“TEKNOLOGI KITA SUDAH PUNYA, TINGGAL DI ADOPSI DARI PERUSAHAAN...” Usaha budidaya perikanan ikan patin di desa Koto Masjid sangat berkembang pesat. Hingga saat ini telah ada sekitar 776 kolam ikan patin, dengan total luas kurang lebih sekitar 42 hektar. Di mana setiap harinya bisa menghasilkan ikan patin segar antara 3 sampai 4 ton setiap hari. (foto : int) PEKANBARU, BALITBANG RIAU, 28/12/2016. Pekanbaru, Balitbang – Industri hilir dari usaha perikanan di Riau terus menunjukkan geliatnya. Bahkan memiliki prospek baik dari perikanan tawar maupun laut. Industri hilir seperti nuget ikan sangat disukai pasar. Namun sayang, dari segi kemasan masih belum mendukung sehingga perlu campur tangan pemerintah agar industri hilir perikanan bisa berkembang dengan luas di Riau. Ketua Jurusan Teknologi Pengolahan Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Riau Prof Dewita Bukhairi menjelaskan teknologi pengolahan perikanan di Riau saat ini sudah memadai. “Kami telah melakukan pembinaan industri hilir di desa Koto Masjid, kecamatan XIII Koto Kampar yang hingga kini masih eksis, hasilnya penganekaragaman produk perikanan sangat menjanjikan,” jelasnya. Usaha budidaya perikanan ikan patin di desa Koto Masjid sangat berkembang pesat. Hingga saat ini telah ada sekitar 776 kolam ikan patin, dengan total luas kurang lebih sekitar 42 hektar. Di mana setiap harinya bisa menghasilkan ikan patin segar antara 3 sampai 4 ton setiap hari. Selain menghasilkan ikan patin segar, Desa Koto Mesjid juga menghasilkan : bibit ikan patin, olahan salai ikan patin, kerupuk ikan patin, dan juga nugget ikan patin. Khusus olahan salai ikan patin, dari bahan asal 3 ton ikan patin, akan mneghasilkan 1 ton ikan patin salai. Untuk nugget, sementara ini produksinya sekitar 60 kg setiap kali produksi. Demi menunjang peningkatan ekonomi masyarakat desa Koto Mesjid Khususnya, saat ini telah dibangun sentra pengolahan ikan patin dengan kebutuhan lahan sekitar 3 hektar yang mampu menyerap seluruh panen ikan patin Desa Koto Mesjid yang selalu meningkat. Ikan Patin memiliki prospek yang besar. (foto : int) Awalnya, kata Dewita pihaknya memberikan pendampingan dari petani ikan patin untuk mengembangkan industri hilir seperti nuget ikan patin. “Mulanya masyarakat sempat ragu sebab sebagian besar ikan patin yang dibudidayakan hanya untuk dijual. Setelah kami tunjukkan manfaat lainnya, Alhamdulillah akhirnya binaan kami hingga kini terus memproduksi nuget ikan patin,” katanya. Menurut Dewita ada kendala dalam industri hilir ikan patin salah satunya sulit menembus akses di pasar– pasar modern seperti mini market. “Padahal potensinya besar. Karena itulah campur tangan pemerintah di sana perlu sehingga perkembangan UKM industri hilir ikan patin dapat tumbuh dengan baik,” imbuhnya. Nuget Ikan Patin dari desa Koto Masjid kabupaten Kampar. (foto : int) Dewita mengaku penetrasi pemerintah sangat penting karena home industri ikan patin masih banyak perlu pendampingan dari pemerintah. “Kita masuk ke sana tahun 2001 karena itu dalam perkembangannya home industri yang sebagian besar ibu rumah tangga itu terkendala dalam hal pengemasan termasuk juga dukungan teknologi dan izin yang sesuai standar BPOM dan MUI sehingga dengan adanya legalitas usaha hilirisasi perikanan akan semakin kuat,” ungkapnya. (Shinta Utiya Syah)