Penggunaan Media Komunikasi Visual Sebagai Strategi

advertisement
Penggunaan Media Komunikasi Visual
Sebagai Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi
Kesehatan Reproduksi Remaja
Jurusan Desain Komunikasi Visual
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir.Sutami 36 A,Kentingan
Surakarta Telp/Fax. 0271-662565/ 662565
Hp. 081-329-019-594, email : [email protected]
Esty Wulandari, S.Sos., M.Si
ABSTRAK
Masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan
biologis masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara umur 10-20 tahun. Remaja pada
usia 10-24 tahun, berpotensi untuk melakukan pernikahan yang kurang direncanakan,
sehingga akan menambah jumlah penduduk. Remaja perlu diberikan pertimbangan untuk
mengambil keputusan untuk keputusan untuk menikah dan merencanakan kehamilan.
Ketidak tahuan remaja untuk menjaga kesehatan reproduksi juga akan berpengaruh
terhadap kesehatan remaja itu sendiri.
Hasil pembahasan diketahui bahwa media desain komunikasi visual yang
dipakai sebagai sarana penyampaian pesan informasi mengenai kesehatan reproduksi
remaja dilakukan dengan cara variatif, misalnya dengan menggunakan puzzle dengan
gambar alat reproduksi laki-laki dan perempuan, menggunakan kartu cocok yang berisi
informasi singkat mengenai fungsi dan alat dari reproduksi laki-laki dan perempuan, brosur,
leaflet, poster tentang kesehatan reproduksi, penggunaan buku panduan bagi fasilitator
Kesehatan reproduksi remaja serta, dengan menggunakan video edutainment yang
memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja.
Berdasar hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan
reproduksi, masalah seksualitas yang dianggap tabu oleh masyarakat dapat diinformasikan
kepada remaja dengan cara penyampaian pesan yang benar dan jelas dengan media
desain komunikasi visual yang menarik, yang dilakukan oleh instansi berwenang dalam hal
ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan Bapermas P3AKB , dengan tujuan remaja dapat
menerima informasi yang benar mengenai fungsi dan alat reproduksi, masalah seksualitas
maupun masalah kesehatan reproduksinya.
Kata Kunci: Media, Desain Komunikasi Visual, Kesehatan reproduksi.
ABSTRACT
Adolescent is a periode from children to teenage. it is between ten to twenty
years old. The negatif impact causes many teenager doing unplanned mariage. If the
teenager dont know aboui it, the population will increase. The teenager needs to know, how
to make the decision to get marriage and of course planning to get pregnant. If the teenager
dont know about health repoduction themself, they will not to keep their health repoduction.
From the analysis found that visual design communication can be used as a
media that message is given to the teenager. For example using puzzle, which contains
information that described about male and female reproduction, using flash cards that
contains information about the function and described the male and female reproduction.
Brosure, leaflet, poster Video edutainment as media audiovisual that are given to teenager
as media information in health reproduction.
From the result of this research found that the problem of the teenager in health
reproduction, sexualities, still doesnt inform well in the society. The right information about
sexualities and health reproduction needed to inform to the teenager.Using visual design
communication the right information is delivered to the teenager. this responsiblity to give the
right information is under health departemen and soiciety, so the teenager will get
information about sexualities and health reproduction.
Key : Media, Visual design communiation, Health reproduction
A.PENDAHULUAN
World
Health
Organization
mendefinisikan masa remaja merupakan
periode perkembangan antara pubertas,
peralihan biologis masa anak-anak dan masa
dewasa, yaitu antara umur 10-20 tahun.
Remaja pada usia 10-24 tahun, berpotensi
untuk melakukan pernikahan yang kurang
direncanakan, sehingga akan menambah
jumlah penduduk. Remaja perlu diberikan
pertimbangan untuk mengambil keputusan
untuk keputusan untuk menikah dan
merencanakan kehamilan. Ketidak tahuan
remaja untuk menjaga kesehatan reproduksi
juga akan berpengaruh terhadap kesehatan
remaja itu sendiri.
Di Indonesia Remaja merupakan
segmen penduduk yang menempati hampir
seperempat bagian yaitu 22,9 %, sehingga
dalam hal ini Departemen Kesehatan telah
mengembangkan
pelayanan
kesehatan
remaja dan sejak tahun 1997
dengan
beberapa model untuk diterapkan pada
beberapa provinsi.
Pengaruh lingkungan remaja
dapat berpengaruh terhadap perilaku seks
remaja, misalnya pergaulan antar teman,
makin berkembangnya media massa misalnya
televisi, majalah tabloid, buku, film serta
internet dapat mempengaruhi remaja. Salah
satu contoh adalah pengaruh tayangan televisi
yang menonjolkan pornografi dan pornoaksi.
Makin maraknya penjualan keping disk khusus
dewasa serta kebebasan membuka situs
pornografi di internet yang menambah angka
seks pranikah yang dilakukan oleh remaja.
Remaja dengan pergaulan bebas
ataupun pacaran yang sangat bebas bisa
memberikan dampak negatif pada perilaku
seks bebas remaja misalnya adanya
kehamilan diluar nikah, aborsi, kekerasan
seksual, penyakit menular seks seperti HIVAIDS dsbnya.
Remaja jika ditinjau dari aspek
psikososial, senantiasa ingin mencoba hal
yang
baru,
membandingkan
dengan
lingkungan pergaulan termasuk teman sebaya,
keberanian
mencoba
karena
merasa
tertantang serta ketidak tahuan remaja tentang
arti pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi perlu diketahui oleh
semua
orang
baik
laki-laki
maupun
perempuan.
Ketidaktahuan
terhadap
kesehatan reproduksi bisa berakibat pada
penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
kesehatan reproduksi.
Pentingnya informasi mengenai
Kesehatan reproduksi perlu diberikan kepada
remaja agar remaja dapat memahami
perubahan fisik pada remaja pria ataupun
wanita, sehingga remaja dapat memahami
alat, sistem dan proses reproduksi, perlunya
kesiapan diri untuk melakukan reproduksi,
perlunya
informasi
mengenai
proses
kehamilan serta pentingnya perilaku seksual
yang
bertanggung-jawab.
Kesehatan
reproduksi perlu diketahui oleh semua orang
baik
laki-laki
maupun
perempuan.
Ketidaktahuan terhadap kesehatan reproduksi
bisa berakibat pada penyakit yang disebabkan
oleh kurangnya kesehatan reproduksi.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Media memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia, media membantu
kita dalam hal memberikan informasi maupun
sebagai sarana untuk hiburan/rekreasi. Dalam
hal memberikan informasi, media membantu
kita dalam pemberian informasi mengenai halhal yang terjadi dilingkungan sekitar ataupun
hal-hal yang terjadi diwilayah lain. Media
Adalah saluran atau alat yang dipakai sumber
untuk menyampaikan pesan pada sasaran.
Jenis dan bentuk media sangat bervariasi
mulai dari yang tradisional misalnya gethok
tular, kentongan,tulisan sampai dengan
penggunaan media elektronik yang modern
seperti telepon seluler, TV dan internet. ( Heri
D, 2007 : 95). Fungsi utama Media adalah alat
untuk memperlancar komunikasi. Media
komunikasi dapat berfungsi sebagai alat untuk
: a)Mempermudah penyampaian pesan atau
informasi;
b)
Membangkitkan
motivasi
komunikan,
c)
Mengefektifkan
proses
penyampaian informasi, d)Mempersingkat
waktu
penyampaian
informasi,
e)Menghubungkan
komunikator
dengan
komunikan yang berjauhan, f) Menambah
daya tarik informasi atau pesan yang akan
disampaikan, g) Memperjelas isi dan maksud
informasi yang disampaikan.
Desain komunikasi visual Pada
prinsipnya perancangan untuk menyampaikan
pola pikir dari penyampai pesan kepada
penerima pesan, berupa bentuk visual yang
komunikatif, efektif, efisien dan tepat. Selain
itu juga mesti terpola dan terpadu serta estetis,
melalui media tertentu sehingga dapat
mengubah
sikap
positif
sasaran.
Elemen desain komunikasi visual
adalah gambar/foto, huruf, warna dan tata
letak dalam berbagai media, baik media cetak,
elektronika maupun audio visual.
Komunikasi Adalah proses sosial dimana
individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna
dalam lingkungan mereka. Komunikasi yang
dilakukan mencakup komunikasi tatap muka
maupun komunikasi dengan menggunakan
media. Terdapat lima istilah kunci dalam
perspektif komunikasi yaitu sosial, proses,
simbol, makna dan lingkungan. (Richard,
2008:5).
Komunikasi Kesehatan Yaitu Komunikasi yang
mengacu pada penyampaian atau pertukaran
informasi, serta saling berbagi gagasan yang
dilakukan
dengan
cara
berkomunikasi.(Richard K, 2006 :1)
Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk :
a. Menggerakan
seseorang
untuk
melakukan
kegiatan
/program
kesehatan
b. Mengetahui kebutuhan masyarakat
dalam bidang kesehatan
c. Saling tukar menukar informasi, ide
dan gagasan
d. Menjaga hubungan baik dengan
individu dan masyarakat
Komunikasi memegang peranan penting
dalam meningkatkan kesehatan maupun
dalam promosi kesehatan.
Menurut
Healthy
Life
Tahun
2010,
menyatakan bahwa strategi komunikasi
kesehatan mengacu pada penggunaan
strategi
komunikasi
dalam
pemberian
informasi serta mempengaruhi
individu
maupun masyarakat dalam mengambil
keputusan untuk menjaga kesehatanya. Jadi,
ada keterkaitan antara komunikasi dan
kesehatan.
1. Strategi komunikasi dalam Manajemen
Program komunikasi kesehatan
Strategi komunikasi yang tepat
dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang.kekuatan komunikasi sangat jelas,
dimana komunikasi dapat mempengaruhi
seseorang sebelum memutuskan sesuatu,
serta harapan seseorang. Komunikasi terjadi
dalam kehidupan manusia sehari-hari dan
bahkan dapat berpengaruh terhadap perilaku
seksual.
Bidang komunikasi kesehatan menunjukan
bahwa pada dasarnya :
a. Seseorang ingin tahu mengenai
kesehatan mereka
b. Sesorang pada dasarnya
ingin
berbincang-bincang
mengenai
masalah kesehatan kepada teman,
keluarga, saudara, mencari informasi
mengenai masalah kesehatan melalui
media massa serta mengadakan
konseling
mengenai
masalah
kesehatan
dengan
para
ahli
kesehatan.
c.
Pada dasarnya seseorang ingin
merubah perilaku kesehatannya
d. Program
Komunikasi
kesehatan
membantu seseorang untuk merubah
perilaku kesehatan mereka yang tidak
benar.
2. Program Komunikasi Kesehatan
Keberhasilan program komunikasi
tidak terjadi secara kebetulan, tetapi harus
direncanakan
secara
sistematis
dan
diimplementasikan.
Strategi
komunikasi
kesehatan untuk kesehatan reproduksi remaja
dibangun didasarkan atas teori perubahan
perilaku (Steps to Behaviour Change).
Kerangka berpikir (framework) merupakan
adaptasi dari teori difusi inovasi dan teori
komunikasi persuasif.
Kerangka berpikir (framework)
perubahan perilaku (Steps to Behaviour
Change). menunjukkan bahwa pengetahuan
individu dan perubahan perilaku kelompok
diperlukan komunikasi penyuluhan, karena
komunikasi yang dilakukan dapat berpengaruh
terhadap
perilaku
remaja.
Komunikasi
merupakan sebuah proses, yang melewati
tahap-tahap
sebelum
mencapai
pada
perubahan perilaku. Perlu adanya strategi
pesan dalam kampanye kesehatan reproduksi
remaja bahkan perlu digunakan komunikasi
antar pribadi, dukungan dari masyarakat dan
juga dari media massa.
Kerangka berpikir perubahan
perilaku (Steps to Behaviour Change)
dilakukan dengan cara :
a. Knowledge
 Pentingnya memberikan pengetahuan
yang tepat kepada remaja, sehingga
remaja
 memahami dirinya, organ reproduksi
yang
dimiliki,
dapat
menjaga
kesehatannya dan siap terhadap
masalah-masalah yang akan timbul.
b. Approval
 Remaja memberikan respon terhadap
materi kesehatan reproduksi remaja
yang telah disampaikan baik lewat
penyuluhan baik yang dilakukan oleh
dokter,
dinas
kesehatan,
guru,
ataupun media yang lain.
 Mengadakan diskusi dengan jaringan
kelompok remaja, seperti dalam
program PKPR (Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja).
c. Intention
 Menyadari
bahwa
perencanaan
kesehatan reproduksi merupakan hal
yang
memang
sesuai
dengan
kebutuhan remaja.
 Menyediakan para konsultan, baik dari
dinas kesehatan, pendidikan, LSM,
BKKBN dll yang peduli masalah
seksual remaja.
d. Practice
 Pemberian informasi atau remaja
sendiri yang konsultasi mengenai
kesehatan
reproduksi
remaja,
misalnya kepada
psikolog, dokter
spesialis kandungan, LSM, BKKBN
dsb.
 Menggunakan metode dan media
yang
mendukung
penyebaran
informasi
tentang
kesehatan
reproduksi remaja.
e. Advocay
 Berbagai
pengalaman
mengenai
manfaat kesehatan reproduksi remja
dengan sesama remaja
 Mendukung
program
kesehatan
reproduksi remaja di masyarakat,
mulai dari tingkat kecamatan hingga
kalurahan.
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah upaya memasyarakatkan
sesuatu supaya lebih dikenal, dipahami,
dihayati oleh masyarakat. Bentuk sosialisasii
dibagi menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu : ( Kun
Maryati,2001 : 109)
a. Sosialisasi primer
Adalah sosialisai pada tahap-tahap awal
kehidupan seseorang sebagai manusia.
Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi
primer sebagai sosialisasi pertama yang
dijalani individu semasa kecil, dimana ia
belajar menjadi anggota masyarakat. Hal itu
dipelajarinya dalam keluarga.
b. Sosialisasi sekunder
Adalah
proses
berikutnya
yang
memperkenalkan individu kedalam lingkungan
diluar keluarganya seperti sekolah, lingkungan
bermain dan lingkungan kerja.
Dalam proses sosialisasi sekunder sering
dijumpai dalam masyarakat sebuah proses
resosialisasi atau proses penyosialisasian
ulang. Proses ini terjadi apabila sesuatu yang
telah disosialisasikan dalam tahap sosialisasi
primer berbeda dengan dalam tahap
sosialisasi sekunder.
1. Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai
standar dan nilai yang berbeda. Contoh
standar seseorang itu dikatakan baik disekolah
dan kelompok sepermainan tentu berbeda.
Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas
dari tipe sosialisai yang ada. Terdapat 2 (dua)
tipe sosialisasi, yaitu : sosialisasi formal dan
non formal. Baik sosialisasi formal maupun
sosialisasi informal tetap mengarah kepada
pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku dilingkungannya.
Dalam lingkungan formal seperti disekolah,
seorang siswa bergaul dengan teman
sekolahnya dan berinteraksi dengan guru,
karyawan yang ada disekolahnya. Dalam
interaksi tersebut ia mengalami proses
sosialisasi.
Pengertian Kesehatan Reproduksi
Reproduksi berasal dari kata Re yang
berarti kembali dan produksi yang mempunyai
arti menghasilkan. Reproduksi mempunyai arti
proses
kehidupan
manusia
dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian
hidupnya. Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde
Manuaba,
Reproduksi
sehat
adalah
keberhasilan melaksanakan fungsi prokreasi,
mengatur dan memelihara kehamilan menuju
well born baby, well health mother serta untuk
keharmonisan keluarga. Kesehatan reproduksi
juga merupakansuatu keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial secara utuh tidak sematamata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam suatu hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi,
fungsi
dan
prosesnya.
Kesehatan reproduksi remaja adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak sematamata berarti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural. Selain itu, pendapat yang
mengatakan bahwa remaja bebas dari
berbagai masalah karena umur muda, masih
dalam rangka pendidikan malah terjadi
sebaliknya, kesehatan reproduksi harus
diselamatkan. Saat ini, dunia menuju
globalisasi dengan arus informasi cepat dan
akurat telah mengubah pandangan dan
perilaku remaja serta gagasan untuk menunda
perkawinan
dalam
usia
20
tahun
menyebabkan
remaja
tidak
mungkin
melakukan obstinensia seksual.
Epidemologi
Remaja
Kesehatan
Reproduksi
Perubahan perilaku seksual remaja yang
menjurus pada liberalisasi mengakibatkan
dua masalah besar, yaitu :
a. Kehamilan yang tidak diinginkan
b. Penyakit hubungan seksual
Faktor epidemologi yang meningkatkan
gangguan kesehatan reproduksi remaja
adalah :
1. Faktor umum
a. Kegagalan hubungan di lingkungan
keluarga
b. Informasi yang menuju kebudayaan
dunia
c. Meningkat
pengaruh
kelompok
remaja dalam
 Memakai
obat
terlarang,
minuman
beralkohol
serta
pergaulan
bebas
untuk
menghilangkan
stress
dilingkungan keluarga
 .Perkawinan dalam usia muda,
dengan kematangan jiwa belum
mantap dan menimbulkan kawin
cerai
2. Faktor khusus pada remaja
a. Pertahanan epitel serviks belum
sempurna terjadi luka yang
menjadi pintu masuk infeksi
berkelanjutan
b. Hubungan seksual multipartner
tanpa perlindungan KB dan
bahaya infeksi
c. Hubungan
seksual
dengan
matarantai PSK
d. Pelaksanaan gugur kandung
ilegar dan tidak legeartis
Remaja menurut WHO digolongkan menjadi
remaja muda (early adolescent) yaitu 11-16
tahun dan remaja lanjut (late adolescent) yaitu
usia 17-19 tahun. Remaja adalah masa
pertumbuhan dan perkembangan manusia
usia antara 12 – 21 tahun.
Berdasarkan teori diatas maka
diperlukan adanya suatu kerangka berpikir
yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk lebih memudahkan pembaca dalam
memahami ‘Penggunaan Media Desain
Komunikasi
visual
dalam
Sosialisasi
Kesehatan Reproduksi Remaja di Surakarta’.
Dalam penelitian ini digunakan teori-teori yang
terkait dengan penggunaaan Media Desain
Komunikasi
Visual
dalam
Sosialisasi
Kesehatan Reproduksi Remaja di Surakarta.
Terdapat tiga Komponen dalam
kerangka berpikir ini yaitu :
1. Permasalahan remaja dalam hal
kesehatan reproduksi, pengetahuan
seksual remaja masih rendah, dalam
hal kesehatan reproduksi banyak
remaja yang mencari informasi dari
sumber yang tidak jelas.
2. Perlu adanya pemberian informasi
yang benar mengenai Kesehatan
reproduksi,
yang
meliputi
arti
pentingnya
menjaga
kesehatan
reproduksi remaja, memahami alat
dan
fungsi
reproduksi,
yang
dituangkan
dalam
strategi
komunikasi yang tepat sehingga
masalah seksualitas disampaikan
dengan benar dan jelas.
3. Penggunaan
Media
Desain
Komunikasi Visual sebagai sarana
penyampaian informasi dari instansi
yang berwenang yang dilakukan
Dinas Kesehatan dan Bapermas
P3AKB Kota Surakarta, agar remaja
dapat
memahami
mengenai
kesehatan reproduksi dan masalah
seksualitas mendapat penjelasan
yang benar dan tepat. Hal ini untuk
mengatasi
permasalahan
yang
menganggap, masalah seksualitas
bukanlah hal yang tabu untuk
dibicarakan jikalau disampaikan oleh
pihak pihak yang berkompeten
4. Sosialisasi kepada remaja yang
dilakukan
oleh
Badan
pemberdayaan Masyarakat, Anak,
Perempuan dan Keluarga berencana
dengan menggunakan media desain
komunikasi visual yang sudah
dibuat.
Bagan Kerangka berpikir :
Permasalahan Remaja :
 Kesehatan Reproduksi Remaja
Manajemen Program Komunikasi
Kesehatan
Penggunaan Media Komunikasi Visual
sebagai sarana pemberian informasi
mengenai kesehatan reproduksi remaja
Sosialisasi kepada remaja yang
dilakukan oleh oleh Dinas Kesehatan
dan Bapermas P3AKB
C. METODE PENELITIAN
1. JENIS PENELITIAN
Jenis
penelitian
deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud
untuk memberikan uraian mengenai gejala
sosial yang diteliti. Dalam hal ini remaja
mendapatkan informasi mengenai masalah
kesehatan reproduksi dari sumber informasi
seperti teman, media massa seperti majalah,
tabloid, film, internet yang belum tentu sesuai
kebutuhan remaja. informasi negatif ikut
mempengaruhi remaja dalam memahami
kesehatan
reproduksi.Sehingga,
untuk
mengatasi masalah tersebut perlu diberikan
informasi dengan media yang tepat, dari
sumber informasi yang benar dan sesuai
kebutuhan remaja.
2. LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian dilakukan di Dinas
Kesehatan
Kotamadya
Surakarta
dan
Bapermas AA KB, Kotamadya Surakarta.
3. SUMBER DATA
Sumber data Dalam penelitian ini
dokumen yang diolah dan ditelaah yaitu arsip
dan laporan, dan media Desain Komunikasi
Visual yang digunakan dalam sosialisasi
kesehatan reproduksi remaja yang diambil dari
Bapermas P3AKB dan Dinas Kesehatan
Kotamadya Surakarta.
4. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Teknik sampling merupakan penelitian yang
meneliti seluruh obyek yang ada dalam
populasi, melainkan hanya sebagaian saja
yang diperlukan oleh peneliti dalam suatu
penelitian (iskandar, 2008 :69). Dalam
penelitian ini digunakan purposive random
sampling
yaitu
pengambilan
sampel
berdasarkan penilaian subyektif peneliti
mernurut karakteristik tertentu yang dianggap
memiliki sangkut paut ataupun kaitan dengan
karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya dengan pertimbangan tertentu.
Teknik pengambilan sampel lain yang
digunakan
adalah
snowball
sampling,
penarikan sampel secara bertahap yang makin
lama jumlah respondenya semakin besar
(slamet, 2006 :63
5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini Teknik Pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif ini lebih banyak
menggunakan teknik wawancara dengan
ketua PIKKR Mahardhika, Kepala UPTB
Jebres, bagian penyuluh kesehatan reproduksi
remaja pada instansi Dinas Kesehatan
Kotamadya Surakarta, Bagian PPPA dan KB
di
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
Kotamadya Surakarta.Dalam proses penelitian
ini proses wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman umum wawancara,
interview
dilakukan
dengan
pedoman
wawancara yang berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi Remaja, yang dilakukan tanpa
menentukan urutan pertanyaan. Pedoman
wawancara digunakan untuk mengingatkan
peneliti mengenai aspek yang dibhas serta
menjadi daftar pengecek atau check list
apakah aspek-aspek yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja telah ditanyakan
atau dibahas.
6. VALIDITAS DATA
Data yang telah dicatat dan dikumpulkan
harus dijamin kesahihannya (validitasnya). Hal
ini
dilakukan
untuk
menghindari
penyimpangan informasi dari pengolahan data
yang sudah diperoleh. Salah satu kriteria
teknik menurut Moeloeng, Danmin Sudarman
dan Sugiyono dalam mengukur tingkat
validitas data adalah dengan trianggulasi data
(Iskandar,2008 :229). Dari beberapa teknik
trianggulasi sumber diatas, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik trrianggulasi
sumber (data trianggulation).
7. TEKNIK ANALISA DATA
Dalam penelitian ini, menggunakan teknik
analisa interaktif Miles dan Huberman. Teknik
analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga
komponen, yaitu : Reduksi data, Penyajian
data, Penarikan serta pengujian kesimpulan
(Punch, 1998 :202-204).
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
PENGGUNAAN
MEDIA
KOMUNIKASI
VISUAL SEBAGAI SARANA SOSIALISASI
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
1. Manajemen
Program
Komunikasi
Kesehatan Reproduksi Remaja
a. Penetapan Analisa situasi (situation)
1) Pentingnya Kesehatan Reproduksi
Bagi Remaja
Remaja merupakan generasi
penerus bangsa, remaja akan mengalami
masa labil atau masa transisi dari masa anakanak menuju dewasa yang diikuti dengan
perubahan fisik, psikologis dan juga mudah
terpengaruh oleh teman sebaya.Pemerintah
Indonesia telah mendukung pengembangan
kesehatan reproduksi bagi remaja,dalam hal
Departemen
Kesehatan
telah
mengembangkan
pelayanan
Kesehatan
Remaja dan sejak tahun 1997 mempunyai
beberapa model di beberapa propinsi. Bahkan
remaja mempunyai hak sama dalam hal
kesehatan terutama dengan adanya derajat
kesehatan remaja, yang dilakukan dengan
cara kemitraan untuk mencapai remaja
mandiri
Pada
Tahun
1994,
ICPD
masyarakat internasional mengukuhkan hakhak remaja tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja, namun peran orang tua juga
mempunyai peran terhadap kesehatan remaja.
Orang tua mempunyai tanggung-jawab untuk
membimbing
remaja,
termasuk
tidak
menghalangi
anak
remajanya
untuk
mendapatkan info dan pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja.
Menurut data dari Bapermas
P3AKB Kota Surakarta menyatakan bahwa
berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik
(BPS) secara nasional jumlah remaja yang
berusia 10-24 tahun berjumlah 64 juta,
sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah yang
berusia 10-19 tahun berjumlah 6,6 juta orang.
Ini berarti jumlah remaja merupakan segmen
penduduk
yang
menempati
hampir
seperempat bagian atau sekitar 22,9 %.
Terdapat 55,7% remaja tinggal diperkotaan
sedangkan terdapat 44,3% remaja tinggal di
pedesaan. Sedangkan jika dilihat dari tingkat
pendidikan, menyatakan bahwa terdapat 47%
remaja tidak tamat SMU dan 37% tamat SMU
dan sederajat (SKKRI, 2007)
Menurut
Balitbang
BKKN
Propinsi Jawa Tengah, menyatakan bahwa
pada usia remaja bisa mengalami usia yang
kritis dan rawan terhadap permasalahan
terutama masalah kesehatan reproduksi.
Bahkan dari data SDKI pada tahun 2003,
menyatakan bahwa pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi masih rendah.
Bahkan angka aborsi di Indonesia masih
cukup tinggi yaitu sekitar 80%nya adalah usia
remaja. (UNFPA & Bapenas, 2009).
Karena remaja sebagai aset
dan generasi penerus
bangsa maka
permasalahan yang dihadapi oleh remaja saat
ini, adalah remaja kurang mendapatkan
informasi mengenai kesehatan reproduksi
dengan benar. Bahkan yang terjadi adalah
informasi mengenai kesehatan reproduksi
yang diterima remaja menjadi simpang-siur
bahkan menyesatkan.
b. Penetapan Tujuan (objective) Komunikasi
Kesehatan Reproduksi remaja
 Agar remaja memiliki kesadaran
(awareness)
akan
pentingnya
menjaga kesehatan reproduksi
c. Penetapan Strategi (Strategy) Komunikasi
Bahwa dalam strategi komunikasi
tidak terlepas dari kebijakan ataupun program
yang dilaksanakan oleh Bapermas P3AKB
maupun dari dinas Kesehatan Kota Surakarta.
Adapun dari Bapermas P3AKB mempunyai
PIKKR (Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi remaja dan dari Dinas
Kesehatan dengan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja. Data yang diperoleh dari PIK
(Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi) Mahardika Surakarta untuk
mengatasi
permasalahan
kesehatan
reproduksi remaja program yang dilakukan
oleh pemerintah melalui BKKBN adalah
melalui Pembentukan PIKKR (Pusat Informasi
dan
Konseling
Kesehatan
Reproduksi
Remaja),Sedangkan dari dinas kesehatan
dalam menghadapi permasalahan kesehatan
reproduksi remaja dilakukan dengan melalui
Puskesmas PKPR,
d. Penetapan Sasaran penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Remaja
Dalam membuat program komunikasi
ini, perlu dipahami siapa yang menjadi target /
sasaran
dari
Kampanye
Kesehatan
Reproduksi Remaja, seperti yang dinyatakan
oleh dr.Slamet Riyanto, Seksi Kesehatan dan
Lanjut Usia (Lansia) bahwa : Remaja bisa
dikatakan atau boleh dibilang masa Storm and
Stress ( Badai dan Stress).
Remaja
merupakan pertumbuhan yang dinamis atau
masa transisi dari anak-anak sampai ke
remaja. Di sana ada proses pertumbuhan fisik,
mental, dan spiritual. Dalam remaja itu banyak
sekali penyimpangan-penyimpangan karena
remaja itu sering sekali untuk coba-coba.
Bentuk Komunikasi yang dilakukan :
Komunikasi antarpribadi sebagai bentuk
komunikasi yang dilakukan oleh Bapermas
P3AKB adalah dengan melakukan konseling
Kesehatan reproduksi remaja. Yang dilakukan
sebagai strategi komunikasi kepada remaja.
Konseling merupakan proses tatap muka
dimana seorang konselor membantu kliennya
untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksinya.Adapun
dalam prinsip-prinsip dalam proses konseling
terhadap remaja ini memegang rasa saling
percaya. Komunikasi yang terbuka serta
pemberdayaan klien agar mampu mengambil
keputusan sendiri. Hal ini sangat penting bagi
remaja, karena dengan adanya konseling
maka
remaja
dapat
menceritakan
permasalahan pribadinya kepada konselor
yang menangani bidang kesehatan reproduksi.
Penggunaan Media Komunikasi Visual
sebagai sarana sosialisasi Kesehatan
Reproduksi remaja
Selain dengan cara komunikasi
antar pribadi yang dilakukan melalui konseling,
komunikasi yang dilakukan dengan cara
menggunakan media. Media dipakai sebagai
sarana penyampaian informasi kepada remaja
mengenai kesehatan reproduksi baik laki-laki
ataupun perempuan. Media yang dipakai
sebagai sarana penyampai pesan ini mengacu
pada media yang dibuat oleh BKKBN.
Adapun media Komunikasi Visual yang
digunakan adalah :
a) Permainan (Games) bentuk puzzle
mengenai sistem alat reproduksi pria
dan wanita. Menyusun kepingan
puzzle dilakukan dengan melihat
gambar secara keseluruhan secara
terlebih dahulu, kemudian remaja
diminta untuk menyusun satu persatu
kepingan gambar puzzle ini,setelah
melakukan pengamatan dengan teliti
maka remaja diminta untuk menyusun
menjadi
utuh
kembali.
Puzzle
digunakan sebagai media dalam
sosialisasi
kesehatan
reproduksi,
karena dengan menggunakan media
ini, remaja diajarkan untuk mengamati
dengan teliti sistem alat reproduksi laki
laki dan perempuan, sehingga jika
dilakukan dalam bentuk permainan,
akan
lebh
mudah
remaja
memahaminya, serta mengajarkan
remaja untuk dapat menyelesaikan
setiap persoalan hingga akhir.
b) Kartu cocok sebagai alat untuk
pemberian informasi mengenai alat
reproduksi dan fungsinya yang dibuat
lebih
sederhana
dan
mudah
dimengerti.
c) Brosur, folder, leaflet atau pamflet
mengenai hak kesehatan reproduksi
remaja. Brosur, folder,leaflet atau
pamflet merupakan informasi tertulis
mengenai subyek khusus yang
panjangnya bervariasi. Hal tersebut
dikelompokkan
sebagai
jenis
komunikasi media massa karena
dipersiapkan dalam jumlah banyak
untuk disebarluaskan. Penyebaran
media ini dilakukan oleh Bapermas AA
dan KB, kepada para remaja dengan
tingkat pendidikan SMP dan SMU
melalui karang taruna yang berada
disetiap kecamatan di Surakarta.
Brosur, leaflet dan booklet sebagai
media komunikasi grafis dianggap
paling efektif, karena ketiga bentuk
media cetak ini dirancang untuk dapat
langsung pada pembaca.(Yayan, 2010
:71)
Menurut Keeneth Roman dan Jane
Maas, menyatakan bahwa brosur
yang baik harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu :
1) Meletakkan pesan dibagian sampul,
artinya sampul brosur berfungsi
sebagai judul, yang menyatakan posisi
serta janji yang akan diperoleh oleh
pembaca. Sampul harus berisi tentang
siapa, dan pesan apa yang akan anda
sampaikan. Dalam analisa brosur
yang dibuat ini, lebih berisi tentang
Remaja dan Hak Reproduksi. Hak
yang diperoleh remaja kaitanya
dengan
kesehatan
reproduksi
berkaitan dengan
2) Fokus
Banyak brosur gagal karena mereka
mencoba menunjukkan informasi yang
terlalu banyak, sehingga yang tampil
adalah
tuliisan
panjang.Dalam
informasi yang disampaikan dalam
media brosur ini, menampilkann
tulisan yang panjang, sehingga
tampilan visualisasinya tidak menarik.
Isi pesan brosur ini adalah ingin
memberikan informasi tentang hak
yang diperoleh misalnya hak atas
kerahasiaan
pribadi
dengan
kehidupan
reproduksinya,
yang
berkaitan
dengan
masalah
menstruasi,
masalah
kehidupan
seksualnya, dsbnya. Tetapi tidak ada
penambahan visualisasi, membuat
pembaca hanya membaca informasi
yang singkat.
3) Gunakan ilustrasi tunggal disampul
Ilustrasi yang ditampilkan dibrosur
akan dapat menambah daya tarik bagi
pembacanya, Ilustrasi yang besar
akan lebih efektif jika menggunakan
ilustrasi dengan warna cerah dan
kisah cerita yang mampu melibatkan
pembaca lebih dalam. Namun dalam
tampilan
brosur
ini
hanya
menampilkan ilustrasi dengan simbol
jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Ilustrasi ini terlihat sederhana dengan
dominasi warna kuning dan biru
sebagai backgroundnya, sehingga
terlihat sederhana dan kurang menarik
4) Tampilan yang bersifat klise
Dalam brosur ini tampilanya terlihat
klise, karena jika ingin menyampaikan
pesan mengenai hak kesehatan
reproduksi
remaja
tidak
hanya
menggunakan ilustrasi simbol jenis
kelamin laki-laki dan perempuan saja,
karena jika dikaitkan dengan isi pesan
yang berupa hak yang diperoleh
remaja dalam menjaga kesehatan
reproduksinya menjadi kurang efektif,
dan tidak menarik, mestinya ada
keterkaitan diantara ilustrasi dan isi
pesan sehingga brosur ini tampil lebih
menarik.
.
5) Adanya buku panduan mengenai
Kesehatan Reproduksi Remaja yang
diberikan kepada fasilitator
6) Adanya video edutainment mengenai
Kesehatan Reproduksi Remaja. Alat
bantu audio visual merupakan sarana
untuk melengkapi vagab cetajab dab
ucapan
dalam
menularkan
pengetahuan, konsep dan ide. Tujuan
utama dari alat bantu audio visual ini
bukan hanya untuk hiburan namun
dimaksudkan
agar
penerimaan
informasi
mengenai
kesehatan
reproduksi remaja menjadi lebih
mernari dan mennyenangkan. Dengan
penjelasan mengenai fungsi dari alat
reproduksi laki laki dan perempuan
dapat
memberikan
konsep
menjelaskan
serta
mengajarkan
sesuatu, tidak sekedar menayangkan
sesuatu. Pada saat melihat video
edutainment diharapkan para remaja
sadar untuk apa ia melihat dan setelah
selesai
ditayangkan
dilakukan
pembahasan, yang dilakukan oleh
para konselor remaja.
E. KESIMPULAN
Media Komunikasi Visual sebagai
sarana penyampaian pesan mempunyai
peranan penting bagaimana sebuah informasi
dikemas semenarik mungkin agar mudah
dipahami. Permasalahan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi masih dianggap
tabu oleh masyarakat. Sehingga, orang tua
kurang
memahami
tentang
pentingnya
memberikan
informasi tentang kesehatan
reproduksi kepada remaja. Sehingga remaja
kadangkala mencari informasi sendiri dengan
menggunakan caranyasendiri dan tidak ada
yang
membantu
menyaring
informasi
mengenai masalah kesehatan reproduksi
remaja.
Permasalahan
Kesehatan
Reproduksi Remaja, disikapi oleh pemerintah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
dsbnya. Berbagai media digunakan untuk
menjelaskan
mengenai
arti
pentingnya
kesehatan reproduksi bagi remaja. Media yang
digunakan diharapkan dapat dipahami oleh
remaja dengan menggunakan media yang
bervariasi, seperti menggunakan puzzle,
menggunakan kartu cocok mengenai fungsi
alat reproduksi laki-laki dan perempuan,
menyebarkan brosur, melalui media audio
visual yaitu adanya video edutainment.Semua
informasi mengenai kesehatan reproduksi
dikemas secara sederhana dan menarik,
dalam konteks mudah dipahami oleh remaja.
Salah satu contohnya adalah dengan
menggunakan
puzzle
mengenai
organ
reproduksi pria dan wanita, dalam permainan
puzzle ini sebenarnya remaja diajarkan untuk
dapat mengatasi setiap permasalahan.
SARAN
Media bisa dipakai sebagai
sarana acuan untuk membuat programprogram komunikasi yang berkaitan dengan
kebutuhan remaja, media yang bervariasi dan
atraktif sangat diperlukan oleh remaja
sehingga remaja dapat menyerap informasi
dengan
baik
dan
juga
tidak
membosankan.Media
dengan
desain
komunikasi visual yang menarik diharapkan
mampu
menyampaikan
pesan
tentang
kesehatan reproduksi remaja, sehingga
harapannya remaja mendapatkan informasi
yang benar dan mencegah remaja untuk
melakukan hubungan seksual sebelum
menikah.
Sesuai dengan perkembangan media,
dibutuhkan pula media pendukung seperti
iklan ditelevisi, internet, koran/majalah.
Informasi mengenai kesehatan reproduksi
remaja merupakan hal yang sangat penting
untuk disampaikan kepada remaja, agar
remaja sebagai penerus bangsa dapat
mengetahui masalah kesehatan reproduksi,
masalah seksualitas dsbnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi K., Majestika S. 2009. Buku Ajar
Kesehatan
Reproduksi,
Nuha
Medika,
Yogyakarta.
Lexy Moleong, 2001. Metode
Kualitatif. Bandung : Aditya Bakti.
Penelitian
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1999.
Metode Penelitian Survey, Jakarta, PT
Pustaka LP3ES
HB.Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian
Kualitatif : Dasar Dan Terapannya Dalam
Penelitian, Surakarta, UNS Press
Ida Bagus Gde Manuaba, Prof. Dr,
2000,Kesehatan Reproduksi Buku Kapita
Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Kb
Dan Ginekologi, kedokteran EGC
Pawito, Ph.D, 2007,Penelitian Komunikasi
Kualitatif, LkiS, Yogyakarta,
Roman, Kenneth, Maas Jane, et.al,2005, How
To Adertise : Membangun Merek Dan Bisnis
Dalam Dunia Pemasaran Baru, Elex Media
Komputindo, Gramedia, Jakarta
Siti Rahayu H.,2006, Psikologi Perkembangan,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Susanto, 2006. Metode Penelitian Sosial,
Surakarta, UNS Press
Yayan Suherlan, 2010, Bahan Ajar : Metode
Repro Grafika dan Proses Cetak, Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, UNS
Y. Slamet, 2006, Metodologi Penelitian Sosial,
Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Download