8 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Pemasaran
2.1.1
Pengertian Pemasaran
Menurut Hasan (2008, p1), pemasaran merupakan konsep ilmu dalam
strategi bisnis yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi
stakeholder (pelanggan, karyawan, pemegang saham). Sebagai ilmu, marketing
merupakan ilmu pengetahuan yang obyektif, yang diperoleh dengan penggunaan
istrumen-instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktivitas bisnis dalam
membentuk,
mengembangkan,
mengarahkan
pertukaran
yang
saling
menguntungkan dalam jangka waktu panjang antara produsen dan konsumen atau
pemakai. Sebagai strategi bisnis, marketing merupakan tindakan penyesuaian suatu
organisasi yang berorientasi pasar dalam menghadapi kenyataan bisnis, baik dalam
lingkungan mikro maupun lingkungan makro yang berubah.
Menurut
Payne
(2000,p27),
pemasaran
merupakan
suatu
proses
mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran
yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dengan demikian, pemasaran
merupakan proses penyelarasan sumber-sumber sebuah organisasi terhadap
kebutuhan pasar.
8 Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2004,p7), pemasaran bisa
didefinisikan sebagai proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan melalui penciptaan dan
pertukaran barang dan nilai dengan pihak lain. Pemasaran juga berarti proses
pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba. Dua sasaran
pemasaran utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang
unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan.
Gambar 2.1 Sistem Pemasaran Sederhana
Sumber : Kotler dan Armstrong (2004,p14)
2.1.2
Pengertian Manajemen Pemasaran
Berdasarkan pendapat Kotler dan Keller (2007, p6) mendefinisikan bahwa
manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menyerahkan, dan mengomunikasikan pelanggan yang unggul.
9 Berdasarkan pendapat Kotler (2005, p11) manajemen pemasaran adalah
seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan, menjaga, dan
menambah
jumlah
pelanggan
melalui
penciptaan,
penyampaian,
dan
pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
2.1.3
Konsep Inti Pemasaran
Pemasaran dapat dipahami lebih lanjut dengan mendefinisikan beberapa
konsep intinya (Kotler, 2005, p11).
1. Pasar Sasaran dan Segmentasi
Pasar sasaran adalah mengidentifikasi dan menyusun profil kelompokkelompok pembeli yang mungkin lebih menyukai atau memerlukan
berbagai produk dan bauran pemasaran yang berbeda-beda.
Sejumlah segmen
perbedaan
Selanjutnya,
pasar dapat
demografis,
diidentifikasi
psikografis,
perusahaan
dan
memutuskan
dengan
perilaku
segmen
mengamati
para
pembeli.
mana
yang
memperlihatkan peluang paling besar yang menjadi pasar sasarannya.
2. Tempat Pasar, Ruang Pasar, dan Metamarket
Para pelaku bisnis sering menggunakan istilah pasar untuk mencakup
berbagai pengelompokkan pelanggan. Kita dapat membedakan antara
tempat pasar (marketplace) dan ruang pasar (marketspace). Tempat
pasar bersifat fisik, seperti ketika seseorang pergi berbelanja ke toko,
ruang pasar bersifat digital, seperti ketika seseorang berbelanja melalui
internet. Mohan Sawhney telah mengusulkan konsep metamarket untuk
menggambarkan sekelompok produk dan jasa komplementer yang
10 menurut pikiran konsumen dianggap sebagai erat berhubungan tetapi
sumbernya menyebar melintasi serangkaian industri yang berbedabeda.
3. Pemasar dan Calon Pelanggan
Pemasar adalah seseorang yang mencari tanggapan (perhatian,
pembelian, pemberian suara, sumbangan) dari pihak lain, yang disebut
calon pelanggan (prospect). Jika dua pihak itu saling berusaha untuk
menjual sesuatu kepada yang lain, kita menyebut keduanya pemasar.
4. Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan.
Pemasar harus berupaya memahami kebutuhan, keinginan, dan
permintaan pasar sasaran. Kebutuhan merupakan tuntutan dasar
manusia, kebutuhan-kebutuhan itu menjadi keinginan bila diarahkan ke
objek tertentu yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Keinginan dibentuk oleh lingkungan masyarakat seseorang. Permintaan
adalah keinginan akan produk tertentu yang didukung oleh kemampuan
untuk membeli.
5. Produk, Tawaran, dan Merek
Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan usulan/proposisi
nilai, yaitu serangkaian manfaat yang ditawarkan kepada para
pelanggan guna memuaskan kebutuhan mereka. Proposisi nilai yang tak
berwujud (intangible) dibuat menjadi sesuatu yang bersifat fisik yang
berupa tawaran (offering), yang dapat berupa gabungan produk, jasa,
11 informasi, dan pengalaman. Merek adalah tawaran dari suatu sumber
yang sudah terkenal.
6. Nilai dan Kepuasan
Tawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada
pembeli sasaran. Nilai dapat dilihat terutama sebagai kombinasi mutu,
jasa, dan harga (QSP : quality, service, price), yang disebut tiga
serangkai nilai pelanggan.
7. Pertukaran dan Transaksi
Pertukaran yang merupakan konsep inti pemasaran, adalah proses
mendapatkan
produk
menawarkan
sesuatu
yang
diinginkan
sebagai
dari
seseorang
dengan
imbalannya.
Transaksi
adalah
perdagangan nilai antara dua atau lebih pihak.
8. Relasional dan Jaringan Kerja
Pemasaran transaksi merupakan bagian dari gagasan yang lebih besar
yang disebut pemasaran relasional (relationship marketing). Pemasaran
relasional mempunyai tujuan membentuk hubungan jangka panjang
yang saling memuaskan dengan pihak-pihak yang penting, pelanggan,
pemasok, distributor dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan
bisnis mereka. Jaringan kerja pemasaran terdiri dari perusahaan dan
pemercaya (stakeholder) pendukung (pelanggan, karyawan, pemasok,
distributor, pengecer,dll) yang dengan mereka perusahaan membangun
hubungan bisnis timbal-balik yang saling menguntungkan.
12 9. Saluran Pemasaran
Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan tiga jenis
saluran.
Saluran
komunikasi
digunakan
untuk
memberikan
dan
menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran distribusi untuk
memamerkan atau menyerahkan produk fisik atau jasa kepada pembeli
atau pengguna. Saluran jasa untuk melakukan transaksi dengan calon
pembeli.
10. Rantai Pasokan
Rantai pasokan (supply chain) menggambarkan saluran yang lebih
panjang yang terentang dari bahan komponen, hingga produk akhir
yang disampaikan kepada pembeli akhir.
11. Persaingan
Persaingan mencakup semua tawaran dan barang pengganti yang
bersaing secara aktual dan potensial yang bisa dipertimbangkan oleh
pembeli.
12. Lingkungan Pemasaran
Persaingan menggambarkan hanya salah satu kekuatan di lingkungan
tempat pemasar beroperasi. Lingkungan pemasaran itu terdiri dari
lingkungan tugas dan lingkungan luas.
a. Lingkungan tugas
Mencakup para pelaku dekat yang terlibat dalam memproduksi,
menyalurkan, dan mempromosikan tawaran. Yang termasuk
13 pelaku utamanya adalah perusahaan, pemasok, distributor,
dealer, dan pelanggan sasaran.
b. Lingkungan luas
Terdiri
dari
enam
komponen
:
lingkungan
demografis,
lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi,
lingkungan hukum-politik, dan lingkungan sosial-budaya.
13. Program Pemasaran
Program pemasaran terdiri dari sejumlah keputusan tentang bauran
alat-alat pemasaran yang digunakan. Bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terusmenerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.
2.1.4
Pemasaran Jasa
Dinamika hampir semua pasar jasa telah berubah; tingkat kompetisi yang
rendah telah mengarah ke persaingan yang ketat dan intens. Dalam pasar yang
kompetitif, pemasaran telah menjadi kunci pembeda antara kesuksesan dan
kegagalan korporat. Pemasaran memberi perhatian pada hubungan timbal balik yang
dinamis antara produk-produk dan jasa-jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan
konsumen, dan kegiatan-kegiatan para pesaing. Menurut Adrian Payne (2000,p28),
Fungsi pemasaran dapat dianggap terdiri dari tiga komponen kunci :
™ Bauran pemasaran – unsur-unsur atau elemen-elemen internal penting
yang membentuk program pemasaran sebuah organisasi.
14 ™ Kekuatan pasar – peluang dan ancaman eksternal di mana operasi-operasi
pemasaran sebuah organisasi berinteraksi.
™ Proses penyelarasan – proses strategik dan menajerial untuk memastikan
bahwa bauran pemasaran dan kebijakan-kebijakan internal laik bagi
kekuatan pasar.
2.1.5
Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan alat bagi pemasar yang terdiri atas
berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi
strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses. Bauran
pemasaran pada produk barang yang kita kenal selama ini berbeda dengan bauran
pemasaran untuk produk jasa. Unsur bauran pemasaran jasa menurut Lupiyoadi (2006,p70),
terdiri atas tujuh hal, yaitu :
1. Product (produk)
Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan
sejumlah nilai kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah
konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli manfaat dan
nilai dari produk tersebut yang disebut “the offer”. Terutama pada produk jasa yang
kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada
konsumen. Pemasar harus dapat mengembangkan nilai tambah dari produknya
selain keistimewaan dasarnya, supaya dapat dibedakan dan bersaing dengan produk
lain, dengan kata lain memiliki citra tersendiri.
15 •
Merek dan Diferensiasi
Berhubungan dengan merek (brand) maka persoalan yang sekarang ini
muncul adalah kecenderungan konsumen untuk melihat merek terkenal
dibandingakn fungsi utama dari produk tersebut. Sedangkan untuk dapat
menjadi jasa yang unik/berbeda dari pesaing (diferensiasi), pemasar harus
dapat mengembangkan product surround (produk pelengkap) mereka, yaitu
expected product, augmented product, dan potential product.
•
Bukti Fisik
Bukti fisik (physical evidence) merupakan lingkungan fisik tempat jasa
diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen.
2. Price (harga)
Strategi penentuan harga (pricing) sangat signifikan dalam pemberian nilai kepada
konsumen dan memengaruhi citra produk, serta keputusan konsumen untuk
membeli. Penentuan harga juga berhubungan dengan pendapatan dan turut
memengaruhi penawaran atau saluran pemasaran. Akan tetapi hal terpenting adalah
keputusan dalam penentuan harga harus konsisten dengan strategi pemasaran
secara keseluruhan.
3. Place (tempat)
Tempat dalam bisnis jasa dimaksudkan sebagai cara penyampaian jasa (delivery
system) kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis. Ada tiga pihak sebagai
kunci keberhasilan yang perlu dilibatkan dalam penyampaian jasa, yaitu : Penyedia
jasa, Perantara, dan Konsumen.
16 4. Promotion (promosi)
Keberhasilan dalam promosi jasa tergantung pada :
•
Kemampuan mengidentifikasi audiens target sesuai segmen pasar.
•
Kemampuan menentukan tujuan promosi : apakah untuk menginformasikan,
memengaruhi, atau mengingatkan.
•
Kemampuan mengembangkan pesan yang disampaikan : terkait dengan isi
pesan, struktur pesan, gaya pesan, dan sumber pesan.
•
Kemampuan memilih bauran komunikasi : apakah komunikasi personal atau
komunikasi nonpersonal.
5. People (orang)
‘Orang’ berfungsi sebagai penyedia jasa sangat memengaruhi kualitas jasa yang
diberikan. Untuk mencapai kualitas diperlukan pelatihan staf sehingga karyawan
mampu memberikan kepuasan kepada konsumen. ‘Orang’ dalam pemasaran jasa
berkaitan erat dengan pemasaran internal, merupakan interaksi setiap karyawan dan
departemen dalam suatu perusahaan sebagai konsumen internal dan pemasok
internal. Tujuannya untuk mendorong ‘orang’ dalam kinerja memberikan kepuasan
kepada konsumen.
6. Process (proses)
Proses dalam pemasaran jasa terkait dengan kualitas jasa yang diberikan, terutama
dalam hal sistem penyampaian jasa. Terdapat pilihan-pilihan dalam unsur proses
untuk menghasilkan kualitas jasa, yaitu :
17 •
Kemampuan membangun proses yang menghasilkan pengurangan biaya,
peningkatan produktivitas, dan kemudahan distribusi. Hal ini terkait dengan
unsur mengurangi keragaman.
•
Kecenderungan memperbanyak kustomisasi dan fleksibilitas dalam produksi
yang mampu menimbulkan naiknya harga. Aktivitas ini terkait dengan unsur
menambah keragaman.
•
Kecenderungan
menciptakan
spesialisasi
yang
terkait
dengan
unsur
mengurangi kompleksitas.
•
Kemampuan melakukan penetrasi pasar dengan cara menambah pelayanan
yang diberikan. Hal ini terkait dengan menambah kompleksitas.
7. Customer Service (layanan konsumen)
Layanan konsumen mengarah pada aktivitas pelayanan pratransaksi, saat transaksi,
dan pascatransaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut memengaruhi kegiatan
transaksi dan setelah transaksi. Tujuan dari aktivitas ini adalah agar konsumen
memberi respons yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi.
2.2
Strategi Pemasaran
Perencanaan strategi pemasaran adalah serangkaian program untuk
menentukan dan mencapai tujuan organsisasi dan mengimplementasikan misi
perusahaan yang dilakukan secara aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan
strategi organisasi, dalam lingkungan yang turbulen yang terus mengalami
perubahan (Hasan, 2008, p49). Strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang
direncanakan
untuk
mencapai
tujuan
perusahaan
dengan
mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
18 program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran. Strategi
pemasaran juga memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel
segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran,
dan biaya bauran pemasaran (Hasan, 2008, p49).
Adapun arti dari strategi pemasaran (Kotler dan Amstrong ,2004,p81),
adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan oleh unit bisnis untuk mencapai
tujuan pemasarannya.
Terdapat tiga konsep penting dalam proses perusahaan untuk melayani
keinginan dan kebutuhan konsumen yang berbeda-beda dan mengelompokkan
konsumen atau masyarakat dengan kebutuhan berbeda-beda pula yaitu :
1.
Segmentasi Pasar ( Segmenting )
Menurut Kotler dan Armstrong (2004,p281), segmentasi pasar adalah membagi
sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang khas berdasarkan
kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin membutuhkan produk
atau bauran pemasaran yang terpisah. Segmentasi juga merupakan upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan.
2.
Pembidikan Pasar (Targeting )
Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p281), pembidikan pasar adalah proses
mengevaluasi daya tarik tiap-tiap segmen dan memilih satu atau lebih segmen
yang akan dimasuki. Setelah mengevaluasi segmen-segmen yang berbeda,
perusahaan sekarang memutuskan segmen-segmen dan berapa banyak segmen
yang akan dilayani. Itu merupakan permasalahan pemilihan pasar sasaran.
19 Pasar sasaran terdiri dari seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan dan
karakteristik yang sama, yang diputuskan untuk dilayani oleh perusahaan.
3.
Posisi Produk ( Positioning )
Menurut Kotler dan Armstrong (2004,p311), posisi produk adalah suatu cara
produk didefinisikan oleh konsumen berdasarkan beberapa atribut pentingtempat yang diduduki produk dalam benak konsumen dibandingkan dengan
produk-produk pesaing. Positioning suatu produk menuntut perusahaan untuk
menanamkan keunikan manfaat dan diferensiasi merek ke benak pelanggan.
2.3
Segmentasi Pasar
2.3.1
Pengertian Pasar
Menurut Kotler sebagaimana dikutip oleh Hasan (2008, p169) pasar adalah
semua pembeli tawaran pasar, baik aktual maupun potensial. Marketer akan sangat
sulit memasarkan produknya ke pasar yang sifatnya sangat heterogen (kebutuhan
dan keinginan pasar sangat bervariasi- berbeda satu sama lain). Oleh karena itu,
marketer harus membuat pasar menjadi homogen (sama) dalam kelompok tertentu
yang lebih spesifik (disebut segmentasi pasar), menentukan berapa segmen
pasarnya, berapa alokasi sumber daya yang diperlukan untuk melayani segmen
pasar yang diinginkan tersebut.
Realitas pasar menunjukkan bahwa produk itu bersifat heterogen bagi
seluruh pasar, maka segmentasi merupakan upaya “memetakan“ (mapping)
segmen-segmen pasar potensial ke dalam ciri-ciri perilaku yang sama, agar :
20 1. Dengan segmentasi memungkinkan perusahaan untuk lebih terfokus
dalam mengalokasikan sumber daya, sehingga :
•
Memungkinkan perusahaan melayani segmen tersebut dengan
lebih baik,
•
Memungkinkan perusahaan memiliki keunggulan kompetitif
terbesar,
•
Mampu memfokuskan diri untuk melayani pelanggan serta
memuaskan pelanggan dengan lebih baik,
•
Memungkinkan perusahaan mendominasi segmen tersebut serta
memperoleh peta kompetisi yang lebih jelas dalam menentukan
posisi pasar perusahaan.
2. Memungkinkan perusahaan untuk menentukan komponen-komponen
strategi dan value secara keseluruhan, dengan demikian :
•
Mempermudah melakukan pilihan target pasar yang memberi
basis acuan dalam menentukan positioning.
•
Memberi landasan yang kuat untuk melakukan diferensiasi
marketing mix dan selling dari pesaing, termasuk proses,
layanan dan membangun brand perusahaan.
3. Dengan segmentasi memberi dorongan yang kuat dan faktor kunci untuk
mengalahkan pesaing, karena keunikan cara yang berbeda dalam
memandang pasar dari pesaing.
21 2.3.2
Pengertian Segmentasi
Kotler dalam Ihalauw (2005,p18), mendefinisikan segmentasi pasar adalah
proses identifikasi subkelompok konsumen yang memiliki kesamaan dalam hal
keinginan, daya beli , lokasi geografi, sikap membeli atau kebiasaan. Penelitian yang
mendalam tentang konsumen bisa menghasilkan identifikasi konsumen sedemikian
khususnya, sehingga konsumen dapat disegmentasi secara individu karena pada
dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai kebutuhan, keinginan, nilai-nilai dan
pilihan yang sama.
Istilah segmentasi menurut Berrigan dan Finkbeiner dalam (Hasan, 2008,
p170) diartikan sebagai pengelompokkan, pembagian, pemisahan pasar ke dalam
kelompok-kelompok pelanggan atau segmen-segmen pelanggan dengan kebutuhan
yang sama.
Etzel, Walker, and Stanton sebagaimana dikutip oleh Hasan (2008. p170)
mendefinisikan segmentasi pasar sebagai proses membagi pasar keseluruhan untuk
suatu produk ke dalam beberapa kelompok yang lebih kecil, di mana para anggota
masing-masing kelompok mempunyai kesamaan persepsi terhadap faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan. Setiap kelompok homogen dinamankan segmen
pasar.
2.3.3
Analisis Segmentasi Pasar
Menurut Hasan (2008, p175-176), analisis segmentasi pasar merupakan
upaya mengelompokkan konsumen potensial ke dalam kelompok-kelompok pasar
22 khusus yang memiliki kesamaan respon terhadap variabel pemasaran. Langkah –
langkah segmentasi produk pasar dimulai dari :
1. Mendefinisikan Segmen Pasar
a. Lakukan survei konsumen, untuk mengidentifikasi :
™ Karakteristik konsumen, misalknya usia, jenis kelamin,
pendidikan, pendapatan, lifestyle dan personality.
™ Respon
terhadap
pemasaran,
misalnya
motivasi,
persepsi, sikap dan preferensi.
b. Analisis kelompok segmen
Untuk menguji ada tidaknya perbedaan respon konsumen
berdasarkan perbedaan karakteristiknya.
c.
Membuat profile
Menerangkan ciri demografis, psikografis, geografis, persepsi,
sikap, preferensi dan kebutuhan dari kelompok segmen yang
akan dibidik.
2. Memilih Basis Segmen
Kebutuhan segmentasi dengan kriteria penilaian atas dasar manfaat
segmentasi :
•
Ada perbedaan respon terhadap variabel marketing mix yang
ditawarkan.
•
Dapat diidentifikasi.
23 •
Dapat dijalankan (tanpa merusak segmen lain milik sendiri).
•
Menguntungkan (cost < benefit).
•
Stabil jangka panjang (kebutuhan segmen tidak cepat berubah).
3. Segmen Produk – Pasar
a. Karakteristik konsumen : demografi (usia, income, pendidikan,
pekerjaan)
geografis
(lokasi)
dan
psikologi
(lifestyle,
personality).
b. Situasi penggunaan, untuk makanan, desain furnitur, motor,
mobil.
c.
Kebutuhan konsumen, misalnya sikat gigi lembut bagi gusi
mudah berdarah atau makan siap santap.
d. Perilaku beli, sering dipakai pada pasar industri : jumlah dan
frekuensi pembelian.
4. Metode Segmentasi
a. Break Out Method
™ Pasar produk yang telah didefinisikan, dipisah menjadi
beberapa
variabel
segmentasi,
misal
geografik,
demografik, psikografik, dan perilaku.
™ Pemilihan variabel berdasarkan kombinasi informasi
yang tersedia/data riset pemasaran dan dianalisis
dengan bantuan software statistik (analisis korelasi-
24 multiple regression, automatic intraction ditection, chi
quadrat, anokovarian, multivariate analisis, amos, part
analysis, dan sebagainya).
b. Aggregations Method
™ Mengidentifikasi dan mengumpulkan para pembeli yang
memiliki kesamaan respon kedalam kelompok, yang
masing-masing kelompok dijadikan sebagai segmen
potensial.
™ Menggambarkan pembentukan segmen berdasarkan
lifestyle (gaya hidup) dan benefit (manfaat utama).
™ Membuat perceptual map (peta persepsi berdasarkan
produk atau merek).
2.3.4
Pendekatan Segmentasi
Menurut Kasali (2005, p47) terdapat dua pendekatan dalam melakukan
segmentasi, yaitu :
1. Pendekatan Segmentasi a-priori
Segmentasi yang dilakukan sebelum suatu produk/jasa/ide/kampanye
diluncurkan kepada pasar. Dengan cara a-priori para profesional
menunjukkan
siapa
sasaran
pasarnya,
berapa
usianya,
berapa
penghasilannya per bulan, dimana kelas sosialnya, dimana mereka dapat
dijangkau, dan tentu saja bagaimana perilaku mereka.
25 2. Pendekatan Segmentasi Post-hoc
Segmentasi yang dilakukan setelah suatu produk/jasa/ide/kampanye
dijalankan. Setelah konsumen datang, data dikumpulkan, diolah dan
Anda meminta agar data itu berbicara siapa mereka, siapa konsumen
anda.
Tabel 2.1 Pendekatan Segmentasi
1. Segmentasi A-Priori. “ I already know the segment”.
Dasar : Demografi, Geografi, Psikografi
2. Segmentasi Post-hoc. “ I’m going to let the costumer data show
me the segment”.
Dasar :
•
Demografi atau perilaku
•
Survei-survei
tentang
sikap,
kebutuhan-kebutuhan,
psikografis, atau manfaat
•
Preferensi/ pilihan
Sumber : Kasali (2005, p350)
2.3.5
Dasar – Dasar Segmentasi
Dua kelompok variabel digunakan secara luas untuk melakukan segmentasi
pasar konsumen. Beberapa periset berusaha untuk membentuk segmen dengan
mengamati ciri-ciri konsumen : ciri geografis, demografis, dan psikografis. Kemudian
26 mereka memeriksa apakah segmen-segmen konsumen itu menunjukkan kebutuhan
atau tanggapan produk yang berbeda (Kotler, 2005, p316-317). Variabel segmentasi
utama – segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan perilaku – diikhtisarkan
dalam tabel berikut :
Tabel 2.2 Variabel Segmentasi Utama
Geografis
Wilayah
Pacific, Mountain, West North Central, West South
Central, East North Central, South Atlantic, Middle
Atlantic, New England.
Ukuran kota atau kota besar
Di bawah 5.000; 5.000-20.000; 20.000-50.000;
50.000-100.000; 100.000-250.000; 250.000-500.000;
500.000- 1.000.000; 1.000.000-4.000.000; 4.000.000
km atau ke atas.
Kepadatan
Perkotaan, pinggiran kota, pedesaan
Iklim
Utara, selatan
Demografis
Usia
Di bawah 6, 6-11, 12-19, 20-34, 35-49, 50-64, 65+
Ukuran Keluarga
1-2, 3-4, 5+
Siklus hidup keluarga
Muda, lajang;muda, menikah, tidak punya anak;muda,
menikah, anak termuda di bawah 6 tahun atau lebih,
tua, menikah punya anak; tua, menikah; tidak punya
anak di bawah 18 tahun; tua, lajang dan lain-lain.
Jenis Kelamin
Pria, wanita
Penghasilan
Di bawah $ 10.000, $ 10.000 - $ 15.000, $ 15.000- $
20.000, $ 20.000- $ 30.000, $ 30.000-$ 50.000, $
50.000-$ 100.000, $ 100.000 ke atas.
Pekerjaan
Profesional dan teknikal, manajer, pejabat, dan pemilik
perusahaan, pegawai, pramuniaga, pengrajin, mandor,
pengoperasi, petani, pensiunan, pelajar, ibu rumah
tangga, pengangguran.
Pendidikan
Sekolah dasar atau kurang, pernah mengikuti sekolah
menengah, sekolah menengah, pernah kuliah, lulus
kuliah.
27 Agama
Katolik, Protestan, Yahudi, Islam, Hindu dan lain-lain.
Ras
Putih, hitam, Asia.
Generasi
Baby boomers (lahir di AS sesudah PD II, tingkat
kelahiran pada waktu itu sangat tinggi), generasi X
(lahir di AS 1960-an – 1970-an, sering dianggap
apatis, materialistis dan tidak bertanggung jawab).
Kewarganegaraan
Amerika Utara, Amerika Selatan, Inggris, Perancis,
Jerman, Italia, Jepang.
Kelas Sosial
Bawah bawah, bawah atas, kelas pekerja, kelas
menengah, menengah atas, atas bawah, atas atas.
Psikografis
Gaya Hidup
Lurus/konvensional
panjang.
Kepribadian
Kompulsif (dorongan bertindak yang kurang rasional,
berulang, dan kurang bisa bertahan), suka berteman,
patuh pada penguasa, ambisius.
perilakunya,
santai,
rambut
Perilaku
Kejadian
Kejadian biasa, kejadian khusus.
Manfaat
Kualitas, pelayanan, ekonomis, kecepatan.
Status pemakai
Bukan pemakai, bekas pemakai, pemakai potensial,
pemakai pertama kali, pemakai teratur.
Tingkat pemakaian
Pemakai ringan, pemakai sedang, pemakai berat.
Status kesetiaan
Tidak ada, sedang, kuat, mutlak.
Tahap kesiapan pembeli
Tidak
sadar,
sadar,
mengetahui,
menginginkan, bermaksud membeli.
Sikap terhadap produk
Antusias, positif, tidak acuh, negatif, membenci.
Sumber : Kotler (2005, p317)
28 tertarik,
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan beberapa item dari variabel yang
ada, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.3 Variabel Penggunaan Segmentasi Utama
Variabel
Keterangan
Penggunaan
Variabel
Geografis
Wilayah
Tidak digunakan
Wilayah untuk penelitian sudah ditentukan yaitu
Jakarta
Ukuran kota atau kota
besar
Tidak digunakan
Pengelompokkan tidak didasarkan atas ukuran
kota atau kota besar
Kepadatan
Tidak digunakan
Kepadatan sudah ditentukan yaitu perkotaan,
Jakarta
Iklim
Tidak digunakan
Pengelompokkan konsumen tidak dipengaruhi
oleh iklim yang ada
Usia
Digunakan
Kebutuhan dan minat terhadap produk bervariasi
sesuai dengan usia para konsumen
Ukuran Keluarga
Tidak digunakan
Banyak atau sedikitnya jumlah keluarga tidak
mempengaruhi objek penelitian yang akan diteliti
Siklus hidup keluarga
Tidak digunakan
Siklus hidup keluarga tidak mempengaruhi objek
penelitian dalam menggunakan taksi
Jenis Kelamin
Digunakan
Setiap gender mempunyai karakter yang berbeda
Penghasilan
Digunakan
Penghasilan merupakan indikator yang kuat
mengenai kemampuan (atau ketidakmampuan)
untuk membayar produk atau model produk
Pekerjaan
Digunakan
Penghasilan,
pekerjaan,
dan
pendidikan
merupakan variabel yang saling berkorelasi erat
dan nyaris merupakan hubungan sebab –
akibat(Kotler,2005,p321).
Pendidikan
Digunakan
Penghasilan,
pekerjaan,
dan
pendidikan
merupakan variabel yang saling berkorelasi erat
dan nyaris merupakan hubungan sebab –
akibat(Kotler,2005,p321).
Demografis
29 Agama
Tidak digunakan
Agama tidak digunakan untuk mengelompokkan,
dimana agama tidak mempengaruhi konsumen
dalam menggunakan taksi
Ras
Tidak digunakan
Ras tidak digunakan untuk mengelompokkan,
dimana ras tidak mempengaruhi konsumen
dalam menggunakan taksi
Generasi
Tidak digunakan
Generasi
tidak
digunakan
untuk
mengelompokkan,
dimana
generasi
tidak
mempengaruhi konsumen dalam menggunakan
taksi
Kewarganegaraan
Tidak digunakan
Kewarganegaraan
tidak
digunakan
untuk
mengelompokkan, dimana kewarganegaraan
tidak
mempengaruhi
konsumen
dalam
menggunakan taksi
Kelas Sosial
Tidak digunakan
Kelas
sosial
tidak
digunakan
untuk
mengelompokkan, dimana kelas sosial tidak
mempengaruhi konsumen dalam menggunakan
taksi
Gaya Hidup
Digunakan
Orang-orang yang berbeda sikap, minat, dan
kegiatan, dan itu mempengaruhi barang dan jasa
yang mereka konsumsi (Kotler, 2005,p320).
Kepribadian
Digunakan
Kepribadian merek yang berhubungan dengan
kepribadian konsumen untuk menyampaikan
kepribadian produk/jasa (Kotler,2005,p320).
Kejadian
Digunakan
Pembeli dapat dibedakan menurut kejadian saat
mereka
menyusun
kebutuhan,
membeli
produk/jasa tertentu, atau memakai produk/jasa
tertentu (Kotler, 2005,p321)
Manfaat
Tidak digunakan
Konsumen tidak di segmentasikan berdasarkan
manfaat
Status pemakai
Tidak digunakan
Konsumen tidak di segmentasikan berdasarkan
status pemakai
Tingkat pemakaian
Digunakan
Pasar dapat disegmentasi menjadi kelompok
pemakai produk yang ringan, sedang, dan berat
(Kotler,2005,p323)
Status kesetiaan
Tidak digunakan
Konsumen tidak di segmentasikan berdasarkan
status kesetiaan mereka dalam menggunakan
Psikografis
Perilaku
30 taksi
Tahap
pembeli
kesiapan
Sikap terhadap produk
Tidak digunakan
Konsumen tidak di segmentasikan berdasarkan
tahap kesiapan pengguna dalam menggunakan
taksi
Digunakan
Untuk mengetahui sikap pengguna terhadap
objek penelitian
Sumber : Hasil olah data penulis, 2009
2.3.6
Konsep Profil Konsumen
Segmentasi pasar sangat penting bagi jasa dalam pasar kompetitif saat ini.
Industri jasa menghadapi persaingan yang semakin meningkat, baik dalam jumlah
pesaing maupun dalam proliferasi penawaran jasa. Segmentasi pasar membantu
mencegah pemborosan sumber daya yang bernilai dengan mengarahkan upaya ke
dalam bidang-bidang yang akan membantu mencapai keberhasilan (Payne,
2000,p86).
Wedel & Kamakura (1998) dalam (www.proquest.com) mengatakan
beberapa basis telah digunakan dalam riset segmentasi pasar selama beberapa
dekade. Ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, demografis dan karakteristik sosialekonomi, kepribadian, nilai-nilai dan karakteristik gaya hidup (psikografis), pola
penggunaan produk, sikap terhadap produk, manfaat yang dicari, dan sikap terhadap
strategi pemasaran (Beane & Ennis, 1987; Dickson & Ginter , 1987; Tynan &
Drayton, 1987; Angin, 1978). (www.proquest.com)
Profil konsumen (consumer profile) adalah profil psikografis/ demografis
para konsumen yang sesungguhnya atau yang dianjurkan untuk suatu produk atau
jasa tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2008, pg57). Profil konsumen erat kaitannya
dengan segmentasi pasar. Dimana dengan mengetahui profil konsumen suatu
produk maka dapat diketahui segmen pasarnya.
31 Profil psikografis dan demografis merupakan pendekatan saling melengkapi
yang bekerja dengan maksimal saat digabungkan. Pendekatan segmentasi gabungan
yang mengkombinasikan berbagai variabel psikografis dan demografis digunakan
untuk menciptakan berbagai macam profil deskriptif atas segmen konsumen dan
para pemasar memiliki informasi yang kuat mengenai target pasar.
Profil psikografis dan demografis berguna dalam dua hal yaitu membentuk
profil konsumen (untuk pasar barang dan jasa) serta membentuk profil audiens (
untuk massa dan media untuk menarik pengiklan). Sehingga apabila digabungkan
informasi mengenai profil demografis dan psikografis selain dapat memberi informasi
untuk melakukan segmentasi pasar, dapat juga memberikan arahan tentang strategi
promosi yang paling sesuai dan media periklanan apa yang paling dapat menjangkau
target pasar. Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan segmentasi perilaku,
dimana
merupakan
titik
awal
terbaik
dalam
membentuk
segmen
pasar
(Kotler,2005,p321).
¾ Demografis
Karakteristik demografis seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan,
pekerjaan, dan pendidikan adalah dasar-dasar yang paling sering digunakan untuk
segmentasi pasar. Demografi merujuk ke statistik populasi yang amat penting dan
dapat diukur dan paling vital. Informasi demografis sering merupakan cara paling
efektif dari segi biaya dan paling mudah diperoleh untuk mengenali pasar target.
Data-data demografis lebih mudah diukur daripada berbagai variabel segmentasi lain
(Kotler,2005,p321).
32 1. Jenis kelamin
Gender sering sekali merupakan variabel segmentasi yang tampak mata.
Gender telah menjadi variabel segmentasi yang saling memisahkan
antara pria dan wanita.
2. Usia
Kebutuhan dan minat terhadap produk bervariasi sesuai dengan usia para
konsumen.
3. Pendapatan, Pendidikan, dan Pekerjaan
Pendapatan
sudah
lama
menjadi
variabel
yang
penting
untuk
membedakan berbagai segmen pasar. Pendapatan merupakan indikator
yang
kuat
membayar
mengenai
produk
kemampuan
atau
model
(atau
produk.
ketidakmampuan)
Problem
utama
untuk
dengan
segmentasi pasar berdasarkan pendapatan adalah belum tentu suatu
produk laku karena konsumen mampu menjangkau namun bisa jadi
karena gaya hidup, rasa, dan nilai. Sehingga untuk mendefinisikan
pangsa pasar perlu kombinasi atas beberapa variabel. Pendapatan,
pendidikan, dan pekerjaan telah menjadi variabel yang saling berkorelasi
erat dan nyaris merupakan hubungan sebab-akibat.
¾ Psikografis
Para pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup
atau kepribadian atau nilai (Kotler, 2005,p320).
33 1. Gaya hidup
Orang-orang yang berbeda sikap, minat, dan kegiatan, dan itu
mempengaruhi barang dan jasa yang mereka konsumsi.
2. Kepribadian
Pasar
melengkapi
produknya
dengan
kepribadian
merek
yang
berhubungan dengan kepribadian konsumen. Perusahaan memanfaatkan
fitur produk,jasa, dan penciptaan citra untuk menyampaikan kepribadian
produk/jasa.
3. Nilai
Beberapa pemasar melakukan segmentasi berdasarkan nilai-nilai inti,
yakni sistem kepercayaan yang melandasi sikap dan perilaku konsumen
(Kotler, 2005,p321).
¾ Perilaku
Pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap,
pemakaian, atau tanggapan mereka terhadap produk/jasa tertentu.
1. Tingkat pemakaian
Pasar dapat disegmentasi menjadi kelompok pemakai produk yang
ringan, sedang, dan berat (Kotler, 2005,p323).
34 2. Kejadian
Pembeli dapat dibedakan menurut kejadian saat mereka menyusun
kebutuhan, membeli produk/jasa tertentu, atau memakai produk/jasa
tertentu (Kotler, 2005,p321).
3. Sikap
Lima kelompok sikap dapat ditemukan di pasar tertentu : antusias,
positif, tak acuh, negatif, dan benci (Kotler, 2005,p324).
2.4
Pengertian Jasa
Berdasarkan pada Kotler & Amstrong(2001, pg347), jasa adalah segala
aktivitas atau manfaat yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang
pada dasarnya tidak berwujud, dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.
Sementara berdasarkan Rangkuti (2006,pg26), jasa merupakan pemberian suatu
kriteria atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak ke pihak lain. Menurut Arief
(2006, p11) ,jasa adalah semua aktifitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan
produk dalam bentuk fisik/ konstruktif, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang
sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti
kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah
yang dihadapi konsumen. Kotler (Nasution, 2004, pg6), mendefinisikan jasa sebagai
“setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan kepada pihak lain, pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun, produksi
jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak”. Perusahaan yang
memberikan operasi jasa adalah mereka yang memberikan konsumen produk jasa,
baik yang berwujud atau tidak, seperti transportasi, hiburan, restoran, dan
pendidikan.
35 Tawaran suatu perusahaan ke pasar sering mencakup beberapa jasa.
Komponen jasa dapat berupa bagian kecil atau bagian utama dari seluruh tawaran
tersebut. Dapat dibedakan lima kategori tawaran (Kotler dan Keller 2007, pg 43):
1. Barang berwujud murni – tawaran tersebut terutama terdiri atas barang
berwujud. Tidak satu pun jasa menyertai produk tersebut.
2. Barang berwujud yang disertai jasa – tawaran tersebut terdiri atas barang
berwujud yang disertai oleh satu atau beberapa jasa.
3. Campuran- tawaran tersebut terdiri atas barang dan jasa dengan bagian yang
sama. Misalnya, orang pergi ke restoran untuk mendapatkan makanan dan
minuman.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil – tawaran tersebut
terdiri atas jasa utama bersama jasa tambahan atau barang pendukung.
Contohnya, penumpang pesawat terbang membeli jasa angkutan.
5. Jasa murni – tawaran tersebut terutama terdiri atas jasa. Contohnya, mencakup
penjagaan bayi, psikoterapi, dan pijat.
2.4.1
Klasifikasi Jasa
Menurut Lovelock sebagaimana dikutip oleh Tjiptono&Chandra (2007, pg13),
secara garis besar, klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria pokok :
1. Segmen Pasar
Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan
pada konsumen akhir (misalnya taksi dan asuransi jiwa), dan jasa/ layanan bagi
36 konsumen organisasional (misalnya biro periklanan, jasa akuntansi dan
perpajakan, dan jasa konsultasi manjemen).
2. Tingkat keberwujudan (Tangibility)
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan
konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam:
a. Rented Good Service
Dalam tipe ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu
berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik. Konsumen
hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannya tetap di
tangan pihak perusahaan yang menyewakannya.
b. Owned Good Service
Pada
tipe
ini,
produk-produk
yang
dimiliki
konsumen
direparasi,
dikembangkan atau ditingkatkan untuk kerjanya, atau dipelihara/dirawat
oleh perusahaan jasa. Jenis jasa seperti ini mencakup perubahan pada
bentuk produk yang dimiliki pelanggan.
c. Non Good Service
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah layanan personal bersifat
intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para pelanggan.
3. Keterampilan Penyedia Jasa
Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe pokok jasa.
Pertama profesional services (seperti dosen, konsultan manajemen, konsultan
hukum, konsultan perpajakan, dokter, dan arsitek). Kedua, non-profesional
services (seperti jasa sopir taksi,tukang parkir, dan penjaga malam).
4. Tujuan Organisasi Jasa
Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi commercial
services atau profit services (misalnya penerbangan, bank,dan hotel) dan non-
37 profit services
(seperti sekolah, panti asuhan, perpustakaan umum, dan
museum).
5. Regulasi
Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated services (misalnya jasa
pialang, asuransi, dan perbankan), non-regulated services (seperti katering , jasa
makelar, dan asrama).
6. Tingkat Intensitas Karyawan
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dapat
dikelompokkan menjadi dua macam: equipment-based services (seperti cuci
mobil otomatis, jasa sambungan telepon interlokal dan internasional, mesin ATM
(Anjungan Tunai Mandiri), binatu), dan people-based services (seperti pelatih
renang, satpam, konsultan hukum, dan dokter anak).
7. Tingkat Kontak Penyedia Jasa dengan Pelanggan
Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum layanan dapat dikelompokkan
menjadi high-contact services
konsultasi
bisnis)
dan
(seperti universitas, dokter, pegadaian dan
low-contact services
(misalnya
bioskop,
pasar
sebagaimana
dikutip
oleh
swalayan,jasa telekomunikasi, dan jasa PLN).
2.4.2
Sifat dan Karakteristik Jasa
Menurut
Lovelock
&
Gummerson
Tjiptono&Chandra (2007, pg22), keempat karakteristik jasa yaitu:
1. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat,
material, atau benda; maka jasa justru merupakan perbuatan, tindakan,
pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat
38 dimiliki, maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki (non-
ownership). Walaupun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan didukung
dengan produk fisik (contohnya, sepeda motor, bis,kapal, dan pesawat dalam
jasa transportasi), esensi dari apa yang dibeli pelanggan adalah kinerja yang
diberikan oleh pihak tertentu kepada pihak lainnya.
Jasa bersifat intangible, artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium,
didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible sendiri
memiliki dua pengertian (Berry,1980) : (1) sesuatu yang tidak dapat disentuh
dan tidak dapat dirasakan; dan (2) sesuatu yang tidak mudah didefinisikan,
dirumuskan atau dipahami secara rohaniah.
2. Heterogeneity/ Variability/ Inconsistency
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output,
artinya terdapat banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada
siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Dalam proses produksi dan
konsumsinya jasa melibatkan unsur manusia.
3. Inseparability
Barang
biasanya
diproduksi
terlebih
dahulu,
kemudian
dijual,
baru
dikonsumsi. Sedangkan jasa umunya dijual terlebih dahulu, baru kemudian
diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
4. Perishability
Perishability berarti jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak
dapat disimpan untuk pemakaian ulang di waktu datang, dijual kembali, atau
dikembalikan.
39 2.5
Jasa Transportasi Taksi
2.5.1
Pengertian Transportasi
Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan
masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Trasnportasi adalah kegiatan pemindahan
barang(muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain (Salim, 2006, pg6). Tidak
berbeda jauh dengan yang tertulis dalam KM 35 tahun 2003 pasal 1, dalam keputusan ini
angkutan /transportasi adalah pemindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan.
Untuk
pengelolaan
transportasi,
banyak
faktor-faktor
ekstern
yang
bisa
mempengaruhi jalannya kegiatan perusahaan antara lain :
a. UU/PP – Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah
UU atau kebijaksanaan pemerintah merupakan faktor yang dominan
mempengaruhi terhadap pengelolaan usaha transportasi.
b. Kebijaksanaan/Pengaturan pihak Pemerintah Pusat dan Daerah
Kebijaksanaan pemerintah yang ikut mempengaruhi atas usaha transportasi
adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pengadaan
jasa angkutan umum.
c.
Pengaruh pemakai jasa (demand )
Perusahaan angkutan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan
jasa-jasa angkutan, agar memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada pengguna jasa. Bagi pemakai jasa yang diutamakan dalam soal
40 pengangkutan
ialah
aman,teratur,
tertib,
memuaskan,
cepat,
serta
menyenangkan.
Dalam KM. 35 Tahun 2003 Pasal 28 tertulis bahwa angkutan orang dengan
kendaraan umum tidak dalam trayek, terdiri dari : angkutan taksi, angkutan sewa , angkutan
pariwisata dan angkutan lingkungan. Menurut UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Industri
Jasa Angkutan Umum Pasal 198, dinyatakan bahwa jasa angkutan umum harus
dikembangkan menjadi industri jasa yang memenuhi standar pelayanan dan mendorong
persaingan sehat.
2.5.2
Taksi
Taksi adalah angkutan umum yang menggunakan mobil untuk mengangkut
penumpangnya. Taksi umumnya menggunakan mobil jenis sedan, namun di beberapa
negara ada pula taksi jenis van yang dapat mengangkut lebih banyak penumpang atau
muatan (http://wapedia.mobi/id/Taksi). Dalam KM. 35 Tahun 2003 Pasal 1 , angkutan taksi
adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang diberi tanda khusus
dan dilengkapi dengan argometer yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah
operasi terbatas.
Tarif taksi dihitung melalui dua cara:
•
menggunakan argometer - dihitung secara otomatis tergantung jumlah jarak yang
ditempuh
•
berdasarkan kesepakatan - penumpang dan pengemudi menyepakati tarif sebelum
(kadang bisa juga sesudah) perjalanan
Perbedaan utama antara taksi dengan angkutan umum darat yang modern lainnya
seperti bus terletak pada jumlah penumpangnya. Menggunakan mobil, taksi hanya dapat
41 memuat sekitar 4 penumpang di dalamnya, dan penumpangnya tersebut biasanya berada
dalam satu kelompok. (http://wapedia.mobi/id/Taksi) . Setiap perusahaan jasa angkutan
taksi harus benar-benar memperhatikan segala aspek dalam operasional agar pengguna jasa
angkutan merasa puas yang berhubungan dengan (Salim, 2006,pg18) :
1. Keamanan
2. Ketepatan
3. Keteraturan
4. Kenyamanan
5. Kecepatan
6. Kesenangan
7. Kepuasan
2.6
Pengertian Kualitas
Menurut Crosby sebagaimana dikutip oleh Nasution (2004,p41) menyatakan,
bahwa kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses
produksi, dan produk jadi. Deming menyatakan, bahwa kualitas adalah kesesuaian
dengan kebutuhan pasar. Apabila Juran mendefinisikan kualitas sebagai fitness for
use dan Crosby sebagai enformance to requirement, maka Deming mendefinisikan
kualitas sebagai kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan
harus benar-benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu
produk yang akan dihasilkan. Sedangkan Feigenbaum menyatakan, bahwa kualitas
adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer satisfaction) (Nasution, 2004,
p41).
42 Menurut Goestch Davis (1994), membuat definisi kualitas yang lebih luas
cakupannya, yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan (Yamit, 2004, p8). Pendekatan yang dikemukakan Goetsch Daris
ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir,
yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan
kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang
berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
Perusahaan jasa dan pelayanan lebih menekankan pada kualitas proses,
karena konsumen biasanya terlibat langsung dalam proses tersebut. Sedangkan,
perusahaan yang menghasilkan produk lebih menekankan pada hasil, karena
konsumen umumnya tidak terlibat secara langsung dalam prosesnya. Untuk itu
diperlukan sistem manajemen kualitas yang dapat memberikann jaminan kepada
pihak konsumen bahwa produk tersebut dihasilkan oleh proses yang berkualitas
(Yamit, 2004, p9).
2.6.1
Pengertian Kualitas Layanan
Olsen dan Wyckoff, 1978 (Yamit, 2004, pg22) melakukan pengamatan atas
jasa pelayanan dan mendefinisikan jasa pelayanan adalah sekelompok manfaat yang
berdaya guna baik secara eksplisit maupun implisit atas kemudahan untuk
mendapatkan barang maupun jasa pelayanan. Menurut Wykof dalam Arief (2006,
p118), kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Kualitas dapat dipandang secara luas sebagai keunggulan atau
keistimewaan dan dapat didefinisikan sebagai penyampaian layanan yang relatif
istimewa terhadap harapan pelanggan. Jika perusahaan melakukan hal yang tidak
43 sesuai dengan harapan pelanggan, berarti perusahaan tersebut tidak memberikan
kualitas layanan yang baik. Menurut Lovelock sebagaimana dikutip oleh Utami (2006,
p245) menyatakan bahwa kualitas layanan adalah perspektif
konsumen dalam
jangka panjang dan merupakan evaluasi kognitif dari transfer jasa.
Gronroos mengemukakan bahwa kualitas total jasa terdiri atas tiga
komponen utama (Nasution, 2004, pg47):
a. Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output
(keluaran) jasa yang diterima pelanggan. Menurut Parasuraman, technical
quality dapat diperinci lagi menjadi :
•
Search quality , yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum
membeli.
•
Experience quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan
setelah membeli atau mengkonsumsi jasa.
•
Credence quality, yaitu yang sukar dievaluasi pelanggan, meskipun telah
mengkonsumsi suatu jasa.
b. Functional quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara
penyampaian jasa.
c.
Corporate image, yaitu profit, citra umum, profil, dan daya tarik khusus suatu
perusahaan.
2.6.2
Pelayanan yang Unggul (Service Excellence)
Dalam menentukan kualitas jasa, setiap perusahaan memerlukan service
excellence. Yang dimaksud dengan service excellence atau pelayanan yang unggul
yakni, suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara
memuaskan (Nasution, 2004, pg49).
44 Secara garis besar, ada empat unsur pokok dalam konsep kualitas, yaitu
kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Keempat komponen tersebut
merupakan satu kesatuan pelayanan yang terintegrasi, maksudnya pelayanan atau
jasa menjadi excellent, setiap karyawan harus memiliki ketrampilan tertentu, di
antaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah, menguasai pekerjaannya,
baik tugas yang berkaitan pada bagian atau departemennya maupun bagian lainnya,
mampu berkomunikasi dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat pelanggan, dan
memiliki kemampuan menangani keluhan pelanggan secara profesional. Upaya
mencapai excellent bukanlah pekerjaan yang mudah. Tetapi bila hal tersebut
dilakukan , maka perusahaan yang bersangkutan akan dapat meraih manfaat besar,
terutama berupa kepuasan dan loyalitas pelanggan yang besar.
Pelayanan
yang
unggul
menjadi
sangat
penting
karena
kepuasan
penumpang merupakan sasaran untuk menghadapi kompetensi di masa datang dan
merupakan promosi terbaik, selain itu sebagai aset penting menjamin pertumbuhan
dan perkembangan perusahaan. Pada prinsipnya, ada tiga kunci dalam memberikan
pelayanan pelanggan yang unggul ,yaitu berikut ini :
1.
Kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan, termasuk di
dalamnya tipe-tipe pelanggan yang loyal.
2.
Pengembangan database yang lebih akurat daripada pesaing yang mencakup
data kebutuhan dan keinginan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi
persaingan.
3.
Pemanfaatan informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu kerangka
strategis.
45 Sasaran dan manfaat dari service excellence dikemukakan dalam tabel berikut :
Tabel 2.5 Sasaran dan Manfaat Service Excellence
Sasaran Service
Manfaat Service Excellence
Excellence
Bagi Pelanggan
Memuaskan pelanggan
Bagi Karyawan
Kebutuhan terpenuhi
Bagi Perusahaan
Lebih percaya
Meningkatkan kesan
diri
profesional (corporate
image)
Meningkatkan loyalitas
Merasa
dihargai
dan
pelanggan
mendapatkan pelayanan
Ada
kepuasan
Kelangsungan usaha
pribadi
perusahaan terjamin
Menambah
Mendorong masyarakat
ketenangan
untuk
bekerja
dengan perusahaan
Memupuk
Mendorong
semangat untuk
kemungkinan ekspansi
yang baik
Meningkatkan penjualan
produk
dan
Mereka dipercaya
jasa
perusahaan
Meningkatkan
Merasa
pendapatan perusahaan
perusahaan
menemukan
yang
profesional
berhubungan
meniti karir
Sumber : Elhaitammy (Nasution, 2004, pg50)
2.6.3
Perspektif Kualitas
Menurut Garvin sebagaimana dikutip oleh Tjiptono (2008, pg77) terdapat
lima perspektif kualitas yang berkembang saat ini dan kelima macam perspektif
inilah yang bisa menjelaskan mengapa kualitas diinterpretasikan secara berbeda oleh
masing-masing individu dalam konteks yang berlainan. Kelima perspektif tersebut :
46 1. Transcendental approach
Dalam perspektif ini, kualitas dipandang sebagai innate excellence, yaitu
sesuatu yang secara intuitif bisa dipahami namun nyaris tidak mungkin
dikomunikasikan. Perspektif ini menegaskan bahwa orang hanya bisa
belajar memahami kualitas melalui pengalaman yang didapatkan dari
eksposur berulang kali (repeated exposure).
2. Product-based approach
Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas merupakan karakteristik,
komponen atau atribut obyektif yang dapat dikuantitatifkan dan dapat
diukur. Perbedaan dalam hal kualitas mencerminkan perbedaan dalam
jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Semakin banyak
atribut yang dimiliki sebuah produk atau merek, semakin berkualitas produk
atau merek bersangkutan. Karena perspektif ini sangat objektif, maka
kelemahannya adalah tidak bisa menjelaskan perbedaan dalam selera,
kebutuhan, dan preferensi individual.
3. User-based approach
Perspektif ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas bergantung pada
orang yang menilainya (eyes of the beholder), sehingga produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas
paling tinggi. Perspektif yang subjektif dan demand-oriented ini juga
menyatakan bahwa setiap pelanggan memiliki kebutuhan dan keinginan
masing-masing yang berbeda satu sama lain, sehingga kualitas bagi
seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakannya.
4. Manufacturing-based approach
Perspektif ini bersifat suppy-based dan lebih terfokus pada praktik-praktik
perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai
47 kesesuaian
atau
kecocokan
dengan
(conformance
persyaratan
to
requirements). Dalam konteks bisnis jasa, kualitas berdasarkan perspektif
ini cenderung bersifat operations-driven. Jadi yang menentukan kualitas
adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang
membeli dan menggunakan produk/jasa.
5. Value-based approach
Perspektif ini memandang kualitas dari aspek nilai dan harga. Dengan
mempertimbangkan
trade-off
antara
kinerja
dan
harga,
kualitas
didefinisikan sebagai affordable excellence, yakni tingkat kinerja “terbaik”
atau yang sepadan dengan harga yang dibayarkan. Kualitas dalam
perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling
tinggi belum tentu produk yang bernilai. Akan tetapi, yang paling bernilai
adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli.
2.6.4
Dimensi Kualitas Layanan
Parasurman, Zeithaml, dan Berry (Tjiptono&Chandra, 2007, pg133),
menyusun lima dimensi utama sesuai dengan urutan tingkat kepentingan relatifnya
adalah sebagai berikut :
1. Reliabilitas
(reliability),
berkaitan
dengan
kemampuan
perusahaan
untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan
apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
2. Daya tanggap (responssiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan
para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons permintaan
mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian
memberikan jasa secara cepat.
3. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa
48 aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu
bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.
4. Empati (empathy ), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan
bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal
kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Bukti fisik (tangibles ), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan
material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.
2.7
Perilaku konsumen
2.7.1
Pengertian Perilaku Konsumen
Craig-Less, Joy&Browne mendefinisikan perilaku konsumen (consumer
behaviour) adalah “aktivitas-aktivitas individu dalam pencarian, pengevaluasian,
pemerolehan, pengonsumsi, dan penghentian pemakaian barang dan jasa” (Tjiptono,
2005, pg39). Perilaku konsumen adalah dinamis,menekankan bahwa seorang
konsumen, kelompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu (Rangkuti, 2006,p59).
Berdasarkan pada
Schiffman
dan Kanuk
(2008,pg6), studi
perilaku
konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan
sumber daya mereka yang tersedia (waktu,uang, usaha) guna membeli barangbarang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka
beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli,
seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya.
Sedangkan Schiffman dan Kanuk dalam Ihalauw (2005, pg9) mendefinisikan perilaku
konsumen adalah “proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli,
49 menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun
ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya”. Jadi dapat dikatakan bahwa
perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan
(decision units), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusankeputusan
beli
atau
melakukan
transaksi
pembelian
suatu
produk
dan
mengkonsumsinya. Berdasarkan Kotler & Armstrong (2001,p195), perilaku membeli konsumen
didefinisikan sebagai individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa
untuk konsumsi pribadi. Setiap hari konsumen menentukan berbagai pilihan
pembelian. Perusahaan yang benar-benar memahami bagaimana tanggapan
konsumen atas sifat-sifat produk, harga dan pendekatan iklan yang berbeda memiliki
keunggulan yang besar atas pesaingnya. Titik awalnya adalah model rangsanganrangsangan dari perilaku membeli yang digambarkan sepert berikut ini :
Pemasaran dan
rangsangan
lainnya
Kotak hitam
pembeli
Tanggapan
pembeli
Produk, harga,
distribusi, promosi
Karakteristik
pembeli
Ekonomi,
teknologi, politik,
budaya
Proses keputusan
membeli
Pemilihan produk
Pemilihan merek
Pemilihan dealer
Waktu pembelian
Jumlah pembelian
Gambar 2.2 Model Perilaku Pembeli
Sumber : Kotler & Armstrong (2001, p196)
50 2.7.2
Tipe-tipe Perilaku Konsumen
Assael membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada
tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek (Simamora,2002,p22-24).
1. Perilaku membeli yang rumit (Complex Buying Behavior)
Perilaku membeli yang rumit membutuhkan keterlibatan yang tinggi dalam
pembelian dengan berusaha menyadari perbedaan-perbedaan yang jelas di antara
merek-merek yang ada.
2. Perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokan (Dissonance Reducing Buying
Behavior)
Perilaku membeli semacam ini mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen
menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan diantara berbagai merek.
3. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (Habitual Buying Behavior)
Dalam hal ini, konsumen membeli suatu produk atau jasa berdasarkan kebiasaan,
bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk/ jasa
secara berulang bukan karena merek, tetapi karena mereka sudah mengenal
produk/jasa tersebut.
4. Perilaku pembeli yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior)
Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih terdapat perbedaan
merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan
bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan suatu yang mutlak.
51 2.7.3
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Berdasarkan pendapat Engel , faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku
konsumen adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal, dan faktor
psikologis (Simamora, 2002,p6-13).
1. Faktor Kebudayaan, faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas dan
paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran
yang dimainkan oleh :
-
Kultur, adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan
perilaku seseorang. Perilaku biasanya dipelajari dari lingkungan
sekitar, sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antara
seorang yang berada di lingkungan berbeda maka perilakunya
berbeda pula.
-
Subkultur, tiap kultur mempunyai subkultur yang lebih kecil,
atau kelompok
orang
dengan sistem
nilai
yang
sama
berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama.
-
Kelas sosial, kelas sosial memperlihatkan preferensi produk
dan merek yang berbeda.
2.
Faktor Sosial, faktor-faktor berikut sangat mempengaruhi tanggapan
konsumen :
-
Kelompok, yang dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup
misalkan pilihan produk/jasa dan merek yang akan dipilih
seseorang.
-
Keluarga, anggota keluarga pembeli dapat memberikan
pengaruh kuat terhadap perilaku pembeli.
-
Peran dan status, posisi seorang dalam tiap kelompok dapat
ditentukan dari segi peran dan status. Tiap peran membawa
52 status
yang
mencerminkan
penghargaan
umum
oleh
masyarakat.
3. Faktor Pribadi, keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti :
-
Usia dan tahap Daur Hidup, kebutuhan dan selera seseorang akan
berubah sesuai dengan usia. Dan pembelian dibentuk oleh tahap
daur hidup keluarga.
-
Pekerjaan, pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa
yang dibelinya.
-
Keadaan ekonomi, keadaan ini sangat mempengaruhi pilihan
produk/jasa.
-
Gaya hidup, gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan
orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan
pendapatnya.
-
Kepribadian dan Konsep diri, kepribadian sangat bermanfaat untuk
menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau
merek. Sedangkan konsep diri berbaur dalam tanggapan konsumen
terhadap citra suatu produk atau jasa.
4. Faktor Psikologis
- Motivasi, motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan
seseorang untuk mengejar kepuasan.
- Persepsi, orang bertindak dipengaruhi oleh persepsi mengenai
situasi. Kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama
53 dapat
bertindak
secara
berbeda
karena
perbedaan
persepsi
seseorang terhadap situasi itu.
- Proses belajar (Learning), proses belajar menjelaskan perubahan
dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman dan
kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses belajar.
- Kepercayaan dan sikap, kepercayaan adalah pemikiran deskriptif
yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Sedangkan sikap adalah,
organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi, dan proses
kognitif kepada suatu aspek. Kepercayaan akan membentuk citra
produk dan merek sedangkan sikap menuntun orang untuk
berperilaku secara relatif konsisten terhadap objek yang sama.
Kepercayaan dapat berupa pengetahuan, pendapat, atau sekadar
percaya.
2.8
Sikap Konsumen
Schiffman dan Kanuk ,menyatakan bahwa sikap adalah ekpresi perasaan
(inner feeling), yang mencerminkan apakah sesorang senang atau tidak senang,
suka atau tidak suka ,dan setuju atau tidak terhadap suatu objek. Objek yang
dimaksud bisa berupa merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu, dan lain-lain.
Kalau kedua ahli di atas memandang sikap dari segi perasaan, maka Alport
menyatakan sikap sebagai predisposisi yang dipelajari (learned predisposition) untuk
berespons terhadap suatu objek atau kelas objek dalam suasana menyenangkan
atau tidak menyenangkan secara konsisten (Simamora,2002,p152).
Lefton
mendefinisikan
sikap
adalah
pola
perasaan
,keyakinan
dan
kecenderungan perilaku terhadap orang, ide atau obyek yang tetap dalam jangka
54 waktu yang lama . Schiffman dan Kanuk (2000) mengatakan bahwa sikap adalah
predisposisi yang dipelajari dalam merespons secara konsisten sesuatu obyek ,
dalam bentuk suka atau tidak suka (attitude is a learned predisposition to respond in
a consistently favorable or unfavorable manner with respect to a given object).(
Prasetijo dan Ihalauw, 2005, p104).
Dalam setiap definisi sikap dijumpai, terlihat bahwa para penulis setuju akan
adanya konsep-konsep sebagai berikut (Ristiyanti, 2005, p104) :
•
Obyek, Dalam bersikap ada obyek yang disikapi. Obyek disini mempunyai arti
yang luas seperti : issues (masalah, pokok persoalan), tindakan, perilaku, cara
kerja, orang atau peristiwa. Dalam konteks sikap konsumen, obyek dapat
diartikan sebagai kategori produk, brand, service (jasa), iklan, harga penyalur
dan sebagainya.
•
Sikap adalah sesuatu predisposisi yang dipelajari ( Learned Predisposition)
predisposisi
disebut
juga
kecenderungan
umum.
Dalam
sikap
ada
kecenderungan umum yang dipelajari atau dibentuk dan karena itu sikap
memiliki kualitas motivasional yang dapat mendorong konsumen kepada suatu
perilaku tertentu. Dalam terapan pemasaran, sikap yang relevan terhadap
perilaku beli terbentuk dari pengalaman langsung menggunakan produk, dari
informasi yang diperoleh dari orang lain atau dari media massa.
•
Sikap itu konsisten. Secara relatif, sikap selalu konsisten dengan perilaku yang
diperlihatkannya. Sekali sikap terbentuk, tak mudah untuk mengubahnya. Hal
ini penting dipahami karena walaupun resisten terhadap perubahan, sikap bisa
berubah, tetapi sulit. Untuk membentuk sikap positif terhadap suatu produk
55 diperlukan biaya promosi yang tidak sedikit, dan apabila sikap terhadap suatu
produk (terutama sikap negatif) sudah terbentuk, sulit sekali mengubahnya.
•
Sikap terjadi dalam situasi tertentu. Situasi adalah peristiwa atau keadaan
pada saat pengamatan. Situasi ini mempengaruhi hubungan antara sikap dan
perilaku.
•
Sikap itu terarah, dan mempunyai intensitas tertentu. Dikatakan terarah
karena sikap menyebabkan orang mempunyai pandangan negatif atau positif
terhadap obyek sikap. Seberapa besar ketidaksukaannya atau kesukaannya
terhadap obyek sikap dinyatakan oleh intensitas sikap itu.
Sikap konsumen merupakan salah satu komponen penting dalam perilaku pembelian
dan pemilihan produk/jasa. Dalam proses pengambilan keputusan ada dua variabel
pemikiran dalam sisi psikologis seorang konsumen, yaitu sikap dan kebutuhan. Sikap
merupakan suatu kecenderungan untuk berperilaku dan dapat dipengaruhi oleh situasi. Sikap
konsumen terhadap produk atau jasa tertentu bisa bersfiat positif maupun negatif.
Dua fase pembentukan sikap :
1. Pada saat konsumen tidak mempunyai pengetahuan atau sikap terhadap merek,
pembentukan sikap terhadap merek sangat diperlukan.
2. Apabila sikap telah terbentuk, fase berikutnya adalah bagaimana mengubah sikap.
Konsumen mulai belajar tentang sikap terhadap merek produk atau jasa tertentu
sebelum melakukan tindakan pembelian.
Model tiga komponen sikap (three component attitude model) merupakan model yang
dikembangkan oleh para ahli perilaku yang menentukan secara tepat komposisi sikap dengan
56 maksud agar perilaku dapat dijelaskan dan diprediksi. Ketiga komponen tersebut adalah
sebagai berikut (Prasetijo dan Ihalauw, 2005, p106) :
1. Komponen Kognitif , ialah pengetahuan (cognition) dan persepsi yang diperoleh
melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan obyek sikap (attitude object)
dan informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber. Komponen ini seringkali
dikenal sebagai keyakinan/kepercayaan (beliefs) sehingga konsumen yakin bahwa
suatu obyek sikap memiliki atribut-atribut tertentu dan bahwa perilaku tertentu akan
menjurus ke akibat/hasil tertentu.
2. Komponen Afektif , ialah emosi atau perasaan terhadap suatu produk atau merek
tertentu. Emosi dan perasaan terutama mempunyai hakikat evaluatif ,yaitu apakah
konsumen suka atau tidak terhadap produk tertentu.
3. Komponen Konatif ,ialah kecenderungan sesorang untuk melaksanakan suatu
tindakan atau perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek sikap. Komponen
konatif lazimnya diperlakukan sebagai ekspresi niat konsumen untuk membeli atau
menolak suatu produk atau jasa.
Cognitive Component
SIKAP
Conative
Component Affective
Component Gambar 2.3 Model Tiga Komponen Sikap
57 Sumber : Prasetijo dan Ihalauw (2005, p108)
Sikap memiliki empat fungsi dalam mempengaruhi tiap-tiap indivindu (Rangkuti,2006,p67) :
a. Fungsi penyesuaian
•
Mengarahkan pada objek yang menyenangkan
•
Menghindari objek yang tidak menyenangkan
•
Memaksimalkan konsep reward and punishment
•
Sikap konsumen sebagian besar tergantung pada persepsi mereka
tentang apa yang memuaskan dan merugikan mereka
b. Fungsi mempertahankan ego
•
Sikap membantu pertahanan ego untuk melindungi citra diri dari
ancaman
•
Sikap membantu menjaga citra diri kita, walaupun hal ini sering tidak
kita sadari
c.
Fungsi pengekpresian nilai
•
Sikap
memungkinkan
orang
untuk
mengekpresikan
nilai-nilai
sentranya.
•
Dengan sikap, sesorang dapat lebih mudah menerjemahkan nilainilainya kedalam hal yang lebih nyata.
58 d. Fungsi pengetahuan
Manusia memiliki kecenderungan mencari stabilitas, definisi, dan pemahaman
yang menimbulkan sikap untuk memproses pengetahuan. Apa yang ingin
diketahui pun cenderung spesifik, tertuju pada apa yang perlu atau tidak
perlu dipahaminya.
Sikap positif tidak selalu mengarah pada pembelian. Menurut
pendapat Rangkuti (2006,p65). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
renggangnya hubungan sikap dan perilaku adalah :
• Harga
• Ketersediaan produk
• Perubahan kondisi pasar
2.9
Proses Pembelian Jasa
Ketika pelanggan memutuskan untuk membeli suatu jasa guna memenuhi
kebutuhannya yang belum terpenuhi ,mereka umumnya melewati proses pembelian
yang lebih rumit daripada apabila mereka membeli barang. Ciri-ciri jasa seperti
ketidakberwujudan dan keragaman membuat pelanggan sulit menilai berbagai
pilihan sebelum mereka membeli suatu jasa.
Proses pembelian adalah tahap di mana seorang pelanggan mengalami
tahap-tahap memilih, mengkonsumsi, dan menilai suatu jasa. Proses pembelian
terbagi atas tiga tahap (Lovelock, 2005, p74) :
59 1. Tahap pra-pembelian
Tahap
pertama
dalam
proses
pembelian
jasa,
di
mana
pelanggan
mengidentifikasi berbagai alternatif, menimbang-nimbang manfaat dan risiko,
dan membuat keputusan pembelian.
2. Tahap Pertemuan jasa
Tahap kedua dalam proses pembelian jasa, di mana terjadi penyerahan jasa
melalui interaksi antara pelanggan dan penyedia jasa.
3. Tahap pasca- pembelian
Tahap terakhir dalam proses pembelian jasa, di mana pelanggan menilai kualitas
jasa dan kepuasan atau ketidakpuasan mereka terhadap hasil jasa tersebut.
Pelanggan mengevaluasi kualitas jasa dengan membandingkan apa yang mereka
harapkan dengan apa yang mereka anggap telah mereka terima. Jika harapan
mereka terpenuhi bahkan terlampaui, mereka yakin telah menerima jasa yang
berkualitas tinggi.
2.10
Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan analisis dimana masalah yang diteliti bersifat
multidimensional dan menggunakan tiga atau lebih variabel (Kuncoro, 2003,p211).
Analisis multivariate dibagi menjadi dua kategori utama yaitu:
1. Dependence Method.
Analisis ketergantungan digunakan apabila tujuan dari analisis adalah
untuk menjelaskan atau memprediksi variabel terikat berdasarkan dua
atau lebih variabel bebas. Metode ini terdiri dari 4 macam yaitu Analisis
60 Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis), Analisis Diskriminasi
Berganda (Multiple Discriminant Analysis), Analisis Multivariat Varians
(Multivariate Analysis of Variance), dan Analisis Korelasi Kanonikal
(Canonical Correlation Analysis).
2. Metode Saling Ketergantungan (Interdependence Method).
Metode yang digunakan untuk menjelaskan seperangkat variabel atau
mengelompokkan berdasarkan variabel-variabel tertentu. Metode ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu Analisis Faktor (Factor Analysis),
Analisis
Kluster
(Cluster
Analysis),
dan
Skala
Multidimensional
(Multidimensional Scaling).
2.10.1 Analisis Cluster
Analisis cluster termasuk dalam analisis statistik multivariat metode
interdependen. Sebagai alat analisis interdependen maka tujuan analisis cluster tidak
untuk menghubungkan ataupun membedakan dengan sampel/variabel lain. Analisis
cluster merupakan salah satu alat analisis yang berguna sebagai peringkas data.
Dalam meringkas data ini dapat dilakukan dengan jalan mengelompokkan objekobjek berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu di antara objek-objek yang
hendak diteliti (Tim Penelitian dan Pengembangan, 2005, p120).
Yang dimaksud dengan analisis cluster
ialah merupakan suatu teknik
analisis statistik yang digunakan untuk membuat klasifikasi individu-individu atau
objek-objek ke dalam kelompok-kelompok lebih kecil yang berbeda satu dengan
yang lain (Sarwono, 2009,pg218). Menurut Suliyanto (2005,p140) Analisis klaster
merupakan uji interdependensi sehingga dalam analisis ini tidak ada variabel bebas
maupun variabel tergantung. Analisis klaster pada prinsipnya digunakan untuk
61 mengelompokkan objek (responden, konsumen, produk dan lain-lain) atau
merupakan proses untuk meringkas sejumlah objek menjadi lebih sedikit dan
menamakannya sebagai klaster.
Analisis cluster dapat dipakai pada bidang apa saja. Namun, pemakaian
teknik ini lebih familiar pada bidang pemasaran karena memang salah satu kegiatan
yang dilakukan dalam pemasaran adalah pengelompokan, yang disebut segmentasi
pasar.
Istilah klaster berkenaan dengan objek-objek yang memiliki kemiripan.
Analisis klaster juga dilakukan untuk mengelompokkan objek-objek. Berdasarkan
karakteristik yang dimiliki, dengan analisis klaster sekelompok objek dapat
dikelompokkan. (Simamora, 2005,p200).
Dalam pemasaran, misalnya, tujuan segmentasi pasar adalah untuk
mengenal segmen-segmen yang efektif, sehingga perusahaan dapat memilih satu,
beberapa,atau semua segmen sebagai pasar sasaran. Kalau tidak sesuai dengan
sasaran peneliti, pengelompokkan tidak berguna (Simamora, 2005,p202).
Kim & Kim dalam (www.proquest.com) mengatakan bahwa analisis cluster
tidak seperti metode-metode statistik lainnya untuk klasifikasi. Penggunaan utama
analisis cluster adalah untuk segmentasi pemasaran. Namun, telah terbukti sangat
berguna dalam beberapa konteks yang berbeda. Teknik ini telah digunakan untuk
mencari pemahaman yang lebih baik dengan mengidentifikasi perilaku pembeli yang
homogen.
Tujuan utama analisis klaster adalah untuk menempatkan sekumpulan objek
ke dalam dua atau lebih grup berdasarkan kesamaan-kesamaan objek atas dasar
berbagai karakteristik. (Simamora,2005,p201).
Analisis Cluster dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
62 1) Hierarchical Cluster , yaitu metode pengelompokkan di mana jumlah kelompok
yang terbentuk belum diketahui oleh peneliti. (Simamora,2005,p141).
o
Agglomerative, dimulai dengan menempatkan objek dalam klaster-klaster
yang berbeda, lalu mengelompokkan objek secara bertahap ke dalam
klaster-klaster yang lebih besar. Beikut adalah beberapa metode, yaitu :
™ Linkage Method
1. Metode Pautan Tunggal atau Single linkage method didasarkan
pada jarak minimum atau aturan tetangga terdekat. Metode ini
akan mengelompokkan dua objek yang mempunyai jarak
terdekat dahulu.
2. Metode Keterkaitan Lengkap atau Complete linkage didasarkan
pada jarak maksimum atau tetangga terjauh.
3. Metode Keterkaitan Rata-rata atau Average linkage, dalam
metode ini jarak antara dua klaster dianggap sebagai jarak ratarata antara semua anggota dalam satu klaster dengan semua
anggota klaster lain.
™ Variance Method
1. Ward’s Method
Adalah metode varians yang umum dipakai, bertujuan untuk
memperoleh kluster yang memiliki varians internal klaster
sekecil mungkin.
63 ™ Centroid Method
Dalam metode centroid, jarak antarkluster adalah jarak antara
centroid mereka. Centroid sendiri adalah rata-rata semua anggota
dalam cluster.
Dari pendekatan hierarkis, sejauh ini metode average linkage dan metode
Ward’s
merupakan metode terbaik.(Simamora,2005,p218).
Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan software SPSS untuk menentukan berapa jumlah klaster yang
akan dibentuk dengan metode Ward’s dan memilih ukuran jarak squared euclidean
distance (Simamora,2005,p220). Dan selanjutnya, akan digunakan dengan K-means
Cluster.
o
Divisive, dalam prosesnya merupakan kebalikan dari metode aglomeratif.
Metode ini dimulai dengan menempatkan semua objek sebagai satu klaster.
Lalu, secara bertahap, objek-objek dipisahkan ke dalam klaster-klaster yang
berbeda, sampai semua objek menjadi klaster sendiri-sendiri.
2) Non- Hierarchical (K-means Cluster) yaitu, metode pengelompokkan di mana
jumlah kelompok yang terbentuk sudah diketahui oleh peneliti. (Simamora,
2005,p141). Pengelompokkan secara hierarki biasanya digunakan untuk jumlah
sampel yang relatif sedikit, sedangkan untuk data yang banyak (diatas 200
sampel) dapat digunakan klaster K-means (Suliyanto,2005,p141).
64 2.11
Kerangka Pemikiran
Industri Transportasi
(Perusahaan Jasa Taksi)
Pengguna Taksi Di Jakarta
Segmentasi :
•
Demografis
•
Psikografis
•
Perilaku
Kualitas Layanan Taksi
Berdasarkan Atribut :
•
Keamanan
•
Ketepatan
•
Keteraturan
•
Kenyamanan
•
Kecepatan
•
Kesenangan
•
Kepuasan
Pemetaan Konsumen
Rekomendasi
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Sumber : Hasil olah data penulis, 2009
65 
Download