"'UffiTTAI. l[r(US['rffi[g*il ,.$ -c- s* z \ trs q lsL44, fF -\ hs ;".d- u01.10 1t0.02 ilarer 2012 Rini Lestari Epi Fitriah Helliana & Shelmi Safitri Sri Fadilah, Magnaz Lestira & Harlianto Nununq Nurhavat Kania Nucholidah & Nurhayati Susilo Setiyawan Yuni Rosdiana, ZeniVidia Sari lSSll:1693 - 0614 Penerapan Manajemen Resiko Kredit untuk Meningkatkan Profitabilitas Bank Pengaruh Tingkat Kepuasan Mahasiswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Terhadap lndeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Program Studi Akutansi Fakultas Ekonomi Anusba Analis ImplementasiPengendalian lntern : Studi Pada Lembaga Amil Zakat Seluruh Indonesia Penggunaan Software Excell dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar dalam Mata Kuliah Pengantar Akutansi Pembiayaan Defisit APBN : Surat Utang Negara ( SUN ) atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit Dalam Kaitannya Dengan Non performin Loan Diterbitkan oleh : Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi ISSN l,tt3-0L1,! ffi|ilffiilHfiflil|il sir UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG ;}.Hffi,fffiTei(qr,6 Vol.10 No.2 Maret 2012 Diterbitkan oleh : Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomr Universitas lsiam Bandung Penanggung Jawab Ketua Program StudiAkuntansi FE UNISBA Editor Edi Sukarmanto, Magnaz Lestira Oktaroza, Elly Halimatusa'diah, Ririn Sri Kuntorini Sekretaris Editor Epr Fitrrah Keuangan yuni Rosdiana Sirkulasi Nurmariam Alamat PenerbitiRedaksi Program StudiAkuntansi FE Unrsba Jl Tamansari No.1 Bandung 40116 Teg. Q22) 4264064,4203368 ext 314 Faks (022) 4262064 Terbit dua kali dalam setahun . Maret dan September Terbit pertama kaliMaret 2003 Redaksi menerima naskah berupa artikel penelitian maupun artikel hasil pengkajian. Pendapat yang dimuat dalam jurnal ini sepenuhnya pendapat pribadi penutis-, tidak mencerminkan pendapat redaksi, dan telah disajikan menurut sistematika yang ditetapkan pada halaman akhir jurnal ini . FffiUSTAIGA}.I effiffi4#ffirnrus+ fildJ0 frffi*Uffiffi to2 Maret 2012 - 0514 Diterbitkan oleh : Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas lslam Bandung Penanggung Jawab Ketua Program StudiAkuntansi FE UNISBA Editor Edi Sukarmanto, Magnaz Lestira Oktaroza, Elly Halimatusa'diah, Ririn Sri Kuntorini Sekretaris Editor Epi Fitriah Keuangan yuni Rosdiana Sirkulasi Nurmariam Alamat PenerbitiRedaksi Program StudiAkuntansi FE Unisba Jl.Tamansari No.1 Bandung 40116 Telp. (022) 4264004,4203368 exr 314 Faks. (022) 4262064 Terbit dua kalidalam setahun : Maret dan September Terbit pertama kaliMaret 2003 Redaksi menerima naskah berupa artikel penelitian maupun artikel hasil pengkajian. Pendapat yang dimuat dalam jurnal ini sepenuhnya pendapat pribadi penltis-, tidak mencerminkan pendapat redaksi, dan telah disajikan menurut sistematika yang ditetapkan pada halaman akhir jurnal ini . 2 Maret 2012 ISSN:1693-0514 DAFTAR ISI Penerapan Manajemen Risiko Kredit untuk Meningkatkan Profitabilitas Bank ..........,1 ?ini Lestari Pengaruh Tingkat Kepuasan Mahasiswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Terhadap lndeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Unisba. ....13 Epi Fitriah, Helliana, Shelmr Safitri Analisis Implementasi Pengendalian lntern : Studi pada Lembaga Amil Zakat Seluruh lndonesia ......35 Sri Fadilah. Lestira Oktaroza dan Harlianto Penggunaan Software Excell dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar dalam Mata Kuliah Pengantar Akuntansi......76 Nunung Nurhayati Kanta Nurcholisah & Nuihayati I Pembiayaan Defisit APBN : Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)?... ...............95 Susr/o Setiyawan Analisis Penerapan Manajemen Risiko Kredit Dalam Kaitan nya Dengan Non performin Loan 131 Yuni Rosdiana,Zeni Vidia Sari PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS BANK Rini Lestari Abstrak Penerapan manajemen risiko kredit dilakukan dengan tujuan agar bank dapat menghindari terjadinya kredit bermasalah. Kredit bermasalah bagaimanapun juga akan berdampak bagi bank yang bersangkutan, yaitu akan mengancam likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, profitabilitas, tingkat kesehatan bank, serta modal bank. Profitabilitas bank merupakan suatu alat ukur yang menyatakan seberapa besar kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas bank adalah ROA (Return On Asset). Jika proses manajemen kredit diterapkan dengan baik maka penyaluran kredit akan lancar dan tidak bermasalah, maka bank akan memperoleh penghasilan yang bersumber dari bunga. Besarnya jumlah bunga yang diterima oleh bank akan menambah besarnya laba bank tersebut. Apabila laba meningkat, maka ROA pun akan meningkat. Kata kunci : manajemen risiko kredit, profitabilitas dan Return On Asset (ROA) I. PENDAHULUAN Industri perbankan adalah suatu industri yang sarat dengan risiko, karena bank sebagai lembaga perantara (intermediasi) yang mempunyai tugas pokok yaitu : menghimpun dana masyarakat, atau yang biasa diistilahkan sebagai dana pihak ketiga, dan menyalurkan kembali dalam sektor-sektor yang produktif atau melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan penanaman dana lainnya. Dapat dikatakan, bahwa semua kegiatan 1 2 bank, baik yang berasal dari aktiva maupun pasiva mengandung berbagai jenis risiko, baik itu risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas maupun risiko-risiko lainnya. Untuk meminimalisasi risiko-risiko yang dihadapi, maka manajemen bank harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai. Besarnya risiko usaha kredit ditunjukkan pada Non Performing Loan (NPL) dalam Laporan Keuangan. Tingginya NPL menunjukkan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara terus-menerus pinjamannya. Berdasarkan surat keputusan Bank Indonesia (BI) No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1999 tentang aktiva produktif, kualitas kredit digolongkan menjadi : Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, Macet. Kredit yang termasuk NPL yaitu Kredit Kurang Lancar, diragukan, dan Kredit Macet. Dalam PSAK No. 31 dijelaskan bahwa NPL adalah kredit yang pembagian angsuran pokok atau bunganya lewat dari 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo. Faktor penyebab timbulnya kredit yang bermasalah ini yaitu faktor internal ( Bank dan Nasabah itu sendiri) dan faktor eksternal (kondisi ekonomi). Kinerja laba dan pertumbuhan kredit secara umum tampak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, demikian juga dengan tingkat profitabilitas perbankan yang diukur dengan Return On Asset (ROA), juga terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat operasional perbankan. Makalah ini akan membahas tentang kualitas kredit, kredit bermasalah, dampak kredit bermasalah, proses manajemen risiko 3 kredit, profitabilitas bank dan penerapan manajemen risiko kredit untuk meningkatkan profitabilitas bank. II. Kualitas Kredit Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah memberikan petunjuk dalam penggolongan kualitas kredit sebagai berikut : 1. Kredit Lancar, merupakan pembayaran yang tepat waktu. 2. Kredit Dalam Perhatian Khusus, merupakan pembayaran dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari. 3. Kredit Kurang Lancar, merupakan pembayaran diman terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bungan antar 90-180 hari. 4. Kredit Diragukan, merupakan pembayaran dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga antara 90-270 hari. 5. Kredit Macet, merupakan pembayaran dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga terlah mencapai 270 hari. III. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Kredit bermasalah muncul saat nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman yang telah diberikan oleh bank kepada nasabah tepat pada waktunya yang telah disepakati. Namun tidak semua kredit bermasalah merupakan kredit macet. Jika ditangani dengan tepat, kredit bermasalah pasti bisa diselesaikan. Besarnya risiko kredit ditunjukan dalam Non performing Loan (NPL) dalam Laporan Keuangan Bank. Tingginya NPL menunjukkan 4 banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinuitas pinjaman kreditnya. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.31 tentang Akuntansi Perbankan (2000) butir 24 menyebutkan bahwa : Kredit Non Performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. IV. Dampak Kredit Bermasalah Kredit bermasalah bagaimanapun juga akan berdampak negatif baik secara mikro (bagi bank dan nasabah) maupun secara makro (sistem perbankan dan perekonomian Negara). Seperti yang di ungkapkan oleh Mahmuoeddin (2002:111), beberapa pihak yang terkena dampak dari kredit bermasalah yaitu : 1. Bank yang bersangkutan Yaitu akan mengancam likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, pofitabilitas, tingkat kesehatan bank, serta modal bank. 2. Bankir dan karyawan bank Kredit bermasalah memberikan dampak negatif yang cukup besar terhadap banker dan kariyawan bank, antara lain : mental, karier, pendapatan dan bonus, moral, waktu dan tenaga. 3. Pemilik saham yang bersangkutan Yaitu menyebabkan perolehan deviden yang kecil, menjatuhkan nilai saham, serta mempengaruhi moral pemilik saham. 4. Nasabah sendiri Yaitu menyebabkan kerugian, merusak citra dan nama baik, harus mengeluarkan biaya tambahan, hilangnya 5 5. 6. 7. 8. kepercayaan pihak luar han relasi bisnis, serta hilangnya peluang yang harus diperoleh. Nasabah peminjam lain Adanya kredit bermasalah membuat bank lain tidak dapat memberikan kredit kepada nasabah lainnya. Nasabah pemilik dana atau penabung Menyebabkan kehilangan kepercayan kepada bank yang bersangkutan sehingga para pemilik dana ingin menarik dananya kembali. Sistem perbankan dan perekonomian Negara Merusak kredibilitas bank nasional dimata internasional, menghambat kelancaran perkembangan perekonomian, dan kesinambungan usaha bank. Pemerintah selaku otoritas moneter Yaitu dapat menghambat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Negara secara keseluruhan, khususnya di bidang moneter, dapat menimbulkan rush dan menggoncang bangsa, merusak tatanan sosial ekonomi, kurangnya pemasukan pajak, serta menganggu perluasan kesempatan kerja. V. Proses Manajemen Risiko Kredit Bank perlu mengelola risiko kredit yang terkandung dalam portfolio maupun risiko dalam kredit atau transaksi secara individual. Hal ini dilakukan agar bank dapat menghindari terjadinya kredit bermasalah yang dapat menyebabkan bank menjadi insolvent. Selain itu tujuan dari manajemen risiko kredit seperti yang disebutkan dalam the basel committee principles the management of credit risk adalah : “the goal of credit risk management is to maximize a bank’s risk-adjusted rate of return by maintaining credit risk exposure within acceptable parameters”. Tampubolon (2004:33) menyatakan bahwa : Manajemen risiko kredit adalah sistem pengelolaan dan pengendali risiko kredit yang dihadapi oleh bank, yang terdiri dari seperangkat alat teknik, proses manajemen (termasuk kewenangan dan sistem serta 6 prosedur operasional) dan organisasi yang ditunjukkan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank. Efektifitas pengendalian eksposur risiko kredit tergantung pada sejumlah faktor yang ada dalam program pengendalian risiko kreditnya. Faktor-faktor tersebut harus sudah tersedia sebelum suatu bank memberikan suatu kredit dan perlu dikaji ulang secara berkala dalam proses manajemen risiko kredit. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 perihal penerapan manajemen risiko kredit bagi bank umum, maka setiap bank diwajibkan untuk menerapkan manajemen risiko kredit dalam kegiatannya. Proses penerapan manajemen risiko kredit tersebut terdiri dari : a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Pengawasan aktif dari dewan komisaris meliputi tanggungjawab dalam persetujuan dan peninjauan secara berkala dari strategi dan kebijakan risiko kredit, sedangkan pengawasan aktif dari direksi meliputi tanggungjawab untuk pengimplementasiannya. b. Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit. 1. Menentukan kriteria pemberian kredit yang sehat, Bank harus memiliki informasi yang cukup dalam melakukan penelitian secara komprehensif terhadap profil risiko debitur yang meliputi tujuan kredit, profil risiko terkini, analisis kemampuan membayar kembali, kemampuan bisnis debitur dan persyaratan kredit yang diajukan. 2. Menyeleksi Transaksi Risiko Kredit. 7 Transaksi-transaksi yang mengandung risiko kredit harus diseleksi dengan pertimbangan tingkat profitabilitas. Selain itu penetapan harga juga harus diperhitungkan tingkat risiko kredit. 3. Analisis, persetujuan serta pencatatan kredit. Harus terdapat pemisahan fungsi antara yang melalukan persetujuan, analisis dan pencatatan kredit. Dalam hal persetujuan pemberian kredit menggunakan prinsip Four Eyes Principle dimana harus terdapat dua pihak yang independen, memiliki wewenang dan tanggungjawab yang sama untuk dapat menyetujui pemberian kredit. Dalam hal ini satuan kerja operasional dan satuan kerja manajemen risiko. 4. Penentuan limit. Penentuan limit risiko untuk membatasi tingkat risiko kredit yang akan di ambil bank. Dalam prosedur penetapan tingkat limit risiko kredit harus menggambarkan faKtor-faktor yang dapat mempengaruhi penetapan limit risiko kredit. c. Proses Identifikasi, Pengukuran dan Sistem Informasi Manajemen Risiko Kredit. 1. Mengidentifikasi Risiko Kredit. Identifikasi risiko kredit merupakan hasil kajian yang mendalam terhadap karakteristik risiko kredit yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu yang terdiri dari penyaluran pinjaman, jasa pembiayaan perdagangan serta treasury dan investasi. Identifikasi ini meliputi kondisi 8 keuangan debitur, karakteristik usaha, kredibilitas debitur dan lain-lain. 2. Mengukur Risiko Kredit. Sistem pengukuran bank harus mempertimbangkan karakteristik setiap jenis kredit, jangka waktu kredit, aspek jaminan, anggunan, potensi terjadinya kegagalan membayar (default), kesiapan dan kemapuan bank dalam menyerap potensi kegagalan. 3. Memantau Risiko Kredit. Bank harus melakukan pemantauan eksposur risiko kredit dibandingkan limit risiko kredit yang telah ditetapkan, dapat menggunakan kolektabilitas (internal rating). Hal ini dilakukan dengan secara berkala dan terus menerus. d. Pengendalian Risiko Kredit. Kajian terhadap pengendalian risiko kredit dilakukan oleh petugas yang independen dari satuan kerja operasional dan hasilnya disampaikan secara langsung dan lengkap kepada Dewan Direksi, Komite Audit, Direktur terkait, Satuan Kerja Audit Intern dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. Untuk kredit bermasalah sebaikya ditangani secara khusus dengan memiliki Satuan Kerja Khusus untuk menangani kredit bermasalah. VI. Profitabilitas Bank Brigham (1998:304) menyatakan bahwa: “profitabilitas adalah hasil bersih yang diperoleh dari serangkai kebijakan dan keputusan”. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa profitabilitas bank merupakan suatu alat ukur yang menyatakan seberapa besar 9 kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas bank adalah ROA (Return On Asset). ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) keseluruhan. Tjoekam (1999) dalam bukunya Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil menyatakan bahwa ”Bank performance umumnya diukur dengan profitability and risk, sedangkan bank profitability itu sendiri menggunakan ukuran Return On Asset (ROA)”. Adapun rumus ROA (Mulyono,1999:80) sebagai berikut: ROA Laba Bersih Total Asset Khusus untuk dunia perbankan, penilaian tentang profitabilitas (earning) yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu bank, metode yang digunakan adalah ROA, hal ini disesuaikan dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30 277/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1998 mengenai tata cara Penilaian Tingkat kesehatan Bank, yang diperbaharui melalui Peraturan Bank Indonesia No.6 10/PBI/2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang tercantum dalam pasal 4 ayat 4. VII. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Untuk Meningkatkan Profitabilitas Bank Pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang terus meningkat, oleh karena itu bank dituntut untuk mempunyai kebijakan penempatan dana pada aktiva produktif, yaitu dengan menjaga kualitas pemberian kredit agar berada dalam keadaan lancar. Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan 10 adalah ROA (Return On Asset). ROA mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilain berdasarkan ROA dan tidak memasukkan unsur ROE. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Bisnis inti dari bank yaitu melakukan intermediasi, yaitu dengan menghimpun dana masyarakat yang menjadi sumber dana dan disalurkan dalam bentuk kredit. Dalam penyaluran kredit, yang menjadi risiko adalah kerugian akibat kredit bermasalah. Ketika tingkat kredit bermasalah meningkat maka kredit menjadi tidak lancar dan macet, pada saat yang bersamaan tingkat NPL pun akan meningkat. Akibatnya, penghasilan bank yang bersumber pada bunga kredit menjadi tidak lancar. Sebaliknya, jika kredit lancar dan tidak bermasalah, maka bank akan memperoleh penghasilan yang bersumber dari bunga, sehingga apabila pembayaran lancar maka bank akan memperoleh bunga sehingga laba meningkat. Apabila laba meningkat tingkat ROA pun akan meningkat. VIII. KESIMPULAN Pengelolaan kredit yang baik dengan menerapkan proses manajemen risiko kredit, diharapkan dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang terus meningkat. Bank dituntut untuk mempunyai kebijakan penempatan dana pada aktiva produktif, yaitu dengan 11 menjaga kualitas pemberian kredit agar berada dalam keadaan lancar. Dalam penyaluran kredit, yang menjadi risiko adalah kerugian akibat kredit bermasalah. Ketika tingkat kredit bermasalah meningkat maka kredit menjadi tidak lancar dan macet, pada saat yang bersamaan tingkat NPL pun akan meningkat. Akibatnya, penghasilan bank yang bersumber pada bunga kredit menjadi tidak lancar. Sebaliknya, jika kredit lancar dan tidak bermasalah, maka bank akan memperoleh penghasilan yang bersumber dari bunga. Semakin besar bunga yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan oleh bank. Apabila laba meningkat, tingkat ROA pun akan meningkat. 12 DAFTAR PUSTAKA Brigham, Eugene F. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:Penerbitan Djambatan. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2000. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:Salemba Empat. Mahmoeddin. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia Mulyono, Teguh Pudjo.1999. Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Jakarta : Salemba Empat. Tampubolon, Robert. 2004. Manajemen Risiko : Pendekatan Kualitatif Untuk Bank Komersial. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Tjoekam, Mohammad. 1999. Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial. Jakarta : PT Gramedia. Surat Edaran BI. 2003. No.5/21/DPNP/2003. Penerapan Manajemen Risiko Kredit Bagi Bank Umum. Surat Keputusan Direksi BI. 1998. No. 31/147/KEP/DIR/1998.