BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Partisipasi Karang Taruna 2.1.1 Pengertian Partisipasi Ada dua jenis pengertian partisipasi yang beredar dimasyarakat. pengertian yang pertama adalah pengertian yang diberikan oleh para perencana pengembangan masyarakat formal diindonesia (pemerintah). Menurut pengertian ini partisipasi adalah sebagai dukungan masyarakat terhadap rencana atau proyek pengembangan masyarakat yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana (pemerintah). Pengertian kedua partisipasi adalah keterlibatan seseorang atau kelompok secara sadar dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Yakop Napu (2009:43). Dalam pandangan sosiologis pengertian pertama mengandung hakekat sebagai bentuk mobilisasi rakyat dalam pengembangan masyarakat. Mobilisasi hanya dapat mengatasi permasalahan pengembangan masyarakat secara prgamatis dan bersifat jangka pendek. Oleh karena itu kiranya tepat kalau kita menggunakan pengertian kedua sebagai elaborasi dari pengertian partisipasi. Dengan kata lain, pengertian ini melihat bahwa masyarakat merupakan sesuatu yang”turbulent”atau penuh dengan nilai sosial budaya dan dinamis sehingga dalam model tersebut masyarakat merupakan “ sistem” yang mandiri. 7 8 Berdasar pada pemahaman itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal tradisi, nilain, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab. Berbagai proses itu terjalin dalam dirinya dan dengan orang lain. Implikasi dari pengertian itu, adanya kelompok menjadi urgen dan perlu dalam upaya mengembangkan partisipasi. Setiap individu dan kelompok adalah pelaku, yang berhak menetapkan segala sesuatu berdasar pada tata nilai,tradisi, kemampuan, tujuan, dan bagaimana cara mncapai tujuan itu. Proses menetapkan kesepakatan itulah yang dikenal sebagai musyawarah. Menurut Achmad. Wazir (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama. Devinisi dari pakar di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi. Penelitian yang membahas tentang partisipasi karang taruna dalam memanfaatkan lahan tidur sampai saat ini masih belum banyak dilakukan oleh para peneliti, hal ini disebabkan karena sebagian orang belum memahami peran 7 9 dari karang taruna dalam pembangunan desa. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dengan demikian pengembangan masyarakat dalam praktik pembangunan masyarakat, terutama tercermin dalam bentuk partisipasi kedalam seluruh proses pembangunan masyarakat sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan tindak bersama,pelaksanaan evaluasi dan dalam menikmati hasil. Keterlibatan kedalam keseluruhan proses pembangunan masayarkat melalui berbagai bentuk tindakan bersama bersama tersebut merupakan indikasi kapasitas masyarakat dalam mengelola proses pembangunan secara mandiri. Keterlibatan memang merupakan unsur utama dari konsep partisipasi, tetapi tidak semua keterlibatan masyarakat dapat dikategorisasikan kedalam konsep partisipasi. Partisipasi masyarakat merupakan cerminan dari pengembangan kapasitasnya adalah keterlibatkan dalam proses pembangunan masyarakat yang didorong oleh determinasi dan kompetensinya. 7 10 Pembangunan masyarakat adalah suatu proses yang berkesinambungan, bukan sekedar melakukan perubahan saat ini dan berakhir keesokan harinya. Dalam hal ini, setiap aktiviitas perubahan yang dilakukan tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sebelumnya dan aktivitas selanjutnya. Pendek kata, pembangunan adalah orientasi yang tanpa akhir (Tjokromidjojo, 1980:1) sesuai karakteristik pembangunan masyarakt yang mengutamakan aspek manusianya maka dalam proses perubahan yang terjadi, faktor manusia ini semestinya diberi peluang yang lebih besar guna berperan secara efektif dalam proses yang berjalan. Hal ini itu berarti memperbesar peluang untuk menggerakan kapasitas mereka sendriri, lebih menjadi aktor sosial dari pada sekedar subjek yang pasif, mengelola sumber daya, membuat keputusan dan mengawasi kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka (Cernea, 1988.). Sesuai karateristiknya pembangunan masyarakat yang mengutamakan aspek manusianya maka dalam prosess perubahan yang terjadi, faktor manusia ini semestinya diberi peluang yang lebih besar guna berperan secara efektif dalam proses yang berjalan. Hal itu berarti memperbesar peluang untuk menggerakkan kapasitas mereka sendiri, lebih menjadi aktor sosial dari pada sekedar subjek yang pasif, mengelola sumber daya, membuat keputusan dari mengawasi kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka (Cernea, 1888: 3). Dari pernyataan-pernyataan tersebut terkandung pengertian, bahwa masyarakat hendaknya dilibatkan secara aktif dalam keseluruhan tahap dari proses perubahan, sejak proses pembuatan keputusan, sampai dengan dalam menarik manfaat. Arti penting partisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan tersebut semakin ditonjolkan, setidaknya 7 11 sebagai salah satu antisipasi dari masalah-masalah yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan pembangunan, yang lebih mengejar pada peningkatan produksi. Dengan demikian, untuk memahami partisipasi masyarakat tidak cukup dengan melihat aktivitas fisik yang terjadi, melainkan juga keperluan perlu untuk melihat motivasi, latar belakang dan proses terjadinya aktivitas tersebut. Dilihat dari sudut pengembangan kapasitas masyarakat, dari sisi subjeknya bentuk partisipasi yang ideal adalah partisipasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. dilihat dari prosesnya, partisipasi yang dianggap sesuai dengan pengembangan kapasitas masyarakat adalah partisipasi yang meliputi keseluruhan proses pembangunan, sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dalam menikmati hasil. Dengan demikian apabila masyarakat ikut menikmati hasil buah pembangunan yang prosesnya dirancang pihak lain, hal itu bukan cerminan dari kapasitas masyarakat. Pembangunan pada dasarnya bukan hanya bagi masyarakat, tetapi juga oleh masyarakat. dilihat dari sumber pemicunya, partisipasi ideal adalah yang karena keterlibatan didorong oleh kesadaran dan determinasi masyarakat sendiri, bukan partisipasi yang digerakkan ataupun dipaksa oleh pihak lain. Partisipasi yang tidak didorong oleh kesadaran dan determinasi lebih tepat disebut sebagai mobilisasi, yang tidak mencerminkan kapasitas masyarakat. Berdasarkan konsep partisipasi ideal yang sudah diuraikan tadi, bentuk partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan menjadi langkah awal yang sangat penting dan akan mempengaruhi langkah dan tahap berikutnya. Hal ini disebabkan karena keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan 7 12 keputusan akan mengakibatkan masyarakat merasa bahwa kegiatan tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian,akan lebih menumbuhkan tanggung jawab untuk ikut serta menentukan keberhasilan dalam pelaksanaannya. Disamping itu, partisipasi seluruh lapisan masyarakat sejak proses pengambilan keputusan diharapkan juga lebih menjamin kegiatan pembangunan yang dijalankan betulbetul mencerminkan aspirasi,kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. hal ini disebabkan karena dengan keterlibatkan dalam proses pengambilan keputusan, berarti lebih terbuka peluang untuk memasukan berbagai aspirasi dan permasalahan serta kepentingan seluruh lapisan masyarakat yang ada. Walaupun demikian, efektivitasnya masih sangat tergantung dari beberapa hal, terutama tersedianya saluran dan media bagi partisipasi dalam proses pengambilan keputusan tersebut, mekanisme dalam proses pengambilan keputusan pada tingkat komunitas beserta kaitannya dengan tingkat diatasnya, serta pola rekruitmen wakil-wakil yang duduk dalam lembaga pengambilan keputusan. Pada umumnya masyarakat sudah sejak lama mengenal lembaga tradisional yang tumbuh sebagai media pengambil keputusan pada tingkat desa. Lembaga ini biasa disebut dengan rapat desa(kartohadikoesoemoe,1984:206). Rapat desa adalah sebuah majelas yang menurut hukum adat biasanya disusun dari berbagai golongan penduduk yang berhak hadir dan member suara dalam Rapat Desa. Rapat desa ini memegang kekuasaan tertinggi di desa dan keputusankeputusannya mengikat seluruh warga masyarakat termasuk kepala desa. Di desa terdapat berbagai organisasi yang salah satunya adalah organisasi Karang Taruna. Karang taruna merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang 7 13 tumbuh dan berkembangnya secara fungsional dalam pembinaan departemen sosial dan secara organisatoris kepala desa/kepala kelurahan merupakan pelindung dan pembinanya. Adanya karang taruna tersebut dimaksudkan agar para remaja dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan konstruktif bahkan mungkin usaha ekonomis produktif. Partisipasi Karang Taruna dalam pembangunan desa diharapkan mampu mewujudkan desa dan kelurahan lebih maju dan sejahtera masyarakatnya. Seperti dikatakan sebelumnya Karang Taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda yamg berada di Desa/Kelurahan dalam bidang Usaha Kesejahteraan Sosial. Sebagai wadah pembinaan tentu saja mempunyai beberapa program yang akan dilaksanakan yang melibatkan seluruh komponen dan potensi yang ada di Desa/Kelurahan. Sebagai Lembaga/Organisasi yang bergerak dibidang Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan berfungsi sebagai subyek. Karang Taruna sedapat mungkin mampu menunjukkan fungsi dan peranannya secara optimal. Karang Taruna diharapkan mampu menyikapi dan menangani berbagi permasalahan kesejahteraan sosial para pemuda dan warga masyarakat umumnya, LPM sebagai wahana partisipasi masyarakat ( salah satunya Karang Taruna ) akan selalu memberikan spirit, dorongan dan membantu pembangunan Karang Taruna melalui program-program yang telah direncanakan Karang Taruna. Karang Taruna yang telah siap dengan program-programnya dan telah dikoordinasikan disingkronkan dengan LPM akan segera memberikan pelayanan kesejahteraan sosial sesuai yang diharapkan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial. Mengingat Karang 7 14 Taruna sebagai ujung tombaknya dan berarti pula Karang Taruna mengisi kegiatan LPM. Dengan bekal kemampuan dan kemapanan yang optimal, Karang Taruna akan mampu secara maksimal menangani permasalahan kesejahteraan sosial, sehingga permasalahan sosial yang ada di desa/kelurahan akan menjadi berkurang/hilang. Dengan demikian LPM mampu memberikan kontribusi kepada Karang Taruna secara optimal melalui program-programnya dan masyarakat sendiri merasakan dampaknya yaitu permasalahan sosial berkurang, kesejahteraan sosial meningkat dan kesetiakawanan sosial maupun kebersamaan sosial menjadi kental. 2.1.2 Karakteristik Partisipasi Karakteristik partisipasi masyarakat dapat disebut juga sebagai tipe partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Berbagai bentuk partisipasi dapat diidentifikasikan menjadi 7 (tujuh) tipe berdasarkan karakteristiknya, yaitu partisipasi pasif/manipulatif, dengan cara memberikan informasi, partisipasi melalui konsultasi, partisipasi untuk insentif materil, partisipasi fungsional, partisipasi interaktif, dan self mobilization. Partisipasi Pasif/manipulatif merupakan bentuk partisipasi yang ditemukan secara sepihak. Karena itu partisipasi ini menyangkut a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi; (b) Pengumuman sepihak oleh manajemen atau pelaksana proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat; 7 15 (c) Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran. Partisipasi dengan cara memberikan informasi merupakan bentuk partisipasi dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan pemberian informasi seperti dalam bentuk berikut ini; (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti dalam kuesioner atau sejenisnya. (b) Masyarakat tidak punya kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penyelesaian. (c) Akurasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat. Partisipasi melalui konsultasi adalah bentuk partisipasi yang saling mengkomunikasikan tentang suatu hal. (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi. (b) Orang luar mendengarkan dan membangu pandangan-pandangannya sendiri untuk kemudian mendefinisikan permasalahan dan pemecahannya, dengan memodifikasi tanggapan-tanggapan masyarakat. (c) Tidak ada peluang bagi pembuat keputusan bersama; (d) para professional tidak berkewajiban mengajukan pandangan-pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti. Partisipasi untuk intensif materi merupakan bentuk partisipasi dalam bentuk penyediaan tenaga kerja dengan tujuan untuk mandapatkan upah dan sebagainya. 7 16 (a) Masyarakat berpartisipasi dengan cara menyediakan sumber daya dengan cara seperti tenaga kerja, demi mendapatkan makanan, upah, ganti rugi, dan sebagainya. (b) Masyarakat tidak dilibatkan dalam eksperiman atau proses pembelajarannya. (c) Masyarakat tidak mempunyai andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat insentif yang disediakan/ terima habis. Partisipasi Fungsional adalah bentuk partisipasi yang membentuk kelompok sendiri dengan tujuan agar mampu mandiri tanpa ada ketergantungan dari pihak luar. (a) Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan proyek. (b) Pembentukan kelompok biasanya setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. (c) Pada awalnya, kelompok masyarakat ini bergantung pada pihak luar (fasilitator,ddl) tetapi pada saatnya mampu mandiri. Partisipasi Interaktif merupakan bentuk partisipasi yang melibatkan peran dari setiap kelompok mastyarakat untuk seluruh penyelenggaran kegiatan. (a) Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama yang mengarah pada perencanaan kegiatan dan pembentukan lembaga sosial baruatau penguatan kelembagaan yang telah ada. 7 17 (b) Partisipasi ini cenderung melibatkan metode interdisiplin yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematik. (c) Kelompok-kelompok masyarakat mempunyai peran control atas keputusankeputusan mereka, sehingga mereka mempunyai andil dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan. Self Mobilization adalah bentuk partisipasi secara bebas dalam mengambil satu inisiatif. (a) Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi/ditekan (pihak luar). Untuk mengubah sistem-sistem atau nilainilai yang mereka miliki. (b) Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumber daya yang dibutuhkan. (c) Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumber daya yang ada. Pada dasarnya, tidak ada jaminan bahwa suatu program akan berkelanjutan melalui partisipasi semata. Keberhasilannya sampai pada tipe macam apa partisipasi masyarakat dalam proses penerapannya. Artinya, sampai sejauh mana pemahaman masyarakat terhadap suatu program sehingga ia turut berpartisipasi. Hal Yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi karang taruna adalah meningkatnya kemampuan setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang. Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, 7 18 sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah: a) Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan. b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masingmasing pihak. c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog. d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi. e) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya. f) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui g) Kerjasama. Kerjasama dengan pihak yang terlibat untuk saling berbagi 7 19 kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia. 2.2 Hakikat Karang Taruna 2.2.1 Pengertian Karang Taruna Karang Taruna sebagaimana tercantum dalam peraturan menteri sosial RI NO 83/HUK/2005 adalah organisasi sosial wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda. Karang Taruna merupakan salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, yang merupakan bagian tak terpisahkan dan penyelenggaraan pembinaan manusia Indonesia. Karang Taruna sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda harus dilandasi oleh adanya kesadaran terhadap permasalahan dan kebutuhan kesejahteraan sosial serta tanggung jawab sosial untuk menanggulangi berbagai kesenjangan sosial generasi muda. 2.2.2 Ciri – Ciri dan Karakteristik Karang Taruna Karang taruna sebagai sebuah lembaga pembinaan generasi muda mempunyai berbagai karakteristik, adapun ciri dan karakteristik karang taruna adalah sebagai berikut : 1) Karang taruna merupakan wadah pembinaan generasi muda; 2) Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial; 3) memiliki program yang mendukung program kegiatan pemerintah. Sejalan dengan karakteristik tersebut maka karang taruna mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan fungsinya, yaitu: 7 20 1. Menanamkan pengertian, meningkatkan kesadaran serta memasyarakatkan penghayatan dan pengamalan pancasila 2. Memelihara dan memupuk kesadaran dan tanggung jawab kesetiakawanan sosial, semangat kebersamaan, ilmu kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial untuk mengembangkan dan mewujudkan harapan cita-cita generasi muda. 3. Memupuk kreatifitas generasi muda dan mendidik untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial, kemasyarakatn, dengan membina usahan kesejahteraan sosial yang bersifat kreatif,edukatif, ekonomis, produktif, dan kegiatan praktis lain dengan mendayagunakan segala sumber potensi secara swadaya. 4. Melaksanakan usaha-usaha pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang lainnya ; 5. Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan pembangunan bangsa dan pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa dikalangan generasi muda. 2.2.3 Fungsi dan Tujuan Karang Taruna Sebagai oraganisasi kepemudaan bagi pengembangan kesejahteraan pemuda dan masyarakat maka karang taruna mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut: a. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap generasi muda warga Karang Taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah sosial. b. Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi muda warga Karang Taruna yang Trampil danberkepribadian serta berpengetahuan. 7 21 c. Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna. d. Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang Taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. e. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga KarangTaruna dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat. f. Terwujudnya Kesejahteraan Sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa/kelurahan memungkinkan pelaksanaan atau komunitas fungsi adat sosialnya sederajat sebagai yang manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya. g. Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Sementara itu fungsi karang taruna sebagai lembaga pembinaan generasi muda antara lain di tingkat Desa maupun perkotaan adalah sebagai berikut: a. Penyelenggara Usaha Kesejateraan Sosial. b. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat. c. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda dilingkunggannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan. 7 22 d. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya. e. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda. f. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. g. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya. h. Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi social bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial. i. Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya.j j. Penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual 2.2.4 Program – program dalam karang taruna Kegiatan Karang Taruna tentu ditujukan kepada anak-anak dan remaja dalam membangun generasi penerus yang diharapakan menjadi warga Negara yang memilikin Nasionalisme dan bertanggung jawab. Pemuda yang ada dalam karang taruna merupakan bagian dari sumber daya manusia dalam melakukan pembangunan masyarakat dan merupakan unsur tidak bisa diabaikan, sehingga memberdayakan pemuda akan diarahkan yang 7 23 untuk mengembangkan dan mematangkan berbagai potensi yang memiliki sehingga memungkinkan dirinya dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Sebagai organisasi tentunya harus memiliki susunan pengurus yang lengkap, dan masing-masing anggota dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan bidang tugasnya serta dapat bekerja sama dengan didukung oleh administrasi yang tertib dan teratur. Memiliki program kegiatan yang jelas sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada disekitarnya. Program kegiatan Karang Taruna berlangsung secara melembaga, terarah dan berkesinambungan serta melibatkan seluruh unsur generasi muda yang ada. Kemampuan untuk menghimpun dana secara tetap baik yang bersumber dari pemerintah maupun swadaya masyarakat untuk melaksanakan program kegiatan masyarakat. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka tugas pokok Karang Taruna adalah bersama-sama dengan pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya. Sejalan dengan tugas pokok diatas, Karang Taruna melaksanakan program sebagai berikut: (1) Penyelenggara usaha kesejahteraan sosial; (2) Penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat; (3) Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda dilingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan; (4) Penyelenggaraan kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya; (5) 7 24 Penanaman pengertian, memupuk dan meingkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda; (6) Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilainilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia; (7) Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi dilingkungannya secara berswadaya; (8) Penyelenggaraan rujukan, pendamping dan advokasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial; (9) Penguatan sistim jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya; (10) Penyelenggaraan usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual. (Karang taruna ctb.blogspot.com/10-11/2011 pengembangan-dan-pembinaan-generasi. Html) Dengan melihat program diatas, terlihat bahwa kegiatan Karang Taruna diarahkan untuk menciptakan watak yang taqwa, terampil dan dinamis serta penanaman kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi. Kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi pada gilirannya akan menumbuhkan disiplin sosial dalam kehidupan pribadi dan kelompok sehingga menjadikan generasi muda memiliki kesiapan dalam menanggulangi berbagai masalah sosial dilingkungannya. Jadi pembinaan disini selain dapat menolong generasi muda itu sendiri, juga dapat menolong orang lain yang menyandang masalah sosial. Sedangkan yang menjadi sasaran kualitatif yang hendak dicapai dalam pembinaan Karang Taruna 7 25 adalah: (1) Karang Taruna sebagai wadah pembinaan generasi muda ditingkat Desa dan Kelurahan mampu berperan sebagai organisasi sosial kepemudaan dalam mencegah kenakalan remaja.;(2) Karang Taruna mampu menjadi wadah penyiapan kepeloporan dan kemandirian; (3) Karang Taruna menjadi wadah penyelenggara usaha-usaha ekonomi produktif; (4) Karang Taruna diharapkan mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi kesejahteraan sosial secara berdaya guna dan berhasil guna. Dalam pengembangannya, Karang Taruna dapat membentuk Unit Teknis sesuai dengan kebutuhann pengembangan organisasi dan program. Unit Teknis dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelembagaan Karang Taruna dan pembentukannya harus melalui mekanisme pengambilan keputusan dalam forum yang refresentatif dan sesuai kapasitasnya. Untuk itu, sebagai contoh Unit Perbengkelan, Unit Peternakan, Unit Perikanan, Unit Pertukangan dan sebagainya. 2.3 Karang Taruna sebagai Bentuk Pemberdayaan Pemuda Pemberdayaan berasal dari kata “empowerment”, yang mempunyai makna dasar „pemberdayaan‟, dimana berdaya bermakna kekuatan (power). Bryant dan White (1987) menyatakan pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Dilihat dari aspek manusia sebagai faktor utama proses pembangunan, pemberdayaan juga dapat berarti proses untuk mengaktualisasikan potensi manusia.loekman soetrisno (dalam Yakob, 2000;186) mengemukakan adanya dua versi Paulo freiredan fersi Schumacher. Perbedaanya terletak pada analisis dan 7 26 metodologi yang digunakan. Pemberdayaan dalam fersi Paulo Freire tidak hanya berarti member kesempatan kepada rakyat untuk menggunakan sumber alam dan dana pembangunan saja, tetapi juga mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan struktural, yang hanya mungkin dilakukan melalui partisipasi politik.Untuk memahami proses pemberdayaan secara lebih proporsional Korten (1987: 7) merumuskan pengertian power sebagai kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan pengambilan keputusan. Pembangunan itu sendiri dapat ditafsirkan sebagai upaya membangun power oleh suatu masyarakat, antara lain dalam bentuk meningkatkan kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan. Dengan demikian, power dapat digambarkan sebagai sumber daya dan hasil dari proses pembangunan itu sendiri. Berdasarkan pemikiran tersebut, power dalam proses pembangunan dapat diartikan sebagai penguasaan atau control terhadap sumber daya, pengelolaan sumber daya dan hasil serta manfaat yang diperoleh. Masyarakat yang memiliki kapasitas seperti itu berarti telah mampu melakukan pengelolaan pembangunannya secara mandiri. Bahkan, masyarakat mandiri bukan hanya mempunyai kemampuan untuk mengelola proses pembangunanya, melainkan juga mampu memecahkan dan mengantisipasi berbagai masalah sosial yang muncul. Sebuah tim yang menanamkan dirinya Tim Crescent (3003:38) telah berusaha merumuskan suatu konsep menuju masyarakat mandiri tersebut melalui kerangka model sistim keterjaminan sosial. Masyarakat perlu diperkuat atau diberdayakan untuk tidak menimbulkan ketergantungan. Sebab apabila hal ini terjadi justru merupakan beban yang bertambah besar bagi Negara. Disamping itu, apabila masyarakat kuat dalam hal 7 27 kewarganegaraanya untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan juga akan membawa dampak yang positif baik dari sisi masyarakat maupun Negara. Dari sudut masyarakat, kewenangan dan kapasitas dalam pengambilan keputusan dan pengolaan pembangunan akan lebih mendorong teraktualisasikannya potensi masyarakat, lebih menjamin kesinambungan proses pembangunan oleh masyarakat sendiri. Salah satu bentuk dari aktualisasi pemberdayaan masyarakat tercermin melalui partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil. Sebagaimana sudah diuraikan, peningkatan partisipasi dan peran masyarakat akan berarti mengurangi peranan pemerintah. Untuk maksud tersebut menurut Loekman Soetrisno (dalam soetomo 1995:251) dibutuhkan beberapa masyarakat. Pertama, perubahan persepsi dan anggapan bahwa rakyat sebagai sekedar sumber energy menjadi juga berkedudukan sebagai sumber informasi yang ikut menentukan pengambilan keputusan. Kedua, perubahan makna dan fungsi kekuasaan tidak hanya berarti hak untuk mengatur, tetapi juga membantu rakyat dalam memecahkan problema-problema pembangunan yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Ketiga, perubahan persepsi tentang system panutan yang seolah-olah rakyat tidak memiliki aspirasi dan pendapat panutan. Keempat, berangkat dari pemahaman bahwa desa-desa di Indonesia cukup beraneka ragam, sehingga tidak mungkin menggunakan pendekatan uniformitas. Kelima, kelompok miskin tidak lagi dipersiapkan sebagai kelompok yang tidak produktif,karena walaupun miskin 7 28 materi tetapi tidak miskin pengalaman pembangunan,jiwa kewiraswastaan dan keterampilan teknis. Dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat tidak terikat dari masalah generasi muda, karena dalam hal ini pemuda adalah penerus cita-cita perperjuangan bangsa. Namun terlebih dahulu kita mengkaji tentang masalah kepemudaan. Kajian tentang pemuda mempunyai persepsi yang berbeda berdasarkan sudut pandang masing-masing. Pemuda pada hakikatnya dilambangkan sekelompok orang dalam masyarakat yang masih berada pada periode usia muda yang masih mengalami perkembangan dalam masa hidupnya. Dengan demikian generasi muda yang menjadi sasaran penelitian ini dibatasi pada mereka yang berumur 15 – 30 tahun yang diyakini pemikiran jernih dalam mewujudkan kemampuan demi kelangsungan pembangunan bangsa. Indikasi pemuda yang memiliki tujuan dan sasaran hidup kemasa depan selalu memanfaatan peluang secara efektif dan efesien, siap berproduktif mandiri dalam menatap hari esok yang cerah. Sebalikya pemuda yang tidak mempunyai tujuan dan sasaran hidup yang jelas selalu menjadi beban dan penghambat terhadap perwujudan cita – cita masyarakat sejahtera. Undang – undang RI No 40 Tahun 2009 : Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Pemberdayaan pemuda dilaksanakan secara terencana, sistematis, dan berkelanjutan untuk meningkatkan 7 29 potensi dan kualitas jasmani, mental spiritual, pengetahuan, serta keterampilan diri dan organisasi menuju kemandirian pemuda. Pemberdayaan pemuda dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang dapat melaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia-manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial di lingkungan melalui usaha-usaha pencegahan, pelayanan pengembangan sosial. Kegiatan para pemuda yang ada di desa karya baru kecamatan dengilo diperhadapkan pada berbagai hambatan yaitu internal dan eksternal sehingga tidak mampu mengaktualisasikan dirinya secara proaktif dalam kegiatan pembangunan di desa karya baru dalam menjalankan laha tidur. Karang Taruna berkedudukan di desa/kelurahan secara organisasi berdiri sendiri dan bersifat lokal serta merupakan salah satu pilar partisipasi masyarakat dibidang kesejahteraan sosial. Berbagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial. Karang taruna sebagai lembaga pemberdayaan dititik beratkan pada kesadaran dan tanggung jawab sosial, sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan sosial yang baik dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Karang Taruna mempunyai peranan yang penting, baik dalam pembinaan dan pengembangan remaja sebagai kader pembangunan maupun sebagai wadah pengembangan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan Nasional. Oleh karena itu pembinaan remaja melalui karang taruna sangat efektif dimana sasaran pembinaan arahnya disamping meliputi tiga unsur utama 7 30 (kognitif, afektif dan psikomotor), juga menuju kepada dua hal substansial dalam kehidupan manusia, yaitu kecerdasan sosial (Social Quetient) serta berbagai kecerdasan akal (Multiple Intelegence). Kecerdasan sosial berupa kepedulianterhadap masyarakat atau sesama, berbudi, luhur, mempunyai jiwa pengabdian, jujur, adil dan bertanggung jawab. Sedangkan bebagai kecerdasan akal yaitu, kritis, analistis, sinentesis metodis, obyektif, inovatif dan kreatif. Pemberdayaan Karang Taruna dengan program lembaga pemberdayaan masyrakat dalam Usaha Kesejahteraan Sosial ( UKS ). Telah diketahui bersama bahwa Karang Taruna sebagai organisasi sosial kepemudaan yang ada di Desa / Kelurahan mempunyai tugas pokok yaitu : bersama-sama pemerintah menangani permasalahan sosial ( Pembangunan dibidang Kesejahteraan Sosial ). Sebagai organisasi Karang Taruna mempunyai program yang disesuaikan dengan kepentingan / keadaan masyarakat Desa / Kelurahan masing-masing. Karang Taruna harus memiliki sarana prasarana yang memadai baik secara tertulis maupun administrasi Keberadaan Karang Taruna harus mampu menunjukkan peran dan fungsinya secara optimal ditengah-tengah masyarakat sehingga dapat memberikan legetimasi dan kepercayaan kepada komponenkomponen yang lain yang sama-sama berpatisipasi dalam Pembangunan Desa / Keluraharan khususnya pembangunan dalam pembangunan dalam bidang Kesejahteraan Sosial, salah satu komponen yang berperan dalam pembangunan Desa / Kelurahan adalah Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM). 7 31 2.4 Hakikat Lahan Tidur 2.4.1 Pengetian Lahan Tidur Lahan tidur adalah sebuah areal pertanian yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya proses pemanfaatan ditanah tersebut. Lahan terbangun, tetapi tidak dimanfaatkan oleh pihak yang menguasai sesuai dengan sifat dan tujuan penguasaannya atau rencana tata ruang yang berlaku(Lahan semacam ini digolongkan lahan terlantar/lahan kosong/lahan tidur. Lahan tidur diidentifiksikan sebagai bagian dari proses perkembangan desa yang mempunyai sifat dinamis, akan tetapi keberadaannya tidak memberikan sumbagan positif. Ariastita (2008: 23). Persoalan lahan tidur perlu dicermati secara serius karena hal ini menyangkut pengelolaan Sumber Daya Alam(SDA) yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Desa Karya Baru merupakan desa yang mempunyai banyak lahan yang belum dimanfaatkan sedangkan mata pencaharian masyarakat di desa karya baru adalah sebagai petani. Namun kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan lahan tersebut belum ada. 2.4.2 Ciri – Ciri Lahan Tidur Lahan atau yang biasa disebut tanah adalah lapisan dimana kita berpijak dibumi yang bundar ini, tempat kita hidup dan beraktivitas. Karena itulah, lahan menjadi penting dalam perencanaan. Dalam proses pembangunan desa/kelurahan maupun kota membutuhkan sejumlah luas lahan. Untuk membangun tempat untuk tinggal juga membutuhkan lahan adalah sumber penghidupan masyarakat, melakukan proses produksi dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan. 7 32 Keberadaan lahan tidur sebenarnya tidak hanya terdapat dikawasan pegunungan desa. Dalam lingkup kota maupun kawasan pegunungan keberadaan lahan tidur dilihat sebagai lahan tidak terbangun. Ciri – ciri Lahan Tidur yaitu, (a) lahan yang pada awalnya hutan kemudian diolah menjadi suatu lahan yang dipergunakan oleh masyarakat . (b) lahan yang akan digunakan untuk dapat diberdayakan.(c) Lahan yang masih belum tersentuh oleh masyarakat. Dari ciri-ciri tersebut di atas dapat diuraikan bahwa lahan pada awalnya hutan yaitu lahan yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat yang ada di desa karya baru, setelah diolah hutan kemudian masyarakatnya pada umumnya adalah bermata pencaharian sebagai petani maka mereka mengolahnya sesuai dengan program pemerintah . 2.4.3 Faktor penyebab terjadinya lahan tidur. Lahan tidur muncul karena beberapa alasan utama, beberapa diantaranya adalah: (1) lahan dalam skala besar yang telah terlanjur dikuasai oleh pemegang hak guna usaha tidak layak untuk diusahakan dikarenakan kondisi tanah dan topografi yang berat; (2) pemegang Hak Guna Usaha (HGU) mengalami kesukaran finasial untuk mengelola lahan yang dikuasainya; (3) lahan skala lebih kecil yang dikuasai masyarakat yang tidak dimanfaatkan; (4) lahan tidur tersebut masih berstatus lahan negara tetapi tidak dimanfaatakn untuk tujuan produktif. Melihat kepada penyebab munculnya lahan tidur, maka ada tiga pihak yang terlibat dalam penguasaan lahan tidur, yaitu pemegang hak guna usaha, 7 33 masyarakat umum, dan pemerintah. Oleh sebab itu setiap kebijakan yang diambil menyangkut pemanfaatan lahan tidur harus dapat melibatkan ketiga pihak bersangkutan. Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam sistem pemanfaatan dimasa mendatang: 1. Terhadap area HPH, sedapat mungkin eksploitasi dilakukan sesuai dengan daya dukung hutan sehingga sumber daya tidak mengalami kerusakan. Untuk intu harus ada inventori sumber daya hutan yang dilakukan oleh tenaga terdidik. 2. Penebangan sedapat mungkin dilakukan tidak secara mekanis, tetapi lebih kepada cara-cara tradisional. Hal ini untuk mengindari kerusakan sumber daya karena pembukaan jalan, pemakaian alat berat. 3. Produksi kayu lebih ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan lokal, baru kalau ada sisa kelebihan dijual keluar. 4. Karena produksi kayu akan semakin menciut, maka harus segera dipikirkan penanaman kembali dengan spesies kayu yang baik dan cepat dewasa. Hal ini telah dilakukan secara luas dinegara negara lain. (http://jmg64.tripod.com) Salah satu hal pokok yang menjadi tanggung jawab Kabinet Pembangunan Nasional adalah bagaimana memberikan akses yang lebih besar kepada masyarakat dan pemerintah daerah terhadap sumber daya ekonomi yang ada didaerah bersangkutan. Dalam kaitan dengan kehutanan, telah dicobakan beberapa 7 34 kebijakan seperti program Hutan Kemasyarakatan, kerja sama hak pengguna hutan (HPH). Dengan Koperasi setempat, Land Grant University Program, dan pemberian kepada institusi sosial yang ada didaerah, dan lain-lain. Tetapi kegiatan-kegiatan diatas masih dirasakan belum menyentuh masalah pokok yang ada yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peluang memanfaatkan hutan dan lahan tidur yang ada didaerah. 7