pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio

advertisement
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG
DIUKUR DENGAN RASIO PROFITABILITAS
TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
(Studi survei pada kelompok Industri Semen yang terdaftar di BEI)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun oleh :
Nama : Santun Frank Erickson
NRP : 01.02.393
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Terakreditasi (Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi NAsional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor : 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009
Tanggal 12 Juni 2009
2010
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG
DIUKUR DENGAN RASIO PROFITABILITAS
TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
(Studi survei pada kelompok Industri Semen yang terdaftar di BEI)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam
menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Disusun Oleh :
Nama : Santun Frank Erickcon
NRP : 01.02.393
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Eriana Kartadjumena S.E., M.M.,Ak )
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
( Dr. H. Islahuzamman S.E.,M.Si)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
(Eriana Kartadjumena S.E., M.M.,Ak )
SURAT PERNYATAAN
Yang Bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Santun Frank Erickson
Tempat, Tanggal Lahir
: Dumai, 18 Juni 1983
Menyatakan bahwa laporan Skripsi ini adalah benar dan hasil karya saya sendiri.
Bila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala akibatnya, termasuk
pencabutan kembali gelar sarjana ekonomi yang telah saya peroleh.
Bandung, Januari 2010
Penulis
ABSTRAK
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG DIUKUR
DENGAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT
RATIO
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh yang
signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio
Profitabilitas dengan indikator Return On Investment (ROI), Net Profit Margin
(NPM), Return On Equity (ROE) terhadap Dividend Payout Ratio. Data yang
dikumpulkan terdiri dari data yang keuangan yang diperoleh dari laporan
keuangan perusahaan-perusahaan industri semen yang telah go publik, yang
terdiri dari tiga perusahaan semen yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk,
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, dan PT. Holcim Indonesia Tbk.
Analisa yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja
keuangan yang diukur dengan Rasio Profitabilitas (ROI, NPM, & ROE) terhadap
Dividend Payout Ratio perusahaan, penulis melakukan analisis secara statistik
untuk menyatakan hubungan fungsional dengan mengidentifikasi ROI sebagai
variabel independen (X1), NPM sebagai variabel independen (X2) dan ROE
sebagai variabel independen (X3) sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR)
sebagai variabel dependen (Y). Analisis statistik yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linier multiple, koefisien korelasi, dan koefisien
determinasi, sedangkan pengujian hipotesisnya menggunakan uji F untuk
pengujian secara simultan dan uji t untuk pengujian secara parsial, dengan
menggunakan program SPSS 15.0. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan
persamaan regresi 7,690 – 0,229X1 – 2,068X2 + 2,626X3, hasil analisis statistik
secara simultan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 88,8%, sedangkan
sisanya sebesar 11.2% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan uji hipotesis
dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0.05) hasil uji F, didapat
bahwa besarnya Return On Investasi (X1), Net Profit Margin (X2) dan Return On
Equity (X3) terhadap Dividend Payout Ratio (Y) tidak terdapat pengaruh yang
signifikan, karena nilai Fhitung < Ftabel yaitu 2,653 < 9,28, artinya Fhitung berada di
daerah penerimaan Ho yang menunjukkan bahwa Return On Investasi (X1), Net
Profit Margin (X2) dan Return On Equity (X3) secara simultan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (Y).
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala anugerah, kasih,
karunia dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Diukur Dengan Rasio
Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio” yang merupakan salah satu
syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada
Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa apa yang dikemukakan di dalam skripsi ini masih jauh
dari sempurna, mengingat terbatasnya pengalaman dan pengetahuan penulis.
Namun demikian, inilah yang terbaik yang dapat penulis selesaikan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini.
Selama persiapan, penyusunan, sampai dengan diselesaikannya skripsi ini
serta dalam mengikuti kegiatan akademik lainnya, penulis banyak menerima
bimbingan, bantuan, dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak,
karenanya pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada :
1. Kedua Orang tuaku yang tercinta yang senantiasa mendidik, membimbing,
mendoakan, dan memberikan dukungan yang sangat besar dan berarti bagi
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Kak Imel, Kak Heince, Kak Ernita, adikku Vera dan Febri, serta Lae Josh
Marvelle Siagian dan Lae Noe Manurung yang telah membantu dan
memberikan dukungan bagi penulis. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.
Sukses dalam karirnya masing-masing.
3. Bapak Eriana Kartadjumena S.E., M.M., Ak., selaku Dosen Pembimbing dan
Ketua Jurusan Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang
telah menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing penulis
dalam menyelesikan skripsi ini serta memberikan pengarahan dan masukan
kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Ibu Prof. Dr. Hj Koesbandijah Abdoel Kadir, M.S., Ak., selaku Ketua Badan
Pengurus Yayasan Widyatama Bandung.
5. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., selaku Rektor Universitas
Widyatama Bandung.
6. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris PPAk Universitas
Widyatama.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Widyatama atas bimbingan dan didikannya sehingga telah
memberikan bekal dan wawasan pengetahuan selama kuliah.
8. Seluruh staf administrasi dan staf perpustakaan Universitas Widyatama yang
telah memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini.
9. Teman-teman yang sama-sama menyusun skripsi dengan ku : Novendy Barus,
Christopel Siregar, Deni Kurnia, Harry Aloysius, Ririn, Virgo, Viktor yang
membantu penulis.
10. Pak Sendi, Ghesa Carina, Sulu, Reni Meiva, Nore, Lae Robin, JimSlova, Jon,
Noto yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya terutama pihak-pihak yang berkepentingan langsung
dengan permasalahan yang di bahas dalam skripsi ini.
Bandung, Januari 2010
Penulis
(Santun Frank Erickson)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ……………………………………... 1
1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penelitian ..……………………………………………... 4
1.4 Kegunaan Penelitian …………………………………………... 5
1.5 Kerangka Pemikiran …………………………………………… 5
1.6 Metode Penelitian …………………………………………….... 11
1.6.1
Metodologi Penelitian …..……………………………… 11
1.6.2
Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 12
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan ……………………………………………... 13
2.1.1
Pengertian Laporan Keuangan …………………………. 14
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan …………………………....... 14
2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan ………………………...16
2.1.4
Pengguna Laporan Keuangan …………………………...17
2.1.5
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan …………..... 19
2.1.6
Jenis Laporan Keuangan ………………………...……... 20
2.2 Analisis Laporan Keuangan ……………………………………. 25
2.2.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan ...……………… 25
2.2.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan ……………………. 26
2.2.3
Prosedur Analisis Laporan Keuangan…………….…….. 27
2.2.4
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ………. 28
2.2.5
Keterbatasan dan Kelemahan Analisis Laporan
Keuangan ……………………………………………….. 30
2.3 Analisis Rasio Keuangan ………………………………………..31
2.3.1
Pengertian Analisis Rasio Keuangan ……………………31
2.3.2
Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan .. 31
2.3.3
Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan ……………...... 32
2.3.4
Tekik Analisis Raio Keuangan …………………...…… 33
2.3.5
Keterangan Lain dalam Analisis Rasio Keuangan ...….. 35
2.4 Kinerja ……………………………………………………….... 35
2.4.1
Pengertian Kinerja …………………………………….. 36
2.4.2
Penilaian Kinerja Perusahaan …………………………. 36
2.4.2.1 Pengertian Penilaian Kinerja Perusahaan ……. 36
2.4.2.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan ……….36
2.4.2.3 Tahap Penilaian Kinerja Perusahaan ………. 37
2.4.2.4 Ukuran Kinerja …………………………….... 37
2.5 Return On Investment ……………………………………….... 38
2.5.1
Pengertian Return On Investment …………………….. 38
2.5.2
Manfaat ROI Sebagai Penilai Kinerja Perusahaan ….... 39
2.6 Net Profit Margin (NPM) …………………………………….. 40
2.6.1
Pengertian Net Profit Margin ………………………… 40
2.6.2
Manfaat NPM Sebagai Penilai Kinerja Perusahaan ….. 40
2.7 Return On Equity …………………………………………….. 41
2.7.1
Pengertian Return On Investment …………………….
2.8 Dividen ……………………………………………………….. 42
2.8.1
Pengertian Dividen ……………………………………. 42
2.8.2 Dividend Payout Ratio ………………………………… 43
2.8.3 Kebijakan Dividen perusahaan …………………………44
2.8.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Dividen
suatu perusahaan ……………………………………… 45
2.8.5 Teori mengenai kebijakan Dividen …………………… 46
2.8.6 Jenis-jenis kebijakan Dividen ………………………… 46
2.8.7 Urutan pembayaran Dividen …………………………. 47
2.9
Pengaruh kinerja keuangan (ROI, NPM dan ROE)
terhadap Dividend Payout Ratio ……………………………… 48
2.10 Hasil penelitian terdahulu ……………………………………... 48
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Sejarah Perusahaan Semen yang go Publik …………………… 49
3.1.1
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ……...………… 49
3.1.1.1 Dewan Komisaris dan Direksi ……………… 49
3.1.1.2 Struktur Permodalan Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk …………………….…………… 50
3.1.2
PT Semen Gresik (Persero) Tbk ……….……………… 51
3.1.2.1 Dewan Komisaris dan Direksi ……………….. 51
3.1.2.2 Struktur Permodalan PT Semen Gresik
(Persero) Tbk …………………...……………. 52
3.1.3
PT Holcim Indonesia Tbk …………………………….. 52
3.1.3.1 Dewan Komisaris dan Direksi ……………….. 52
3.1.3.2 Struktur Permodalan PT Holcim
Indonesia Tbk ……………………………….. 53
3.3 Objek Penelitian ……………………………………………..… 54
3.4 Metode Penelitian ……………………………………………... 55
3.4.1
Jenis dan Sumber Data ………………………………... 55
3.4.2 Metode Pengumpulan Data …………………………… 56
3.4.3
Teknik Pengumpulan Data …………………………… 56
3.4.4
Operasionalisasi Variabel …………………………….. 56
3.5 Pengolahan dan analisis data ………………………………….. 58
3.5.1 Kinerja Keuangan …………………………………..…. 58
3.5.2 Dividend Payout Ratio ……………………………..….. 59
3.5.3 Metode Analisis ……………………………………..… 59
3.5.4 Rancangan Pengujian Hipotesis ………………………. 63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………….. 66
4.1.1 Kinerja keuangan perusahaan Kelompok Industri Semen
Yang diukur dengan Rasio Profitabilitas
(ROI, NPM & ROE) …………………………………... 66
4.1.1.1
Return On Investment (ROI) ……………….. 66
4.1.1.2
Net Profit Margin (NPM) …………………... 71
4.1.1.3
Return On Equity (ROE) …………………… 75
4.1.2 Dividend Payout Ratio perusahaan Kelompok Industri
Semen periode 2004-2008 ……………………………. 79
4.2
Hasil Pembahasan ……………………………………………. 83
4.2.1
Analisis Laporan Keuangan dilaksanakan
secara efektif …………………………………………. 83
4.2.2
Pengaruh Kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan Rasio Profitabilitas (ROI,NPM & ROE)
terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan
Industri Semen ………………………………….…… 84
4.2.3
Hubungan atau Korelasi antara Rasio Profitabilitas
(ROI, NPM & ROE terhadap Dividend
Payout Ratio Perusahaan ……………………………. 84
4.2.4
Perhitungan Koofisien Korelasi Multiple,
Koefisien Determinasi dan Analisisnya ……………… 87
4.2.5
BAB V
Uji Hipotesis ………………...……………………….. 89
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …………………………………………………. 95
5.2 Saran ……………………………………………………….. 97
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Sederhana Laporan Keuangan Neraca ……………………24
Tabel 2.2 Contoh Sederhana Laporan Keuangan Laba Rugi ……………….. 25
Tabel 3.1 Struktur Permodalan PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk ………………………………………………………50
Tabel 3.2 Struktur Permodalan PT Semen Gresik (persero) Tbk …………... 52
Tabel 3.3 Struktur Permodalan PT Holcim Indonesia Tbk ………………… 53
Tabel 3.4 Kondisi Kinerja keuangan perusahaan Industri Semen berdasarkan
keuntungan bersih yang diterima .................................................... 53
Tabel 3.5
Kondisi Kinerja keuangan perusahaan Industri rokok berdasarkan
modal yang ditanamkan .................................................................. 54
Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel ………………………………………... 58
Tabel 4.1 Perhitungan ROI PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ………... 67
Tabel 4.2 Perhitungan ROI PT Semen Gresik (persero) Tbk ………………. 67
Tabel 4.3 Perhitungan ROI PT Holcim Indonesia Tbk................................... 68
Tabel 4.4 Rata-rata persentase ROI ………………………………………… 68
Tabel 4.5 Perhitungan NPM PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk……….. 71
Tabel 4.6 Perhitungan NPM PT Semen Gresik (persero) Tbk …………….. 72
Tabel 4.7 Perhitungan NPM PT Holcim Indonesia Tbk................................. 72
Tabel 4.8 Rata-rata persentase NPM ……………………………………….. 73
Tabel 4.9 Perhitungan ROE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ………...75
Tabel 4.10 Perhitungan ROE PT Semen Gresik (persero) Tbk ……………….76
Tabel 4.11 Perhitungan ROE PT Holcim Indonesia Tbk...................................76
Tabel 4.12 Rata-rata persentase ROE …………………………………………77
Tabel 4.13 Perhitungan Dividend Payout Ratio PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk………………………………………………………80
Tabel 4.14 Perhitungan Dividend Payout Ratio PT Semen Gresik
(Persero) Tbk ……………………………………………………..80
Tabel 4.15 Perhitungan Dividend Payout Ratio PT Holcim Indonesia Tbk…..80
Tabel 4.16 Rata-rata persentase DPR ……………………………………… 81
Tabel 4.13 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ..........
Tabel 4.17 Tabel Hubungan atau Korelasi antara Rasio Profitabilitas
( ROI, NPM & ROE) dengan DPR Perusahaan ............................84
Tabel 4.18 Tabel Autokorelasi ……………..…..……………….....................86
Tabel 4.19 Tabel Multikolinearitas …………….……………….....................87
Tabel 4.20 Tabel Koefisien Regresi Berganda …………………....................88
Tabel 4.21 Pengujian Koefisiensi Regresi secara Simultan ……………...… 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ………………………….………… 23
Gambar 1.1 Gambaran Sederhana Proses Data menjadi Informasi ………… 26
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Kurva daerah penerimaan dan penolakan Ho (Uji F) ...................63
Kurva daerah penerimaan dan penolakan Ho (uji t) …….………65
Daerah penerimaan dan penolakan Ho (uji F) ……….….………90
Kurva penerimaan dan penolakan Ho ……….……….….………94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Lapoan Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Lampiran 2
Data Lapoan Keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk
Lampiran 3
Data Lapoan Keuangan PT Holcim Inndonesia Tbk
Lampiran 4
Surat Survei
Lampiran 5
Kartu Bimbingan Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, terdapat
perubahan di bidang perekonomian yang sangat pesat di dunia, baik di negaranegara industri maupun negara-negara berkembang. Sehingga batas-batas negara
bukan lagi menjadi penghalang. Keadaan ini melebarkan peluang masuknya
berbagai pengaruh untuk saling berinteraksi antar negara. Hal tersebut merupakan
peluang dan bisa menjadi tantangan atau ancaman bagi negara tersebut bila tidak
mengantisipasi sebelumnya.
Dunia usaha di Indonesia tentunya tidak mungkin menghindarkan diri dari
persaingan global, karena tidak hanya akan menghadapi pesaing-pesaing lokal
saja tetapi juga pesaing-pesaing mancanegara. Apalagi pada masa krisis seperti
sekarang ini, banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar, baik karena nilai
hutangnya yang melambung sehubungan dengan jatuhnya nilai rupiah maupun
karena turunnya daya beli konsumen.
Dunia usaha memiliki peluang yang luas untuk memilih alternatif
pembiayaan guna mengembangkan usahanya. Perusahaan yang membutuhkan
modal kerja cenderung memilih alternatif sumber pembiayaan jangka pendek
yang disediakan perbankan. Sedangkan perusahaan yang membutuhkan modal
untuk investasi cenderung memilih alternatif sumber pembiayaan jangka panjang
seperti yang disediakan pasar modal.
Pasar modal dipandang sebagai sarana yang efektif untuk menghimpun
dana dari masyarakat, selain dana dari pihak luar negeri. Hal ini dimungkinkan
karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana
invstasi jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor usaha.
Di dalam melakukan investasi yang sehat, seorang investor dan calon
investor sebelumnya harus mempertimbangkan kondisi perusahaan yang
tercermin melalui kinerja perusahaan tersebut, termasuk juga kondisi perusahaan
sejenis. Informasi kedua adalah menyangkut aspek teknis yang diketahui oleh
para pelaku bursa berupa fluktuasi kurs, volume transaksi, kondisi bursa dan lainlain. Informasi ketiga berkaitan dengan keadaan lingkungan yang mencakup
kondisi ekonomi, sosial politik, dan stabilitas nasional suatu negara.
Informasi keuangan yang terdapat pada Laporan Keuangan perusahaan
memuat data historis dalam penilaian dan peramalan analisis investasi. Sarana
yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kinerja keuangan adalah Rasio
Keuangan. Terdapat Rasio Keuangan yang dapat menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan,
profitabilitas
diantaranya
adalah
menggambarkan
Rasio
Profitabilitas
kemampuan
perusahaan.
perusahaan
Rasio
menghasilkan
laba/pendapatan melalui kemampuan dan sumber yang ada.
Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan mengoptimalkan kinerja keuangan yang bersangkutan
(Sofyan Syfri Harahap, 2004:319). Pada umumnya para investor mempunyai
tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan
pengembalian dalam bentuk dividen atau capital gain. Dilain pihak perusahaan
juga mengharapkan adanya
pertumbuhan secara terus menerus untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus memberikan
kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Tentunya hal ini
akan menjadi unik karena kebijakan dividen adalah sangat penting untuk
memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen, dan disatu sisi juga
tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan.
Para investor yang tidak bersedia mengambil resiko mempunyai
pandangan bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin
tinggi juga tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan
terhadap resiko tersebut. Selanjutnya dividen yang diterima saat ini akan
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di
masa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia
berspekulasi akan lebih menyukai dividen daripada capital gain.
Kebijakan dividen suatu perusahaan akan melibatkan dua pihak yang
saling berkepentingan dan saling bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang
saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya,
disamping itu juga kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya
dividen kas yang dibayarkan. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan
pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan.
Umumnya pemegang saham masih cenderung sangat mengharapkan
dividen, sehingga perkiraan atas besarnya pemberian dividen merupakan hal yang
sangat penting bagi para calon pemegang saham sebelum membeli saham suatu
perusahaan. Pemberian dividen dengan jumlah yang lebih besar adalah sebuah
isyarat dari manajemen bahwa perkiraan mereka tentang pendapatan yang akan
diterima perusahaan di masa yang akan datang akan meningkat. Sehubungan
dengan bertambah tingginya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan
Rasio Profitabilitas maka diharapkan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba yang pada akhirnya diharapkan akan sejalan dengan
semakin besarnya dividen yang diberikan.
Penelitian yang dilakukan penulis mendapat rujukan dari penelitian
sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Yang
Diukur Dengan Rasio Profitabilitas (Return on Investment dan Net Profit Margin)
terhadap Dividend Payout Ratio” ( studi kasus pada PT “X” ). Penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian ini kembali dengan menggunakan indikator
Rasio Profitabilitas yang berbeda dan tentunya dengan objek penelitian yang
berbeda pula. Seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, bahwa
pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para investornya masih merupakan
hal penting dan suatu daya tarik tersendiri dalam dunia investasi dewasa ini.
Sehubungan dengan itu, perusahaan yang kinerja keuangannya baik dalam arti
memiliki Dividend Payout Ratio yang tinggi, akan lebih dipilih oleh para investor
untuk melakukan investasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, judul yang akan dituangkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini adalah :
“Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Diukur Dengan
Rasio Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio” (studi survei
pada kelompok industri semen yang terdaftar di BEI)
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian ini, dapat di Identifikasikan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Rasio
Profitabilitas pada kelompok industri semen.
2. Berapa besar Dividend Payout Ratio per tahun yang ditetapkan oleh kelompok
industri semen.
3. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio
Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada kelompok industri semen.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang ingin dilakukan selayaknya memiliki tujuan. Dengan
demikian, penelitian yang dilakukan memiliki arah dan tujuan yang hendak
dicapai. Paparan dalam latar belakang penelitian serta menilik identifikasi
masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui
Ratio Profitabilitas pada kelompok industri semen.
2. Mengetahui besarnya Dividend Payout Ratio pertahun yang ditetapkan oleh
kelompok industri semen.
3. Mengetahui besarnya pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan Ratio Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio kelompok industri
semen.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penulis berharap, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak, diantarnya adalah :
1. Kegunaan Pribadi
Penulis berharap, informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi penulis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
ekonomi akuntansi.
2. Kegunaan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya
mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio
Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio.
3. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
yang bermanfaat bagi perusahaan dan gambaran mengenai peningkatan
kinerja perusahaan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap Dividend Payout
Ratio yang diberikan, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi minat
investor untuk menanamkan modalnya.
1.5 Kerangka Pemikiran
Persaingan global yang kini sudah merupakan fakta kehidupan
perekonomian,
baik
bagi
negara-negara
industri
maupun
negara-negara
berkembang, menjadikan semakin tingginya tingkat persaingan antar pelaku
ekonomi. Hal tersebut membuat perusahaan memikirkan kembali masalah kinerja
keuangan dan efisiensi perusahaannya.
Informasi penting yang diperlukan untuk mengetahui kondisi atau kinerja
suatu perusahaan tercermin dari laporan keuangannya. Harahap (2004:105),
mengemukakan bahwa “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan
dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.
Pada saat investor akan membeli saham suatu perusahaan yang telah go publik,
investor akan menganalisis laporan keuangan perusahaan terutama yang berkaitan
dengan masalah pengelolaan investasi dan kemampuannya dalam menghasilkan
laba. Hal ini berarti bahwa dari laporan keuangan suatu perusahaan dapat
diketahui kinerja perusahaan yang bersangkutan sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi.
Fokus utama dari laporan keuangan adalah informasi mengenai prestasi
suatu perusahaan yang diukur dengan laba dan komponen-komponennya. Tujuan
umumnya adalah untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi perusahaan. Informasi akuntansi yang
disajikan dalam neraca, laporan laba/rugi dan laporan keuangan lainnya
dinyatakan dalam nilai absolut / mutlak. Salah satu kegunaan informasi akuntansi
adalah untuk mengevaluasi dan menilai kinerja perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001:415-416), bahwa “Penilaian kinerja adalah
penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya”. Cara untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang
sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan
yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio
dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data
keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat dijadikan salah satu
pedoman bagi investor sebagai dasar analisis investasinya. Melalui analisis Rasio
Profitabilitas yang dapat menunjukkan efesiensi dan efektivitas pengelolaan
investasi oleh perusahaan dan kemampuannya dalam menghasilkan laba.
Rasio Profitabilitas yaitu rasio-rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang
tertentu.
Sumber, Mamduh M. Hanafi, Abdul Hakim dalam bukunya Analisa Laporan
Keuangan (Penerbit dan Percetakan ; AMP-YKPN 2005, halaman 85).
Rasio Profitabilitas sering digunakan sebagai dasar mengevaluasi perencanaan,
penetapan tujuan dan peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
ROI merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian investasi yang
telah dilakukan perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimilik
oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari
pemilik (modal). Analisis tingkat pengembalian investasi dalam menganalisis
laporan keuangan ini mempunyai makna dan peranan yang sangat penting, karena
merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh (comprehensive). ROI ini
merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat
efesiensi dan efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.”
Return on Investment itu sendiri adalah salah satu bentuk rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio
ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating assets). Sebutan lain
untuk ratio ini adalah “Net operating profit rate, of return” atau “operating
earning power”.
Analisa Net Profit Margin (NPM) sering digunakan oleh praktisi keuangan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil penjualan
bagi pemegang saham perusahaan. Gross Profit Margin merupakan rasio atau
perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan
tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
ROI mengukur efektivitas dan efesiensi perusahaan dengan keseluruhan
dana atau sumber daya yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam
operasi perusahaan dalam usaha memperoleh laba. Dengan demikian rasio ini
menghubungkan laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari kegiatan
perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba.
Rasio ini dapat ditulis dalam rumusan sebagai berikut :
Van Horne dan Machowitz (1998 :150)
ROI
=
Net Profit After Taxes
Total Asset
atau
ROI
= Operating Asset Turn Over x Profit Margin
Sumber, S Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (Penerbit ;
LIBERTY, Yogyakarta 2004, halaman 89)
NPM mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan. Rasio
ini juga digunakan untuk mengukur berapa besar laba bersih yang dapat diperoleh
dari setiap penjualan dan tingkat efesiensi pengeluaran biaya dalam perusahaan.
Semakin efisiensi suatu perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya maka
semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan tersebut. Dengan demikian
rasio ini menghubungkan laba bersih setelah pajak dengan hasil penjualan bersih
yang dilakukan perusahaan.
Rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :
Van Horne dan Machowitz (1998 :150)
NPM =
Net Profit After Taxes
Net Sales
Return on Comon Stockholders ‘Equity (ROE) merupakan salah satu alas
an utama mengapa mengoperasikan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba
yang akan bemanfaat bagi para pemegang saham. Ukuran keberhasilan dari
pencapaian alasan ini adalah angka return common stockholders equity yang
berhasil dicapai. Ratio Return On Equity ini dihitung dengan cara sebagai berikut:
Return on Equity = Laba bersih setelah pajak – Dividen saham istimewa
Rata-rata modal saham biasa
Sumber, Dwi Prastowo, Rifka Juliaty dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan
(Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN 2002, halaman 87).
Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas merupakan
suatu konsep pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada perolehan laba
perusahaan. Sehingga bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan
dengan analisis Profitabilitas ini untuk dapat melihat keuntungan yang benar-
benar akan diterima dalam bentuk dividen. Analisis ROI merupakan salah satu
teknik yang bersifat menyeluruh dan lazim digunakan untuk mengukur tingkat
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Analisis NPM bermanfaat untuk mengukur tingkat efesiensi total pengeluaran
biaya-biaya dalam perusahaan. Analisis Gross Profit Margin dari beberapa
periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross margin
yang diperoleh dan bila dibandingkan dengan standar rasio akan diketahui apakah
margin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau sebaliknya. Analisis
Operating Ratio mencerminkan tingkat effisiensi perusahaan, sehingga rasio yang
tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti setiap rupiah
penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba
kecil. Tetapi rasio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor
internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor eksternal.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan bisa diukur dengan Rasio
Profitabilitas,
sehingga
dengan
semakin
membaiknya
kinerja
keuangan
perusahaan yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya laba perusahaan,
maka diharapkan dividen yang diberikan oleh perusahaan akan semakin
meningkat pula.
Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan merupakan pembagian
pendapatan setelah pajak digolongkan kedalam dua referensi, yang pertama
adalah sebagai dana yang digunakan untuk membiayai pertumbuhan perusahaan,
hal ini ditunjukkan dalam neraca yaitu pada pos laba ditahan (retained earning),
yang kedua adalah sebagai dana yang didistribusikan kepada pemegang saham
perusahaan, hal tersebut ditujukan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham. Dividen payout ratio mengukur laba bersih perlembar saham biasa yang
dibayarkan dalam bentuk dividen, yang dihitung dengan formula sebagai berikut:
Dividen payout = Dividen perlembar saham biasa
Earning Per Share
Sumber, Dwi Prastowo, Rifka Juliaty dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan
(Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN 2002, halaman 97).
Berdasarkan teori yang dikemukakan dalam Kerangka Pemikiran yaitu
“Terdapat pengaruh yang signifikan dari kinerja keuangan yang diukur dengan
Rasio Profitabilitas (ROI,ROE dan NPM) terhadap Dividend Payout Ratio”.
Dalam penyusunan skripsi terdapat 2 Variabel yaitu :
1. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas
(ROI, NPM dan ROE)
Indikator-indikator Variabelnya adalah sebagai berikut :
•
Perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total asset.
•
Perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap penjualan
bersih.
•
Perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri.
2. Dividen Payout Ratio
Indikator-indikator Variabelnya adalah sebagai berikut :
•
Besarnya common Dividend dibagi laba bersih setelah pajak. Atau
Dividend Per share dibagi earning Per share.
Penulis menggunakan metode deskriptif untuk menguji hipotesis yang
telah dikemukakan. Metode ini banyak membantu terutama dalam penelitian
yang bersifat longitudinal yaitu penelitian yang dilakukan berulang-ulang
dalam suatu jangka waktu tertentu, Cooper & Emory (1997;125).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Hal ini
dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan linier antara X dan Y
secara bersama-sama (Simultan). Hipotesis untuk uji F adalah:
Hipotesis :
Ho : r1 = r2 = 0
Ha : r1 ≠ r2 ≠ 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return
On Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity
terhadap Dividend Payout Ratio
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On
Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity
terhadap Dividend Payout Ratio.
BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN
Perusahaan
Laporan Keuangan Perusahaan
Dividen Payout
Analisis Rasio Profitabilitas
Return on Investment
Net Profit Margin
Return on Equity
Dividen Payout Ratio
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
1.6
Metode Penelitian
1.6.1 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis pada penelitian ini
adalah metode deskriptif. Menurut Cholid Narbuko dan H Abu Achmadi
(2002 : 44), mengatakan bahwa : “Metode deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data dengan cara menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasi”. Sedangkan penelitiannya dilakukan secara survei, yaitu
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala
yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual dengan melakukan
evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah
dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan
hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan
keputusan di masa yang akan datang, Moh Nazir (1999 : 65).
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara :
1. Penelitian Kepustakaan (Library research)
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan cara membaca dan memahami
untuk data-data teoritis dan literatur, catatan kuliah dan bahan tulisan lain
sehubungan dengan penelitian ini. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
masukan data sekunder.
2. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data dari perusahaan
yang sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah dan dianalisis.
1.7 Lokasi dan waktu penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Pojok Bursa Efek Indonesia – Universitas Widyatama. Sedangkan
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sejak bulan Agustus 2008 sampai
dengan selesai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut
American Accounting Association, yang diterjemahkan oleh Soemarso SR.,
(2004:3) menyatakan bahwa :
“ Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan
informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang
jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.”
Definisi lain diberikan oleh S.P. Hariningsih (2001 :167) menyatakan bahwa :
“ Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan data
kuantitatif yang terutama mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha
ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi
dalam memilih alternatif dari suatu keadaan.”
Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data
keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasikan berbagai
transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang
dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran
transaksi-transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya
informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya yang
mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta hasil
perusahaan dalam suatu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam
bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan menejer atas
perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya. Kondisi keuangan dan hasil-hasil
operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada
hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat
menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersaing.
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2002:4), adalah :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan
yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara seperti misalnya :
laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.”
Kesimpulan dari penjelasan diatas, laporan keuangan merupakan alat untuk
menginformasikan kondisi keuangan pada periode tertentu, yang terdiri dari
neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi
keuangan serta catatan atas laporan keuangan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan menurut IAI (2007:3) adalah :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian,
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
memungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dari kegiatan masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk meyediakan
informasi keuangan.
3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang
ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggung jawaban
manajemen
berbuat demikian agar mereka dapat memenuhi
membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup,
misalnya, keputusan untuk menahan, menjual investasi mereka
dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau
mengganti manajemen.
Menurut Harahap (2004:133), tujuan Laporan Keuangan adalah:
1. Tujuan Umum
Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi
keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang di terima.
2. Tujuan Khusus
Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih,
proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta informasi
lainnya yang relevan.
3. Tujuan Kualitatif
Relevan, dapat di mengerti, dapat di periksa, netral, tepat waktu, dapat
dibandingkan dan lengkap.
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan
sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas, dan waktu serta kepastian dari hasil
tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang
dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin
dikendalikan dimasa depan sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan
dalam menghasilkan kas atau setara kas serta untuk merumuskan efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi
perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain
berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas,
informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan arus kas tersebut. Laporan keuangan juga menunjukan apa
yang
telah
dilakukan
oleh
manajemen
atau
menggambarkan
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, karakteristik kualitatif
laporan keuangan menurut IAI (2007:5-9), yaitu :
a) Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
b) Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi pengguna di
masa lalu.
ƒ
ƒ
Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
Pada beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk
menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan suatu segmen baru
dapat saja mempengaruhi penilaian resiko dan peluang yang dihadapi
perusahaan tanpa memperimbangkan materialitas dari hasil yang
dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Pada kasus
lain, baik hakikat maupun materialitas dipandang penting, misalnya
jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan
keuangan. Materilitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan
yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement) pada suatu karaktristk kualitatif pokok yang harus
dimiliki agar informasi dipandang berguna.
c) Keandalan
ƒ Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
ƒ
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikatnya atau penyajiannya
tidak dapat diandalkan maka pengguna informasi tersebut secara
potensial dapat meyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah
tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk
mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun
mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari
tuntutan tersebut.
d) Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan
tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan
yang berbeda.
2.1.4 Pengguna Laporan Keuangan
Pengguna laporan keuangan meliputi para investor dan investor
potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditur usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan
informasi yang berbeda. Berdasarkan IAI (2007:2) para pemakai laporan
keuangan adalah :
a. Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
dilakukannya. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan
dalam membayar dividen.
b. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca
sarjana dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang
terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan
utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional
dan statistik lainnya.
h. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada para penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum, dengan
demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap
pemakai.
2.1.5 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara
periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi menurut
Munawir (2004:6), menyatakan bahwa :
“Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai
suatu progress report. Laporan keuangan yang terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah
dicatat, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi dan
pendapat pribadi .”
1. Fakta yang dicatat
Penyusunan laporan keuangan didasarkan atas fakta dari catatan-catatan
akuntansi historis, sehingga laporan keuangan tidak dapat mencerminkan
posisi keuangan perusahaan sesuai kondisi perekonomian paling akhir.
2. Prinsip dan kebiasaan
Data yang dicatat didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan
tertentu yang merupakan prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini bertujuan
untuk
memudahkan
pencatatan dalam membentuk
keseragaman
perlakuan akuntansi.
3. Pendapat pribadi
Walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konversi atau dalil yang
sudah ditetapkan, namun penggunaan konvensi tersebut tergantung
kemampuan dan integritas pembuatnya terhadap prinsip konvensi
akuntansi tersebut.
Keterbatasan laporan keuangan menurut Harahap (2004:17-18) adalah :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan
tidak dapat di anggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan
masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat ini.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk
pihak yang akan membeli perusahaan.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Laporan keuangan di susun dengan menggunakan istilah-istilah teknis
dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
5. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan
tingkat kesuksesan antar perusahaan. Metode penilaian persediaan boleh
menggunakan metode LIFO (Last In Fist Out), FIFO (First In First Out)
dan Average yang hasilnya pasti berbeda. Demikian juga metode
penyusutan: Garis Lurus, Saldo Menurun, Sum Of Years Digit dan
sebagainya.
2.1.6 Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari :
a. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai
posisi
keuangan
perusahaan
pada
saat
tertentu.
Untuk
dapat
menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca
mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan
ekuitas.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002:17), masing-masing
unsur tersebut dapat disubklasifikasikan sebagai berikut :
1) Aktiva
Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan, dapat
disubklasifikasikan sebagai berikut :
™ Aktiva Lancar
Aktiva Lancar yaitu aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan
akan diperoleh dalam waktu satu tahun atau kurang (atau siklus
operasi normal), misalnya kas, surat berharga, persediaan, piutang
dan persekot biaya.
™ Investasi Jangka Panjang
Investasi Jangka Panjang yaitu penanaman modal yang biasanya
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan tetap atau
untuk menguasai perusahaan lain dan jangka waktunya lebih dari
satu tahun, misalnya investasi saham, investasi obligasi.
™ Aktiva Tetap
Aktiva Tetap yaitu aktiva yang memiliki substansi (wujud) fisik,
digunakan dalam operasi normal perusahaan (tidak dimaksudkan
untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu
tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini antara lain tanah,
gedung, kendaraan dan mesin serta peralatan.
™ Aktiva yang Tidak Berwujud
Aktiva yang Tidak Berwujud yaitu aktiva yang tidak mempunyai
substansi fisik dan biasanya berupa hak atau hak istimewa yang
memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan, untuk jangka
waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva
ini misalnya patent, goodwill, royalty, copyright, trade name,
franchise, dan license.
™ Aktiva Lain-lain
Aktiva Lain-lain yaitu aktiva yang tidak dapat dimasukkan ke
dalam salah satu dari empat subklasifikasi tersebut, misalnya beban
yang ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito, pinjaman
karyawan.
2) Kewajiban (hutang)
Kewajiban yang merupakan hutang perusahaan masa kini dapat
disubklasifikasi lebih lanjut menjadi tiga subklasifikasi, yaitu :
™ Kewajiban Lancar
Kewajiban Lancar yaitu kewajiban yang penyelesaiannya
diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu
satu tahun atau kurang. Termasuk dalam kategori kewajiban ini
misalnya utang dagang, utang wesel utang gaji dan upah, utang
pajak dan utang biaya atau beban lainnya yang belum dibayar.
™ Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban Jangka Panjang yaitu kewajiban yang penyelesaiannya
diharapkan akan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan (yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun. Termasuk dalam kategori kewajiban ini
misalnya hutang obligasi, hutang hipotik, dan hutang bank atau
kredit investasi.
™ Kewajiban Lain-lain
Kewajiban Lain-lain yaitu kewajiban yang tidak dapat
dikategorikan kedalam salah satu subklasifikasi tersebut, misalnya
hutang kepada para pemegang saham.
3) Ekuitas (modal)
Ekuitas yaitu merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang
merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur ekuitas
ini dapat disubklasifikasi lebih jauh menjadi dua subklasifikasi, yaitu :
™ Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, Misalnya modal
saham (termasuk agio saham bila ada).
™ Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak
dibagikan kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen.
b. Laporan Laba-Rugi
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002:20), untuk dapat
menggambarkan
informasi
mengenai
potensi
perusahaan
dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan laba rugi
mempunyai dua unsur yaitu :
1) Penghasilan (Income)
Yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk
pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban (yang
menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi
pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
™ Pendapatan (revenues)
Yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas yang
biasa dan yang dikenal dengan sebutan berbeda, seperti misalnya
penjualan barang dagangan, penghasilan jasa (fees), pendapatan
bunga, pendapatan dividen, royalties dan sewa
™ Keuntungan (gains)
Yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin
timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan
yang rutin, misalnya pos yang timbul dalam pengalihan aktiva
lancar, revaluasi sekuritas, kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.
2) Beban (Expense)
Yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus
keluar, penurunan aktiva atau kewajiban (yang menyebabkan
penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada
pemilik) perusahaan selama periode tertentu dapat disubklasifikasikan
sebagai berikut :
™ Beban
Yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan (yang
biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti
kas, persediaan, aktiva tetap) yang meliputi misalnya harga pokok
penjualan, gaji dan upah, penyusutan.
™ Kerugian
Yang mencerminakan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang
terjadi seperti misalnya rugi karena bencana kebakaran, banjir, atau
pelepasan aktiva tidak lancar.
Selisih antara total penghasilan dan beban disebut penghasilan bersih.
Di dalam laporan laba rugi, keuntungan dan kerugian biasanya
disajikan secara terpisah, sehingga akan memberikan informasi yang
lebih baik dalam pengambilan keputusan ekonomi.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1.12), bahwa:
“Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan laba atau rugi
periode yang bersangkutan, saldo akumulasi laba atau rugi pada awal
dan akhir periode serta perubahannya.”
d. Laporan Arus kas
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2.2), mengemukakan bahwa:
“ Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.”
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1.13), bahwa:
“Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: informasi
tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang di pilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
penting, informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas, informasi tambahan
yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secara wajar.”
Berikut adalah contoh sederhana laporan keuangan perusahaan yang
pokok, yaitu laporan keuangan neraca dan laporan keuangan laba rugi.
Tabel 2.1
Contoh Sederhana Laporan Keuangan Neraca.
PT “X”
Neraca
Per 31 Desember 2004
(dalam Rupiah)
Pasiva
Kewajiban
xxx Utang Usaha
xxx Biaya Yang Masihxxx Harus Di Bayar
Hutang Jangka Panjang
Utang Kredit Bank
xxx
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas dan Setara Kas
Investasi Jangka Pendek
Piutang Usaha
Persediaan
xxx
Biaya Di Bayar Di Muka
Pendapatan Yang MasihHarus Di Terima
Jumlah Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Peralatan
Akumulasi Penyusutan
Peralatan (netto)
Bangunan
Akumulasi Penyusutan
Bangunan (netto)
Tanah
Jumlah Aktiva Tetap
xxx
xxx Jumlah Kewajiban
xxx
(xxx)
xxx
xxx
(xxx)
Ekuitas
Modal Dasar
Modal Saham
xxx
Laba Di Tahan
Jumlah Ekuitas
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Aktiva Lain-lain
xxx
Jumlah Aktiva
xxx
Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas
xxx
Tabel 2.2
Contoh Sederhana Laporan Keuangan Laba Rugi.
PT “X”
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2003
(dalam Rupiah)
Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Beban Usaha:
Beban Penjualan
Beban Administrasi Dan Umum
Jumlah Beban Usaha
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
(xxx)
Laba Usaha
xxx
Beban Lain-Lain:
Beban Bunga
(xxx)
Laba Sebelum Pajak
xxx
Pajak
(xxx)
Laba Bersih
xxx
2.2 Analisis Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting
bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi. Pada sisi lain, ternyata bahwa karena karakteristiknya, laporan
keuangan bukanlah segala-galanya, karena laporan keuangan memiliki
keterbatasan.
Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan
keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut
dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Dengan mengolah
lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembandingan, evaluasi dan
analisis trend akan diperoleh diprediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi
dimasa akan datang. Disinilah arti pentingnya suatu analisis terhadap laporan
keuangan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:190), bahwa:
“Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
tepat.”
Gambar 2.1
Gambaran Sederhana Proses Data menjadi Informasi
Input
Laporan keuangan
Metode atau teknik
analisis laporan keuangan
Output
Informasi
yang berguna untuk
pengambilan keputusan
Sumber: Sofyan Syafri Harahap dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan (2004:191).
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
informasi yang cukup penting untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Terdapat kesenjangan antara informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dan informasi mengenai apa yang telah terjadi, sementara para
pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang
mungkin akan terjadi dimasa datang. Perlu suatu analisis terhadap laporan
keuangan, terutama dalam memprediksi apa yang mungkin akan terjadi
dimasa yang akan datang untuk memecahkan kesenjangan kebutuhan
informasi. Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk
menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Harahap
(2004:195-197) mengemukakan bahwa secara lengkap kegunaan analisis
laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
5. Dapat menilai prestasi perusahaan.
6. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek
tertentu, yaitu: posisi keuangan (asset, neraca dan modal), hasil usaha
perusahaan (hasil dan biaya), likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan
rentabilitas atau profitabilitas.
7. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu.
8. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah di kenal dalam dunia bisnis.
9. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya.
10. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,
baik posisi keuangan, hasil usaha dan sebagainya.
11. Dapat juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan
di masa yang akan datang.
2.2.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Dwi Prastowo dan
Rifka Juliaty (2002:53), yaitu :
1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan
Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis
mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan
akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar
belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis merupakan
langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan
perusahaan.
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan
Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai
pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisikondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend
(kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi ; perubahan
tekhnologi ; perubahan selera konsumen ; perubahan faktor-faktor
ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat
inflasi dan pajak ; dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu
sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.
3. Mempelajari dan me review laporan keuangan
Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai
karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai tekhnik analisis
diaplikasikan, perlu dilakukan rewiew terhadap laporan keuangan secara
menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan
keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini adalah untuk
memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarka
data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yang berlaku.
4. Menganalisis laporan keuangan
Setelah memahami profil perusahaan dan me review laporan keuangan
maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang
ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil
analisis tersebut.
2.2.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:54), secara umum
metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua
klasifikasi, yaitu :
1. Metode analisis horizontal (dinamis)
Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan
kecenderungannya. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini
bergerak dari tahun ke tahun (periode)
2. Metode analisis vertical (statis)
Metode analisis vertical (statis) adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode)
tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos
yang lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun (perode)
yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan
yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode
vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan
pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama.
Sementara itu berbagai alat analisis dapat digunakan untuk mengolah laporan
keuangan. Alat analisis tersebut dapat berbentuk analisis common size, analisis
break even, analisis gross profit, analisis Du Pont dan analisis rasio keuangan.
Menurut Harahap (2004:218), mengemukakan bahwa:
“Analisis common size merupakan metode analisis yang menyajikan
laporan keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi itu biasa dikaitkan
dengan suatu jumlah yang di nilai penting misalnya asset untuk neraca,
penjualan untuk laba rugi.”
Sedangkan Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:67), mengemukakan
bahwa “Analisis common size merubah angka-angka yang ada dalam neraca
dan laba rugi menjadi persentase berdasarkan dasar tertentu.”
Analisis break even menurut Harahap (2004:220) adalah:
“Analisis break even sering digunakan dalam perencanaan keuangan.
Namun tidak berarti rumus itu tidak dapat digunakan dalam hal yang lain
misalnya dalam analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan
keuangan kita dapat menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara penjualan, biaya dan laba.
2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan variabel.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan memberikan margin
untuk menutupi biaya tetap.
4. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya
dan batas di mana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.”
Secara umum, analisis break even diketahui sebagai salah satu teknik analisis
laporan keuangan yang menganalisis bagaimana perubahan volume produksi
penjualan mempengaruhi jumlah biaya tetap, jumlah biaya variabel dan
tingkat penjualan. Yang pada akhirnya mempengaruhi besar kecilnya laba rugi
perusahaan.
Sedangkan Harahap (2004:221), mengemukakan tentang Analisis laba
kotor (gross profit) yaitu:
“Analisis laba kotor (gross profit) lazim digunakan dalam perencanaan
keuangan atau budgeting. Namun teknik ini bisa digunakan dalam
analisis laporan keuangan. Analisis ini menggunakan data penjualan,
biaya variabel (harga pokok produksi) dan laba kotor.”
Secara umum, analisis gross profit diketahui sebagai salah satu teknik analisis
laporan keuangan yang menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan besarnya laba kotor atau gross profit dari suatu perusahaan.
Besarnya perubahan laba kotor itu dapat terjadi dengan memperbandingkan
antara laba kotor tahun yang sedang berjalan atau tahun ini dibandingkan
dengan laba kotor dari tahun yang lalu. Dapat juga terjadi karena adanya
perubahan laba kotor yang sebenarnya terjadi (actual) dengan laba kotor yang
dianggarkan (budget).
2.2.5 Keterbatasan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Keterbatasan analisis atas laporan keuangan menurut Harahap
(2004:201-202), bahwa keterbatasan analisis laporan keuangan harus
memperhatikan keterbatasan laporan seperti:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas
kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat di
anggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi ini disajikan untuk dapat
digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua
pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan.
3. Laporan keuangan di susun dengan menggunakan istilah-istilah teknis
dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan.”
Di samping keterbatasan itu maka perlu juga diketahui kelemahan analisis atas
laporan
keuangan.
Harahap
(2004:203-204)
mengemukakan
bahwa
kelemahan analisis laporan keuangan adalah:
1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh
karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu di ingat agar
kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai
suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan
keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan
perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya
perusahaan dan budaya masyarakat.
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bias berbeda dengan kondisi masa depan.
4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu di
lihat beberapa perbedaan prinsip yang bias menjadi penyebab perbedaan
angka misalnya: Prinsip Akuntansi, Jenis Industri, Periode laporan dan
jenis perusahaan aspek profit motive atau nonprofit motive.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
2.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Rasio merupakan perbandingan dua variabel. Secara umum, analisis
rasio keuangan diketahui sebagai salah satu teknik analisis atas laporan
keuangan yang dapat dilakukan dengan cara memperbandingkan dua pos
keuangan dalam bentuk pecahan (atas adalah pembilang dan bawah adalah
penyebut) atau Arithmatical Term, sehingga dapat diketahui makna tertentu
dari hubungan di antara dua pos keuangan tersebut.
Menurut Harahap (2001:297), bahwa “Rasio keuangan adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:69-70) mengemukakan
bahwa:
“Analisis rasio keuangan diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan
yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan
mungkin di hitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca
saja, dalam laporan laba rugi saja atau pada neraca dan laba rugi. Setiap
analis keuangan bias saja merumuskan rasio tertentu yang di anggap
mencerminkan aspek tertentu.”
Teknik ini sangat lazim digunakan para analis keuangan. Rasio keuangan
sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan
perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan ini, bisa dinilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan
dibandingkan dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi.
2.3.2 Keunggulan Dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan di banding teknik analisis
laporan keuangan lainnya. Menurut Harahap (2001:298), mengemukakan
bahwa keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka yang lebih mudah dibaca.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam pengambilan keputusan.
5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
6. Lebih mudah melakukan prediksi di masa yang akan datang.”
Teknik analisis rasio keuangan merupakan sebagian dari konsep analisis
laporan keuangan. Menurut Harahap (2001:204-205), bahwa teknik analisis
rasio keuangan memiliki kelemahan sebagai berikut:
1. Rasio itu di ambil dari data akuntansi yang juga memiliki sifat-sifat
tersendiri yang harus diketahui dan memerlukan tafsiran tersendiri. Dan
bukan tidak mungkin data akuntansi itu sendiri mengandung data
manipulasi atau kesalahan-kesalahan lainnya. Perbedaan-perbedaan yang
sama-sama boleh dalam akuntansi misalnya perbedaan metode
penyusutan akan memberikan data keuangan yang berbeda, penilaian
persediaan, periode akuntansi dan lain-lain.
2. Kalau ingin menganalisis dua perusahaan yang berbeda dan ingin
membandingkannya maka harus dilakukan: analisis tentang prinsip
akuntansi yang di anut dan melakukan penyesuaian atas hal-hal yang
berbeda.
3. Dalam menilai suatu rasio baik atau buruk, analis harus hati-hati. Turn
over yang tinggi belum tentu baik. Mungkin perusahaan melakukan
obral besar-besaran dan cenderung mau bangkrut atau mungkin jeins
perusahaannya berbeda.
2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio keuangan, teknik ini
juga
memiliki
beberapa
keterbatasan
yang
harus
disadari
sewaktu
penggunaannya agar tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan
analisis rasio keuangan yang dikemukakan Harahap (2001:298-299), bahwa
keterbatasan analisis rasio keuangan adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat dan dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi keterbatasan
teknik ini, seperti metode pencatatan yang tergambar dalam standar
akuntasi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang digunakan tidak sama. Oleh karena itu, jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.”
2.3.4 Teknik Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara
pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat di nilai
hubungan antara pos tadi dan dapat dibandingkan dengan rasio lain.
Umumnya rasio yang di kenal dan populer adalah:
1. Rasio Likuiditas.
2. Rasio Leverage.
3. Rasio Aktivitas.
4. Rasio Profitabilitas.
Pemilihan aspek-aspek yang akan di nilai perlu dikaitkan dengan tujuan
analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditur, aspek yang dinilai
akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal. Kreditur
akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi
kewajiban keuangan tepat pada waktunya sedangkan pemodal akan lebih
berkepentingan dengan kemampuan persuhaan menghasilkan keuntungan.
1. Rasio Likuiditas
Secara umum, rasio likuiditas diketahui sebagai salah satu teknik
analisis rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menyelesaikan semua kebutuhan jangka pendek. Menurut Suad Husnan
dan Enny Pudjiastuti (2002:71), bahwa “Rasio likuiditas adalah salah satu
teknik analisis rasio keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi keuangan jangka pendek.”
Harahap mengemukakan (2001:301), bahwa:
“Rasio likuiditas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat di hitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan
hutang lancar.”
2. Rasio Leverage
Secara umum, rasio leverage diketahui sebagai salah satu teknik
analisis rasio keuangan untuk mengetahui posisi utang perusahaan terhadap
modal maupun asset. Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:70),
mengemukakan bahwa:
“Rasio leverage adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang
mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang. Bebrapa
analis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya.”
Sedangkan menuurut Harahap (2001:306), bahwa:
“Rasio leverage adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal
maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan
dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik
mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Rasio
ini bisa juga di anggap bagian dari rasio solvabilitas.”
3. Rasio Aktivitas
Secara umum, rasio aktivitas diketahui sebagai salah satu teknik
analisis rasio keuangan untuk mengetahui aktivitas perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam penjualan dan kegiatan lainnya.
Harahap (2001:308), mengemukakan bahwa:
“Rasio aktivitas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang
menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegiatan lainnya.”
Adapun beberapa rasio aktivitas menurut Harahap (2001:308-209), adalah :
1. Inventory Turn Over Ratio
2. Receivable Turn Over Ratio
3. Total Asset Turn Over Ratio
4. Rasio Periode Penagihan Piutang (Average Collection Period Ratio)
4. Rasio Profitabilitas
Secara umum, Rasio Profitabilitas diketahui sebagai salah satu teknik
analisis laporan keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua sumber yang ada, penjualan, kas, asset dan
modal. Menurut Harahap (2001:304), bahwa:
“Rasio Profitabilitas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan
yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba di sebut juga Operating Ratio.”
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:73), bahwa:
“Rasio Profitabilitas ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi
penggunaan aktiva perusahaan atau mungkin sekelompok aktiva
perusahaan. Mungkin juga efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan
yang berhasil diciptakan.”
Beberapa rasio profitabilitas menurut Harahap (2001:457), adalah sebagai
berikut:
1. Gross Profit Margin Ratio.
2. Net Profit Margin Ratio.
3. Operating Ratio.
4. Rate Of Return On Assets Ratio.
5. Return On Investment Ratio.
6. Return On Net Worth (Equity) Ratio.”
2.3.5 Keterangan Lain Dalam Analisis Rasio Keuangan
Secara umum diketahui, berdasarkan sumber data keuangan analisis
rasio keuangan dapat di bagi menjadi tiga, yaitu:
1. Balance Sheet Ratio: Rasio-rasio keuangan yang sumber data
keuangannya dari daftar neraca.
2. Income Statement Ratio: Rasio-rasio keuangan yang sumber data
keuangannya dari daftar pendapatan atau laporan laba rugi.
3. Interstatement
Ratio:
Rasio-rasio
keuangan
yang
sumber
data
keuangannya dari satu sisi daftar pendapatan atau laporan laba rugi dan
sisi lain dari daftar neraca.
2.4 Kinerja
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuannya dan
memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan
manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
2.4.1 Pengertian Kinerja
Menurut Hansen dan Mowen (2000:6), bahwa “Kinerja adalah tingkat
konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk”. Jelas bahwa kemampuan
suatu divisi menghasilkan kinerja yang baik atau buruk tidak terlepas dari
upaya-upaya manajernya.
Sementara definisi kinerja perusahaan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia yaitu : “Suatu proses atau pelaksanaan kegiatan yang
diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan
mencari keuntungan”
2.4.2 Penilaian Kinerja Perusahaan
2.4.2.1 Pengertian Penilaian Kinerja Perusahaan
Mulyadi (2001:415-416), mengemukakan bahwa:
“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.”
Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya.
2.4.2.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Menurut Mulyadi (2001:416), bahwa penilaian kinerja dimanfaatkan
untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program
pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang
telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan.
2.4.2.3 Tahap Penilaian Kinerja Perusahaan
Mulyadi (2001:420), bahwa penilaian kinerja dilaksanakan dalam
dua tahap utama, yaitu tahap persiapan dan tahap penilaian.
Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci:
1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer
bertanggung jawab.
2. Penetapan kriteria yang di pakai untuk mengukur kinerja.
3. Pengukuran kinerja sesungguhnya.”
yang
Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci:
1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya
dari yang ditetapkan dalam standar.
3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan
untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
2.4.2.4 Ukuran Kinerja
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja secara kuantitatif, yaitu: ukuran kriteria tunggal, ukuran kriteria
beragam dan ukuran kriteria gabungan. Menurut Mulyadi (2001:434),
bahwa: “Ukuran kriteria tunggal adalah ukuran kinerja yang hanya
menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.”
Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan
cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat
diabaikannya kriteria yang lain, yang kemungkinan sama pentingnya dalam
menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau bagiannya.
Mulyadi (2001:434), mengemukakan bahwa “Ukuran kriteria
beragam adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran
untuk menilai kinerja manajer”. Kriteria beragam merupakan cara untuk
mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Tujuan
penggunaan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya
mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
Menurut Mulyadi (2001:434), bahwa:
“Ukuran kriteria gabungan adalah ukuran kinerja yang menggunakan
berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing
ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh
kinerja manajer.”
2.5 Return On Investment
2.5.1 Pengertian Return On Investment (ROI)
Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat
penting karena merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh
(comprehensive). Analisis ROI merupakan salah satu teknik analisis yang
lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan. ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam
total asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
Mulyadi (2001:440), mengemukakan bahwa:
“Kembalian investasi (return on investment atau ROI) merupakan
perbandingan laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan
laba, Formula untuk menghitung return on investment adalah:
Laba
1. ROI =
Investasi
Pendapatan
Laba
×
2. ROI =
Investasi
Pendapatan
Dalam formula satu, untuk pengukuran kinerja pusat laba, laba yang
akan diperoleh suatu pusat laba dalam jangka waktu tertentu (biasanya
satu tahun) dibagi dengan investasi yang akan digunakan untuk
mendapatkan laba tersebut. Dalam formula dua, baik investasi maupun
laba dihubungkan dengan pendapatan. Investasi yang dihubungkan
dengan pendapatan menunjukkan tingkat perputaran investasi
(investment turnover) dalam periode tertentu. Tingkat perputaran
investasi menunjukkan produktivitas penggunaan investasi dalam
menghasilkan pendapatan. Laba di bagi dengan pendapatan
menunjukkan profit margin yang mrupakan persentase laba yang dapat
diperoleh dari setiap rupiah pendapatan. Profit margin menunjukkan
produktivitas pendapatan dalam menghasilkan laba.”
Menurut Hansen dan Mowen (2000:68), bahwa:
“Suatu cara untuk mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang
digunakan adalah melalui perhitungan laba yang diperoleh per dolar
investasi. Pengembalian atas investasi (return on investment atau ROI)
adalah ukuran kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi. ROI
didefinisikan sebagai berikut:
Laba Operasi
ROI =
Aktiva Operasi Rata - Rata
Laba operasi adalah laba sebelum bunga dan pajak.sedangkan aktiva
operasi adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung dan peralatan.
Aktiva operasi rata-rata di hitung sebagai berikut:
Nilai Buku Bersih Awal + Nilai Buku Bersih Akhir
Aktiva Operasi =
2
Rumus kedua ROI adalah marjjualan yang tersedia untuk bunga, pajak
dan laba.
Perputaran adalah suatu ukuran yang lain, hal itu di hitung melalui
pembagian pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata.
Hasilnya menunjukkan produktif aktiva yang sedang digunakan untuk
menghasilkan penjualan.”
2.5.2 Manfaat ROI Sebagai Penilai Kinerja Perusahaan
Menurut Mulyadi (2001:448-450), bahwa kembalian investasi sebagai
pengukur kinerja pusat laba memiliki tiga manfaat berikut ini:
1. Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba menaruh perhatian
yang seksama terhadap hubungan antara pendapatan penjualan, biaya
dan investasi.
2 Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba melaksanakan
efisiensi biaya.
3. Kembalian investasi mencegah manajer pusat laba melakukan investasi
yang berlebihan di dalam pusat laba yang dipimpinnya.”
Hansen dan Mowen (2000:70) mengemukakan bahwa sedikitnya ada
tiga hasil positif dari penggunaan ROI:
1. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara
penjualan, beban dan investasi, sebagaimana diharapkan dari seorang
manajer pusat investasi.
2. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi.
3. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi.
2.6 Net Profit Margin (NPM)
2.6.1 Pengertian Net Profit Margin (NPM)
NPM merupakan rasio yang menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh oleh perusahaan perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.
Rasio ini menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan karena memasukkan semua unsur
pendapatan dan biaya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rasio NPM
untuk tahun 2003 sebesar 0,04 yang berarti untuk setiap seratus rupiah
penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan bersih sebesar empat rupiah.
Sedangkan untuk tahun 2002 rasio NPM adalah sebesar 0,02 yang berarti
untuk setiap seratus rupiah penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan
bersih sebesar 2 rupiah. Jika dibandingkan antara tahun 2003 dan tahun 2002
terlihat bahwa terjadi kenaikan kinerja dengan adanya kenaikan dalam NPM.
Jika dibandingka dengan rata-rata industri terlihat bahwa nilai rasio ini terlalu
rendah karena kurang dari 10%.
Sumber, Darsono, Ashari dalam bukunya Pedoman Praktis Memahami Laporan
Keuangan (Penerbit dan Percetakan ; Andi-Andi Offset 2005, halaman 78).
Sedangkan pengertian Net Profit menurut Helfert (2000;446) adalah :
“The difference between periodic revenues and matching cost and expenses,
after applicable income taxes”.
Rasio ini ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :
NPM =
Laba Bersih
Penjualan
Sumber, Dwi Prastowo, Rifka Juliaty dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan
Konsep dan Aplikasi (Penerbit dan Percetakan ; AMP YKPN 2002, halaman 91).
2.6.2 Manfaat NPM Sebagai Penilai Kinerja Perusahaan
Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih
setelah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan.
Disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efesiensi total
pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efesiensi suatu
perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya
semakin besar pula
keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut.
2.7 Return On Equity (ROE)
2.7.1 Pengertian Return On Equity
Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas
manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas pengelolaan perusahaan.
Return on Equity atau sering disebut juga dengan Return on Common
Equity (ROCE). Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga
diterjemahkan sebagai Rentabilitas Saham Sendiri (Rentabilitas Modal
Saham). Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran
profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan
kepada pemegang saham.
Seperti diketahui, pemegang saham yang mempunyai klaim residual (sisa)
atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang, saham preferen,
kemudian (jika ada sisa) diberi kepada pemegang saham biasa.
Definisi tentang Return On Equity menurut Eugene. F. Brigham dan Joel
F. Houston (2001:91) adalah :
“ Return on Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa
untuk mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa, (Return On
Common Equity atau ROCE), atau tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham.”
Menurut Bambang Riyanto (2001:335) mengemukakan :
“ Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen
dan saham biasa, semakin besar rasio ini maka akan semakin baik.”
Menurut Agus Sartono (2003:123) :
“ ROE adalah mengukur kemampuan suatu perusahaan memproleh laba
yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi
oleh besar kecilnya utang perusahaan, proporsi utang semakin besar maka
ROE semakin baik juga.”
Menurut (Lukman Syamsuddin, (2004:72), Return on Equity dihitung
sebagai berikut :
Return on Equity
=
Laba Setelah Pajak x 100%
Modal Sendiri
Bagian atas persamaan tersebut (numerator) mencerminkan bagian laba
yang bisa dialokasikan ke pemegang saham untuk periode tertentu, setelah
semua hak-hak kreditur dan saham preferen telah dilunasi. Biaya bunga
telah dikurangkan dari laba bersih, sementara dividen untuk saham prefern
belum dikurangkan. Karena itu dividen untuk saham preferen harus
dikurangkan dari laba bersih perusahaan untuk memperoleh hak bersih
pemegang saham biasa.
Pembagi (denominator) persamaan diatas mengukur rata-rata jumlah
saham yang digunakan selama periode tersebut. Untuk menghitung saham
biasa, saham prefern biasanya dikurangkan dari total saham.
2.8 Dividend
2.8.1 Pengertian Dividen
Pada dasarnya, dividen adalah pembayaran sejumlah kas (uang tunai)
yang dilakukan perusahaan kepada perusahaan para pemegang sahamnya
dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
Menurut SAK.no.23 paragraf 4c (2004:23) dividen didefinisikan sebagai :
“Distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi
mereka dari jenis modal tertentu”.
Pengertian dividen tunai menurut Agus Sartono (2001:279) :
“Dividen tunai adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang
memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dividen sangat
penting artinya bagi pemegang saham. Dividen merupakan pembayaran dari
emiten kepada pemegang saham sebagai imbalan atas modal yang telah
ditanamkan perusahaan tersebut.
Dividen untuk saham biasa dinyatakan dalam satuan rupiah bukan
sebagai persentase dari nilai nominalnya, sedangkan untuk saham preferen,
dividen dinyatakan dengan persentase dari nilai nominal. Pembagian dividen
dapat berbentuk kas, aktiva lain, wesel atau surat hutang lainnya dari
perusahaan yang sebenarnya merupakan dividen kas yang ditangguhkan dan
saham perusahaan itu sendiri.
Distribusi laba kepada pemegang ekuitas sesuai dengan proporsi dari jenis
modal tertentu.
Dividen dibayar dari laba yang ditahan merupakan suatu ungkapan yang
bisanya dijumpai. Akan tetapi untuk lebih tepatnya lagi, kita harus mengakui
bahwa dividen dibayar dari kas dan hal itu akan mengurangi laba yang
ditahan.
Laba suatu perusahaan menambah aktiva bersih/ekuitas para pemegang
saham. Pembagian dividen tidak lebih dari penarikan aktiva yang mengurangi
aktiva bersih.
Pembagian dividen dipengaruhi oleh banyak variabel. Sebagai
contohnya, kebutuhan arus kas dan investasi perusahaan mungkin berubahubah dengan cepat, sehingga sulit untuk menentukan jumlah deviden tetap
yang tinggi. Dilain pihak, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran
dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan dalam investasi
dalam kasus seperti ini, pimpinan perusahaan dapat menetapkan dividen yang
tetap rendah sehingga perusahaan akan dapat membayarnya pada tahun-tahun
dimana laba yang diperoleh perusahaan rendah atau pada tahun-tahun
diperlukan dana yang cukup besar untuk investasi.
2.8.2 Dividend Payout Ratio
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004) no.2 paragraf 33:
“ Dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan
karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai alternatif,
dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai komponen arus kas
dari aktivitas pendanaan denganmaksud membantu para pengguna laporan
arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan yang membayar dividen arus
kas pendanaan”.
Sementara itu dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004) no.2 paragraf 57
disebutkan :
“Dividen yang dibayarkan harus diungkapkan tersendiri dan harus
diklasifikasikan sebagai aktivits operasi, investasi atau pendanaan.”
Besarnya bagian laba yang dibagikan pada pemegang saham disebut dividen
payout.
Rasio antara dividen payout dengan laba perrusahaan disebut deviden payout
ratio.
Menurut Henry Simamora (2000:523) :
“Dividen payout ratio adalah prsentase laba saham biasa yang dibayarkan
dalam bentuk dividen.”
Dividend Payout Ratio = Dividen Per_Share x 100%
Earning Per Share
2.8.3 Kebijakan Dividen Perusahaan
Pengertian kebijakan dividen menurut Agus sartono (2001;281) :
“Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
datang.
Apabila perusahaan memiliki untuk membagikan laba sebagai dividen, maka
akan mengurangai total sumber dana intern atau internal financing, sebaliknya
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan
pembentukan dana intern akan semakin besar.”
Sedangkan menurut Ridwan dan Inge (2003:385) menjelaskan bahwa
kebijakan dividen didalam prakteknya ada kecenderungan perusahaan akan
memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara
teratur.
Kebijakan ini diambil dengan asumsi bahwa pihak investor melihat kenaikan
dividen sebagai suatu tanda perusahaan memiliki prospek cerah dan pihak
investor cenderung lebih menyukai dividen yang stabil. Perusahaan pada
umumnya menaikkan dividen hingga suatu tingkatan tertentu apabila
perusahaan tersebut yakin akan mempertahankannya dimasa yang akan
datang.
Kebijakan Dividen merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan berapa
besar bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dan berapa besar bagian dari laba bersih itu yang akan
ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi.
2.8.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Ridwan dan Inge (2003:387), faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen adalah :
1. Peraturan Hukum
a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat
dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan.
b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi
para kreditur dengan melarang pembayaran dividen yang berasal
dari modal.
2. Posisi Likuiditas
Saldo laba biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan
untuk menjalankan usaha. Oleh karena itu, jika perusahaan mendapatkan
banyak keuntungan mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena
keadaan likuiditasnya.
Dalam situasi seperti ini mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak
membayar dividen dalam bentuk tunai.
3. Membayar Pinjaman
Jika perusahaan memperoleh pinjaman untuk memperluas usahannya,
maka perusahaan tersebut dapat melunasi pinjamannya.
4. Kontrak Pinjaman
Kontrak pinjaman baik jangka pendek atau pinjaman jangka panjang
seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar pinjaman.
5. Pembatasan dari saham prefern
Apabila dividen pemegang saham preferen belum dibayar maka
pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa belum dapat
dilakukan.
6. Kebutuhan dana untuk investasi
Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk
investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan. Dalam hal ini
manajemen cenderung lebih suka memanfaatkan laba ditahan karena
pemanfaatan laba ditahan tidak memerlukan flotation cost.
7. Fluktuasi Laba
Apabila perusahaan berluktuasi dividen yang dibayarkan lebih kecil hal ini
dilakukan untuk menjaga kestabilan pembayaran dividen. Dengan laba
yang berfluktuasi perusahan juga tidak banyak mempergunakan utang
sebagai sumber pendaaan, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko
kebangkrutan. Dengan keadaan demikian laba ditahan akan menjadi besar
dan dividen yang dibayarkan semakin kecil.
2.8.5 Teori Mengenai Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001 ; 282-285) Teori mengenai Kebijakan Deviden
adalah sebagai berikut:
1. Devidend Irrelevancy Theory, menurut ajaran Merton-Miller dan
Modigliani berpendapat bahwa pada dasarnya investor indiferen atas
pendapatan dalam bentuk deviden atau capital gains. Ajaran ini
mempermasalahkan apakah jika perusahaan menaikkan atau menurunkan
dividen maka harga saham akan naik atau turun. Menurut Merton-Miller
hal itu tidak akan terjadi karena perubahan harga saham terutama
tergantung pada informasi mengenai ekspektasi pendapatan mendatang.
2. Bird in hand theory, menurut ajaran Myron Gordon dan Jhon Lintner
berpendapat bahwa ekspektasi capital gains dari laba ditahan lebih riskan
daripada ekspektasi deviden, karena itu ajaran ini menyarankan agar
pendapatan perusahaan yang rasio pembayarannya rendah dikapitalisir
dengan kapitalisasi yang tinggi dari pendapatan yang rasio pembayarannya
tinggi.
3. Tax Differential Theory, berpendapat bahwa karena deviden cenderung
dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gains, maka investor
akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan
dividend yield yang tinggi. Theory ini menyarankan bahwa perusahaan
lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan
tidak membagikan deviden sama sekali untuk meminimumkan biaya
modal dan memaksimumkan perusahaan.
2.8.6 Jenis-jenis Kebijakan Pembayaran Dividen
Menurut Ridwan dan Inge (2003:391-393) ada tiga jenis kebijakan
pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan yaitu antara lain sebagai
berikut:
1. Stabil Amount Pershare
Pada kebijakan ini besarnya dividen per share yang dibayarkan selalu
stabil dalam jumlah yang relative tetap setiap tahunnya walaupun terjadi
fluktuasi dalam earnimg per share. Dividen stabil ini diertahankan untuk
beberapa tahun kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan
meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut permanen barulah
besaarnya dividen per sahare dinaikkan dan dividen yang sudah
dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif
panjang.
2. Constant Payout Ratio
Pembayaran dividen merupakan persentase yang tetap dari pendapatan
perusahaan. Jarang sekali perusahaan menjalankan kebijakan dividen
jenis ini dimana perusahaan membayarkan dividen dalam persentase
yang constant terhadap perusahaan berfluktuasi, maka jumlah dividen
yang dibayarkan akan ikut berfluktuasi.
3. Loin Regular Plus Extra
Kebijakan dividen ini merupakan kombinasi antara jenis pertama dan
kedua. Perusahaan membayarkan dividen tetap redah tetapi ditambah
dengan pembayaran extra pada saat tertentu.
Dengan cara ini perusahaan dapat menghilangkan ketidak pastian bagi
investor mengenai pendapatan dividen yang akan diterimanya. Untuk
perusahaan yang pendapatannya berfluktuasi, jenis ini merupakan
pilihan terbaik.
2.8.7 Urutan Pembayaran Dividen
Prosedur pembayaran cukup penting untuk diketahui, berikut ini adalah
garis besar urutan pembayaran deviden menurut Ridwan Sundjaja dan Inge
Barlian (2002;332) :
1. Tanggal tercatatnya pemegang saham (Holder of record date)
Perusahaan menutup buku mengenai transfer saham dan menyusun
daftar tentang nama-nama para pemegang saham menurut keadaan hari
itu. Jika perusahaan diberitahu tentang adanya penjualan dan transfer
yang terjadi sebelum tanggal terdaftarnya pemegang saham, maka
pemilik baru akan menerima dividen. Jika transfer itu terjadi sesudahnya
maka yang menerima dividen adalah pemilik lama.
2. Tanggal Tanpa Deviden (Ex Deviden date)
Yaitu tanggal dimana hak atas deviden itu terlepas dari sahamnya (untuk
saham terdaftar tanggal ex-deviden nya adalah empat hari kerja sebelum
pencatatan.
3. Tanggal Pembayaran (Payment Date)
Tanggal pembayaran merupakan tanggal nyata dimana perusahaan
dalam kenyataannya mengirimkan cek kepada nama-nama yang tercatat
itu pada tanggal pembayaran.
2.9 Pengaruh Kinerja Keuangan (ROI, ROE & NPM) terhadap Dividend
Payout Ratio
Kinerja keuangan perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap pembagian
dividen. Ini bisa dilihat dari kebijakan dividen yang sangat bergantung terhadap
kinerja keuangan khususnya dilihat dari rasio profitabilitas.
Ini bisa dilihat dari pernyataan Ridwan S. Sundjaja & Inge Berlian (2002;340)
yang menyatakan :
“Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk
dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di
dalam perusahaan maupun di tempat lain.”
Hal ini serupa didukung Ross, Westerfield & Jaffe (2002;496) yang menyatakan
bahwa :
“Dividend Policy can also provide information to the Stockholders concerning the
firm’s performance “.
Jadi sebenarnya Dividend Policy merupakan informasi bagi pemegang saham
untuk melihat kinerja keuangan sebuah perusahaan.
2.10 Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu, didapat bahwa kinerja keuangan yang diukur
dari rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout
Ratio. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (2001;1) :
“Dari ketujuh variable independent tersebut diatas, hanya posisi kas dan
rasio hutang (kelompok perkiraan neraca) saja yang berpengaruh
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Earnings yang
merupakan proksi dari kelompok rugi-laba berpengaruh kurang signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio”.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Sejarah Perusahaan Semen yang Go Publik
3.1.1
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal
16 Januari 1985 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H., No. 227.
Akta pendirian tersebut disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusan No. C2-2876HT.01.01.Th.85 tanggal 17 Mei 1985, dan
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 946, Tambahan No. 57
tanggal 16 Juli 1985. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami
perubahan dengan akta notaris Amrul Partomuan Pohan,S.H., LLM No. 23
tanggal 10 Juni 2008 mengenai, antara lain, penambahan maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha perusahaan dan penyesuaiaan dengan Undang-undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan tersebut telah disetujui oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat
keputusan No. AHU-AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 7 Juli 2008.
Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend.
Sudirman kav. 70 - 71, Jakarta, Pabriknya berlokasi di Citeureup – Jawa Barat,
Cirebon – Jawa Barat, dan Tarjun – Kalimantan Selatan.
3.1.1.1 Dewan Komisaris dan Direksi ( 31 Desember 2008)
Dewan Komisaris
Komisaris Utama
: Dr. Albert Scheuer
Wakil Komisaris Utama/
Komisaris Independen
: Sudwikatmono
Wakil Komisaris Utama/
Komisaris Independen
: I Nyoman Tjager
Komisaris Independen
: Sri Prakash
Komisaris
: Dr. Lorenz Naeger
Komisaris
: Dr. Bernhard Scheifele
Komisaris
: Daniel Hugues Jules Gauthier
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Daniel Uegene Antoine Lavalle
Wakil Direktur Utama
: Tedy Djuhar
Direktur
: Hasan Imer
Nelson G.D. Borch
Christian Kartawijaya
Kuky Permana Kumalaputra
Benny Setiawan Santoso
Ernest Gerard Jelito
3.1.1.2 Struktur Permodalan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
Tabel 3.1
Struktur Permodalan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
(dalam jutaan Rupiah)
Saham/Share
%
Pemegang Saham
2008
2008
Heidelberg Cement A G, Jerman
1.198.977
65,14
PT Mekar Perkasa
239.832
13,03
Publik
401.807
21,83
Modal Saham yang Beredar
1.840.616
100
Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
3.1.2 PT Semen Gresik (Persero) Tbk
PT Semen Gresik (Persero) Tbk (“Perseroan”) didirikan dengan
nama NV Pabrik Semen Gresik pada tanggal 25 Maret 1953 dengan Akta
Notaris Raden Mr. Soewandi No.41. Pada tanggal 17 April 1961, NV
Pabrik Semen Gresik dijadikan Perusahan Negara (Persero) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 132 than 1961, kemudian berubah menjadi PT
Semen Gresik (Persero) berdasarka Akta Notaris J.N. Siregar,S.H. No. 81
tanggal 24 Oktober 1969.
Perusahan berkedudukan dan berkantor pusat di Jl. Veteran, Gresik 61122,
Jawa Timur. Perseroan memulai kegiatan komersialnya pada tanggal 7
Agustus 1957.
3.1.2.1 Dewan Komisaris dan Direksi (31 Desember 2008)
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
: Dedi Aditya Sumanagara
Wakil Komisaris Utama
: Darjoto Setiawan
Komisaris
: Setiawan Purwaka
Komisaris Independen
: Achmad Jazidie
Arif Arryman
Marwoto Hadi Soesastro
Dewan Direksi
Direktur Utama
: Dwi Soetjipto
Wakil Direkt Utama
: Heru D. Adhiningrat
Direktur
Cholil Hasan
Suparni
Irwan Suarly
Suharto
3.1.2.2 Struktur Permodalan PT Semen Gresik Tbk
Tabel 3.2
Struktur Permodalan PT Semen Gresik Tbk
(dalam jutaan Rupiah)
Saham/Share
Pemegang Saham
2008
%
2008
Indonesia Government
302.750,47
51,01
Temex Asia Holdings Ltd.
151.523,61
25,53
Public
139.237,92
23,46
593.512
100
Modal Saham yang Beredar
Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
3.1.3 PT Holcim Indonesia Tbk.
PT Holcim Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1967.
Perusahan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Narogong, Jawa
Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah
3.1.3.1 Dewan Komisaris dan Direksi (31 Desember 2008)
Presiden Komisaris
: Paul Heinz Hugentobler
Wakil Presiden Komisaris : Tomas Ashley Clough
Komisaris
: Madan Lal Narula
Renee Vennesa Indahyati Wardhana Zecha
Presiden Direktur
: Timoty David Mackay
Direktur
: Jannus Onggung Hutapea
Patrick Walser
Derek Williamson
Olaf Nahe
Mochamad Fazri Yulianto
Eamon Jhon Ginley
Rully Safari
Alok Agarwal
3.1.3.2 Struktur Permodalan PT Holcim Indonesia Tbk
Tabel 3.3
Struktur Permodalan PT Holcim Indonesia Tbk
(Dalam ribuan Rupiah)
Saham/Share
Pemegang Saham
2008
Holderfin B.V
%
2008
2.962.860,285
77,33
- Foreign
568.204,035
14,83
- Domestik
300.385,68
7,84
Modal Saham yang Beredar
3.831.450
100
Publik :
Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
Lebih jelasnya gambaran secara keseluruhan kondisi kinerja keuangan perusahaan
industri semen berdasarkan keuntungan bersih yang dihasilkan masing-masing
perusahaan dapat diketahui berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 3.4
Kondisi Kinerja keuangan perusahaan Industri semen
Berdasarkan keuntungan bersih yang diterima
(dalam jutaan Rupiah)
No
Perusahaan
1
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
2
Semen Gresik (Persero) Tbk
3
Holcim Indonesia Tbk
2008
1.745.501
2007
%
Naik/Turun
980.103
78
2.523.544 1.775.408
42
282.220
169.410
67
Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Industri semen berdasarkan jumlah modal
yang ditanamkan dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 3.5
Kondisi Kinerja keuangan perusahaan Industri semen
berdasarkan modal yang ditanamkan
(dalam jutaan Rupiah)
No
Perusahaan
2008
2007
%
Naik/Turun
1
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 8.500.194
6.893.500
23
2
Semen Gresik (Persero) Tbk
8.069.586
6.627.263
22
3
Holcim Indonesia Tbk
2.537.926
2.257.357
12
Sumber : Data perusahaan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis laporan
keuangan, adalah sebagai berikut :
1. Memahami latar belakang laporan keuangan perusahaan
2. Memahami kondisi-kondisi baik dari dalam seperti kebijakan-kebijakan yang
dibuat manajemen atau kondisi-kondisi dari luar seperti kebijakan yang
ditetapkan pemerintah seperti pajak, cukai, dan lainnya yang berpengaruh
kepada perusahaan
3. Mempelajari dan me review laporan keuangan
4. Menganalisis laporan keuangan
Metode yang digunakan adalah analisis horizontal (dinamis), yaitu metode
analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya
secara rinci dan sistematis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi dan
efektifitas kinerja perusahaan sehingga dapat menghasilkan besarnya laba yang
dihitung atas dasar keseluruhan dana yang diinvestasikan dalam perusahaan.
3.3 Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Analisis kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Rasio
Profitabilitas.
Rasio Profitabilitas yang digunakan terdiri dari besarnya Return On Investment
(ROI), Return On Equity (ROE) merupakan salah satu alasan utama mengapa
mengoperasikan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba yang akan
bermanfaat bagi para pemegang saham, dan Net Profit Margin (NPM) perusahaan
semen yang telah go publik periode tahun 2004 – 2008. ROI merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba usaha bersih dari
asset yang digunakan, sedangkan NPM merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih dari penjualan bersih.
2. Analisis Dividend Payout Ratio
Penelitian ini menggunakan Dividend Payout Ratio yaitu besarnya Common
Dividend yang telah dibayarkan perusahaan dibagi laba bersih setelah pajak
atau Dividend Per Share dengan Earning Per Share.
3.4 Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, metode yang digunakan dalam penelitian
adalah metode Deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data dengan cara menyajikan
data, menganalisis dan menginterpretasi, “Cholid Narbuko dan H Abu Achmadi
(2002 : 44)”. Penulis mencoba untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil
penelitian serta membandingkannya dengan teori yang ada, untuk kemudian
dianalisis penerapannya dalam praktek.
3.4.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak
lain, yang disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagramdiagram yang berhubungan dengan penelitian ini. Data Sekunder merupakan
data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
3.4.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dari perusahaan yang
sejenis yaitu industri semen dan hanya yang telah melakukan go publik dan
telah tercatat di BEI. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah data keuangan perusahaan industri semen yang telah melakukan go
publik dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Peneliti hanya
menggunakan data perusahaan semen yang go publik di BEI dan
menggunakan data lima tahun terakhir, hal ini dikarenakan data-data tersebut
belum terlalu lama untuk diolah dan peneliti hanya menggunakan rasio ROI,
NPM dan ROE dalam menganalisis data perusahaan- perusahaan semen.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi survei dan
langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data yang berkaitan dan
menunjang penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan cara membaca dan
memahami untuk data teoritis dari literatur, catatan kuliah dan bahan
tulisan lain sehubungan dengan penelitian ini. Sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan masukan data sekunder.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data dari
perusahaan yang sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah dan
dianalisis.
3.4.4 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu kinerja
keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas dan besarnya
Dividend Payout Ratio yang diberikan perusahaan selama periode tertentu.
Secara lebih jelas variable-veriabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen (X) kinerja keuangan perusahaan
Variabel independen atau variabel pengaruh yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel lain yang tidak bebas. Dalam hubungannya
dengan judul yang ditetapkan, yang menjadi variabel independen
adalah Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio
profitabilitas (ROI, NPM dan ROE) selama peride 2004-2008.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel tergantung, yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lainnya, maka yang menjadi variabel
dependen adalah pembayaran Dividend Payout Ratio oleh perusahaan
selama periode 2004-2008.
Tabel 3.6
Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel
Konsep variabel
Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Industri
Semen yang
terdaftar di
BEI
(X)
Analisis laporan
keuangan secara
periodik yang
dihitung
berdasarkan rasio
keuangan pada
periode tertentu.
Sub Variabel /
Konsep variabel
ROI yaitu
kemampuan
memperoleh laba
bersih setelah
pajak dari aset
yang digunakan
NPM yaitu
kemampuan
memperoleh laba
bersih setelah
pajak dari
penjualan.
ROE yaitu ukuran
dari keberhasilan
perusahaan dalam
memperoleh laba
bersih setelah
pajak dikurangi
dividen saham
istimewa dari ratarata modal saham
biasa.
Persentase dari
setiap rupiah yang
dihasilkan dan
Dividend Payout
dibagikan kepada Ratio
pemilik dalam
bentuk tunai.
Dividend
Payout
Ratio
(Y)
Indikator
Perbandingan laba
bersih setelah pajak
terhadap total asset
Perbandingan antara
laba bersih setelah
pajak terhadap
penjualan bersih.
Perbandingan antara
laba bersih setelah
pajak dikurangi
dividen saham
istimewa terhadap
rata-rata modal
saham biasa.
Besarnya common
Dividend dibagi laba
bersih setelah pajak.
Atau Dividend
pershare dibagi
earning Pershare.
Skala
Ukur
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Kinerja Keuangan
Menghitung Return On Invesment (ROI) perusahaan periode 2004 2008 diperoleh dengan cara :
ROI
=
Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
Menghitung Net Profit Margin (NPM) ) perusahaan periode 2004 –2008
diperoleh dengan cara :
NPM =
Laba Setelah Pajak
Penjualan Bersih
Menghitung Return On Equity (ROE) ) perusahaan periode 2004–2008
diperoleh dengan cara :
ROE = Laba bersih setelah pajak – Dividen saham istimewa
Rata-rata modal saham biasa
3.5.2 Dividend Payout Ratio
Menghitung Dividend Payout Ratio perusahaan selama periode 2004 –
2008, dimana dalam menetapkan besarnya deviden tersebut perusahaan tidak
menentukan persentase tetap dari laba setelah pajak (EAT) setiap tahunnya
melainkan besar kecilnya dividen tersebut ditentukan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Dividend Payout Ratio
=
Dividend Per Share
Earning Per Share
Dividend Per Share
=
Common Dividend
Number Of Share
Earning Per Share
=
Profit After Tax
Number Of Share
Dimana :
3.5.3 Metode Analisis
Metode pengolahan data yang digunakan penulis dalam skripsi ada dua
macam :
1. Metode Kualitatif
Metode Kualitatif yaitu metode pengolahan data berdasarkan keadaan
perusahaan yang menjadi penelitian, karena dianalisis melalui
perbandingan dengan teori pada literature.
2. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan
besarnya pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan angka-angka
berdasarkan perhitungan dan analisis strategi yang digunakan, yaitu
antara lain :
a.
Analisis Statistik Secara Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang
memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau
lebih secara bersama-sama.
b. Analisis Regresi Berganda Linier (Linier Multiple Regression)
Analisis Regresi Berganda ialah suatu alat analisis peramalan nilai
pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat
untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau
hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2),
(X3)…………(Xn) dengan satu variabel terikat (Riduwan,
2006:142). Rumus dari regresi berganda linier ini adalah :
Y = b 0 + b1 X 1 + b2 X 2 + e
Dimana :
Y
= Dividend Payout Ratio
X1
= ROI (Return On Investment)
X2
= NPM (Net Profit Margin)
X3
= ROE (Return On Equity)
b0
= Intercept
b1,2,3 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel
independen, dimana masing-masing mempunyai
interpretasi sebagai rata-rata perubahan yang
diharapkan dalam respon Y (negatif/positif) per
unit perubahan dalam masing-masing variabel X
disebut dengan slope.
e
= error term
c. Analisis Korelasi Ganda (Multiple Correlation)
Analisis Korelasi Ganda berfungsi untuk mencari besarnya atau
hubungan antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan
(bersama-sama) dengan variabel terikat (Y) (Riduwan, 2006:127).
Adapun rumus korelasi ganda untuk dua variabel independen
sebagai berikut :
=
d. Koefisien Determinasi
Analisis Koefisien Determinasi (Kd) digunakan untuk melihat
seberapa besar kontribusi pengaruh variabel ROI (X1), NPM (X2),
dan ROE (X3) terhadap variabel dependen, yaitu Dividend Payout
Ratio (Y) yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien
determinasi (r²) terletak antara 0 dan 1 atau antara 0% sampai
dengan 100%. Sebaliknya jika r² = 0, model tadi tidak menjelaskan
sedikit pun pengaruh variasi variabel X1, X2 dan X3 terhadap variasi
variabel Y. Kecocokan model dikatakan model dikatakan lebih baik
jika r² semakin dekat dengan 1. Jadi untuk batas koefisien
determinasi adalah o ≤ r² ≤ 1. Dapat dihitung dengan dasar
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r), dengan rumus sebagai
berikut:
Kd = r² × 100%
Dimana:
Kd = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
e. Uji signifikansi F (Simultan)
Uji signifikansi F bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh
variabel X1, X2, dan X3 secara simultan terhadap variabel Y
signifikan. Pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan hipotesis statistik
H0 :
=
= 0 : artinya kedua variabel bebas secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Ha:
≠ 0 : artinya kedua variabel bebas secara simultan
berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5% dengan derajat
kebebasan (db = n - k- 1)
Dimana:
R = nilai koefisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
c. Menentukan Fhitung dengan menggunakan rumus :
Fhitung =
R 2 ( N − m − 1)
m (1 − R 2 )
Dimana :
m = jumlah prediktor
N = jumlah data
d. Menentukan penerimaan dan penolakan dugaan atas hipotesis
yang diajukan:
i. F sig < α, maka H0 ditolak, berarti variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
ii. F sig > α, maka H0 diterima, berarti variabel independen
secara simultan tidak mempengaruhi variabel dependen.
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 (uji F)
Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan
Ho
0
F tabel
Gambar 3.1
f. Analisis Statistik Secara Parsial (Uji Statistik t)
Pada suatu pengujian hipotesis, uji parsial (uji statistik t) dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Menurut Riduwan (2003:233), uji
parsial adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau
hubungan dua variabel dengan salah satu atau bagian variabel X
konstan.
Apakah ada pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen atau tidak, jika ada bagaimana sifat pengaruh tersebut,
apakah bersifat positif atau negatif, maka kita perlu mengetahui
regresi linier sederhana, koefisien korelasi, koefisien determinasi
dan pada akhirnya dilakukan uji hipotesis.
3.5.4 Pengujian Hipotesis ( uji t )
Pengujian dilakukan dengan uji statistik dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a.
Menentukan Hipotesis statistik
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan antara variable bebas atau independen ( faktor
fundamental
dan teknikal ) terhadap variable tidak bebas atau dependent
(Dividend Payout Ratio). Apabila hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke
dalam hipotesis statistik sebagai berikut :
Hipotesis Parsial
i. Hipotesis pertama
H0 : ryx1 = 0, dimana ROI (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio pada perusahaan industri Semen di
Bursa Efek Indonesia (Y).
Ha : ryx1 ≠ 0, dimana ROI (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio pada perusahaan industri Semen di
Bursa Efek Indonesia (Y).
Hipotesis kedua
H0 : ryx2 = 0,
dimana NPM (X2) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout
Ratio pada perusahaan industri Semen di Bursa Efek Indonesia
(Y).
Ha : ryx2 ≠0,
dimana NPM (X2) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
pada perusahaan industri Semen di Bursa Efek Indonesia (Y).
Hipotesis ketiga
H0 : ryx2 = 0,
dimana ROE (X3) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout
Ratio pada perusahaan industri Semen di Bursa Efek Indonesia
(Y).
Ha : ryx2 ≠0, dimana ROE (X3) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
pada perusahaan industri Semen di Bursa Efek Indonesia (Y).
Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% ( α = 0,05 ) dengan derajat
kebebasan df = n – k -1
Dimana :
r = nilai koofisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variable bebas
Mencari thitung dengan 2 cara, menggunakan komputer atau dengan
b.
menggunakan rumus sebagai berikut:
t hitung =
r n−2
1− r2
Dimana :
n = Jumlah sampel
r = Nilai koefisien korelasi parsial
c.
Mengambil kesimpulan
i.
H0 diterima jika nilai hitung statistik uji ( thitung )
berada di daerah penerimaan H0, dimana -t tabel < t hitung < t tabel.
ii.
H0 ditolak jika nilai hitung statistik uji ( thitung ) berada
di daerah penerimaan H0, dimana t hitung > t tabel dan t hitung < -ttabel
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 (Uji t)
Gambar 3.2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1
Kinerja Keuangan Perusahaan Kelompok Industri Semen yang
diukur dengan Rasio Profitabilitas (ROI, NPM & ROE)
Kinerja perusahaan adalah suatu proses atau pelaksanaan kegiatan yang
diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari
keuntungan, dengan kata lain bahwa segala aktivitas perusahaan harus tetap
konsisten dari pertama kali kebijakan itu dibuat hingga perusahaan itu dibubarkan
dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki. Analisis laporan
keuangan
dapat digunakan untuk menilai kinerja, dalam hal ini analisis laporan keuangan
yang digunakan yaitu analisis Rasio Profitabilitas (ROI, NPM dan ROE).
4.1.1.1 Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) merupakan salah satu indikator Rasio
Profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan
investasi yang ditanamkan dalam total aset yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan. Semakin besarnya ROI artinya semakin baik keadaan suatu
perusahaan.
Besarnya Return On Investment (ROI) yang diberikan oleh masing-masing
perusahaan selama periode 2004-2008 dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai
berikut :
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Tabel 4.1
Perhitungan Rasio Laba Bersih Terhadap Total Aktiva (ROI)
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Laba Bersih
Asset Perusahaan
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) ROI = Laba Bersih
Total Asset
116.023
739.686
592.802
983.688
1.745.501
9.771.012
10.536.380
9.598.280
10.016.028
11.286.707
1,19%
7,02%
6,18%
9,82%
15,47%
Sumber : Laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata ROI =
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
∑ ROI 39,67%
=
= 7,93%
n
5
Tabel 4.2
Perhitungan Rasio Laba Bersih Terhadap Total Aktiva (ROI)
PT Semen Gresik (Persero) Tbk
(dalam jutaan rupiah)
Laba Bersih
Asset Perusahaan
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) ROI = Laba Bersih
Total Asset
520.590
1.001.772
1.295.520
1.775.408
2.523.544
6.640.561
7.297.860
7.496.419
8.515.227
10.602.964
7,84%
13,73%
17,28%
20,85%
23,80%
Sumber : Laporan keuangan PT Semen Gresik Tbk tahun 2004, 2005,2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata ROI =
∑ ROI 83,50%
= 16,70%
=
n
5
Tabel 4.3
Perhitungan Rasio Laba Bersih Terhadap Total Aktiva (ROI)
PT Holcim Indonesia Tbk
(dalam jutaan rupiah)
Laba Bersih
Asset Perusahaan
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) ROI = Laba Bersih
Total Asset
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
(533.130)
(334.081)
175.945
169.410
282.220
7.520.403
7.324.210
7.065.846
7.208.250
7.674.980
(7,09%)
(4,56%)
2,49%
2,35%
3,68%
Sumber : Laporan keuangan PT Holcim Tbk tahun 2004, 2005,2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata ROI =
∑ ROI − 3,13
= −0,63%
=
n
5
Rata-rata ROI perusahaan industri semen yang telah go publik pada tiap periode
adalah sebagai berikut:
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Tabel 4.4
Rata-rata persentase ROI
Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI
Periode 2004-2008
(dalam bentuk %)
PT Semen
PT Indocement
PT Holcim
Gresik
Tunggal
Indonesia
(PERSERO)
Prakarsa Tbk
Tbk
Tbk
1,19
7,84
(7,09)
7,02
13,73
(4,56)
6,18
17,28
2,49
9,82
20,85
2,35
15,47
23,80
3,68
Rata-rata
ROI
0,65
5,40
8,65
11,01
14,31
Sumber : Laporan keuangan Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
Analisis ROI
Dilihat dari Laporan keuangan perusahaan Industri semen yang telah go
publik, persentase ROI
masing-masing perusahaan dapat dianalisis sebagai
berikut:
1. ROI PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk mengalami peningkatan dari
1,19% pada tahun 2004 naik pada rasio 7,02% pada tahun 2005, dan pada
tahun 2006 mengalami penurunan ROI hingga 6,18%. Turunnya ROI pada
tahun 2004 disebabkan dari kerugian pertukaran mata uang asing,
sehingga mengakibatkan earning after tax mengalami penurunan,
kemudian naik pada rasio 9,82% pada tahun 2007, kemudian naik hingga
15,47% pada tahun 2008. Naiknya ROI pada tahun 2007 disebabkan dari
meningkatnya pendapatan bersih perusahaan dan menurunnya beban
bunga perusahaan, sehingga mengakibatkan earning after tax mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008 ROI tetap mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan dari meningkatnya pendapatan perusahaan dan menurunnya
beban lain-lain. Persentase rata-rata ROI selama 5 tahun sebesar 7,93%,
tahun dimana persentase ROI diatas persentase rata-rata ROI adalah pada
tahun 2008. Hal ini menunjukkan kinerja yang cukup baik, karena
perusahaan mampu meningkatkan ROI atas dasar pengembalian investasi
yang ditanamkannya. Namun perusahaan harus lebih mengontrol biaya
operasi dan meningkatkan penjualan agar laba yang diharapkan dapat
dicapai secara maksimal.
2. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk mengalami kenaikan ROI dari 7,84%
pada tahun 2004, naik pada rasio 13,73% pada tahun 2005, dan pada tahun
2006 mengalami peningkatan hingga 17,28%, kemudian naik pada rasio
20,85% pada tahun 2007, dan naik kembali hingga 23,80% pada tahun
2008. Persentase rata-rata ROI selama 5 tahun sebesar 16,70%, tahun
dimana persentase ROI diatas persentase rata-rata ROI adalah pada tahun
2006, 2007 dan 2008, sisanya masih berada dibawah persentase rata-rata
ROI. Kinerja keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk dari tahun 20042008 baik, ini dibuktikan perusahaan mampu meningkatkan ROI setiap
tahun sebagai dasar pengembalian investasinya. Namun perusahaan harus
mampu mempertahankan secara konsisten keadaan yang telah diperoleh
pada tahun 2006-2008 walau pertumbuhannya masih kurang.
3. PT Holcim Indonesia Tbk mengalami peningkatan ROI dari -7,69% pada
tahun 2004, naik pada rasio -4,56% pada tahun 2005, kemudian pada
tahun 2006 ROI mengalami peningkatan hingga 2,49% dan pada tahun
2007 turun pada rasio 2,35%, hal ini disebabkan meningkatnya beban lainlain perusahaan dan kerugian atas pertukaran mata uang asing, kemudian
naik hingga 3,68% pada tahun 2008. Persentase rata-rata ROI selama 5
tahun sebesar -0,63% tahun dimana persentase ROI diatas persentase ratarata ROI adalah pada tahun 2006, 2007 dan 2008. Kinerja keuangan PT
Holcim Indonesia Tbk kurang baik, meskipun pada tahun 2006, 2007 dan
2008 perusahaan mampu meningkatkan ROI setiap tahun sebagai dasar
pengembalian investasinya. Perusahaan harus lebih mengontrol biaya
operasi dan meningkatkan penjulan agar laba perusahaan dapat meningkat.
Hasil dari analisis terhadap laporan keuangan perusahaan industri semen selama
lima tahun dapat dilihat kinerja perusahaan semen yang mengalami kenaikan dan
penurunan Return On Invesment yang cukup stabil yaitu PT Semen Gresik
(Persero) Tbk, Sebab PT Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki kinerja yang lebih
baik bila dibandingkan perusahaan semen lainnya dalam menghasilkan laba untuk
pengembalian investasinya.
Analisis ROI perusahaan industri semen yang telah go publik secara
keseluruhan adalah:
ƒ
Hasil dari data pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata ROI PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah sebesar 7,93%. Artinya
perbandingan antara laba dengan investasi yang digunakan perusahaan
untuk menghasilkan laba adalah sebesar 7,93%.
ƒ
Rata-rata ROI PT Semen Gresik (Persero) Tbk lebih besar 8,77% jika
dibandingkan dengan rata-rata ROI PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
yaitu sebesar 16,70%. Artinya perbandingan antara laba dengan investasi
yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba adalah sebesar
16,70%.
ƒ
Rata-rata ROI PT Holcim Indonesia Tbk adalah sebesar -0,63. Artinya
perbandingan antara laba dengan investasi yang digunakan perusahaan
untuk menghasilkan laba adalah sebesar -0,63%.
4.1.1.2 Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk mengukur seberapa besar laba
bersih setelah pajak yang diperoleh dari setiap penjualan perusahaan. Disamping
itu juga NPM bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi dalam mengeluarkan
biaya-biaya, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Semakin besar NPM artinya semakin baik operasi perusahaan.
Besarnya Net Profit Margin (NPM) yang diberikan oleh masing-masing
perusahaan selama periode 2004-2008 dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai
berikut :
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Tabel 4.5
NPM PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Periode 2004-2008
Laba Bersih
Penjualan
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) NPM = Laba Bersih
Penjualan
116.023
739.686
592.802
983.688
1.745.501
4.615.507
5.592.354
6.325.329
7.323.644
9.780.498
2,51%
13,23%
9,37%
10,06%
23,83%
Sumber : Laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, tahun 2004, 2005,2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata NPM =
∑ NPM 59%
= 11,8%
=
n
5
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Tabel 4.6
NPM PT Semen Gresik (Persero) Tbk
Periode 2004-2008
Laba Bersih
Penjualan
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah)
520.590
1.001.772
1.295.520
1.775.408
2.523.544
6.067.557
7.532.208
8.727.858
9.600.800
12.209.846
NPM = Laba Bersih
Penjualan
8.58%
13.30%
14,84%
18,49%
20,67%
Sumber : Laporan keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk tahun 2004, 2005,2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata NPM =
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
∑ NPM 75,88%
= 15,18%
=
n
5
Tabel 4.7
NPM Holcim Indonesia Tbk
Periode 2004-2008
Laba Bersih
Penjualan
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah)
(533.130)
(334.081)
175.945
169.410
282.220
2.368.489
3.017.599
2.993.197
3.754.906
4.803.377
NPM = Laba Bersih
Penjualan
-22,51%
-11,07%
5,88%
4,51%
5,88%
Sumber : Laporan keuangan PT Holcim Indonesia Tbk tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata NPM =
∑ NPM − 17,32%
= −3,46%
=
n
5
Rata-rata NPM perusahaan industri semen yang telah go publik pada tiap periode
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Rata-rata persentase NPM
Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI
Periode 2004-2008 (dalam bentuk %)
PT Semen
PT Indocement
PT Holcim
Gresik
Tunggal Prakarsa
Indonesia
(PERSERO)
Tbk
Tbk
Tbk
2,51
8,58
(22,51)
13,23
13,30
(11,07)
9,37
14,84
5,88
10,06
18,49
4,51
23,83
20,67
5,88
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
NPM
(3,81)
5,15
10,03
11,02
16,79
Sumber : Laporan keuangan Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
Analisis NPM
Dilihat dari Laporan keuangan perusahaan Industri semen yang telah go
publik, persentase NPM masing-masing perusahaan dapat dianalisis sebagai
berikut:
1. NPM PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk tahun 2004 yaitu sebesar
2,51% dan 2005 mengalami peningkatan hingga 13,23%, dan pada tahun
2006 turun hingga 9,37%, kemudian tahun 2007 mengalami peningkatan
hingga 10,06%, hal ini disebabkan dari naiknya pendapatan perusahaan,
sehingga mengakibatkan earning after tax mengalami peningkatan,
kemudian naik lagi hingga 23,83% pada tahun 2008, hal ini disebabkan
meningkatnya pendapatan perusahaan dan menurunnya beban bunga dan
beban keuangan perusahaan. Persentase rata-rata NPM selama 5 tahun
sebesar 11,08%, tahun dimana persentase NPM diatas persentase rata-rata
NPM adalah pada tahun 2005 dan 2008.
2. Terjadi kenaikan Net Profit Margin PT Semen Gresik (Persero) Tbk dari
8,58%
pada tahun 2004, naik pada rasio 13,30% pada tahun 2005,
kemudian naik hingga 14,84% pada tahun 2006, kemudian naik pada rasio
18,49% pada tahun 2007, kemudian naik lagi hingga 20,67% pada tahun
2008. Kinerja keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk dari tahun 20042008 terus mengalami peningkatan, ini dikarenakan perusahaan mampu
meningkatkan penjualan setiap tahun. Persentase rata-rata NPM selama 5
tahun sebesar 15,18%, tahun dimana persentase NPM diatas persentase
rata-rata NPM adalah pada tahun 2007 dan 2008 yaitu sebesar 18,49% dan
20,67%.
3. PT Holcim Indonesia Tbk mengalami peningkatan NPM dari -22,51%
pada tahun 2004, naik pada rasio -11,07% pada tahun 2005 dan pada tahun
2006 naik hingga rasio 5,88% kemudian tahun 2007 turun pada rasio
4,51%, kemudian naik hingga 5,88% pada tahun 2008. Pada tahun 2007
NPM mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh kerugian pertukaran
mata uang asing dan meningkatnya beban uang pisah perusahaan yang
menyebabkan earning after tax menurun. Persentase rata-rata NPM
selama 3 tahun sebesar 5,42%, tahun dimana persentase NPM diatas
persentase rata-rata NPM adalah pada tahun 2006, 2007 dan 2008 yaitu
sebesar 5,88%, 4,51% dan 5,88%.
Hasil dari analisis terhadap laporan keuangan perusahaan industri semen dengan
menggunakan Rasio Profitabilitas selama lima tahun dapat dilihat kinerja
perusahaan semen yang mengalami kenaikan dan penurunan Net Profit Margin
yang cukup stabil yaitu PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Hal ini dapat dikatakan
bahwa PT Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki kinerja yang lebih baik bila
dibandingkan perusahaan semen lainnya dalam menghasilkan laba.
Analisis NPM perusahaan industri semen yang telah go publik secara
keseluruhan adalah:
ƒ
Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa rata-rata NPM PT Indocement
Tunggal Prakarsa adalah sebesar 11,80%. Artinya perbandingan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan hanya sebesar
11,80%.
ƒ
Rata-rata NPM PT Semen Gresik (Persero) Tbk sebesar 15,18%, artinya
perbandingan kemampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan
hanya sebesar 115,18%.
ƒ
Rata-rata NPM PT Holcim Indonesia Tbk sebesar -3,46%, artinya
perbandingan kemampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan
hanya sebesar -3,46%.
4.1.1.3 Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan memproleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, proporsi utang
semakin besar maka ROE semakin baik juga.”
Besarnya Return On Equity (ROE) yang diberikan oleh masing-masing
perusahaan selama periode 2004-2008 dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai
berikut :
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Tabel 4.9
ROE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Periode 2004-2008
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
(dalam jutaan
(dalam jutaan rupiah) ROE = Laba Setelah Pajak
rupiah)
Modal Sendiri
116.023
739.686
592.802
983.688
1.745.501
4.655.793
5.629.382
6.032.762
6.893.500
8.500.194
2,49%
13,14%
9,83%
14,22%
20,53%
Sumber : Laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata ROE =
∑ ROE 44,58%
= 12,05%
=
n
5
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Tabel 4.10
ROE PT Semen Gresik (Persero) Tbk
Periode 2004-2008
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
(dalam jutaan
(dalam jutaan rupiah) ROE = Laba Setelah Pajak
rupiah)
Modal Sendiri
520.590
1.001.772
1.295.520
1.775.408
2.523.544
3.660.356
4.466.931
5.499.614
6.627.263
8.069.586
14.22%
22.43%
23.56%
26.79%
31.27%
Sumber : Laporan keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, tahun 2004, 2005,2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata ROE =
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
∑ ROE 118,27%
= 23,65%
=
n
5
Tabel 4.11
ROE PT Holcim Indonesia Tbk
Periode 2004-2008
Laba Setelah Pajak
Modal Sendiri
(dalam jutaan
(dalam jutaan rupiah) ROE = Laba Setelah Pajak
rupiah)
Modal Sendiri
(533.130)
(334.081)
175.945
169.410
282.220
2.153.557
1.842.429
2.098.668
2.257.357
2.537.926
-24.76%
-18.13%
8,38%
7,50%
11,12%
Sumber : Laporan keuangan PT Holcim Indonesia Tbk, tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata ROE =
∑ ROE − 15,88%
= −3,18%
=
n
5
Tabel 4.12
Rata-rata persentase ROE
Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI
Periode 2004-2008
(dalam bentuk %)
PT Semen
PT Indocement
PT Holcim
Gresik
Tunggal Prakarsa
Indonesia
(PERSERO)
Tbk
Tbk
Tbk
2,49
14,22
(24,76)
13,14
22,43
(18,13)
9,83
23,56
8,38
14,27
26,79
7,5
20,53
31,27
11,12
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Rata-rata
ROE
(2.68)
5,81
13,92
16,19
20,98
Sumber : Laporan keuangan Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
Analisis ROE
Dilihat dari Laporan keuangan perusahaan Industri semen yang telah go
publik, persentase ROE
masing-masing perusahaan dapat dianalisis sebagai
berikut:
1. ROE PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk mengalami peningkatan dari
2,49% pada tahun 2004, naik pada rasio 13,14% pada tahun 2005, dan
pada tahun 2006 ROE mengalami penurunan hingga 9,83%. Turunnya
ROE pada tahun 2006 disebabkan oleh turunnya laba setelah pajak, hal
itu disebabkan dari kerugian pertukaran mata uang asing, sehingga
mengakibatkan earning after tax mengalami penurunan. Pada tahun 2007
ROE mengalami peningkatan pada rasio 14,27%, hal ini disebabkan dari
keuntungan pertukaran mata uang asing, kemudian meningkat hingga
20,53% pada tahun 2008. Naiknya ROE pada tahun 2007 dan tahun 2008
disebabkan oleh naiknya laba setelah pajak, hal itu disebabkan dari
meningkatnya pendapatan bersih perusahaan dan turunnya beban lain-lain
perusahaan, sehingga mengakibatkan earning after tax mengalami
peningkatan. Persentase rata-rata ROE selama 5 tahun sebesar 12,05%,
tahun dimana persentase ROE diatas persentase rata-rata ROE adalah
pada tahun 2005, 2007 dan 2008. Hal ini menunjukkan kinerja yang
cukup baik, selain faktor diatas masih ada faktor lain yang mempengaruhi
baik secara langsung atau tidak langsung kinerja PT Indocement Tunggal
Prakasa Tbk. Dilihat secara umum perusahaan, kinerja PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk cukup
baik karena perusahaan
mampu
meningkatkan ROE atas dasar pengembalian modal yang ditanamkannya,
namun demikian perusahaan harus lebih mengkontrol biaya operasi dan
meningkatkan penjulan agar laba yang diharapkan dapat dicapai secara
maksimal.
2. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk mengalami peningkatan ROE dari
14,22% pada tahun 2004, naik pada rasio 22,43% pada tahun 2005
kemudian naik hingga rasio 23,56% pada tahun 2006, pada tahun 2007
naik hingga rasio 26,79%, kemudian naik kembali hingga 31,27% pada
tahun 2008, hal ini disebabkan naiknya pendapatan perusahaan sehingga
earning after tax perusahaan meningkat. Persentase rata-rata ROE selama
5 tahun sebesar 23,65%, tahun dimana persentase ROE diatas persentase
rata-rata ROE adalah pada tahun 2007 dan 2008, sisanya masih berada
dibawah persentase rata-rata ROE. Kinerja keuangan PT Semen Gresik
(Persero) Tbk dari tahun 2004-2008 baik, ini dibuktikan perusahaan
mampu meningkatkan ROE setiap tahun sebagai dasar pengembalian
modalnya.
3. PT Holcim Indonesia Tbk mengalami peningkatan ROI dari -24,76%
pada tahun 2004, naik pada rasio -18,13% pada tahun 2005, dan pada
tahun 2006 mengalami peningkatan hingga rasio 8,38%, kemudian pada
tahun 2007 turun pada rasio 7,5%, hal ini disebabkan meningkatnya
beban pokok penjualan, dan kerugian atas pertukaran mata uang asing,
kemudian naik
hingga 11,12% pada tahun 2008 disebabkan
meningkatnya penjualan perusahaan. Persentase rata-rata ROE selama 5
tahun sebesar -3,18% tahun dimana persentase ROE diatas persentase
rata-rata ROE adalah pada tahun 2006, 2007 dan 2008. Kinerja keuangan
PT Holcim Indonesia Tbk cukup baik, Namun perusahaan harus mampu
mempertahankan secara konsisten keadaan yang telah diperoleh pada
tahun 2006 walau pertumbuhannya masih kurang. Dari analisis terhadap
laporan keuangan perusahaan industri semen selama lima tahun dapat
dilihat kinerja perusahaan semen yang mengalami kenaikan dan
penurunan Return On Equity yang cukup stabil yaitu PT Semen Gresik
(Persero) Tbk, Sebab PT Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki kinerja
yang lebih baik bila dibandingkan perusahaan semen lainnya dalam
menghasilkan laba untuk pengembalian modalnya.
Analisis ROE perusahaan industri semen yang telah go publik secara
keseluruhan adalah:
ƒ
Pada table 4.12 dapat diketahui bahwa rata-rata ROE PT Indocement
Tunggal Prakarsa adalah sebesar 12,05%. Artinya perbandingan antara
laba
dengan
modal
sendiri
yang
digunakan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba adalah sebesar 12,05%.
ƒ
Rata-rata ROE PT Semen Gresik (Persero) Tbk lebih besar 11,60% jika
dibandingkan dengan rata-rata ROE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
yaitu sebesar 23,65%. Artinya perbandingan antara laba dengan modal
sendiri yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba adalah
sebesar 23,65%.
ƒ
Rata-rata ROE PT Holcim Indonesia Tbk adalah sebesar -3,18%. Artinya
perbandingan antara laba dengan modal sendiri yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan laba adalah sebesar -3,18%.
4.1.2
Dividend Payout Ratio Perusahaan Industri Semen periode 2004-2008
Dividend Payout Ratio merupakan persentase dari laba yang dibayar
secara tunai kepada pemegang saham. Semakin besar Dividend Payout Ratio yang
dibayarkan perusahaan maka semakin kecil porsi dana yang tersedia yang
ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. Pada umumnya semakin
tinggi rasio pembayaran semakin dewasa perusahaan itu.
Besar Dividend Payout Ratio yang dibayarkan masing-masing perusahaan
industri semen dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut :
Tabel 4.13
Dividend Payout Ratio PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
Periode 2004-2008
Dividend Per Share
Earning Per Share
Tahun
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) DPR = DPS
EPS
2004
2005
2006
2007
2008
50
30
5
64
32
201
161
32
201
24.88%
18,63%
14,97%
31,63%
Sumber : Laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk tahun 2004, 2005,2006, 2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata DPR =
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
∑ DPR 90,11
= 18,02%
=
n
5
Tabel 4.14
Dividend Payout Ratio PT Semen Gresik (Persero) Tbk
Periode 2004-2008
Dividend Per Share
Earning Per Share
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) DPR = DPS
EPS
268
1,092
150
215
858
1,689
2,184
299
425
31.24%
50,0%
50,0%
50,6%
Sumber : Laporan keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, tahun 2004, 2005,2006,2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata DPR =
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
∑ DPR 181,84%
= 36,37%
=
n
5
Tabel 4.15
Dividend Payout Ratio PT Hocim IndonesiaTbk
Periode 2004-2008
Dividend Per Share
Earning Per Share
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) DPR = DPS
EPS
-
(70)
(44)
-
-
23
22
37
-
Sumber : Laporan keuangan PT Holcim Indonesia Tbk tahun 2004, 2005, 2006,2007, 2008 (diolah)
% Rata-rata DPR =
∑ DPR 0
= = 0%
n
5
Rata-rata Dividend Payout Ratio perusahaan industri semen yang telah go publik
pada tiap periode adalah sebagai berikut:
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Tabel 4.16
Rata-rata persentase DPR
Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI
Periode 2004-2008
(dalam bentuk %)
PT Semen
PT Indocement
PT Holcim
Gresik
Tunggal Prakarsa
Indonesia
(PERSERO)
Tbk
Tbk
Tbk
31,24
24,88
18,63
14,97
31,63
50
50
50,6
-
Rata-rata
DPR
10,41
8,29
22,88
21,66
27,41
Sumber : Laporan keuangan Perusahaan Industri Semen yang terdaftar di BEI tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 (diolah)
Analisis Dividend Payout Ratio
Dilihat dari Laporan keuangan perusahaan Industri semen yang telah go
publik, persentase
Dividend Payout Ratio masing-masing perusahaan dapat
dianalisis sebagai berikut:
1. Pada tahun 2004 PT Indocement Tunggal Prakasa
Tbk tidak
membagikan Dividend Payout Ratio, hal ini disebabkan dalam rangka
memenuhi Undang-undang Perseroan Terbatas no. 1, tanggal 7 Maret
1995, yang mengharuskan perusahaan-perusahaan secara bertahap
mencadangkan sekurang-kurangnya 20% dari modal yang ditempatkan
sebagai cadangan dana umum, para pemegang saham dalam rapat umum
tahunan pemegang saham 23 Juni 2004 menyetujui pencadangan saldo
laba perusahaan sejumlah Rp 25.000.000.000 sebagai cadangan dana
umum. Ini berarti pada tahun tersebut perusahaan memilih untuk tidak
membagikan dividen, akan tetapi mengalokasikan laba perusahaan untuk
pertumbuhan perusahaan. Pada tahun 2005 Dividend Payout Ratio
meningkat 24,88%, dan pada tahun 2006 turun hingga 18,63% kemudian
pada tahun 2007 mengalami penurunan hingga 14,97%, hal ini
disebabkan
dari
turunnya
pendapatan
perusahaan,
sehingga
mengakibatkan earning after tax mengalami penurunan, kemudian naik
hingga 31,63% pada tahun 2008, hal ini disebabkan meningkatnya
pendapatan perusahaan dan menurunnya beban bunga dan beban
keuangan perusahaan.
2. Dividend Payout Ratio PT Semen Gresik (Persero) Tbk tahun 2004
sebesar
31,24%,
pada
tahun
2005
perusahaan
memilih
tidak
membagikan dividen, hal ini disebabkan para pemegang saham
menyetujui
pembagian
tantiem
kepada
Komisaris
dan
Direksi
perusahaan, menetapkan pencadangan saldo laba dan menetapkan
program kemitraan serta bina lingkungan yang dikurangkan dari saldo
laba dan pada tahun 2006 DPR PT Semen Gresik (Persero) Tbk sebesar
50%, kemudian Dividend Payout Ratio pada tahun 2007 tetap sama
pada rasio 50%. Namun pada tahun 2008 mengalami peningkatan hingga
50,6%.
3. Dividend Payout Ratio PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2004,
2005, 2006, 2007, dan 2008 tidak dapat diketahui, hal ini disebabkan
perusahaan tidak mempunyai efek berpotensi dilusi saham atau saham
yang diterbitkan melebihi yang semestinya, sehingga perusahaan tidak
menghitung laba per saham dilusian. Ini berarti pada tahun-tahun
tersebut perusahaan memilih untuk tidak membagikan dividen, akan
tetapi mengalokasikan laba perusahaan untuk pertumbuhan perusahaan.
Hasil dari analisis terhadap laporan keuangan perusahaan industri semen dengan
menggunakan Rasio Profitabilitas selama lima tahun dapat dilihat kinerja
perusahaan semen yang mengalami kenaikan dan penurunan Dividend Payout
ratio yang cukup stabil yaitu PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Hal ini dapat
dikatakan bahwa PT PT Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki Dividend Payout
Ratio yang lebih baik bila dibandingkan perusahaan semen lainnya dalam
membagikan dividen perusahaannya.
Analisis Dividend Payout Ratio perusahaan industri semen yang telah go
publik secara keseluruhan adalah:
ƒ
Pada tabel 4.20 dapat diketahui bahwa rata-rata Dividend Payout Ratio PT
Indocement Tunggal Prakasa adalah sebesar 18,02%. Artinya Persentase
dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham oleh
perusahaan hanya sebesar 18,02%.
ƒ
Rata-rata Dividend Payout Ratio PT Semen Gresik (Persero) Tbk yaitu
sebesar 36,37%. Artinya Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham oleh perusahaan hanya sebesar 36,37%.
ƒ
Perusahaan Holcim Indonesia Tbk selama periode 2004-2008 tidak
membagikan dividen, sehingga rata-rata Dividend Payout Ratio PT
Holcim Indonesia Tbk tidak ada.
4.2 Hasil Pembahasan
4.2.1 Analisis Laporan Keuangan Telah Dilaksanakan Secara Efektif
Penerapan SAK dalam laporan keuangan perusahaan industri semen
terlihat pada penyajian neraca yang konsisten dari tahun ke tahun yakni dengan
memakai bentuk rekening vertikal, sehingga setiap terjadi perubahan dapat
diketahui terutama jumlah dalam rupiah. Keuntungan utama dari penyajian
laporan keuangan yang konsisten setiap tahunnya dapat diketahui pertambahan
atau pengurangannya pada setiap pos-pos perkiraan sehingga dapat segera
dilakukan penyelidikan atau analisis lebih lanjut dan menunjukkan sampai
seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang
dicapai.
4.2.2 Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Diukur dengan Rasio
Profitabilitas (ROI, NPM & ROE) terhadap Dividend Payout Ratio
Perusahaan Industri Semen
Analisa yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kinerja keuangan yang diukur dengan Rasio Profitabilitas (ROI, NPM, & ROE)
terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan, penulis melakukan analisis secara
statistik untuk menyatakan hubungan fungsional dengan mengidentifikasi ROI
sebagai variabel independen (X1), NPM sebagai variabel independen (X2) dan
ROE sebagai variabel independen (X3) sedangkan Dividend Payout Ratio (DPR)
sebagai variabel dependen (Y). Analisis statistik yang dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi linier multiple, koefisien korelasi, dan koefisien
determinasi.
Analisa yang digunakan untuk menguji linieritas persamaan regresi maka
dilakukan uji parameter r dengan menggunakan statistik distribusi dengan tingkat
signifikansi 5%. Penulis menggunakan software EXCEL dan SPSS V. 15 for
Windows dalam proses perhitungan statistik.
4.2.3
Hubungan
atau
korelasi
antara
Rasio
Profitabilitas
(ROI,
NPM, & ROE) dengan Dividend Payout Ratio Perusahaan
Tabel 4.17
Correlations
Pearson
Correlation
Sig. (1tailed)
N
DPR
ROI
NPM
ROE
DPR
ROI
NPM
ROE
DPR
DPR
1.000
.884
.860
.904
.
.023
.031
.017
5
ROI
.884
1.000
.989
.992
.023
.
.001
.000
5
NPM
.860
.989
1.000
.991
.031
.001
.
.001
5
ROE
.904
.992
.991
1.000
.017
.000
.001
.
5
ROI
5
5
5
5
NPM
5
5
5
5
ROE
5
5
5
5
Berdasarkan tabel korelasi di atas dapat di analisis bahwa :
a. Besar hubungan antara variabel ROI dengan DPR adalah kuat yakni sebesar
0,884. Antara ROI dengan DPR ada hubungan (sig sebesar 0,023 < 0,05
(alfa). Hasil dari analisis diatas dapat diketahui hubungannya searah artinya
apabila ROI naik DPR pun meningkat.
b. Besar hubungan antara variabel NPM dengan DPR adalah kuat yakni sebesar
0,860. Antara NPM dengan DPR ada hubungan (sig sebesar 0,031 < 0,05
(alfa). Hasil dari analisis diatas dapat diketahui hubungannya searah artinya
apabila NPM naik DPR pun meningkat.
c. Besar hubungan antara variabel ROE dengan DPR adalah kuat yakni sebesar
0,904. Antara ROE dengan DPR ada hubungan (sig sebesar 0,017 < 0,05
(alfa). Hasil dari analisis diatas dapat diketahui hubungannya searah artinya
apabila ROE naik DPR pun meningkat.
Analisis Regresi
Pengujian ini menggunakan Software SPSS v.15 untuk memperoleh nilai-nilai
koefisien regresi dari data ROI, NPM, dan ROE sebagai variabel independen (X)
dan DPR sebagai variabel dependen (Y) sebagai berikut:
Uji hipotesis simultan dilakukan dengan uji statistik F yang bertujuan
untuk mengetahui apakah pengaruh Return On Investment (X1) dan Net Profit
Margin (X2) dan Return On Equity secara simultan terhadap variabel Y signifikan.
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengolahan data, maka seluruh
data yang akan dianalisis menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for windows.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Uji Asumsi Klasik
Dalam pengujian regresi berganda, untuk memperoleh penelitian yang
akurat diperlukan pengujian dengan asumsi klasik, yaitu :
a. Autokorelasi
Untuk
mengukur
sampai
sejauh
mana
terdapat
korelasi
serial
(autokorelasi) dalam residu, dipergunakan statistik Durbin–Watson (DW test).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lain.
Autokorelasi
Tabel 4.18
b
Model Summary
Model
1
R
a
.943
R
Square
.888
Adjusted
R
Square
.553
Std.
Error of
the
Estimate
5.56634
Change Statistics
R
Square
Change
.888
F
Change
2.653
df1
3
df2
1
Sig. F
Change
.417
DurbinWatson
3.082
a. Predictors: (Constant), ROE, NPM, ROI
b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan perhitungan diatas dapat dianalisis sebagai berikut:
1.
Angka R sebesar 0,943 menunjukan bahwa korelasi atau hubungan antara
ROI, NPM dan ROE dengan DPR adalah sangat kuat.
2.
Angka R Square atau koefisien determinasi sebesar 0,888 (berasal dari R² =
0,943²). Hal ini berarti berarti 88,8% variasi DPR bisa dijelaskan oleh ROI,
NPM dan ROE. Sedangkan sisanya sebesar 11,2 % (100%-88,8%) yang
dijelaskan oleh faktor-faktor lain seperti Operating Ratio, Gross Profit
Margin dan lain-lain.
b. Multikolinearitas
Pengujian
Multikolinearitas
dimaksudkan
untuk
menguji
adanya
hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel independen dalam
model regresi. Jika terdapat adanya multikolinearitas maka koefisien regresi
menjadi tidak menentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya
akan ditandai dengan adanya nilai koefisien determinasi yang sangat besar.
Pada penelitian ini digunakan nilai variance inflation factors (VIF) sebagai
indikator ada atau tidak adanya multikolinearitas di antara sesama variabel bebas.
Menurut Santoso (2001) yang mengatakan bahwa hasil dari Uji Multikolinearitas
adalah nilai dari Variance Inflation Factor (VIF) adalah < 5, dan nilai tolerance >
0,0001. Hasil pengujian terhadap sampel penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.19
Multikolinearitas
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
Error
B
1
11.226
NPM
7.690
0.229
2.068
ROE
2.626
(Constant)
ROI
a
Standar
dized
Coeffic
ients
t
Sig.
95% Confidence
Interval for B
Lower
Bound
Beta
Upper
Bound
Collinearity
Statistics
Correlations
Zeroorder
Partial
Part
Tolera
nce
VIF
0.685
0.618
-134.951
150.331
0.969
-58.984
58.527
0.884
-0.049
-0.017
0.013
75.970
4.624
-0.144
-0.049
2.847
-1.915
-0.727
0.600
-38.243
34.106
0.860
-0.588
-0.243
0.016
62.252
2.826
2.945
0.929
0.523
-33.282
38.535
0.904
0.681
0.310
0.011
89.965
Dependent Variable: DPR
Berdasarkan nilai
VIF yang telah diperoleh pada tabel di atas,
menunjukkan bahwa data pada variabel bebas mengandung adanya gejala korelasi
yang kuat antara sesama variabel bebas, karena semua nilai VIF yang dihitung
lebih besar dari 5 dan dapat disimpulkan terdapat multikolinearitas di antara
variabel bebas.
4.2.4 Perhitungan Koefisien Korelasi Multiple, Koefisien Determinasi dan
Analisisnya
Hasil perhitungan ini menjelaskan keeratan hubungan antara variabel X
dan variabel Y, atau dalam hal ini keeratan hubungan antara variabel ROI, NPM,
ROE dengan variabel DPR.
Hasil analisis dengan menggunakan Software SPSS V. 15 diperoleh nilai
korelasi berganda dan ukuran lainnya sebagai berikut:
Tabel 4.20
Koefisien Regresi Berganda
a
Coefficients
1
Model
Unstandardized
Coefficients
(Constant)
B
7.690
Std.
Error
11.226
ROI
-.229
4.624
NPM
-2.068
ROE
2.626
Standard
ized
Coefficie
nts
Beta
Part
Collinearity
Statistics
Tole
ranc
e
VIF
-.017
.013
75.970
-.243
.016
62.252
.310
.011
89.965
Correlations
Zeroorder
T
.685
Sig.
.618
-.144
-.049
.969
.884
2.847
-1.915
-.727
.600
.860
2.826
2.945
.929
.523
.904
Parti
al
.049
.588
.681
a. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh persamaan regresi linear
multiple:
Y = 7,690 − 0,229 X 1 − 2,068 X 2 + 2,626 X 3
Persamaan diatas dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.
Intercept atau konstanta sebesar 7,690 merupakan nilai intercept artinya
bahwa garis regresi memotong sumbu Y pada titik 7,690 dan juga
merupakan nilai variabel dependen taksiran pada saat nilai X 1 , X 2
dan X 3 sama dengan nol. Tanpa adanya variabel ROI, NPM, dan ROE,
besarnya DPR sebesar 7,690.
2.
Koefisien regresi sebesar -0,229 menyatakan bahwa setiap peningkatan
ROI (variabel X 1 ) sebesar 1% akan menurunkan DPR (Y) sebesar
-0,229% dengan asumsi variabel X lainnya konstan.
3.
Koefisien regresi sebesar -2,068 menyatakan bahwa setiap peningkatan
jumlah NPM (variabel X2) sebesar 1% akan menurunkan DPR (Y) sebesar
-2,068 % dengan asumsi variabel X lainnya konstan.
4.
Koefisien regresi sebesar 2,626 menyatakan bahwa setiap peningkatan
ROE (variabel X 3 ) sebesar 1% akan meningkatkan DPR (Y) sebesar
2,626% dengan asumsi variabel X lainnya konstan.
4.2.5 Uji Hipotesis
Hasil perhitungan baik persamaan koefisien regresi berganda dan korelasi
berganda diatas belum bisa dijadikan dasar kesimpulan, karena itu perlu diuji
mengenai keberartian model, baik itu secara keseluruhan maupun secara parsial.
1. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Hal ini
dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan linier antara X dan Y
secara bersama-sama (Simultan). Hipotesis untuk uji F adalah:
Hipotesis :
Ho : r1 = r2 = 0
Ha : r1 ≠ r2 ≠ 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return
On Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity
terhadap Dividend Payout Ratio
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On
Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity
terhadap Dividend Payout Ratio.
Hasil dari analisis regresi telah diperoleh suatu bentuk persamaan regresi linier,
yaitu:
Y = 7,690 − 0,229 X 1 − 2,068 X 2 + 2,626 X 3
Bentuk persamaan regresi linier ini terlebih dahulu harus diperiksa
setidak-tidaknya mengenai liniernya dan keberartian koefisien regresi tersebut
sebagai satu kesatuan sebelum digunakan untuk membuat suatu kesimpulan.
Persamaan regresi linier dapat diuji dengan menggunakan tabel Analisis
Varians (ANOVA), yaitu:
a.
Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan
b.
Apabila F hitung < F tabel maka Ha tidak berhasil ditolak
Dimana V1 = k dan V2 = n-k-1 dan derajat kekeliruan 5% (α = 0,05), maka Ho
dapat diterima.
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan probabilita dengan kriteria :
a. Apabila probabilita (signifikansi) < α (0,05) maka Ho ditolak dan
b. Apabila probabilita (signifikansi) > α (0,05) maka Ho tidak berhasil ditolak
Pengujian dengan menggunakan Software SPSS V.15 diperoleh ANOVA
hubungan ROI, NPM, dan ROE terhadap Dividend Payout Ratio sebagai berikut:
Tabel 4.21
Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan
ANOVAb
1
Model
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
246.582
df
3
Mean
Square
82.194
30.984
1
30.984
277.566
4
F
2.653
Sig.
a
.417
a. Predictors: (Constant), ROE, NPM, ROI
b. Dependent Variable: DPR
Hasil dari uji anova atau F test, diperoleh F hitung adalah 2,653 lebih kecil
dari F tabel yakni 9,28 dengan tingkat signifikansi 0,417. Hasil dari pengujian
tersebut
dapat
diketahui
F
hitung
lebih
kecil
dari
F
tabel
dan
probabilitas/signifikansi (0,417) lebih besar dari alfa 5% (0,05), maka daripada itu
Ho diterima. Hasil dari pengujian diatas dapat diambil kesimpulan secara
simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On
Invesment, Net Profit Margin, dan Return On Equity
terhadap Dividend
Payout Ratio.
Gambar 4.1
Daerah hasil penerimaan dan penolakan Ho (uji F)
Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan
Ho
9,28
Fhitung
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen. Hipotesis dari uji t
adalah:
Ho : r1
= 0
Ha : r1 ≠ 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On
Invesment, terhadap Dividend Payout Ratio.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On
Invesment, terhadap Dividend Payout Ratio.
Ho : r1
= 0
Ha : r1 ≠ 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Net Profit
Margin, terhadap Dividend Payout Ratio
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Net Profit Margin
terhadap Dividend Payout Ratio.
Ho : r1
= 0
Ha : r1 ≠ 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Return On Equity
terhadap Dividend Payout Ratio.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Return On Equity
terhadap Dividend Payout Ratio.
Pada tabel diatas terlihat bahwa uji signifikan t yang diperoleh dengan rumus:
t=
b2
Se (b2 )
Dimana:
b
= Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen, dimana
masing-masing mempunyai interpretasi sebagai rata-rata perubahan
yang diharapkan dalam respon Y (negatif/positif) per unit perubahan
dalam masing-masing variabel X disebut dengan slope.
Se
= Standar Error masing-masing variabel independen.
Pengujian secara parsial maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
A. ROI terhadap DPR
Coefficientsa
Model
1
Unstandardize
d Coefficients
Std.
Error
B
(Constant)
ROI
6.889
3.970
1.404
.428
Stand
ardize
d
Coeffic
ients
Beta
.884
Correlations
t
Sig.
1.736
.181
3.282
.046
Zeroorder
.884
Partial
.884
Part
.884
a. Dependent Variable: DPR
Nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak atau Ha tidak berhasil ditolak pada tingkat
α = 5%
Nilai 3,282 > 3,182 untuk Return On Invesment
B. NPM terhadap DPR
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
NPM
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
10.850
3.319
.929
.318
Stand
ardize
d
Coeffi
cients
Beta
.860
Correlations
t
3.269
2.922
Sig.
.047
.061
Zeroorder
Partial
.860
.860
Part
.860
a. Dependent Variable: DPR
Nilai t hitung < t tabel maka Ha tidak berhasil ditolak pada tingkat signifikansi α =
10%, tetapi signifikansi pada tingkat α = 5%
Nilai 2,922 < 3,182 untuk Net Profit Margin
C. ROE terhadap DPR
Coefficients
1
Model
Unstandardized
Coefficients
(Constant)
B
9.384
Std.
Error
3.008
.806
.220
ROE
a
Standar
dized
Coeffici
ents
Beta
.904
Correlations
T
3.120
Sig.
.052
3.671
.035
Zeroorder
Partial
.904
.904
Part
.904
a. Dependent Variable: DPR
Nilai t hitung < t tabel maka Ha tidak berhasil ditolak pada tingkat signifikansi α =
5%
Nilai 3,671 < 3,182 untuk Return On Equity
Setelah membandingkan Nilai t hitung dengan t tabel diatas dapat terlihat
bahwa:
1.
Variabel ROI mempunyai Nilai t hitung 3,282 yang lebih besar dari pada t
tabel (3,182) karena itu Ho ditolak atau Ha tidak berhasil ditolak. Hal ini
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara ROI terhadap DPR.
2.
Variabel NPM mempunyai Nilai t hitung 2,922 yang lebih kecil dari pada t
tabel (3,182) karena itu Ho diterima. Hal ini berarti tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara NPM terhadap DPR.
3.
Variabel ROE mempunyai Nilai t hitung 3,671 yang lebih besar dari pada t
tabel (3,182) karena itu Ha tidak berhasil ditolak. Hal ini berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara ROE terhadap DPR.
Gambar 4.2
Kurva daerah penerimaan dan penolakan Ho
Daerah
penerimaan Ho
0
t hitung < t tabel
3,182
Daerah
penolakan Ho
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data serta pengujian hipotesis, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan
sebelumnya :
1. Kinerja keuangan perusahaan industri semen yang go publik secara
keseluruhan yang diukur dengan rasio Profitabilitas dengan indikator ROI,
NPM dan ROE adalah sebagai berikut:
ƒ
Rata-rata persentase ROI perusahaan industri semen pada tahun 2004
adalah sebesar 0,65%. Pada
tahun 2005 rata-rata ROI mengalami
perubahan dan naik menjadi 5,40%. Begitu juga pada tahun 2006 ratarata ROI perusahaan industri semen mengalami peningkatan menjadi
8,65%. Kemudian pada tahun 2007 dan tahun 2008, rata-rata ROI
perusahaan industri semen masih tetap mengalami peningkatan
menjadi 11,01% pada tahun 2007 dan 14,31% pada tahun 2008. Hal ini
disebabkan pendapatan dari penjualan terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun meskipun beban operasi dan harga pokok produksi
juga tetap mengalami peningkatan.
ƒ
Rata-rata persentase NPM perusahaan industri semen pada tahun 2004
adalah sebesar -3,81% dan pada tahun 2005 rata-rata NPM mengalami
peningkatan menjadi 5,15%. Pada tahun 2006 rata-rata NPM
perusahaan industri semen masih mengalami peningkatan menjadi
10,63% dari tahun sebelumnya. Begitu juga pada tahun 2007 dan tahun
2008, rata-rata NPM perusahaan industri semen tetap mengalami
peningkatan 11,02% di tahun 2007, dan 16,79% pada tahun 2008.
Meningkatnya NPM dari periode tahun 2004-2008 ini dikarenakan
penjualan dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga earning after
tax perusahaan industri semen juga meningkat.
ƒ
Rata-rata persentase ROE perusahaan industri semen pada periode
tahun 2004-2008 terus mengalami peningkatan yaitu -2,68% pada
tahun 2004, 5,81% pada tahun 2005,
13,92% pada tahun 2006,
16,19% pada tahun 2007 dan 20,98% pada tahun 2008. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan ROE perusahaan industri semen
adalah meningkatnya earning after tax perusahaan dari tahun 20042008.
2. Rata-rata persentase Dividend Payout Ratio perusahaan industri semen
pada tahun 2004 adalah sebesar 10,41%. Pada tahun 2005, diketahui
bahwa rata-rata Dividend Payout Ratio perusahaan industri semen
mengalami sedikit penurunan menjadi 8,29% dari tahun sebelumnya. Hal
ini disebabkan perusahaan lebih besar mengalokasikan labanya sebagai
laba ditahan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaanya di tahun
mendatang atau untuk lebih meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Pada
tahun 2006, rata-rata Dividend Payout Ratio perusahaan industri semen
mengalami kenaikan menjadi 22,88% dari tahun sebelumnya, namun pada
tahun 2007, rata-rata Dividend Payout Ratio perusahaan industri semen
mengalami penurunan menjadi 21,66%, ini disebabkan perusahaan lebih
besar mengalokasikan labanya sebagai laba ditahan untuk membiayai
kegiatan operasi perusahaanya di tahun mendatang atau untuk lebih
meningkatkan
pertumbuhan
perusahaan.
Dividend
Payout
Ratio
perusahaan industri semen pada tahun 2008 menjadi mengalami
peningkatan menjadi 27,41%.
3. Terdapat keeratan hubungan antara ROI dan Dividend Payout Ratio
sebesar 0,884, dimana hal ini mengindikasikan adanya hubungan kedua
variabel kuat dan positif (hubungannya searah) diantara kedua variable
tersebut. Keeratan hubungan antara NPM dan Dividend Payout Ratio
sebesar 0,860, dimana hal ini mengindikasikan adanya hubungan kedua
Variabel kuat dan positif (hubungannya searah) diantara kedua variabel
tersebut. Keeratan hubungan antara ROE dan Dividend Payout Ratio
sebesar 0,904, dimana hal ini mengindikasikan adanya hubungan kedua
variabel kuat dan positif (hubungannya searah) diantara kedua variabel
tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mempunyai beberapa saran
untuk calon investor yang ingin membeli saham pada industri semen yang go
public di BEI, yaitu sebagai berikut :
1. Pada perusahaan
• PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Hasil dari kinerja keuangan perusahaan, dinilai cukup baik, dengan
berbagai pertimbangan tertentu (kebijakan pemerintah, kebijakan
perusahaan dan lainnya), para calon investor yang ingin melakukan
investasi dapat segera mewujudkannya.
• PT Semen Gresik Tbk
Hasil dari kinerja keuangan perusahaan PT Semen Gresik Tbk, dinilai
lebih baik dari kinerja keuangan dari industri semen lainnya yang go
public di BEI, dengan berbagai pertimbangan tertentu (kebijakan
pemerintah, kebijakan perusahaan dan lainnya), para calon investor
yang ingin melakukan investasi dapat segera mewujudkannya.
•
PT Holcim Indonesia Tbk
Hasil dari kinerja keuangan perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk,
dinilai kurang baik dari kinerja keuangan dari industri semen lainnya
yang go public di BEI, para calon investor yang ingin melakukan
investasi, diharapkan mempertimbangkan dengan jelas keputusan
investasi yang akan diambil, karena saham yang telah beredar lebih
dari yang semestinya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini masih terdapat kelemahan yakni responden yang diteliti
hanya tiga perusahaan Semen yang go publik di BEI, penulis menyarankan
kepada peneliti selanjutnya untuk memperluas lingkup penelitiannya yaitu:
• Pada perusahaan yang berbeda, dengan responden yang lebih banyak
seperti perusahaan Manufaktur dan lainnya, sehingga dapat diperoleh
kesimpulan yang bisa menambah wawasan.
• Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil maka alat ukur kinerja
keuangan lainnya seperti Rasio Likuiditas, Rasio Rentabilitas dan
lainnya, akan sangat berguna sebelum digunakan dalam mengambil
kebijakan keuangan.
• Pemilihan variabel profitabilitas lainnya (selain ROI, NPM dan ROE)
agar diperoleh gambaran mengenai hal-hal lain yang mempengaruhi
Dividend Payout Ratio seperti Gross Profit Margin, Return On Assets,
Operating Ratio.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, 2001, Manajemen Keuangan dan Aplikasi, Edisi keempat,
Yogyakarta : BPFE
Bambang Riyanto, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, cetakan
ketujuh, Yogyakarta: Erlangga
Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, 2000, Akuntansi Manajemen, Jilid
Kedua, Jakarta: Erlangga
Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002, Analisis Laporan Keuangan, Cetakan
kedua, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Erich A. Helfert, 2000, Analisis Laporan Keuangan, edisi ketujuh, cetakan
kesatu, Jakarta: Erlangga
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta:
Salemba empat
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, edisi ketiga, Jakarta: Salemba empat
Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan I, edisi
keempat, Bandung: Prenhallind
S. Munawir, 1995, Analisa Laporan Keuangan, edisi keempat, cetakan kelima,
Yogyakarta: Liberty
Sofyan Syafri Harahap, 2004, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta:
Bumi Aksara
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuty, 2002, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Edisi ketiga, Jakarta: Erlangga.
Mamduh M. Hanafi, Abdul Hakim, 2005, Analisa Laporan Keuangan :
AMP-YKPN.
Download