PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Etnografi di SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur) Iriany Kesuma Wijaya STKIP YPUP Jln. Andi Tonro no 17 Makasar [email protected] ABSTRACT This study aims to gain a deep and comprehensive understanding of the process of learning English language learners in the class II SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur by using a qualitative approach ethnographic method. The process involves the roles of teachers and learners. Teachers are able to create a good learning atmosphere that have a positive impact on student learning and therefore, the learning outcome become maximum. She also serves as director of activities, both individually and in groups. Learners will always feel safe because the teachers have always paid attention to students while they are learning independently. The approach based on assumptions about the nature of language how language learning is carried out. English learning is to develop English language skills contextually and acceptably. It is according to context, conditions and daily situation of the students. It is recommended that the result of the study needs to be integrated for the commonucation media which is appropriate to the needs of the students. Keywords : English language learning, etnography, teacher as guidance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang proses pembelajaran bahasa Inggris pada peserta didik kelas II di SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode etnografi. Proses pembelajaran melibatkan peran guru dan peserta didik. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran dengan baik sehingga berdampak positif pada proses belajar siswa dan akhirnya hasil belajar menjadi maksimal. Guru juga berperan sebagai pengarah kegiatan baik secara individu maupun secara berkelompok. Peserta didik akan selalu merasa aman dan diperhatikan karena guru selalu berada diantara peserta didik walaupun mereka belajar secara mandiri. Pendekatan mengacu pada asumsi-asumsi mengenai hakikat bahasa bagaimana pembelajaran bahasa dilakukan. Pembelajaran bahasa Inggris adalah mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris secara kontekstual dan berterima sesuai dengan konteks serta kondisi dan situasi keseharian peserta didik. Hal ini untuk menghasilkan bentuk pembelajaran bahasa Inggris yang lebih menyentuh kebutuhan berbahasa peserta didik. Temuan tersebut perlu diintegrasikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan kegiatan belajar yang menekankan pada aspek bagaimana bahasa Inggris digunakan sebagai alat komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kata kunci: Pembelajaran bahasa Inggris, etnografi, guru pengarah kegiatan Sekolah Dasar Negeri Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur, sebagai 120 salah satu bentuk pendidikan dasar di wilayah Negara Kesatuan Republik Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) Indonesia, merupakan Sekolah Standar pembelajaran peserta Nasional (SSN) sejak tahun 2008. Sekolah pelajaran bahasa Inggris. didik dalam Dasar ini terletak di Jalan Tipar, di Brown (1994: 89) mengatakan pertigaan dari Jalan Raya Pondok Kelapa pembelajaran sering dianggap sebagai Kota Administrasi Jakarta Timur Provinsi terjemahan dari istilah “instructional” Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebagai adalah proses interaksi peserta didik Sekolah Standar Nasional (SSN) Sekolah dengan pendidik dan sumber belajar pada Dasar ini sudah memasukkan pelajaran suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bahasa Inggris pada seluruh dijelaskan oleh Gagne dan Briggs dalam tingkatan, atau kelas sejak tahun 2008. Peserta didik Brown, dari kelas I sampai kelas VI mendapatkan tujuannya membantu orang belajar. Oleh pelajaran bahasa Inggris sebagai muatan karena lokal (mulok). mendukung Hal ini komunikasi bahasa disebabkan antarbangsa Inggris sebagai itu ada upaya orang lima yang asumsi pembelajaran, yang yaitu (1) oleh pembelajaran mesti direncanakan agar memerlukan memperlancar belajar peserta didik, (2) bahasa baik fase pendek maupun fase jangka internasional, sehingga dalam pendidikan panjang dimasukkan dalam rancangan di pembelajaran, Indonesia sebagai kemampuan berbahasa (3) perencanaan Inggris merupakan salah satu keterampilan pembelajaran hendaknya tidak asal-asalan yang harus dikuasai oleh peserta didik dan sejak awal. Dalam hal ini, pembelajaran lingkungan bahasa Inggris diarahkan pada empat pembelajaran mesti dirancang dengan keterampilan di dalam bahasa Inggris ancangan sistem, dan (5) pembelajaran antara harus lain: kemampuan mendengar tidak semata-mata asuh saja, dikembangkan menyediakan (4) usaha berdasarkan (listening), berbicara (speaking), membaca pengetahuan tentang bagaimana orang itu (reading), belajar. dan kemampuan menulis (writing). Saat ini untuk di sekolah – Pada bagian lain, Uno (2007:54) sekolah dasar, pelajaran bahasa Inggris menyatakan bahwa pembelajaran dapat masih diajarkan secara include dalam satu diartikan sebagai suatu proses interaksi kesatuan tema lalu langsung diajarkan 4 antara peserta belajar dengan pengajar/ keterampilan tersebut, sehingga untuk instruktur dan atau sumber belajar pada mengetahui suatu ingkungan belajar untuk mencapai tersebut penguasaan dapat dilihat keterampilan sebagai hasil tujuan belajar tertentu. Di sini terlihat bahwa pembelajaran Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) adalah proses 121 interaksi antara pesertadidik dengan suatu negara. Sementara Bahasa asing Iingkunganya sehingga menjadi perubahan biasanya diajarkan sebagai salah satu mata prilaku kearah yang Iebih baik. Dalam pelajaran di sekolah dengan tujuan proses pembelajaran, prinsip utamanya berkomunikasi dasar serta menguasai 4 adalah adanya proses keterlibatan seluruh skill berbahasa (menyimak, membaca, atau sebagaian besar potensi diri siswa dan menulis, berbicara) dalam bahasa tersebut kebermaknaanya dalam batasan tertentu. bagi diri dan kehidupannya saat ini dan masa yang akan datang. Sementara itu Hapsari (2012) menyatakan pengajaran bahasa Inggris di Lebih lanjut Gagne dan Briggs Indonesia untuk siswa SD berlandaskan dalam Brown (1994: 9-10) menjelaskan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa ada beberapa ciri pembelajaran, No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari yaitu (1) menarik perhatian agar peserta tentang dimungkinkannya program bahasa didik (2) Inggris sebagai mata pelajaran muatan memberitahukan tujuan pelajaran, (3) local SD, dan dapat dimulai pada kelas 4 merangsang timbulnya ingatan atas ajaran SD (depdiknas). Kebijakan ini diambil sebelumnya, (4) presentasi bahan ajaran karena dan alat bantu belajar (5) memberikan berpartisipasi bimbingan belajar, (6) membangkitkan Dalam perkembangannya bahasa Inggris timbulnya unjuk kerja dalam belajar, (7) yang awalnya adalah mata pelajaran memberikan umpan balik, (8) menilai muatan lokal pilihan menjadi mata unjuk kerja, dan (9) memperkuat retensi pelajaran muatan lokal wajib di beberapa dan transfer belajar. daerah. siap menerima pelajaran, Bahasa Inggris di Indonesia secara umum diajarkan sebagai bahasa asing. Istilah adanya kebutuhan dalam era untuk globalisasi. Lebih lanjut pelajaran bahasa Inggris yang pada mulanya dimulai pada kelas 4 SD dimulai pada kelas 1,2 dan 3. 'bahasa asing' dalam bidang Terkait dengan fokus penelitian pengajaran bahasa berbeda dengan 'bahasa etnografi, kedua'. Bahasa asing adalah bahasa yang mengemukakan bahwa ”there are two yang alat general focuses of ethnografi study that komunikasi di negara tertentu di mana particularly relevant to the field of second bahasa tersebut diajarkan. Sementara language acquisition and teaching. These bahasa kedua adalah bahasa yang bukan are bahasa utama namun menjadi salah satu Artinya, studi etnografi terdapat dua fokus bahasa yang digunakan secara umum di umum, studi etnografi yang secara khusus 122 tidak digunakan sebagai Johnson educationally (2000: 12-13) communication.” Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) relevan dengan bidang pemerolehan dan (8) desain penelitiannya berkembang di pembelajaran lapangan. etnografi bahasa (kedua), pendidikan etnografi Hasil penelitian relevan dengan 12-13) masalah yang dibahas pernah dilakukan menambahkan tentang definisi etnografi oleh Juanda pada tahun 2010 mengadakan pendidikan yaitu sebagai studi tentang penelitian yang berjudul: “Pembelajaran suatu atau semua proses pendidikan, Keaksaraan Fungsional Orang Dewasa dan apakah berhubungan dengan sekolah atau Faktor Sosial Budaya (Penelitian Etnografi tidak. Dia juga mendefinisikan etnografi di Sulsel)” Suatu Disertasi yang diajukan adalah sekolah sebagai studi tentang proses untuk pendidikan dan lingkungan pendidikan, dalam serta proses enkulturatif yang berhubungan Penelitiannya dengan komunikasi. Johnson sekolah internasional, sekolah dan yakni (2000: memenuhi sebagai mendapatkan persyaratan gelar menerapkan Doktor. metode dan persekolahan kualitatif dengan pendekatan etnografi. termasuk aspek-aspek Penelitian ini mengelompokkan beberapa dengan aspek, yaitu (1) tema budaya, (2) faktor yangberhubungan kehidupan peer groups. sosial budaya dalam pembelajaran Creswell (2008: 473) menjelaskan keaksaraan fungsional, dan (3) faktor- bahwa etnografi adalah prosedur penelitian faktor yang mempengaruhi proses belajar kualitatif untuk mendeskripsikan, mengajar berjalan efektif. Berkait dengan dan menginterpretasikan pengelompokan yang dilakukan, penelitian suatu kelompok berkaitan dengan kultur ini lebih berfokus pada pemberantasan buta mengenai pola tindakan, keyakinan dan aksara melalui pembelajaran. Untuk itu, bahasa. penelitian menganalisis Pendekatan kualitatif dipilih yang berkait dengan karena penelitian etnografi dapat dilakukan pembelajaran bahasa Inggris dengan fokus dengan yang lain perlu dilakukan. pengamatan (participation berperan observation). serta Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk etnografi memiliki karakteristik sebagai memperoleh pemahaman yang mendalam berikut: (1) sumber data diperoleh dari latar dan komprehensif tentang: (1) bagaimana alami, (2) peneliti adalah instrumen kunci, proses pembelajaran bahasa Ingggris, (2) (3) laporannya sangat deskriptif, (4) pendekatan dan metode pembelajaran analisisnya bersifat induktif, (5) verifikasi bahasa Inggris, (3) peran guru sebagai data dilakukan melalui triangulasi, (6) sumber dan alat bantu belajar dalam partisipan pembelajaran bahasa Inggris di SDSN dilakukan sejajar dengan peneliti, (7) sampelnya bersifat purposive, Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur. Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) 123 Penelitian menggunakan informan bahwa tahap awal pembelajaran, pendekatan kualitatif metode etnografi. peserta didik memberi salam kepada guru Metode untuk kemudian guru merespon peserta didik, proses setelah itu dilakukan doa bersama, dan (2) yang terakhir mengecek kehadiran peserta pendekatan dan metode pembelajaran didik. Pada awal pembelajaran dimulai bahasa Inggris, (3) peran guru sebagai dengan cerita lucu atau guessing game dan alat bantu belajar dalam berupa tebakan sederhana yang dilakukan pembelajaran bahasa Inggris di SDSN oleh guru, atau menyuruh salah seorang Pondok Kelapa 03 Pagi peserta didik untuk bercerita dalam bahasa tersebut menjelaskan digunakan aspek-aspek pembelajaran sumber ini bahasa (1) Ingggris, Teknik yang digunakan untuk Inggris di depan kelas. Kegiatan seperti ini mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan untuk menumbuhkan motivasi adalah (1) observasi, (2) wawancara, (3) peserta didik agar belajar lebih giat kajian dokumen dan rekaman. Prosedur sehingga mampu berkomunikasi bahasa analisis data dilakukan dengan cara (1) Inggris dengan baik. Namun kegiatan ini analisis domain, (2) analisis taksonomi, (3) tidak selalu dilakukan guru pada setiap analisis komponen, (4) anaalisis tema awal pembelajaran, ada kalanya guru budaya. memotivasi peserta didik dengan cara Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian dilakukan dengan cara memberi nasehat kepada peserta didik. credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Kegiatan merupakan Proses pembelajaran bahasa Inggris inti pembelajaran pelaksanaan pembelajaran yang sesungguhnya, di mana guru dan di SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta peserta Timur, di awali dengan memotivasi peserta pengalaman belajar yang dilakukan di didik dengan cara bercerita yang dilakukan dalam maupun di luar kelas. Tahap ini oleh guru atau salah seorang peserta didik dimulai dengan menginformasikan peserta di depan kelas. Kegiatan inti merupakan didik proses dan pengalaman belajar di dalam pembelajaran maupun di luar kelas , dan dengan kegiatan Kemudian membahas materi pelajaran akhir dilakukan untuk merefleksi kegiatan secara klasikal, mendiskusikan pokok yang sudah dilakukan peserta didik bahasan secara kelompok, dan meminta Kegiatan awal pembelajaran dapat didik tentang berinteraksi topik yang dan akan dalam tujuan dicapai. peserta didik memberi solusi pada pokok dilihat dan diketahui oleh peneliti dari hasil bahasan pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana 124 dan wawancara dengan secara individual. Hal ini Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) peserta didik memahami pokok bahasan kata yang sedang dibelajarkan. Pada proses mendengar dari pelafalan dari guru (proses pembelajaran sekaligus struktural). Kata tersebut lalu dianalisis dilakukan evaluasi, karena penilaian pada menjadi suku kata, huruf-huruf / sesuai pembelajaran bahasa Inggris dilakukan dengan pelafalannya (proses analitik). bukan proses Langkah terakhir adalah menggabungkan pembelajaran saja, tetapi juga dilakukan kembali huruf-huruf menjadi suku kata, pada saat proses pembelajaran berlangsung suku kata menjadi kata, dan kata-kata yang disebut penilaian autentik. menjadi kalimat (proses sintetik). berlangsung hanya pada Kegiatan merupakan akhir akhir kegiatan pembelajaran merefleksi dan dengan bantuan gambar dan Berdasarkan pengamatan peneliti, dengan menggunakan metode SAS guru mengevaluasi pengetahuan peserta didik tidak tentang pokok bahasan yang baru saja mentransfer materi kepada peserta didik. dibelajarkan secara keseluruhan. Kegiatan Ketika ini terjadi, peserta didik akan ini berupa umpan balik dari peserta didik, merasa tertarik untuk mengungkapkan apa hal ini dapat dilihat ketika peserta didik yang ada dalam pikirannya dalam bahasa melakukan dan merespon pembelajaran Inggris (target) karena mereka termotivasi dengan tindakan nyata seperti, mampu dan tidak terikat pada aturan tata bahasa. menjawab pertanyaan dan berbicara dalam Biasanya, dalam kegiatan ini akan terlihat bahasa Inggris dan menunjukkan hasil adanya paksaan secara langsung kepada karya berupa tulisan atau karangan dalam peserta didik untuk mengetahui beberapa bahasa Inggris. Data tentang prosedur ini kata yang belum dikuasai oleh peserta dapat ditemukan pada setiap aktivitas didik, tentu hal ini sangat memberatkan pembelajaran karena banyaknya jenis atau pola kalimat yang ada pada setiap lampiran pengamatan kegiatan kelas. Kegiatan pembelajaran tidak hanya menemui kesulitan di dalam yang mesti di hafal. Hal ini karena adanya ketakutan akan membuat kesalahan dilakukan di dalam kelas, tetapi juga kalimat atau ujaran yang benar sesuai dilakukan di luar kelas, seperti: diruang dengan pola kalimat yang dianjurkan. laboratorium bahasa, teras sekolah atau Tetapi fakta yang terjadi, justru peserta taman dan lingkungan sekolah. didik mampu mengungkapkan kalimat Metode mengajar yang dipakai atau dipraktikkan oleh guru adalah metode SAS dalam bahasa Inggris secara otomatis atau natural. yaitu Struktural Analisis dan Sintetik. Pada SAS, peserta didik dilatih mengetahui kosa Hasil bahwa penelitian pembelajaran Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) menunjukkan bahasa Inggris 125 dengan metode SAS di SDSN Pondok untuk Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur, dilakukan pengetahuan dengan penerapan strategi kontekstual aplikasinya menggunakan metode SAS bagi peserta sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan didik kelas rendah yaitu Struktural Analisis pekerjaan. dan Sintetik. Pada SAS, peserta didik membuat hubungan yang dalam antara diperoleh kehidupan dan mereka Dalam pandangan pembelajaran dilatih mengetahui kosa kata dengan modern bantuan gambar dan mendengar dari merupakan subjek pembelajaran. Dalam pelafalan dari guru (proses struktural). hal ini peserta didik tidak lagi dianggap Kata tersebut lalu dianalisis menjadi suku sebagai objek belajar dan guru tidak lagi kata, dengan dianggap sebagai sumber informasi, tetapi pelafalannya (proses analitik). Langkah keduanya berkolaborasi dalam proses terakhir adalah menggabungkan kembali interaksi belajar mengajar di kelas untuk huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata mencapai tujuan yang ditetapkan. Peran menjadi kata, dan kata-kata menjadi peserta didik seperti dikemukakan di atas kalimat (proses sintetik). dapat disimak dalam pendapat Sanjaya huruf-huruf sesuai Strategi pembelajaran menekankan keterlibatan peserta peran didik maupun peserta didik guru dalam untuk pembelajaran kontekstual yaitu; (1) Peserta mengkaitkan materi pembelajaran yang didik dipandang sebagai individu yang dipelajari dan menghubungkannya dengan sedang berkembang. Kemampuan belajar situasi sehingga peserta didik akan sangat ditentukan oleh mendorong peserta didik untuk mampu tingkat perkembangan dan pengalaman menerapkannya dalam kehidupan atau mereka. (2) Setiap peserta didik memiliki lingkungan mereka sehari-hari. kecenderungan belajar hal-hal yang baru kehidupan didik bahwa peserta nyata Peran guru di SDSN Pondok dan penuh tantangan. Oleh karena itu Kelapa 03 pagi dalam pembelajaran bahasa belajar bagi mereka adalah mencoba Inggris adalah sebagai perancang atau memecahkan sumber belajar, motivator, fasilitator, menantang. (3) Belajar bagi mereka, proses pembimbing, model, pengarah, evaluator mencari keterkaitan atau keterhubungan dan partner (mitra belajar) peserta didik. antara hal-hal yang baru dengan hal-hal Pembelajaran menolong mengkaitkan persoalan yang yang sudah diketahui. (4) Belajar bagi materi peserta didik, proses menyempurnakan pelajaran dengan situasi dunia nyata skema yang telah ada (asimilasi) atau peserta didik, dan memotivasi peserta didik proses 126 guru konstektual setiap pembentukan skema baru Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) (akomodasi). Dengan demikian dalam pada diri peserta didik dan hal ini akan proses pembelajaran, peserta didik sebagai memotivasi peserta didik untuk terus titik sentral belajar, lebih aktif mencari dan berkompetisi dan bertanggungjawab pada memecahkan permasalahan belajar, dan proses belajar dirinya. Guru sebagai tugas guru membantu kesulitan peserta fasilitator dan nara sumber pada materi- didik dan materi baru bagi peserta didik akan dan menghasilkan yang kesulitan mendapat dalam kendala, memahami memecahkan permasalahan. Mengingat rasa terfasilitasi dan menerima kebutuhan tiap individu peserta keterbatasan waktu didik yang berbeda-beda. yang peneliti miliki, masih terdapat beberapa aspek yang belum tersentuh DAFTAR PUSTAKA dalam penelitian ini, antara lain kegiatan ekstra kurikuler. Hal ini karena pelaksanaan ekstra kurikuler memerlukan waktu di luar jam KBM dan memerlukan waktu yang banyak mengingat ekstra kurikuler di sekolah ini cukup banyak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas II SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur melibatkan peran guru dan peserta didik. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran dengan baik sehingga berdampak positif pada proses belajar siswa dan akhirnya hasil Brown, H. Douglas, Principles of Language Learning and Teaching, New Jersey: Prentice Hall Regents, 2007. Creswell, John, Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, Third Edition, Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008. E, Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya 2009. Johnson, Donna M., Approaches to Research in Second Language Learning, New York: Longman, 2000. belajar menjadi maksimal. Guru juga berperan sebagai pengarah kegiatan baik secara individu maupun secara berkelompok. Peserta didik akan selalu merasa aman dan di perhatikan karena guru selalu berada diantara peserta didik walaupun mereka belajar secara mandiri. Sebagai penilai kemajuan prestasi belajar Johnson, Elaine B., Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna diterjemahkan oleh Chaedar Alwasilah. Bandung: MCL 2012. Mantja, W., Etnografi; Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan, Malang” Wineka Media, 2005. peserta didik berdampak pada rasa dihargai Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128) 127 Richards, Jack C. dan Willy A. Renandya, Methodology Language Teaching: An Anthology of Current Practice New York: Cambridge University Press, 2002 Sanjaya, Wina “Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan” Jakarta-Kencana 2008. 128 Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya 2014. Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya 2014. Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)