TIADA PENGAMPUNAN TINDAKAN MENGHUJATROH KUDUS Kevin Tonny Rey1 Abstraksi Saat ini kita dihadapkan dengan argumentasi tentang segala dosa manusia telah ditanggungkan kepada Yesus yang mati di salib dan bangkit. Kita mendapat jaminan dari perkara-perkara rohani. Pertanyaan yang muncul adalah “Apakah semua manusia diampuni dosanya?”atau “Apakah semua manusia tidak diampuni dosanya?” Potensi dosa manusia diampuni Allah, tetap terbuka. Namun demikian bukankah dalam Alkitab jelas menyatakan bahwa hanya mereka yang menjadi umat pilihan yang mendapatkan pengampunan dosa, dan di luar mereka yang terpilih harus mempertanggung-jawabkan dosa yang telah merusak natur manusia yang membawa manusia kepada orientasi kejahatan. Berbicara tentang dosa, kita dihadapkan dengan dua fakta dalam Alkitab yang menyatakan bahwa ada dosa yang dapat diampuni dan dosa yang tidak dapat diampuni. Berbahagialah kita yang dosa kita diampuni Allah. Tetapi, bagaimanakah dosa yang tetap ada dalam hidup mereka yang menolak Yesus? Tulisan ini berusaha untuk melihat dan memutuskan dengan dasar Firman Allah terhadap isu tentang dosa yang tidak terampuni. Sebagai presuposisi dalam tulisan ini adalah segala keputusan Allah ditentukan dan ditetapkan Allah berdasarkan kehendak-Nya. Misteri Allah milik Allah, manusia tidak dapat menembusnya dan memahami Allah dengan sempurna. Tidak ada kekuatan lain yang mampu menggeser Allah sehingga manusia yang mengontrol segala keadaan. Hal itu tidak mungkin terjadi dan kirannya Allah selalu dimuliakan dimana kita berada. Blasphemy Against Spirit Is Unforgiveable Abstract Todays, we are being against an argument that human sins had been bore on Jesus’ died at the cross. We had spiritual guarentee. The question emerged: “is everyone being forgiven of their sins?” or “not everyone is being forgiven?” There is always a chance opened wide to be forgiven for human. Anyway, doesn’t Bible clearly state that only chosen people who will have mercy, other than should responsible the sins that destructed human nature and brought them to the wickedness oriented. When it comes to sin, we are faced two biblical facts about forgiven sin and unforgiven one. Blessed are we whose sins are forgiven by God. So, what about sin did remain in them who reject Jesus? This paper is trying to view and consider an issue about unforgiveable sin base on God’s Word. The presupposition 1 STT “Intheos” Surakarta ([email protected]). is,that every God’s decision is determined and judged by God’s only will. The mystery of God is absolutely God’s alone, that human can not reach it out and have the understanding of God perfectly. There’s no power can move Him aside and take control of everything; that’s most impossible. So, may God shall be glorified. Keywords: blasphemy, hujatan, unforgiveable sin, dosa yang tak terampuni maupun dalam hubungan-hubungan privat. Hukum itu muncul dalam bentuk peraturan-peraturan yang menentukan hak dan kewajiban orang. Kekuasaan dalam negara membentuk hukum itu dan menjamin agar hukum ditaati. Bila terdapat orang yang tidak taat pada aturan hukum, maka mereka dijatuhi hukuman.3 PENDAHULUAN Istilah ‘pengampunan’ acap kali dihubungkan dengan konteks hukuman, baik dalam perspektif ‘hukum profan’ maupun ‘hukum sakral’ dalam fungsionalitasnya yang sejatinya Allahlah sumber hukum itu. Montesquieu, seorang Hal itu berarti, bahwa hukuman diberikan ahli hukum mengatakan bahwa “Ada kepada seseorang karena tidak taat pada suatu Akal yang Mencipta, dan ‘Tuhan’ aturan hukum yang berlaku. Hukum ini ‘terhubung dengan alam semesta sebagai sebagai pencipta dan pemelihara; dengan hukuman adil dan damai di suatu komunitas dan hukum itu juga yang ia gunakan memelihara pelaksanaan bertujuan untuk menata kehidupan yang hukum ia menciptakan segala sesuatu, untuk dasar sehingga tercipta kehidupan yang serasi mereka.”2Hukum dan harmonis yang menghargai dan sebagai suatu sistem aturan tatanan melindungi hak-hak kodrati individu di kehidupan yang menempatkan manusia dalamnya. Hukum diadakan bukan untuk sebagai pelaku hukum dalam suatu melanggar hak-hak individu, sebaliknya komunitas. Pelanggaran terhadap suatu menjamin aturan akan mendapatkan hukuman. hak-hak aktualisasinya Hukum ditemukan sebagai gejala dalam hidup bersama manusiaguna mengatur hidup bersama itu, baik dalam hubungan–hubungan publik, yang individu dalam mendatangkan keadilan dan damai sejahtera. “Demikian juga 2 3 Montesquieu. The Spirit of Laws, Dasardasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik(Bandung: Nusa Media, 2011), hlm. 86 dalam menciptakan kebaikan Theo Huijbers. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Kanisius, 1982), hlm. 12 69 ataukesejahteraan umum, pemberlakuan Di sisi lain, berdasarkanperspektif hukum tidak boleh bertentangan dengan iman Kristen, relasi Allah dan manusia manusia.”4Pada (umat-Nya) didasarkan pada konteks konteks hukuman masih ada harapan pendamaian yang meliputi pengampunan akan suatu pengampunan. Hukuman bagi dosa orang yang telah dinyatakan bersalah Pemulihan relasi yang rusak karena dapat dibatalkan melalui pengampunan kejatuhan manusia dalam dosa atau atau pemberian grasi. pemberontakan manusia terhadap Allah pelaksanaan hak-hak dimulai Pengampunan merupakan bagian dari usaha menciptakan kehidupan dan damai dengan memberikan yang sejahtera Allah. Allahlah pengampunan dosa dan harmonis, mendatangkan kesejahteraan menghadirkan dan keadilan masyarakat. “Keadilan bisa mereka yang menerima restorasirelasidan memadukan konsep mengenai perlakuan rekonsiliasi setara dan konsep pengabaian.”5 Konsep Pengampunan berorientasi pada hidup pengabaian dalam konteks memberikan yang memiliki damai sejahtera, keadilan pengampunan dan kepada individu yang damai yang sejahtera dengan kebenaranAllah. bagi diri-Nya. Pengampunan bersalah berdasarkan motif tertentu dapat bukanlah suatu konsep semata yang sulit dilakukan.Pada diwujudkan, dimensi hukum sebaliknya kehidupan pasti akan terjadi proses merupakan pengampunan mendapatkanpemulihan adalah yang hidup tujuan akhirnya damai.Pengampunan bagian pengampunan dari hidup proses yang bersumber pada Allah. diberikan berdasarkan alasan-alasan dan Pada konteks kejatuhan manusia latar belakang tertentu yang berkaitan dalam dosa–perspektif iman Kristen - dengan dan menegaskan bahwa manusia tidak lagi objektif-material. Pengampunan menjadi memiliki damai sejahtera Allah dalam jalan hidupnya. Segala kecenderungan hati segi untuk subjektif-formal menikmati kebahagiaan manusia hidup. selalu berorientasi pada kejahatan (Kej 6:5), hal itu berarti dosa 4 E. Sumaryono. Etika & Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 258 5 Karen Lebacqz. Teori-teori Keadilan, Six Theories of Justice(Bandung: Nusa Media, 2011), hlm. 24 telah menjadikan manusia tidak memiliki kebenaran/ kebaikan. Dosa menjadikan manusia butuh pendamaian Allah. Hidup 70 manusia terpenjara dalam sistem dosa Pada Perjanjian Lama, pengampunan yang menghilangkan damai Ilahi dan dosa dan pendamaian diidentifikasikan membutuhkan dengan persembahan korban binatang pengampunan dosa. Manusia yang hidup dalam sistem dosa halal tidak mampu menikmati relasi yang Perjanjian sempurna dengan Allah yang sejati. diidentifikasikan Manusia secara umum hanya berusaha Perjamuan untuk melakukan imitasi damai sejahtera Perjamuan Kudus merupakan pewartaan Allah– yang dihadirkan bukan berasal dari dari memberikan pengampunan dosa. “...Fakta Allah pencipta melainkan dari yang tersembelih Baru, sedangkan pengampunan dengan Kudus (I pengorbanan dosa perayaan Kor Kristus 11:25). untuk ciptaan Allah - yang sejatinya adalah bahwa suatu usaha yang sia-sia. merupakan contoh yang agung dari pola Secara teologis, pengampunan dosa pengorbanan pengorbanan diri Lewi.”6 Secara Kristus teknis, memberikankepastian tentang pemulihan proses pengampunan dosa dalam PL dan relasi manusia (umat-Nya) dengan Allah. PB berbeda namun esensi pewartaannya Allah tidak menghukum individu yang sama yaitu melalui tindakan pengorbanan terpilih sebaliknya mengampuni dosa dan ada pengampunan dosa bagi pribadi yang menjadikan manusia berdosa sebagai ada dalam Kristus Yesus. Di umat-Nya.Hal itu sesuai dengan Roma lain pihak, ada pemahaman 8:1 “Demikianlah sekarang tidak ada tentang tidak adanya pengampunan bagi penghukuman bagi mereka yang ada di tindakan menghujat Roh Kudus (Mat dalam Kristus Yesus.” Artinya, ada 12:24,31-32, Luk 12:10). Tidak ada sebuah jaminan kepastian bagi kita yang pengampunan berarti tetap ada dalam ada penghukuman, tetap ada pada posisi dalam Kristus Yesus, tidak memperoleh penghukuman karena dosa. lawan Sebaliknya kita memperoleh pembebasan pendamaian.Pemahaman karena Allah. membawa kita pada suatu hasil telisik Pengampunan dosa menjadikan kita – pertanggung-jawaban argumentasi dari pribadi dalam Kristus –berdamai dengan suatu konsep yang menyatakan bahwa pengampunan dari Allah dan memiliki kehidupan baru yang 6 dan tidak ada proses selanjutnya, John Murray. Penggenapan & Penerapan Penebusan (Surabaya: Momentum, 1999), hlm. 10 berorientasi pada Allah. 71 tidak ada pengampunan bagi mereka yang tidak ada sesuatu di luar diri-Nya yang menghujat menjadi dasar tindakan Allah. meliputi Roh Kudus. konsep Tulisan pengampunan ini dan Tindakan Allah berdasarkan pada penghujatan Roh Kudus. Akhirnya, kita keputusan dimampukan penghukuman dan jawabkan iman kita yang berorientasi pengampunan.Penghukuman dan pada Allah yang dimuliakan selalu. pengampunan menjadi keputusan Allah untuk mempertanggung- dalam KONSEP PENGAMPUNAN DALAM ALKITAB (PL) DAN KAITANNYA dengan kerelaan-Nya konteks termasuk pembalasan. “Sesuai perbuatan-perbuatan orang, demikianlah Ia memberi pembalasanPemahaman tentang konsep kehangatan murka kepada lawan-lawan- pengampunan dalam Perjanjian Lama Nya (Yesaya 19:15 dst). “Pembalasan” (PL) tidak dapat dilepaskan dari prinsip dasar teologis PL yaitu Tuhan maksudnya: fungsi pembalasan Allah dari pengadilannya yang adil.”9 Hal itu (YHWH/Yahweh) pencipta dan berdaulat berarti, pembalasan Allah dalam konteks absolute. Artinya, Allah bertanggung jawab pada menciptakan menurut diri-Nya atau tidak kerelaan sendiri. pengadilan-Nya “Dia menegaskan tentang keadilan Allah yang absolut. Sebab menciptakan TUHAN adalah Allah yang adil (Yes kehendak-Nya 30:18). “Allah itu “adil” (Mzm 7:12,18; 7 semata.” TUHAN melakukan apa yang 9:5,9; dikehendak-Nya, di langit dan di bumi, di 113:3), mengadili 10 “kebenaran” (9:9)....” Keadilan laut dan di segenap samudera raya (Mzm. dengan Allah bukan berdasarkan nilai di luar diri-Nya 135:6). Allah kita di sorga; Ia melakukan yang memiliki kategori ciptaan Allah. apa yang dikehendaki-Nya! (Mzm 115:3). Keadilan Allah berdasarkan pada diri- “Apabila Tuhan itu maha kuasa maka tak Nya sendiri yang diejawantahkan dalam ada yang pernah terjadi dapat terjadi jika hukum-Nya. Hukum-Nya berelasi secara berlawanan dengan atau tanpa kehendak- khusus dengan umat-Nya dan manusia Nya.”8 Hal itu berarti kedaulatan Allah lain secara umum. “Sebab intisari serta pencipta dalam harmonisasi diri-Nya, 9 Ibid., hlm. 263. Walter Brueggemann,Teologi Perjanjian Lama; Kesaksian, Tanggapan, Pembelaan (Maumere: Ledalero, 2009), hlm. 200. 7 10 Arthur W. Pink. The Sovereignty of God (Surabaya: Momentum, 2005), hlm. 23 8 Lebacqz. Op.cit., hlm. 249. 72 kerap kali ditegaskan bahwa hukum yang menjadi patokan penghakiman Yahweh adalah hukumdemi keselamatan semua orang, yang ditegakkan Yahweh. Keadilan Yahweh ini tak sekedar menjatuhkan “hukuman yang pantas” tetapi mencakup pula intervensi (ganti rugi?) aktif untuk kaum lemah dan tak berdaya.13 tujuan rumusan-rumusan hukumadalah “keadilan” itu sendiri, dan hukum yang mengabaikan keadilan bukanlah hukum yang baik benar.”11Artinya, dan identifikasi keadilan menjadi konsep majas yang ditujukan kepada Allah. Berbicara berbicara tentang Allah tentang kebenaran-Nya keadilan yang berarti dan Hal itu berarti Allahlah yang menjadi menghadirkan sentral damai sejahtera. Allah dipahami bukan memberikan keadilan dan kebenaran, sebaliknya Allah sebagai menyatakan diri-Nya. pribadi yang “Jelas bahwa mereka tindakan dan dan kembali untuk dalam menerima agama saling terkait dan menjadi penjaga mendatangkan kewibawaan, kebenaran dan keadilan Allah. Mereka yang melanggar ketentuan Allah berdaulat dalam menghukum mengampuni dibenarkan merupakan berdasarkan asumsi bahwa hukum dan sejahtera. dan pengampunan Perspektif Perjanjian Lama dipahami pengampunan sebagai anugerah Allah – sempurna bersalah. sejahtera. sehingga segala keputusan pengadilan- adalah dinyatakan menerima konteks memiliki sumber dari diri-Nya sendiri hukuman terhadap yang sebaliknya hukum yang adil ....”12Keadilan Allah meliputi pengampunan hukuman atau mengganti putusan hukum, sebagai tokoh yang berkomitmen pada – dan Pengampunan bukan mengurangi beban metafora hakim menampilkan Yahweh Nya menghukum melakukan intervensi dalamnya termasuk sebagai Allah konsep yang memiliki dipahami tindakan sesuai agama, dengan mereka akan menerima konsekuensi hukum Allah yang berlaku. keputusan kerelaan kehendak-Nya.Peran “Bahwa Yahweh sebagai hakim sangat diandalkan sejajar Israel, karena hukumdan di hukumdiadili karena Israel agama kuno. oleh Dialah berjalan Pelanggaran Yahweh pembela sendiri, hukumdan 11 Marthinus Theodorus Mawene. Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 220 12 Brueggemann. Op.cit., hlm. 359 keadilan, dan nama Yahwehlah yang 13 73 Ibid., hlm. 359-360. diserukan dalam pengesahan dosa merupakan pemberian Ilahi – Allah perjanjian.”14 Hal itu berarti bahwa dalam penentunya - yang melaluinya tujuan perspektif Israel (PL) hal yang sakral hidup manusia tercapai yaitu sejahtera di (agama) dan profan (produk hukum) tidak bumi. Nico berpendapat, Dengan kata lain, kesejahteraan sebagai tujuan hidup manusiawi dipandang sebagai suatu nasib yang dianugerahkan dari Atas, dan bukan sebagai suatu tujuan yang dilaksanakan oleh manusia sendiri. Dengan demikian aslinya istilah ini mengungkapkan visi tertentu terhadap manusia, yakni seorang makhluk yang sebenarnya tidak berkuasa atas hidupnya sendiri.15 dipisahkan satu terhadap yang lain. Masing-masing memberikan kontribusinya yang berorientasi pada hadirnya kemuliaan Allah di bumi. Kemuliaan Allah identik dengan damai sejahtera Allah di surga dan di bumi. KONSEP PENGAMPUNAN DALAM ALKITAB (PB) DAN KAITANNYA Esensi pengampunan adalah restorasi Perspektif tentang Perjanjian Baru pengampunan (PB) relasi antara Allah dengan manusia yang adalah rusak karena dosa. Sejatinya manusia tereduksinya manusia dalam dosa yang berdosa menyebabkan manusia berada pada posisi orang Allah yang sahih pencipta untuk identifikasinya adalah membutuhkan hidup - berdosa berdosa. Hal ini menegaskan bahwa manusia inilah manusia subjek yang berkuasa atas manusia manusia membutuhkan terwujudnya sejahtera dan kebahagiaan sehingga – objek ciptaan - dan menjadikannya terhadapnya. Posisimanusia sebagai orang berdosa – yang tidak berusaha untuk melakukan imitasi Allah dihukum, namun Allah membatalkan penghukuman dirinya mampu berkomunikasi dengan Allah berdosa/musuh/pemberontak terhadap mendapatkan berdosa pemberontak yang sejatinya dan adalah berusaha mengendalikan Allah. Manusia berusaha pengampunan menisbikan Allah bahkan menyatakan dosa.Pengampunan dosa bukanlah syarat Allah telah mati. “Seandainya ... maka untuk tujuan manusia tercapai – manusia semua orang berdosa tersebut pasti akan penentunya - sebaliknya pengampunan memutuskan untuk menolak Dia, sebab 14 Th. C. Vriezen. Agama Israel Kuno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 revisi), hlm. 90 15 Nico Syukur Dister, Filsafat Kebebasan (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hlm. 16-17 74 pada hakikatnya, setiap manusia bagi Allah merupakan tindakan yang sia- membenci Allah dan berada dalam sia perseteruan dengan Dia (Rm. 8:7). Oleh berdosa dan dibawah hukuman Allah. karena itu, karya Roh Kudus mutlak diperlukan berdosa untuk kepada sejatinya manusia telah Pengampunan dosa bukan menjadikan memimpin orang manusia tak berdosa, melainkan manusia Kristus....”16 Pada berdosa menerima pengampunan yang tidak menjadikan relasi Allah dengan manusia dirinya dipulihkan. “Jadi, Allah sendirilah yang konteks ini, manusia mampu memulihkan berdosa relasi mengerjakan dengan Allah yang sempurna. Secara umum manusia membutuhkan pengampunan karena dosa dan pemulihan dalam kesediaan untuk sebagai syarat hati manusia memasang untuk telinga dapat berdasarkan iman dan pertobatan yang mendengar(kan) dikerjakan sendiri.”19Selanjutnya proposisi teologis oleh Roh Kudus.“Karena sabda-Nya Allahlah yang mengerjakan di dalam menegaskan bahwa Sabda-Nya kamu baik kemauan maupun pekerjaan mendatangkan pengampunan dosa bagi menurut mereka yang mendapatkan pengampunan kerelaan-Nya(Flp. 2:13)”. “Destini manusia ditentukan bukan oleh yang “kehendak manusia”, melainkan oleh Proses pengampunan dosa tidak dapat Allah.”17Manusia diikuti berdasarkan urutan waktu. Hal itu kehendak sejatinya tidak mampu berdosa, bersifat yang hanya memahami transendensi-imanensi. dapat dipercaya/diimani, perkara-perkara Ilahi yang kudus dan selanjutnya sempurna perilaku yang berorientasi pada Allah sebelum ia menerima menampakkan perubahan yang dimuliakan. pengampunan dosa. “Menyatakan bahwa “destini manusia” dapat diubah oleh Tindakan Menghujat kehendak manusia, berarti menjadikan Istilah ‘menghujat’ berasal dari kata kehendak manusia berdaulat, dan ini Yunani yaitu “blasfemeuw”20 dan “to jelas merupakan pelecehan terhadap Allah.”18 Artinya bahwa segala usaha 19 Nico Syukur Dister. Filsafat Agama Kristiani(Jakarta: BPK Gunung Mulia & Yogyakarta: Kanisius, 1985), hlm. 94 20 Cleon L. Rogers Jr & Cleon L. Rogers III. Linguistic And Exegetical Key To The Greek New Testament (Michigan: Zondervan Publishing House, 1982), hlm. 139 manusia untuk berarti atau memiliki nilai 16 Pink, Op.cit., hlm. 88 Ibid.,hlm. 143 18 Ibid. 17 75 blaspheme”. Makna kata ‘menghujat’ menghujat yang membawa determinisme secara pelaku dalam penghukuman Ilahi. umum mengandung aspek pemberontakan atau perlawanan secara Tindakan menghujat Allah sadar terhadap subjek yang diketahuinya. sebagai tindakan yang dikontrol oleh Arti lain ‘to blaspheme’ adalah menghina pelecehan terhadap Allah yang dianggap Tuhan. tidak berdaulat dan takut pada manusia. pada Tindakan menghujat didasarkan Dugaan motif merana jika yang membenci Manusia berusaha untuk Allah. mereka bahwa Allah akan mengontrol manusia tidak lagipercaya pada Allah dan Allah namun tidak dapat dilakukan. menyembah-Nya. Oleh alasan itu mereka Hasilnya berusaha menjadikan Allah tergantung Allah manusia gagal akhirnya “Berhadapan mengontrol menghina dengan Tuhan. pada dirinya meski Allah dihina, Allah rahasia-rahasia akan tetap berpihak pada mereka, sangka Allah, akal budi manusia tidak mampu. Memang, terletak Tindakan menghujat menegaskan dalam kemampuannya untuk berpikir, bahwa manusia sudah tidak percaya tetapi tanpa rahmat Allah, manusia itu kepada Allah pencipta. Mereka dengan kurang dari seekor binatang.”21 Manusia bangga melakukan penghujatan yang berusaha sangka melakukan martabat manusia mereka. memaksa Allah untuk segala kehendak mereka, bersembunyi dan Allah dan akan lari melaporkan keinginan manusia sehingga Allah bukan penghujatan itu kepada manusia yang sebagai Allah pencipta yang dihormati, masih percaya pada-Nya dengan tujuan sebaliknya berusaha Allah akan dibela oleh pengikutnya, menciptakan imaginasi Allah atau Allah tatkala Allah dihujat. Roma 3:11 “Tidak konsep yang terbatas. Allah konsep yang ada seorangpun yang berakal budi, tidak bergantung jawab ada seorangpun yang mencari Allah.” itu Artinya secara umum manusia telah merupakan salah satu sebab tindakan memiliki potensi mutlak karena dosa kepada manusia dan manusia bertanggung ciptaan.Hal untuk menghujat Allah. Sejatinya, manusia yang melakukan penghujatan terhadap Allah 21 Dister. “Filsafat Agama Kristiani”,Op.cit., hlm. 137 76 telah ada dalam penghukuman Allah menerimanya.Selanjutnya, ijinkan penulis sehingga yang dilakukannya dianggap memberikan alternatifpemahaman yang Allah tidak mampu menghukumnya, berdasarkan pada ayat yang sama yaitu padahal ia dalam penghukuman Ilahi. Lukas 12:10. Mereka yang dihukum tidak tahu jika Latar belakang ayat itu adalah dirinya dihukum – indikasi perilaku pengajaran dari Yesus kepada para murid semakin menghina Allah - sebaliknya untuk mereka yang bebas dari hukuman mereka eksistensinya di ruang publik pada masa tidak akan menghujat Allah. “Akhirnya, itu. Pengakuan akan jati diri sebagai di sini kita diingatkan bahwa dalam pengikut melakukan semua ini pun Dia tidak konsekuensi logis yang dikategorikan membutuhkan nasihat dari siapa pun, sebagai melainkan bahwa kita “ditentukan dari keluar dari postulat dogmatis teologis semula sesuai dengan kerelaan kehendak- Yudaisme. Jati diri sebagai pengikut Nya” semata.”22 Yesus harus dibayar dengan menerima tidak Yesus kelompok hukuman TIADA PENGAMPUNAN TINDAKAN MENGHUJAT ROH KUDUS Asumsi dasar tentang takut psikis, menyatakan mendatangkan ‘pinggiran’ sosiologis yang maupun politis bahkan sampai membunuh tubuh. Pengikut Yesus dihadapkan pada titik akhir yaitu tiada kekuasaan pengampunan tindakan menghujat Roh mereka yang memiliki dapat membunuh tubuh mereka tatkala mereka tetap bertahan Kudus, diambil dari Lukas 12:10 “Setiap beriman orang yang mengatakan sesuatu melawan kepada Yesus. Suatu konsekuensi yang berat hanya karena Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi pengikut Yesus. Namun demikian Yesus barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia memberikan penguatan bahwa pengikut- tidak akan diampuni.” Nya harus takut kepada Dia yang mampu Ada banyak tafsiran tentang ayat menghukum manusia hingga ke neraka - tersebut dengan alasan tertentu yang orang saat itu percaya bahwa neraka dapat kita temukan. Tafsiran Lukas 12:10 memberikan postulat teologis memberikan pencerahan bagi sebagai terminal akhir bagi penentang yang atau musuh Allah pencipta. Mereka tidak yang meragukan tentang konsep neraka – suatu 22 Pink. Op.cit., hlm. 59 77 penghukuman kekal yang dilawankan memerintah dalam Kerajaan eskatologis dengan surga yaitu suatu kedamaian Allah.”24 Artinya konsep Anak Manusia kekal bersama Allah pencipta yang yang dikenakan pada Yesus memberikan memelihara ciptaan-Nya terlebih umat- penegasan Nya. tanggung Selanjutnya, Yesus mengajarkan bahwa jawab Yesus memiliki kemesiasan secara esensial maupun fungsional. tentang setiap orang yang mengatakan ‘Melawan Anak Manusia, ia akan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni’ diampuni Fokus bahwa orang yang melawan Yesus – pemahaman kita pada ‘melawan Anak Anak Manusia yang melayani di dunia – Manusia, ia akan diampuni’. Tindakan dalam pewartaan Lukas yaitu Yesus bagi melawan diri orang Yahudi dan non Yahudi, orang itu sebagai lawan/musuh seseorang. Jika akan diampuni. Anak Manusia dalam melawan Anak Manusia, maka ia menjadi perspektif keterbatasan – Allah menjadi musuh Anak Manusia. Ia akan diampuni. manusia Makna teologis dari Anak Manusia (ho pengampunan bagi orang yang melawan- huios tou antropou) disampaikan dalam Nya. Injil Anak identifikasi kemanusiaan pada umumnya Manusia dalam Injil Sinoptik terbagi atas dipercaya sebagai gambar dan rupa Allah. tiga kategori: Anak Manusia di Dunia Melawan manusia, dipastikan manusia melayani; akan (Lukas berarti 12:10a). menempatkan Sinoptik.“Penggunaan Anak Manusia dalam memberikan – pemahaman manusiawi Kemanusiaan memberikan Yesus memberikan maaf sebagai atau penderitaan dan kematian; dan anak pengampunan. Melawan Anak Manusia Manusia yang dipahami secara historis, Yesus dalam eskatologis.”23Istilah ditujukan pada kemuliaan Anak Yesus, Manusia Allah memberikan pengampunan. yang Selanjutnya, Yesus mengajarkan menjadi manusia. “Anak Manusia harus bahwa ‘tetapi barangsiapa menghujat Roh menderita dan mati, tetapi setelah itu Ia Kudus, ia tidak akan diampuni (Lukas akan dating sebagai Anak Manusia 12:10b). eskatologis ‘melawan Anak Manusia’ selanjutnya untuk menghakimi dan sebelumnya ada kalimat kalimat ‘menghujat Roh Kudus’. Kata 23 George Eldon Ladd,Teologi Perjanjian Baru Jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 1999), hlm. 196 24 78 Ibid., 202 ‘melawan’ dikenakan pada situasi faktual Menghujat Roh Kudus merupakan manusiawi sedangkan kata ‘menghujat’ tindakan yang dihasilkan dari orang yang dikenakan Roh tidak menerima-Nya sebagai Allah yang Kudus/ruakh Yahweh. Menghujat atau sejati. Allah dalam kapasitas-Nya sebagai menghina memberikan Allah pencipta alam semesta tidak dapat dampak dosa yang tak diampuni. Kita tunduk pada manusia ciptaan-Nya. Ada dapat bandingkan dengan Markus 2:10, perbedaan yang jelas antara Allah dan tatkala Yesus dituduh menghujat Allah manusia sehingga manusia tidak dapat karena Yesus mengampuni dosa orang. menghujat-Nya. pada esensi Roh Kudus ilahi publik dimana salah satunya ahli Taurat Nah, jika pribadi insan yang jasmani rohani sifatnya,tidak dapat dikenal seluruhnya kecuali kalau dengan bebas memperkenalkan diri sendiri, apalagi Pribadi Agung yangsuara-Nya kita dengar dalam hati nurani dan yang kita akui sebagai melebihi pribadi-pribadi insan itu hanya dapat kita kenal jika Ia sendiri dengan bebas menyatakan diri kepada kita.25 menyaksikan. Setelah kejadian itu, vonis Artinya, Allah dikomparasikan dengan bagi Yesus adalah mati, tidak terampuni ciptaan-Nya untuk menegaskan bahwa pelakunya, anggapan orang Yahudi. Allahlah yang tidak dapat dikenal dengan Anggapan orang Yahudi saat itu adalah Allahlah yang boleh mengampuni dosa manusia tetapi saat itu Yesus – identifikasi sebagai manusia yang tidak dapat mengambil wewenangnya Allah memberikan pengampunan dosa di ruang Gambaran tersebut digunakan Yesus sempurna meski melewati media yang untuk menegaskan bahwa menghujat Roh dianggap Kudus/ruakh Yahweh tidak diampuni Allah dosanya. Hal itu menegaskan bahwa dosa konsekuensinya adalah mati dengan dosa melawan/menghujat/menghina yang tidak diampuni. Allah, hukumnya adalah mati dan tak terampuni dosanya. Penghinaan terhadap benar. yang Manusia tak menghujat tampak dan Selanjutnya relevansinya pada kita Allah umat-Nya tentang hal menghujat Roh pencipta bukan hanya kutuk duniawi saja Kudus, tetapi kematian yang sempurna sebagai memampukan orang berdosa yang tidak menerima memuliakan Allah sehingga tidak ada Allah dalam kita kedaulatan-Nya untuk tetap pengampunan dosa. 25 Dister, “Filsafat Agama Kristiani”,Op.cit., hlm. 76 79 waktu untuk menghina Allah pencipta. masuk kedamaian kekal karena mereka Kita yang ada dalam Kristus mendapat tidak tahu. Mereka tidak tahu karena jaminan bahwa tidak ada penghukuman – mereka sudah berdosa berdasarkan Kitab yang Roma 3:11-13. Mereka yang berdosa menyebabkan kita lepas dari genggaman Allah – akibat dari tindakan tidak penghujatan tetap tindakan melawan Allah atau tidak. memelihara kita dengan kekuatan dan “Menghujat Roh Kudus tidak mungkin kasi-Nya. dilakukan oleh orang Kristen yang telah karena Allah Berkaitan dengan hal itu mampu untuk membedakan Cornelius Plantinga mengatakan bahwa diselamatkan. “Tidak seorang pun yang pada akhirnya sungguh telah diperanakan kembali tidak dapat tidak tunduk kepada anugerah mungkin Allah. Tidak ada yang dapat menyamai Kudus.”27Artinya, potensi menghujat Roh ketahanan Allah. Setiap orang yang telah Kudus ada pada mereka yang tidak dipilih akan datang ...untuk ‘menyerah diperanakan dan dalam ikatan dosa bahkan dosa menjadi mengakui Allah.” bahwa Allah adalah 26 Seorang Kristen yang menghujat kembali. Roh Mereka masih kehidupannya. Dosa menjadikan manusia tidak mampu memahami kehadiran Allah Hal itu berarti kita selaku umat-Nya akan tetap mengakui bahwa Allah adalah yang Allah yang harmonisasi hidup. Sejatinya harmonisasi memampukan kita. Yehezkiel 11:19-20 hidup telah dinyatakan melalui alam “...Juga aku akan menjauhkan dari tubuh semesta ciptaan-Nya. Namun sekali lagi mereka hati yang keras dan memberikan bahwa manusia tidak berdaya karena dosa mereka hati yang taat, supaya mereka yang sejatinya menempatkan manusia hidup menurut segala ketetapan-Ku dan sebagai musuh Allah. karena Roh peraturan-peraturan-Ku Kudus dengan Roh setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan berdaulat aku akan menjadi Allah mereka.” kerelaan membawa sejahtera Kudus adalah dan bertindak kehendak-Nya. dan Allah yang berdasarkan Roh Kudus Pelaku penghujatan terhadap Roh memberikan jaminan bahwa setiap orang Kudus adalah mereka yang tidak mau yang ada dalam Kristus ada dalam 26 Anthony A. Hoekema,Diselamatkan oleh Anugerah (Surabaya: Momentum, 2001), hlm. 149 27 Stephen Tong, Roh Kudus, Doa dan Kebangunan (Jakarta: LRII, 1995), hlm. 94 80 pemeliharaan-Nya. Roma 10:10 “Karena adalah mati tanpa pengampunan dosa. dengan dan Segala keputusan Allah adalah keputusan dibenarkan, dan dengan mulut orang yang berdaulat dan kita tidak dapat mengaku dan disemalamatkan.” Secara menunjuk hidung siapa yang diampuni dogmatis teologis, tidak ada orang yang atau yang tidak diampuni. Kita hanya telah mengaku percaya kepada Yesus, melihat indikasi tentative saat ini yaitu dengan mulut yang sama melakukan mereka yang menjadi umat-Nya akan penghujatan memuliakan Allah. Sebaliknya mereka hati orang percaya terhadap Allah yang menyelamatkannya. yang kecenderungan hatinya pada yang Berdasarkan kedaulatan Allah, Allah jahat akan nyata melawan Allah dengan menyelamatkan kita berdasarkan kerelaan dalil dan alasan apapun bahkan dalil keputusan-Nya. Allah tidak menyesal Firman Allah digunakan. Akhirnya, Saat memilih umat-Nya, ini kita dapat dengan bijak memberikan sebaliknya Ia memberikan providensia argumentasi tentang dosa yang dapat yang sempurna kepada umat-Nya. “... diampuni dan dosa yang tidak dapat Orang diampuni. Kiranya kita sebagai umat kita menjadi beriman melibatkan Allah, memandang segala sesuatu dari sudut pilihan pandang-Nya, menilai segala sesuatu bahwa Yesus Kristus Tuhan kini dan dengan standar spiritual, dan memandang selamanya. kehidupan dengan terang kekekalan.”28 Orang beriman/percaya tidak sanggup menghujat Roh Kudus karena Roh Kuduslah yang memampukan kita hidup dengan standar spiritual Allah. Secara umum, kita yang dipanggil dalam persekutuan kudus-Nya akan dipelihara berdasarkan kedaulatan-Nya. Sebaliknya mereka yang tidak mendapatkan restorasi relasi berusaha menghujat Allah dan konsekuensi hal itu 28 Pink. Op.cit., hlm. 10 81 dimampukan untuk bersaksi DAFTAR PUSTAKA Brueggemann, Walter. Teologi Perjanjian Lama; Kesaksian, Tanggapan, Pembelaan. Maumere: Ledalero, 2009 Dister, Nico Syukur. Filsafat Agama Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia dan Yogyakarta: Kanisius, 1985 Hoekema, Anthony A. Diselamatkan oleh Anugerah. Surabaya: Momentum, 2001 Huijbers,Theo. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Kanisius, 1982 Ladd, George Eldon. Teologi Perjanjian Baru Jilid 1.Bandung: Kalam Hidup, 1996 Lebacqz,Karen. Teori-teori Keadilan, Six Theories of Justice.Bandung: Nusa Media, 2011 Mawene, Marthinus Theodorus. Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 Montesquieu. The Spirit of Laws, Dasar-dasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik. Bandung: Nusa Media, Murray, John. Penggenapan & Penerapan Penebusan.Surabaya: Momentum, 1999 Pink,Arthur W. The Sovereignty of God.Surab aya: Momentum, 2005 Rogers Jr., Cleon L. & Rogers III, Cleon L. Linguistic And Exegetical Key To The Greek New Testament, Michigan: Zondervan Publishing House, 1982 Sumaryono, E. Etika & Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas. Yogyakarta: Kanisius, 2002 Tong,Stephen. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan.Jakarta: LRII, 1995 ____________. Roh Kudus, Doa dan Kebangunan. Jakarta: LRII, 1995 Vriezen,Th. C. Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000 revisi.