6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1. Pengertian prestasi belajar Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sebagai tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain hasil dari belajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Slameto (2003:2), Suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ada beberapa pendapat para ahli lainya tentang definisi tentang belajar. Cronbach “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience” (Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman), Harold Spears “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction” (Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan) dan Geoch “Learning is a change in performance as a result of practice” (Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek).(dalam Nasution, 2008:20). Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain 7 sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Menurut Alsa, (dalam Ghufron&Risnawita,2012:4)Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Menurut Djamarah (2004:97), Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, atau diciptakan secara individu maupun secara kelompok. Pendapat ini berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan kegiatan. Sedangkan belajar menurut Skinner (dalam Sagala, 2008:14) mengemukakan, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaiantingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik dan kemudian sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun. Witherington (dalam Purwanto, 2002:84) menjelaskan belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Diambil kesimpulan, bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Belajar merupakan unsur 8 yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Dengan kata lain, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik disekolah maupun luar sekolah entah itu di lingkungan masyarakat ataupun di lingkungan keluarga. Kolb (dalam Ghufron & Rinawita, 2012:11) prestasi belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar prestasi belajar seseorang tersebut. Dari hasil belajar sesorang dapat dilihat sejauh mana prestasi belajar sesorang. Ada yang prestasi belajar rendah dan ada juga yang prestasi belajarnya tinggi. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karna perubahanlah manusia terbebas dari keterpurukan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi ini. Disamping itu, dengan kemampuan berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan untuk kehidupannya. Banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang bergantung pada belajar yang tidak disadari oleh manusia. Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan (Ghufron & Rinawita, 2012:12). 9 Belajar juga dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Tetapi, akibat dari persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi kerena belajar. Contohnya, tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan hidup orang lain. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. 2.1.2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Muhibbin Syah (2012:145), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa b. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa c. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. 10 Adapun yang tergolong faktor internal adalah : a. Faktor Fisiologis Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya b. Faktor Psikologis Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah intelegensi, perhatian, minat, motivasi dan bakat yang ada dalam diri siswa. 1) Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Question (IQ) seseorang. 2) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap. 3) Minat, Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 4) Motivasi, merupakan keadaan internal keberhasilan pada masa yag akan datang. Adapun yang termasuk golongan faktor eksternal adalah : a. Faktor Sosial, yang terdiri dari : 1) Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor social yang sehat diwarnai oleh rasa sayang, percaya mempercayai, keterbukaan, keakraban, rasa saling memiliki dan 11 sebagainya antar anggota keluarga. Lingkungan keluarga yang sehat akan mendukung kelancaran dan keberhasilan belajar, sebab suasana demikian dapat memberikan ketenangan, kegembiraan, rasa percaya diri dan dorongan untuk berprestasi. Menurut Slameto (2010:60), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: a) Cara orang tua mendidik. Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajarnya dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Hal ini terjadi pada orang tua yang terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau kedua orang tua memang tidak mencintai anaknya. Mendidik anak anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasian terhadap anaknya, tak sampai hati memaksa anaknya belajar adalah tidak benar, karena jika dibiarkan berlarut-larut anak menjadi nakal dan berbuat seenaknya yang membuat belajarnya jadi kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannyaa dengan keras dan mengeja-ngejar anaknya untuk belajar akan membuat anak ketakutan dan bahkan akan benci terhadap belajar. Cara orang tua mendidik anaknya besar pembelajaran anaknya. pengaruhnya terhadap 12 b) Relasi antar anggota keluarga Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya dan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. c) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antaranggota keluarga menyebabkan anak menjadi bosan dirumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau. d) Keadaan ekonomi keluarga Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, meja kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Hal itu akan terpenuhi jika keluarga berkecukupan. Tapi jika anak hidup dalam keluarga yang kekurangan, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajarnya pun terganggu. e) Pengertian orang tua Anak perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak 13 mengalami lemah semangat orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya. f) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditamankan kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat untuk belajar. 2) Lingkungan sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulim, relassi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Slameto, 2010:64). Lingkungan sekolah juga memegang peran penting bagi perkembangan belajar para anak didik. Sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelolah dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong semangat para anak didiknya. 3) Lingkungan masyarakat Lingkungan masayarakat juga punya pengaruh terhadap kelancaran perkembangan belajar anak. Dimana seorang siswa ketika keluar dari lingkungan sekolah maupun keluarga akan berinteraksi dengan masyarakat dan hal ini sangat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajarnya. b. Faktor Non Sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non social adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, 14 keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa (Muhibbin, 2012:155). 2.1.3. Jenis-jenis belajar Dalam proses belajar dikenal dengan adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda satu sama lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Muhibbin (2005:122) mengemukakan jenis-jenis belajar terdiri dari: belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar social, belajar pemecahan masalah, belajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi dan belajar pengetahuan. a. Belajar Abstrak. Belajar menggunakan cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peran akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep dan generalisasi. b. Belajar Keterampilan. Belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. c. Belajar Sosial. Memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tertentu. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social, 15 seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan. d. Belajar pemecahan masalah. Belajar menggunakan metode ilmiah dan berfikir sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. e. Belajar rasional. Belajar menggunakan kemampuan berfikir logis dan rasional. Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. f. Belajar kebiasaan. Proses pembentukkan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. g. Belajar apresiasi. Belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam suatu objek dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. h. Belajar pengetahuan. Belajar dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya maupun yang didapatkan dari lingkungan dan berusaha mencari dan mencari apa yang tidak diketahuinya. 2.2. Hakikat Gaya Belajar 2.2.1. Definisi gaya belajar Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang 16 untuk berkosentrasi pada proses dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui presepsi yang berbeda( Ghufron & Risnawita, 2012:42). Gaya bersifat individual bagi setiap orang, untuk membedakan individu satu dengan individu yang lain. Dengan demikian, secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-kepercayaan, pilihan-pilihan dan prilaku-prilaku yang digunakan oleh individu untuk membantu belajar mereka dalam suatu situasi yang telah dikondisikan. Gaya belajar dapat secara mudah digambarkan sebagaimana orang-orang memahami dan mengingat informasi. Namun ternyata secara teoritis dengan berbagai variasi tentang tema ini yang pemahaman cukup rumit, menurut Brown (dalam Ghufron & Risnawita, 2012:42). Gaya belajar menurut Keefe (dalam Ghufron & Risnawita, 2012: 11) adalah suatu karakteristik kognitif, afektif, dan prilaku psikomotorik, sebagai indicator yang bertindak relative stabil untuk pembelajar merasa saling berhubungan dan beraksi terhadap lingkungan belajar. Definisi lain dikemukakan oleh Kolb (Riding dan Rayner, 2002:11) yang mengatakan bahwa gaya belajar merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, yang pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Dari beberapa teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa gaya belajar merupakan cara yang sifatnya individu untuk memperoleh dan menyerap informasi dari lingkungannya, termasuk lingkungan belajar 17 Tidak semua orang mempunyai gaya belajar yang sama, sekalipun mereka bersekolah disekolah atau bahkan duduk dikelas yang sama, bahkan kemampuan seseorang untuk menyerap dan memahami pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya dipapan tulis atau menggunakan media menarik seperti power point. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian memahaminya. Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengar untuk bisa memahaminya. Selain itu, ada siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Lain lagi dengan siswa yang lebih menyukai model belajar yang menempatkan guru tak ubahnya seorang penceramah. Guru bercerita panjang lebar tentang beragam teori dengan segudang ilustrasinya, sementra para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri. Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karena itu, jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya. 18 Menurut Nasution (2008:39), para peneliti kemudian mengklasifikasikan adanya gaya belajar siswa sesuai kategori-kategori sebagai berikut : a. Tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kemudian disebut gaya belajar. Lain dari pada itu, pengajar juga mempunyai gaya mengajar sendiri-sendiri. b. Kita dapat menemukan gaya belajat itu dengan instrument tertentu. c. Kesesuian gaya mengajar dengan gaya belajar dapat mempertinggi efektivitas belajar. 2.2.2. Bentuk-bentuk gaya belajar Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah dan dalam situasi-situasi anatar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana kita dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih muda dengan gaya kita sendiri. Seperti yang kita ketahui sebagian besar sekolah diindonesia, para gurunya tidak menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Mereka tidak memahami bahwa sebagaian siswa memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Rita Dunn (dalam DePorter & Hernarcki, 2000:110), seorang pelopor dibidang gaya belajar, telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara cara belajar orang. Ini mencakup faktor fisik, emosional, sosiologi dan lingkungan. Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah 19 disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter & Hernarcki, 2000:111). Menurut DePorter & Hernarcki (2000:112) Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial atau kinestetik (V-A-K). seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auitorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masingmasing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satunya diantara ketiganya. a. Gaya Belajar Visual Gaya belajar visual ini merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera penglihatan. Pada model gaya belajar ini, informasi data visual terbagi menjadi data berupa teks (tulisan, huruf, angka dan symbol) dan data gambar (foto, diagram dan warna). Menurut DePorter & Hernarcki (2000:116), ciri-ciri gaya belajar visual yaitu : 1) Rapi dan teratur; 2) Berbicara dengan cepat; 3) Perencana dan pengatur jangka panajang yang baik; 4) Teliti terhadap detail; 5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; 6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam fikiran mereka; 7) Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar; 8) Mengingat dengan asosiasi visual; 9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan; 10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal 20 kecuali jika ditulis, seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya; 11) Pembaca cepat dan tekun; 12) Lebih suka membaca daripada dibacakan; 13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah; 14) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat; 15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; 16) Sering menjawab pertanyaandengan jawaban singkat ya atau tidak; 17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato; 18) Lebih suka seni daripada music; 19) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi tidak pandai memilih kata-kata; dan 20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan. Ciri anak tipe visual nyaitu lebih mudah ingat dengan melihat, lebih suka membaca, suka saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat orang lain melakukan dulu baru kemudian dia sendiri yang bertindak. Anak dalam kelompok ini juga dapat duduk tenang saat belajar ditengah situasi yang ramai dan rebut tanpa merasa terganggu. Kendala dari tipe visual adalah tidak suka bicara didepan kelompok dan tak suka mendengarkan orang lain, tahu yang harus dikatakan tapi tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, serta tulisan tangannya berantakan sehingga tak terbaca. Anak dari tipe visual juga biasanya kurang mampu menginggat informasi yang disampaikan secara lisan, http://johnherf.wordpress.com (diakses pada tanggal 17 April 2013). Adapun cara yang bisa digunakan untuk menstimulasinya yaitu gunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis bisa dalam bentuk film, slide, ilustrasi, coretan, atau kartu-kartu gambar berseri yang bisa dipakai untuk menjelaskan informasi secara berurutan. Mintalah anak untuk menghafal dan membayangkan obyek atau materi yang 21 sedang dipelajari, http://johnherf.wordpress.com (diakses pada tanggal 17 April 2013). b. Gaya Belajar Auditorial Gaya belajar auditorial merupakan kecenderungan gaya belajar dengan menggunakan indera pendengaran untuk dapat memahami dan mengingatnya. Pada model gaya belajar ini informasi terbagi menjadi data berupa bahasa dan nada, misalnya music, nada, irama, dialog internal, dan suara. Menurut DePorter & Hernarcki (2000:118), ciri-ciri yang menggunakan gaya belajar auditorial yaitu: 1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; 2) Mudah terganggu oleh keributan; 3) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan buku ketika membaca; 4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan; 5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara; 6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita; 7) Berbicara dalam irama terpola; 8) Biasanya berbicara fasih; 9) Lebih suka music daripada seni; 10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didikusikan daripada yang dilihat; 11) Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu yang panjang lebar; 12) Mempunyai masalah dalam pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain; 13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya; dan 14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. Ciri anak dengan tipe auditory adalah mudah ingat apa yang didengarnya dan didiskusikannya. Senang dibacakan atau mendengarkan, lebih suka menuliskan kembali sesuatu, senang membaca dengan suara keras, bisa mengulangi apa yang didengarnya, senang diskusi, bicara atau mendengarkan panjang lebar. Anak dengan tipe auditory pada umumnya menyenangi seni music. Kendala anak dengan tipe auditory adalah cenderung banyak bicara, tidak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut, apalagi bila anak memiliki konsentrasi lemah. Anak juga lebih memperhatikan informasi yang didengarnya, 22 jadi kurang tertarik memperhatikan hal-hal yang baru dilingkungannya, http://johnherf.wordpress.com (diakses pada tanggal 17 April 2013). Untuk menstimulai anak yang seperti melibatkan anak dalam kegiatan diskusi, coba bacakan informasi, dalam bentuk lisan dan direkam untuk selanjutnya diperdengarkan dan dipahami, http://johnherf.wordpress.com (diakses pada tanggal 17 April 2013). c. Gaya Belajar Kinestesik Gaya belajar kinestesik merupakan kecenderungan gaya belajar dengan mengguanakan indera tubuh. Pada model gaya belajar kinestesik, informasi dibagi menjadi data berupa gerak dan sentuhan. Menurut DePorter & Hernarcki (2000:120), ciri-ciri orang yang menggunakan gaya belajar kinestesik yakni: 1) Berbicara dengan perlahan menanggapi perhatian fisik; 2) Menyentu orang untuk mendapatkan perhatian mereka; 3) Berdiri dekat ketika mereka berbicara dengan orang; 4) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak; 5) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar; 6) Belajar melalui manipulasi dan praktik; 7) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat; 8) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca; 9) Banyak menggunakan isyarat tubuh; 10) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama; 11) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali mereka mamang pernah berada ditempat itu; 12) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; 13) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plotmereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca; 14) Kemungkinan tulisannya jelek; 15) Ingin melakukan segala sesuatu; dan 16) Menyukai permainan yang menyibukkan. Ciri anak dengan tipe kinestesik adalah gemar menyentuh sesuatu yang dijumpainya, suka mengerjakan sesuatu yang memungkinkan tangannya sedemikian aktif, banyak gerak fisik dan memiliki koordinasi tubuh yang baik, menyukai kegiatan/permainan yang menyibukkan mendemonstrasikan sesuatu dari pada menjelaskannya. secara fisik, lebih 23 Anak dengan tipe ini memiliki kendala seperti si anak sulit mempelajari hal-hal yang abstrak, tak bisa belajar disekolah-sekolah yang bergaya konvensional dimana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Kapasitas energy anak cukup tinggi, sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya, http://johnherf.wordpress.com (diakses pada tanggal 17 April 2013). Cara menstimulasi anak seperti ini sebaiknya diberikan aktivitas fisik, seperti kegiatan olahraga dan kesenian. Salurkan energy dengan memberikan kebebasan beraktivitas sebelum belajar, sehingga anak bisa duduk tenang dalam belajar, http://johnherf.wordpress.com (diakses pada tanggal 17 April 2013). 2.2.3. Implikasi Gaya Belajar terhadap Proses Belajar Mengajar Menurut Ghufron & Risnawita (2012:135), belajar adalah terkait dengan pendekatan atau metode, dimana metode lebih penting dari pada materi. Tidak ada pendekatan yang sesuai dengan semua orang. Seandainya pengajaran dirancang dan diterapkan dengan melihat perbedaan gaya belajar setiap orang/siswa, maka bisa dipastikan pelajar akan mampu meningkatkan konsentrasi ketika proses belajar. a. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Tiap Individu Kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan aktivitas dalam belajar. 24 Menurut Nasution (2009:107), tentang pentingnya mengetahui gaya belajar masing-masing adalah : 1) Meningkatkan kesadaran tentang aktivitas belajar mana yang cocok dengan gaya belajar kita. 2) Membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas. Menghindarkan kita dari pengalaman belajar yang tidak tepat. 3) Individu dengan kemampuan belajar efektif yang kurang, dapat melakukan improvisasi. 4) Membantu individu untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta menganalisis tingkat keberhasilan seseorang. b. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa Oleh Guru Dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat menyesuaikan gaya mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai gaya mengajar, sehingga siswa dapat memperoleh cara yang efektif. Menurut Montgomery & Groat (dalam Ghufron&Risnawita, 2012:139), ada beberapa alasan kenapa pemahaman pengajar terhadap gaya belajar pelajar perlu diperhatikan dalam proses pengajaran, yaitu : 1) Membuat proses belajar mengajar dialogis; 2) Memahami pelajar lebih berbeda; 3) Berkomunikasi melalui pesan; 4) Membuat proses pengajaran lebih banyak memberi penghargaan; dan 5) Memastikan masa depan dari disiplin-displin yang dimiliki pelajar. c. Implikasi Dalam Pendidikan Kemampuan individu mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan evektifitasnya dalam belajar. 25 Menurut Penger, dkk. (2008:143) berdasarkan hasil penelitian meta analis memberikan ulasan mengenai implikasi teori gaya belajar dalam pendidikan, yaitu: 1) Implikasi dalam pendidikan menunjukan bahwa mengganti strategi gaya belajar yang telah ditetapkan, menyesuaikan bahan pelajaran dan manajemen yang sesuai merupakan implementasi strategi belajar yang lebih fleksibel. 2) Masing-masing siswa adalah unik di dalam pendekatan belajar mereka. 3) Pilihan dari satu gaya belajar tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan tingkat pengetahuan. 4) Misi manajemen adalah untuk menciptakan dan memperluas pengetahuan untuk memperdayakan kesuksesan siswa ketika masuk dunia kerja. 5) Meningkatkan metakognisi pelajar dengan senantiasa sadar pada proses berfikir tentang suatu pemikiran dan proses belajar mengajar. 6) Kesadaran pengetahuan berkaitan gaya belajar dapat membantu para siswa lebih baik untuk menyesuaikan pada situasi yang berbeda. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat gaya belajar murid bagi guru sangatlah penting untuk menentukan gaya mengajar yang cocok untuk digunakan guru saat mengajar. Gaya mengajar yang serasi dengan gaya belajar siswa membuat siswa akan mampu menerima dan memahami pelajaran secara efektif. 26 2.3. Strategi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dengan Gaya Belajar Beberapa siswa dapat belajar dengan instruksi yang formal, namun ada juga siswa yang dapat belajar dengan baik dengan instruksi informal. Selain itu, ada siswa yang dapat belajar dengan baik jika diberi bimbingan, namun ada juga siswa yang belajar dengan baik atas inisiatif sendiri. Inilah sebabnya pelajar memiliki gaya belajar yang personal dan unik. Pribadi yang utuh dengan keunikan akan melakukan proses belajar dan gaya belajar yang unik pula. Gaya belajar yang unik ini dapat kita pandang sebai kekayaan yang harus disadari oleh individu itu sendiri dan khususnya bagi mereka (guru ataupun orang tua) yang menjadi orang yang terampil membantu proses belajar mereka serta untuk meingkatkan prestasi belajar mereka. Menurut Deporter (2004:150) strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa, adalah : a. Visual 1) Dorong pelajar visual untuk membuat banyak symbol dan gambar dalam catatan mereka 2) Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna 3) Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi yang diterimanya menggunakan peta pikiran, tabel, grafik dan diagram memperdalam pemahaman mereka tentang informasi tersebut. untuk 27 4) Memberikan gambaran umum/garis-garis besar setiap materi pelajaran yang disampaikan dengan memberikan ruang yang kosong untuk menambahkan catatan 5) Menggunakan bahasa yang dapat menciptakan visualisassi pada diri anak. Misalnya: bayangkanlah bola dunia yang sedang berputar mengelilingi matahari ( jika kita sedang mempelajari revolusi bumi) dan sebagainya. b. Auditorial 1) Menggunakan variasi vocal (ritme, volume suara dan intonasi) yang digunakan pada saat menyampaikan materi pelajaran. 2) Menggunakan pengulanggan dengan cara meminta siswa mengulangi kembali konsep-konsep kunci yang telah dipelajari. 3) Membuat materi lebih mudah diingat dengan mengubahnya menjadi lagu atau melodi yang sudah dikenal baik dan pelajar auditory akan lebih suka belajar dengan menggunakan music. 4) Mendorong siswa terutama pelajar auditory untuk merekam informasiinformasi penting untuk kemudian didengarkan secara berulang-ulang karena pelajar auditory tidak terlalu senang mencatat. c. Kinestesik 1) Menggunakan alat bantu pada saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci. 2) Menggunakan simulasi konsep agar setiap siswa dapat mengalaminya sendiri. 28 3) Memperagakan setiap konsep yang diajarkan dan memberikan kesempatan setiap siswa untuk mencoba mempelajari secara bertahap. 4) Melakukan lakon/simulasi pendek dapat membantu siswa untuk memahami materi yang dipelajarinya. 2.4. Peran Guru BK dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru BK dalam kegiatan bimbingan konseling yaitu: a. Informator,guru BK diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,laboratorium,studi lapangan,dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisator,guru BK sebagai pengelola kegiatan akademik,jadwal pelajaran dan lain-lain. c. Motivator,guru BK harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. d. Director,guru BK harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator,guru BK sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar. f. Transmitter,guru BK bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan. g. Fasilitator,guru BK akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam 29 proses belajar-mengajar. h. Mediator,guru BK sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. i. Evaluator,guru BK mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik. Dalam hal ini, peran guru BK dalam meningkatakan prestasi belajar bisa dengan menjadi informator yang memberikan informasi kepada siswa dan pihak guru tentang gaya belajar siswa itu sendiri. Guru BK juga dapat berperan sebagai inisiator yang berperan sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar, dengan melihat informasi yang didapatkan tentang gaya belajar masing-masing siswanya guru BK dapat memberikan ide yang cocok untuk proses belajar mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa-siswanya. Jika dilihat dari pokok permasalahanya, ruang lingkup dari penelitian ini masuk kedalam bidang bimbingan belajar di lihat dari bidang-bidang bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno dan Amti (1994: 279), Bimbingan belajar adalah salah satu bentuk bimbingan yang diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi,seringkali kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai. Seperti yang kita ketahui, bimbingan belajar merupakan upaya pemberian bantuan kepada siswa untuk mengenal, memahami dan mengembangkan potensi diri siswa diantaranya kecerdasan, bakat, emosi yang berkaitan dengan kegiatan belajar, dalam hal ini juga menyangkut gaya belajar siswa. Dengan mereka menyadari semua itu, diharapkan siswa dapat mengenal gaya belajar mereka serta meningkatkan prestasi belajar mereka yang tidak lain butuh kerja sama yang serta 30 mediasi dengan pihak guru, entah itu guru mata pelajaran maupun wali kelas bahkan kepala sekolah. 2.5. Kerangka Berfikir Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, meskipun setiap gaya belajar ada pada diri siswa itu sendiri. Maka dari itu, siswa harus menyadari salah satu gaya belajar yang mendominasi dirinya sehingga bisa dijadikan kelebihan untuk dikembangkan dalam meraih prestasi belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari bagan berikut : Variabel X (Gaya Belajar) 1. Belajar dengan cara melihat (Visual) 2. Belajar dengan cara Mendengar (Auditorial) 3. Belajar dengan cara menyentuh dan bergerak (Kinestesik) Variabel Y (Prestasi Belajar) Hasil belajar/ Nilai ratarata siswa pada semester Ganjil tahun 2012. 31 2.6. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian yaitu : “ Terdapat hubungan antara Gaya belajar dengan Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Batudaa Kabupaten gorontalo”.