tidak setuju, dan 3,2% responden
menyatakan sangat tidak setuju.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih dari
separuh responden (65,1%) menyatakan bahwa pekerjaannya
saat ini sudah sesuai dengan keinginan dan keahliannya.
59
Untuk hasil dari penelitian mengenai pernyataan bahwa
Pekerjaannya Menarik dan Penuh Tantangan, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
TABEL 16
Pekerjaan Menarik dan Penuh Tantangan
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
2
3,2%
Tidak Setuju
3
4,8%
Ragu-ragu
9
14,3%
Setuju
42
66,7%
Sangat Setuju
7
11,1%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 2
Pada tabel di atas, dapat kita lihat bahwa sebagian besar
responden (77,8%) menyatakan bahwa pekerjaannya menarik dan
penuh tantangan, 14,3% responden masih ragu-ragu, 4,8%
responden tidak setuju, dan sisanya sebanyak 3,2% responden
menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa
pekerjaannya yang mereka lakukan menarik dan penuh tantangan.
Hasil penelitian tentang tanggapan responden terhadap
pernyataan bahwa mereka Bangga dengan Pekerjaan yang mereka
lakukan selama ini dapat dilihat pada tabel berikut:
60
TABEL 17
Bangga dengan Pekerjaan
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
3
4,8%
Tidak Setuju
8
12,7%
Ragu-ragu
9
14,3%
Setuju
35
55,6%
Sangat Setuju
8
12,7%
Total
63
100%
Sumber : Kuesioner No. 3
Pada hasil penelitian yang disajikan pada tabel diatas,
dapat kita lihat bahwa sebagian besar dari mereka (78,3%
responden) menyatakan setuju dan sangat setuju menanggapi
pernyataan bangga dengan pekerjaannya, 14,3% responden
menyatakan ragu-ragu, dan 12,7% responden tidak setuju. Hal
ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden 78,3%)
merasakan bangga dengan pekerjaannya saat ini.
61
TABEL 18
Penghargaan Atas Prestasi Kerja
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0,0%
Tidak Setuju
3
4,8%
Ragu-ragu
6
9,5%
Setuju
41
65,1%
Sangat Setuju
13
20,6%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 4
Tabel 18 di atas merupakan hasil penelitian tentang
pernyataan penghargaan atas prestasi kerja. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka telah
merasakan adanya penghargaan atas prestasi kerja di dalam
instansi mereka, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di atas,
sebanyak 65,1% responden setuju, sebanyak 20,6% responden
sangat setuju. Namun selain dari itu, masih terdapat 9,5% yang
ragu-ragu, dan 4,8% responden tidak
merasakan adanya
penghargaan atas prestasi kerjanya.
Tabel di bawah ini merupakan hasil penelitian tentang
pernyataan pemberian pelatihan sesuai pekerjaan :
62
TABEL 19
Pemberian Pelatihan Sesuai Pekerjaan
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
0
0%
Tidak Setuju
8
12,7%
Ragu-ragu
7
11,1%
Setuju
41
65,1%
Sangat Setuju
7
11,1%
Total
63
100 %
Sumber : Kuesioner No. 5
Dari hasil penelitian diatas, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar responden telah mendapatkan kesempatan
didalam mengikuti pelatihan yang sesuai dengan pekerjaannya,
dan pelatihan tersebut sangat mendukung dalam penyelesaian
pekerjaan mereka, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya
respon sebesar 65,1% menyatakan setuju, dan 11,1 % sangat
setuju dalam memberikan tanggapan terhadap pernyataan
bahwa instansi memberikan pelatihan – pelatihan yang sesuai
dengan pekerjaannya.
Dari tabel di atas, juga terlihat bahwa terdapat 11,1%
responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak 12,7% responden
tidak setuju menanggapi pernyataan tersebut.
63
TABEL 20
Hasil Kerja Dihargai oleh Atasan
dan Rekan Kerja
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
3
4,8%
Tidak Setuju
6
9,5%
Ragu-ragu
10
15,9%
Setuju
32
50,8%
Sangat Setuju
12
19,0%
Total
63
100%
Sumber : Kuesioner No. 6
Hasil penelitian dari data responden atas tanggapan akan Hasil
Kerja Dihargai oleh Atasan dan Rekan Kerja mendapat respon
yang positif dengan jumlah persentase terbesar untuk
tanggapan setuju sebanyak 50,8 % responden, 19% responden
yang sangat setuju, 15,9% responden ragu-ragu, 9,5%
responden tidak setuju, dan 4,8% responden yang sangat tidak
setuju. Hal itu menandakan bahwa lebih dari separuh
responden (73%) merasakan bahwa hasil kerja mereka telah
dihargai oleh atasan dan juga rekan kerja.
64
Hasil penelitian dari para responden akan Peluang
Promosi pada instansi dimana mereka bekerja dapat dilihat
sebagai berikut :
TABEL 21
Peluang Promosi
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
5
7,9%
Tidak Setuju
8
12,7%
Ragu-ragu
20
31,7%
Setuju
28
44,4%
Sangat Setuju
2
3,2%
Total
63
100,0%
Sumber : Kuesioner No. 7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang promosi
bagi para responden cukup mendapatkan tanggapan yang
baik, dengan persentasenya sebesar 44,4% responden yang
memberikan tanggapan setuju dan sangat setuju sebesar 3,2%.
Namun ada sebagian responden yang menyatakan ragu-ragu
sebesar 31,7 %, tidak setuju sebanyak 12,7%, dan sangat tidak
setuju sebanyak 7,9%.
65
Untuk Tabel 21, hasil penelitian dari para responden
akan Kesempatan mereka untuk Berkembang di imstansi
tempat mereka bekerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 22
Kesempatan untuk berkembang
Jawaban
F
%
Sangat Tidak Setuju
5
7,9%
Tidak Setuju
6
9,5%
Ragu-ragu
11
17,5%
Setuju
33
52,4%
Sangat Setuju
8
12,7%
Total
63
100 %
Sumber : Kuesioner No. 8
Dilihat dari hasil penelitian diatas perihal adanya
kesempatan untuk berkembang di dalam instansi dimana
mereka bekerja, sebagian besar dari responden telah
merasakan adanya kesempatan tersebut, hal tersebut dapat
dilihat dari tanggapan mereka, dengan nilai persentase sebesar
52,4% menyatakan setuju, 12,7% responden sangat setuju,
17,5% yang ragu-ragu, 9,5% responden yang tidak setuju dan
7,9% responden yang sangat tidak setuju.
66
4.2
Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Untuk memperoleh pengujian hipotesis yang valid dan objektif
diperlukan data yang memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi.
Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mengukur apakah data
yang diberikan pada kuesioner dapat dipercaya atau tidak serta dapat
mewakili apa yang hendak diteliti.
Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam
mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat
pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut untuk mengukur
suatu gejala dan sebaliknya jika reliabilitas tersebut rendah maka alat
tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala.
Dalam penelitian ini, dan untuk melakukan uji validitas dan
relibilitas pada variable – variable pada kuesioner yang diperoleh dari
para responden, maka pengujian untuk uji validitas, teknik yang akan
penulis gunakan adalah teknik korelasi product moment sedangkan uji
reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach.
a.
Komunikasi Atasan – Bawahan
Hasil pengujian validitas kepada pernyataan – pernyataan di dalam
kuesioner kepada para responden, untuk variabel komunikasi atasan –
bawahan, maka akan disajikan pada tabel di bawah ini :
67
TABEL 23
Pengujian Validitas Variabel Komunikasi Atasan – Bawahan
No.
rhitung
rtabel
Pernyataan
Pernyataan 1
0,873
0,361
Pernyataan 2
0,582
0,361
Pernyataan 3
0,570
0,361
Pernyataan 4
0,528
0,361
Pernyataan 5
0,586
0,361
Pernyataan 6
0,532
0,361
Pernyataan 7
0,388
0,361
Pernyataan 8
0,706
0,361
Pernyataan 9
0,715
0,361
Sumber : Pengolahan data kuesioner
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,795
9
Dengan jumlah sampel n = 30 dan taraf α = 5%, diperoleh nilai rtabel =
0,361. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua pernyataan
mempunyai koefisien korelasi (r
hitung)
lebih besar dari rtabel. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan untuk
variabel komunikasi atasan – bawahan adalah valid.
Adapun hasil pengujian reliabilitas untuk variabel komunikasi atasan
– bawahan memberikan nilai koefisien Alpha sebesar 0,795 seperti
yang terlihat pada output di atas. Hal ini menunjukkan bahwa
68
kuesioner untuk mengukur variabel komunikasi atasan – bawahan
sudah reliabel.
b.
Motivasi Kerja Pegawai
Hasil pengujian validitas untuk pernyataan – pernyataan di dalam
variabel motivasi kerja pegawai disajikan pada tabel di bawah ini :
TABEL 24
Pengujian Validitas Variabel Motivasi Kerja Pegawai
No.
rhitung
rtabel
Pernyataan
Pernyataan 1
0,500
0,361
Pernyataan 2
0,664
0,361
Pernyataan 3
0,529
0,361
Pernyataan 4
0,660
0,361
Pernyataan 5
0,573
0,361
Pernyataan 6
0,508
0,361
Pernyataan 7
0,553
0,361
Pernyataan 8
0,640
0,361
Sumber : Pengolahan data kuesioner
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,713
8
Pada tabel di atas, terlihat bahwa semua pernyataan mempunyai
koefisien korelasi (rhitung) lebih besar dari rtabel yang berarti bahwa
semua item pernyataan untuk kuesioner motivasi kerja sudah valid.
69
Sedangkan berdasarkan output di atas, hasil pengujian reliabilitas
dengan koefisien Alpha Cronbach memberikan nilai Alpha sebesar
0,713 yang mengindikasikan bahwa kuesioner untuk variabel
motivasi kerja sudah reliabel.
Dari hasl pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner, menunjukkan
bahwa kuesioner untuk mengukur variabel komunikasi atasan –
bawahan dan motivasi kerja pegawai sudah valid dan reliabel
sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
4.3
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap
motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup, dilakukan
pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Adapun
hipotesis yang akan diuji dalam hal ini adalah :
Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi
kerja pegawai
Ha: Ada pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja
pegawai
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Ho diterima apabila sig. > 0,05
Ho ditolak apabila sig. < 0,05
Dengan menggunakan software SPSS versi 11,5, diperoleh hasil analisis
regresi linier sederhana sebagai berikut :
70
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa komunikasi atasan
– bawahan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja
pegawai Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini dapat dilihat pada tabel
Anova di bawah ini.
TABEL 25
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
328,186
416,132
744,317
df
1
61
62
Mean Square
328,186
6,822
F
48,108
Sig.
,000a
a. Predictors: (Constant), Komunikasi Atasan-Bawahan
b. Dependent Variable: Motivasi Kerja
Tabel Anova di atas memberikan nilai F hitung sebesar 48,108 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh (0,000)
lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh yang
signifikansi dari komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja
pegawai Kementerian Lingkungan Hidup.
Adapun besarnya pengaruh dari komunikasi atasan – bawahan
terhadap motivasi kerja pegawai, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 26
Model Summary
Model
1
R
R Square
a
,664
,441
Adjusted
R Square
,432
Std. Error of
the Estimate
2,61186
a. Predictors: (Constant), Komunikasi Atasan-Bawahan
71
Pada tabel di atas, nilai R sebesar 0,664 menunjukkan bahwa ada
hubungan yang kuat antara komunikasi atasan – bawahan terhadap
motivasi kerja pegawai. Sedangkan nilai R Square (r2) merupakan
koefisien determinasi atau koefisien penentu.
Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai R Square sebesar 0,441 yang
menunjukkan bahwa komunikasi atasan – bawahan mempunyai pengaruh
sebesar 44,1% terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan
Hidup sedangkan sisanya sebesar 55,9% merupakan pengaruh dari faktor
lain.
Selanjutnya dengan menggunakan analisis regresi, maka diperoleh
persamaan regresi yang disajikan dalam tabel di bawah ini :
TABEL 27
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
Komunikasi
Atasan-Bawaha
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
6,738
3,053
,586
,084
,664
t
2,207
Sig.
,031
6,936
,000
a. Dependent Variable: Motivasi Kerja
Dari tabel di atas, terlihat bahwa thitung yang diperoleh untuk
koefisien regresi komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja
pegawai adalah sebesar 6,936 dengan signifikansi sebesar 0,000.
72
Karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka
koefisien regresi signifikan secara statistik atau komunikasi atasan –
bawahan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai. Adapun
persamaan regresi yang dapat diperoleh adalah :
Y = 6,738 + 0,586X
4.4.
Pembahasan
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat
pengaruh komunikasi atasan – bawahan berpengaruh positif terhadap
motivasi kerja pegawai. Hasil pengujian dengan metode analisis regresi
linier sederhana menunjukkan bahwa H0 ditolak dan menerima Ha pada
taraf signifikansi sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh dari komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja
pegawai Kementerian Lingkungan Hidup. Berdasarkan hasil analisis,
komunikasi atasan – bawahan mempunyai pengaruh positif terhadap
motivasi kerja pegawai. Hal ini berarti bahwa semakin baik komunikasi
antara atasan kepada bawahannya maka akan meningkatkan motivasi kerja
pegawainya atau bawahan.
Dengan adanya komunikasi atasan – bawahan yang berjalan
dengan baik didalm organisasi selain meningkatkan motivasi kerja
pegawai namun juga mampu meningkatkan kinerja sehingga dapat
menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal didalam memperoleh
keinginan dan juga tujuan bersama didalam organisasi. Dengan adanya
73
motivasi kerja dan kinerja yang tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwa
para pegawai telah merasakan dan memperoleh segala keinginan,
harapannya didalm organisasi dan pihak perusahaan atau organisasi telah
mampu memberikan dan mewujudkan harapan dan keinginan dari para
karyawannya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi antara atasan dan
bawaha telah berjalan dengan baik dan lancar sehingga terciptanya suatu
hubungan yang harmonis didalam organisasi.
Hasil analisis juga dapat menunjukkan bahwa komunikasi atasan –
bawahan memberikan pengaruh sebesar 44,1% terhadap motivasi kerja
pegawai, sedangkan sisanya sebesar 55,9% merupakan pengaruh dari
faktor lain.
Hubungan fungsional dari komunikasi atasan – bawahan dengan
motivasi kerja pegawai, dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = 6,738 + 0,586X
Dimana :
X = Komunikasi atasan – bawahan
Y = Motivasi kerja pegawai
74
Persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
• Nilai konstanta atau intersept sebesar 6,738 yang berarti bahwa jika tidak
ada komunikasi atasan – bawahan, maka rata-rata motivasi kerja
pegawai sebesar 6,738.
• Nilai koefisien regresi sebesar 0,586 menunjukkan bahwa komunikasi
atasan – bawahan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Komunikasi Atasan –
Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kementerian Negara
Lingkungan Hidup. Ada tidaknya pengaruh Komunikasi Atasan –
Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai dapat dilihat sebagai berikut:
1. Dipenelitian ini memperlihatkan komunikasi atasan – bawahan
terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup
dengan menggunakan metode regresi linier sederhana memberikan
hasil pengujian yang signifikan pada taraf signifikansi sebesar 5%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi atasan –
bawahan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi
kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup.
2. Hasil analisis regresi juga menunjukkan bahwa komunikasi atasan –
bawahan memberikan pengaruh sebesar 44,1% terhadap motivasi kerja
pegawai Kementerian Lingkungan Hidup sedangkan sisanya sebesar
55,9% merupakan pengaruh dari faktor lain. Faktor lain tersebut
kemungkinan adalah iklim komunikasi atau suasana kerja, pimpinan
dan lain sebagainya. Yang dimana faktor lain tersebut tidak termasuk
bagian dari penelitian ini.
75
76
5.2.
Saran
a. Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang pentingnya
komunikasi Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai di
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan,
saran, dan referensi serta sebagai pedoman bagi perusahaan atau
organisasi bahwa Komunikasi antara Atasan - Bawahan
mampu
mempengaruhi motivasi kerja para pegawai sehingga mampu
memperoleh hasil yang optimal didalam mencapai keinginan dan
tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrachman, Oemi, Dasar – dasar Publik Relations, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1995.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta, 2005.
Cahayani, Ati, Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia, Indeks,
2005.
Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistika Jilid 1, LP3ES, Jakarta, 1983.
Djatmiko, Yayat, Hayati, Perilaku Organisasi, Alfabeta, 2005.
Jefkins, Frank, Publik Relations, Edisi Keempat, Erlangga, Bandung, 1996.
Kasali, Rhenald, Manajemen Publik Relation, Grafiti, 1994.
Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.
Liliweri, Alo, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1994.
Rachmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2004.
Robbins, P. Stephen, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Alikasi, Arcan Jakarta,
2005.
Ruslan, Rosady, Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, PT. Raja
Grafindo Persada (Rajawali Pers), Jakarta, 2003.
Santoso, Budi Priyo, Birokrasi Pemerintah Orde Baru, Perspektif Kultural dan
Struktural, PT. RajaGrafindo Persada (Rajawali Pers), Jakarta, 1993
Subiyanto, Ibnu, Metodologi Penelitian, Gunadarma, 1993.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2005.
Soehoet, Hoeta, Teori Komunikasi 2, Yayasan Kampus Tercinta IISIP, Jakarta, 2002.
Suranto, AW, Komunikasi Perkantoran, Media Wacana, Yogyakarta, 2005.
Susanto S, Phil Astrid, Komunikasi dalam teori dan Praktik, Bina Cipta, 1998.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, R, Pengantar Statistika, Bumi Aksara,
Yogyakarta, 1995.
Usman, Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, R, Pengantar Statistika, Bumi Aksara,
Jakarta, 2003.
Wirasasmita, Yuyun, Komunikasi Bisnis dan Profesional, Rosdakarya Bandung,
2004.
Wursanto, Ig, Dasar – dasar llmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2003.
KUESIONER
PENGARUH KOMUNIKASI ATASAN – BAWAHAN
TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI
KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
PENGANTAR
Daftar pertanyaan yang disusun ini tujuannya adalah untuk
mengumpulkan data – data dalam penulisan skripsi pada fakultas Ilmu
Komunikasi, jurusan Hubungan Masyarakat Universitas Mercu Buana
Jakarta. Dengan demikian pertanyaan pada kuesioner ini tidak
mempunyai pengaruh dan efek terhadap diri dan kegiatan dari
Bapak/Ibu/Saudara.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya atas
kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi beberapa pertanyaan
yang telah saya sediakan, dan saya yakin jawaban yang diberikan
merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi saya dalam
menyelesaikan penulisan skripsi saya tersebut.
Saya
berharap
agar
jawaban
yang
diberikan
oleh
Bapak/Ibu/Saudara dapat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Kerahasiaan responden akan kami jaga.
x
KU E S I O N E R
Pengaruh Komunikasi Atasan - Bawahan
Terhadap Motivasi Kerja Pegawai
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
a. Nama
:
b. Jabatan/Golongan
:
c. Pendidikan
:
d. Umur
:
e. Jenis Kelamin
:
f. Status Perkawinan
:
g. Masa Kerja
h. Unit Kerja
:
:
xi
Keterangan :
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
R
: Ragu – ragu
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
I. KOMUNIKASI
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER
No
PERTANYAAN
1.
Atasan memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam pekerjaan
saya
2.
Rekan kerja memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam pekerjaan
saya
3
Atasan saya menghargai hasil
kerja saya
4
Atasan saya mengakui kemajuan
yang saya capai
5
Atasan saya mau menerima usulan
dan saran dari saya
6
Atasan saya percaya akan
informasi yang saya berikan
7
Atasan saya sering meminta
pendapat dan saran dari saya
8
Saya mengetahui dengan jelas
deskripsi pekerjaan saya
9
Saya mengetahui dengan jelas
pengembangan karir di instansi ini
SS
xii
S
R
TS
STS
II. MOTIVASI
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER
No
PERTANYAAN
1.
Pekerjaan saya sesuai dengan
keinginan dan keahlian saya
2.
Pekerjaan saya menarik dan penuh
tantangan
3
Saya bangga dengan pekerjaan
saya
4
Instansi menghargai prestasi kerja
saya
5
Instansi memberikan pelatihan –
pelatihan yang sesuai dengan
pekerjaan saya
6
Pekerjaan yang saya lakukan
dihargai oleh atasan dan rekan
kerja saya
7
Peluang
untuk
mendapatkan
promosi dalam instansi ini sangat
besar
8
Instansi
ini
memberikan
kesempatan yang luas bagi
pengembangan SDM
SS
xiii
S
R
TS
STS
STRUKTUR MENLH NO : 01 TAHUN 2005
STAF AHLI MENLH
BID. LINGKUNGAN
GLOBAL DAN
KERJASAMA
INTERNASIONAL
STAF AHLI MENLH
BID. EKONOMI DAN
PENGENTASAN
KEMISKINAN
STAF AHLI MENLH
BID. SOSIAL,
BUDAYA DAN
KEMITRAAN
KEMENTERIAN
NEGARA
KEMENTERIAN
NEGARA
LINGKUNGAN
HIDUP
LINGKUNGAN
HIDUP
STAF AHLI MENLH
BID. HUKUM DAN
HUBUNGAN ANTAR
LEMBAGA
DEPUTI MENTERI
NEGARA
LINGKUNGAN
HIDUP BIDANG
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
LEINGKUNGAN
PUSAT
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
REGIONAL
SUMATERA
DEPUTI MENLH
BIDANG
PENINGKATAN
KONSERVASI SDA &
PENGENDALIAN
KERUSAKAN
LINGKUNGAN
PUSAT
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUPREGIONAL
BALI DAN NUSA
TENGARA
SEKRETARIS
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
BIRO
PERENCANAAN
DAN
KLN
BIRO UMUM
INSPEKTORAT
DEPUTI MENTERI
LINGKUNGAN HIDUP
BIDANG TATA
LINGKUNGAN
STAF AHLI MENLH
BID. TEKNOLOGI
DAN
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
DEPUTI MENTERI
NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
BIDANG
PENGELOLAAN B3
DAN LIMBAH B3
PUSAT
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
REGIONAL
SULAWESI, MALUKU
DAN PAPUA
xiv
DEPUTI MENTERI
NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
BIDANG PENAATAN
LINGKUNGAN
PUSAT
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
REGIONAL JAWA
DEPUTI MENLH
BIDANG
KOMUNIKASI
LINGKUNGAN DAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
DEPUTI MENLH
BIDANG PEMBINAAN
SARANA TEKNIS
DAN PENINGKATAN
KAPASITAS
PUSAT
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
REGIONAL
KALIMANTAN
TABULASI JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL KOMUNIKASI ATASAN – BAWAHAN
No.
Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
1
3
5
2
2
3
4
4
4
2
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
4
5
4
5
5
4
5
4
2
2
4
4
4
2
4
2
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
3
4
4
2
3
3
4
4
2
1
4
4
2
2
4
4
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
5
5
4
3
Pernyataan
4
5
6
3
4
4
5
4
4
2
3
4
4
4
3
3
3
3
4
5
4
3
4
4
4
4
3
5
2
2
4
3
3
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
3
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
2
4
4
3
5
4
3
4
3
4
5
5
2
4
4
4
4
4
4
4
5
3
5
3
3
4
3
4
4
4
4
4
5
5
xv
7
4
2
4
3
4
3
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
8
2
4
2
2
5
4
5
4
2
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
3
3
4
5
9
1
3
2
2
4
4
3
4
2
3
3
4
4
4
4
3
4
4
2
4
4
4
5
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
5
Total
Skor
27
35
25
27
30
36
33
33
20
33
33
34
34
36
35
34
35
38
35
35
35
35
36
35
35
35
35
36
36
37
36
35
36
40
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
4
5
4
3
3
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
3
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
5
5
4
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
5
5
4
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
4
4
5
5
5
5
xvi
4
4
4
5
5
4
4
3
3
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
3
4
4
5
4
3
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
2
3
4
3
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
3
4
4
4
5
36
36
36
38
39
37
36
36
37
37
37
38
42
38
37
38
39
39
39
39
42
35
43
40
38
40
40
41
42
TABULASI JAWABAN RESPONDEN
VARIABEL MOTIVASI KERJA
PEGAWAI
No.
Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
1
1
4
4
4
2
3
5
2
2
4
1
4
4
2
3
4
3
2
2
3
2
4
3
4
4
4
4
3
2
3
2
4
2
2
1
2
2
3
4
3
3
3
1
4
5
4
5
3
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
2
2
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
5
2
4
5
4
4
4
Pernyataan
4
5
2
4
2
4
4
3
2
4
2
4
3
3
4
3
2
4
2
1
4
2
4
5
3
2
3
3
5
4
2
4
4
2
4
3
4
2
4
1
4
1
2
2
3
4
4
4
4
2
4
4
5
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
5
5
4
5
xvii
6
3
1
4
3
2
4
2
2
1
5
2
4
4
2
4
4
2
2
3
3
3
4
4
5
3
4
3
4
4
4
4
1
4
7
2
4
1
4
4
4
1
3
2
3
3
3
4
3
1
2
1
3
2
4
2
3
3
2
3
3
1
4
4
4
5
4
4
8
1
3
3
1
4
2
4
4
1
1
4
4
1
4
4
2
4
4
2
4
2
4
3
4
4
2
3
4
5
2
4
3
3
Total
Skor
17
23
25
25
26
26
26
22
12
28
28
28
28
28
26
26
25
26
22
25
21
29
29
29
29
29
28
28
30
30
30
30
30
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
5
3
4
4
5
4
3
4
4
5
4
5
4
5
5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
5
4
5
4
5
4
5
5
5
5
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
5
5
4
4
4
3
5
4
4
4
4
3
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
xviii
4
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
2
4
5
4
4
3
4
4
4
3
4
4
5
4
5
4
5
3
2
4
3
4
2
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
3
4
3
4
4
4
5
4
4
3
4
3
4
5
4
5
5
3
4
4
5
5
30
30
32
31
26
30
29
30
32
31
31
30
31
29
30
31
29
28
28
31
28
28
28
30
30
28
30
28
31
27
CURRICULUM VITAE
Personal Details
Name
: Fitria
Place/Date of Birth : Tangerang, 21 Juni 1976
Sex
: Female
Marital Status
: Married
Religion
: Moslem
Address
: Jl Cendrawasih I No 56 Rt.05/02 Sawah Baru Ciputat
Tangerang
Phone
: (021) 7498620
Mobile Phone
: 0815-14196480
Education
Tsanawiyah/SLTP Pembangunan (Ciputat)
1989 – 1992
Aliyah/SMU Pembangunan (Ciputat)
1992 – 1995
ABA Pertiwi (Kebayoran Baru)
1996 – 2000
Universitas Mercu Buana (Jakarta Barat)
2005 – 2007
Work Experience
Secretary to Deputy Minister For Capacity Building and Technical Infrastructure
Development, Ministry of Environment
2002 – Now
Download