1 ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG

advertisement
1
ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG
BESAR PENERIMA (Wholesaler Receiver) DARI DAERAH SENTRA
PRODUKSI BOGOR KE PASAR INDUK RAMAYANA BOGOR
Oleh
Euis Dasipah
Abstrak
Tujuan tataniaga ikan patin yang dilakukan oleh pedagang ikan patin di
Pasar Induk Ramayana Bogor baik pedagang besar penerima maupun pedagang
besar penyebar yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Khususnya
pada pedagang besar penerima, baik per pengiriman maupun per ton terdapat ratarata keuntungan yang sama karena pengamatan yang dilakukan hanya
memfokuskan pada daerah sentra produksi Bogor.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin
dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang
tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati
oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif
terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam
bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae,
ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“
tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen
rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai,
rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan
potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
2
Walaupun permintaan di tingkalt pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air
tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila
pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh
terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan.
Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir tak ada masalah,
prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan
komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah
satu peluang usaha bisnis yang cerah.
Ikan patin yang dibawa oleh pedagang dari daerah sentra produksi di Jawa
Barat umumnya dipasarkan dengan harga rata-rata Rp. 8.050,-/kg. Ikan patin dari
Jawa Barat tersebut berasal dari daerah sentra produksi Bogor, Sukabumi, dan
Purwakarta, sehingga biaya yang dikeluarkan juga berbeda. Biaya-biaya tersebut
antara lain untuk membeli ikan patin dari petani dan tengkulak, tenaga kerja,
transportasi, retribusi, dan biaya lainnya.
Menurut Dasipah (2004), besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan akan
berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diterima, sehingga semakin besar
biaya yang dikeluarkan dalam tataniaga ikan patin akan semakin sedikit
keuntungan yang diterima oleh pedagang besar penerima.
1.2. Identifikasi Masalah
Dalam kegiatan ekonomi, tujuan tataniaga ikan patin yang dilakukan oleh
pedagang ikan patin di Pasar Induk Ramayana Bogor
baik pedagang besar
penerima maupun pedagang besar penyebar yaitu untuk mendapatkan keuntungan
yang maksimal. Khususnya pada pedagang besar penerima, mereka tak jarang
harus menjual produknya pada tingkat harga yang setelah dihitung mereka justru
mengalami kerugian. Hal ini terjadi terutama pada saat musim panen yang
biasanya antara daerah sentra produksi satu dan yang lainnya hampir bersamaan
waktu panennya seperti yang terjadi pada daerah sentra produksi di Jawa Barat.
Posisi pedagang besar penerima di Pasar Induk Ramayana Bogor lemah
sehingga mereka tidak bisa berbuat banyak untuk mempertahankan harga yang
diinginkan dan mendapat keuntungan. Dari beberapa pedagang jika keadaan ini
terjadi mereka lebih memilih rugi dari pada harus membawa kembali ikan patin
3
yang akan dijual, sebab hal tersebut akan menambah biaya yang dikeluarkan
untuk menyimpan ikan patin agar kondisinya tetap baik sampai harga membaik
dan mereka tidak mempunyai fasilitas seperti kolam penampungan yang cukup
memadai.
Keuntungan yang akan diterima oleh pedagang besar penerima khususnya
dari daerah sentra produksi wilayah Bogor tentunya akan berbeda tergantung dari
besarnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaannya. Perbedaaan biaya dan
penerimaan disebabkan perbedaan kuantitas atau volume penjualan ikan patin
dan harga jual ikan patin tersebut.
Dari latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hubungan biaya yang dikeluarkan dalam tataniaga ikan patin
dengan keuntungan yang diterima oleh pedagang besar penerima dari daerah
sentra produksi di Bogor ?
2. Apakah ada perbedaan keuntungan pada tataniaga ikan patin yang diterima
oleh pedagang besar penerima dari daerah sentra produksi di Bogor ?
II. PEMBAHASAN
Kegiatan Tataniaga
Kegiatan tataniaga ikan patin dilakukan dari pukul 06.00 sampai dengan
pukul 18.00, sedangkan pemasukan ikan patin dari daerah sentra produksi ke
Pasar Induk Ramayana dilakukan selama 24 jam. Ikan patin yang masuk ke Pasar
Induk Ramayana Bogor paling banyak pada malam hari dan keluar setelah ikan
patin terjual. Setiap harinya perputaran ikan patin masuk dan keluar mencapai 50
ton. Sebagian besar ikan patin yang di pasok ke Pasar Induk Ramayana Bogor
berasal dari daerah sentra produksi Bogor.
Intensitas pedagang besar penerima menjual ikan patinnya ke Pasar Induk
Ramayana Bogor berbeda-beda. Umumnya pada musim panen penjualan ikan
patin pedagang besar penerima ke Pasar Induk Ramayana Bogor intensitasnya
tinggi. Pedagang besar penerima dari daerah sentra produksi bogor, pada musim
panen hampir setiap hari dalam sebulan melakukan penjualan ikan patinnya di
Pasar Induk.
4
2.1.1. Lembaga Tataniaga
Dalam tataniaga terlibat beberapa badan atau perorangan mulai dari
produsen,
lembaga-lembaga
perantara,
dan
konsumen.
Karena
terdapat
kesenjangan (informasi, ruang, waktu pemilikan, bentuk dan seterusnya) antara
produsen dan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan
kehadirannya untuk menjembatani kesenjangan-kesenjangan antara titik produksi
dan titik konsumsi tersebut.
Badan-badan
atau lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kegiatan
tataniaga yang dapat memperlancar arus komoditas dari produsen sampai
konsumen melalui berbagai kegiatan atau fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan
fungsi penunjang disebut sebagai perantara (middlemen, atau intermediary).
Badan-badan ini dapat berbentuk perorangan, perserikatan atau perseroan.
Lembaga tataniaga yang terlibat di Pasar Induk Ramayana Bogor antara lain
pedagang besar pengumpul, pedagang besar penyalur, dan calo.
1. Pedagang besar penerima atau wholesaler receive
Yaitu pedagang yang membeli ikan patin dari petani dan pedagang
pengumpul atau tengkulak dalam jumlah yang besar dan menjualnya kembali
ke pedagang besar lainnya yang berada di Pasar Induk Ramayana Bogor dan
tidak menjual ke pedagang pengecer dan konsumen akhir.
Dari pedagang besar penerima, 80 % pedagang besar penerima hanya
menjual produknya ke Pasar Induk Ramayana Bogor dan lebihnya yaitu 20 %
menjual produknya ke Pasar Induk Ramayana Bogor dan ketempat lain seperti
ke Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok seperti tertera pada tabel 1.
Tabel 1. Tempat Penjualan Ikan Patin oleh Pedagang Besar Penerima dari
Daerah Sentra Produksi Bogor, Tahun 2006.
Tempat Penjualan
Jumlah
Persen (%)
Pasar Induk Ramayana Bogor (PIRB)
12
80
PIRB dan Tempat Lainnya
3
20
Total
15
100
5
Dari tabel tersebut di atas, terlihat bahwa alasan responden menjual
produknya ke Pasar Induk Ramayana Bogor antara lain karena tempatnya
dekat dan mudah terjangkau, merupakan sentral di wilayahnya, cepat terjual,
dan harga sesuai dengan harga yang berlaku saat itu.
2. Pedagang Besar Penyebar
Yaitu pedagang besar yang membeli ikan patinnya dari pedagang besar
pengumpul dalam jumlah besar dan dijual kembali kepada pedagang pengecer
dan konsumen akhir secara eceran.
3. Calo atau Perantara
Yaitu orang yang menghubungkan antara penjual dan pembeli, dan
memperoleh keuntungan dari selisih harga ikan patin yang ditawarkan oleh
pedagang besar pengumpul dan harga ikan patin yang mereka tawarkan ke
pedagang besar penyebar.
Calo tersebut biasanya merupakan kelompok yang terdiri dua sampai enam
orang yang masing-masing mempunyai tugas yaitu mencari pembeli dan
menawarkan ikan patin dari pedagang besar pengumpul, mencarikan tempat
parkir agar tidak terlalu jauh dengan toko yang sudah menjadi langganannya,
dan menjaga truk agar ikan patinnya tidak dibongkar oleh calo yang lainnya.
Dari hasil penjualan ikan patin milik pedagang ikan patin pengumpul
tersebut, pendapatan masih harus dikurangi untuk membayar kuli bongkar
muat yang ditanggung oleh calo dan pedagang ikan patin yang membeli ikan
patin tersebut, baru kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara
anggotanya.
Lembaga perantara selain calo yang hampir sama tugasnya dengan calo,
oleh pedagang di Pasar Induk Ramayana Bogor disebut pengurus. Tugas
pengurus menjual ikan patin sesuai dengan harga yang ditentukan oleh
pedegang besar penerima dan mereka memperoleh komisi sebesar Rp.
11.500,- /ton untuk ikan patin dari daerah sentra produksi Bogor. Kelompok
pengurus biasanya terdiri dari dua sampai lima orang.
6
2.1.2. Saluran Tataniaga
Seperti diketahui bahwa pergerakan barang dari produsen ke
konsumen merupakan jasa daripada lembaga-lembaga tataniaga yang
terlibat didalamnya. Dengan demikian lembaga-lembaga tatniaga itu yang
merupakan badan-badan perantara (middlemen) adalah merupakan
saluran-saluran arus pergerakan dari barang-barang yang diperdagangkan.
Jika ada lembaga tataniaga yang bekerja secara tidak efisien dan efektif
maka sudah pasti ada saluaran yang akan tersumbat atau merupakan
hambatan dari pengaliran barang.
Perbedaan kondisi alam dari suatu daerah dengan daerah lain
mengakibatkan timbulnya perbedaan saluran tataniaga dari daerah yang
bersangkutan. Ikan patin yang berada di Pasar Induk Ramayana Bogor
melalui saluran tataniaga seperti pada Gambar 1. berikut ini :
1. Petani
Pedagang besar penerima
Pedagang pengecer
2. Petani
Pengumpul/tengkulak
Pedagang besar penyebar
Pedagang besar penyebar
Konsumen
Pedagang besar penerima
Pedagang pengecer
konsumen
Gambar 1. Tipe saluran tataniaga ikan patin yang terdapat di Pasar
Induk Ramayana Bogor
Pada gambar 1. ada dua tipe saluran tataniaga ikan patin yang ada di Pasar
Induk Ramayana Bogor. Pada tipe saluran tataniaga ikan patin nomor 2. tampak
bahwa ikan patin yang dibeli oleh pedagang besar penerima berasal dari petani
dan pedagang pengumpul atau tengkulak.
2.2. Analisis Tataniaga Ikan Patin di Tingkat Pedagang Besar Penerima
dari Daerah Sentra Produksi Bogor ke Pasar Induk Ramayana Bogor.
2.2.1. Biaya Tataniaga Ikan Patin
7
Biaya tataniaga ikan patin di tingkat pedagang besar pengumpul terdiri
dari biaya ikan patin, tenaga kerja, transportasi, retribusi pasar, dan biaya lainnya.
1. Biaya ikan patin
Biaya ikan patin terdiri dari biaya untuk pembelian ikan patin dan biaya
kemasan ikan patin. Berdasarkan harga dasar ikan patin di tingkat petani dan
tengkulak yaitu dari harga Rp. 8.050,- sampai Rp. 8.395,-. Berdasarkan hasil
penelitian biaya pembelian ikan patin merupakan biaya terbesar dalam tataniaga
ikan patin di tingkat pedagang besar penerima yaitu sebesar 95,96 % dari
seluruh biaya tataniaga ikan patin.
Biaya ikan patin yang terakhir yaitu kemasan, umumnya kemasan yang
digunakan daerah sentra produksi Bogor adalah plastik dengan kapasitas 25 kg.
Harga rata-rata plastik tersebut Rp. 575,- / kantung.
2. Biaya Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pedagang besar penerima rata-rata
delapan orang dengan upah rata-rata Rp. 17.250,-/ hari. Pekerjaan mereka
antara lain mengumpulkan ikan patin dari petani dan pedagang pengumpul.
Biaya tenaga kerja besarnya 1,20 % dari seluruh biaya tataniaga yang
dikeluarkan dalam tataniaga ikan patin yang dilakukan oleh pedagang besar
penerima satu kali penjualan ikan patin ke Pasar Induk Ramayana Bogor.
3. Biaya Transportasi
Biaya transportasi yang besarnya 1,87 % dari seluruh biaya tataniaga
terdiri biaya sewa kendaraan, ongkos supir dan kenek, bahan bakar, dan uang
tol. Sewa kendaraan dihitung per kuintal untuk pedagang besar penerima dari
daerah sentra produksi Bogor. Biaya sewa kendaraan tergantung pada jarak dan
kondisi jalan dari daerah produksi ke Pasar Induk Ramayana Bogor.
Rata-rata biaya transportasi keseluruhan yang dikeluarkan dari daerah
sentra produksi Bogor sampai ke Pasar Induk Ramayana Bogor adalah Rp.
287.500,- untuk truk dengan kapasitas 2 ton.
4. Biaya Lain-lain
Baya lain-lain yang besarnya 0,97 % antara lain untuk retribusi pasar, calo,
konsumsi selama perjalanan dari daerah sentra produksi ke Pasar Induk
8
Ramayana Bogor, pak ogah, dan preman yang ada di Pasar Induk Ramayana
Bogor.
Untuk lebih jelasnya komposisi biaya tataniaga ikan patin yang
dikeluarkan oleh pedagang responden dalam satu kali penjualan ikan patin ke
Pasar Induk Ramayana Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Biaya Tataniaga Ikan Patin di Tingkat Pedagang Besar
Penerima dari Daerah Sentra Produksi Bogor ke Pasar Induk Ramayana
Bogor, Februari, 2006.
Daerah Sentra
Biaya Ikan
Tenaga
Transport
Lain-lain
Total Biaya
Biaya
Produksi
Patin (Rp)
Kerja (Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp/ton)
Bogor
161.460.000
2.021.250
3.139.500
1.633.805
168.251.555
8.412.578
Persen (%)
95,96
1,20
1.87
0.97
100
Dari Tabel 2. terlihat bahwa total biaya dan biaya per ton pada tataniaga
ikan patin yang dikeluarkan oleh pedagang besar penerima dari daerah sentra
produksi Bogor adalah sebesar Rp168.251.555,- dan Rp.8.412.578,-.
2.2.2. Penerimaan Tataniaga Ikan Patin
Penerimaan pedagang besar penerima diperoleh dari hasil penjualan ikan
patin. Besarnya penerimaan merupakan perkalian antara harga jual ikan patin
dengan volume ikan patin yang dijual, oleh karena itu besar kecilnya penerimaan
pedagang besar penerima di Pasar Induk Ramayana Bogor sangat dipengaruhi
oleh volume penjualan ikan patin oleh pedagang besar penerima. Rata-rata
penerimaan per ton yang diterima oleh pedagang besar dari daerah sentra produksi
Bogor sebesar Rp8.912.500,-.
Rata-rata penerimaan tataniaga ikan patin dalam satu kali penjualan dan
per ton yang diterima pedagang besar dari daerah sentra produksi Bogor, dapat
dilihat pada Tabel 3.
9
Tabel 3. Rata-rata Penerimaan Tataniaga Ikan Patin di Tingkat Pedagang Besar
penerima dari Daerah Sentra Produksi Bogor ke Pasar Induk Ramayana
Bogor, Februari, 2006.
Daerah Sentra
Harga Jual
Volume
Penerimaan
Penerimaan
Produksi
(Rp/Kg)
(Kg)
(Rp)
(Rp/Ton)
Bogor
8.912,5
23.000
178.250.000
8.912.500
Dari Tabel 3. terlihat bahwa harga jual pedagang dari daerah sentra
produksi Bogor umumnya adalah Rp.8.912,5,- dengan total penerimaan per
tonnya adalah Rp8.912.500,-.
2.2.3. Keuntungan Tataniaga Ikan Patin
Keuntungan tataniaga diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya-biaya
yang telah dikeluarkan, demikian pula pada yang terjadi pada tataniaga ikan patin.
Keuntungan tataniaga ikan patin yang diterima oleh pedagang besar penerima dari
daerah sentra produksi Bogor merupakan selisih dari penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan pedagang besar penerima. Keuntungan pada tiap pedagang besar
penerima tidak sama besarnya tergantung pada biaya yang dikeluarkan, harga jual
ikan patin, dan volume ikan patin yang dijual.
Biaya dan harga jual ikan patin dipengaruhi kondisi ikan patin dan ukuran
ikan patin rata-rata yang akan dijual. Semakin baik kondisi ikan patin akan
meningkatkan harga jual, sedangkan ukuran ikan patin yang semakin besar
mempengaruhi naiknya harga jual ikan patin.
Rata-rata keuntungan tataniaga ikan patin yang diterima pedagang besar
penerima dari daerah sentra produksi Bogor dalam sekali penjualan ikan patin ke
Pasar Induk Ramayana Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Keuntungan Tataniaga Ikan Patin Dalam Sekali Penjualan Ikan
Patin di Tingkat Pedagang Besar Penerima dari Daerah Sentra Produksi
Bogor ke Pasar Induk Ramayana Bogor, September 2001.
Daerah Sentra
Total Biaya
Total Penerimaan
Total Keuntungan
Keuntungan
Produksi
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp/ton)
10
Bogor
168.251.555
178.250.000
9.998.445
499.922,25
Dari Tabel 4. terlihat bahwa keuntungan per penjualan yang diterima oleh
pedagang dari daerah sentra produksi Bogor sebesar Rp.9.998.445,- dan
keuntungan per ton yang diterima pedagang dari daerah sentra produksi Bogor
adalah sebesar Rp499.922,25,-.
2.2.4. Marjin Tataniaga Ikan Patin
Marjin tataniaga ikan patin terjadi karena adanya lembaga tataniaga yang
terlibat dalam tataniaga ikan patin di Pasar Induk Ramayana Bogor. Marjin
tataniaga ikan patin yaitu selisih harga beli dan harga jual ikan patin. Pada ikan
patin di Pasar Induk Ramayana Bogor lembaga tataniaga yang terlibat yaitu calo
atau perantara. Adanya calo di Pasar Induk Ramayana Bogor sangat membantu
karena calo mempercepat proses jual beli dari pedagang besar penerima ke
pedagang besar penyebar. Tetapi di sisi lain keberadaan calo menyebabkan
penyusutan volume ikan patin yang akan dijual pedagang besar penerima ke
pedagang besar penyebar dan hal ini akan mempengaruhi besarnya marjin
tataniaga ikan patin yang akan diterima oleh pedagang besar penerima.
Penyusutan terjadi karena kegiatan calo dalam memasarkan ikan patin
menggunakan sampel yang diambil ikan patin yang dibawa oleh pedagang besar
penerima. Selain penyusutan faktor waktu juga dapat mempengaruhi marjin
tataniaga ikan patin di Pasar Induk Ramayana Bogor. Tetapi hal ini jarang terjadi
dan dialami oleh pedagang besar penerima kecuali pada saat panen raya. Faktor
waktu ini akan mempengaruhi harga Rp. 115,-/Kg. Marjin tataniaga ikan patin di
tingkat pedagang besar penerima dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Marjin Tataniaga Ikan Patin di Tingkat Pedagang Besar
Penerima dari Daerah Sentra Produksi Bogor, September 2001.
Daerah Sentra
Beli
Jual
Marjin
Marjin Total
Setelah Susut
Produksi
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp)
(Rp)
Bogor
8.050
8.912,5
862,5
17.250.000
17.041.850
11
Dari Tabel 5. terlihat bahwa marjin tataniaga dan marjin total yang
diterima oleh pedagang besar penerima dari daerah sentra produksi Bogor adalah
sebesar Rp.862,5,- untuk marjin tataniaga ikan patin dan sebesar Rp17.250.000,untuk marjin total ikan patin yang diterima pedagang besar penerima dari daerah
sentra produksi Bogor.
III. KESIMPULAN
Biaya tataniaga ikan patin per pengiriman yang dikeluarkan oleh pedagang
besar penerima terhadap keuntungan tataniaga ikan patin, secara keseluruhan
untuk biaya ikan patin, tenaga kerja, dan transportasi berpengaruh positif terhadap
keuntungan atau akan menambah keuntungan, sedangkan biaya-biaya lain
berpengaruh negatif atau akan mengurangi keuntungan.
Pada tataniaga ikan patin baik per pengiriman maupun per ton terdapat
rata-rata keuntungan yang sama karena pengamatan yang dilakukan hanya
memfokuskan pada daerah sentra produksi Bogor dengan mengabaikan daerah
sentra produksi lainnya atau variabel lainnya (ceteris paribus).
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius) Dengan
Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1), 1987:
42 - 47.
Dasipah, Euis. 2005. Tataniaga Pertanian. Diktat. Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Unisma Bekasi. Bekasi.
Martin, dkk. 1999. Ikan Patin (Pangasius pangasius). Website. www. google
.co.id. materi isian komoditas perikanan. Bogor
Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya, 1999
Download