BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang variasi penggunaan bahasa dalam brosur obat-obatan herbal belum pernah dilakukan, namun terdapat beberapa kajian yang dipandang relevan dengan penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut: Penelitian oleh Indra Yusuf tahun 2009 tentang “Variasi Bahasa Orang Marah dalam Bahasa Tolaki”. Permasalahan yang diteliti yaitu: (1) bagaimanakah bentuk penyampaian kemarahan dalam bahasa Tolaki, (2) bagaimanakah variasi bahasa orang marah dalam bahasa Tolaki. Hasil penelitian yang ditemukan adalah (1) berdasarkan bentuk penyampaiannya kemarahan dalam bahasa tolaki berbentuk kalimat bebas, dan dialog (percakapan). (2) variasi bahasa orang marah dalam bahasa tolaki meliputi: ancaman, sumpah, pilihan, peringatan, dan makian. Penelitian oleh Pita Erlawati (Universitas Muhammadiyah Surakarta) tahun 2010 tentang “Penggunaan Tanda Baca dan Huruf Kapital pada Teks Iklan Brosur Penawaran Barang atau Jasa”. Permasalahan yang diteliti yaitu: (i) bagaimanakah penggunaan tanda baca pada teks iklan brosur penawaran barang atau jasa? (ii) bagaimanakah penggunaan huruf kapital pada teks iklan brosur penawaran barang atau jasa? Setelah dilakukan penelitian maka diperoleh hasil sebagai berikut: (i) penulisan teks iklan dalam brosur tersebut banyak dijumpai penulisan ejaan yang kurang tepat. Penulisan ejaan yang kurang tepat pada brosur yang beredar di masyarakat tersebut berjumlah 32 data. (ii) penggunaan tanda baca yang kurang tepat meliputi: tanda titik, tanda koma, dan tanda seru. Penggunaan tanda titik yang kurang tepat diklasifikasikan berdasarkan jumlah dan letak. Penggunaan tanda titik diakhir kalimat dan penggunaan tanda titik yang berlebihan. Kemudian penggunaan tanda koma yang kurang tepat pada teks iklan brosur penawaran barang atau jasa terdapat pada pembilangan. Kemudian terakhir penggunaan tanda seru pada teks iklan brosur penawaran barang atau jasa yang berlebihan. Penelitian oleh Sri Astuti Madu tahun 2012 tentang “Variasi Bahasa Iklan Kartu Perdana Handphone”. Permasalahan yang diteliti yaitu: (1) bagaimana bentuk bahasa iklan pada kartu As. simPATI, 1m3, Mentari, dan AXIS? (2) bagaimana variasi bahasa iklan pada kartu As. simPATI, 1m3, Mentari, dan AXIS? (3) bagaimana perbandingan variasi bahasa iklan pada kartu As. simPATI, 1m3, Mentari, dan AXIS? Setelah dilakukan penelitian maka diperoleh hasil sebagai berikut: (1) hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk bahasa iklan kartu perdana handphone ada yang menggunakan dua kata, tiga kata, empat kata, lima hingga enam kata, bahkan ada yang menggunakan kalimat panjang. (2) variasi bahasa iklan kartu perdana handphone sangat beragam yaitu dapat dilihat pada penggunaan kombinasi huruf dan angka dalam penulisan kata. (3) perbandingan variasi bahasa iklan kartu perdana handphone yaitu: perbandingan variasi bahasa iklan dengan dua kata, tiga kata, empat, lima dan enam kata: tulisannya singkat dan padat, sehingga mudah dibaca oleh setiap pengguna HP. Variasi bahasa iklan dengan kalimat panjang, tidak menimbulkan pertanyaan bagi pelanggan karena menurut mereka sudah cukup jelas, sehingga pelanggan tidak ragu lagi dalam memilih yang baik untuk mereka gunakan sebagai jasa komunikasi. Variasi bahasa iklan dengan kombinasi huruf dan angka, tidak mudah dipahami oleh sebagian pelanggan, khususnya bagi yang berusia lanjut, karena penggunaan penulisan kata seperti itu lazim digunakan dalam bahasa gaul. Ketiga penelitian yang relevan di atas, mempunyai persamaan dan perbedaan. Dua diantara penelitian di atas, yaitu penelitian tahun 2009 dan 2012 memiliki persamaan dengan penelitian ini, pada pendekatan penelitian yaitu sama-sama mengunakan sosiolinguistik yaitu tentang variasi bahasa dan perbedaan dari penelitian yang relevan di atas dengan penelitian ini yaitu mempunyai permasalahan yang berbeda dan juga objek penelitian yang berbeda. Kemudian untuk penelitian pada tahun 2011 memiliki persamaan pada objek penelitian yaitu brosur. Namun pada penelitian terdahulu menggunakan brosur penawaran barang dan jasa yang melihat penggunaan tanda baca sedangkan penelitian ini pada brosur obat-obatan herbal yang melihat penggunaan variasi bahasa. Dengan demikian penelitian ini layak untuk diteliti. 2.2 Kajian Teori 2.2.1 Variasi Bahasa 2.2.1.1 Hakikat Variasi Bahasa Secara leksikografis, variasi adalah (i) tindakan atau perubahan dari keadaan semula, (ii) bentuk atau rupa yang lain, (iii) hiasan tambahan, (iv) dalam bidang biologi, perubahan lingkungan, sedangkan dalam bidang linguistik “wujud berbagai manifestasi bersyarat dari suatu satuan” Depdikbud (dalam Pateda, 2008: 79). Poedjosoedarmo (Aslinda, 2007: 17) variasi bahasa adalah bentuk-bentuk atau bagian varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh penuturnya yang tidak bersifat homogen. Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi bahasa itu dapat dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifiksikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai variasi bahasa, secara garis besar variasi bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk bahasa yang diakibatkan oleh perbedaan antaranggota masyrakat yang berada pada satu tempat atau komunitas. 2.2.1.2 Klasifikasi Variasi Bahasa Chaer dan Agustina (2010: 62) membedakan variasi-variasi bahasa antara lain sebagai berikut: a) Variasi Bahasa dari Segi Penutur Variasi bahasa yang pertama berdasarkan penuturnya adalah varasi bahasa yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idoleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah warna suara itu, sehingga jika seseorang cukup akrab dengan orang lain maka hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya, sudah dapat mengenalinya. Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya disebur dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masingmasing, memiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa mereka satu dialek, yang berbeda dengan penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga. Variasi ketiga berdasarkan penutur adalah kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa yang digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Variasi bahasa pada ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik lafal, ejaan, morfologi, maupun sintaksis. Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Sehubungan dengan hal ini, ada yang disebut dengan variasi bahasa akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. b) Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian Variasi bahasa dari segi penggunaan, pemakaian, atau fungsi disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana keformalan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. c) Variasi Bahasa dari Segi Keformalan Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (Chaer dan Agustina, 2010: 70) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu: gaya atau ragam baku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), gaya atau ragam akrab (intimate). Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasisituasi yang khidmat, dan upacara-upacara resmi. Disebut ragam baku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap tidak boleh diubah. Dalam tertulis ragam baku ini dapat dilihat pada dokumen-dokumen bersejarah, seperti Undang-Undang Dasar, akte notaris, naskah-naskah penjualan, dan lain sebagainya. d) Variasi Bahasa dari Segi Sarana Variasi bahasa dapat juga dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan itu dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berupa suara, gerak-gerik, tangan, dan sejumlah gerakan fisik lainnya. Kemudian pada ragam bahasa tulis tidak menggunakan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan melihat hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, mengenai pengklasifikasian variasi bahasa, maka dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada pengklasifikasian variasi bahasa dilihat dari segi sarana, khususnya pada bahasa tulis. Oleh karena objek yang akan diteliti adalah penggunaan variasi bahasa dalam brosur obat-obatan herbal. e) Variasi Bahasa Tulis Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan yaitu ragam lisan dan tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar disebut ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya disebut ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam lisan, maka berurusan dengan lafal, sedangkan dalam ragam bahasa tulis berhubungan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata pada kedua ragam bahasa ini memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu, berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun adapula kesamaannya. Ragam bahasa tulis atau variasi bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis ini berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan), di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau tercetak, ragam tulis ini dapat kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, dan iklan. Ragam bahasa tulis ini mempunyai kelebihan, diantaranya: (i) adanya penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide, (ii) dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, (iii) tidak terkait dengan kondisi dan waktu seperti bahasa lisan. Namun, terdapat pula kelemahan dalam bahasa tulis yaitu: (i) sering terjadi salah pengertian, (ii) perlu pemahaman bagi yang menerima, (iii) tidak dapat bertemu secara langsung. Paul Ohoiwutun (2002: 47) membagi variasi bahasa menjadi variasi internal dan eksternal atau variasi sistemik dan ekstrasistemik. a) Variasi Sistemik Variasi dapat terjadi pada sistem kebahasaan itu sendiri, dan juga dapat terjadi di luar sistem kebahasaan. Hal ini dapat dilihat pada studi yang dilakukan oleh Labov mengenai penggunaan bahasa Inggris di kota New York dapat memberi sedikit gambaran tentang faktor-faktor tentang variasi ini. Labov mempelajari alternatif-alternatif pengucapan bunyi- bunyi awal, pada kata thing. Di New York terdapat tiga varian. Pertama satu konsonan frikatif-dental, alternatif kedua, satu afrikat dan yang terakhir satu bunyi hambat dental. Dari ketiga varian ini bunyi frikatif merupakan merupakan varian orang terpelajar yang bergengsi. Sedangkan bunyi hambat adalah varian yang dianggap paling dicemoohkan yang dilakukan masyarakat kelas bawah. Variasi yang telah digambarkan di atas terjadi pada tataran fonem. Perubahanperubahan demikian dinamakan variasi sistemik, karena perbedaan-perbedaan tersebut terjadi dalam bahasa itu sendiri. Variasi sistemik disebut juga variasi internal karena hanya terjadi dalam lingkup unsur-unsur kebahasaan itu sendiri, misalnya pada unsur fonem, morfem, tata kalimat, dan sebagainya. b) Variasi ekstrasistemik Variasi ekstrasistemik adalah variasi yang bersumber dari luar sistem bahasa. Variasi yang bersumber dari luar bahasa dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti keadaan geografis, konteks sosial, fungsi dan tujuan berkomuniasi dan faktor perkembangan bahasa dalam kurun waktu yang lama. Dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada variasi bahasa sistemik yaitu melihat variasi yang ada dalan unsur-unsur kebahasaan itu sendiri. Sebab dalam penelitian melihat bagaimana penggunaan variasi bahasa jika ditinjau dari penggunaan diksi atau pilihan kata dan variasi penulisan. 2.2.2 Brosur 2.2.2.1 Hakikat Brosur Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI, 1995: 146) brosur adalah (i) bahan informasi tertulis tentang suatu masalah yang disusun secara bersistem, (ii) cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid, (iii) selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi lengkap (tentang perusahaan atau instansi). Brosur adalah terbitan tidak berkala yang terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras. Menurut definisi UNESCO (http://brosurkilat.com) “brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul.” Brosur memuat informasi atau penjelasan tentang suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah, atau dimaksudkan sebagai sarana beriklan. Informasi dalam brosur ditulis dalam bahasa yang ringkas, dan dimaksudkan mudah dipahami dalam waktu singkat. Brosur biasanya hanya menonjolkan kelebihan utama sebuah produk yang didesain sedemikian mungkin agar menarik perhatian, dan dicetak di atas kertas yang baik dalam usaha membangun citra yang baik terhadap layanan atau produk tersebut. Berbagai literatur cenderung merumuskan brosur dari sudut bentuknya. dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan brosur adalah publikasi resmi perusahaan berbentuk cetakan, yang berisi informasi mengenai suatu produk, layanan, atau program, yang ditujukan kepada pasar sasaran (target market) atau khalayak sasaran(target audiens) tertentu, dibagikan secara cuma- cuma alias gratis dengan tujuan untuk memperkenalkan secara lebih terperinci mengenai produk, layanan, program tersebut untuk membantu upaya pemasaran atau marketing publik relations. Brosur bersifat umum karena disajikan untuk khalayak ramai untuk mengintepretasikan produk atau suatu layanan yang ingin disebarkan ke khalayak umum. Brosur merupakan bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem. cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid. selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi lengkap (perusahaan atau organisasi). Belakangan ini, seiring dengan perkembangan teknologi informasi, brosur juga disajikan dalam bentuk digital yang bisa didownload oleh siapa saja yang memerlukannya. 2.2.2.2 Fungsi Brosur Brosur memiliki beberapa fungsi diantaranya: Informatif, Brosur biasanya digunakan untuk memberitahukan kepada semua pelanggan ataupun calon pelanggan yang potensial tentang perusahaan. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, ataupun perubahan terbaru tentang perusahaan yang dijelaskan secara singkat. Advertising, Brosur merupakan salah satu bagian yang sangat penting sebagai media mengiklankan satu ataupun beberapa produk yang akan jual ataupun jasa yang dapat diberikan kepada calon pelanggan atau konsumen. Identifikasi, Design Brosur yang sangat baik, yang memungkinkan digunakan pada setiap Brosur yang hendak dikeluarkan. Akan memudahkan calon pelanggan mengenali sebuah perusahaan. Memberikan kredibilitas bagi perusahaan dan akan memudahkan untuk melakukan kampanye "iklan" bagi setiap produk yang akan dijual, jadi ada baiknya setiap desain brosur yang di buat oleh jasa percetakan harus benar–benar sudah mantap dan cocok untuk di promosikan. Ketiga fungsi harus memiliki interaksi. Brosur tersebut harus menjadi hasil dari interaksi yang terjadi, jika tidak maka tidak akan efektif. Mungkin salah satu dari ketiga aspek tersebut lebih menonjol dari yang lain, tapi ini tidak akan mempengaruhi desain brosur itu sendiri. 2.2.2.3 Bentuk Brosur Brosur merupakan barang cetakan yang menggunakan bahan kertas yang biasanya dipakai untuk mempromosikan barang dagangan ataupun jasa baik perusahaan maupun perorangan. Istilah brosur, flyer, atau pampflet sebenarnya sama saja, hanya berbeda kata dan sebutan saja tetapi memiliki arti yang sama, hanya saja ada perbedaan dari segi bentuk. Misalnya, brosur biasanya bolak-balik tetapi ada juga yang tidak bolak balik, kemudian ukuran brosur biasanya A5, A4, dan A3. Sedangkan flyer merupakan jenis brosur yang biasanya berukuran kecil. Kemudian pampflet, biasanya dicetak satu sisi dan penyebarannya biasanya untuk ditempel di jalan, sering dilihat kadang-kadang ditempel di pohon. Sebuah brosur bisa berwarna-warni dan memiliki tipografi yang besar. Brosur biasanya berbentuk selebaran untuk dibagikan secara masal, biasanya ukurannya setengah A4 dan satu A4. Bahan yang digunakan art paper 120 gr atau 150 gr. Jika pencetakan brosur dengan design yang menarik, kemudian dicetak full colour, akan sangat membantu bagian penjualan dalam meningkatkan omzet. 2.2.2.4 Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Penulisan Brosur Secara umum, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan brosur yaitu: a) Bagian-bagian dalam brosur harus memiliki kejelasan. Artinya dalam brosur itu memiliki bagian awal, tengah, dan akhir agar informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh pembaca. b) Dalam penulisan brosur hendaknya menggunakan kata-kata baru dan mendefinisikan katakata yang tidak umum bagi pembaca (memperhatikan penggunaan diksi). c) Dalam penulisan brosur harus menggunakan tanda baca yang benar (termasuk penggunaan huruf kapital pada tempatnya). d) Semua fakta dalam brosur harus akurat. e) Dalam brosur juga harus memperhatikan keserasian antara gambar dan teks atau tulisan, sebab brosur memiliki format yang menarik yang mengikutsertakan gambar untuk lebih menarik perhatian pembaca. 1) Diksi (Pilihan Kata) (a) Pengertian Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. ketersediaan kata akan ada apabila seseorang mempunyai bendaharaan kata yang memadai. Seakan-akan dia memiliki senarai (daftar) kata. Dari senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata. Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan kata mampus, meninggal, wafat, mangkat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan tuhan, dan lain sebagainya. Akan tetapi kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa ? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya. Kita tidak akan mengatakan kucing kesayanganku wafat tadi malam. Sebaliknya kurang tepat pula jika kita mengatakan Menteri Fulan mati tadi malam. Itulah contoh analisis dari pertimbangan tertentu. Dari uraian di atas ada tiga yang dapat kita petik. Pertama, kemampuan memilih kata hanya dimungkinkan bila seseorang menguasai kosa kata yang cukup luas. Kedua, diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat kata- kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi atau konteks tertentu. (b) Syarat Ketepatan Pemilihan Kata Telah disebutkan sebelumnya bahwa kemahiran memilih kata terkait erat dengan penguasaan kosakata. Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syarat tersebut menurut Keraf (1988;88) ada enam. Berikut ini adalah rincian keenam syarat ini beserta contohnya. 1) Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi Contoh: (1) Bunga edelweis hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung). (2) jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank. 2) Dapat membedakan kata-kata yang hamper bersinonim Contoh: (3) Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha? (4) Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha. 3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip dalam ejaanya. Contoh: intensif – insentif interferensi – inferensi karton – kartun preposisi – proposisi korporasi – koperasi 4. Dapat memakai dengan tepat makna kata-kata abstrak. Contoh: Keadilan,kebahagiaan,keluhuran,Kebajikan, kebijakan, kebijaksanaan 5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat. Contoh : Pasangan yang salah Pasangan yang benar Antara…dengan….. Antara…dan…. Tidak …melainkan….. Tidak…tetapi… Baik…ataupun….. Baik…maupun Bukan…tetapi… Bukan…melainkan Contoh pemakaian kata penghubung yang salah (a) *Antara hak dengan kewajiban pegawai haruslah berimbang. (b) *Korban PHK itu tidak menuntut bonus, melainkan, pesangon. (c) *Baik dosen ataupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi (d) *Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang tidak suka. Contoh pemakaian kata penghubung yang benar (a) *Antara hak dan kewajiban pegawai haruslah berimbang. (b) *Korban PHK itu tidak menuntut bonus, tetapi, pesangon (c) *Baik dosen maupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi (d) *Bukan aku yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka 6. Dapat membedakan antara kata-kata yang umum dan kata-kata yang khusus. Kata melihat adalah kata umum yang merujuk pada perihal „mengetahui sesuatu melalui indera mata.‟ Kata melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan membuka mata serta menunjuk ke objek tertentu, tetapi juga untuk mengetahui hal yang berkenaan dengan objek tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatiakn dan bandingkan contoh berikut ini. Contoh : Kata umum : Melihat Kata khusus : melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap,memperhatikan,mengamati, mengawasi, menonton, menoropong. Sebagai ajang latihan diksi ada baiknya jika anda mencoba kata-kata di atas dalam kalimat. Untuk mempertajam pemahaman makna, kadang-kadang kita memerlukan terjemahan asingnya, terutama bahasa Inggris sebagai pembanding, sebab perbedaan nuansa makna antarkata yang bermiripan itu kadang-kadang begitu tipis. Dengan memahami makna yang tepatdapat dilakukan pemilihan kata yang akurat. 2) Kalimat (a) Pengertian Menurut Cook (dalam Putrayasa, 2009:1) kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa. Sedangkan menurut Bloomfield kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal. Senada dengan pendapat Bloomfield, Hockett (dalam Putrayasa, 2009:1) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain. Menurut Alisyahbana kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sementara itu, Ramlan menyatakan kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Berdasarkan apa yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat didefinisikan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pengertian yang lengkap. (b) Jenis Kalimat Berdasarkan Isinya. Jenis kalimat berdasarkan isinya dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. 1. Kalimat Berita Kalimat berita adalah kalimat yang mendukung suatu pengungkapan peristiwa atau kejadian. Kalimat berita sering juga disebut kalimat pernyataan, yaitu kalimat yang membetuk atau menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu (Cook, dalam dalam Putrayasa, 2009: 19). Sementara itu Kridalaksana menyebut kalimat berita dengan istilah kalimat deklaratif. Kalimat deklaratif yakni mengandung intonasi deklaratif pada umumnya mengandung makna “menyatakan atau memberitakan sesuatu” dalam ragam tulis biasanya diberi tanda titik. Kalimat berita bermakna memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Secara garis besar arti kalimat berita dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: kalimat brita yang berisikan pernyataan-pernyataan, dan kalimat berita yang berisikan ungkapan perasaaan. a) Kalimat Berita yang Berisikan Pernyataan-Pernyataan Pernyataan-pernyataan merupakan buah pikiran. Pemaparan ini biasanya bersifat objektif, atau pemaparan apa adanya. Tidak dikurangi, ataupun ditambah. Kalimat berita ini dibedakan menjadi lima bagian yaitu deskriptif, induktif, deduktif, naratif, dan biografis. b) Kalimat Berita yang Berisikan Ungkapan Perasaan. Kalimat berita yang berisikan ungkapan perasaaan ini, dapat dibedakan atas beberapa bagian yaitu: ungkapan keyakinan, ungkapan harapan ungkapan kekhawatiran, ungkapan kebencian, ungkapan kasih sayang, ungkapan serah diri, ungkapan pengandaian, dan ungkapan nasihat.