Edisi No. 1 Mei 2016 PERLAKUAN PAJAK ATAS BIAYA SUMBANGAN PERUSAHAAN Oleh : Konsultan Pajak Russell Bedford SBR Seringkali sebuah perusahaan yang merupakan Wajib Pajak Badan mengeluarkan biaya sumbangan dalam rangka program Corporate Social Responsibility (CSR). Wajib Pajak Badan ingin menerapkan konsep bahwa organisasi memiliki tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya. Karena itulah sebagian perusahaan mengalokasikan dana sumbangan untuk program ini. Dalam Pasal 6 dan Pasal 9 UU No. 36/2008 tentang Pajak Penghasilan, dikenal adanya deductible expense dan nondeductible expense. Biaya sumbangan dapat masuk ke dalam salah satu dari dua kategori ini. Ada batasan-batasan yang dibuat oleh UU beserta peraturan pelaksanaannya untuk mengkategorikan mana biaya sumbangan yang boleh dibebankan sebagai biaya dan mana yang tidak. Tentunya, pengakuan biaya secara fiskal ini akan berdampak pada koreksi fiskal dan penghitungan PPh badan Perusahaan. Kategori sumbangan menurut fiskal adalah : 1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional , yang merupakan sumbangan untuk program bencana nasional yang disampaikan secara langsung melalui badan penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak langsung melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang untuk pengumpulan dana penanggulangan bencana; 2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia yang disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan; 3. Sumbangan fasilitas pendidikan yang merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga pendidikan; (boleh pendidikan di dalam dan/ atau luar negeri) 4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang disampaikan melalui lembaga pembinaan olahraga; 5. Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba. Sumbangan berdasarkan kriteria diatas boleh menjadi deductible expense jika : 1. WP memiliki penghasilan netto fiskal berdasarkan SPT PPh Badan Tahun Sebelumnya. Atau dengan kata lain SPT PPh Badan Tahun Pajak sebelumnya tidak boleh rugi; 2. Pemberian sumbangan tidak menyebabkan WP menjadi rugi pada Tahun pajak sumbangan diberikan; 3. Didukung oleh bukti yang sah; dan 4. Lembaga yang menerima sumbangan mempunyai NPWP , kecuali badan-badan yang dikecualikan sebagai Subjek pajak. Keempat syarat di atas bersifat akumulatif. Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk uang ataupun barang. Khusus untuk sumbangan dalam rangka pembangunan infrastruktur sosial, jumlahnya dalam 1 tahun tidak lebih dari 5% x penghasilan neto tahun fiskal sebelumnya. Ketentuan lebih detail tentang penilaian sumbangan dalam bentuk barang dan kewajiban lembaga penerima sumbangan terdapat pada peraturan terlampir***