PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE-1 ISTILAH IKLAN Periklanan brasal dari Bahasa Latin Advere, artinya mengalihkan perhatian. Dengan demikian. Dengan demikian periklanan dapat diartikan sebagai taktik untuk memikat audiens melalui berbagai strategi serta mengevaluasinya, sehingga dapat menganalisis efektivitas komunikasi antara source dan decoder. Otto Klepper orang menemukan isilah Advertising dalam bukunya yang berjudul ”Principles of Advertising”. Iklan dalam bahasa Inggris disebut Advertising, di Perancis disebut Rklamare yang artinya meneriaki sesuatu berulang-ulang. Di Indonesia kita mengenal istilah Iklan, Advertising, reklame, dan pariwara. Iklan ialah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan. Iklan menekankan pada aspek penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif yang disampaikan pada media tertentu (khusus) Dunn dan Barban: Iklan merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, lembaga non komersial maupun pribadi yang berkepentingan. Iklan dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia: ”Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditunjukkan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Advertising, in its non-commercial guise, is a powerful educational tool capable of reaching and motivating large audiences. "Advertising justifies its existence when used in the public interest - it is much too powerful a tool to use solely for commercial PERSPEKTIF IKLAN 1. Perspektif Komunikasi 2. Perspektif Pemasaran Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 FUNGSI IKLAN (Lomunikasi William I. Gorden) 1. Komunikasi sosial Dalam komunikasi sosial, manusia berkomunikasi untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri dalam melangsungkan kehidupan. Konsep diri mereflrksikan keinginan, kebutuhan, keribadian yang membuat manusia menjadi unik. Pembentukan Konsep diri, adalah pandangan kita mengenai diri kita. Hal ini bisa dipahami melalui informasi yang diberika oleh orang lain kepada kita. Aspek-aspek yang mempengaruhi konsep diri seperti agama, suku, kebiasaan di keluarga, tingkat pendidikan, referensi bacaan dan sebagainya. Pernyataan Eksistensi Diri, berkomunikasi atau presentasi adalah sebuah penyataan tentang eksistensi diri. Bahwa kita ada di tengah masyarakat dan layak diperhitungkan. Bahwa pendapat kita bisa membawa pada keadaan yang lebih baik dan membawa manfaat. Bayangkan jika dalam kelas ada teman-teman yang jarang sekali bicara dengan yang lain. Lambat laun keberadaannya akan tenggelam, orang melupakannya dan ketika ia tidak ada di sekitar kita, kehidupan menjadi tidak ada bedanya dengan saat ia ada. 2. Komunikasi Ekspresif, kemampuan bicara, berpikir, merasakan sesuatu, diberikan oleh Tuhan dibarengi dengan kemampuan untuk mengutarakannya. Manusia memahami keindahan yang dilukiskan oleh alam, oleh desiran suara angin, gemercik air, warna langit senja yang merona dan sebagainya. Keindahan, kesedihan, keterpurukan itu bisa disampaikan kembali kepada orang lain melalui berbagai media 3. Komunikasi Ritual, Komunikasi ritual masih erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif. Hanya saja komunikasi ritual ditujukan untuk menguatkan keyakinan seseorang. Contohnya: prnikahan, sunatan, kelahiran, ulang tahun, dan lain-lain 4. Komunikasi Instrumental, komunikasi instrumental mempunyai tujuan mengajar, mendidik, mendorong, mengubah sikap, mengubah keyakinan, menghibur, dan sebagainya. Amerika: Advertising Iklan Perancis: Reclamare, artinya meneriakkan sesuatu Indonesia : Ilan/Advertising/ Reklame (Belanda)/ Pariwara Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PRINSIP DASAR IKLAN 1. 2. 3. 4. 5. Adanya pesan yang disampaikan Adanya komunikator Dilakukan dengan cara non personal Ada biaya Mengharapkan dampak tertentu IKLAN DALAM PEMASARAN 1. Sebagai alat penawaran (penjualan) 2. Alat untuk mengenalkan metode tertentu Menurut Jerome Mc Carthy, ada 4 faktor yang menentukan dalam sebuah pemasaran (Marketing Mix) 1. 2. 3. 4. Harga (Price) Produk (Product) Distribusi (Place) Promosi (Promotion) SEJARAH IKLAN Iklan tulis mulai dikenal sejak zaman Yunani kuno. Ketika itu, iklan berisi mengenai budak-budak yang melarikan diri dari tuannya atau mengenai penyelenggaraan pertandingan Gladiator, pada masa ini iklan hanyalah berupa surat edaran. Beberapa waktu kemudian barulah muncul metode periklanan yang ditulis dengan tangan dan dengan kertas yang lebih besar di Inggris. Sampai tahun 1850-an, di Eropa iklan belum sepenuhnya dimuat di suratkabar. Kebanyakan masih berupa pamflet, leaflet, dan brosur. Iklan pertama yang dicetak di Inggris ditemukan pada Imperial Intelligencer Maret 1648. Iklan majalah pertama muncul dalam majalah Harper tahun 1864.[1] Pada masa-masa itu, periklanan berkembang seiring perkembangan pers yang juga ditandai berkembangnya perusahaan periklanan dengan fungsi sederhana. Pada abad ke-18, beberapa toko di Eropa mulai berfungsi sebagai agen yang mengumpulkan iklan untuk suratkabar. Pada abad ke-19 mulai dikenal pembelian ruang iklan melalui agen perseorangan (menyalurkan lagi ke perusahaan periklanan). Setelah 1880an, perusahaan periklanan meningkatkan fungsi dengan menawarkan konsultasi dan jasa periklanan lain. Pada peralihan menuju abad ke20, sistem manajemen periklanan modern seperti posisi manajer iklan mulai diterapkan.Periklanan di Indonesia RTS Masli dalam pengantar buku Reka Reklame menjelaskan bahwa iklan pertama di Indonesia hanya berupa sebuah pengumuman mengenai kedatangan kapal dagang Bataviaasche Nouvelles tahun 1744. Pemanfaatan iklan menunjang pemasarannya antara lain dilakukan oleh surat kabar Bientang Timoor dengan iklan yang berbunyi: “Siapa siapa njang biasa trima soerat kabar bernama Bientang Timoor soeka diteroeskan ini taon 1865, dikasi taoe njang oewangnja itoe soerat kabar, harganja f.15, - bole lekas dikirimkan sama njang kloewarken itoe soratkabar” Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Pertumbuhan iklan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh modal swasta di sektor perkebunan dan pertambangan pada tahun 1870. Pada jaman ini, beredar iklan brosur untuk pertama kalinya. Iklan tersebut berisi promosi perusahaan komersial. Selain brosur, digunakan pula iklan display.Pada awal abad 20, biro reklame mulai bermunculan walau tidak bertahan lama karena masalah perekonomian. Biro reklame pada masa itu dapat dikelompokkan dalam kategori besar (biasanya dimiliki oleh orang Belanda), menengah, dan kecil (dimiliki oleh orang Tionghoa dan bumiputera). Biro reklame Indonesia kembali bangkit sekitar 19301942. Iklan yang dikeluarkan semakin beragam ( pencarian kerja, pernikahan, kematian, serta perjalanan). Iklan juga sempat menjadi sarana propaganda Jepang di Indonesia. Berbagai poster dan selebaran mengkampanyekan Jepang sebagai “Pelindung, Cahaya, dan Pemimpin”. Namun, pada masa itu tetap banyak iklan lain seperti pasta gigi, batik, tawaran kursus dan tak ketinggalan iklan bioskop yang menayangkan film Jepang. Pasca kemerdekaan, muncul iklan himbauan untuk menyumbangkan dana bagi kepentingan perjuangan, pertahanan kemerdekaan, pembangunan atau perbaikan sekolah dan mengaktifkan BPKKP. Iklan ini tercatat sebagai iklan layanan masyarakat pertama dalam sejarah periklanan Indonesia. Pada tahun 1963, berdiri perusahaan periklanan InterVista Ltd yang dikelola (sekaligus didirikan) oleh Nuradi, mantan diplomat yang pernah bekerja di perusahaan periklanan SH Benson cabang Singapura. Perusahaan ini dianggap sebagai perintis periklanan modern di Indonesia dengan pelayanan menyeluruh seperti media planning, account management, riset, dan bidang lain.Saat ini, berbagai perusahaan periklanan di Indonesia tergabung dalam suatu asosiasi yaitu PPPI. Asosiasi perusahaan periklanan ini terwakili pula dalam keanggotaan Dewan Pers yang secara resmi dituangkan dalam UU No. 4 Tahun 1967. Iklan baris (bahasa Inggris: Classified advertising) adalah salah satu cara promosi barang dan jasa yang umumnya ditemukan di koran. Cara ini merupakan pengembangan dari promosi iklan yang mengutamakan daya tarik dengan gambar dan dengan informasi yang lebih lengkap dan terinci. Iklan baris mengutamakan informasi yang paling inti yang perlu diketahui oleh peminatnya. Karena itu biasanya iklan baris hanya memuat informasi seperlunya dan hanya membutuhkan beberapa baris saja. Biasanya koran-koran mensyaratkan iklan baris minimal 2-3 baris. Karena tidak menggunakan gambar sebagai daya tariknya, iklan baris dimuat secara berkelompok sesuai dengan isinya. Misalnya, kelompok barang yang dijual dipasang dalam baris yang berbeda dengan kelompok barang yang dicari. Selanjutnya, barang-barang yang dijual pun diklasifikasikan lebih jauh: tanah, rumah, mobil, motor, dll. Penjual atau pembeli biasanya memberikan nomor telepon atau alamat rumah di mana barang itu dapat dilihat, dibeli, dan diambil. Karena ukurannya jauh lebih kecil daripada iklan biasa, iklan baris umumnya lebih murah daripada iklan-iklan lain. Pemuatannya pun jauh lebih sederhana karena tidak membutuhkan art-work atau ilustrasi grafis, sehingga koran-koran umumnya dapat menerima iklan baris untuk segera dimuat dalam penerbitan esok harinya. Akibat dari persaingan, yang terjadi adalah "perang produk" berupa perlombaan atau adu kekuatan serta strategi dalam berpromosi dan beriklan yang intinya lebih untuk saling berebut simpati konsumen. Yang paling beruntung dengan terjadinya "perang produk" ini adalah bidang periklanan, juga fotografi yang keberadaannya sangat berperan dalam dunia periklanan. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Fotografi memang selalu menjadi ujung tombak dalam mempromosikan suatuproduk untuk memikat, mengambil simpati, mengiming-imingi konsumen agar produk yang diiklankan laku terjual sesuai harapan yang ingin dicapai. Dari sisi fotografi hal ini tentu saja bagaikan suatu tantangan untuk membuat gambar yang menjadi sarana utama dalam beriklan. Di samping itu pada masa sekarang, olah citra digital untuk menciptakan segala bentuk gambar (manipulasi) dengan memanfaatkan komputer juga ikut-ikutan berlomba menciptakan karya gambar yang memikat. Olah digital juga seolah-olah telah ikut berpesta-pora memperebutkan kue iklan yang menantang. Lihat saja brosur, selebaran, label, kemasan dan lainlain yang sering kita saksikan, hampir bisa dipastikan tak lepas dari foto sebagai salah satu media penyampai gagasan, atau penyampaikomunikasi antara produsen dan konsumennya. Apakah itu dengan foto sederhana yang cukup terang dan jelas saja atau foto yang artistik dan abstrak atauimajinatif, yang menjadikan seseorang yang melihatnya terkesima Metode iklan pertama yang dilakukan oleh manusia sangat sederhana. Pemilik barang yang ingin menjual barangnya akan berteriak di gerbang kota menawarkan barangnya pada pengunjung yang masuk ke kota tersebut. Iklan tulis mulai dikenal pada jaman Yunani Kuno, berisi tentang budak-budak yang lari dari majikannya atau memberitahu akan berlangsungnya pertandingan gladiator. Iklan pada jaman ini hanya berupa surat edaran. Beberapa waktu kemudian mulai muncul metode iklan dengan tulisan tangan dan dicetak di kertas besar yang berkembang di Inggris. Dilihat dari tujuannya, ada beberapa jenis iklan, yakni : comercial advertising, corporate advertising, dan public service advertising purposes. Comercial Advertising. Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa. Iklan komersial ini sendiri terbagi menjadi beberapa macam a. Iklan Strategis. Digunakan untuk membangun merek. Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Perhatian utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan bahwa merek ini ada bagi para pengguna. b. Iklan Taktis Memiliki tujuan yang mendesak. Iklan ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Corporate Advertising Iklan yang bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan Corporate akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Iklan Corporate merupakan bentuk lain dari iklan strategis ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada Public. Iklan Corporate sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan perusahaan, sahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar 3. Public Service Advertising. Iklan Layanan Masyarakat merupakan bagian dari kampanye social marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya pesan Iklan Layanan Masyarakat berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau merubah perilaku yang “tidak baik” supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keluarga berencana, dan sebagainya. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE- 2 PELAKU-PELAKU PERIKLANAN 1. The Advertiser ( pengiklan ) Adalah orang yang ingin menyampaikan pesan kepada pasar. Pengiklan mempunyai tugas untuk mementukan target audience-nya, memilih media yang akan digunakan, menentukan budget-bnya dan menentukan lama-nya waktu kampanye produk-nya. Pengiklan juga yang akan mempekerjakan biro iklan untuk mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan kepada target audience. 2. Advertising Agency (Biro Iklan) Pengiklan menyewa sebuah biro iklan karena biro iklan biasanya lebih mengerti mengenai strategi dan konsep kreatif, pengetahuan mengenai media dan lain sebagainya sehingga pesan yang akan disampaikan pengiklan dapat disampaikan dengan baik ke target audience. Biro iklan sendiri terdiri dari beberapa tipe yaitu: Independent Creative Services Jasa kreatif sampai ke produksi. Dibagi macam :-Freelance( fotografer, copywriter, desainer dll. )-Biro Kreatif( bukan perorangan tetapi sebuah team kerja. Medium Advertising Agency Sebuah usaha periklanan yang berskala menengah dan mempunyai jasa pelayanan yang lengkap namun pengiklan boleh memilih pelayanan yang mereka inginkan saja. Misalnya pengiklan hanya membutuhkan jasa pembuatan website atau brosur. Bekerja berdasarkan project. Full Services Advertising Agency Usaha periklanan yang berskala besar yang memberikan pelayanan secara lengkap bekerja berdasarkan kontrak bukan per-project. Biasanya sebuah biro iklan dikontrak untuk satu masa kampanye Relodex Advertising Agency Bentuk usaha periklanan yang flexible yang tidak memiliki staff yang tetap. Biasanya terdiri dari beberapa professional yang sudah memiliki pekerjaan tetap di biro iklan lain. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Media Broker Usaha periklanan yang memfokuskan diri pada penyediaan ruang dan waktu pada media. In House Advertising Agency Bentuknya hanya berupa divisi dalam sebuah perusahaan. Biasanya digunakan pada department store / mall atau perusahaan yang mempunyai event berkala dalam jangka waktu yang dekat The Media Adalah tempat atau waktu yang akan digunakan oleh biro iklan untuk menyampaikan pesannya ke target audience. Media yang akan digunakan (bisa lebih dari satu) akan menyampaikan pesan secara konsisten sesuai dengan konsep kreatif biro iklan Vendors Adalah sekelompok pendukung biro iklan. Mereka adalah freelance, consultant media dan para designer professional yang bekerja sendiri seperti photographer, copywriters dan lainnya. The Target Audience Adalah sasaran dari pengiklan dan biro iklan. Semua strategi dan konsep selalu dimulai dari konsumen atau target market. Berikut adalah arus pekerjaan dalam dunia periklanan 1. Pengiklan/ Klien : Menurut Etika Pariwara yang dikeluarkan oleh Dewan periklanan Indonesia, adalah pemrakarsa, penyandang dana dan pengguna jasa periklanan. 2. Biro Iklan (Agency) a. AE (Account Executive), tugasnya: - penghubung antara klien dan biro iklan - menterjemahkan kepentingan klien - menjadi ujung tombak dalam mempresentasikan kampanye periklanan b. Media Departemen, dibagi menjadi beberapa divisi: - Media planning: bertugas merencanakan media yang sesuai dengan kebutuhan dan produk klien - Media buying: melaksanakan dan melakukan negosiasi pemesanan dan pembelian ruang dan waktu media sesuai rencana dari media planner dan disetujui klien - Media Monitoring (riset): mengawasi dan memonitor jadwal penayangan iklan di media yang telah dibeli oleh media buying Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 c. Creative Departemen, terdiri atas beberapa jabatan: - creative director - copy writer - art and visualizer d. Produksi, bertugas merealisasikan rencana kerja (workplan) menjadi karya (artwork). Pada tahap ini bagian produksi melakukan pemotretan, rekaman, shooting, dan lain sebagainya hingga menjadi Billbaord, iklan untuk majalah, Koran, dan sebagainya e. Riset, bagian riset bertugas menyuplai informasi bagi bagian kreatif maupun bagi evaluasi yang bersangkutan f. Administrasi dan keuangan, bertugas mengantur administrasi dan keuangan di biro iklan. Misalnya menyusun kontrak kerja, kontrak kerjasama dengan artis, pembayaran, dan lain-lain 3. Production House Biasanya dalam sebuah Biro iklan ada bagian Produksi atau Production House (PH). Namun jika biro iklan tidak memiliki divisi itu maka kegiatan shooting bisa dialihkan ke pihak yang memiliki kapastitas. A. Depatemen Produksi 1. Executive producer, adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pencarian modal dan biasanya adalah pemilik PH. Executive Produser adalah orang yang bertugas mengawasi kegiatan produksi secara keseluruhan 2. Produser, adalah orang yang bertanggungjawab kepada executive produser dan menjamin kegiatan produksi berjalan dengan lancar. Produser menentukan anggaran produksi, jadwal, pemilihan kru, sampai penyewaan alat shoting dan lain-lain 3. Line Produser, biasanya disebut juga sebagai produser pelaksana. 4. Asisten Produksi, orang yang membantu produser pelaksana dan menyelesaikan tugas-tugas yang biasanya berkenaan dengan kontrak pemain, pembayaran kru dan pemain, alat dan sebagainya 5. Production (unit manager), orang yang bertugas menjaga kelangsungan produksi, mulai dari mengkordinir pemain, kru, jadwal shooting, dan sebagainya 6. Sutradara, orang yang mengarahkan kru dan pemain untuk merealisasikan konsep yang sudah disiapkan oleh bagian tim kreatif. 7. Asisten sutradara, orang yang membantu sutradara dalam melaksanakan tugasnya, misalnya mengingatkan sutradara untuk pengambilan gambar yang mana, waktu, angle dan sebagainya 8. Manager lokasi, orang yang bertanggungjawab terhadap lokasi shooting, mulai dari mencari, membooking, membayar hingga pengamanan 9. Pencatat adegan, orang yang mencatat adegan saat shooting 10. Kordinator talent, orang yang bertanggungjawab dalam mencari pemain maupun figuran yang ssuai dengan tuntutan konsep Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 11. Visualizer/Story board artis, pihak yang bekerjasama dengan sutradara dalam penggambarkan ide kratif sutrada ke dalam sebuah shooting board B. Departemen Kamera Kadang sebuh PH tidak mempenyai departemen kamrea, karena biasanya kamera diperoleh dengan cara menyewa. Sedangkan kameraman, DOP biasanya bekerja freelance. Berikut adalah beberapa jabatan 1. Penata sinematografi (DOP = Director of Photography), bertanggungjawab terhadap kamera dan segi artistic pengambilan gambar 2. Asisten Kameramen, mebantu DOP melaksanakan tugasnya 3. Loader, fungsinya adalah mengisi film, menjaga setiap materi dan kamera 4. Juru lampu (lighting), mengatur penempatan lampu 5. Aisten juru lampu 6. Grip C. Departemen Artistik dan visual 1. 2. 3. 4. 5. Penata artistik (art director) Asisten panata artistic penata efek penata busana penata rias D. Departemen Audio 1. 2. 3. 4. Sound recordist Boomer Musician Facilities E. Departemen Paska Produksi, adalah departemen yang bertugas memberi sentuhan akhir dari produksi. Pekerjaannya meliputi penyuntingan hasil shooting, memberi efek, mengkoreksi warna, menambahkan credit tittle, dan sebagainya. 1. Editor 2. Graphics Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE-3 ETIKA PERIKLANAN Definisi etika umumnya disamakan dengan moral, yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik dan benar dari sudut budaya, susila dan agama, dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk Etiket, berkaitan dengan nilai sopan santu, tata krama dalam pergaulan formal. Artinya, pedoman atau norma tertentu yang mengatur bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan. Iklan mempunyai unsur promosi, oleh sebab itu: 1. Iklan merayu konsumen 2. iklan mengiming-imingi konsumen 3. iklan memuiliki gaya bahasanya sendiri Contoh iklan sebuah mobil bekas “SEMUA MOBIL YANG KAMI JUAL, SEBELUMNYA DIPERIKAS OLEH MONTIR AHLI” Iklan yang tidak etis, kategorinya: 1. Menghina produk lain; - Menjelek-jelekkan pesaing membajak tokoh atau endoser pesaing menawarkan harga yang irasional menukar produk dengan produk orang lain selalu menggunnggulkan produknya sendiri 2. menampilkan sensualitas 3. menyerang saraf motorik anak-anak Iklan yang tidak etis muncul ketika pesan (visualisasi) disampaikan terus menerus dengan cara yang sama, akhirnya tumbuh kejenuhan. Sikap tidak etis juga bisa muncul ketika produsen ingin cepat-cepat mengusai pasar dan menglahkan saingannya. Mengenai Etika periklanan, sudah diatur dalam “ETIKA PARIWARA” yang disampaikan oleh Dewan Periklanan Indonesia. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Beberapa hal penting dalam Etika Pariwara Indonesia: 1. Pembuatnya adalah asosiasi periklanan Indonesia, seperti EPI,, AMLI, APPI, ASPINDO (Pemrakarsa-penyantun iklan), ATVLI, ATVSI, GPBSI, PPPI, PRSSNI, SPS, Yayasan TVRI pada 26 Agustus 2005 2. Bentuk kepedulian asosias terhadap perlindungan konsumen dan menjaga perilaku periklanan agar berprofesi dan mendapatkan imbalan secara wajar dan pantas 3. EPI mengatur isi dan metode penyampaian pesan bukan unsur kreasi dan estetikanya 4. ditegakkan oleh Badan Musyawarah Etika dibawah Dewan Periklanan Indonesia A. Mengenai Hak Cipta –Superlatif –Figur Penggunaan penyebaran penggandaaan dan penyiaran materi atau bagian dari materi periklanan yang bukan milik sendiri harus mendapat izin tertulis dari pemiliknya Penggunaan kata superlatif, seperti kata: satu-satunya, “asli”, ter.., harus menyebutkan dalam hal apa ia satu-satunya dan harus dibuktikan dengan pernyataan tertulis dan otoritas terkait Iklan yang menampikkan figur seseorang harus memperoleh izin dari yang bersangkutan kecuali dalam penampilan missal atau sekedar latarbelakang B. Iklan Kesehatan Iklan klinik, poliklinik atau rumah sakit hanya boleh sebagai entitas bisnis yang menawarkan jasa-fasilitas. Iklan tenaga medis tidak diperbolehkan Jasa profesi dokter, pengacara, Notaris hanya boleh iklan jam praktek dan pindah alamat Organ tubuh seperti ginjal, kornea, tidak boleh diiklankan baik penjual maupun pembeli Iklan produk kesehatan terbatas tidak boleh disiarkan pada media waktu bukan dewasa C. Isu-isu khusus Agama dan kepercayaan tidak boleh diiklankan dalam bentuk apapun Iklan tidak boleh memberi kesan yang merendahkan atau megejek penyandang cacat dan Perlakukan yang tidak pantas kepada hewan yang dilindungi Penggunaan animasi yang mirip tokoh tertentu harus mendapat izin tokoh yang terkait Iklan tidak boleh mengeksploitasi atau mengobjekkan, merendahkan, perempuan Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 D. Anak-anak Anak-anak tidak boleh digunakan untuk mengiklankan produk yang tidak layak konsumsi tanpa didampingi orang dewasa Iklan tidak boleh memperlihatkan adegan berbahaya, menyesatkan, atau tidak pantas dilakukan oleh anak-anak Iklan tidak boleh menampilkan anak-anak sebagai penganjur produk yang bukan untuk mereka Iklan tidak boleh menampilkan adegan daya rengek anak memaksa orang tua membeli keinginan mereka E. Iklan Minuman Keras Iklan minuman keras dan gerainya hanya boleh disiarkan di media nonmassa dengan ketentuan: tidak merangsang khalayak meminumnya, tidak menyarankan meminumnya dengan tidak wajar, tidak ditujukan bagi anakanak dan wanita hamil Iklan rokok tidak boleh dimuat pada media yang sasarannya anak-anak di bawah 17 tahun. Syarat lain sama dengan minuman keras F. Testimoni dan Peniruan Kesaksian atas produk hanya boleh dilakukan peroperangan bukan kelompok dan dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari konsumen dan sewaktu-waktu bisa dikontak Ilan dilarang menggunakan bahasa atau istilah ilmiah yang dapat mengelabui konsumen Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung Iklan tidak boleh sengaja meniru iklan produk pesaing sedemikian rupa atribut konsep dan alurnya sehingga menyesatkan G. Hadiah dan Garansi Iklan hanya boleh disiarkan jika produknya sudah tersedia di pasaran Iklan tidak boleh menyatakan “Selama persediaan masi ada” atau kata lain yang bermakna sama Jika mencantumkan garansi atau jaminan maka dasar jaminannya harus bisa dipertanggungjawabkan Jika menjanjikan pengembalian uang ganti rugi maka pengembalian harus dinyatakan lengkap pasa jenis kerusakan atau kekurangan apa dan masa berlakunya H. Waktu penayangan Iklan produk rokok dan produk dewasa hanya boleh disiarkan mulai pukul 21:30 hingga 05:00 wkatu setempat Materi iklan yang sama boleh diiklan sambung ulang lebih dari dua kali Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id I. Berlaku 10 Maret 2010 Iklan yang menampilkan dramatisasi dan adegan berbahaya wajib mencantumkan “adegan ini didramatisasi” dan “adegan ini berbahaya jangan ditiru” Iklan yang menggunakan suara menjijikan atau mengerikan hanya boleh disiarkan kepada khalayak tertentu dan diwaktu tertentu Sanksi dan Prosedurnya Bentuk sangsi adalah bertahap dimulai (1) peringatan kepada pelanggar dan asosianya hingga dua kali (2) penghentian penyiaran atau pengeluaran rekomendasi untuk itu kepada lembaga terkait setelah diberi batas waktu. Penyampaian sanksi dilakukan tertulis Prosedurnya: DPI menerima pengaduan atau memperoleh informasi pelanggaran dari pantauan dan laporan masyarakat. DPI melayani keberatan dan memberikan sanksi Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE- 4 Periklanan dan Marketing Telah disinggung sebelumnya, bahwa perspektif periklanan bisa dilihat dari sisi komunikasi dan sisi pemasaran. Dari sisi pemasaran, iklan berperan sebagai alat untuk menjual dan mendukung penjualan. Perkembangan teknologi media di masa kini membuat iklan terpaku pada televisi, majalah, Koran, billboard dan lain sebagainya. Tetapi juga melalui internet dan ponsel. LIMA ALAT PROMOSI (Promotion Mix) Definisi menurut Stanton adalah :“Promotion mix is the combination of operasional selling, sales person, public relation. These are the promotional tools that help an organization to achieve its marketing objective”. Sedangkan menurut Kotler yang dimaksud dengan promosi adalah : “Promotion includes all the activities the company undertakes to communicate and promote its product the target market”. Dalam bauran pemasaran (marketing mix) iklan masuk dalam ranah promosi. Marketing mix menyangkut 4 hal, yaitu product, price, place, dan promotion. Menurut Philip Kotler promotion tools didefinisikan sebagai berikut : Pemasangan iklan, setiap bentuk presentasi dan promosi non personal yang memerlukan biaya tentang gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas. Bisa melalui iklan media massa yang ada , atau iklan luar ruangan seperti pesamangan billboard, spanduk dan poster. Penjualan personal, presentasi personal oleh tenaga penjualan sebuah perusahaan dengan tujuan menghasilkan transaksi penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. Mencakup presentasi penjualan, pameran dagang dan promosi insentif. Promosi penjualan, insenstif-insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk/jasa. Meliputi pajangan-pajangan di sejumlah titik/lokasi penting pemasaran, bingkisan, discount, kupon belanja, pemasangan iklan khusus. Hubungan masyarakat, membangun hubungan baik dengan public internal/eksternal) untuk membangun atau bahkan meningkatkan image baik perusahaan. Ikut serta atau mengadakan acara-acara tertentu yang sifatnya tidak murni profit orientes dengan instansi lain. Misalkan dengan menggelar acara malam bhskti sosial atau penggalangan dana. Pemasaran langsung, hubungan langsung dengan pelanggan yang ditargetkan secara tepat dengan tujuan mendapatkan tanggapan sesegera mungkin untuk menciptakan hubungan baik dengan pelanggan yang langgeng. Meliputi telemarketing, catalog, pasang poster di kios-kios, iklan via internet dll. Secara garis besar, iklan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori pokok, yaitu: Iklan konsumen Iklan bisnis ke bisnis atau iklan antarbisnis Iklan perdagangan Iklan eceran Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Iklan keuangan Iklan langsung Iklan lowongan kerja IKLAN KONSUMEN Terdapat dua macam barang yang umum dibeli masyarakat yaitu; Barang konsumen, yakni barang yang penjualannya bisa berulang-ulang sebagai kebutuhan sehari-hari (seperti; bahan makanan, shampoo, sabun, dsb.); Barang tahan lama, yakni jenis barang yang harganya mahal dan sifatnya tahan lama (seperti; bangunan tempat tinggal, mobil, perhiasan, dsb.) Media utama bagi iklan barang konsumen adalah koran-koran bertiras banyak, radio, televisi, wahana iklan luar ruangan, serta iklan bioskop dalam keadaan lebih terbatas, dengan bantuan penyebaran literatur penjualan, penyelenggaraan pameran-pameran dan promosi penjualan secara berkala. IKLAN ANTARBISNIS Kegunaan iklan antarbisnis adalah mempromosikan barang-barang dan jasa non-konsumen. Artinya baik pemasang maupun sasaran iklan sama-sama perusahaan. Produk yang diiklankan adalah barang antara yang harus diolah atau menjadi unsur produksi. Termasuk disini adalah pengiklan bahan-bahan mentah, komponen, suku cadang dan assesori-assesori, fasilitas pabrik dan mesin, serta jasa-jasa seperti asuransi, pasokan alat tulis kantor, dan lain-lain. Media utama bagi iklan antarbisnis antara lain jurnal-jurnal perdagangan dan teknik, literatur dan katalog teknik, pameran-pameran dagang, jasa kiriman pos, serta seminar dan demonstrasi teknik. IKLAN PERDAGANGAN Iklan ini ditujukan bagi kalangan distributor, pedagang-pedagang kulakan besar, para agen, eksportir/importir, dan para pedagangbesar dan kecil.Barang-barang yang diiklankan itu adalah barang-barang untuk dijual kembali. Kegunaan iklan ini untuk memberikan informasi kepada para pedagang tentang barang-barang yang tersedia untuk dijual kembali, apakah dengan mengingatkan mereka pada merek-merek terkenal, memperkenalkan barang-barang baru, atau tak jarang mengumumkan hal-hal khusus untuk membantu para pengecer menjajakan barang-barang tersebut, misalkan potongan harga, syarat atau promosi penjualan. Media utama yang digunakan adalah kiriman pos, radio, televisi, dan lainlain. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 IKLAN ECERAN Karakteristik dan sifat iklan ini ditengah-tengah iklan perdagangan dan iklan konsumen. Contoh yang paling mencolok adalah iklan-iklan yang dilancarkan oleh pasar swalayan atau pun toko-toko serba ada berukuran besar. Iklan ini dibuat dan sebarluaskan oleh pihak pemasok atau perusahaan/pabrik pembuat produk, dan iklan itu biasanya ditempatkan disemua lokasi (toko, gerai penjualan) yang menjual produk tadi kepada para konsumen. Iklan mengenai makanan kaleng bermutu tinggi, atau jus minuman yang bermutu sering kita lihat di pasar swalayan itu tidak dibuat oleh pihak pengelola pasar swalayan yang bersangkutan, melainkan oleh perusahaan yang membuat makanan atau minuman kemasan itu. Contoh lain iklan di pompa bensin, restoran atau pialang asuransi. Ada 3 kegunaan iklan eceran tersebut, yaitu; mempopulerkan perusahaan, memikat para konsumen dengan janjiianji tertentu dan berkenaan dengan toko atau para pengecer di jajaran depan distribusi, meningkatkan apa yang biasa disebut sebagai ’store traffic’, yakni merangsang orang-orang yang lalu lalang didepan toko tersebut untuk masuk ke dalam. menjual barang-barang yang eksklusif bagi toko tertentu. Ada distributor eceran yang menunjuk dealer untuk barang-barang tertentu, misalnya saja dealer mobil. untuk menjual stok suatu toko, bisa juga mempromosikan barangbarang yang musiman sifatnya, untuk menampilkan pola pemilihan produk yang cermat, atau mengumumkan penawaran khusus. Media bagi iklan eceran biasanya adalah koran mingguan lokal, koran harian lokal, poster-poster,kiriman pos, siaran iklan di televisi, siaran niaga di radio, selebaran iklan di pintu masuk kacadepan toko, selebaran iklan di jendeladan ruang dalam toko, dan katalog-katalog. IKLAN BERSAMA Dukungan Iklan ini diberikan oleh pihak perusahaan/pabrik kepada para pengecer produk-produknya. Ini bisa disebut juga jenis kerjasama iklan baik dalam bentuk promosi bersama (joint promotion) misalnya roti dan mentega, atau iklan industri/iklan dagang misalnya perusahaan gelas. Iklan kerjasama ini bisa dalam pemakaian logo, pembiayaan bersama, pemasokan art-work, semua biaya ditanggung pemasok, dan daftar distributor. IKLAN KEUANGAN Iklan keuangan secara umum meliputi iklan-iklan untuk bank, jasa tabungan,asuransi, dan investasi. Iklan ini digunakan untuk menghimpun dana pinjaman atau menawarkan modal, baik dalam bentuk asuransi, penjualan saham, surat obligasi, surat utang, atau dana pensiun. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Media utama yang dipilih tentunya bergantung dari khalayak yang hendak dituju IKLAN LOWONGAN Iklan ini bertujuan untuk merekrut calon pegawai atau karyawan. Bentuk iklannya antara lain iklan kolom, radio, televisi dan media lainnya seperti surat kabar nasional, jurnal perdagangan, teknik dan profesional, pers daerah, terbitan-terbitan gratis. Jenis-jenis iklan rekrutmen terdiri dari 2 jenis, yaitu iklan yang diisi para pencari kerja dengan menyertakan identitas atau kotak pos, dan iklan yang berasal dari lembaga. While worldwide advertising is an important contributor to economic growth, individual marketing organizations differ on the role advertising plays. For some organizations little advertising may be done, instead promotional money is spent on other promotion options such a personal selling through a sales team Bicara soal manfaat, kontribusi advertising bagi perusahaan jelas tidak dapat disepelekan. Bahkan, periklanan memegang kunci penting, terutama dalam hal pelaksanaan promosi perusahaan. Di dalam aktivitas perusahaan, advertising/periklanan merupakan bagian dari promotion mix/ bauran promosi. Bauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix/promotion mix) merupakan ramuan sekaligus penerapan lima alat promosi utama perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran. IKLAN DAN BRANDING Branding yaitu, proses penciptaan citra merk dalam benak/hati konsumen Citra ini adalah pembeda produk yang satu dengan yang lain Menurut Al Ries dan Jack Trout (penemu Brand Positioning), Konsumen cenderung membanding-bandingkan beberapa merk dalam 1 kategori produk, misalnya Aqua dengan VIT. Karena dengan memposisikan Brand dalam benak masyarakat maka akan terbentuk kesan/image brand yang unik, memberikan solusi, memenuhi keinginan, dan bermanfaat bagi Target Market. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Pemasaran Internet atau e-pemasaran (Bahasa Inggris: Internet marketing atau emarketing atau online-marketing) adalah segala usaha yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan media Internet atau jaringan www. Kata e dalam e-pemasaran ini berarti elektronik (electronic) yang artinya kegiatan pemasaran yang dimaksud dilaksanakan secara elektronik lewat Internet atau jaringan syber. Dengan munculnya teknologi Internet dalam beberapa tahun ini, banyak istilah baru yang menggunakan awalan e-xxx, seperti halnya: e-surat, e-business, e-gov, e-society, dll. Banyak orang beranggapan bahwa pemasaran Internet adalah segala hal yang berhubungan dengan mencari uang di Internet, yang sebetulnya hal ini tidak benar. Perlu diketahui bahwa ratusan bahkan ribuan program mencari uang di Internet adalah kegiatan yang dilarang dan merupakan scam alias menipu yang hanya menguntungkan untuk orang-orang tertentu saja. Kegiatan pemasaran Internet umumnya meliputi atau berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan pembuatan produk periklanan, pencarian prospek atau pembeli dan penulisan kalimat-kalimat pemasaran atau copywriting. Pemasaran internet atau e-pemasaran ini secara umum meliputi kegiatan pembuatan desain web (web design), periklanan dengan menggunakan baner, promosi perusahaan lewat mesin pencari informasi (search engine), surat elektronik atau e-surat (e-mail), periklanan lewat esurat (email advertising), pemasaran afiliasi (affiliate marketing), advertensi interaktif (interactive advertising), dll. Reklame adalah media periklanan besar, yang biasa ditempatkan pada area yang sering dilalui, misalnya pada sisi persimpangan jalan raya yang padat. Reklame berisi iklan yang ditujukan untuk dilihat pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor yang melewatinya. Reklame umumnya berisi ilustrasi yang besar dan menarik, disertai dengan slogan. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE- 5 Consumer Audince Pemilihan khalayak masuk dalam strategi media iklan. Seperti yang diungkapkan dalam ”Periklanan dan Promosi, aspek tambahan komunikasi pemasaran terpada” Terence .A Shimp • • Faktor utama dalam mensegmentasi audiens sasaran: 1) Geografis 2) Demografis 3) Pemakaian produk 4) Gaya hidup/psikografis Audiens sasaran didefinisikan dalam batas spesifik yang mempunyai implikasi jelas untuk pesan dan strategi media Daya Respon Konsumen Terhadap Promosi • Pasar untuk setiap kategori produk terdiri dari konsumen yang memiliki daya respons yang berbeda terhadap deal: – Beberapa konsumen loyal terhadap satu merek. – Sebagian konsumen tidak memiliki loyalitas dan hanya membeli produk yang ada pada deal. – Sebagian besar lainnya berada di tengah kedua ekstrim di atas. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id • Terdapat kerangka kerja yang dapat menunjukkan berbagai segmen konsumen dalam batas-batas kecenderungan deal mereka. • Konsumen: Konsumen on-deal only (S8): konsumen yang hanya membeli bila suatu merek sedang on-deal. • Berlaku 10 Maret 2010 Konsumen on-deal dan off-deal: Loyalis: konsumen yang membeli merek yang sama secara berulang apabila tidak ada merek yang sedang on-deal. 1) Loyalis non-deal-prone (S1): konsumen yang konsisten membeli satu merek dan tidak dipengaruhi oleh deal. 2) Loyalis deal-prone • Loyalis penimbun barang (S2): hanya membeli satu merek dan loyal terhadap merek itu di samping memanfaatkan penghematan dengan menimbun barang saat on-deal. • Loyalis eksepsionis (S3): meskipun loyal terhadap satu merek yang sedang off-deal, namun akan mempertimbangkan pengecualian dan membeli merek lain yang tidak disukai apabila merek itu, dan bukan merek yang mereka sukai, sedang on-deal. • Loyalis eksepsionis-penimbun barang (S4): seperti loyalis eksepsionis tetapi juga menimbun merek lain yang sedang on-deal. Switchers: konsumen yang, meskipun semua merek off-deal, namun tetap beralih ke merek lain • Switchers non-deal-prone (S5): konsumen sering berganti merek karena kebutuhan pembaruan dan bukan memanfaatkan deal. • Switchers deal-prone: 1) Switchers bukan penimbun barang (S6): sangat responsif terhadap deal tetapi tidak membeli kuantitas ekstra jika setiap merek yang sesuai sedang on-deal. 2) Switchers penimbun barang (S7): memanfaatkan peluang deal dengan membeli berbagai unit apabila setiap merek yang sesuai sedang ondeal. Dari segmentasi respons konsumen terhadap deals yang telah dibahas sebelumnya, didapatkan lima kategori pola pembelian: Promosi yang tidak sensitif (segmen 1 dan 5) Loyalis yang menimbun barang (segmen 2) Promosi sensitif yang tidak menimbun barang (segmen 3 dan 6) Promosi sensitif yang menimbun barang (segmen 4 dan 7) Konsumen on-deal only (segmen 8) Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PROMOSI BERORIENTASI KONSUMEN • Tujuan pemasar Dalam promosi berorientasi konsumen, para pemasar memiliki tiga kategori tujuan umum: 1. Menghasilkan pembelian percobaan. 2. Mendorong pembelian ulang. 3. Memperkuat citra merek. • Imbalan konsumen Teknik promosi akan memberi imbalan kepada konsumen yang mendorong bentuk perilaku tertentu. 1. Imbalan langsung: penghematan atau hadiah yang langsung diberikan setelah konsumen melakukan perilaku yang dispesifikasi oleh pemasar. 2. Imbalan yang tertunda: imbalan yang mengikuti perilaku tersebut selama periode tertentu. Kepuasan Konsumen Menurut Engel, et. al (1995: 224, jilid 2), pembelian suatu produk oleh konsumen merupakan fungsi dari dua faktor, yaitu: niat pembelian dan pengaruh lingkungan dan/atau perbedaan individual. Selanjutnya, perilaku proses–keputusan tidak berhenti begitu konsumen membeli suatu produk (lihat Gambar II – 1). Konsumen akan melakukan evaluasi pascapembelian, yang berbentuk: membandingkan kinerja produk berdasarkan harapan yang dia inginkan. Hasil evaluasi pascapembelian adalah kepuasan atau ketidakpuasan. Dengan demikian kepuasan dapat didefinisikan sebagai “evaluasi pascakonsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan”. Kepuasan tersebut berfungsi untuk mengukuhkan loyalitas konsumen. Sebaliknya, ketidakpuasan akan menyebabkan munculnya keluhan, komunikasi lisan yang negatif, dan upaya untuk menuntut ganti rugi. Artinya, ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara negatif (Engel el. al., 1995: 210, jilid 2). Pakar yang lain, misalnya Day menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya/norma kinerja lainnya dengan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah produk tersebut diadopsi. Sedangkan Wilkie mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi dari suatu produk. Sedangkan Mowen merumuskan kepuasan pelanggan sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa setelah akuisisi dan pemakaiannya (dalam Tjiptono & Diana, 1995: 102). Banyaknya definisi kepuasan pelanggan menandakan bahwa hal tersebut bukanlah masalah yang sederhana. Bahkan dapat dikatakan belum ada satu kesepakatan mengenai konsep kepuasan pelanggan. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Loyalitas Wisatawan/Pelanggan Menurut Barlow & Maul (2000: 12), loyalitas lebih dari sekedar “attitude dan nice feelings”. Loyalitas merupakan tipikal dari keterlibatan yang lebih banyak terhadap produk. Oleh karena itu loyalitas adalah suatu behavior, berbeda dengan kepuasan yang lebih bersifat “attitude” (Oliver, 1997). Oleh karena itu Oliver menyatakan bahwa loyalitas merupakan empat tahapan behavioral. Dimulai dari loyalitas kognitif, afektif, konatif, dan loyalitas tindakan (Oliver, 1997: 392-394).Walaupun oleh para peneliti lain attitude juga disebut sebagai dimensi loyalitas, akan tetapi kecenderungan terbaru menyatakan aspek behavioral lebih “mendapatkan tempat”. Menurut Oliver (1997: 392), “Customer loyalty is a deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product/service consistently in the future, despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior”. Oleh karena itu, Oliver mengusulkan agar dalam mengukur loyalitas, faktor yang membuat konsumen tertarik pada suatu produk (consumer’s attractions) dan faktor yang membuat konsumen berpindah ke produk lain (consumer’s vulnerabilities to switching) diukur secara bersama-sama. Mengenai penyebab dari loyalitas, pustaka dalam bidang pemasaran belum secara jelas mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan pelanggan menjadi loyal (Kandampully & Suhartanto, 2000, 347). Akan tetapi faktor kepuasan pelanggan diyakini banyak peneliti sebagai awal dari terciptanya loyalitas pelanggan (Kotler, 2000; Johnson & Gustafsson, 2000;Oliver, 1997; Hesket et.al., 1997; Hill, 1996; Naumann & Giel, 1995; Griffin, 1995) Selain kepuasan pelanggan, konsensus yang muncul diantara para peneliti dan praktisi menyatakan bahwa kualitas jasa merupakan prasyarat dari loyalitas (Gremler & Brown, 1997 dalam Kandampully & Suhartanto, 2000; Schneideer & Bowen, 1995; Cronin & Taylor, 1992). Demikian pula dengan faktor-faktor ekonomi dan psikologi, keduanya dapat mempengaruhi pelanggan untuk melakukan switching. Prasyarat lainnya, oleh Bhote (1996) dikatakan bahwa citra organisasi akan mempengaruhi antusiasme pelanggan. Antusiasme pelanggan merupakan kombinasi dari loyalitas, value, dan delight. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE- 6 IKLAN DAN BRAND Proses Komunikasi pada Merek Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal meditation of stimuli), prediksi respon (prediction of response),dan peneguhan respon (reinforcement of responses). Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang. George A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya : Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi. Komunikasi adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusa berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi. Penggunaan Psikologi Komunikasi Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal: 1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator 2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. 3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. 4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection). 5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang baik. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Kerja Brand: Citra Merek , dan Membangun Ekuitas Merek Citra (Image) Konsumen membeli tidak dalam suasana hampa. Artinya, setiap keputusan konsumen untuk mengadopsi suatu produk pasti dilandasi oleh alasan tertentu. Pasti memiliki alasan tertentu, walaupun alasan yang sangat sederhana sekalipun. Konsumen akan membeli produk dari perusahaan yang menawarkan customer delivered value yang tertinggi. Menurut Kotler (2000: 34) customer delivered value adalah selisih antara total customer value dengan total customer cost. Sedangkan total customer value itu sendiri adalah satu berkas (bundle) benefits yang diharapkan konsumen dari suatu produk. Sebaliknya, total customer cost adalah satu berkas costs yang dikorbankan konsumen untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, dan membuang (disposing) suatu produk. Citra dalam bahasa Ecclesiastes dikatakan sebagai “… tidak pernah menyembunyikan kebenaran – sebaliknya kebenaran itu sendiri yang menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada” (Kompas 30/09/2001). Sebab citra adalah “The promise offered by the organisation to the outside world must match reality” (Symthe, Dorward, & Reback, 1992: 6). Artinya, apabila terjadi wan prestasi terhadap janji tersebut, maka konsumen akan merespon secara negatif pula. Sebab konsumen bertindak berdasarkan persepsi mereka akan sebuah situasi, bukan berdasar realitas itu sendiri (Mill, 2000: 325; Kotler, 2000: 553). Citra perusahaan yang positif tentunya akan memperkuat keputusan konsumen untuk mengadopsi suatu produk dan sebaliknya. Sebab citra merupakan manifestasi dari pengalaman dan harapan, sehingga citra mampu mempengaruhi persepsi konsumen Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 terhadap suatu produk (Zeithaml & Bitner, 1996). Misalnya: hotel Hilton International selalu menampilkan hotelnya sebagai “ hotel Amerika”, tanpa melihat lokasi hotel tersebut. Akibatnya, wisatawan Amerika selalu yakin bahwa kalau dia menginap di Hilton Bali (misalnya), maka dia akan memperoleh pelayanan berstandar Amerika dan tetap merasa seperti “di rumah sendiri”(Wahab, 1997:332). Sebaliknya, citra negatif membuat konsumen tidak akan membeli suatu jasa. Misalnya, citra Indonesia sebagai daerah yang penuh dengan kerusuhan, akan membuat wisatawan enggan berkunjung ke Indonesia. Kalaupun mereka sudah memesannya, mereka akan membatalkannya Akibatnya target kunjungan wisata asing akan sulit tercapai (Kompas, 8/02/2002, h. 14). Citra sendiri didefinisikan sebagai “ The set of beliefs, ideas, and impressions a persons holds regarding an object. People’s attitudes and actions toward an object are highly conditioned by that object’s image” (Kotler, 2000: 553). Davidoff & Davidoff (1994) menyatakan citra sebagai “gambaran mental konsumen terhadap perusahaan atau produk”. Malhotra (1999: 89) mendefinisikan citra sebagai “persepsi konsumen terhadap perusahaan dan produk-produknya”. Namun. selain perusahaan dan produknya, obyek suatu citra juga dibangun oleh saling interaksi antara konsumen dengan staf perusahaan. Akibatnya, akan tercipta hubungan pribadi/interpersonal bonds (Macaulay & Cook, 1996: 14). Grönroos (1990: 170) menyatakan bahwa citra perusahaan yang positif dapat meningkatkan atau menutupi kekurangan pelayanan. Sebaliknya, citra negatif akan memperburuk pelayanan yang dirasakan. Hal tersebut disebabkan citra yang positif akan menjadi “buffer” terhadap pelayanan yang buruk (Zeithaml & Bitner, 1996: 115). Citra positif membuat konsumen menjadi lebih toleran. Dilihat dari perspektif psikologi komunikasi, citra merupakan jalan pintas secara mental (mental shortcut) untuk mengatasi sifat manusia yang cenderung menjadi cognitive missers. Manusia cenderung kikir dalam menggunakan proses kognitifnya. Sebab, manusia mempunyai keterbatasan mental untuk menghadapi hal-hal yang kompleks (Gazali, 2003). EKUITAS MEREK Gardner dan Levy yang menulis artikel pada tahun 1955 dengan judul ‘The product and the brand’. Merek punya nilai tertentu bagi perusahaan, dan nilai itu bisa saja berlipat-ganda dari nilai real estate, gedung dan mesin-mesin milik perusahaan. Mudahnya, nilai merek bagi perusahaan kita sebut ‘ekuitas merek’. Di awal tahun 1980an istilah ini makin populer di kalangan finansial Amerika. Awalnya, ekuitas merek lebih dianggap sebagai aset (finansial) yang penting bagi perusahaan sehingga ekuitas merek bisa ditafsirkan sebagai nilai finansial merek. Pertengahan 1980an, istilah ‘ekuitas merek’ juga menjadi perhatian dunia pemasaran. Di dunia pemasaran, ekuitas merek selain diakui mampu menjanjikan keuntungan finansial, sekaligus juga berarti manfaat manajemen dan stratejik. Pakar lain menggunakan istilah ‘ekuitas merek’ guna menunjukkan nilai merek di mata konsumen. Akhir tahun 1980an, dunia pemasaran di Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Barat diwarnai dengan diskusi yang membahas metode ekuitas merek sebagai tema sentral. Langkah awal menuju konseptualisasi nilai merek bagi perusahaan ditulis oleh David Aaker dalam bukunya, Managing Brand Equity, terbit tahun 1991. Makin sengitnya persaingan sejak dekade 1980an, lalu tuntutan pasar yang cepat berubah serta makin kuatnya kekuatan peritel dan juga dampak tekanan investor, membuat profiteering menjadi tujuan utama perusahaan. Investor atau pemegang saham kerap tak sabar pada reward tertunda, sehingga investasi merek jangka panjang tak begitu diprioritaskan. Pada tahun 1990an fenomena ini mendorong reorganisasi portofolio merek, merek yang tak-menguntungkan disingkirkan atau dijual. Bagi merek-merek lain, upaya jangka pendek (seperti promosi penjualan) sering menjadi solusi dari kemauan investor dan ancaman eksternal. Karena lebih bersifat jangka pendek, para manajer bergelar MBA itu kadang diolok-olok sebagai ‘Murderers of Brand Assets’. Karenanya Aaker mengusulkan adanya brand equity managers yaitu pejabat yang diberi wewenang guna mencegah nilai merek makin tergerus. Konsep brand equity managers ini menunjukkan bahwa merek sukses diakui sebagai aset penting perusahaan. Definisi merek juga berubah dari merek sebagai product-plus menjadi merek sebagai konsep. Dulu, merek adalah pelengkap produk: pabrikan membuat produk dan lalu sebuah nama dilekatkan, yang kemudian perlu dibuat bermakna di mata konsumen (merek sebagai product-plus). Namun, kini tak sedikit kita jumpai perusahaan yang mengembangkan konsep yang mereka harapkan bisa memikat kelompok konsumen tertentu (merek sebagai konsep). Konsep ini disusun dan diterjemahkan dalam strategi komunikasi. Baru setelah itu dicari produk dan pabrikannya (maka merek lebih dilihat sebagai konsep independen, yang dapat dikaitkan dengan sejumlah produk). Pendekatan brand-as-a-concept menjadi makin penting akhir-akhir ini; contohnya The Body Shop. Menurut pandangan lama, strategi perusahaan adalah ‘product-driven,’ dan menurut paradigma baru, strategi lebih bersifat ‘market-driven.’ Inti pendekatan brand-as-a-concept adalah bahwa pemasar lebih dulu membuat konsep menarik dan kuat yang tidak terlalu berakar pada keunggulan produk tapi lebih ke lifestyle yang bisa diasosiasikan dengan merek (Nike, Swatch, dll.). Pendekatan brand-as-a-concept juga menyiratkan adanya pergeseran pemasaran dari manajemen transaksi ke manajemen relasi (relationship marketing), di mana merek menjadi link penghubung antara pemilik merek dan pengguna merek. (uyungs.wordpress.com) DAYA TARIK IKLAN DAYA TARIK SELEBRITIS DAYA TARIK HUMOR Metode yang efektif untuk menarik perhatian Menyempurnakan kesukaan Lebih berhasil digunakan untuk mempertahankan produk dari pada memperkenalkan produk Cocok untuk produk yang berorientasi pada perasaan Sesuai dengan sifat produk Tidak merugikan Tidak memberikan keunggulan untuk persuasi Tidak menyempurnakan kredibilitas sumberdaya Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 DAYA TARIK RASA TAKUT Efektif digunakan untuk memperbaiki motivasi Pengiklan meotivasi konsumen untuk mengolah informasi dan mengambil tindakan serta menggunakan daya tarik rasa takut dengan mengidentifikasi baik konsekuensi negatif tidak menggunakan produk ataupun menggunakan dalam perilaku yang tidak aman (minum dan menyetir, merokok dan menyetir) DAYA TARIK KESALAHAN Daya tarik kesalahan dapat berjalan baik karena memotivasi individu dewasa secara emosi mengambil alih tanggungjawab tindakan terdepan untuk mengurangi tingkat kesalahan Pengiklan mererapkan perasaan bersalah konsumen diganti dengan menggunakan produk yang diiklankan DAYA TARIK MUSIK Membuat konsumen bersuasana positif Membuat konsumen lebih menerima pesan iklan Membuat komunikasi yang mengandung arti produk yang diklankan DAYA TARIK SEKS Materi seks mempunyai suatu daya pikat perhatian awal, pehatian untuk periode yang lama, dengan menggunakan model atraktif dan pose yang provokatif Menyempurnakan “recall” titik pesan Tanggapan emosi Mendapat tanggapan negatif jika tidak sesuai dengan materi yang diiklankannya Tidak diberkahi Tuhan DAYA TARIK KOMBINASI Lebih baik dalam meningkatkan kesadaran merek Lebih baik dalam mempromosikan “recall” titik pesan Lebih sesuai dengan sikap terhadap merek yang diiklankan Intensitasnya lebih kuat Lebih membeli Mempunyai persepsi kurang dapat dipercaya Menciptakan Pesan Iklan Pesan iklan yang efektif menentukan efektif tidaknya iklan tersebut diluncurkan dan menapat tanggapan memuaskan dari audience. Kenyataan menunjukkan, sebagian besar penonton televisi misalnya, memutuskan mengganti saluran saat iklan ditayangkan. Sehingga pemasar perlu jeli memilih dan menentukan epsan iklan yang disampaikan. Iklan yang disajikan harus merupakan “suguhan imaginative, interaktif, menghibur dan bermanfaat”. Iklan yang dibutuhkan saat ini adalah iklan yang tidak melulu menjual, tapi juga menghibur. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 EFEKTIVITAS PESAN Efektivitas penyampaian pesan ditentukan beberapa hal, yakni strategi pesan ,pelaksanaan pesan, tone dan format pesan. a. Strategi Pesan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut Memutuskan pesan umum apa yang akan dikomunikasikan. Mengidentifikasi manfat-manfaat bagi pelanggan yang dapat digunakan sebagai daya tarik pemasangan iklan. Menciptakan konsep kreatif yang kuat. Ini mencakup tampilan iklan. Menciptakan daya tarik khusus yang akan digunakan dalam kampanye pemasangan iklan. Daya tarik iklan harus memiliki tiga sifat yakni meaningful (berarti), believable (dapat dipercaya) dan distinctive (khas). b. Pelaksanaan Pesan bisa dalam berbagai gaya di antaranya : Potongan kehidupan ( slice of life ). Gaya ini menunjukkan satu atau lebih orang khas yang menggunakan produk dalam situasi normal. Gaya hidup ( life style ). Gaya ini menunjukkan kecocokan sebuah produk dengan gaya hidup tertentu. Fantasi. Gaya ini menciptakan fantasi di sekitar produk atau kegunaannya. Suasana hati atau citra ( mood or image ). Gaya ini emnciptakan suasana hati atau citra di sekitar produk. Musikal ( musical ). Gaya ini menunjukkan satu lebih orang atau tokoh orang atau kartun yang menyanyikan lagu tentang produk tersebut. Simbol kepribadian (personality symbol). Gaya ini menciptakan tokoh yang mewakili produk. Keahlian tehnis ( technical espertise). Gaya ini menunjukkan keahlian perusahaan dalam menghasilkan produk. Bukti ilmiah ( scientific evidence ). Gaya ini menampilkan hasil survei atau buku ilmiah tentang keunggulan produk. Bukti atau dukungan testimonial. Gaya ini menampilkan sumber yang sangat dapat dipercaya dan disukai yang mendukung produk tersebut Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 c. Tone dalam iklan jelas diperlukan. Iklan yang dibuat harus menggunakan katakata yang mudah dan terutama menarik perhatian. Riset menunjukkan, konsumen cenderung mudah mengingat sebuah produktone iklannya yang menarik. d. Format, unsur yang juga berdampak besar pada kualitas penayangan iklan. Perubahan kecil pada format design iklan misalnya, bisa melahirkan dampak sangat besar. Beberapa hal yang harus dilihat, dalam penentuan format iklan adalah; Ilustrasi ( illustration ), harus cukup kuat agar bisa menarik perhatian audience. Judul ( headline) harus secara eefektif menarik orang yang tepat bersedia membaca teksnya. Teks (copy), bagian utama tulisan iklan, harus sederhana tetapi kuat dan meyakinkan. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE- 7 Media Iklan Dalam membuat iklan perlu dipertimbangkan strategi media. Tom Duncan dalam Morissan (2007:168) mendefinisikan strategi media sebagai “ideas about how media objectives will be accomplished through the selection of various combination media” (ide atau gagasan mengenai bagaimana tujuan media akan dicapai melalui seleksi berbagai kombinasi media). Strategi media itu sendiri terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan, (Shimp 2004:7) strategi tersebut antara lain: 1. Memilih audiens sasaran. Kegagalan untuk mengidentifikasi audiens secara tepat dapat menyebabkan hilangnya konsumen yang prospektif. Untuk dapat menetapkan segmentasi yang tepat, dalam memilih audiens sasaran terdapat empat faktor utama yang harus dianalisa secara jeli, yaitu: (a) faktor geografis, (b) demografis, (c) pemakaian produk, dan (d) psikografis atau perilaku dan gaya hidup konsumen. 2. Menspesifikasi tujuan media. Tujuan media harus dirumuskan secara khusus. Para perencana media setidaknya harus mencari jawaban untuk ke-lima pertanyaan berikut: (a) Berapa jumlah audiens yang harus menyimak pesan periklanan selama masa tertentu (isu jangkauan); (b) Seberapa seringkah audience harus dihadapkan pada periklanan (isu frekuensi); (c) Seberapa banyakkah periklanan total yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu (isu bobot); (d) Bagaimana anggaran periklanan harus dialokasikan sepanjang waktu (isu kontinuitas); dan (e) Apa cara yang paling murah untuk mencapai tujuan lainnya (isu biaya). 3. Memilih kategori media dan sarana. Setiap media memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Setiap pemasar harus jeli memilih media yang sesuai dengan target audiens yang akan dibidik. 4. Membeli media. Suatu strategi media yang baik harus menyatakan bagaimana media dapat membantu menciptakan pengalaman merk (brand experience) bagi konsumen dan calon konsumen. Sifat dan tujuan iklan berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya. MEMILIH MEDIA IKLAN Meliputi empat langkah utama yakni: Memutuskan jangkauan, frekuensi dan dampak. Perencana pesan iklan harus memahami jangkauan, frekuensi dan dampak masing-masing media utama sebelum memutuskan memilih media mana yang akan digunakan. Memilih jenis media utama Ada sejumlah factor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media, yakni kebiasaan media pelanggan sasaran, sifat produk yang relevan dengan media yang dipilih, jenis pesan ( pesan dengan jenis berbeda sering memerlukan media berbeda pula), dan biaya. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Memilih sarana media khusus Memutuskan penentuan waktu media Strategi pemasangan iklan meliputi dua unsur utama yakni menciptakan pesan iklan, dan memilih media tempat memasang iklan. Strategi pemasangan iklan perlu difahami dan diterapkan dengan baik, karena biaya iklan nyatanya memang sangat tinggi. Sehingga jangan sampai biaya besar tidak mencapai hasil yang diharapkan. METODE DAN MEDIA IKLAN Terdapat beberapa metode dan media advertising, di antaranya: 1. Koran. Fleksibel, cepat, liputan pasar local yang bagus, diterima secara luas, tingkat kepercayaan tinggi.Kekurangannya, masa edar pendek, kualitas reproduksi jelek, pemindahan tangan khalayak kecil 2. Brosur. Dipasarkan masal, tetapi informasi yang disajikan harus yang tidak menuntut selalu up to date 3. Televisi. Liputan pasar masal, daya tarik tinggi karena faktor audio visual. Biaya absolute besar, kesemerawutan tinggi, paparan berlangsung cepat, selektivitas khalayak kurang. 4. Surat langsung. Personal, selektivitas khalayak tinggi, fleksibel, tidak ada persaingan iklan pada media yang sama. Biaya perpaparan tinggi, citra surat hádala sampah masih tinggi 5. Radio. Penerimaan local bagus, selektivitas geografis dan demografis tinggi, biaya relative lebih rendah. Hanya audio, pesn cepat berlalu, perhatian mendengar rendah. 6. Majalah. Selektivitas geografis demografis tinggi, prestise dan kredibel, kulaitas reproduksi tinggi, masa edar lama, dan tingkar keterbacaan bagus. Biaya mahal dan tidak ada jaminan posisi. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 7. Luar Ruang . Fleksibilitas, keterpaparan berulang tinggi, biaya rendah, persaingan pesan rendag, selektivitas posisi tinggi. Selektvitas khalayak rendah. 8. Internet. Selektivitas tinggi, biaya rendah, kecepatan waktu, kemampuan interaktif.Khalayak terpisah secara demografi kecil, dampak relative rendah, khalayak mengendalikan trepan. IKLAN INTERAKTIF Interactive Advertising is the use of interactive media to promote and/or influence the buying decisions of the consumer in an online and offline environment. Iklan interaktif bisa menggunakan berbagai pilihan media. Bisa internet, sms (mobile access), sampai televise interaktiv. Iklan interaktif jika dikemas dengan baik akan dengan sangat mudah meningkatkan kontal personal dan langsung dengan konsumen, sehingga proses pengambilan keputusan oleh konsumen pun bisa lebih mudah dipersuasi. Manfaat iklan interaktif buat pengiklan di antaranya: Bisa memaksimalkan iklan 30 detik untuk “mengikat konsumen” Meningkatkan brand Menjual langsung produk Menciptakan promosi dalam waktu bersamaan Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERSIAPAN DAN PENGEMBANGAN MEDIA PROMOSI DAN PERIKLANAN Kotler, 2002: 670 MEDIA KEUANGGULAN KETERBATASAN Surat Kabar Fleksibilitas, ketepatan waktu, Jangka waktu pendek, mutu liputan pasar local yang baik, reproduksi buruk, penerusan penerimaan yang luas, ke audiens berikutnya kecil sangat dipercaya Televisi Menggabungkan gambar, Biaya absolute tinggi, suara, dan gerak, pengelompokkan tinggi, merangsang indera, paparan bergerak cepat perhatian yang tinggi, sehingga sulit dilihat, audiens jangkauan tinggi dipilih secara kurang baik Surat langsung Audiens terpilih, fleksibilitas, Biaya relative tinggi, citra tidak ada persaingan iklan “surat sampah” dalam media yang sama, personalisasi Radio Penggunaan missal, pilihan Hanya penyajiansuara, geografis dan demografis perhatian lebih rendah tinggi, biaya rendah daripada televisi, struktur harga tidak standar, tidak ada jaminan posisi Majalah Pilihan geografis dan Ada peredaran yang sia-sia, demografis tinggi, kredibilitas tidak ada jaminan dari posisi dan gengsi, mutu reproduksi produk tinggi, jangka wantu panjang, penerusan-pembacaan baik Ruang terbuka (Out Door) Fleksibel, pengulangan Tidak ada pilihan audiens, paparan tinggi, biaya kreativitas terbatas rendah, persaingan rendah Yellow Pages Liputan local yang unggul, Persaingan tinggi, tegang sangat meyakinkan, waktu atas manfaat dari jangkauan luas, biaya rendah pembelian iklan panjang, kreativitas terbatas Surat Berita Selektivitas sangat tinggi, Biaya bisa mengalir dengan sangat terkontrol, peluang sia-sia interaktif, biaya relative rendah Brosur Lentur, sangat terkendali, Produksi yang berlebihan peluang interaktif, biaya menyebabkan dana sia-sia relative tinggi Telepon Memiliki banyak pengguna Biaya relatif tinggi, kecuali Adanya sentuhan pribadi digunakan sukarela Internet Selektivitas tinggi, Media yang relatif baru kemungkinan interaktif, biaya dengan pengguna yang rendah rendah di beberapa Negara Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE- 8 Presentasi membuat iklan majalah Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE- 10 USAHA MENCARI INSIGHT Kreativitas dan iklan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Periklanan adalah hasil dari sebuah proses kreatif yang melibatkan banyak orang kreatif. Mereka yang terlibat dalam produksi iklan umumnya disebut sebagai tim kreatif atau orang kreatif. Meski demikian, kreativitas dalam periklanan bukanlah suatu hal yang instan, melainkan sebuah proses. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam sebuah proses kreatif. James Web Young (1975) merumuskan lima langkah dalam proses kreatif iklan: 1. Keterlibatan diri (immersion); yaitu upaya untuk melibatkan diri ke dalam masalah yang ada dengan cara melakukan riset –mengumpulkan bahan mentah dan segala informasi yang diperlukan. Riset ini disebut dengan background research dan kemudian diikuti dengan mencerna masalah tersebut (digestion) sebagai upaya untuk memikirkan dan memecahkan masalah. 2. Proses inkubasi (incubation) yang didefinisikan sebagai putting the problem out of your concious mind and turning the information over the subconcious to do the work (meletakkan masalah di luar pikiran sadar anda dan mengubah informasi ke dalam pikiran bawah sadar untuk melakukan pekerjaan) 3. Iluminasi, yaitu upaya memunculkan ide atau gagasan 4. Verifikasi, yaitu kegiatan mempelajari ide atau gagasan untuk menentukan apakah ide atau gagasan itu sudah sesuai dan mampu menyelesaikan masalah. Empat langkah tersebut tidak menjadi langkah mutlak yang harus dicapai oleh tim kreatif dalam membuat sebuah iklan karena proses kreatif merupakan hal yang sangat unik pada setiap individu. Namun langkah tersebut menawarkan suatu cara yang sistematis dan terorganisir dalam mengatasi masalah yang ada. Pemasang iklan dan perusahaan iklan memulai langkah pertama dalam pekerjaan kreatif dengan mengembangkan pemahaman yang menyeluruh mengenai barang dan jasa yang akan dipromosikan, memahami target konsumen dan menyadari tingkat persaingan yang ada. RISET STRATEGIS Riset periklanan penting untuk dilakukan agar dapat memahami dengan lebih baik seberapa efektif iklan mereka dan perubahan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja. Dalam menilai efektivitas periklanan, dapat dilakukan dengan memeriksa apa yang diperlukan oleh sistem pengukuran periklanan yang ideal, seperti: 1. Memberikan tanda peringatan dini. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 2. Mengevaluasi efektivitas iklan dari segi volume penjualan yang dihasilkan oleh periklanan. 3. Memenuhi standar reliabilitas dan validitas. 4. Memungkinkan pengukuran yang cepat dan murah. Bentuk-bentuk umum riset periklanan: 1. Riset pesan: menguji efektivitas pesan periklanan. 2. Riset media: mengukur komposisi dan jumlah audiens pada sarana media sebagai dasar untuk menentukan peringkat (rating). Untuk memutuskan apakah akan menggunakan periklanan komparatif atau format nonkomparatif yang lebih konvensional, seorang pemasang iklan harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Bagaimana perbandingan iklan komparatif dan non komparatif dilihat dari perbedaan pengaruhnya terhadap pengenalan merek, kepercayaan konsumen lam iklan, dan kredibilitas sumber. Apakah iklan komparatif dan nonkomparatif berbeda dampaknya terhadap preferensi merek, niat membeli dan perilaku membeli? Apa pengaruh variasi pernyataan kopi dan dukungan atas kinerja iklan kompetitif? Bagaimana faktor-faktor seperti preferensi merek konsumen dan posisi kompetitif pengiklan mempengaruhi efektivitas periklanan komparatif? Di dalam keadaan bagaimanakah seorang pengiklan harus menggunakan periklanan komparatif? Para peneliti telah melakukan sejumlah penelitian tentang periklanan komparatif sejak pertengahan tahun 1970-an. Hasil temuannya kadang-kadang meragukan, dan bahkan tertentangan. Kurang memuaskannya hasil penelitian dari apa yang diharapkan karena periklanan merupakan gejala yang kompleks yang berbeda dari satu situasi ke situasi yang lainnya dalam batas-batas unsure pelaksanaan, karakteristik khalayak, karakteristik media, dan faktor-faktor lainnya. Tetapi, suatu analisis riset yang penting telah menguji periklanan komparatif versusu nonkomparatif menunjukkan kesimpulan berikut:- Periklanan komparatif adalah lebih baik (daripada iklan nonkomparatif) dalam meningkatkan kesadaran merek (seperti ingatan akan nama merek). Periklanan komparatif mendorong ingatan (recall) yang lebih baik akan butir-butir pesan. Tetapi, periklanan komparatif dianggap agak kurang dapat dipercaya daripada iklan nonkomparatif. Periklanan komparatif (versus nonkomparatif) berperan dalam menghasilkan sikap yang lebih baik terhadap merek yang disponsori, khususnya bila ereknya baru ( versus yag sudah ada). Periklanan komparatif menghasilkan niat yang lebih kuat untuk membeli merek yang disponsori. Periklanan komparatif menghasilkan lebih banyak pembelian dari pada iklan nonkomparatif. Jelaslah dari daftar ini bahwa berbagai manfaat berlaku pada pemakaian Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 iklan komparatif versus nonkomparatif. Tetapi, sebagaimana keadaannya, satu bentuk periklanan tidak lebih unggul secara menyeluruh ( universal) daripada yang lainnya di dalam segala keadaan. Bagian-bagian berikut mengidentifikasi beberapa isu khusus yang harus dipertimbangkan/diperhatikan untuk menggunakan suatu iklan komparatif. ANALISIS SWOT IKLAN Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan ( Strengths) dan peluang ( Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan ( Weaknesses) dan ancaman ( Threats). Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktorfaktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT. Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya. Contoh menganalisis sebuah produk, misalnya produk makanan ringan Chitato STRENGHT OPPORTUNITY Makanan ringan berbahan kentang pertama di Indonesia Rasa yang enak dan bergizi Tersedia hampir di seluruh toko dan supermarket di Indonesia Penggemar chitato yang loyal dan cukup banya Harga bersaing WEAKNESS Menjadi makanan ringan berbahan dasar kentang terlaris Menjadi top mind product untuk kategori makanan ringan dari kentang THREAD Pemakaian penyedap rasa bisa mendapat perhatian lebih dari masyarakat Beberapa varian hanya tersedia di kota-kota besar Kemungkinan akan ada kenaikan harga yang bisa memberatkan konsumen Beberapa produk sejenis dari luar negeri sudah mulai masuk, springles, patato, dll Produk makanan dari singkong sudah mulai penetrasi pasar Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE-11 KREATIVITAS DALAM IKLAN Iklan kreatif memberikan kesegaran dan perbedaan, para pengusaha rela mengeluarkan ratusan juta rupiah agar iklan mereka nampak berbeda dan segar. Iklan yang mahal dan menarik kadang bukan dilihat dari kegunaan produk, melainkan seberapa jauh bisa membuat masyarakat tertarik dan meluangkan waktu untuk meperhatikannya. Ada beberapa pakar periklanan yang menyebutkan bahwa iklan yang kreatif adalah iklan yang mampu meningkatkan penjulan produk. Pendapat lain mengatakan iklan yang kreatif adalah iklan yang berasal dari ide orisinal, memenuhi aspek estetik sekaligus artistik, dan dapat membuktikan ketangguhannya dalam ajang perlombaan kreatif bergengsi. Ada juga pendapat yang menyebutkan iklan kreatif adalah iklan yang mampu menarik perhatian dan mampu memberikan efek kepada audies. Akan tetapi, salah satu nilai mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah iklan adalah daya tarik. Daya tarik iklan dapat dipahami sebagai something that moves people, speaks to their wants or needs, and excites their interest (sesuatu yang menggerakkan orang, berbicara mengenai keinginan atau kebutuhan mereka, dan membangkitkan ketertarikan mereka) (Sandra E Moriaty1991:76). Secara umum daya tarik yang dapat digunakan dalam menciptakan sebuah iklan dapat dikategorikan menjadi dua kategori: 1. Daya tarik informatif atau rasional Daya tarik ini menekankan pada fakta, pembelajaran serta logika yang disampaikan suatu iklan. Daya tarik iklan informatif meyakinkan konsumen bahwa produk mereka memilki manfaat tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. 2. Daya tarik emosional Daya tarik ini berhubungan dengan kebutuhan sosial dan psikologi konsumen dalam pembelian suatu produk. Tidak sedikit motif pembelian konsumen bersifat emosional, karena perasaan mereka terhadap suatu merk jauh lebih penting dibandingkan pengetahuan mereka terhadap merk. Untuk mencapai hasil yang maksimal, tidak menutup kemungkinan bagi tim kreatif untuk menggabungkan dua daya tarik tersebut dalam menciptakan sebuah iklan kreatif. Hal itu disebabkan oleh keputusan pembeli oleh konsumen seringkali didasari oleh dua motif, yaitu motif emosional dan motif rasional. Tujuan utama pemasar dalam menciptakan kreativitas iklan adalah mengembangkan hubungan emosional yang paling kuat antara merk produknya dengan konsumen. Meski demikian, tidak semua iklan dapat digolongkan sebagai iklan dengan daya tarik rasional dan emosional saja. Beberapa iklan disebut sebagai iklan pengingat (reminder advertising) yang memiliki tujuan untuk membangun kesadaran terhadap suatu merk produk. Pemasar juga sesekali meluncurkan iklan misteri (mystery advertising) atau Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 iklan penggoda (teaser advertising) untuk meluncurkan suatu produk baru. Iklan-iklan tersebut membangun rasa ingin tahu di benak konsumen, memungkinkan adanya suatu pembicaraan dan pembahasan diantara audiens meskipun identitas produk tersebut tidak diketahui oleh mereka. Dalam menciptakan iklan misteri atau iklan penggoda, pemasar tetap dituntut untuk bisa fokus dalam menjaga keefektifan iklan yang dibuat, sehingga tujuan dalam membuat iklan tersebut bisa tercapai. Perencanaan Kreatif Iklan Tanggungjawab ornag kreatif adalah mengubah seluruh infomasi mengenai produk, atribut dan atau manfaat produk hingga tujuan komunikasi yang ditetapkan menjadi suatu bentuk konsep kreatif yang mampu menyampaikan pesan kepada khalayak. Ada yang mengatakan ide kreatif artinya ide yang orisinal, artistic, bahkan mampu mendapatkan penghargaan. 1. Pencarian data, biasanya dimulai dari studi khalayak, lalu menganalisis dara, menemukan masalah dna menentukan tujuan komunikasi. Dalam pencapaian tujuan komunikasi dikembangkanlah strategi komunikasi kreatif maupun strategi media, teknik pencarian data yang dikembangkan oleh James Webb Young dari penelitian sebelumnya yang dilakukan olej Graham Wallas; Immertion (keterlibatan diri), orang kratif bisa terjun langsung dalam mengumpulkan data, misalnya melalui observasi langsung, bertanya, mendengar dan sebagainya Incubations (inkubasi), proses ini meletakkan masalah di luar pikiran sadar dan mengubahnya ke dalam pikiran sadar berwujud pekerjaan. Kegiatannya bisa dilakukan dengna berjalan-jalan, tidurtiduran, yang tujuannya merangsang otak bawah sadar dan imajinasi. Saat proses ini akan sering terjadi perdebatan dalam diri seseorang Iluminasi, ide kreatif biasanya muncul ketika sedang meninggalkan masalah. Misalnya inspirasi muncul saat naik bis, saat akan tidur dan sebagainya. Ide muncul biasanya ketika “batin” terasa benar-benar tertekan, itulah mengapa ide muncul saat kita dalam keadaan rikels Verifikasi, kegiatan mempelajari ide atau gagasan yang kemudian ditentukan apakah ide atau gagasan tersebut sesuai dengan tujuan komunikasi yang diharapkan, apakah perlu dikaji ulang, dan sebagainya 2. Menyusun Naskah Pesan, penyusunan naskah pesan ini biasa dikenal dengan istilah “copy platform” atau menjiplak proses kreatif yang sudah ada dalam pikiran kita. Istilah lainnya workplan atau blueprint. Isi Copy Platform: Masalah komunikasi atau periklanan Tujuan Komunikasi Keistimewaan (produk) Sasaran Saingan Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id 10 Maret 2010 Posisi (produk) Ide Besar Strategi komunikasi Pendekatan Pelaksanaan 3. Berlaku Strategi Kreatif, adalah kegiatan menafsirkan ide besar ke dalam rencana-renaca yang lebih teknis. Berikut adalah beberapa strategi yang biasa digunakan: UUP Strategy (strategi tawaran keunikan), strategi ini dikembangkan oleh Rosse Reeves dari “The Ted bates Agency” dalam buku yang berjudul “Reality in Adverstising”, ada 3 karakter di dalamnya: a. Setiap iklan harus mampu membuat satu usulan keunikan produk, bukan sekedar permainan kata tetapi pernyataan sasaran, contoh: “Lakukkan apa yang kami katakana, pasti anda akan memperoleh keuntungan” b. Usulan tersebut hendaknya belum pernah dilakukan oleh pihak lain, sesuatu yang nyata, unik, baik berupa keunikan produk, mapun bentuk pernyataan c. Usulan tersebut harus mampu menggerakkan orang lain (calon konsumen) Image Strategy (Strategi pembentukan citra), Strategi ini didasari oleh identitas produk agar mudah diingat, dan mempunyai makna tertentu. David Ogilvy, pakar periklanan adalah orang yang dianggap sebagai pelopor strategi ini. Inherent Drama Startegy (Strategi drama), strategi ini juga memanfaatkan janji produk dan penjualan dengan menonjolkan sifatsifat dan kelebihan produk secara dramatis. Aliran ini dipelopori oleh Leo Burnett Positioning Strategy (Strategi positing), konsep ini dikembangkan oleh Jack Trout dan Al Rise di awal tahun 1970-an dan popular menjadi konsep pengembangan kratif iklan. Positioning menempatkan merek (brand) ke benak konsumen. STRATEGI PENETAPAN PESAN 1. Daya Informatif (Rasional), pendekatan strategi ini cenderung kepada segi praktis, fungsi dan kegunaan produk yang dikaitkan dengan kebutuhan konsumen. Isinya bisa fakta, proses belajar, ataupun persuasi yang rasional 2. Daya emosional, pendekatannya dengan menyelipkan motivasi (dorongan) tertentu. Pendekatan ini bertujuan agar konsumen tidak menggunakan rasionya ketika membeli produk melainkan terpikat secara emosional. 3. Daya Kombinasi, perbaduan antara Informati dan emosional Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 EKSEKUSI KREATIF IKLAN Eksekusi adalah cara bagaimana suatu daya tarik pesan disajikan, berikut metode yang biasanya digunakan: 1. Iklan pesan faktual 2. Iklan demonstrasi 3. Iklan ilmiah 4. Iklan perbandingan 5. Iklan kesaksian 6. Iklan cuplikan kehidupan 7. Iklan animasi 8. Iklan symbol personalitas 9. Iklan fantasi 10. Iklan dramatisasi 11. Iklan humor 12. Iklan kombinasi Ambient Media sebagai suatu terobosan kreatif dalam beriklan Ambient media merupakan salah satu strategi beriklan yang tujuan utamanya adalah untuk membangkitkan feeling dan mood konsumen agar merasa nyaman dan suka ketika berinteraksi dengan produk atau layanan yang ditawarkan oleh produsen. Semangat yang dibawa oleh ambient media adalah memberikan memorable expeperience kepada konsumen. Dalam perkembangannya ambient media menjadi sebuah kegiatan below the line yang terintegrasi dengan media. Ambient media juga bisa disebut sebagai media lingkungan (Lwin dan Aitchison:2002). Gb.1 Salah satu contoh ambient media di Amerika. Sebuah halte bus didesain sedemikian rupa sehingga menyerupai salah satu ruangan yang nyaman (sebelah kiri) dan halte bus yang menyerupai meja pemesanan Mc.Donalds (sebelah kanan) (sumber : http://mediaide.bajingloncat.com/category/ambient/ : 2006) Ambient media sebenarnya bukanlah satu strategi baru yang tumbuh belakangan ini. Handoko Hendroyono (2007) menyebutkan bahwa pada tahun 1972 Alfred Hitchock telah memulai sebuah terobosan baru kegiatan berpromosi dengan cara membuat dummy (replika) dirinya sendiri yang Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 kemudian ditenggelamkan di Sungai Thames. Tujuan Hitchock melakukan hal itu supaya semua orang membicarakan film barunya “FRENZY”. Persis seperti yang dia harapkan, kejadian tersebut berhasil membuat semua warga London membicarakannya. Kejadian tersebut banyak diliput oleh berbagai media, bahkan ada beberapa yang memfilmkannya. Sebuah upaya non konvensional yang cerdas, yang dilakukan oleh orang yang cukup visioner di tahun 1972- ketika media belum semrawut seperti sekarang ini. Ambient media memiliki kecenderungan untuk oportunistic, dalam arti bentuknya memanfaatkan lingkungan yang ada dan seringkali atribut yang ada di lingkungan tersebut menjadi bagian dari pesan itu sendiri. Kekuatan utama ambient media adalah memberikan surprising effect (efek yang mengejutkan) kepada konsumen. Ambient media merupakan salah satu strategi media dengan menggunakan pendekatan yang unik dan nyeleneh.Tahun 2002, Ambient media mulai muncul di jargon media Inggris dan saat ini telah menjadi salah satu teknik beriklan seperti halnya media periklanan komersial yang lain. Gb. 2 Ambient media tampil “nyeleneh”, memberikan surprising effect dengan memanfaatkan lingkungan secara maksimal agar menjadi bagian dari pesan yang disampaikan. (sumber : http://media-ide.bajingloncat.com/category/ambient/ : 2006) Ada beberapa faktor pendukung pesatnya pertumbuhan ambient media sebagai salah satu strategi beriklan, antara lain: Menurunnya kekuatan media konvensional (seperti spanduk, banner, billboard dll). Semakin semrawutnya jumlah iklan televisi yang menggempur konsumen setiap hari. Adanya tuntutan permintaan yang semakin tinggi terhadap media komunikasi non konvensional, media yang tidak biasa -out of standard- dan menarik Kebutuhan untuk menjaring target audience yang lebih signifikan bagi produk Perkembangan teknologi, multi media, internet dan sebagainya Ambient media memiliki salah satu sifat yang unik, yaitu sifat hidden (tersembunyi) bagi pesan yang disampaikan. Seperti apa yang dilakukan oleh Hitchcock di tahun 1972, audiens dibujuk untuk bertanya-tanya mengenai pesan apa yang tersembunyi dibalik kejadian “mengapungnya” dummy pakar film suspense itu di Sungai Thames. Sama halnya seperti sebuah iklan layanan masyarakat yang menggeletakkan boneka patung manusia di tengah jalan dengan kondisi kepala pecah dan cairan yang keluar dari kepala direpresentasikan dengan isi telur (lihat gambar 3). Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Ambient media tersebut tidak menampilkan pesan verbal dan mungkin terlihat “sedikit vulgar” dan, namun bisa dipastikan audiens yang melihat ambient tersebut akan lebih berhati-hati ketika mengemudi. Sifat yang nyeleneh, unik dan out of standard juga membujuk media lain untuk tidak segan meliput momen tersebut, sehingga ambient media seringkali menciptakan sebuah pembahasan dan menjadi topik pembicaraan di tengah masyarakat. Ambient media sangat sulit untuk dihindari, sehingga target audience seringkali tidak menyadari bahwa pesan yang ingin disampaikan sudah diserap terlebih dahulu. Ambient media memiliki kekuatan untuk memaksa alam bawah sadar audiens untuk tidak bisa menolak pesannya. Gb.3 Ambient media sebuah Iklan Layanan Masyarakat yang mengusung tema “Safety Riding”,vulgar tapi mengena (sumber: http://mediaide.bajingloncat.com/category/ambient/ tahun 2006) Paradigma bahwa televisimerupakan media yang paling efektif dalam beriklan masih tertanam kuat dibenak klien, sehingga mereka enggan untuk beralih menggunakan terobosanmedia yang lain. Clemens Aristanto (2007) menyatakan bahwa ambient media jika dibandingkan dengan iklan televisi, justru memiliki stopping power yang cukup tinggi disebabkan oleh sifatnya; unzappable (tidak dapat diganti chanelnya-seperti chanel dalam tv) dan unavoidable (tidak dapat dihindari). Kedua hal tersebut yang menyebabkan media ini memiliki daya pikat yang besar. Keengganan klien untuk menggunakan ambient media mungkin juga dipicu oleh kreativitas tim kreatif yang kurang berani dan inovatif. Clemens menambahkan bahwa ambient media di Indonesia memiliki kecenderungan untuk bersaing hanya dari segi ukuran dan budget. Ada sebuah persepsi bahwa ambient media harus berukuran besar, tapi pesan yang disampaikan tidak mengena secara emosi kepada target audiens. Terdapat kesan bahwa kemampuan tim kreatif untuk memaksimalkan lingkungan sebagai bagian dari pesan masih kurang. Handoko Hendroyono menyebutkan bahwa dalam menciptakan sebuah ambient media, tim kreatif harus senatural mungkin mengintegrasi ide dengan media yang akan dipakai. Ambient media yang berkembang akhir-akhir ini cenderung untuk menjadi media iklan luar (outdoor advertising), itulah sebabnya media semacam ini perlu Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 untuk didesain dan direncana secara seksama agar tidak menganggu lingkungan, khususnya aspek tata kota. Salah satu penerapan ambient advertising yang cukup jelli adalah ambient produk Softener So Klin di sepanjang Jalan S. Parman dan Gatot Subroto-Jakarta. Pohon-pohon di kawasan tersebut “tiba-tiba” berbuah lebat. Buah-buah yang menggantung ini tidak lain adalah poster yang dipotong menyerupai bentuk buah. Buah-buah ini digantung cukup tinggi untuk menghindari jangkauan pejalan kaki yang mungkin saja jahil dengan “memetik” buah tersebut. Gb. 5 Ambient media dari biscuit TRENZ di mall Ambasador – Jakarta. Sesuai dengan slogan TRENZ “ADIKTIF”, maka dipasang stiker berukuran besar dengan sosok manusia yang rela merayap dinding mall untuk mendapatkan produk TRENZ, dibagian paling atas dinding mall. (sumber : Cakram edisi 284:2007) Gb. 6 Ambient media dari Softener So Klin yang melaunching trademark baru dengan aroma buah. Poster berbentuk buah ini tergantung di sepanjang Jalan S. Parman dan Gatot Subroto (sumber : http://media-ide.bajingloncat.com/category/ambient/ : 2006) Ambient media dapat dikatakan efektif dan menjadi solusi apabila media tersebut mampu menyedot perhatian audiens dan menumbuhkan identitas merk (brand identity) yang positif di benak audiens. Disebabkan ambient media sangat terkait dengan lingkungan maka eksekutor media perlu mempertimbangkan aspek sosial dan budaya, sehingga tidak memberi kesan mengganggu atau mengotori lingkungan di lokasi yang akan digunakan. Sosialisasi mengenai ambient media dan keefektifannya oleh biro iklan maupun pemasar dirasa mampu meyakinkan produsen untuk mulai melirik media ini sebagai media alternatif dalam beriklan. Meski demikian, kreativitas dan kepekaan agency untuk bisa mengeksekusi media ini secara tepat dan jitu merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan ambient media. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE -12 IKLAN CETAK Semua iklan yang teknik pembuatannya mengggunakan mesin cetak atau printer disebut iklan cetak, yaitu: koran, majalah, flier, leaflet, katalok, POP (Point Of Promotion) dan sebagainya IKLAN KORAN Iklan koran dibagi dua, yaitu tabloid dan braodsheet (broadside). Broadsheet ukurannya 36,5 cm x 58 cm. Kini halamannya terbagi 6-7 kolom (dulu kompas memiliki 9 kolom). Antara kolom dibatasi ruang kosong yang disebut gutter yang lebarnya 4 mm. Jadi iklan 7 kolom = 32,5 cm, iklan 5 kolom = 23 cm, iklan 4 kolom = 18,3 cm, dan seterusnya. Tabloid adalah koran yang memiliki ukuran 29,5 cmm x 40 cm, dengan jumlah kolom 5 buah. JENIS IKLAN KORAN 1. Iklan baris, jumlah baris bervariasi mulai 3-10 baris, harga dihitung biasanya per baris kata 2. Iklan Display, iklan yang berukuran 1-7 kolom, bewarna atau hitam putih. Harganya dihitung per milimeter, misalnya iklan produk, iklan ucapan, iklan kematian, dan lain-lain 3. Advetorial, iklan yang bentuknya mirip berita dan ditulis oleh koran yang bersangkutan. 4. Iklan kuping, iklan yang dirancang sangat sederhana dengan ukuran yang kecil yaitu 2 kolom x2/3 cm. Biasanya dibeli dengan cara borongan 5. FSIA/ Free Standing Insert Advertisement, iklan yang disisipkan ke dalam koran 6. Island Advertisement (Iklan Pulau), iklan display biasanya diletakkan di tengah halaman dan bewarna, lebih cocok di koran daerah. 7. Creative dvertisement, iklan yang menggoda dna dibuat secara berseri (bersambung) 8. ILM (Iklan Layanan Masyarakat), iklan yang mengangkat topik tertentu yang hangat dan membahayakan masyarakat. KHALAYAK KORAN Umumnya dibaca oleh kalangan dewasa dan berpendidikan. Satu buah koran biasanya dibaca oleh 2 orang. Waktu yang dibutuhkan untuk membaca koran, ratarata 30 menit. KELEBIHAN IKLAN KORAN 1. Sumber yang dapat dipercaya 2. Receptive, iklan koran dianggap sebagai berita, sebab itu lebih dipercaya 3. Pembacanya heterogen 4. Possitive consumer attitude, koran masih dianggap penting untuk dibaca 5. Menarik bagi keluarga 6. Sebagai shopping guide Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Berlaku Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id 10 Maret 2010 KELEMAHAN 1. 2. 3. 4. Berumur pendek Kualitas cetak kurang bagus Mediun pasif Medium yang statis MAJALAH Hampir sama seperti koran, majalah juga bagian dari media cetak. Perhitungan iklan di majalah tidak berdasarkan kolom, melainkan ukuran kertas, seperti: 1 halaman, ½ halaman vertikal atau horizontal, ¼ halaman, dan sebagainya. MENYIAPKAN IKLAN CETAK 1. Disain dan Tipografi, sebelum membuat disain yang sesungguhnya disainer membuat konsep iklan, sketsa, serta ukuran yang sesuai. Proses ini disebut thumbnail. Dalam menyusun tata letak berikut adalah prinsipnya: Unity, elemen disain harus menjadi satu kesatuan, tidka ruwet atau berantakan Simplicity, disain yang sederhana lebih dimenergti masyarakat. Semakin sederhana elemen disain, pesannya semakin dimengerti Contrast, perbedaan tajam bertujuan menarik perhatian. Misalnya, gemuk-kurus huruf, backgraund dan foreground, atau membuat arah tulisan yang berbeda, atau dengan membedakan tekstur. Proportion, mengambil dari konsep matematika mengenai ukuran dan bentuk. Misalnya untuk meletakkan proporsi gambar pada halaman, para disainer menggunakan teknik proporsi 3:5. Halaman dibagi 2 dengan perbandingan 3:5. Balance atau seimbang. Komposisi yang tidak berat sebelah. Namun, banyak juga disain yang keluar dari keseimbangan untuk memberikan kesegaran. 2. Alur Kerja Briefing dengan Klien Data Gathering Brainstorming Idea Photosession Casting, Location, Hungting, Wardrobing Comprehensive (disan yang sudah jadi) Thumbnails Finished artwork (siap cetak) Color Separation Media Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 JENIS LAY OUT IKLAN COMIC STRIPS LAYOUT Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk media komik, lengkap dengan captions nya. REBUS LAYOUT Susunan lay out iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga membentuk suatu cerita TWO MORTISES LAYOUT Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masingmasing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan. QUADRANT LAYOUT Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan volume/isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama besar). INFORMAL BALANCE LAYOUT Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang. BRACE LAYOUT Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong ALPHABET LAYOUT Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi (cerita). ANGULAR LAYOUT Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 BLEED LAYOUT Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong. VERTICAL PANEL LAYOUT Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi lay out iklan tersebut. JUMBLE LAYOUT Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus lay out, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur TYPE SPECIMEN LAYOUT Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja. GRID LAYOUT Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid SIRCUS LAYOUT Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku. Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan. FRAME LAYOUT Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya membentuk suatu naratif (mempunyai cerita) SILHUETTE LAYOUT Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap/warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi PICTURE WINDOW LAYOUT Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure) COPY HEAVY LAYOUT Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau dengan kata lain komposisi lay out nya didominasi oleh penyajian teks (copy) MONDRIAN LAYOUT Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu: penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square/landscape/portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar/copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual MULTI PANEL LAY OUT Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya). MENULIS NASKAH IKLAN Ketika menulis naskah iklan yang perlu diperhatikan adalah: 1. khalayak dari iklan 2. Metode/ strategi penyampaian pesan yang digunakan (apakah strategi informatif, komparatif, atau kombinasi) 3. Media yang digunakan (cetak atau elektronik) Salah satu ciri khas iklan adalah terbatasnya ruang untuk mengutarakan pesan. Iklan dibatasi ruang dan durasi, sebab itu menyusun pesan harus fokus dan sesuai sasaran. Naskah iklan merupakan gabungan Ilmu Bahasa dan psikologi persepsi. Bagaimana membangun pemikiran orang mellaui kemampuan menulis. Iklan memiliki bahasanya sendiri yang merupakan turunan dari strategi pemasaran perusahaan yang sangkutan. Teknis menulis naskah iklan: 1. Gunakan bahasa sesuai target market 2. Bahasa Iklan boleh tidak baku, asal tetap mematuhi etika kesopanan 3. Semakin sederhana, semakin baik. Misalnya, untuk mengatakan ”Produk Kami Dijamin kualitas dan Harganya” cukup dituliskan dengan ”Produk Terjamin” atau untuk mengatakan ”Supermarket kami menyediakan kebutuhan anda” bisa dituliskan dengan ”Kebutuhan anda lengkap di sini”, dan sebagainya. 4. Penulisan tagline atau slogan juga demikian, semakin sederhana, semakin sedikit akan lebih baik. Slogan juga mengikuti strategi penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Misalnya: - ”Gak ada Lo Gak Rame” - ”Others can Only Follow” - ”Apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro” - ”Life is Good” - ”The Car that Care” - ”No Tile Like It” - ”Always Coca Cola” - ”Just Do It” - ” Yamaha, yang lain pasti ketinggala Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Berlaku Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE-13 MERANCANG IKLAN BROADCAST Iklan boradcast teridir dari 2 bagian, yaitu iklan radio dan iklan televisi. IKLAN TELEVISI A television advertisement is a span of television programming produced and paid for by an organisation that conveys a message Iklan televisi, seperti yang dijelaskan sebelumnya memiliki kelebihan lewat efek sudio visualnya. Dan ini berdampak pula pada proses penangkapan pesan dan pengambilan keputusan konsumen ( penonton televise ). Iklan melalui televisi bisa benar-benar komersil, sekadar informasi atau bahkan digunakan untuk kepentingan politik. Iklan televisi, pertama kali ada 1 Juli 1941 di Amerika Serikat saat Bulova Watch Company membayar 9$ kepada New York City NBC, untuk memutarkan spot produk mereka selama 20 detik sebelum penayangan pertandingan baseball antara Brooklyn Dodgers dan Philadelphia Phillies. Kemunculan iklan pertama tersebut terus disusul iklan-iklan lainnya, dan akhirnya melebar ke semua belahan penjuru dunia. Iklan televise juga lebih variatif. Saat ini, iklan televisi bisa murni iklan comercial, politik, sponsorsip, atau bahlan promo acara/program televisi. Baik dari tujuan, jenis maupun penampilannya sesuai dengan kemajuan teknologi animasi, grafis dan sound effect. Tarifnya pun terus melejit. Jika tahun 1941 untuk 20 detik hanya 9$, saat ini untuk durasi yang sama bisa mencapai pululan juta rupiah. IKLAN TELEVISI Pengumpulan Data Tukar Pikiran Ide Storyboard Reproduksi Presentasi 2 Shooting Board Presentasi 1 Produksi Paska Produksi Tayang IKLAN TV YANG EFEKTIF 1. Gambar yang bicara, maksimalkan fungsi gambar 2. Key visual, bisa dikatakan sebagai gambar utama dari pesan tersebut Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 3. Menarik perhatian, 5 detik pertama iklan harus dapat menarik perhatian, jika tidak masyarakat tidak akan memperhatikan 4. Fokus, terutama pada pesan 5. Nama produk, menyangkut label, logo dan produknya 6. Menampilkan orang lebih baik, kaitkan orang tersebut dengan produk 7. Berikan manfaat, akhiri dengan cerita baik dan bermanfaat bagi masyarakat 8. Nada dan suasana iklan harus merepleksikan kepribadian produk 9. Pesan iklan jangan terlalu panjang 10. Bangun kampanye, jangan sporadic, maksudnya beriklan secara kontinyu dalam jangka waktu tertentu. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 MEMBUAT STORYBOARD JENIS IKLAN TV 1. Pensponsoran 2. Partisipasi 3. Run On Schedule, iklan yang ditayangkan secara acak. Program dan waktunya ditentukan oleh TV yang bersangkutan 4. Slot time, iklan yang mengisi acara pagi dan malam hari 5. Time signal, pengisi iklan antara pergantian program 6. Bumper in and out, iklan pendek yang mengawali dan mengakhiri sederetan iklan 7. Super impose, iklan sederhana yang berupa logo 8. Running text, iklan yang berupa teks yang berjalan 9. Filler, iklan yang mengisi kekosongan program 10. Public Service Advertisiment, iklan layanan masyarakat yang bertujuan menyampaikan pesan-pesan sosial yang mendukung program pemerintah. Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 KARAKTER IKLAN TV 1. Immediacy 2. Intimacy 3. Pictorial Beriklan di televisi cenderung lebih mudah popular dan dipahami, namun juga memiliki kelemahan, yaitu biayanya produksi dan tayang yang mahal. Kelemahan yang dimiliki televisi sebagai media iklan adalah : a. Biaya yang besar Kelemahan yang paling serius dalam iklan di televisi adalah biaya yang absolut sangat ekstrim untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial. Sekalipun biaya perkepala rendah namun biaya pembuatan film, honorarium artis, serta penyewaan waktu dan ruang relatif sangat mahal. b. Penentuan segmentasi yang tidak selektif atau karena semua jenis acara ada dalam program siaran televisi dengan lapisan masyarakat yang heterogen c. Kesulitan teknis ; penjadwalan penayangan iklan tidak bisa fleksibel Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 PERTEMUAN KE-14 DAN 15 Presentasi tugas Kelompok Pada pertemuan ke-14 dan ke-15 Materi kuliah adalah presentasi kelompok di depan kelas. Ketentuan pembahasan adalah: 1. Tema presentasi adalah Tentang Disain, baik disain produk, disain komunikasi visual, dan sebagainya 2. Materi presentasi dibuat dalam format power point dan menyertakan hard copynya 3. Waktu presentasi untuk setiap kelompok adalah 15 menit, sudah termasuk sesi tanya jawab 4. Busana yang digunakan adalah busana yang resmi 5. Menggunakan bahasa yang resmi 6. Presentasi dimulai dari : - latar belakang - Perumusan masalah - Penyelesaian masalah (Pembahasan) - Simpulan - Daftar Pustaka Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL – UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jalan Nangka No.58, Tanjung Barat, Jagakarta, Jakarta Selatan – 12530 Telp. (021) 7818718 - Fax. (021) 78835283 - Website: www.unindra.ac.id Berlaku 10 Maret 2010 Daftar Pustaka 1. Santosa Sigit, Creative Advertising Petunjuk praktis mempersiapkan iklan cetak dan elektronik dengan efisien, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009 2. Terence A Shimp, Periklanan dan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Jilid II, Erlangga Jakarta, 2006 3. Rahmat Djalaludin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 4. http://pengantarperiklanan.blogspot.com, Efektivitas Penyampaian Pesan, 2010 5. Sugihantoro S.Sos, Modul Pengantar Periklanan, Universitas Mercu Buana, 2008 6. Sugihantoro S.Sos, Modul Pengantar Periklanan, Perencanaan Kreatif Iklan, Universitas Mercu Buana, 2008 7. SM Niken Restaty, So.Sos, M.Si, Modul Pengantar Periklanan, Universitas Mercu Buana, 2008 8. Endah muwarni, M.Si, Modul Pengantar Periklanan, Universitas Mercu Buana, 2006 9. SM Niken Restaty, So.Sos, M.Si, Modul Seminar Periklanan, Pelaku-pelaku Periklanan, Universitas Mercu Buana, 2008 10. www.rahima.or.id, Tanggungjawab Iklan, Milik Siapa?, 2010 11. www.uyungs.wordpress.com, Iklan dan Ambient Media, 2010 12. Depan Perilanan Indonesia, Etika Pariwara Indonesia, Jakarta, 2007 Disusun dan disiapkan oleh Nurhablisyah S.Sos, M.Si