1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Translation

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Translation atau terjemahan Bahasa Inggris, baik dari Bahasa Inggris ke
Bahasa Indonesia atau sebaliknya akhir-akhir ini sedang sangat dibutuhkan atau
sangat populer. Hal ini mungkin disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat
bahwa Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sangat diperlukan di era
globalisasi seperti saat ini. Karena populernya terjemahan dewasa ini, seorang
penerjemah seharusnya mampu menganalisis bahasa sumber dengan baik karena
hal ini lah yang paling utama demi tersampaikannya terjemahan yang benar
(Nababan, 2008: 3). Ada dua macam translation yang umum kita temui, yakni
tertulis dan lisan. Dalam terjemahan lisan, ada istilah interpreter dan juga dubbing
atau sulih suara.
Lisa Ho melalui Abbas (2008) menyatakan bahwa dubbing adalah
mengganti audio bahasa sumber (bahasa asing bersangkutan) dengan bahasa
sasaran. Sulih suara atau dubbing sekarang ini banyak sekali kita temui di negara
kita, seperti film, drama atau kartun anak-anak. Dari ketiga hal itu, kita amati
kartun anak-anak lah yang paling banyak di sulih suara di Indonesia. Hal itu
mungkin desebabkan oleh beberapa faktor, seperti misalnya pihak penyiaran ingin
memberikan pesan-pesan moral yang positif kepada anak-anak Indonesia melalui
hal yang sifatnya tidak menggurui dan dapat menghibur anak-anak.
Dari banyaknya kartun anak-anak tersebut, kartun produksi perusahaan
Amerika Serikat yang bernama Nickelodeon nampaknya yang paling banyak
1
2
mendapat pusat perhatian. Selain genre film nya yang bervariasi, karakter tokohtokohnya pun sangat kuat dan mudah dihafal oleh anak-anak. Sebut saja kartun
Spongbob Squarepants, karakter sang pemeran utama, Spongebob, Patrick,
ataupun Squidward sangat kuat. Bahkan setiap judul yang ditayangkan
menghadirkan wawasan budaya untuk anak-anak. Tampilan umum kartun yang
tidak terlalu anak-anak pun turut membuat orang dewasa senang melihat tingkah
karakter-karakter dalam kartun tersebut. Singkatnya, penggemar kartun ini pun
datang dari berbagai kalangan, hampir setiap orang mengenal tokoh kartun yang
satu ini.
Namun ada masalah yang sebenarnya ringan tapi serius apabila dianggap
sepele. Apabila diamati dengan sungguh-sungguh, ada banyak sekali kesalahan
dubbing dari Bahasa Inggris ke Indonesia dari kartun Spongebob tersebut.
Masalah pertama yang muncul tentu saja essensi dari bahasa yang tidak
tersampaikan dengan benar, karena hanya diterjemahkan sekenanya. Contoh yang
penulis dapatkan diantaranya,
Mr. Krab
: “Aren't you happy for me” (S.S Eps “Selling Out”
00.03.06)
Tuan Krab
: (“Tidakkah kau ikut senang?”)
Tuan Krab : (?) “Kau senang denganku kan, Spongebob?”
Hal itu tentu saja telah merubah makna dari ujaran tersebut. Mulanya
ujaran itu merupakan ekspresi untuk mengajak orang lain turut berbahagia, justru
malah menanyakan apakah Spongebob senang (menyukai) nya atau tidak. Contoh
kesalahan yang lain adalah istilah yang diartikan secara literal ke dalam Bahasa
3
Indonesia, padahal secara konteks maupun budaya, sangat tidak cocok apabila
istilah tersebut diartikan secara literal.
“good noodle” (S.S Eps “New Student Starfish” 00.03.31)
(“bintang kelas” atau “murid yang berprestasi”)
(?) “mie baik”.
Masalah kedua, pesan atau ide dari kartun yang tidak tersampaikan dengan
benar sehingga akan menimbulkan kesalah pahaman pada para penggemar kartun
tersebut. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa tujuan dari kartun salah satunya
adalah untuk menyampaikan pesan, kalau sulih suara yang disajikan tidak sama
dengan inti dari pesan yang akan disampaikan, maka pesan tersebut akan menjadi
sia-sia. Kartun sebagai media audio-visual diharapkan tidak hanya bisa dinikmati
gambarnya saja, akan tetapi komunikasi yang dilakukan para tokoh juga harus
dapat dipahami. Terlebih lagi penggemar kartun ini datang dari berbagai
kalangan, terutama anak-anak yang sudah harus mulai diajarkan bahasa yang
benar.
Fungsi dari dubbing adalah menginterpretasikan ujaran dari bahasa sumber
(SL) ke dalam bahasa target (TL). Tentu saja hal itu tidak dapat dilakukan dengan
cara menerjemahkan kata per kata, karena dalam tiap-tiap ujaran mengandung
konteks, budaya, dan implikasi-implikasi tertentu. Jadi, dubbing yang ideal adalah
dubbing yang dapat menyampaikan makna yang dimaksud oleh pembicara sesuai
dengan konteks yang ada dalam pembicaraan tersebut.
Dari penjabaran kasus di atas, penulis tertarik untuk membuat penelitian
yang menggunakan teori Penerjemahan atau Translation, Konteks, dan
4
Sosiolingustik sebagai alat untuk meneliti. Alasan penulis memilih teori-teori di
atas adalah karena penelitian ini lebih terfokus pada analisis penerjemahan sebuah
ujaran atau arti dari hasil sulih suara Bahasa Inggris ke Indonesia. Objek
penelitian ini adalah kartun Spongebob Square Pants mengingat kartun ini lah
yang sedang sangat populer akhir-akhir ini, dan juga dinikmati banyak kalangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, terdapat tiga masalah
yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tipe kesalahan dan terjemahan yang benar pada sulih
suara dalam kartun Spongebob Squarepants?
2. Mengapa terjadi kesalahan pada sulih suara dalam kartun Spongebob
Squarepants?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi penelitian dan agar lebih terarah serta berjalan
dengan baik, maka perlu kiranya dibuat batasan masalah. Adapun ruang
lingkup
permasalahan
yang
akan
dibahas
yaitu,
penulis
hanya
menganalisis kesalahan dubbing yang terdapat pada kartun Spongebob
Squarepants yang ditayangkan oleh Global TV.
5
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dengan
mencapai tujuan yang dinyatakan di bawah ini:
1. Mendeskripsikan tipe kesalahan yang terdapat pada sulih suara
dalam
kartun
Spongebob
Squarepants
serta
perbaikan
terjemahannya.
2. Menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan yang
terdapat pada sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, baik secara
teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis, pengetahuan mengenai
penerjemahan dalam Bahasa Inggris akan memberikan keuntungan sebagai
berikut:
1. Penelitian ini dapat memberikan gambaran yang berkaitan dengan
aspek-aspek kebahasaan, terutama penerjemahan dan konteks demi
menghasilkan terjemahan yang baik.
2. Penelitian
ini
kiranya
dapat
memberikan
sumbangan
bagi
perkembangan ilmu bahasa, khususnya dalam pragmatik dan
sosiolinguistik yang cakupan bahasannya meliputi percakapan,
penerjemahan, dan kaitannya dengan konteks dan komunikasi sosial.
6
Sementara itu, penelitian ini juga memberikan manfaat praktis
sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat digunakan untuk melengkapi penelitian yang
terdahulu dan menambah wawasan serta informasi bagi peneliti lain
yang tertarik untuk mengkaji ilmu bahasa, khususnya yang
berhubungan dengan terjemahan.
2. Penelitian ini juga bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan
mengenai pola-pola terjemahan atau sulih suara yang menggunakan
Bahasa Inggris dalam kartun atau film dan pengetahuan mengenai
aspek-aspek yang digunakan dalam menerjemahkannya
1.6 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai analisis sulih suara (dubbing) atau terjemahan
ini baru beberapa kali dilakukan. Diantaranya adalah Kusumastuti dengan
penelitiannya yang berjudul “Analisis Subtitling dan Dubbing Film Kartun
Dora the Explorer Seri Wish Upon A Star: Kajian Teknik Penerjemahan dan
Kualitas Terjemahan”, Abbas dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan “Dubbing” Bahasa Suroboyoan Dalam Film Suroboyoan Di Jtv
Terhadap Minat Menonton Masyarakat Surabaya”, Hastuti, et. al dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Terjemahan Film Inggris - Indonesia:
Studi Kasus Terjemahan Film “Romeo And Juliet” (Kajian Tentang Strategi
Penerjemahan)”, serta
Farahsani dalam
skripsi
nya
yang berjudul
7
“Investigating the Translation of Expressive Utterances in Some American
Popular Films.
Dalam Penelitiannya, Kusumastuti menekankan pada teknik yang
digunakan dalam sulih suara kartun Dora the Explorer, alas an memilih teknik
tersebut, serta menganalisis kualitas terjemahan atau sulih suara dalam kartun
tersebut. Penelitian ini memberi rekomendasi agar latar belakang target
audience dan tujuan film yang diterjemahkan menjadi dua hal yang penting
untuk diperhatikan ketika proses menerjemahkan film berlangsung. Dengan
demikian, proses penerjemahan film tidak hanya menjadi kegiatan mereduksi
teks sumber ke dalam dua baris teks subtitle atau mengalih-suarakan ke dalam
bahasa sasaran, melainkan juga sebagai sarana bagi pemirsa untuk benar-benar
menonton film dalam arti yang sesungguhnya: memahami terjemahan tanpa
mengurangi keasyikan menonton film.
Sementara itu, Abbas dalam penelitiannya membahas mengenai
pengaruh penggunaan (dubbing) Bahasa Suroboyoan dalam Film Suroboyoan
di JTV terhadap minat menonton masyarakat Surabaya, serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya minat menonton Film
Suroboyoan. Abbas berpendapat bahwa ada banyak kontroversi dari para
pemirsa mengenai sulih suara dalam film yang didubbing dengan bahasa
Suroboyoan. Beberapa da yang menganggap pembodohan karena masyarakat
tidak diijinkan mengetahui bahasa asing, serta ada yang menganggap bahwa
bahasa yang di-dubbing terkesan aneh dan tidak sesuai.
8
Hastuti, et al, dalam penelitiannya, mengkaji tentang kesepadanan
makna terjemahan film “Romeo and Juliet” ditinjau dari konteks situasi dan
konteks budaya yang meliputi teks tersebut, dan strategi penerjemahan apa
sajakah yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan film
“Romeo and Juliet”. Sementara tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi makna kalimat-kkalimat yang ada dalam subtitling film
“Romeo and Juliet” serta menganalisis tingkat kesepadanannya berdasarkan
konteks situasi dan konteks budaya yang melingkupi teks tersebut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa makna sebuah teks ditentukan oleh konteks
yang melingkupi teks tersebut, baik konteks situasi maupun konteks budaya.
Ada tiga komponen yang menyelubungi konteks situasi yakni, field (isi),
mode/channel (teks lisan/tulis) dan tenor/relation (hubungan antara
pembicara-pendengar/pemirsa).
Sementara
makna
sebagai
budaya
menganggap bahwa budaya dan bahasa berbeda satu sama lainnya maka
makna linguistik suatu bahasa ditentukan oleh konteks budaya di mana
peristiwa bicara itu terjadi. Dengan demikian, pemahaman lintas budaya
harus dimiliki oleh penerjemah agar ia mampu menyampaikan pesan dari
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Berkaitan
dengan
kesalahan
menerjemahkan,
Farahsani
menghubungkan teori pragmatik dengan tuturan ekspresif. Penelitian ini
mengkaji tentang kesalahan penerjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa
Indonesia di dalam film-film populer Amerika. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendapatkan hasil terjemahan dialog yang lebih baik berdasarkan
9
konteks. Data penelitian ini diklasifikasikan menjadi empat macam: tindak
tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung, dan tindak tutur
tidk lansung. Ia berpendapat bahwa aspek kebudayaan juga perlu diperhatikan
karena adanya perbedaan kebudayaan antara bahasa sumber dan bahasa
sasaran.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian mengenai analisis kesalahan dalam sulih suara atau dubbing dari
Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dalam film serial belum banyak
dilakukan. Penelitian-penelitian di atas telah membahas mengenai analisis
terjemahan dari segi subtitle, sedangkan dari segi dubbing masih sangat
terbatas.
Selain itu, dari tinjauan pustaka di atas pula, penelitian mengenai
dubbing hanya
dalam satu seri atau satu genre saja. Dalam penelitian
Kusumastuti misalnya, hanya terfokus dalam satu seri dalam kartun Dora the
Explorer, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis
kesalahan dalam beberapa seri Spongebob Squarepants. Selain itu, analisis
kesalahan penerjemahan, yang dalam penelitian ini fokus pada sulih suara dan
suara (dubbing) untuk serial anak-anak masih sangat jarang dilakukan, dengan
pertimbangan anak-anak yang tidak akan terlalu memperhatikan kesalahan
tersebut. Padahal, seperti yang telah dikatakan Kusumastuti (2010) terjemahan
yang baik dan benar akan memudahkan anak-anak dalam menangkap pesa
dari film yang ditontonnya.
10
1.7 LandasanTeori
1.7.1 Teori Penerjemahan
Secara harfiah, translation, yang dalam Bahasa Indonesia berarti
terjemahan adalah mengalihbahasakan suatu objek tertentu dari bahasa
aslinya ke dalam bahasa tertentu. Bassnett (2002: 12) mengatakan bahwa
bidang ini juga digunakan sebagai media dalam mempelajari bahasa asing.
Menurut Bassnett, ada beberapa hal yang harus dicapai saat melakukan
terjemahan, yaitu:
1. Mengubah sumber/objek dari bahasa awal (Source Language)
ke dalam target bahasa yang diinginkan (Target Language) dan
memastikan bahwa makna nya akan sama.
2. Struktur bahasa dari Source Language akan dijaga akan tetapi
juga tetap memperhatikan struktur bahasa Target Language
agar struktur bahasa dari Target Language tidak terganggu oleh
Source Language.
Newmark dalam bukunya juga berpendapat bahwa ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan sebelum menerjemahkan teks, yaitu:
1. Maksud dari teks: Seorang penerjemah harus paham maksud
dari teks bahasa sumber yang diterjemahkannya.
2. Niat seorang penerjemah: Apakah seorang penerjemah ingin
menyampaikan emosi atau ajakan yang sama seperti pada
bahasa sumber, ataukah ia ingin menyampaikan kandungan
11
budaya yang ada pada bahasa sumber, ataukah ingin
menyampaikan sesuatu pada pembaca secara eksplisit?
3. Pembaca dan latar teks tersebut: Hal ini akan membantu
penerjemah untuk menentukan tingkat keformalan, emosi, dan
tingkat tutur yang harus digunakan dalam menerjemahkan.
4. Kualitas terjemahan dan otoritas teks: Apabila teks yang akan
diterjemahkan termasuk well-written atau penulisnya sangat
diakui di bidang itu, maka seorang penerjemah harus mengikuti
apa yang penulis itu ingin sampaikan.
Selain
criteria
dalam
menerjemahkan,
ada
dua
metode
dalam
menerjemahkan menurut Newmark:
1. Penerjemahan Komunukatif: Dimana penerjemah berusaha
untuk menghasilkan pengaruh yang sama pada pembaca di
bahasa target (TL) dan pembaca pada bahasa sumber (SL).
2. Penerjemahan Semantik: Dimana penerjemah berusaha untuk
menghasilkan
konteks
terjemahan
pada
TL
dengan
memperhatikan struktur sintaksis dan semantiknya.
Ada dua macam terjemahan yang disebutkan oleh Larson (1984 melalui
Nadar 2007: 11), yaitu:
1. Terjemahan berdasarkan bentuknya: Terjemahan ini adalah
terjemahan literal, atau terjemahan kata per kata dari SL ke TL.
Hal ini biasanya dilakukan dalam penelitian linguistik untuk
mengetahui kesetaraan kata dalam sebuah teks.
12
2. Terjemahan berdasarkan maknanya: Contoh dari terjemahan ini
adalah terjemahan idiomatic. Yang penting dari terjemahan ini
adalah bagaimana makna yang ingin disampaikan dalam SL
dapat tersampaikan dengan baik pada TL. Tidak hanya
menerjemahkan kata-per kata saja.
Pada
dasarnya,
menerjemahkan
kata-per
kata
tidak
akan
bisa
menghasilkan makna yang baik, karena pesan dan maksud dari SL ke TL
tidak akan tersampaikan dengan baik. Ini lah yang terjadi pada
penerjemahan kartun Spongebob Squarepants yang akan penulis teliti.
Oleh karena itu, penerjemah sekarang lebih sering menggunakan
terjemahan idiomatik.
Dubbing merupakan bagian dari translation Lisa Ho melalui Abbas
(Tanpa Tahun) menyatakan bahwa dubbing adalah mengganti audio
bahasa sumber (bahasa asing bersangkutan) dengan bahasa sasaran..
Dubbing biasanya bersifat audio-visual seperti nyanyian atau film.
1.7.2 Pergeseran Makna dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
`
Menurut Simatupang (1999), dalam proses menerjemahkan bahasa
sumber ke bahasa sasaran paling sedikit ada dua hal yang terjadi, yaitu
pergeseran di bidang struktur dan pergeseran di bidang semantik atau
makna.
13
1.7.2.1. Pergeseran Bentuk atau Struktur
Simatupang
melalui
Felistyana
(2008:
21)
menyatakan bahwa pergeseran bentuk yang dapat terjadi
antara lain sebagai berikut :
1. Pergeseran pada Tataran Morfem
Pergeseran yang terjadi dari tataran morfem ke
tataran kata terlihat dalam contoh berikut.
Impossible (Bahasa Inggris)
Tidak mungkin (Bahasa Indonesia)
Morfem im- pada impossible dalam Bahasa
Inggris mengalami pergeseran menjadi tataran kata
yaitu tidak pada tidak mungkin dalam Bahasa
Indonesia. Im merupakan morfem (morfem terikat),
yang kemudian bergeser menjadi kata (morfem bebas),
yaitu tidak.
2. Pergeseran pada Tataran Sintaksis
Jenis pergeseran ini dapat berupa pergeseran
dari kata ke frase, pergeseran frase ke klausa,
pergeseran dari tataran klausa ke kalimat dan
pergeseran dari tataran kalimat ke wacana. Selain itu,
pergeseran bahkan dapat terjadi dari tataran kata ke
tataran
kalimat.
Contoh
berikut
memperlihatkan
14
pergeseran-pergeseran pada tataran sintaksis.
a.
Pergeseran dari kata ke frase.
Girl (Bahasa Inggris)
Anak perempuan (Bahasa Indonesia)
Girl yang merupakan kata mengalami
pergeseran menjadi tataran frase dalam Bahasa
Indonesia, yaitu anak perempuan.
b. Pergeseran dari frase ke klausa.
After reading the letter, (...)
Setelah dia membaca surat itu, (...)
Frase
reading
the
dalam
Bahasa
Inggris,
letter, mengalami
after
pergeseran
menjadi klausa dalam Bahasa Indonesia, yaitu
setelah dia membaca surat itu.
c. Pergeseran dari klausa ke kalimat.
Her unusual voice Suaranya yang luar biasa
and singing style dan gayanya bernyanyi
thrilled her fans, memikat para penggemarnya
who reacted by screaming, Mereka memberikan
reaksi
crying and clapping. dengan berteriak-teriak
15
dan bertepuk tangan.
Klausa dalam Bahasa Inggris, who reacted
by screaming, crying and clapping, mengalami
pergeseran tataran menjadi kalimat dalam Bahasa
Indonesia, yaitu mereka memberikan reaksi dengan
berteriak-teriak dan bertepuk tangan.
3. Pergeseran Kategori Kata
Selain
pergeseran
pada
tataran
struktur,
pergeseran pada kategori kata pun dapat terjadi pada
proses penerjemahan. Contohnya, pergeseran dari
nomina ke adjektiva berikut ini.
He is in good health (Bahasa Inggris)
Dia dalam keadaan sehat (Bahasa Indonesia)
Kata health dalam Bahasa Inggris termasuk ke
dalam kategori nomina, sedangkan kata sehat dalam
Bahasa
Indonesia
merupakan
adjektiva.
Jadi,
penerjemahan kata health menjadi sehat mengalami
pergeseran kategori kata, yaitu nomina ke adjektiva.
1.7.2.2 Pergeseran Makna/ Semantis
Menurut Simatupang melalui Felistyana (2008: 24),
pergeseran di bidang semantik terjadi karena perbedaan
16
sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang
berbeda.
Pergeseran
mengakibatkan
di
bahwa
bidang
makna
ini
pun
tidaklah
selalu
mungkin
memindahkan makna yang terdapat di dalam teks atau
bahasa sumber ke dalam teks atau bahasa sasaran secara
tepat atau utuh. Berikut adalah jenis-jenis pergeseran di
bidang semantik menurut Simatupang.
1. Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik
dan Sebaliknya
Pergeseran terjadi karena padanan yang sangat
tepat sebuah kata di dalam bahasa sumber tidak
terdapat di dalam bahasa sasaran. Misalnya, kata
bahasa sumber mempunyai makna generik dan padanan
kata tersebut dalam bahasa sasaran tidak mengacu
kepada makna yang generik tetapi kepada makna yang
lebih
spesifik,
atau
sebaliknya.
Contohnya,
penerjemahan kata leg atau foot dalam Bahasa Inggris
menjadi kaki dalam Bahasa Indonesia. Pergeseran yang
terjadi adalah pergeseran dari makna spesifik menjadi
makna yang generik. Dalam Bahasa Indonesia, konsep
leg dan foot diungkapkan dengan satu kata yang
bermakna lebih generik, yaitu kaki.
17
Pergeseran makna yang lebih generik ke makna
yang lebih spesifik atau sebaliknya yang mungkin
terjadi dalam proses penerjemahan tidak terbatas pada
kelas kata nomina saja, akan tetapi meliputi kelas kata
verba, adjektiva dan yang lainnya.
2. Pergeseran
Makna
karena
Perbedaan
Sudut
Pandang Budaya
Pergeseran (atau perbedaan) makna juga terjadi
karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutur
bahasa-bahasa yang berbeda. Contohnya, ”The spaceship travelled deep into space” mendapat padanan yang
mengalami pergeseran makna karena perbedaan sudut
pandang budaya, yaitu ”Kapal ruang angkasa itu
terbang jauh ke ruang angkasa”. Orang Inggris
menghubungkan ruang angkasa dengan kedalaman,
sedangkan orang Indonesia dengan ketinggian atau
kejauhan. Oleh karena itu, terjadi pergeseran dari
makna kata deep dengan jauh.
1.7.3 Konteks
Pragmatik mengkaji mengenai konteks yang ada dalam ujaranujaran, dimana makna dari sebuah ujaran tergantung pada suatu konteks
18
tertentu. Mey (1993: 98) menyebutkan bahwa pentingnya sebuah
konteks adalah untuk menghindari ambiguitas dalam bahasa, baik secara
tertulis maupun secara oral. Konteks bersifat dinamis, bukan statis:
Konteks harus dipahami sebagai sesuatu yang terdapat di sekitar penutur,
dalam arti luas, yang memungkinkan para penutur dalam proses
komunikasi untuk berinteraksi, dan membuat ekspresi linguistik tersebut
dapat dimengerti dalam interaksi mereka.
Mey (1993: 98) juga menyatakan bahwa konteks sangat berbeda
dari bahasa ke bahasa. Hal ini sering terlihat dalam kasus-kasus di mana
ketika terdapat instruksi yang sama muncul berdampingan dalam dua
atau lebih bahasa, terdapat perbedaan yang signifikan, baik dalam
pemilihan kata-kata maupun panjang pesan. Konteks bukan hanya
merupakan referensi atau pemahaman mengenai sesuatu, namun konteks
juga dapat memberikan tuturam kita makna yang lebih dalam. Selain itu,
konteks juga juga sangat penting dalam menentukan nilai yang tepat
untuk fenomena seperti praduga, implikatur, dan seluruh rangkaian
konteks berorientasi fitur.
Cutting (2008) menyatakan bahwa ada tiga jenis konteks, yaitu
situational context (konteks situasional), background knowledge context
(konteks berdasarkan pengetahuan penutur), dan co-textual context
(konteks di dalam wacana).
19
1. The Situational Context
Situational context adalah konteks yang hadir secara fisik, yaitu di
dalam situasi di mana interaksi berlangsung. Dalam konteks ini, para
penutur hanya membicarakan mengenai sesuatu yang dapat mereka
lihat atau mengerti ketika percakapan dilaksanakan.
2. The Background Knowledge Context
Background knowledge context dapat berupa konteks kultural
(pengetahuan umum yang sudah ada dalam pikiran kebanyakan
orang, biasanya mengenai kehidupan) maupun interpersonal (spesifik
dan mungkin pengetahuan pribadi tentang sejarah penutur itu
sendiri).
a) Konteks kultural
Dalam konteks ini, penutur dan lawan tutur menetapkan
bahwa mereka adalah bagian dari kelompok yang sama, sehingga
mereka beranggapan bahwa hal yang mereka maksud sudah
diketahui oleh anggota kelompok (Sperber dan Wilson: 1995).
Misalnya adalah dalam kartun Spongebob Squarepants yang
sedang penulis bahas di dalam penelitian ini. Seperti contoh pada
episode “New Student Starfish” yang telah dijelaskan di latar
belakang, dalam sebuah scene Spongebob dan Patrick sedang
berada di dalam ruang kelas. Ketika mereka bercakap-cakap
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sekolah, tanpa harus
20
memberikan penjelasan mengenai sebuah istilah, mereka sudah
memahami satu sama lain karena mereka berada dalam satu
kelompok yang sama. Contohnya dalam kasus “good noodle”
yang telah penulis jabarkan sebelumnya. Spongebob tidak perlu
menjelaskan makna dari “good noodle” karena keduanya sudah
paham mengenai makna kata tersebut secara konteks nya.
b) Konteks interpersonal
Pengetahuan
interpersonal
adalah
pengetahuan
yang
diperoleh melalui interaksi verbal atau kegiatan bersama, dan
pengalaman yang sebelumnya terjadi, termasuk pengetahuan
pribadi mengenai lawan tutur. Inilah sebabnya mengapa referensi
dalam konteks interpersonal bisa begitu jelas, implisit dan
minim. Contohnya, dalam sebuah situasi pada kartun Spongebob
Squarepants, Squidward sedang menonton acar TV dan seolaholah sedang berbincang dengan pembawa acara program tersebut.
Pembawa acara tersebut adalah satu spesies yang sama dengan
Squidward (seekor cumi-cumi), jadi mereka seolah mengetahui
apa yang terjadi pada Squidward. Sehingga pembawa acara
tersebut mengatakan
”Happiness is just a suction cup away” (S.S Eps
“Squidville” 00.02.41)
(“Kebahagiaan sudah di depan mata”) diibaratkan hanya
satu tegukan dari cangkir.
21
(?) “Kebahagiaan hanyalah sebuah penyedot”.
Penerjemah kartun itu seolah tidak mengerti pengetahuan
pribadi mengenai Squidward yang telah lama sekali menderita
tinggal bersebelahan dengan Spongebob. Sehingga penerjemah
hanya menerjemahkanTerjemahan ini sangat merubah esensi dari
maksud yang ingin diutarakan. Bahkan terjemahan dari penerjemah
kartun tersebut hamper tidak mempunyai arti.
3. The Co-Textual Context
Konteks co-tekstual adalah konteks dari teks itu sendiri.
Para penutur beranggapan bahwa setiap orang dalam percakapan
tersebut memiliki pengetahuan yang cukup mengenai apa yang
mereka bicarakan.
1.7.4 Sosiolinguistik Interaksional
Penelitian mengenai analisis kesalahan terjemahan ini juga
melibatkan Sosiolinguistik. Hal ini dikarenakan data terjemahan yang
dipakai dalam penelitian ini adalah, dimana percakapan adalah
penggunaan bahasa yang dilakukan pada kehidupan sosial manusia
sehari-hari. Jadi, kegiatan percakapan berhubungan erat dengan tata
bahasa, struktur sosial, dan pola budaya (Cutting, 2008: 32).
Sosiolinguistik interaksional berfokus pada fakta bahwa kelompok
sosial memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan makna dengan
bahasa
mereka.
Gumperz
(1982)
mengatakan
bahwa
bahasa
22
berhubungan dengan konteks melalui 'isyarat kontekstualisasi'. Ini
adalah fitur linguistik yang menunjukkan bahwa aspek konteks relevan
dengan apa yang dimaksud penutur dan hanya memahami makna
sepenuhnya ketika pendengar akrab dengan seluruh konteks, karena ia
adalah anggota dari kelompok sosial. Jadi, bahasa dan interaksi sosial
adalah dua hal yang berhubungan erat terutama dalam kehidupan sosial
manusia. Contohnya untuk kata umpatan yang digunakan dalam serial
kartun ini, disesuaikan dengan latar/setting nya, seperti yang tampak
pada contoh berikut:
Mrs. Puff: [thinking] Oh, Neptune. Another year with him! Barnacles!
Dirty barnacles! I've got to do something to save
myself. (S.S “No Free Rides 00:01:44)
Kata barnacles pada dialog Ny. Puff itu merupakan sebuah
ungkapan kekesalan karena harus bertemu dengan Spongebob lagi tahun
depan. Barnacles merupakan sejenin hewan di laut yang mempunyai
fisik yang buruk dan kotor. Sehingga, padanan kata yang sesuai dengan
kata tersebut seharusnya juga merupakan sebuah umpatan dalam Bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia dari
kalimat itu seharusnya menjadi:
Ny. Puff: Oh Neptunus. Satu tahun lagi bersamanya! Sial! Sungguh sial!
Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan diriku.
Akan tetapi, penerjemah seolah tidak mengerti konteks sosial yang
23
ada pada kartun ini dan diterjemahkan secara harfiah menjadi:
Ny. Puff: (?) Oh Neptunus. Satu tahun lagi bersamanya! Rajungan!
Rajungan Kotor! Aku harus melakukan sesuatu untuk
menyelamatkan diriku.
1.7.5 Spongebob Squarepants
Gambaran umum mengenai Spongebob Squarepants bisa banyak
ditemukan di beberapa situs internet. Salah satu situs internet yang dapat
memberikan
gambaran
jelas
mengenai
kartun
www.wikipedia.com.
Berdasarkan
SquarePants adalah
sebuah serial animasi yang
di Nickelodeon.
awalnya
Pada
serial
dari
kartun
ini
adalah
wikipedia,
paling
ini
situs
SpongeBob
populer
ditayangkan
pada
tahun 1999 di Amerika Serikat dan dicipta oleh Stephen Hillenburg, seorang
animator dan ahli biologi laut, dan diterbitkan oleh perusahaannya, United
Plankton Pictures Inc. Seri kartun ini ditayangkan di Malaysia menerusi
saluran Nickelodeon dan TV3, dan juga melalui saluran TV9 yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
Di Indonesia serial ini dipopulerkan oleh Lativi (sekarang tvOne),
kemudian hak tayang acara-acara yang diproduksi oleh Nickelodeon dibeli
oleh Global TV. Kartun ini diciptakan oleh seorang ahli biologi laut dan
animator Stephen Hillenburg dan lalu dirilis melalui perusahaannya United
Plankton Pictures Inc. Serial ini settingnya berada di Samudra Pasifik di
kota Bikini Bottom.
24
Kartun ini sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk anak-anak saja.
Beberapa episode memang ditujukan untuk anak-anak, seperti episode dengan
judul New Student Starfish dan episode Picture Day yang menggambarkan
kehidupan siswa siswi yang menuntut ilmu di sekolah, atau episode The
Donut of Shame yang menggambarkan persahabatan antara Spongebob dan
sahabat karibnya, Patrick. Di sisi lain, beberapa episode memang
menunjukkan bahwa kartun ini tidak hanya ditujukan untuk anak-anak saja.
Contohnya pada episode Help Wanted, jalan ceritanya menunjukkan
Spongebob yang sedang mencari pekerjaan baru. Mencari pekerjaan sudah
tentu identik dengan orang dewasa. Episode Enemy in Law yang juga
menggambarkan hubungan percintaan. Jadi bisa disimpulkan bahwa kartun
ini tidak hanya ditujukan untuk anak-anak, namun untuk semua golongan.
1.7.5.1 Tokoh dan Karakter dalam Kartun Serial Spongebob
Squarepants
Pembahasan mengenai film atau serial tidak akan lengkap
tanpa membahas tokoh-tokoh dan karakter di dalamnya. Berikut
adalah nama-nama tokoh utama dan karakter atau watak mereka
dalam kartun serial Spongebob Squarepants
1. SpongeBob SquarePants: tokoh utama dalam kartun ini yang
berbentuk spon berwarna kuning. Spongebob tinggal di dalam
rumah berbentuk nanas di dalam laut. Dia juga memelihara
seekor siput yang bernama Gary. Merupakan koki di Krusty
25
Krab yang terkenal dengan makanannya Krabby Patty.
2. Squidward Tentacles: seekor gurita yang tinggal di dalam
kepala Pulau Easter. Sangat benci pada Spongebob dan
Patrick yang suka mengganggunya. Dia mempunyai seorang
saingan yang juga seekor gurita bernama Squilliam Fancyson.
Ia merupakan kasir di Krusty Krab yang pemalas, sangat
menyukai dansa, dan sempat pindah rumah karena rumahnya
dihancurkan Spongebob dan Patrick di salah satu episode.
3. Patrick
Star :
Teman
akrab
Spongebob
yang
berbentuk Bintang laut. Patrick tinggal di bawah batu. Patrick
merupakan penduduk paling bodoh di Bikini Bottom.
4. Eugene H. Krabs (Tuan Krabs): pemilik restoran Krusty
Krab yang hanya memikirkan soal uang (dia dikatakan sangat
serakah dan pelit). Spongebob dan Squidward bekerja
kepadanya.
5. Sandy Cheeks (Sandy si Tupai): seekor tupai yang tinggal di
dalam laut. Sandy menyukai karate, dikatakan suka meminum
saus yang amat pedas dan juga aksi-aksi stunt. Nama asli
Sandy adalah Sandra "Sandy" Cheeks. Dia tinggal di sebuah
kubah anti-air yang mempunyai sebatang pohon besar.
6. Gary: Seekor siput peliharaan Spongebob. Berbunyi seperti
kucing dan merupakan siput yang bijak. Gary tidak suka
kepada Squidward.
26
7. Sheldon J. Plankton: pemilik restoran Chum Bucket. Amat
terobsesi dengan Krabby Patty sehingga sanggup mencuri
resepnya (tapi tak pernah menang).
1.8 Hipotesis
Kesalahan-kesalahan yang ada pada dubbing ini akan dijabarkan
dalam bentuk tabel. Tabel ini akan mengklasifikasikan kesalahan dubbing
berdasarkan jenis-jenis kesalahannya. Sehingga akan terlihat di bagian
mana dan seberapa besar tingkat kesalahannya.
Berdasarkan
teori
dari
Larson
mengenai
macam-macam
terjemahan, hipotesis sementara penelitian ini adalah kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada dubbing serial Spongebob Squarepants disebabkan oleh
tidak pahamnya penerjemah pada pemilihan padanan kata dari SL ke TL,
serta tidak pahamnya penerjemah pada makna yang ingin disampaikan
dalam SL. Sementara itu berdasarkan teori Cutting mengenai konteks dan
pengertian percakapan sebagai penggunaan bahasa yang dilakukan pada
kehidupan sosial manusia sehari-hari yang berhubungan erat dengan tata
bahasa, struktur sosial, dan pola budaya, kesalahan penerjemahan dari segi
konteks disebabkan tidak paham nya penerjemah pada konsep konteks
dimana percakapan itu berlangsung. Hal ini mengakibatkan penerjemah
masih menggunakan struktur yang ada di bahasa target pada bahasa
sumber sehingga terjadi kekacauan makna yang terjadi, karena makna
yang diterjemahkan tidak sesuai konteks dan tujuan dari sebuah ujaran.
27
Terjemahan yang benar nantinya adalah terjemahan yang dilakukan
dengan melihat bentuk dan maknanya, sesuai teori dari Larson mengenai
penerjemahan berdasarkan bentuk dan makna nya. Selain itu, konteks dan
faktor-faktor yang mendukung pembicara saat ujaran atau percakapan
tersebut
dilakukan
juga
akan
menjadi
faktor
penting
dalam
menerjemahkan sesuai teori dari Cutting mengenai konteks. Hal ini tentu
saja harus dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada terjemahan dari
bahasa sumber ke bahasa target. Dengan melakukan revisi terjemahan,
diharapkan tidak terjadi lagi adanya kebingungan-kebingungan.
1.9 Metode Penelitian
Sebuah studi dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai
dengan menggunakan metode ilmiah yang obyektif daripada subyektif.
Penggunaan metode ilmiah yang objektif berlaku juga untuk penelitian di
bidang
pragmatik.
Ketepatan
penggunaan
metode
menentukan
keberhasilan sebuah penelitian. Sudaryanto (1993: 1) berpendapat bahwa
metode adalah cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri adalah serangkaian kegiatan
ilmiah yang meliputi periode pencarian, penemuan dan pemecahan
masalah. Periode pemecahan masalah melibatkan beberapa tahapan, yaitu
penyediaan data, analisis data, dan presentasi hasil analisis data. Data
fenomena bahasa khusus langsung terkait dengan masalah tersebut
(Sudaryanto. 1993: 5-8).
28
1.9.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah rekaman dan
transkrip kartun Spongebob Squarepants. Percakapan dalam kartun ini
menggunakan Bahasa Inggris dan berlatar di Samudra Pasifik, dan sebuah
kota di dasar laut bernama Bikini Bottom. Semua karakter dalam kartun situasi
ini
berdialek
American
English.
kartun
ini
ditayangkan
pada
tahun 1999 di Amerika Serikat dan dicipta oleh Stephen Hillenburg, seorang
animator dan ahli biologi laut, dan diterbitkan oleh perusahaannya, United
Plankton Pictures Inc. . Sampai saat ini Spongebob Squarepants sudah
mencapai musim 9 dengan jumlah episodenya 189..Penulis mendapatkan dari
situs video non-komersial YouTube dan dari toko yang menjual VCD kartun
ini. Selain itu, transkrip dari kartun ini penulis ambil dari situs google. Film
tersebut kemudian dilihat untuk mengklarifikasi kecocokan antara isi transkrip
dengan rekaman percakapan yang dilakukan dan untuk menandai bagianbagian dari informasi dalam rekaman percakapan yang memiliki kesalahan
sulih suara.
1.9.2 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah rekaman percakapan antara
karakter-karakter dalam kartun Spongebob Squarepants yang telah disulih
suarakan ke dalam Bahasa Indonesia dan ditayangkan di Global TV, serta
kartun Spongebob Squarepants dengan bahasa asli, yaitu Bahasa Inggris.
Kemudian data dari dua bahasa tersebut akan dibandingkan untuk
29
membuktikan adanya kesalahan terjemahan dalam dubbing kartun
tersebut. Hak siar kartun ini adalah milik perusahaan bernama Nickelodeon
yang berlokasi di Amerika Serikat.
Kartun ini menceritakan tentang kehidupan binatang-binatang di
laut dengan karakter mereka yang disesuaikan dengan karakter manusia
yang tentinya unik dan berbeda-beda.. Percakapan yang ada dalam kartun
ini pun juga disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat di Amerika
Serikat.
1.9.3 Metode Analisis Data dan Penyajian Hasil Analisis
Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode simak yang
digunakan untuk menyimak penggunaan bahasa dalam metode observasi. Data
penelitian adalah rekaman video kartun Spongebob Squarepants yang
diklarifikasikan dengan transkripsi rekaman percakapan tersebut. Setelah itu
itu, konteks dalam setiap situasi juga harus diperhatikan untuk menentukan
tepat atau tidaknya terjemahan itu dan menentukan dalam tipe apa kesalahan
terjemahan itu. Untuk mendukung benar atau tidaknya makna atau terjemahan
yang ada, penulis juga menggunakan kamus yang berlisensi seperti Oxford
Dictionary atau Cambridge Dictionary
Analisis kemudian dilakukan dengan menggunakan teknik dasar
dari metode simak yaitu teknik sadap untuk menyadap setiap dialog yang
terjadi dalam kartun tersebut. Adapun teknik lanjutan yang digunakan adalah
teknik catat. Penulis menggunakan teknik lanjutan ini karena penulis harus
30
mengklarifikasi rekaman video tersebut dengan transkrip percakapannya.
Selanjutnya, penulis menggunakan metode padan translasional. Metode padan
translasional digunakan untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan dalam
bahasa tertentu berdasarkan satuan kebahasaan dalam bahasa lain (Baryadi:
2015). Penulis menggunakan metode ini untuk menetukan apakah terjemahan
yang digunakan dalam dubbing kartun tersebut benar atau salah. Selanjutnya,
penyajian hasil analisis data disajikan dengan kaidah deskriptif yaitu
pemaparan data melalui kata-kata, bukan dengan lambang atau simbol
tertentu.
1.10 Sistematika Penyajian
Bab I adalah pendahuluan, yang meliputi: latar belakang pemilihan
subjek penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, metode penelitian dan sistematika
penyajian.
Bab II akan mendeskripsikan tipe kesalahan yang ada terdapat pada
sulih
suara
dalam
kartun
Spongebob
Squarepants
serta
perbaikan
terjemahannya
Bab III akan menjelaskan pengaruh kesalahan yang terdapat pada
sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants
Bab IV akan merangkum keseluruhan kesimpulan tentang macammacam kesalahan, pengaruh penyebab kesalahan, dan bagaimana cara untuk
membuat terjemahan yang lebih baik, serta memberikan saran untuk penelitian
lebih lanjut.
Download