Bab 7 Nilai Kegiatan Istri Nelayan dalam Mengelola Hasil Tangkapan pada Kehidupannya Istri Nelayan dalam Kegiatan Mengelola Hasil Tangkapan Kegiatan produktif sebagian besar istri nelayan tradisional di Kecamatan Rowosari tidak jauh dari sektor kelautan. Dalam kehidupan ekonomi rumah tangga, istri nelayan tradisional ternyata memegang peranan sentral terkait pengelolaan hasil tangkapan nelayan. Mereka turut terlibat dalam melakukan kegiatan produktif. Tujuan utama keterlibatan istri nelayan tradisional dalam pengelolaan hasil tangkapan nelayan ialah agar memperoleh pendapatan. Dasar pertimbangan istri nelayan untuk ikut melakukan kegiatan produktif telah dipaparkan panjang lebar pada bab sebelumnya. Rendahnya pendapatan suami di tengah kondisi kemiskinan dan kebutuhan yang semakin tinggi serta ketidakpastian perolehan pendapatan suami dari pekerjaan sebagai nelayan merupakan salah satu penyebabnya. Sebenarnya, pilihan untuk menekuni kegiatan produktif oleh istri nelayan tradisional tidak dilakukan pada saat ini saja, karena apabila ditilik ke belakang, pilihan untuk melakukan kegiatan produktif telah dilakukan oleh istri nelayan tradisional sejak lama, bahkan telah diwariskan oleh generasi sebelumnya secara turuntemurun. Warisan keahlian dan keterampilan dari nenek moyang inilah yang kemudian diteruskan oleh generasi sekarang. Jadi, pilihan untuk melakukan kegiatan produktif secara tersurat tidak disebabkan karena dorongan emansipasi perempuan dan kemajuan zaman serta kesempatan kepada perempuan, tetapi dorongan untuk melakukan 173 MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR” kegiatan produktif sejak dahulu telah ada di kampung nelayan karena faktor-faktor ekonomi dan sosial. Seperti telah dijelaskan di atas, aspek sosial ternyata juga memberikan andil bagi beragamnya alasan istri nelayan tradisional untuk melakukan kegiatan produktif. Dengan melakukan kegiatan produktif maka para istri nelayan tradisional tersebut dapat selalu bersosialisasi dengan orang lain, dapat terus mengembangkan diri sehingga kehidupannya menjadi lebih dinamis sekaligus mendapat penghasilan. Faktor lingkungan secara khusus turut memberikan dukungan seperti ketersediaan bahan baku hasil laut untuk diperjualbelikan. Pengetahuan pengolahan hasil tangkapan nelayan di samping diperoleh secara autodidak juga didukung secara langsung atau tidak langsung oleh lingkungan sosial, apalagi pengetahuan tersebut bukan sesuatu yang rumit untuk dipelajari. Karakter khas masyarakat perdesaan yang terbuka kepada rekan dan saudara yang ingin belajar untuk bekerja turut memberikan dukungan. Seperti telah dipahami bersama, kebanyakan masyarakat pesisir memiliki watak keras dan apatis. Hal itu banyak di aplikasikan dalam interaksi sosial di kehidupan. Tidak hanya dalam berkomunikasi dengan menggunakan pilihan bahasa yang terkesan kasar, pola hidup pun juga mengindikasikan nuansa yang keras. Secara tidak langsung kondisi ini melahirkan jiwa apatisme yang tinggi. Dengan pola hidup yang keras, maka masyarakat akan cenderung pragmatis. Namun, ada satu sifat yang ternyata mengikuti watak keras masyarakat pesisir, mereka lebih terbuka dan peduli dengan lingkungan sekitar. Sikap ini merupakan refleksi dari pola kehidupan masyarakat pesisir yang sangat sosial. Bagi masyarakat pesisir, kekhasan kehidupan sosial akan tercermin dalam interaksi sosial antar anggota masyarakat yang hangat dan terjalin, meskipun kadang terjadi konflik sosial tetapi tidak mengkhawatirkan. Namun setidaknya hal ini memberikan pemahaman bahwa karakter khas masyarakat Indonesia yang cenderung sosial dan tidak individualis masih mengakar kuat di masyarakat pesisir. Karakter ini tercermin dalam beragam aktivitas 174 BAB 7 – NILAI KEGIATAN ISTRI NELAYAN DALAM MENGELOLA HASIL TANGKAPAN PADA KEHIDUPANNYA mulai kegiatan pekerjaan yang dilakukan padat karya, kegiatan sosial kemasyarakatan yang selalu rutin dilaksanakan dan lain sebagainya. Terdapat beberapa hal yang ternyata merupakan temuan penting dalam penelitian ini. Salah satu diantaranya terkait dengan alokasi waktu istri nelayan tradisional dalam melakukan kegiatan produktif. Apabila dikaji lebih lanjut, istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif memiliki alokasi waktu bekerja yang lebih lama daripada alokasi waktu kerja suami mereka. Secara rata-rata istri nelayan tradisional akan menghabiskan setengah hari untuk melakukan kegiatan produktif, apapun aktivitasnya, mulai dari bekerja sebagai mengolah ikan, penjual ikan segar dan lain sebagainya. Namun meskipun melakukan kegiatan produktif, para istri nelayan tradisional tidak meninggalkan tugas rumah tangga mereka. Pekerjaan rumah tangga sebagai istri tetap dijalankan seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak dan lain sebagainya atau kegiatan yang meliputi kasur-sumur-dapur rutin mereka kerjakan. Sesekali tugas ini dibantu oleh anggota rumah tangga yang lain. Tingginya alokasi waktu dalam melakukan kegiatan produktif di tengah porsi waktu untuk tetap bekerja sebagai ibu rumah tangga membuat beban tenaga yang dikeluarkan istri nelayan tradisional menjadi lebih berat. Hal inilah yang membuat tidak semua istri nelayan tradisional mampu dan mau untuk melakukan kegiatan produktif. Kegiatan produktif yang dilakukan membutuhkan aktivitas fisik yang terus-menerus. Istri nelayan tradisional melakukan kegiatan produktif karena dorongan untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup ekonomi rumah tangga, namun di sisi lain bekerja sebagai ibu rumah tangga tidak mungkin ditinggalkan. Beratnya pekerjaan ini yang membuat alokasi waktu luang istri nelayan tradisional sangatlah sedikit. Hampir tidak pernah ditemukan istri nelayan yang melakukan kegiatan produktif memiliki waktu untuk menganggur, selalu ada saja aktivitas yang dilakukan. Alasan inilah yang dipakai sebagian istri nelayan tradisional yang lain yang tidak melakukan kegiatan produktif. Mereka tidak melakukan kegiatan produktif dengan dalih pekerjaan rumah tangga 175 MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR” sudah sangat berat dan menguras tenaga. Selain itu, terdapat beberapa aktivitas rumah tangga yang sulit tergantikan seperti merawat anak, memasak dan beberapa jenis pekerjaan rumah tangga yang lain. Secara umum, ketidaksetaraan beban kerja atau alokasi waktu kerja inilah yang menjadikan para istri nelayan tradisional seakan-akan dieksploitasi. Tenaganya dipergunakan terus menerus untuk melakukan kegiatan produktif dan mengerjakan pekerjaan harian rumah tangga. Hampir tidak ada waktu luang yang dapat digunakan untuk beristirahat dengan cukup. Istri nelayan tradisional seolah-olah menjadi orang yang tidak pernah beristirahat dan selalu dieksploitasi untuk mendukung kehidupan ekonomi rumah-tangganya. Benarkah istri nelayan tradisional dieksploitasi oleh anggota rumah-tangganya khususnya oleh suami? Perlu kiranya dipahami apa itu eksploitasi. Eksploitasi memiliki dua arti yakni (a) penghisapan atau (b) usaha mengambil manfaat (Yayasan Cipta Loka, 1973 : Ensiklopedi Politik Pembangunan Pancasila). Selanjutnya dijelaskan bahwa eksploitasi memiliki orientasi memperlakukan orang lain demi kepentingannya sendiri. Usaha mengambil manfaat berarti perlakuan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri sebanyak banyaknya. Korvinus (2006) menyatakan mengenai konsep eksploitasi sebagai berikut: Exploitation is commonly decribed as the attempt to obtain as much as possible, to abuse and specifically in relation to a person, to put (a person) to work under unfavourable conditions in order to gain as much profit as possible. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa karakteristik mengenai pengertian eksploitasi yakni: (a) perlakuan sewenang wenang, (b) adanya unsur paksaan sehingga menyebabkan hilangnya kebebasan seseorang, (c) orientasi untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya, (d) perlakuan demi kepentingan ekonomi dan atau politik. Namun, terdapat satu nilai yang ternyata irrasional. Istri nelayan yang secara teknis harus melakukan dua tanggung jawab dan tidak memiliki waktu luang ternyata tidak merasa bahwa mereka dieksploitasi. Mereka menganggap apa yang dilakukan adalah sebuah 176 BAB 7 – NILAI KEGIATAN ISTRI NELAYAN DALAM MENGELOLA HASIL TANGKAPAN PADA KEHIDUPANNYA kewajiban, sehingga tidak sedikitpun mereka akan mengeluh dengan apa yang sudah dilakukan. Istri nelayan tradisional menganggap bahwa aktivitas yang dilakukan adalah sesuatu yang memang harus dilakukan dalam kehidupan rumah tangga. Aktivitas yang dilakukan oleh istri nelayan tradisional baik dalam peran sebagai perempuan yang melakukan kegiatan produktif maupun sebagai ibu rumah tangga dapat dilaksanakan dengan baik. Meskipun keduanya bersifat subsisten. Ini sangat memberikan arti bahwa bisa jadi istri nelayan tradisional lebih produktif dari suaminya. Mereka tidak hanya mengambil peran sebagai ibu rumah tangga namun juga ibu yang melakukan kegiatan produktif dan bagian dari masyarakat komunal. Interaksi yang dibangun istri nelayan tradisioanl secara filosofis dapat disebutkan tidak hanya sebagai interaksi kasursumur-dapur atau aktivitas kerumahtanggaan saja. Nilai Pengembangan Diri Istri Nelayan Di atas telah dijelaskan bahwa seolah-olah istri nelayan tradisional adalah pihak yang selalu dieksploitasi dalam aktivitas rumah tangga. Istri nelayan tradisional menjalankan segala aktivitas yang menguras tenaga dan waktu. Namun terlepas dari itu, berdasarkan pernyataan beberapa istri nelayan tradisional, segala aktivitas yang dilakukan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Aktivitas yang dilakukan merupakan bentuk tanggung jawab sebagai anggota rumah tangga. Hampir tidak pernah ditemukan para istri nelayan tradisional yang bekerja mengeluh karena beratnya aktivitas yang mereka jalani. Keluhan banyak muncul pada faktor-faktor teknis terkait kegiatan produktifnya seperti ketiadaan bahan baku, ketidakpastian hasil dari pekerjaan suaminya sebagai nelayan, sulitnya nelayan memprediksi cuaca atau kondisi iklim yang sering menyulitkan kegiatan nelayan melaut serta minimnya bantuan dan pembinaan kepada mereka. Adalah suatu hal yang tabu apabila ditemukan istri nelayan tradisional banyak memiliki waktu luang untuk beristirahat atau 177 MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR” menganggur, selalu saja ada aktivitas yang dilakukan baik itu yang bersifat produktif maupun non produktif. Bagi sebagian besar istri nelayan tradisional menyatakan bahwa menganggur adalah suatu hal yang tidak wajar. Berikut petikan wawancara yang dilakukan dengan salah satu informan istri nelayan yang bekerja pada bulan Oktober 2013: “...Nak wong wedok nganggur niku kan saru to mas. Mesti wonten mawon ingkang dilako’ake. Nopo nyapu, resik-resik omah. Pokoke wong wedok niku mboten iso nganggur. Nak nganggur malah kesel, makane mending kerjo menyang pasar. Mboten kesel, ketemu koncone seneng. Nak nganggur teng omah malah bosen ...” ( Kalau perempuan menganggur itu kan tidak baik mas. Seharusnya ada saja yang dikerjakan. Seperti menyapu, bersih-bersih rumah. Pokoknya perempuan itu tidak bisa menganggur. Kalau menganggur malah capai, makanya lebih baik kerja di pasar. Tidak capai, bertemu temannya senang. Kalau menganggur di rumah malah bosan...). Hasil kutipan wawancara di atas menyuratkan sebuah keadaan yang sifatnya paradoks dalam kaitannya dengan kehidupan istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif. Bagi istri nelayan tradisional melakukan kegiatan produktif merupakan wahana untuk menumpahkan ide, gagasan dan aspirasi. Dalam pandangan mereka, melakukan kegiatan produktif merupakan media sosial. Apabila menganggur maka mereka akan merasa bosan, bahkan akan tersiksa. Memang tidak bisa disamaratakan bahwa sifat dasar perempuan itu rajin. Namun terlepas daripada itu, melakukan kegiatan produktif bagi sebagian istri nelayan tradisional merupakan salah satu kewajiban yang penting. Kondisi ini yang menyebabkan pola pikir dan cara pandang istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif menjadi lebih berkembang dibandingkan istri nelayan tradisional yang tidak melakukan kegiatan produktif. Istri nelayan tradisional ternyata dapat menuangkan ide, kreativitas dengan variasi-variasi gagasan dalam melakukan kegiatan produktif mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, serta dapat mengambil keputusan-keputusan penting 178 BAB 7 – NILAI KEGIATAN ISTRI NELAYAN DALAM MENGELOLA HASIL TANGKAPAN PADA KEHIDUPANNYA sehingga dapat mendukung dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Komunikasi dan mental juga lebih terasah karena melakukan kegiatan produktif memungkinkan terjadinya proses pembelajaran informal bagi para isrri nelayan tradisional. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara rumah tangga nelayan tradisional yang istrinya melakukan kegiatan produktif dengan rumah tangga nelayan tradisional yang istrinya tidak melakukan kegiatan produktif. Dari sisi pendapatan rumah tangga serta kondisi perekonomian jelas sangat terlihat. Rumah tangga nelayan tradisional yang istrinya melakukan kegiatan prodktif tentu saja taraf ekonominya lebih baik. Rumah tangga nelayan tradisional yang istrinya melakukan kegiatan produktif lebih memungkinkan istri turut memegang peranan penting dalam kehidupan rumah tangga. Karakteristik kegiatan produktif menuntut pengambilan keputusan penting, komunikasi, kecekatan serta kemampuan dalam teknis pengolahan menjadi dasar berkembangnya peran istri nelayan tradisional. Berbeda dengan aktivitas suami atau nelayan, terlebih dengan aktivitas rumah tangga yang dilakukan istri yang tidak melakukan kegiatan produktif. Pekerjaan yang dilakukan nelayan tradisional relatif lebih sedikit membutuhkan kecakapan atau komunikasi dan kemampuan negoisasi serta kreativitas. Kebanyakan nelayan tradisional bekerja sebagai buruh nelayan atau Anak Buah Kapal, sehingga proses pengambilan keputusan seringkali diambil oleh pimpinan atau juragan. Tanggung jawab yang besar akan suatu unit usaha, sesederhana apa pun kegiatan produktif tersebut, maka istri nelayan tradisional dituntut memiliki kemampuan ekstra. Inilah yang menjadi salah satu dasar dalam bekerja mengelola hasil tangkapan. Istri nelayan tradisional justru mengembangkan diri dan cukup berhasil untuk berkembang dalam kehidupannya. Perbedaaan jenis kegiatan produktif secara jelas terlihat dari aktivitas istri nelayan dan suami atau nelayan tradisional, seperti dijelaskan dalam pernyataan di atas. Kegiatan produktif yang dilakukan suami atau nelayan tradisional cenderung lebih sedikit membutuhkan kecakapan dalam berkomunikasi dan pengambilan 179 MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR” keputusan usaha dibanding kegiatan produktif yang dilakukan istri nelayan tradisional. Kegiatan produktif yang dilakukan istri nelayan tradisional sangat memerlukan kedua hal di atas. Setiap harinya istri nelayan tradisional akan bertemu dengan berbagai macam orang, karena kegiatan produktif yang dilakukan apapun variasinya adalah terkait dengan produksi dan pemasaran. Aktivitas tersebut sangat memerlukan pengambilan keputusan dengan cepat. Sebagai contoh, istri nelayan tradisional harus dapat memutuskan dengan cepat tentang berapa jumlah bahan baku yang akan dibeli pada hari itu. Kemampuan memperkirakan juga sangat diasah dalam hal ini. Misalnya, istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif sebagai penjual ikan segar atau ngeber, mereka tentu saja harus dapat menentukan berapa yang harus dibeli agar pada hari itu juga habis terjual tanpa ada sisa ikan yang akan menyebabkan kerugian. Tidak hanya itu, aktivitas kegiatan produktif yang dilakukan juga seringkali harus berhubungan dengan konsumen secara langsung. Inilah yang menyebabkan karakteristik jenis kegiatan produktif mereka lebih membutuhkan kecakapan komunikasi dan pengambilan keputusan usaha yang detail. Ketika berinteraksi dengan konsumen, para istri nelayan tradisional harus cepat dalam mengambil keputusan kaitannya dengan tawar-menawar. Disinilah letak urgensi aktivitas yang dilakukan oleh istri nelayan tradisional. Apa yang dilakukan istri nelayan tradisional sesungguhnya mencerminkan implementasi dari pengembangan diri atas potensi yang mereka miliki. Coovey (1993) menyebut setidaknya terdapat empat (4) macam potensi diri setiap orang yakni: (a) kesadaran diri, (b) hati nurani, (c) kehendak bebas dan (d) imajinasi kreatif. Kesadaran diri mencerminkan kemampuan seseorang melakukan penilaian dirinya sendiri, pemikirannya, perilaku maupun kebiasaan-kebiasaanya di dalam keseluruhan hidupnya. Hati nurani merupakan sarana atau alat pemberi arah perilaku hidup seseorang. Kehendak bebas mencerminkan kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan secara mandiri tanpa intervensi orang lain. Imajinasi kreatif merupakan 180 BAB 7 – NILAI KEGIATAN ISTRI NELAYAN DALAM MENGELOLA HASIL TANGKAPAN PADA KEHIDUPANNYA kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan dan atau gagasan secara kreatif. Rangkuman Segala aktivitas kerumahtanggaan yang dilakukan istri nelayan tradisional sejatinya ditujukan untuk membantu kehidupan rumah tangga menjadi lebih baik. Tujuan ini berpadu dengan keinginan untuk beraktualisasi diri dengan masyarakat melalui kegiatan produktif. Sepintas, apa yang dilakukan oleh istri nelayan tradisional tak ubahnya seperti eksploitasi, akan tetapi, para istri nelayan tradisional yang melakukan kegiatan produktif tidak pernah merasa dieksploitasi. Mereka menganggap ini adalah bentuk tanggung jawab. Apabila hanya bekerja di rumah maka mereka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan mengandalkan hasil melaut suami yang tidak tentu. Tidak cukup sampai disini, para istri nelayan tradisional juga menganggap bahwa perempuan jika tidak melakukan kegiatan produktif itu adalah hal yang aneh. Sudah seharusnya perempuan tidak boleh malas. Aktivitas pekerjaan rumah tangga nelayan yang banyak menyita waktu dan menguras fisik tidak dianggap sebagai beban. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa mereka memiliki keterbatasan pengetahuan dan kemampuan sehingga wajar bila pekerjaan yang dilakukan memang berat secara fisik serta menguras banyak waktu. Kondisi inilah yang membuat para iatri nelayan tradisional terutama yang melakukan kegiatan produktif memiliki peran sangat sentral dalam kehidupan rumah tangga. Dengan melakukan kegiatan produktif mereka tidak hanya berada pada lingkungan rumah tangga tetapi juga di lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal. Mereka juga hidup di lingkungan kegiatan produktif. Aktivitas kegiatan produktif yang dilakukan juga menuntut keterampilan atau setidaknya kemampuan berkomunikasi dengan baik, kecakapan mengelola usaha, kemampuan mengambil resiko bisnis walaupun dalam skala kecil. Hal inilah yang membuat peran istri nelayan tradisional lebih cenderung mengembangkan diri dibandingkan merasa dieksploitasi. 181 MELAMPAUI “KASUR - SUMUR - DAPUR” 182