PENGARUH KOMUNIKASI ATASAN - BAWAHAN TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : Nama : Fitria NIM : 4420412 - 048 Jurusan : Ilmu Hubungan Masyarakat FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2007 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana Jakarta LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI Nama NIM Fakultas Jurusan Judul : : : : : Fitria 4420412 – 048 Ilmu Komunikasi Ilmu Hubungan Masyarakat Pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jakarta, Agustus 2007 Mengetahui, Pembimbing, Dra. Endah Murwani, M.Si i UNIVERSITAS MERCUBUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT Fitria (4420412-048) Pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup Jumlah halaman: xviii + 76 halaman + 27 Tabel + 4 lampiran + 22 Bibliography (1983 – 2005) ABSTRAKSI Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu dengan lainnya baik dalam kehidupan sehari – hari maupun bermasyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi sangatlah penting bagi manusia, begitu halnya didalam suatu organisasi. Komunikasi didalam organisasi adalah komunikasi internal yang mengalir secara vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah keatas (upward communication) adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik (two way communication). Peran serta semua elemen didalam organisasi mempunyai pengaruh yang besar didalam proses komunikasi didalam organisasi. Baik itu antara atasan dengan bawahan, atau sebaliknya dan antara bawahan dengan bawahan ataupun antara sesama pejabat. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini mempunyai rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh komunikasi antara atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh komunikasi Atasan – Bawahan terhadap motivasi kerja pegawai di Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kerangka Teori dari penelitian ini terdiri dari pengertian komunikasi didalam Organisasi yang terdiri atas pembahasan masalah aliran komunikasi dalam organisasi. Komunikasi Atasan – Bawahan yang Efektif didalam organisasi, dan Motivasi. Penelitian ini bersifat kuantitatif - eksplantif dengan menggunakan metode survey. Populasi dari penelitian ini adalah karyawan di lingkungan Deputi VII yang berjumlah 250 orang. Periode penelitian ini adalah 7 bulan (Juli 2006 - Januari 2007). Rancangan sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi atasan bawahan dilakukan analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dengan menggunakan ά sebesar 5%. Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadap hipotesis – hipotesis penelitian diperoleh hasil yang signifikan. Artinya bahwa komunikasi atasan – bawahan mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup sebesar 44,1 %, dan kedua variable mempunyai hubungan yang kuat sebesar 0,664. iv DAFTAR ISI ABSTRAKSI…………………………………………………………….. iv DAFTAR ISI…………………………………………………………….. v KATA PENGANTAR…………………………………………………… viii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………………………………… 1 1.2 Perumusan Masalah…………………………………….. 5 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………….. 5 1.4 Signifikansi / Manfaat………………………………….. 5 a. Manfaat Akademis……………………………….. 5 b Manfaat Praktis…………………………………… 6 KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Dalam Organisasi…………………………. 7 2.2 Aliran Komunikasi Dalam Organisasi………………….. 12 2.3 Komunikasi Atasan – Bawahan Yang Efektif Didalam Organisasi…………………………………….. 13 2.4 Motivasi………………………………………………… 19 2.5 Hipotesis Teoritis………………………………………. 25 METODOLOGI 3.1 Tipe Penelitian…………………………………………. 26 3.2 Metode Penelitian………………………………………. 26 3.3 Populasi dan Sample……………………………………. 27 a. Populasi…………………………………………… 27 b. Sample…………………………………………….. 28 v 3.4 3.5 3.6 3.7 BAB IV Definisi Konsep………………………………………… 30 a. Komunikasi Atasan Dan Bawahan………………. 30 b. Motivasi………………………………………….. 30 Operasionalisasi Konsep………………………………. 30 a. Komunikasi Atasan – Bawahan………………….. 30 b. Motivasi………………………………………….. 31 c. Tabel Indikator…………………………………… 32 Teknik Pengumpulan Data……………………………… 36 3.6.1. Data Primer…………………………………….. 36 3.6.2. Data Sekunder………………………………….. 37 Analisa Data…………………………………………… 38 3.7.1. Uji Kualitas Data……………………………….. 38 a. Uji Validitas……………………………… 38 b. Uji Realibilitas…………………………… 39 3.7.2. Pengujian Hipotesis……………………………. 40 a. Pengujian Regresi Linier Sederhana……... 40 b. Statistik Uji………………………………. 41 c. Kriteria Pengujian………………………… 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………………………………………… 42 4.1.1. Identitas Responden…………………………… 42 4.1.2. Deskripsi Data…………………………………. 46 a. Komunikasi Atasan – Bawahan………….. 47 b. Motivasi Kerja Pegawai………………….. 57 vi 4.2 BAB V Pengujian Validitas dan Reliabilitas…………………… 66 a. Komunikasi Atasan – Bawahan………………….. 66 b. Motivasi Kerja Pegawai………………………….. 68 4.3 Pengujian Hipotesis……………………………………. 69 4.4 Pembahasan…………………………………………….. 72 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 75 5.1 Kesimpulan……………………………………………... 75 5.2 Saran…………………………………………………….. 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN Kuesioner Struktur Organisasi KNLH Lampiran Data Curriculum Vitae vii KATA PENGANTAR Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh komunikasi Atasan – Bawahan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup”. Laporan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Fakultas Ilmu Komunikasi, jurusan Public Relation Universitas Mercu Buana. Selama menyelesaikan laporan skripsi ini, penulis telah memperoleh bantuan yang besar, baik dalam bentuk bimbingan, petunjuk dan masukan-masukan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Endah Murwani, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tempat serta bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Irmulan Sati, SH, M.Si, selaku Ketua Bidang Studi Humas yang telah membantu kelancaran dan memberikan sumbangan pemikiran serta motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Tata Usaha Universitas Mercu Buana. 4. Bapak Tubagus Haris Subakti, S.E, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Deputi VII, Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang telah memberi izin untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian dan memberikan dukungan dikala terdapat kesulitan. viii 5. Ibu Dra. Jo Kumala Dewi, M.Sc, selaku Kepala Bidang Hubungan Masyarakat pada Deputi VI, Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang telah memberikan arahan dan petunjuk dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Rekan – rekan kerja di Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang telah membantu didalam penulisan skripsi ini. 7. Untuk Mama tersayang, Kak Rani, Kak Haris atas do’a dan bantuannya, dan Almarhum Papa disana yang mungkin juga mendo’a-kan keberhasilan penulis. 8. Suamiku tercinta, Uda Faisal yang selalu membantu, memberiku semangat baik lahir maupun bathin serta do’anya dan anakku tercinta dan terkasih, Fathan yang selalu mencintai mama. 9. Keluarga Besar dari suamiku tercinta atas do’a dan dukungannya 10. Serta teman-teman PKSM angkatan VI. 11. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga laporan skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkannya pada umumnya. Jakarta, Juni 2007 Penulis ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian. 1 Dan Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu dengan lainnya baik dalam kehidupan sehari – hari maupun bermasyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi sangatlah penting bagi manusia, begitu halnya didalam suatu organisasi. 2 Menurut Ig Wursanto, komunikasi mempunyai peranan penting khususnya didalam organisasi yanitu: ”Dengan adanya komunikasi yang baik di suatu organisasi, maka organisasi tersebut akan berjalan dengan lancar dan berhasil begitupun sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan.” 3 Namun semua itu dapat terjadi didasari oleh bagaimana proses komunikasi dan juga sistem komunikasi yang ada didalam organisasi tersebut. Sudah berjalan baik atau belumkah proses komunikasi disana. 1 Ig Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2002, hal 157 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 1 3 ibid, hal 1 2 1 2 Menurut Brent D. Ruben (1988) yang dikutip Arni Muhammad, komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. 4 Artinya bahwa komunikasi merupakan suatu proses aktivitas yang mempunyai beberapa tahap yang terpisah satu sama lain tetapi berhubungan. Didalam komunikasi adanya suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan saling pengertian. Karena begitu pentingnya komunikasi didalam organisasi, maka perlu bagi pimpinan/pihak manajemen didalam suatu organisasi harus mempunyai kemampuan dan keterampilan didalam berkomunikasi. Dan kemampuan berkomunikasi tersebut berlaku bagi semua pimpinan tanpa terkecuali baik itu jenis organisasi, aliran komunikasi dan juga kedudukan dari para pimpinan tersebut apapun statusnya. Untuk komunikasi, jika dilihat dari line secara vertikal, terdapat beberapa jabatan – jabatan dengan satu orang atasan artinya bahwa didalam melakukan kegiatan kerja seorang atasan akan dibantu dan juga adanya pelimpahan sebagian hak atau wewenang dari pejabat pimpinan kepada pejabat yang ada dibawahnya untuk mengambil tindakan yang dianggap paling tepat sehingga tugas dan tanggungjawabnya itu dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. 4 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 3 3 Seperti halnya seorang Deputi pada organisasi dimana penulis meneliti, selain memberikan intruksi kerja berupa perintah atau arahan namun disamping itu juga meminta masukan atau petunjuk dari para bawahannya didalam menangani permasalahan yang ada serta didalam menanggapi sesuatu hal, baik internal maupun eksternal. Artinya bahwa walaupun Deputi sebagai salah satu pejabat Eselon I yang posisinya berada dibawah Menteri, namun tidak menunjukkan bahwa para pejabat ini adalah orang yang sangat berkuasa dan juga perkasa yang tidak mungkin tidak membutuhkan dan memerlukan bantuan orang lain didalam melakukan segala tugas dan kewajibannya untuk bekerjasama dan juga berkoordinasi dengan para bawahannya. Semua itu berlaku juga untuk para pejabat lainnya. Oleh sebab itu peranan komunikasi antara atasan dan bawahan disini sangat penting didalam mendukung segala kegiatan kerja agar berjalan dengan baik dan benar sehingga mencapai keberhasilan yang sesuai dengan tujuan bersama. Dan untuk komunikasi secara horizontal, linenya mengalir secara horizontal atau kesamping dan sejajar, dan biasanya yang dilakukan sebagai bentuk dari koordinasi antara pejabat atau pimpinan yang setingkat dalam suatu organisasi akan kebijakan – kebijakan didalam organisasi. Disini komunikasi harus berjalan dengan baik, karena dengan adanya komunikasi yang baik, maka kerjasama diantara mereka akan berjalan dengan baik pula sehingga tugas pokok dan intruksi kerja masing – masing pejabat akan berjalan 4 dengan lancar sesuai dengan aturan yang ada, selain itu juga hal tersebut akan mempengaruhi organisasi. Perlu diketahui bahwa Kementerian Negara LH merupakan salah satu perusahaan pemerintahan atau disebut juga perusahaan birokrasi. Dan banyak orang berpendapat bahwa didalam organisasi pemerintah/ birokrasi kedudukan suatu jabatan sangatlah penting, karena didalam saluran – saluran birokrasi telah tersusun secara hirarki sesuai dengan struktur organisasi. Sehingga hubungan dan juga komunikasi yang terjadi tidak berjalan dengan bebas karena adanya batasan – batasan yang mungkin secara tidak langsung dan disadari sudah melekat pada diri pejabat - pejabat di dalam organisasi tersebut sehingga dalam tingkah laku, sikap dan perbuatannya bersifat formal. Begitupun didalam melakukan segala urusan kurang fleksibel (kurang luwes) dan bersifat regid atau kaku karena setiap urusan terlalu terikat oleh suatu ketentuan, peraturan, prosedur yang pada umumnya terlalu berbelit – belit dan terkadang sering terjadinya hambatan dan juga kemacetan. Pada dasarnya semua itu bukan disebabkan karena birokrasi tetapi disebabkan birokrasi yang tidak baik, sehingga hal tersebut menimbulkan pandangan dan pengertian yang keliru tentang birokrasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi baik itu birokrasi maupun yang bukan birokrasi pasti mempunyai aturan atau prosedure atau ketentuan yang berlaku didalam menjalankan segala aktifitas kerja organisasi, dengan maksud agar semua 5 aktifitas tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan maksud dan tujuan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka hal yang menarik dikaji adalah : Apakah Komunikasi antara Atasan – Bawahan akan mempengaruhi Motivasi Kerja Pegawai ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui : Ada tidaknya pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai ? 1.4 Signifikansi / Manfaat a. Manfaat Akademis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang pentingnya komunikasi Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Kementerian Negara Lingkungan Hidup khususnya dan perusahan – perusahaan pemerintah lainnya pada umumnya. b. Manfaat Praktis Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan, saran, dan referensi serta sebagai pedoman bagi perusahaan atau organisasi bahwa 6 Komunikasi antara Atasan - Bawahan mampu mempengaruhi motivasi kerja para pegawai sehingga mampu memperoleh hasil yang optimal didalam mencapai keinginan dan tujuan bersama. BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Komunikasi Dalam Organisasi Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lainnya didalam kehidupan. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitupun juga halnya bagi suatu organisasi.” Komunikasi dalam Organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide- ide, diantara para anggota organisasi secara timbal - balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. 6 Artinya bahwa didalam komunikasi, antara anggota organisasi adanya interaksi satu dengan lainnya saling memberi dan menerima informasi, ide – ide, gagasan dan sebagainya sehingga memperoleh suatu kesepahaman atau kesamaan persepsi dan pandangan atau suara yang bulat didalam mencapai suatu tujuan bersama. Komunikasi didalam organisasi terdiri dari dua bagian berdasarkan dimana khalayak berada yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Namun yang akan lebih dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi internal. Komunikasi internal adalah komunikasi antara manajer atau atasan dengan komunikan yang berada di organisasi yakni para pegawai secara timbal balik. Komunikasi internal terbagi menjadi tiga kegiatan yakni komunikasi vertikal, komunikasi horisontal dan komunikasi diagonal. 7 6 Ig Wursanto, Dasar – dasar Ilmu Organisasi, Adi, Yogyakarta, hal 157 Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Publik Relations, Mandar Maju, Bandung, 1972, hal 17-18 7 7 8 Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah keatas (upward communication) adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik (two way communication). Didalam proses komunikasi vertikal tersebut pimpinan atau atasan memberikan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan dan lain – lain kepada bawahannya, sedangkan bawahan memberikan laporan, gagasan, saran dan sebagainya kepada pimpinan. 8 Menurut Zelko dan Dance, komunikasi organisasi adalah Suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal disini adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedang komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti hubungan dengan masyarakat umum dan pihak – pihak terkait (para stakeholders). 9 Didalam komunikasi dua arah tersebut dalam organisasi sangat penting sekali karena jika didalam komunikasi proses komunikasinya hanya satu arah saja dari pimpinan ke bawahan, maka proses kegiatan kerja didalam organisasi besar kemungkinan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Atasan atau pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, gagasan, atau saran dari para pegawai sebagai petunjuk efektif tidaknya dan efisien tidaknya kebijaksanaan yang telah dilakukan. 8 9 ibid, hal 18 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 66 9 Sedangkan komunikasi horisontal adalah komunikasi secara mendatar artinya komunikasi yang terjadi antara para bawahan, dan biasanya komunikasi tersebut terjadi dalam suasana yang tidak formal seperti suasana santai ketika para pegawai sedang istirahat atau ketika dalam acara – acara kekeluargaan dan sebagainya. Komunikasi diagonal atau disebut juga komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi yang terjadi didalam organisasi antara satu orang dengan orang lain yang masing – masing berbeda dalam kedudukan dan bagianya. Seperti contoh antara seorang supir dengan kepala Biro Umum. Komunikasi yang terjadi antara mereka pada umumnya tidak menampakkan kekakuan karena bersifat formal seperti pada komunikasi vertikal dan juga tidak menunjukkan keakraban sebagaimana halnya pada komunikasi horisontal. Komunikasi diagonal tersebut biasanya terjadi pada suasana tidak formal seperti pada saat rekreasi, pesta perkawinan dan sebagainya. Namun disini perlu ditekankan bahwa Komunikasi organisasi akan berjalan dengan baik dan lancar serta mencapai hasil yang maksimal, maka perlu didukung oleh adanya interaksi atau suatu hubungan yang baik dan komunikasi yang baik pula antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya, antara para pimpinan yang selevel atau setingkat, antar karyawan dengan karyawan lainnya dan juga seluruh elemen – elemen terkait lainnya didalam maupun diluar organisasi. Pada garis besarnya komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi langsung (direct communication) dan komunikasi tidak langsung (indirect communication). Komunikasi yang terjadi dimana penulis meneliti 10 bersifat formal dan juga non formal. Untuk komunikasi secara formal didalam pemberian informasi atau didalam penyampaian pesan memanfaatkan saluran – saluran formal yang ada didalam organisasi. Saluran formal tersebut adalah saluran birokrasi yang telah tersusun secara hirarkis sesuai dengan struktur organisasi. Didalam komunikasi formal tersebut dibedakan menjadi dua sifat yaitu tertulis dan tidak langsung, serta lisan dan langsung. Untuk komunikasi yang formal dan tertulis dan tidak langsung adalah komunikasi yang dalam penyampaian informasi atau pesannya secara tertulis dan tidak langsung karena menggunakan media tertentu seperti surat dan memo, hal tersebut dapat dilihat seperti surat masuk dari bidang atau instansi lain tidak dapat langsung diterima oleh orang yang dituju misalnya Deputi, maka surat tersebut harus melewati jalur lain dahulu seperti ke Tata Usaha kemudian dicatat di agenda surat masuk dan dibuatkan disposisi baru kemudian disampaikan kepada Deputi, dan dari Deputi di disposisikan kepada bawahan yang sesuai dengan bidangnya atau tupoksinya. Sedangkan surat atau memo dari bidang internal tidak perlu disampaikan ke tata usaha namun bisa langsung disampaikan kepada sekretariat Deputi yang dituju, dicatat di agenda surat/memo masuk kemudian diberikan lembar disposisi baru masuk ke deputi. Setelah ada tanggapan atau ada pesan di lembar disposisi, dicatat isi pesan tersebut baru diberikan kepada yang berwenang sesuai dengan siapa yang berhak untuk menaggapi dan memberikan jawaban sesuai dengan tupoksinya setelah mendapatkan tanggapan. 11 Dan untuk komunikasi formal yang bersifat lisan, dapat dilihat atau biasanya terjadi ketika adanya rapat – rapat internal seperti Rapat Pimpinan yang dihadiri oleh Bapak Menteri dan para pejabat Eselon I dan II dan juga rapat MPR/DPR dengan Komisi VII dan sebagainya. Didalam komunikasi formal tersebut selain membicarakan masalah kegiatan – kegiatan dan program kerja juga menginformasikan akan kebijakan, aturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku didalam organisasi. Selain itu organisasi juga harus mengkomunikasikan permasalahan atau isu – isu dan juga krisis yang sedang terjadi didalam organisasi. Dengan tujuan agar semua karyawan siapapun, apapun kedudukannya, bagaimanapun ia, harus mengikuti dan mengetahui akan situasi dan kondisi yang sedang dialami perusahaan. Penyampaian pesan untuk komunikasi formal memang lebih banyak tertulis daripada lisan dengan maksud agar lebih mudah didalam penanganannya dan pendokumentasian serta untuk memudahkan pencarian jika sewaktu – waktu dokumen tersebut diperlukan untuk dipelajari kembali. Sedangkan untuk komunikasi yang non formal dan langsung biasanya terjadi ketika adanya rapat – rapat internal yang tidak bersifat formal seperti rapat Asdep, rapat staf, dan juga ketika adanya acara – acara yang bersifat kekeluargaan seperti family gathering, arisan, dharmawanita, hari ulang tahun nasional organisasi dan situasi dan kondisi tertentu. Namun dalam komunikasi non formal ini tetap menggunakan etika yang berlaku pada umumnya, walaupun memang dalam komunikasi ini tidak mengikuti atau menyimpang dari aturan atau ketentuan formal yang telah 12 ditetapkan. Komunikasi ini dapat terjadi setiap saat (dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja dan dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun). Didalam komunikasi yang terjadi didalam orgnisasi, baik lisan dan tulisan secara formal maupun non formal harus tetap berjalan dengan baik dan efektif artinya bahwa informasi atau pesan yang disampaikan oleh atasan atau pimpinan dapat diterima oleh seluruh karyawan sesuai dengan maksud dan tujuannya dan mereka memahami dan mengerti akan isi pesan tersebut. 2.2 Aliran Komunikasi dalam Organisasi Untuk aliran komunikasi didalam organisasi, mengalir secara vertikal yang terdiri atas downward communication dan upward communication artinya bahwa komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan mengalir secara dua arah (two way communication) secara timbal balik, karena didalam komunikasi tersebut seorang pimpinan tidak hanya mengintruksikan kerja atau perintah kepada bawahannya namun disini pimpinan juga meminta saran dan juga pendapat atau ide – ide didalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di dalam organisasi. Selain itu juga bawahan kepada atasannya akan memberikan laporan kerja, memberikan masukan, pendapat dan menyampaikan rencana dan program kerja dan lain sebagainya yang menjadi tugas dan kewajibannya sesuai dengan TUPOKSI yang diberikan atasan. Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, 13 tanggapan, atau saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan begitu antara pimpinan dan bawahan memiliki suatu hubungan yang baik, saling ketergantungan satu sama lain, dan peran serta dari bawahan atau para pegawai adalah penting bagi pimpinan didalam menjalankan roda organisasi. Dengan begitu kegiatan kerja, kerjasama dan juga koordinasi didalam organisasi lancar, baik dan juga efektif karena komunikasi antara atasan dan bawahan tersebut berjalan dengan baik pula. Namun perlu diingat bahwa karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi ditentukan oleh orang – orang yang terlibat didalam komunikasi tersebut. 10 2.3 Komunikasi Atasan – Bawahan yang Efektif didalam Organisasi Komunikasi dikatakan efektif apabila dalam suatu proses komunikasi itu pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan persis seperti yang dikehendaki oleh komunikator. Artinya bahwa pesan – pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh komunikan, dan dalam mengartikan atau memaknai akan isi pesan tersebut, sesuai dengan maksud dan tujuan dari si komunikator. 10 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, teori dan praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1984, hal 123 14 Sehingga dengan demikian proses komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan komunikan berjalan dengan efektif dan lancar karena adanya satu kepahaman diantaranya. Dalam penelitian ini, untuk proses komunikasi yang cocok dan sesuai dengan proses komunikasi yang terjadi di Kementerian Negara Lingkungan Hidup adalah model komunikasi dari Seiler. ” Secara sederhana proses komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan atau sebaliknya dapat dilihat pada model komunikasi oleh seiler ”. 11 Proses komunikasinya dapat digambarkan sebagai berikut : Umpan balik Sumber/ Penerima Pesan Saluran Penerima/ Sumber Akibat/ hasil Umpan balik Proses komunikasi yang digambarkan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pihak sumber membentuk pesan (encoder) dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu ( misalnya melalui surat, telepon atau kalau bentuk 11 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1989, hal 13 15 komunikasinya secara langsung/tatap muka, maka yang menjadi salurannya adalah gelombang udara ). 2. Pihak penerima kemudian mengartikan dan menginterpretasikan pesan tersebut. Apabila ia (penerima) punya tanggapan maka ia kemudian akan membentuk pesan dan menyampaikannya kembali kepada si sumber. Tanggapan yang disampaikan penerima pesan kepada sumber tersebut disebut sebagai umpan balik. Pihak sumber kemudian akan mengartikan dan menginterpretasikan tanggapan tadi, dan kembali ia akan melakukan pembentukan dan penyampaian pesan baru. Proses ini akan terus berlanjut secara sirkuler, dimana kedudukan sebagai sumber (komunikator) dan penerima (komunikan) berlaku secara bergantian. De Vito (1986) menyebutkan definisi komunikasi sebagai berikut : ” Proses komunikasi yang mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.” 12 Dalam proses komunikasi, seringkali terjadi faktor umpan balik kurang menjadi perhatian, padahal dalam kenyataannya faktor umpan baliklah ynag menjadi motor penggerak komunikasi sehingga proses komunikasi dapat berjalan secara efektif. Terkadang pesan yang dikirim oleh sumber pesan (encoder) tidak memperoleh umpan balik yang memadai seperti yang 12 Alo Liliweri, Komunikasi Antara Pribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal 12 16 diharapkan oleh pemberi pesan. Penyebab utama dari kegagalan proses umpan balik ini adalah disebabkan oleh adanya kegagalan untuk mengurangi gangguan – gangguan (noise) yang timbul dari proses komunikasi. Gangguan – gangguan yang terjadi didalam komunikasi pada dasarnya tidaklah dapat dihindarkan, tapi dapat diupayakan untuk dikurangi, yaitu melalui proses pembelajaran sehingga kompetensi komunikasi (kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif) semakin dapat ditingkatkan. Kompetensi tersebut haruslah dimiliki oleh setiap individu dalam konteks interaksi dengan pihak lain. Walaupun terkadang didalam komunikasi sering terjadi mis atau bias yang menyebabkan komunikasi tidak dapat menerima dan memahami pesan itu sesuai yang dikehendaki oleh komunikator, dan komunikasi tersebut dianggap gagal. Untuk itu didalam berkomunikasi perlu memperhatikan beberapa hal yang penting agar kegagalan didalam komunikasi dapat dihindari. Kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya gangguan (noise)/hambatan didalam proses komunikasi, dan faktor penghambat didalam komunikasi adalah sebagai berikut :13 1. Hambatan Sosiologi yaitu hambatan yang disebabkan oleh adanya perbedaan status, idiologi, agama, tingkat pendidikan, status ekonomi. Hambatan ini lebih nampak pada pelaksanaan komunikasi formal dikarenakan adanya perbedaan kedudukan dan jabatan. 2. Hambatan Psikologis yakni hambatan komunikasi yang disebabkan oleh situasi psikologi yang tidak mendukung. Misalnya berkomunikasi dengan 13 Suranto AW, Komunikasi Perkantoran, Media Wacana, Yogyakarta, 2005, hal 112 17 orang yang sedang marah, bingung, cemas, kecewa atau prasangka kepada komunikator tentu akan menghambat tercapainya tujuan komunikasi. 3. Hambatan Semantis ialah hambatan komunikasi yang disebabkan oleh latar belakang bahasa yang berbeda dalam memaknai suatu pesan. Contohnya adalah ”jangan” untuk bahasa Indonesia artinya larangan sedangkan untuk bahasa orang Jawa berarti sayur. 4. Hambatan Mekanis/fisik, hambatan tersebut sering terjadi pada proses komunikasi yang menggunakan media seperti bunyi krotokan atau ganggunya atau rusaknya saluran pada telephon, tulisan yang tidak terbaca pada surat, sinyal yang hilang pada telephon seluler dan sebagainya. 5. Hambatan Ekologis yaitu gangguan yang terjadi di lingkungan ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Misalnya hujan deras, lalu lintas yang bising, bunyi mesin pabrik yang menderu. Semuanya bisa menjadi penghambat kelancaran komunikasi. Gangguan – gangguan yang terjadi didalam komunikasi pada dasarnya tidaklah dapat dihindarkan, tapi dapat diupayakan untuk dikurangi, yaitu melalui proses pembelajaran sehingga kompetensi komunikasi (kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif) semakin dapat ditingkatkan. Kompetensi tersebut haruslah dimiliki oleh setiap individu dalam konteks interaksi dengan pihak lain. Artinya bahwa komunikasi merupakan hal yang mudah dipelajari, semakin seringnya orang berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, maka semakin mudah mengetahui dan memahami bagaimana harus berbicara sesuai 18 dengan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung yaitu berkomunikasi secara efektif, disitulah terjadinya proses pembelajaran didalam berkomunikasi. Menurut De Vito (1986) berdasarkan aliran humanistik, efektifitas komunikasi ditentukan oleh keterbukaan (openess), empati (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness) dan kesamaan (equality) sehingga tercapai interaksi yang memuaskan. 14 Keterbukaan (openess) merujuk pada tiga aspek komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator harus selalu terbuka/jujur terhadap lawan bicaranya. Kedua, ada niat baik dari komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimuli yang datang. Ketiga, komunikator harus selalu menyadari perasaan dan pikiran terbuka yang diekspresikan berasal dari dalam hatinya sendiri, sehingga bertanggungjawab terhadapnya. Empati adalah sikap turut merasakan perasaan orang lain (De Vito 1986). Suasana mendukung (supportiveness) harus dilakukan dengan cara memberikan sifat open – minded, perhatian terhadap orang lain dan tegar dalam menghadapi sikap oposisi dari orang lain. Sikap positif (positiveness) mengacu pada sedikitnya dua aspek komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Kesamaan (equality) terjadi bila kedua belah pihak dianggap dan menganggap sama – sama berharga, mengkontribusi komunikasi yang seimbang dan saling menghormati. 14 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal 13 19 2.4 Motivasi. Menurut pendapat Greenberg dan Baron ” Motivasi adalah suatu proses yang mendorong, mengarahkan dan memelihara perilaku manusia ke arah pencapaian suatu tujuan”. 15 Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi yang pada dasarnya bersifat subyektif sehingga ada seseorang yang memiliki motivasi rendah sementara yang lainnya memiliki motivasi yang tinggi. Didalam perusahaan atau organisasi, tumbuh dan berkembangnya motivasi dalam diri karyawan menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan apabila perusahaan/organisasi menginginkan peningkatan, baik itu produktivitas usaha ataupun kemajuan – kemajuan lainnya bagi perusahaan. Menurut Sondang P. Siagian pengertian motivasi adalah Daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota perkantoran mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung-jawab dalam menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran perkantoran yang telah ditentukan sebelumnya.16 Untuk itu motivasi didalam organisasi mempunyai peranan yang sangat penting disamping komunikasi, karena dengan adanya motivasi mampu meningkatkan kinerja organisasi dan juga karyawan. Dengan Motivasi produktivitas atau hasil yang diperoleh organisasi akan sesuai dengan harapan dan tujuan organisasi. 15 Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung, 2002, hal 67 Suranto AW,. Komunikasi Perkantoran, Prinsip Komunikasi untuk meningkatkan kinerja perkantoran, Media Wacana, Yogyakarta 2005, hal 73 16 20 Motivasi timbul didalam diri seseorang karena didasari oleh suatu keinginan dan kebutuhan dari dalam hati. Oleh karena itu motivasi berhubungan erat dengan perilaku dan prestasi kerja dan pada dasarnya motivasi diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Kita ketahui bahwa setiap orang pasti mempunyai kebutuhan, keinginan, harapan yang berbeda – beda, yang mana hal tersebut didasari oleh berbedanya akan kemampuan dan keinginan mereka untuk bekerja atau mungkin tergantung pada motivasinya. Artinya bahwa ketika seseorang mempunyai suatu keinginan akan sesuatu yang mungkin sebagai kebutuhan yang harus diperoleh atau dipenuhinya maka disana timbul suatu dorongan untuk berbuat sesuatu agar apa yang diinginkannya dapat tercapai dan terpenuhi dengan segala upaya dengan kemampuan yang ada. Didalam penelitian ini penulis menggunakan teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg yang mana menurut penulis teori tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di organisasi dimana penulis meneliti. Menurut Herzberg ada dua faktor pendorong didalam motivasi yang pertama adalah dissatiffiers factor yaitu faktor yang membuat pegawai merasa tidak puas dan yang kedua adalah satisfiers factor yaitu faktor yang membuat pegawai merasa puas. Untuk dissatiffiers factor atau disebut juga faktor extrinsic yang berarti bersumber dari luar diri seseorang misalnya dari organisasi, faktor extrinsic tersebut terdiri dari serangkaian kondisi kerja yang meliputi : 17 ” Gaji atau upah, 17 Ig Wursanto, Dasar- dasar Ilmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2002, hal 305 21 Keamanan kerja, Kondisi Kerja, Status, Kebijaksanaan Perusahaan, Mutu dan Teknik Pengawasan, Interaksi antar personal ”. Apabila faktor – faktor tersebut telah ada didalam organisasi maka tidak perlu adanya motivasi, namun sebaliknya jika tidak ada maka akan menyebabkan rasa tidak puas dikalangan para pegawai. Sedangkan untuk satisfiers factor atau disebut juga intrinsic yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang yang terdiri dari serangkaian kondisi yang meliputi beberapa faktor sebagai berikut : ” Pengakuan (recognition), Tanggung Jawab (responsibility), Prestasi (achievement), Pekerjaan itu sendiri (the work itself ), Adanya kemungkinan untuk berkembang (the possibility of growth), Kemajuan (advancement)” . 18 Serangkaian kondisi tersebut apabila terpenuhi akan meningkatkan motivasi kerja para pegawai, hal tersebut disebabkan karena rangkaian diatas melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya yakni kandungan pekerjaan atas tugasnya. Faktor – faktor tersebut diatas dinamakan juga motivators. Perlu diingat bahwa ketika seseorang mulai memasuki dunia kerja, maka orang tersebut akan membawa karakteristik pribadinya kedalam lingkungan kerja. Namun didalam lingkup organisasi perilaku seseorang akan berbeda dibanding saat orang tersebut seorang diri, hal tersebut disebabkan karena didalam organisasi terdapat suatu kontrol formal dan informal yang berdampak pada pembentukan segala perilaku didalam organisasi, termasuk dalam pembuatan kebijakan, prosedur kerja, pertauran – peraturan didalam organisasi, 18 Ig Wursanto, Dasar- dasar Ilmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2002, hal 305 22 deskripsi kerja dan intruksi kerja, dimana semua hal tersebut sangat terkait dengan system komunikasi didalam organisasi. Bila pegawai merasa cocok atau senang dengan system komunikasi yang ada di organisasi, maka berpengaruh pula terhadap kepuasan kerjanya, apabila pegawai puas, maka kinerjanya umumnya meningkat. Selain itu juga hubungan antara atasan dengan bawahan berlangsung dengan baik maka akan tercipta suasana kerja yang menyenangkan, yang mana hal tersebut akan membawa dampak pada kepuasan kerja. Oleh sebab itu Komunikasi internal antara atasan dengan bawahan didalam organisasi diharapkan dapat menjadi pengaruh eksternal, artinya bahwa dengan komunikasi yang terjalin antara atasan dengan bawahan yang berjalan dengan baik, terbuka, dan dua arah serta dengan adanya saling pengertian dan pemahaman akan mampu mendorong motivasi yang positif pada seluruh pegawai. Motivasi pegawai pada dasarnya merupakan sikap mental individu atau kelompok yang terdapat dalam organisasi atau perusahaan yang mencerminkan kegairahan dalam melaksanakan pekerjaan dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik dan produktif. Motivasi karyawan merupakan hal yang penting dan timbul antara lain dengan diberikan dukungan oleh pimpinan. Komunikasi yang efektif antara pimpinan dan pegawai sangat penting bagi motivasi pegawai. Sikap pimpinan, umpan balik dan mampu mendengarkan sangat diperlukan untuk komunikasi yang baik. Selain memberikan perintah dan juga petunjuk seorangt pimpinan hendaknya bersedia bernegosiasi dengan pegawainya sehingga para pegawai 23 lebih mudah menerima dan mengerti pesan – pesan yang disampaikan pimpinan kepadanya dengan cara mendiskusikannya dari pada hanya sekedar perintah. Didalam berdiskusi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti halnya Rapat Asdep, Rapat Staf dan sebagainya yang dimana dalam rapat tersebut adanya interaksi secara langsung antara atasan dan juga bawahan, dan cara tersebut merupakan cara yang lebih efisien dan efektif. Dan perlu diingat bahwa komunikasi merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi motivasi. Untuk memotivasi bawahan, para pimpinan dapat melakukan beberapa cara memotivasi dalam berbagai variasi bentuk seperti :” Memberi Teladan, Memberi dorongan, Memberi pujian, Mengakui kemajuan yang dicapai karyawan, dan sebagainya.19 Cara – cara yang ditempuh atau teknik yang dilakukan oleh pimpinan untuk memotivasi karyawannya agar lebih termotivasi bagi yang sudah mempunyai motivasi dan membangkitkan serta menumbuhkan semangat dan juga dorongan bagi para pegawai yang memang kurang atau tidak ada semangat kerja sehingga timbul gairah kerjanya kembali, hal tersebut tergantung bagaimana pimpinan melakukannya. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa motivasi kerja ada dikarenakan adanya suatu dorongan baik yang berasal dari dalam diri seseorang maupun juga dari luar (pihak luar seperti pimpinan ataupun organisasi). 19 Ibid, hal 79 24 Oleh sebab itu penting bagi seorang pemimpin dan juga organisasi untuk mampu berkomunikasi dengan baik sehingga tercipta komunikasi dua arah yang harmonisantara atasan dengan bawahan. Ketidakseimbangan arus komunikasi dikhawatirkan akan membawa dampak pada munculnya tindakan – tindakan yang mengindikasikan ketidak puasan kerja seperti timbulnya keluhan – keluhan, desas – desus, absensi yang tinggi bahkan sampai mogok kerja dan sebagainya. Dengan memahami dan mengerti akan semua keinginan dan kebutuhan dari para bawahannya/pegawainya merupakan salah satu cara guna menghindari adanya hal – hal yang tidak diinginkan tersebut, yang akan berdampak buruk bagi organisasi. Karena perlu diingat bahwa tidak akan ada organisasi tanpa adanya karyawan atau pekerja dan tidak ada pekerjaan tanpa adanya organisasi. Dapat disimpulkan bahwa antara pihak organisasi dengan para pekerja mempunyai hubungan yang sangat erat sekali diantara keduanya saling berhubungan dan juga ketergantungan, menjadi satu kestuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. 25 2.5 Hipotesis Teoritis Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dalam bab I dan kerangka teori dalam bab II mengenai komunikasi atasan – bawahan dapat mempengaruhi motivasi pegawai dalam penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa hipotesa sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang ada bahwa ada hubungan dan juga pengaruh antara komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja yaitu dengan : 1. Ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup. BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe Penelitian Tipe Penelitian yang dipakai adalah Kuantitatif Eksplanatif. Penelitian Kuantitatif adalah suatu tipe penelitian yang menekankan pada fenomena – fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektifitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka – angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan yang terkontrol dengan memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara peristiwa dengan makna. 13 Eksplanatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variable. Penelitian Eksplanatif mencoba mencari kejelasan hubungan antar hal tersebut. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasi atau saling berhubungan atau hubungan sebab akibat satu variable dengan variable lainnya. 14 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survai. Metode survai ini digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sample yang relative kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit – unit 13 Sukmadinata Nana Shaodih, Metode Penelitian Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 53 14 Ibid, hal 20 26 27 kemasyarakatan dan lain – lain. Tetapi sumber utamanya adalah orang. Ada tiga karakteristik utama dalam survai : 1. Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti : - Kemampuan - Pengetahuan - Sikap - Dan Populasi - Kepercayaan 2. Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis bisa juga lisan) dari suatu populasi. 3. Informasi diperoleh dari sample bukan dari populasi. 15 3.3 Populasi dan Sampel a. Populasi Didalam metode penelitian, populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek – objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. 16 15 16 Ibid, Hal 82 Prof. Dr.H.M. Burhan Bungin, Metodologi Penenlitian Kuantitatif, Prenada Mulia, Jakarta, hal 99 28 Populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai tetap yang berada dilingkungan Deputi VII dengan tidak membedakan usia, jenis kelamin, jabatan, maupun golongan, dengan jumlah pegawai 250 orang. b. Sampel Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada didalam populasi 17 Untuk jumlah sampel yang akan diambil dari populasi tersebut perlu dilakukan pendekatan statistik, dan sampel tersebut diambil secara acak sederhana (simple random sampling) dari populasi dengan menggunakan rumus : 18 n= N 1 + N e2 250 2 1 + 250 (2) n ≈ 25% (24.98) n= Jumlahsample= N x n = 250 x 25% ≈ 63 orang 17 18 Ibid, hal 102 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi, Rajawali Pers, 2003, hal 150 29 Ket : n = Ukuran Sampel N= Ukuran Populasi e = Persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat diinginkan sekitar 2%. Maka yang akan digunakan sebagai sample dalam penelitian ini adalah 63 orang dari 250 pegawai. Jumlah sample tersebut diambil dari 5 bidang pada Deputi VII, yang masing – masing bidang akan diambil sebagai sample adalah 13 orang. Dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : TABEL 1 Unit Kerja Responden Unit Kerja F Pusarpedal 14 Pusdiklat 13 Datin 13 Stanteksih 13 Indal 10 Total 63 Sumber : Kuesioner No. h 30 3.4 Definisi Konsep a. Komunikasi Atasan – Bawahan adalah Suatu proses komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan yang dilakukan baik secara formal maupun nonformal didalam organisasi. b. Motivasi Motivasi Kerja adalah dorongan atau semangat kerja dengan menggunakan segala kemampuan yang dimiliki guna memperoleh hasil yang sebaik – baiknya dengan dilakukan secara kesadaran diri dan penuh rasa tanggung jawab. 3.5 Operasionalisasi Konsep a. Komunikasi Atasan – Bawahan Secara operasional komunikasi atasan – bawahan yang terjadi didalam organisasi baik secara formal maupun nonformal, dapat diukur dengan beberapa indikator keberhasilan yaitu: 1. Keterbukaan (openenss) merujuk pada tiga aspek komunikasi interpersonal. - Pertama, komunikator harus selalu terbuka/jujur terhadap lawan bicaranya. - Kedua, ada niat baik dari komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimuli yang datang. 31 - Ketiga, komunikator harus selalu menyadari perasaan dan pikiran terbuka yang diekspresikan berasal dari dalam hatinya sendiri, sehingga bertanggungjawab terhadapnya. 2. Empati adalah sikap turut merasakan perasaan orang lain (De Vito 1986). Suasana mendukung (supportiveness) harus dilakukan dengan cara memberikan sifat open – minded, perhatian terhadap orang lain dan tegar dalam menghadapi sikap oposisi dari orang lain. 3. Sikap positif (positiveness) mengacu pada sedikitnya dua aspek komunikasi antar pribadi yaitu : - Komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. - Perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. 4. Kesamaan (equality) terjadi bila kedua belah pihak dianggap dan menganggap sama – sama berharga, mengkontribusi komunikasi yang seimbang dan saling menghormati. b. Motivasi Motivasi berhubungan erat dengan perilaku dan prestasi kerja. Oleh karena itu jika seseorang termotivasi dirinya untuk bekerja dengan giat kemungkinan didasari oleh adanya faktor – faktor pendorong atau disebut juga motivator guna memperoleh sesuatu yang ingin dicapai seperti : 32 1. Adanya Pengakuan (recognition) 2. Tanggung Jawab (responsibility), 3. Prestasi (achievement), 4. Pekerjaan itu sendiri (the work itself ), 5. Adanya kemungkinan untuk berkembang (the possibility of growth), 6. dan Kemajuan (advancement). Untuk distribusi penyebaran dari indikator – indikator dari pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja karyawan dapat dilihat pada tabel berikut : TABEL 2 Matriks Operasional Variable Variable Komunikasi Atasan Dimensi – Indikator 1.Keterbukaan 1.Selalu terbuka dan jujur dalam Bawahan berbicara, bersikap berprilaku, dan pandangan dan mempunyai yang terbuka didalam segala situasi dan kondisi yang ada. 2. Empati 2.Merasakan apa yang dirasakan l i i k 33 orang lain, menciptakan suasana yang supportiveness (mendukung) dengan selalu bersikap open-minded, memberikan perhatian dengan bersikap tegar dalam segala situasi dan kondisi 3. Sikap positif 3. Selalu bersikap dan berfikiran positif dengan percaya pada diri sendiri dan juga orang lain dengan tidak ada rasa curiga dan mencurigai orang lain 4. Kesamaan 4.Selalu menghargai dan menghormati dirinya dan juga orang lain dengan menjaga perasaan orang lain. Motivasi Kerja 1. Pengakuan 1. Adanya pengakuan akan keberadaan para pegawai di organisasi dengan adanya 34 penghargaan dan perhatian dari Atasan akan prestasi dan kemajuan kerja 2. Tanggung jawab 2. Memberikan sepenuhnya tanggungjawab kepada para pegawai akan pekerjaan yang menjadi tugas dan kewajibannya. 3. Prestasi 3. Memberikan seluas luasnya – kesempatan pegawai untuk lebih berprestasi dan menghargai akan prestasinya. 4. Pekerjaan itu sendiri 4. Memberikan sepenuhnya hak dan kewajiban kepada para pegawai pekerjaannya mempercayainya atas dengan akan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. 35 5. Adanya 5. Perusahaan memberikan kemungkinan kesempatan yang seluas – untuk luasnya bagi para berkembang pekerjanya untuk lebih berkembang dengan memberikan pelatihan dan pendidikan didalam tambahan menunjang karirnya. 6. Kemajuan 6. Setiap karyawan diberikan kebebasan untuk maju, berkualitas dan berdedikasi tinggi. 36 3.6 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data – data untuk survai adalah teknik pengumpulan data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. 3.6.1 Data Primer Dalam penelitian ini untuk menganalisis data, maka akan dilakukan mekanisme pengambilan data dengan menggunakan Kuesioner yaitu suatu teknik atau cara pengumpula data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). 19 Kuesioner tersebut telah dibuat daftar kuesioner yaitu serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun tentang dirinya sendiri. 20 Tujuannya adalah untuk memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab atau merespon pertanyaan sesuai dengan persepsinya. 21 Dalam kuesioner, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan – pertanyaan terbuka, yang berisi pertanyaan – pertanyaan dan pernyataan pokok yang bisa dijawab atau direspon oleh responden secara bebas. 19 Sukmadinata Nana Shaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Remaaj Rosdakarya, Bandung, 2005, hal 219 Ibnu Subiyanto, Metodologi Penelitian, Gunadarma, Jakarta, 1993, hal 53 21 Sukmadinata Nana Shaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosda Karyta, Bandung, 2005, hal 219 20 37 Tidak ada anak pertanyaan ataupun rincian yang memberikan arah dalam pemberian jawaban atau respon. 22 Guna memperoleh data dan informasi yang bermutu dan memperoleh keberhasilan dalam penelitian maka perlu dibuat daftar kuesioner (daftar pertanyaan) yaitu serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek yang sedang diteliti baik berupa pendapat, tanggapan, ataupun tentang dirinya sendiri. 23 Alternatif persepsi atau tanggapan, dalam hal ini penulis menggunakan skala likert dengan skor 1 sampai 5 yaitu 1 = Sangat Tidak Setuju (STS), 2 = Tidak Setuju (TS), 3 = Ragu-ragu (R), 4 = Setuju (S), dan 5 = Sangat Setuju (SS). 3.6.2 Data Sekunder Studi Kepustakaan merupakan pencarian data dan bahan – bahan sebagai data pendukung yang diperoleh penulis dengan membaca dan mempelajari buku – buku referensi dan tulisan – tulisan lainnya yang berhubungan dengan permasalahan. 22 23 Opcit, hal 219 Subiyanto Ibnu, Metodologi Penelitian, Gunadarma, Jakarta 1993, hal 53 38 3.7 Analisa Data 3.7.1 Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mengukur apakah data yang diberikan pada kuesioner dapat dipercaya atau tidak serta dapat mewakili apa yang hendak diteliti. Dalam penelitian kali ini untuk menguji validitas data, maka penulis menggunakan SPSS versi 11,5 dengan hasil sebagai berikut : TABEL 3 Pengujian Validitas Variabel Komunikasi Atasan – Bawahan No. Pernyataan Koefisien Korelasi Pernyataan 1 0,663 Pernyataan 2 0,608 Pernyataan 3 0,619 Pernyataan 4 0,464 Pernyataan 5 0,658 Pernyataan 6 0,537 Pernyataan 7 0,494 Pernyataan 8 0,593 Pernyataan 9 0,656 Sumber : Pengolahan data kuesioner Reliability Coefficients N of Cases = 63,0 Alpha = ,7708 N of Items = 9 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 39 b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut untuk mengukur suatu gejala dan sebaliknya jika reliabilitas tersebut rendah maka alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. TABEL 4 Pengujian Validitas Variabel Motivasi Kerja Pegawai No. Pernyataan Koefisien Korelasi Pernyataan 1 0,433 Pernyataan 2 0,644 Pernyataan 3 0,423 Pernyataan 4 0,576 Pernyataan 5 0,496 Pernyataan 6 0,534 Pernyataan 7 0,366 Pernyataan 8 0,499 Sumber : Pengolahan data kuesioner Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliability Coefficients N of Cases = Alpha = 63,0 ,7090 N of Items = 8 40 3.7 .2 Pengujian Hipotesis a. Pengujian Regresi Linier Sederhana Untuk mengetahui pengaruh komunikasi atasan bawahan dilakukan analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana adalah sebuah analisis statistik untuk melihat hubungan fungsional antara satu variable bebas (komunikasi atasan – bawahan) dan satu variable terikat (motivasi kerja). Hubungan fungsional tersebut dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut : 24 Y = a + bX Dimana : Y = Motivasi Kerja Pegawai a = Konstanta b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independent X = Komunikasi atasan – bawahan Langkah – langkah pengujiannya adalah : * Menentukan formulasi Ho dan Ha dalam kalimat Ho 24 : Tidak ada pengaruh antara variable X dan variable Y Husaini Usman, R. Purnomo Setiady Akbar, Pengantar statistika, Bumi Aksara, Yogyakarta, 1995, hal 216 41 Ha : Ada pengaruh antara variable X dengan variable Y * Dalam bentuk statistik Ha : β ≠ 0 Ho : β = 0 b. Statistik uji t = b1 − β1 S dimana : b1 = Koefisien regresi (a, b) S = Simpangan baku untuk koefisien regresi c. Kriteria Pengujian Ho diterima apabila t hitung < t tabel Ha ditolak apabila t hitung > t tabel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Dan Peningkatan Kapasitas Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Proses penyebaran kuesioner dilakukan dari tanggal 18 Desember s/d 28 Desember 2006. Dalam penyebaran dan pengambilan kuesioner tersebut, peneliti mengalami beberapa kendala diantaranya adalah adanya beberapa bidang yang lokasinya jauh dan berbeda domisilinya dengan bidang lainnya antara Jakarta – Tanggerang, sehingga memakan waktu dan biaya yang cukup besar dan lama. Data – data dari kuesioner yang telah disebarkan kepada 63 orang responden tersebut, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis. Berikut penjabaran dari hasil penelitian tersebut : 4.1.1 Identitas Responden Identitas responden yang penulis teliti di dalam penelitian ini adalah terdiri dari Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Masa Kerja dan Unit Kerja. Selanjutnya data – data tersebut akan penulis jabarkan lebih luas dan jelas dengan menggunakan tabel – tabel sebagai berikut : 42 43 Usia responden dalam penelitian ini terbagi kedalam 4 (empat ) kategori, dengan hasil penelitian sebagai berikut : TABEL 2 Usia Responden Usia Responden F % 21 – 30 Tahun 10 15,9% 31 – 40 Tahun 47 74,6% 41 – 50 Tahun 6 9,5% > 50 Tahun 0 0,0% Jumlah 63 100% Sumber : Kuesioner No. d Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar untuk usia responden dalam penelitian ini terdapat pada usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 74,6 %, dan 15,9 % untuk usia 21 – 30 tahun sedangkan sisanya sebanyak 9,5 % untuk usia 41 – 50 tahun. Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebagian besar karyawan di instansi tersebut rata – rata usianya masih pada usia yang produktif, artinya masih dapat didaya gunakan. Adapun untuk jenis kelamin responden dapat dijelaskan sebagai berikut : 44 TABEL 3 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin F % Laki – laki 26 41,0% Perempuan 37 59,0% Jumlah 63 100% Sumber : Kuesioner No.e Jika dilihat dalam Tabel 2 diatas, ternyata responden terdiri dari 59,0% perempuan dan 41,0% laki-laki. Dengan demikian jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki. Dari segi pendidikan, komposisi responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : TABEL 4 Pendidikan Responden Pendidikan F % SD 0 0% SMP (sederajat) 0 0% SMU (sederajat) 15 24% Akademi / D3 5 8% Perguruan Tinggi / S1 35 55% S2 8 13% Jumlah 63 100% Sumber : Kuesioner No. c 45 Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa sebagian besar responden dengan latar belakang pendidikan adalah Perguruan Tinggi/S1 sebanyak 55 %, yang berpendidikan S2 sebanyak 13%, yang berpendidikan Akademi/D3 sebanyak 8%, dan sisanya yang berpendidikan hanya sampai SMU sebanyak 24%. Dan untuk hasil penelitian dari variable lamanya bekerja para responden kepada instansi dimana mereka bekerja, dapat kita lihat dalam tabel berikut ini : TABEL 5 Masa Kerja Responden Lama Bekerja F % > 5 Tahun 10 16,0% 5 – 10 Tahun 37 59,0% 11 - 15 Tahun 16 25,0% 16 – 20 Tahun 0 0,0% > 20 Tahun 0 0,0% Jumlah 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. g Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (59%) telah mengabdi kepada instansi dimana mereka bekerja lebih dari 5 – 10 tahun, sebanyak 25% responden sudah bekerja 46 selama 11 – 25 tahun, dan sisanya sebanyak 16% responden sudah menjalankan pekerjaan selama lebih dari 5 tahun. Perlu diketahui juga bahwa pihak instansi dimana penulis meneliti telah menghargai akan pengabdian dan loyalitas dari karyawannya dengan memberikan penghargaan Satya Lencana bagi mereka yang telah setia bekerja dan mengabdi lebih dari 10 tahun. Unit kerja dimana penulis meneliti terbagi dalam 5 (lima) bidang yaitu Pusarpedal, Pusdiklat, Data & Informasi Lingkungan (Datin), Stabdarisasi Teknologi dan Produksi Bersih (Stanteksih), Insentif dan Pendanaan Lingkungan (Indal). Didalam penyebaran kuesioner kepada responden berdasarkan pembagian sampelnya, peneliti membaginya kepada bidang – bidang tersebut dengan jumlah yang berbeda – beda, hal tersebut disebabkan karena antara unit satu dengan lainnya mempunyai jumlah staf/karyawan yang berbeda. Hal tersebut dapat kita lihat pada Tabel dibawah ini : 4.1.2 Deskripsi Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akan pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup, maka sebelumnya perlu dilakukan deskripsi dari masing-masing variabel penelitian yaitu 47 komunikasi atasan – bawahan dan motivasi kerja pegawai di Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk responden itu, guna peneliti menyebarkan mengetahui kuesioner tanggapan mereka kepada terhadap komunikasi atasan – bawahan yang terjadi di Kementerian Lingkungan Hidup dan motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup. Variabel – variabel penelitian tersebut dijabarkan ke dalam beberapa indikator ynag dinyatakan pada sebuah pernyataan selanjutnya responden diminta memberikan tanggapan atau persepsi dari pernyataan – pernyataan tersebut. Berikut adalah deskripsi data dari masing-masing variabel penelitian : a. Komunikasi Atasan – Bawahan Komunikasi atasan – bawahan yang akan penulis teliti disini terdiri dari beberapa pernyataan yaitu Informasi Pekerjaan dari Atasan kepada Bawahan, Informasi Pekerjaan dari Rekan Kerja, Penghargaan Terhadap Hasil Kerja, Pengakuan Yang Diperoleh dalam Keberhasilan Kerja, Adanya Kesempatan didalam Memberikan Usulan / Saran, Kepercayaan Atas Pemberian Informasi, Adanya Permintaan Pendapat / Usulan, Pengetahuan akan Deskripsi Pekerjaan dan Kesempatan Didalam Pengembangan Karir. 48 Tanggapan responden terhadap pernyataan – pernyataan mengenai Komunikasi Atasan – Bawahan, akan penulis sajikan dalam bentuk tabel – tabel sebagai berikut : Hasil penelitian indikator pertama dalam penelitian ini yaitu mengenai informasi pekerjaan dari atasan kepada bawahan yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengakui akan adanya Informasi Pekerjaan dari Atasan kepada Bawahan, hal tersebut dapat kita lihat sebagai berikut : TABEL 6 Informasi Pekerjaan dari Atasan kepada Bawahan Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0% Tidak Setuju 3 4,8% Ragu-ragu 4 6,3% Setuju 33 52,4% Sangat Setuju 23 36,5% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 1 Dalam Tabel 5 tersebut, para responden memberikan tanggapan yang positif terhadap pernyataan diatas, sebagian besar responden (52,4%) menyatakan setuju bahwa di 49 Kementerian Lingkungan Hidup, mereka telah merasakan akan adanya penyampaian informasi dari atasan kepada bawahan, sebanyak 36,5% responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 6,3% responden menyatakan ragu-ragu, dan hanya 4,8% responden yang menyatakan tidak setuju. Dan hasil penelitian tentang pernyataan Informasi Pekerjaan dari Rekan Kerja, dapat kita lihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut : TABEL 7 Informasi Pekerjaan dari Rekan Kerja Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0,0% Tidak Setuju 4 6,3% Ragu-ragu 2 3,2% Setuju 37 58,7% Sangat Setuju 20 31,7% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 2 Pada Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 58,7% responden menyatakan setuju, 31,8% responden menyatakan sangat setuju, 3,2% responden menyatakan ragu-ragu, dan 50 sebanyak 6,3% responden menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan informasi pekerjaan dari rekan kerja. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden merasakan adanya Informasi Pekerjaan dari Rekan Kerja yang sangat bermanfaat yang membantu mereka didalam pekerjaan. Hasil tentang Penghargaan Terhadap Hasil Kerja dapat dilihat pada Tabel berikut ini : TABEL 8 Penghargaan Terhadap Hasil Kerja Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 1 1,6% Tidak Setuju 4 6,3% Ragu-ragu 8 12,7% Setuju 36 57,1% Sangat Setuju 14 22,2% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 3 Dari Tabel di atas, maka tanggapan responden mengenai pernyataan Penghargaan Terhadap Hasil Kerja menunjukkan bahwa sebanyak 57,1% responden menyatakan setuju, sebanyak 22,2% responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 12,7% responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak 51 6,3 % responden yang menyatakan tidak setuju, dan sebanyak 6,3 % responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian lebih dari separuh responden telah menyetujui dan merasakan adanya penghargaan di dalam instansi tersebut. Tabel hasil penelitian tentang tanggapan terhadap Pengakuan akan Kemajuan Yang Dicapai dalam Kerja adalah sebagai berikut : TABEL 9 Pengakuan akan Kemajuan yang Dicapai dalam Kerja Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0% Tidak Setuju 1 1,6% Ragu-ragu 3 4,8% Setuju 40 63,5% Sangat Setuju 19 30,2% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 4 Tanggapan responden mengenai pernyataan Pengakuan akan Kemajuan yang dicapai dalam kerja, menunjukkan bahwa hal tersebut telah dirasakan oleh hampir seluruh responden. Berdasarkan tabel di atass dapat dilihat bahwa 63,5% 52 responden menyatakan setuju, sebanyak 30,2% responden menyatakan sangat setuju, 4,8% responden menyatakan raguragu, dan hanya 1,6% responden yang menyatakan tidak setuju bahwa mereka mengakui akan kemajuan yang dicapai dalam kerja. Hasil penelitian tentang tanggapan responden mengenai Permintaan Pendapat / Usulan dapat kita lihat dibawah ini : TABEL 10 Permintaan Pendapat / dan Saran Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0,0% Tidak Setuju 1 1,6% Ragu-ragu 9 14,3% Setuju 38 60,3% Sangat Setuju 15 23,8% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 5 Pada Tabel 10 diatas, dan setelah dilakukannya penelitian kepada para responden, ternyata mereka memberikan tanggapan yang sangat baik akan Permintaan Pendapat / Usulan, dimana tanggapan terbesar dari para responden adalah 53 sebesar 60,3 % yang menyatakan setuju, dan 23,8 % Sangat Setuju. Namun ada beberapa responden yang menyatakan Ragu – ragu yaitu sebanyak 14,3% responden dan sebanyak 1,6% responden menyatakan tidak setuju. Berikut ini adalah hasil dari penelitian penulis kepada responden akan Kepercayaan atas Pemberian Informasi, yang dapat dilihat pada Tabel berikut dibawah ini : TABEL 11 Kepercayaan atas Pemberian Informasi Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0,0% Tidak Setuju 3 4,8% Ragu-ragu 15 23,8% Setuju 36 57,1% Sangat Setuju 9 14,3% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 6 Menurut tanggapan responden akan Kepercayaan atas Pemberian Informasi, sebanyak 57,1% responden menyatakan setuju, sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju, 54 sebanyak 23,8% responden menyatakan rabu-ragu, dan 4,8% menyatakan tidak setuju bahwa atasan percaya atas informasi mereka atau bawahan. Dengan demikian sebagian besar responden (71,4% responden) telah merasakan adanya kepercayaan dalam menerima dan memberikan informasi. Dari Hasil penelitian akan tanggapan responden terhadap Kesempatan Memberikan Usulan / Saran, maka dapat dilihat sebagai berikut : TABEL 12 Kesempatan Memberikan Pendapat/Saran Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0,0% Tidak Setuju 2 3,2% Ragu-ragu 6 9,5% Setuju 48 76,2% Sangat Setuju S 7 11,1% 63 100,0% mTotal Sumber : Kuesioner No. 7 Setelah dilakukan penelitian kepada para responden yang menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang baik dari pernyataan didalam kuesioner perihal Atasan 55 Meminta Pendapat/saran kepada pegawai. Dari tabel terlihat bahwa sebanyak 76,2% responden menyatakan setuju dan sangat atasan setuju bahwa meminta pendapat/saran pegawainya, sebanyak 9,5% responden menyatakan ragu-ragu dan 3,2% responden menyatakan tidak setuju. Hasil Penelitian kepada para responden akan pengetahuan mereka terhadap deskripsi pekerjaannya adalah sebagai berikut : TABEL 13 Mengetahui Deskripsi Pekerjaan Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0,0% Tidak Setuju 4 6,3% Ragu-ragu 5 7,9% Setuju 44 69,8% Sangat Setuju 10 15,9% Total 63 100 % Sumber : Kuesioner No. 8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (84,7%) mengetahui deskripsi pekerjaan mereka dengan jelas. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 69,8% responden menyatakan setuju, 15,9% 56 responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka mengetahui deskripsi pekerjaan mereka dengan jelas. Namun ada sebanyak 7,9% responden yang masih raguragu dan 6,3% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa mereka mengetahui deskripsi pekerjaannya dengan jelas. TABEL 14 Kesempatan Pengembangan Karir Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 1 1,6% Tidak Setuju 5 7,9% Ragu-ragu 14 22,2% Setuju 33 52,4% Sangat Setuju 10 15,9% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 9 Berdasarkan Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden mengetahui adanya kesempatan bagi para pegawai didalam mengembangkan karir di instansi tempat mereka bekerja. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di atas, sebanyak 52,4% responden menyatakan setuju, 15,9% responden sangat 57 setuju, 22,2% responden menjawab ragu-ragu, 7,9% responden tidak setuju, dan 1,6% responden sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa mereka mengetahui adanya kesempatan untuk mengembangkan karir. b. Motivasi Kerja Pegawai Motivasi Kerja pegawai yang akan penulis teliti meliputi beberapa indikator pernyataan yaitu Penghargaan atas Prestasi Kerja, Hasil Pekerjaan Dihargai oleh Atasan dan rekan Kerja, Kesesuaian Pekerjaan dengan Keinginan dan Keahlian, Ketertarikan akan Pekerjaan Yang Penuh Tantangan, Kebanggaan atas Pekerjaan, Kesempatan Mengikuti Pelatihan yang Sesuai dengan Pekerjaan, Peluang Promosi dan Kesempatan untuk Berkembang. Hasil penelitian mengenai tanggapan responden terhadap motivasi kerja pegawai disajikan dalam tabel-tabel berikut ini : Hasil penelitian mengenai kesesuaian pekerjaan dengan keinginan dan keahlian responden disajikan pada tabel di atas. 58 TABEL 15 Pekerjaan Sesuai dengan Keinginan dan Keahlian Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 2 3,2% Tidak Setuju 10 15,9% Ragu-ragu 16 25,4% Setuju 28 44,4% Sangat Setuju 7 11,1% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 1 Dari tabel terlihat bahwa sebanyak 44,4% responden menyatakan setuju bahwa pekerjaan mereka saat ini sesuai sengan keinginan dan keahliannya, 11,1% responden menyatakan sangat setuju, 25,4% responden menyatakan raguragu, 15,9% responden tidak setuju, dan 3,2% responden menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih dari separuh responden (65,1%) menyatakan bahwa pekerjaannya saat ini sudah sesuai dengan keinginan dan keahliannya. 59 Untuk hasil dari penelitian mengenai pernyataan bahwa Pekerjaannya Menarik dan Penuh Tantangan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: TABEL 16 Pekerjaan Menarik dan Penuh Tantangan Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 2 3,2% Tidak Setuju 3 4,8% Ragu-ragu 9 14,3% Setuju 42 66,7% Sangat Setuju 7 11,1% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 2 Pada tabel di atas, dapat kita lihat bahwa sebagian besar responden (77,8%) menyatakan bahwa pekerjaannya menarik dan penuh tantangan, 14,3% responden masih ragu-ragu, 4,8% responden tidak setuju, dan sisanya sebanyak 3,2% responden menyatakan sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa pekerjaannya yang mereka lakukan menarik dan penuh tantangan. Hasil penelitian tentang tanggapan responden terhadap pernyataan bahwa mereka Bangga dengan Pekerjaan yang mereka lakukan selama ini dapat dilihat pada tabel berikut: 60 TABEL 17 Bangga dengan Pekerjaan Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 3 4,8% Tidak Setuju 8 12,7% Ragu-ragu 9 14,3% Setuju 35 55,6% Sangat Setuju 8 12,7% Total 63 100% Sumber : Kuesioner No. 3 Pada hasil penelitian yang disajikan pada tabel diatas, dapat kita lihat bahwa sebagian besar dari mereka (78,3% responden) menyatakan setuju dan sangat setuju menanggapi pernyataan bangga dengan pekerjaannya, 14,3% responden menyatakan ragu-ragu, dan 12,7% responden tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden 78,3%) merasakan bangga dengan pekerjaannya saat ini. 61 TABEL 18 Penghargaan Atas Prestasi Kerja Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0,0% Tidak Setuju 3 4,8% Ragu-ragu 6 9,5% Setuju 41 65,1% Sangat Setuju 13 20,6% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 4 Tabel 18 di atas merupakan hasil penelitian tentang pernyataan penghargaan atas prestasi kerja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka telah merasakan adanya penghargaan atas prestasi kerja di dalam instansi mereka, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di atas, sebanyak 65,1% responden setuju, sebanyak 20,6% responden sangat setuju. Namun selain dari itu, masih terdapat 9,5% yang ragu-ragu, dan 4,8% responden tidak merasakan adanya penghargaan atas prestasi kerjanya. Tabel di bawah ini merupakan hasil penelitian tentang pernyataan pemberian pelatihan sesuai pekerjaan : 62 TABEL 19 Pemberian Pelatihan Sesuai Pekerjaan Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 0 0% Tidak Setuju 8 12,7% Ragu-ragu 7 11,1% Setuju 41 65,1% Sangat Setuju 7 11,1% Total 63 100 % Sumber : Kuesioner No. 5 Dari hasil penelitian diatas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden telah mendapatkan kesempatan didalam mengikuti pelatihan yang sesuai dengan pekerjaannya, dan pelatihan tersebut sangat mendukung dalam penyelesaian pekerjaan mereka, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya respon sebesar 65,1% menyatakan setuju, dan 11,1 % sangat setuju dalam memberikan tanggapan terhadap pernyataan bahwa instansi memberikan pelatihan – pelatihan yang sesuai dengan pekerjaannya. Dari tabel di atas, juga terlihat bahwa terdapat 11,1% responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak 12,7% responden tidak setuju menanggapi pernyataan tersebut. 63 TABEL 20 Hasil Kerja Dihargai oleh Atasan dan Rekan Kerja Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 3 4,8% Tidak Setuju 6 9,5% Ragu-ragu 10 15,9% Setuju 32 50,8% Sangat Setuju 12 19,0% Total 63 100% Sumber : Kuesioner No. 6 Hasil penelitian dari data responden atas tanggapan akan Hasil Kerja Dihargai oleh Atasan dan Rekan Kerja mendapat respon yang positif dengan jumlah persentase terbesar untuk tanggapan setuju sebanyak 50,8 % responden, 19% responden yang sangat setuju, 15,9% responden ragu-ragu, 9,5% responden tidak setuju, dan 4,8% responden yang sangat tidak setuju. Hal itu menandakan bahwa lebih dari separuh responden (73%) merasakan bahwa hasil kerja mereka telah dihargai oleh atasan dan juga rekan kerja. 64 Hasil penelitian dari para responden akan Peluang Promosi pada instansi dimana mereka bekerja dapat dilihat sebagai berikut : TABEL 21 Peluang Promosi Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 5 7,9% Tidak Setuju 8 12,7% Ragu-ragu 20 31,7% Setuju 28 44,4% Sangat Setuju 2 3,2% Total 63 100,0% Sumber : Kuesioner No. 7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang promosi bagi para responden cukup mendapatkan tanggapan yang baik, dengan persentasenya sebesar 44,4% responden yang memberikan tanggapan setuju dan sangat setuju sebesar 3,2%. Namun ada sebagian responden yang menyatakan ragu-ragu sebesar 31,7 %, tidak setuju sebanyak 12,7%, dan sangat tidak setuju sebanyak 7,9%. 65 Untuk Tabel 21, hasil penelitian dari para responden akan Kesempatan mereka untuk Berkembang di imstansi tempat mereka bekerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini : TABEL 22 Kesempatan untuk berkembang Jawaban F % Sangat Tidak Setuju 5 7,9% Tidak Setuju 6 9,5% Ragu-ragu 11 17,5% Setuju 33 52,4% Sangat Setuju 8 12,7% Total 63 100 % Sumber : Kuesioner No. 8 Dilihat dari hasil penelitian diatas perihal adanya kesempatan untuk berkembang di dalam instansi dimana mereka bekerja, sebagian besar dari responden telah merasakan adanya kesempatan tersebut, hal tersebut dapat dilihat dari tanggapan mereka, dengan nilai persentase sebesar 52,4% menyatakan setuju, 12,7% responden sangat setuju, 17,5% yang ragu-ragu, 9,5% responden yang tidak setuju dan 7,9% responden yang sangat tidak setuju. 66 4.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Untuk memperoleh pengujian hipotesis yang valid dan objektif diperlukan data yang memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi. Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mengukur apakah data yang diberikan pada kuesioner dapat dipercaya atau tidak serta dapat mewakili apa yang hendak diteliti. Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala atau kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut untuk mengukur suatu gejala dan sebaliknya jika reliabilitas tersebut rendah maka alat tersebut tidak stabil dalam mengukur suatu gejala. Dalam penelitian ini, dan untuk melakukan uji validitas dan relibilitas pada variable – variable pada kuesioner yang diperoleh dari para responden, maka pengujian untuk uji validitas, teknik yang akan penulis gunakan adalah teknik korelasi product moment sedangkan uji reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach. a. Komunikasi Atasan – Bawahan Hasil pengujian validitas kepada pernyataan – pernyataan di dalam kuesioner kepada para responden, untuk variabel komunikasi atasan – bawahan, maka akan disajikan pada tabel di bawah ini : 67 TABEL 23 Pengujian Validitas Variabel Komunikasi Atasan – Bawahan No. rhitung rtabel Pernyataan Pernyataan 1 0,873 0,361 Pernyataan 2 0,582 0,361 Pernyataan 3 0,570 0,361 Pernyataan 4 0,528 0,361 Pernyataan 5 0,586 0,361 Pernyataan 6 0,532 0,361 Pernyataan 7 0,388 0,361 Pernyataan 8 0,706 0,361 Pernyataan 9 0,715 0,361 Sumber : Pengolahan data kuesioner Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,795 9 Dengan jumlah sampel n = 30 dan taraf α = 5%, diperoleh nilai rtabel = 0,361. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua pernyataan mempunyai koefisien korelasi (r hitung) lebih besar dari rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan untuk variabel komunikasi atasan – bawahan adalah valid. Adapun hasil pengujian reliabilitas untuk variabel komunikasi atasan – bawahan memberikan nilai koefisien Alpha sebesar 0,795 seperti yang terlihat pada output di atas. Hal ini menunjukkan bahwa 68 kuesioner untuk mengukur variabel komunikasi atasan – bawahan sudah reliabel. b. Motivasi Kerja Pegawai Hasil pengujian validitas untuk pernyataan – pernyataan di dalam variabel motivasi kerja pegawai disajikan pada tabel di bawah ini : TABEL 24 Pengujian Validitas Variabel Motivasi Kerja Pegawai No. rhitung rtabel Pernyataan Pernyataan 1 0,500 0,361 Pernyataan 2 0,664 0,361 Pernyataan 3 0,529 0,361 Pernyataan 4 0,660 0,361 Pernyataan 5 0,573 0,361 Pernyataan 6 0,508 0,361 Pernyataan 7 0,553 0,361 Pernyataan 8 0,640 0,361 Sumber : Pengolahan data kuesioner Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,713 8 Pada tabel di atas, terlihat bahwa semua pernyataan mempunyai koefisien korelasi (rhitung) lebih besar dari rtabel yang berarti bahwa semua item pernyataan untuk kuesioner motivasi kerja sudah valid. 69 Sedangkan berdasarkan output di atas, hasil pengujian reliabilitas dengan koefisien Alpha Cronbach memberikan nilai Alpha sebesar 0,713 yang mengindikasikan bahwa kuesioner untuk variabel motivasi kerja sudah reliabel. Dari hasl pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner, menunjukkan bahwa kuesioner untuk mengukur variabel komunikasi atasan – bawahan dan motivasi kerja pegawai sudah valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. 4.3 Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup, dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Adapun hipotesis yang akan diuji dalam hal ini adalah : Ho : Tidak ada pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Ha: Ada pengaruh komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : Ho diterima apabila sig. > 0,05 Ho ditolak apabila sig. < 0,05 Dengan menggunakan software SPSS versi 11,5, diperoleh hasil analisis regresi linier sederhana sebagai berikut : 70 Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa komunikasi atasan – bawahan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini dapat dilihat pada tabel Anova di bawah ini. TABEL 25 ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 328,186 416,132 744,317 df 1 61 62 Mean Square 328,186 6,822 F 48,108 Sig. ,000a a. Predictors: (Constant), Komunikasi Atasan-Bawahan b. Dependent Variable: Motivasi Kerja Tabel Anova di atas memberikan nilai F hitung sebesar 48,108 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh (0,000) lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikansi dari komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup. Adapun besarnya pengaruh dari komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai, dapat dilihat pada tabel berikut ini : TABEL 26 Model Summary Model 1 R R Square a ,664 ,441 Adjusted R Square ,432 Std. Error of the Estimate 2,61186 a. Predictors: (Constant), Komunikasi Atasan-Bawahan 71 Pada tabel di atas, nilai R sebesar 0,664 menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai. Sedangkan nilai R Square (r2) merupakan koefisien determinasi atau koefisien penentu. Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai R Square sebesar 0,441 yang menunjukkan bahwa komunikasi atasan – bawahan mempunyai pengaruh sebesar 44,1% terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup sedangkan sisanya sebesar 55,9% merupakan pengaruh dari faktor lain. Selanjutnya dengan menggunakan analisis regresi, maka diperoleh persamaan regresi yang disajikan dalam tabel di bawah ini : TABEL 27 a Coefficients Model 1 (Constant) Komunikasi Atasan-Bawaha Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 6,738 3,053 ,586 ,084 ,664 t 2,207 Sig. ,031 6,936 ,000 a. Dependent Variable: Motivasi Kerja Dari tabel di atas, terlihat bahwa thitung yang diperoleh untuk koefisien regresi komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai adalah sebesar 6,936 dengan signifikansi sebesar 0,000. 72 Karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka koefisien regresi signifikan secara statistik atau komunikasi atasan – bawahan berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai. Adapun persamaan regresi yang dapat diperoleh adalah : Y = 6,738 + 0,586X 4.4. Pembahasan Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat pengaruh komunikasi atasan – bawahan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai. Hasil pengujian dengan metode analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa H0 ditolak dan menerima Ha pada taraf signifikansi sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup. Berdasarkan hasil analisis, komunikasi atasan – bawahan mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai. Hal ini berarti bahwa semakin baik komunikasi antara atasan kepada bawahannya maka akan meningkatkan motivasi kerja pegawainya atau bawahan. Dengan adanya komunikasi atasan – bawahan yang berjalan dengan baik didalm organisasi selain meningkatkan motivasi kerja pegawai namun juga mampu meningkatkan kinerja sehingga dapat menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal didalam memperoleh keinginan dan juga tujuan bersama didalam organisasi. Dengan adanya 73 motivasi kerja dan kinerja yang tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwa para pegawai telah merasakan dan memperoleh segala keinginan, harapannya didalm organisasi dan pihak perusahaan atau organisasi telah mampu memberikan dan mewujudkan harapan dan keinginan dari para karyawannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa komunikasi antara atasan dan bawaha telah berjalan dengan baik dan lancar sehingga terciptanya suatu hubungan yang harmonis didalam organisasi. Hasil analisis juga dapat menunjukkan bahwa komunikasi atasan – bawahan memberikan pengaruh sebesar 44,1% terhadap motivasi kerja pegawai, sedangkan sisanya sebesar 55,9% merupakan pengaruh dari faktor lain. Hubungan fungsional dari komunikasi atasan – bawahan dengan motivasi kerja pegawai, dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai berikut : Y = 6,738 + 0,586X Dimana : X = Komunikasi atasan – bawahan Y = Motivasi kerja pegawai 74 Persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut : • Nilai konstanta atau intersept sebesar 6,738 yang berarti bahwa jika tidak ada komunikasi atasan – bawahan, maka rata-rata motivasi kerja pegawai sebesar 6,738. • Nilai koefisien regresi sebesar 0,586 menunjukkan bahwa komunikasi atasan – bawahan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ada tidaknya pengaruh Komunikasi Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai dapat dilihat sebagai berikut: 1. Dipenelitian ini memperlihatkan komunikasi atasan – bawahan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup dengan menggunakan metode regresi linier sederhana memberikan hasil pengujian yang signifikan pada taraf signifikansi sebesar 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi atasan – bawahan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup. 2. Hasil analisis regresi juga menunjukkan bahwa komunikasi atasan – bawahan memberikan pengaruh sebesar 44,1% terhadap motivasi kerja pegawai Kementerian Lingkungan Hidup sedangkan sisanya sebesar 55,9% merupakan pengaruh dari faktor lain. Faktor lain tersebut kemungkinan adalah iklim komunikasi atau suasana kerja, pimpinan dan lain sebagainya. Yang dimana faktor lain tersebut tidak termasuk bagian dari penelitian ini. 75 76 5.2. Saran a. Manfaat Akademis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya tentang pentingnya komunikasi Atasan – Bawahan terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Kementerian Negara Lingkungan Hidup. b. Manfaat Praktis Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan, saran, dan referensi serta sebagai pedoman bagi perusahaan atau organisasi bahwa Komunikasi antara Atasan - Bawahan mampu mempengaruhi motivasi kerja para pegawai sehingga mampu memperoleh hasil yang optimal didalam mencapai keinginan dan tujuan bersama. DAFTAR PUSTAKA Buku Abdurrachman, Oemi, Dasar – dasar Publik Relations, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995. Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta, 2005. Cahayani, Ati, Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia, Indeks, 2005. Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistika Jilid 1, LP3ES, Jakarta, 1983. Djatmiko, Yayat, Hayati, Perilaku Organisasi, Alfabeta, 2005. Jefkins, Frank, Publik Relations, Edisi Keempat, Erlangga, Bandung, 1996. Kasali, Rhenald, Manajemen Publik Relation, Grafiti, 1994. Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997. Liliweri, Alo, Perspektif Teoritis Komunikasi Antarpribadi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994. Rachmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. Robbins, P. Stephen, Teori Organisasi, Struktur, Desain & Alikasi, Arcan Jakarta, 2005. Ruslan, Rosady, Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada (Rajawali Pers), Jakarta, 2003. Santoso, Budi Priyo, Birokrasi Pemerintah Orde Baru, Perspektif Kultural dan Struktural, PT. RajaGrafindo Persada (Rajawali Pers), Jakarta, 1993 Subiyanto, Ibnu, Metodologi Penelitian, Gunadarma, 1993. Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005. Soehoet, Hoeta, Teori Komunikasi 2, Yayasan Kampus Tercinta IISIP, Jakarta, 2002. Suranto, AW, Komunikasi Perkantoran, Media Wacana, Yogyakarta, 2005. Susanto S, Phil Astrid, Komunikasi dalam teori dan Praktik, Bina Cipta, 1998. Usman, Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, R, Pengantar Statistika, Bumi Aksara, Yogyakarta, 1995. Usman, Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, R, Pengantar Statistika, Bumi Aksara, Jakarta, 2003. Wirasasmita, Yuyun, Komunikasi Bisnis dan Profesional, Rosdakarya Bandung, 2004. Wursanto, Ig, Dasar – dasar llmu Organisasi, Andi, Yogyakarta, 2003. KUESIONER PENGARUH KOMUNIKASI ATASAN – BAWAHAN TERHADAP MOTIVASI KERJA PEGAWAI KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP PENGANTAR Daftar pertanyaan yang disusun ini tujuannya adalah untuk mengumpulkan data – data dalam penulisan skripsi pada fakultas Ilmu Komunikasi, jurusan Hubungan Masyarakat Universitas Mercu Buana Jakarta. Dengan demikian pertanyaan pada kuesioner ini tidak mempunyai pengaruh dan efek terhadap diri dan kegiatan dari Bapak/Ibu/Saudara. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya atas kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi beberapa pertanyaan yang telah saya sediakan, dan saya yakin jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai harganya bagi saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi saya tersebut. Saya berharap agar jawaban yang diberikan oleh Bapak/Ibu/Saudara dapat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kerahasiaan responden akan kami jaga. x KU E S I O N E R Pengaruh Komunikasi Atasan - Bawahan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Kementerian Negara Lingkungan Hidup a. Nama : b. Jabatan/Golongan : c. Pendidikan : d. Umur : e. Jenis Kelamin : f. Status Perkawinan : g. Masa Kerja h. Unit Kerja : : xi Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju R : Ragu – ragu TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju I. KOMUNIKASI DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER No PERTANYAAN 1. Atasan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan saya 2. Rekan kerja memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pekerjaan saya 3 Atasan saya menghargai hasil kerja saya 4 Atasan saya mengakui kemajuan yang saya capai 5 Atasan saya mau menerima usulan dan saran dari saya 6 Atasan saya percaya akan informasi yang saya berikan 7 Atasan saya sering meminta pendapat dan saran dari saya 8 Saya mengetahui dengan jelas deskripsi pekerjaan saya 9 Saya mengetahui dengan jelas pengembangan karir di instansi ini SS xii S R TS STS II. MOTIVASI DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER No PERTANYAAN 1. Pekerjaan saya sesuai dengan keinginan dan keahlian saya 2. Pekerjaan saya menarik dan penuh tantangan 3 Saya bangga dengan pekerjaan saya 4 Instansi menghargai prestasi kerja saya 5 Instansi memberikan pelatihan – pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan saya 6 Pekerjaan yang saya lakukan dihargai oleh atasan dan rekan kerja saya 7 Peluang untuk mendapatkan promosi dalam instansi ini sangat besar 8 Instansi ini memberikan kesempatan yang luas bagi pengembangan SDM SS xiii S R TS STS STRUKTUR MENLH NO : 01 TAHUN 2005 STAF AHLI MENLH BID. LINGKUNGAN GLOBAL DAN KERJASAMA INTERNASIONAL STAF AHLI MENLH BID. EKONOMI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN STAF AHLI MENLH BID. SOSIAL, BUDAYA DAN KEMITRAAN KEMENTERIAN NEGARA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN HIDUP STAF AHLI MENLH BID. HUKUM DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA DEPUTI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LEINGKUNGAN PUSAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP REGIONAL SUMATERA DEPUTI MENLH BIDANG PENINGKATAN KONSERVASI SDA & PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN PUSAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUPREGIONAL BALI DAN NUSA TENGARA SEKRETARIS MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BIRO PERENCANAAN DAN KLN BIRO UMUM INSPEKTORAT DEPUTI MENTERI LINGKUNGAN HIDUP BIDANG TATA LINGKUNGAN STAF AHLI MENLH BID. TEKNOLOGI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEPUTI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BIDANG PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3 PUSAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP REGIONAL SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA xiv DEPUTI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP BIDANG PENAATAN LINGKUNGAN PUSAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP REGIONAL JAWA DEPUTI MENLH BIDANG KOMUNIKASI LINGKUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DEPUTI MENLH BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS PUSAT PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP REGIONAL KALIMANTAN TABULASI JAWABAN RESPONDEN VARIABEL KOMUNIKASI ATASAN – BAWAHAN No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 1 3 5 2 2 3 4 4 4 2 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 2 2 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 2 1 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 3 Pernyataan 4 5 6 3 4 4 5 4 4 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 5 4 3 4 4 4 4 3 5 2 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 3 5 4 3 4 3 4 5 5 2 4 4 4 4 4 4 4 5 3 5 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 xv 7 4 2 4 3 4 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 8 2 4 2 2 5 4 5 4 2 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 9 1 3 2 2 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 5 Total Skor 27 35 25 27 30 36 33 33 20 33 33 34 34 36 35 34 35 38 35 35 35 35 36 35 35 35 35 36 36 37 36 35 36 40 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 4 5 4 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 xvi 4 4 4 5 5 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 5 36 36 36 38 39 37 36 36 37 37 37 38 42 38 37 38 39 39 39 39 42 35 43 40 38 40 40 41 42 TABULASI JAWABAN RESPONDEN VARIABEL MOTIVASI KERJA PEGAWAI No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 1 1 4 4 4 2 3 5 2 2 4 1 4 4 2 3 4 3 2 2 3 2 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 4 2 2 1 2 2 3 4 3 3 3 1 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 2 4 5 4 4 4 Pernyataan 4 5 2 4 2 4 4 3 2 4 2 4 3 3 4 3 2 4 2 1 4 2 4 5 3 2 3 3 5 4 2 4 4 2 4 3 4 2 4 1 4 1 2 2 3 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 5 5 4 5 xvii 6 3 1 4 3 2 4 2 2 1 5 2 4 4 2 4 4 2 2 3 3 3 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 1 4 7 2 4 1 4 4 4 1 3 2 3 3 3 4 3 1 2 1 3 2 4 2 3 3 2 3 3 1 4 4 4 5 4 4 8 1 3 3 1 4 2 4 4 1 1 4 4 1 4 4 2 4 4 2 4 2 4 3 4 4 2 3 4 5 2 4 3 3 Total Skor 17 23 25 25 26 26 26 22 12 28 28 28 28 28 26 26 25 26 22 25 21 29 29 29 29 29 28 28 30 30 30 30 30 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 3 4 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 xviii 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 2 4 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 5 3 2 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 3 4 5 4 5 5 3 4 4 5 5 30 30 32 31 26 30 29 30 32 31 31 30 31 29 30 31 29 28 28 31 28 28 28 30 30 28 30 28 31 27 CURRICULUM VITAE Personal Details Name : Fitria Place/Date of Birth : Tangerang, 21 Juni 1976 Sex : Female Marital Status : Married Religion : Moslem Address : Jl Cendrawasih I No 56 Rt.05/02 Sawah Baru Ciputat Tangerang Phone : (021) 7498620 Mobile Phone : 0815-14196480 Education Tsanawiyah/SLTP Pembangunan (Ciputat) 1989 – 1992 Aliyah/SMU Pembangunan (Ciputat) 1992 – 1995 ABA Pertiwi (Kebayoran Baru) 1996 – 2000 Universitas Mercu Buana (Jakarta Barat) 2005 – 2007 Work Experience Secretary to Deputy Minister For Capacity Building and Technical Infrastructure Development, Ministry of Environment 2002 – Now