BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 2.1 Geografis Geografis suatu daerah sangat mempengaruhi mata pencaharian, karakter, dan pola pikir suatu masyarakat. Daerah Tabanan di Bali Selatan merupakan daerah yang terdiri dari dataran yang cukup luas dan banyak sungai mengalir sebagai sarana pengairan dan memberikan perkembangan bagi masyarakat untuk bercocok tanam. Kehidupan masyarakat petani di Tabanan, khususnya di Desa Belimbing dan ditunjang oleh beberapa faktor antara lain : (1) Struktur tanah dan (2) iklim. Struktur tanah, berupa bentuk tanah dari bagian utara (daerah pegunungan), hingga ke selatan daerah dataran rendah (daerah persawahan), dari tanah yang berposisi kurang datar, sehingga yang datar. Bagi yang tanah yang letaknya agak miring, maka tanaman disesuaikan dengan keadaan lahan. Keanekaragaman lahan membuat heterogen hasil pertanian yang dihasilkan penduduk.1 Iklim juga menentukan dan sangat berpengaruh terhadap suatu daerah. Iklim di daerah Belimbing khususnya di Tabanan umumnya secara global dipengaruhi oleh angin muson yang menyebabkan adanya dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Selain angin musim pegunungan Bali yang membentang dari barat sampai ke timur Bali, membagi Bali secara geografi yaitu Bali Utara dan Bali Selatan. Kedua daerah ini mempunyai iklim 1 I Gusti Gde Raka, Monografi Pulau Bali. (Djakarta:Pusat Djawatan Pertanian Rakyat 1955), p.25. 28 29 yang berbeda dan tentunya juga tergantung dari mana datangnya angin. Daerah Bali Selatan memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Pada musim kemarau yang sebenarnya kering, namun curah hujan di Bali Selatan masih cukup tinggi, terutama di Tabanan bagian utara, menyebabkan musim kemarau seolah-olah tidak dirasakan.2 Dataran rendah di Bali Selatan, khususnya di Tabanan lebih luas dari dataran rendah di Bali Utara. Disamping curah hujan yang cukup tinggi, sungai-sungai yang mengalir ke Bali Selatan lebih panjang dari sungai-sungai yang mengalir di Bali Utara. Dari bulan Desember sampai bulan Februari angin bertiup dari barat dan barat laut. Sedangkan pada bulan Juni sampai Agustus angin bertiup dari Timur dan Tenggara. Pada bulan Maret sampai Mei angin bertiup berubah arah. Kelembaban udara di Tabanan berkisar antara 60-90%, pada musim hujan mencapai 100%, sedangkan pada musim kering mencapai 60%. Suhu udara sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, tetapi rata-rata suhu di Bali Selatan berkisar antara 28-30oC.3 Daerah penelitian di Desa Belimbing, Kabupaten Tabanan, meskipun Desa sebagian kecil tanahnya sangat subur dan terletak pada dataran rendah, banyak sungai yang mengalir memudahkan bagi petani untuk mengairi padi sawah. Daerah Desa Belimbing juga mempunyai wilayah dataran tinggi yang merupakan bagian tengah pegunungan Bali. Daerahnya sangat cocok untuk perkebunan seperti cengkeh, kopi. Perkebunan rakyat di Desa Belimbing merupakan usaha penduduk setelah padi sawah. 2 3 Ibid, p.4. Data Bali Membangun, (Denpasar : Bapeda Tk. I Bali,1988), pp.1-3. 30 Secara geografis daerah penelitian meliputi geografis masyarakatnya, berbeda, yaitu profil masyarakat pertanian penduduk sudah di profil masyarakat perkebunan. Kedua profil masyarakat sangat menunjang kehidupan masyarakat dalam arti kebutuhan akan bahan makanan akan disuplai oleh pertanian penduduk sawah. Sebaliknya tanaman cash roof, yang bisa diperjual belikan didukung oleh perkebunan rakyat yang sudah ada sejak jaman dahulu.4 Desa Belimbing merupakan desa yang memiliki organisasi subak, tidak ada bedanya dengan Desa-desa lainnya di Bali. Kabupaten Tabanan merupakan lumbung berasnya daerah Bali. Desa Belimbing adalah salah satu penghasil beras itu. Desa Belimbing terletak dalam wilayah Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Dilihat secara formal administrative desa dinas Desa Belimbing memiliki luas 2.508,66 ha dengan perincian 544,60 ha areal sawah, 1.700,56 ha areal kebun, 18,00 ha areal pemukiman, 225,00 areal tanah adat, 20,00 ha areal hutan dan 0,50 ha adalah areal perkantoran. Wilayahnya terbagi dalam 8 dusun/banjar yakni : 1. Br. Dinas Pemudungan 2. Br. Dinas Desa Belimbing Tegal 3. Br. Dinas Desa Belimbing Anyar 4. Br. Dinas Beniti 5. Br. Dinas Desa Belimbing Desa 6. Br. Dinas Belantibah 4 Profil Desa Belimbing Tahun 2007. 31 7. Br. Dinas Durentaluh 8. Br. Dinas Suradadi5 Territorial Desa mencakup wilayah yang terbukti, memiliki banyak sungai, dan berada di kaki bukit Gunung Batukaru dengan ketinggian 500 – 600 km diatas permukaan laut, wilayah Desa Belimbing memiliki batas-batas adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sunda dan Hutan Batukaru; 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karyasari dan Desa Wanagiri Kauh; 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tiying Gading dan Desa Angkah ; dan 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jelijih Punggang Desa Belimbing berjarak 30 Km dari Kota Kabupaten Tabanan, dan 60 Km dari Kota Denpasar sebagai kota Provinsi daerah tingkat I Bali. Dilihat dari tradisi Adat Desa Belimbing terdiri dari 3 Desa Adat, yaitu : 1. Desa Adat Desa Belimbing; 2. Desa Adat Duren Taluh; 3. Desa Adat Suradadi6 Seperti juga Desa-desa yang lain di Bali, keadaan iklimnya adalah beriklim tropis, dengan musim kemarau dan musim hujan yang panjang. Curah hujan yang tinggi dalam jangka waktu setahun adalah yaitu sekitar 5000 5 6 Profil Desa Belimbing Tahun 2007. Potensi Desa Belimbing,2013. 32 mm/tahun, dengan kisaran antara 7 – 8 bulan saja, yaitu bulan Oktober, November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April, sedangkan dari bulan Mei sampai September adalah musim kemarau. Keadaan ini memberikan ciri pada kehidupan hutan subtropics di kaki Gunung Batukaru sedangkan persawahan terletak dekat dibalik bukit tersebut. Hal itu menyebabkan sebagian warga Desa Adat mengerjakan atau mengolah sawah, maka dikerjakan oleh pemilik sawah sendiri. Tanah sawah yang ada sebagian besar adalah milik para petani sendiri. Orang di luar Desa dilarang membeli, menggadai, serta menyewa.7 Hasil sawah dari tegal milik Desa dipergunakan untuk berbagai keperluan upacara adat dan agama. Selain tanah milik desa adat masih ada tanah yang dimiliki oleh pribadi, dan tanah laba pura. Tanah milik desa adat sebagian besar digarap oleh warga Desa Belimbing (bukan orang lain/warga pendatang).8 Sawah milik Desa dan perorangan yang terletak dibalik bukit, pengairannya diatur oleh organisasi pengairan sawah yang dinamakan subak, seperti yang biasa terdapat di Desa-desa lainnya di wilayah Bali. Beberapa organisai subak yang mengatur pengairan sawah tersebut, yaitu : subak Mas, subak Gemuh, subak Teben Telabah, subakNyangglad, subak Durentaluh, subak Suradadi, dan subak Abian. Keadaan geografis Desa Belimbing khususnya menyangkut wilayah administrasi dan pengolahan tanah tersebut 7 Wawancara dengan Bapak I Gusti Putu Suanda, Kelian Adat Desa Beniti, wawancara pada tanggal 1 April 2014. 8 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa Belimbing 2010-2015. 33 diatas, diharapkan menjadi salah satu faktor yang menjamin kehidupan warganya dalam hidup bermasyarakat. 2.2 Sejarah Desa Belimbing Desa Belimbing mempunyai latar belakang sejarah yang panjang dalam konteks sejarah Bali. Hal ini disebabkan karena Desa ini sangat strategis dan terletak di persimpangan jalan di tengah-tengah Bali. Desa ini terletak antara pusat-pusat kekuasaan lama di Bali yaitu :Kerajaan Tabanan, Kerajaan Badung, Kerajaan Gianyar, dan Kerajaan Buleleng. Lagi pula desa ini cukup subur sebagai daerah pertanian dan perkebunan dengan sumber air yang berlimpah. Perkebunan kopi rakyat sudah terkenal sejak abad ke-17. Daerah Desa Belimbing dan Pupuan terkenal sebagai penghasil kopi utama di Bali pada abad 18-19.9 Dengan demikian desa ini sangat cocok untuk daerah pemukiman dan menarik beberapa penduduk dari berbagai daerah di Bali untuk mengembangkan kehidupan. Sebagai bukti bahwa Desa ini sudah lama umurnya dengan adanya Pura Mekori yang merupakan pura yang cukup tua umurnya. Pura ini juga disungsung atau diempon oleh umat Hindu seluruh Bali yang dikelompokkan menjadi Pura Kahyangan Jagat. Kekunoan Pura ini dapat dibuktikan bahwa pura ini sejaman dengan Pura Puakan di Desa Puakan, Tegalalang Gianyar. Menurut arkeologi I Gusti Ngurah Tara Wiguna, sejarah berdirinya Pura Mekori hampir sama dengan sejarah dengan Pura Puakan. Pada mulanya tidak ada pelinggih dalam pura ini, yang dipuja pada mulanya adalah gundukan batu 9 Lauts, Bali en Balienezen,1848. p.25. 34 dan pohon. Pelinggih “di tanah” kan yang sering disebut Mretiwi. Pura ini diperkirakan ada sejak abad 16 setelah Rsi Markandeya menanam Panca Datu di Besakih. Rombongan Rsi Markandeya bergerak ke Barat dan meneruskan perjalanan dan membangun pemukiman10. Sekarang di Pura Mekori tidak ada istilah Mretiwi, karena sudah dibangun pelinggih. Menurut informasi Pemangku Pura Mekori, pura ini diperkirakan berdiri tahun 1700 an.11 Berbagai klen (soroh) menempati Desa ini, menunjukkan bahwa Desa ini menarik dan menjanjikan para warga dari seluruh Bali untuk mendiami Desa ini untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Kehidupan heterogen Desa ini menjadi menarik dan jarang ada Desa di Bali yang seheterogen Desa Belimbing. Migrasi dari berbagai sorohmewarnai kehidupan desa ini dan dapat dilihat sampai sekarang. Terdapat kelompok Pasek, Bendesa,Kebayan,Triwangsa dan warga lainnya yang tidak jelas sorohnya dan mungkin menyembunyikan kewangsaannya. 12 Kapan terjadinya migrasi penduduk ke Desa Belimbing, tidak ada data yang pasti, sehingga kita bisa berasumsi. Sekitar tahun 1700 an ada perpindahan warga dari daerah Selemadeg yang dikelompokkan dalam klan atau soroh Pasek Tohjiwo. Sebelumnya sudah ada kelompok yang menghuni Desa Belimbing yaitu Pasek Margetelu. Rupanya Pasek Margetelu kalah 10 Wawancara dengan I Gusti Ngurah Tarawiguna Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Unud, bertempat di Kampus Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, pada tanggal 20 September 2015. 11 Wawancara dengan I Wayan Gatra, umur 70 Tahun, Bendesa Adat Duren Taluh, bertempat di rumah Bendesa Adat Duren, wawancara pada tanggal 2 April 2014. 12 Akibat Perang, Orang sering menyembunyikan identitasnya, Lihat Ida Bagus Sidemen, Sejarah Keluarga. Denpasar. Pp. 1-17. 35 dominan dan dikalahkan oleh Pasek Tok Jiwo. Kelompok Pasek Tohjiwo kemudian dapat menguasai Desa dan seterusnya memerintah Desa Belimbing sampai saat ini. Kelompok Pasek Tohjiwo menjadi pemangku Pura Desa (Pura Bale Agung), Pura Pasek dan Pura Dalem. Pemangku Pura Mekori juga berasal dari Pasek Toh Jiwo. Kawitan PasekTohjiwo sekarang terletak di Selemadeg Timur. Sebelum menempati Desa Belimbing, PasekTohjiwo menetap di Desa Wangaya Gde Tabanan. 13 Menurut beberapa informan, fase berikutnya datang kelompok lain dari Buleleng yang dikelompokkan dalam sorohPasek Gelgel. Masuk akal, karena kerajaan Buleleng dibawah Panji Sakti abad 17-18 pernah besar dan menguasai sampai Bali Selatan dan Pegunungan Bali Selatan. Raja Panji Sakti pernah bersekutu dengan kerajaan Mengwi pada abad 17-18. Kelompok Pasek Gelgel sebelum masuk ke Desa Belimbing berdiam di daerah Pegunungan sekitar Pupuan yang lebih dekat dengan daerah Buleleng. Kawitan atau merajanPasek Gelgel terdapat di Desa Wanagiri Buleleng. Kemudian datang sorohtri wangsa yakni keturunan Arya Kepakisan yang diperkirakan pada akhir abad ke-17 akhir atau awal abad ke-18. Menurut informasi dan data sejarah yang ada kedatangan soroh Kepakisan setelah perang Gelgel, yaitu setelah pemberontakan I Gusti Agung Marti akhir abad ke-17. Keturunan ini membangun kawitan atau merajan agung di Desa Belimbing dan tidak mempunyai kawitan di tempat lain. Menarik sekali bahwa apabila ktia melihat atau mempelajari pemberontakan I Gusti Agung 13 Wawancara dengan Tokoh Desa I Gusti Ketut Retu, Pekerjaan Petani, alamat Br. Beniti, wawancara pada tanggal 2 April 2014. 36 Maruti, setelah kalah dan terusir dari Gelgel, Maruti dan keturunannya sulit dilacak tempatnya. Dalam sejarah Mengwi tulisan Henk Schulte Nordholt, Maruti mendapat perlindungan di Mengwi.14 Tetapi datanya tidak cukup kuat. Ternyata keturunan I Gusti Agung Maruti masak ke Desa Belimbing dan kemudian membangun Merajan Agung. Memang setelah menghilang karena kekalahannya, tidak ada informasi akurat tentang I Gusti Agung Maruti dan keturunannya. Masuk akal mereka masuk ke Desa Belimbing karena Desa ini terletak di pedalaman dan sulit ditemukan. 15 Tetapi mereka dapat membangun kehidupan baru karena Desa ini cukup menjanjikan yaitu cukup subur dan luas. Salah seorang keturunan I Gusti Agung Maruti adalah I Gusti Ketut Kamasan meneruskan kehidupan di Desa Belimbing. Kamasan adalah nama Desa dekat Blahbatuh Gianyar tempat pelarian pertama I Gusti Agung Maruti. I Gusti Ketut Kamasan juga membawa kelompok kebayan sebagai pengikut, warga keturunan I Gusti Agung Maruti dan I Gusti Ketut Kamasan dengan para Kebayan kemudian membangun kehidupan di Desa Belimbing. Kelompok ini membangun banjar baru yang disebut Banjar Anyar, sedangkan Banjar para Pasek adalah Banjar Desa. Kelompok Tri Wangsa yang lain juga datang ke Desa Belimbing, diantaranya datang dari Desa Kaba-Kaba, Kecamatan Kediri, Tabanan. Kelompok ini umum disebutsoroh Arya Belog atau Arya Tan Wikan. Soroh ini 14 Henk Schulte Nordhold, Tentang Kerajaan Mengwi. Lihat Suada. Pebalik, I Gusti Agung Maruti. Skripsi Jurusan Sejarah Unud. Belum diterbitkan. 15 37 diperkirakan datang pada sekitar abad ke-18 untuk mencari kehidupan yang lebih baik, karena tanah dan hutan masih cukup tersedia. Kelompok Tri Wangsa lain yang mewarnai kehidupan Desa Belimbing berikutnya yaitu soroh AryaKenceng Tegeh Kori dari Benculuk Badung. Soroh ini dikelompokkan menjadi Arya KencengTegeh Kori. Sebagai bukti ikatan sejarah mereka, soroh ini mempunyai Merajan di Benculuk-Badung (dekat Denpasar). Arya Kenceng adalah pendiri kerajaan Tabanan, sehingga masuk akal keturunannya ada menetap di Desa Belimbing. Kelompok-kelompok pendatang ini kemudian mewarnai kehidupan Desa Belimbing yang memang subur dan menjanjikan. Mereka mengembangkan pertanian dan perkebunan. Masyarakat pendatang ini kemudian membangun kelompok yang sampai sekarang menjadi Banjar Tegal, karena mengembangkan perkebunan. Banjar Tegal melengkapi banjar yang sebelumnya ada yaitu banjar Desa. Banjar Desa adalah Banjar pertama yang ada di Desa Belimbing, yaitu kumpulan dari warga Pasek, Bendesa dan yang lain. Kelompok Tri Wangsa dari keturunan I Gusti Agung Maruti dan I Gusti Ketut Kamasan membangun Banjar Anyar bersama pengikutnya dari kelompok Kebayan. Kelompok lain yang lebih kecil berasal dari Desa Sidatapa Buleleng dan kelompok Blambangan juga dari Buleleng, tetapi sudah lama masuk Tabanan. Masuk akal, karena kerajaan Buleleng pernah menguasai kerajaan Bali Selatan. Terdapat pula soroh Bendesa Mas yang berasal dari Desa Mas Gianyar. Keberadaan Bendesa Mas diperkirakan akhir abad ke-18 tepatnya 38 setelah terjadi perang Nambangan tahun 177616 . Perang Nambangan adalah perang antara Pangeran Mas (Bendesa Mas) melawan kerajaan SukawatiGianyar. Pihak Bendesa Mas mengalami kekalahan dan terusir dari Desa Mas. Banyak diantara mereka mengungsi ke Desa-desa di Bali dan menyebar untuk menghilangkan jejak, boleh jadi soroh Bendesa Mas menyebar setelah perang Nambangan dan masuk ke desa Belimbing. Seterusnya pada jaman kerajaan periode abad 19, Desa Belimbing tidak pernah disebut-sebut, karena kehidupan pedesaan luput dari peristiwaperistiwa politik dan kenegaraan pada jaman kerajaan. Memang warga Desa Belimbing mayoritas adalah pelarian politik, sehingga mereka berusaha menyembunyikan identitasnya. Pada awal abad ke-20 ketika Belanda menjajah Bali, daerah pegunungan Pupuan termasuk Desa Belimbing disebutsebut sebagai penghasil kopi utama di Bali. Pada tahun 1931 berdiri pula Sekolah Rakyat atau Sekolah Desa di Belimbing yang sekarang menjadi Sekolah Dasar. Tanaman kopi juga mulai dikembangkan oleh rakyat karena laku keras dalam pasaran kopi sampai ke Jawa, kopi kemudian menjadi denyut nadi perekonomian Desa Belimbing. Pada jaman Jepang dan Revolusi 1945-1950 Desa Belimbing juga bergerak untuk menyambut perjuangan. Terjadi perjuangan bersenjata melawan Jepang dan kemudian melawan Belanda. Pada waktu Puputan Marga 20 Nopember 1946 beberapa pejuang dari Desa Belimbing mengambil bagian dan gugur dalam pertempuran. Tercatat dalam sejarah yang dimakamkan di 16 Babad Bendesa Manik Mas. 39 Taman Makam Pahlawan Margarana yaitu : I Gamit, Pan Sembrog, Nang Gileh. Aktifitas masyarakat Desa Belimbing dalam revolusi disamping itu berperang mengangkat senjata, juga banyak memasak makanan bagi pejuang. Desa ini aman untuk para gerilya karena daerahnya yang masih berhutan lebat. Banyak warga Desa Belimbing yang mendapat predikat pahlawan dan Veteran pejuang meskipun saat ini sebagian besar telah meninggal. Pada masa kehidupan partai-partai politik tahun 1950 smapai 1960 an terjadi juga pergolakan. Pada tahun 1955 masuk Partai Sosialis Indonesia(PSI) sehingga terjadi pergolakan dan perpecahan di Desa karena di Desa Belimbing mayoritas pengikut Partai Nasional Indonesial (PNI). Pada tahun 1960 an masuk juga Partai Komunis Indonesia(PKI) ke Desa Belimbing, sehingga kehidupan masyarakat penuh dengan ketegangan dan permusuhan. Puncaknya pada tahun 1965 tokoh-tokoh PKI banyak yang ditangkap dan dibunuh. Pergolakan dan ketegangan politik terus berlanjut sampai tahun 1971, ketika terjadi pengelompokan secara paksa oleh orde baru. Masyarakat Desa Belimbing yang mayoritas PNI tidak bisa menerima penuh masuk Golkar. Aksi kekerasan terus berlangsung sampai menghancurkan rumah-rumah tokoh PNI. Pada tahun 1998 saat jatuhnya orde baru dengan Golkar, masyarakat Desa Belimbing melembagai PDIP sebagai reprensi partai nasionalis sampai sekarang. 40 2.3 Kependudukan, Mata Pencaharian, Pendidikan & Kesehatan 2.3.1 Kependudukan Berdasarkan data statistik tahun 2014, jumlah penduduk Desa Belimbing tercatat 4.589 jiwa yang terdiri dari 1.263 kepala keluarga. Namun demikian dari jumlah penduduk yang tercatat tersebut tidak seluruhnya tinggal di Desa Belimbing. Walaupun tercatat sebagai penduduk Desa Belimbing, namun banyak warga yang tinggal di luar lingkungan Desa Belimbing. Salah satu penyebab adalah mencari pekerjaan di luar lingkungan Desa atau melanjutkan sekolah di kota-kota besar. Walaupun Desa Belimbing cukup luas dan cukup bisa menampung pertumbuhan penduduk, tetapi karena kepentingan mencari pekerjaan dan kebutuhan pendidikan, menyebabkan banyak penduduk Desa Belimbing yang hidup di luar desa. Untuk lebih jelasnya dalam tabel berikut dideskripsikan komposisi penduduk Desa Belimbing berdasarkan golongan umur, jenis kelamin. Komposisi Penduduk Desa Belimbingan Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin No. Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 0 – 4 Th 103 109 212 2. 5 – 9 Th 126 143 269 3. 10 – 14 Th 114 121 235 4. 15 – 19 Th 132 150 282 5. 20 – 24 Th 157 192 349 41 6. 25 – 29 Th 155 156 211 7. 30 – 34 Th 201 202 411 8. 35 – 39 Th 203 178 381 9. 40 – 44 Th 199 185 384 10. 45 – 49 Th 180 182 362 11. 50 – 54 Th 219 204 423 12. 55 – 59 Th 126 150 276 13. 60 keatas 284 247 531 2.207 2.319 4.526 Sumber: Potensi Desa Belimbing Kabupaten Tabanan. Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa penduduk yang termasuk kedalam usia non produktif yang berada pada usia 0 – 14 Tahun berjumlah 716 orang dan yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 531 orang. Dengan demikian penduduk yang masuk dalam usia produktif lebih dominan. Kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan terus mengalami kemajuan. Hal ini dapat dilihat dari catatan penduduk yang pernah dan sedang menempuh pendidikan formal terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari sebagian besar penduduk Desa Belimbing telah menempuh pendidikan. Bagi mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal hanya menempati prosesntase paling kecil dari keseluruhan jumlah penduduk. Meningkatnya kesadaran penduduk untuk memberikan pendidikan yang baik bagi warga Desa didukung oleh kesediaan sarana pendidikan yang memadai. Demikian juga tingkat perekonomian penduduk relatif baik tersedianya biaya 42 untuk menempuh pendidikan sampai di luar desa yaitu ke tempat Kecamatan maupun Kabupaten yang ada. Di Desa Belimbing tersedia lembaga pendidikan sampai tingkat SMP, di tingkat Kecamatan sampai tingkat SMA. Sedangkan tingkat Perguruan Tinggi dilanjutkan di tingkat Provinsi. Mobilitas penduduk cukup tinggi. Terbukti para pemudanya banyak yang pergi ke berbagai kota di Bali, bahkan ke luar Bali seperti ke Jawa. Adapun kepentingannya bermacam-macam antara lain untuk melanjutkan sekolah, untuk bekerja pada instansi pemerintah dan swasta, untuk berjualan dan berdagang. Lembaga pendidikan formal yang ada di Desa Belimbing adalah Taman Kanak-Kanak (TK) yang berjumlah 1 (satu) buah. Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 4 (empat) buah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berjumlah 1 buah. Sedangkan SMA Negeri ada di Kecamatan Pupuan. Dari segi pendidikan, dapat dikelompokkan taraf pendidikan masyarakat Desa Belimbing sebagai berikut : No Tingkatan Penduduk Jumblah Penduduk 1 SD 2.373 Jiwa 2 SMP 984 Jiwa 3 SMA 477 Jiwa 4 DIPLOMA 7 Jiwa 5 SARJANA 36 Jiwa 6 BUTA HURUF 491 Jiwa Sumber : Potensi Desa Belimbing Kabupaten Tabanan 43 Dari tabel 2 diatas, tingkat pendidikan di Desa Belimbing cukup maju, hanya tingkat buta huruf masih sedikit itupun kelompok usia tua, sedangkan mereka yang berpendidikan menengah sampai sarjana cukup banyak. Penduduk yang masih dan telah lulus sekolah menengah dan sarjana jumlahnya cukup banyak. Seiring dengan pertumbuhan usianya, maka jumlah penduduk yang memperoleh pendidikan formal cukup meningkat (2.373) orang. Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran warga akan pentingnya pendidikan bagi putra-putrinya sangat tergolong baik. Pada masa sekarang ini tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap peluangnya dalam meraih lapangan pekerjaan. Hal ini juga membawa pengaruh pada perubahan pola pikir orang tua dalam memberikan pendidikan pada putra-putrinya. Banyak orang tua di Tabanan, khususnya di Desa Belimbing yang mengarahkan anak-anaknya untuk menuntut ilmu sampai jenjang yang lebih tinggi dengan harapan agar anaknya mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik dan mampu memperbaiki tingkat perekonomian keluarga. Menurut Direktur Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa seperti yang dikutip oleh Darma Suteja17, bahwa tingkat pendidikan pada masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : tingkat pendidikan rendah, apabila penduduk yang menamatkan SD keatas kurang dari 30%. Tingkat pendidikan sedang, apabila tamat SD diatas 30% (30-60%). Tingkat pendidikan tinggi, apabila yang menamatkan SD keatas lebih dari 60%. Apabila diamati tingkat 17 Darma Suteja,“Hubungan Keragaman Etnis dan Agama di Bali” dalam Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional No. 25, 2006, p.34. 44 pendidikan masyarakat Desa Belimbing berada pada level menengah mendekati tinggi. 2.3.2 Mata Pencaharian Mata pencaharian hidup adalah merupakan suatu faktor yang selalu ada dalam kehidupan manusia dan tidak bisa lepas dari penduduk itu sendiri. Mata pencaharian hidup merupakan suatu kebutuhan dasar (basic need) bagi manusia demi mempertahankan hidupnya. Mata pencaharian hidup sudah ada semenjak adanya manusia. Karena ada proses perubahan yang dialami oleh makhluk hidup, maka mata pencahariaan hidup ini mengarahkan adanya perubahan, terkadang perubahan mata pencaharian seperti sangat lambat, ada halnya perubahan cepat yang disebut perubahan sosial. Mata pencaharian penduduk Desa Belimbing mayoritas adalah petani, baik petani pemilik sawah maupun petani penggarap. Demikian juga penduduk juga mengusahakan perkebunan, peternakan dan dalam bidang pariwisata sebagai karyawan Bungalow. Banyak juga sebagai karyawan swasta, pedagang, pegawai negeri / ABRI. Di Desa ini disamping bapak-bapak bekerja, maka kaum wanita tak mau ketinggalan. Kaum ibu membantu para suaminya atau bagi yang belum bersuami membantu orang tuanya bagi janda bekerja bagi keluarganya. Mereka bekerja hanya untuk keluarga. Para wanita bekerja pada umumnya dalam sektor pertanian walaupun ada yang bekerja di sektor lain seperti menjahit, berdagang dan guru. Usia para wanita yang bekerja rata-rata di atas usia 20 tahun. Akan tetapi anak-anak perempuan yang membantu bekerja ada 45 yang masih berusia 10 tahun (usia sekolah). Mereka hanya membantu dalam arti membuatkan nasi (menanak nasi), membersihkan rumput di sawah dan sebagainya. Ini dilakukan setelah mereka pulang sekolah, sehingga tidak mengganggu kelancaran sekolah mereka. Ada pula anak usia 15 tahun yang putus sekolah dan mereka membantu orang tuanya, akan tetapi jumlahnya relatif kecil. Masyarakat Desa Belimbing ada beberapa yang bekerja atau pencari ilmu di kota. Mereka itu baik pria maupun wanita dan anak-anak, ada yang ngelaju ke kota, yaitu berangkat pagi hari dan pulang pada sore hari. Transportasi yang mereka pakai adalah kendaraan umum dan ojek. Bagi anakanak yang bersekolah di SMP Pupuan memakai sepeda motor. Bagi mahasiswa dan anak-anak SMA yang bersekolah di Tabanan dan Denpasar ada yang kost dan ada pula yang ngelaju. Masyarakat Desa Belimbing ada juga migran secara musim yaitu apabila setelah selesai tanam padi mereka pergi ke kota untuk bekerja sebagai buruh dan pedagang dan setelah masa panen, mereka pulang ke kampung kembali. Jadi hanya dalam bulan-bulan tertentu saja mereka migrasi ke kota. Sedangkan mereka yang migrasi secara permanen ada beberapa yang memiliki pekerjaan dan tempat tinggal tetap di kota dan pulang kampung hanya pada hari-hari raya seperti Galungan, Nyepi dan lainnya. Kehidupan masyarakat Desa Belimbing tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat lainnya di Bali, bahwa berlaku juga bermacam-macam usaha untuk bertahan hidup atau adanya beraneka ragam mata pencaharian. 46 Sebagian besar penduduk Desa Belimbing mempunyai mata pencaharian sebagai petani, mereka hidup dari hasil bercocok tanam baik sebagai pemilik (mereka sebagian besar tinggal di Desa Belimbing), maupun sebagai penggarap (banyak berasal dari Dusun Suradadi, Durentaluh dan Desa Belimbing, yang tinggal di puncak lereng bukit serta beberapa desa sekitar) tanah pertanian. Berdasarkan keadaan geografis jelas bahwa masyarakat Desa Belimbing adalah masyarakat agraris, hal ini terlihat jelas dari perbandingan penggunaan tanah oleh masyarakat. Selain itu dapat pula dilihat dari perbandingan penggunaan tanah oleh masyarakat. Selain itu dapat pula dilihat dari jumlah keseluruhan penduduk, dimana 80% merupakan bermata pencaharian sebagai petani. Tanah pertanian di Desa Belimbing sebagai atas sawah, tanah tegal dan perkebunan. Tanah tegal dan perkebunan berlokasi di kawasan perbukitan barat, utara dan timur Desa, sedangkan tanah sawah terletak di sebelah timur dari bukit timur. Disini terdapat pula hewan peliharaan, yang dimaksud hewan peliharaan adalah hewan yang dapat digunakan sebagai alat upacara seperti kerbau, ayam, itik, kambing, babi, dan angsa. Ternak sapi umumnya digunakan sebagai ternak pembantu untuk mengerjakan sawah, berdasarkan data diatas sebenarnya Desa Belimbing dapat dimasukkan ke dalam Desa yang mempunyai potensi cukup tinggi dan tergolong Desa Swakarya. Setelah Desa Belimbing berkembang menjadi daerah pariwisata, maka pencarian penduduk itu berkembang pula, sebagian penduduk mempunyai kegiatan potensi dalam menunjang bidang pariwisata. Hal tersebut sekaligus 47 membuka lahan pekerjaan baru, khususnya dalam bidang pariwisata, beberapa lahan baru tersebut seperti : pengrajin, pelukis, pemahat, pedagang cindera mata, serta jasa industri pariwisata lainnya. Secara tidak langsung berkembangnya mata pencaharian penduduk itu mengakibatkan bertambah pula penghasilan penduduk, yang pada akhirnya dapat pula meningkatkan taraf hidupnya. Untuk mengetahui jenis-jenis mata pencaharian penduduk Desa Belimbing dapat dilihat dari tabel berikut : Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Blimbing No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan 1. Petani 1539 orang 1.350 orang 2. Buruh tani 109 orang 91 orang 3. PNS 90 orang 25 orang 4. Peternak 70 orang - 5. Bengkel 15 orang - 6. TNI / Polri 22 orang 1 orang 7. Pensiunan 3 orang 1 orang 8. Pengusaha 10 orang - 9. Karyawan 25 orang 20 orang 10. Pedagang 56 orang - 11. Wiraswasta 64 orang - 12. Pariwisata 18 orang 12 orang 13. Tukang 80 orang - Sumber: Potensi Desa Belimbing Kabupaten Tabanan. 48 Dari tabel 3 terlihat bahwa mata pencaharian terbesar adalah sebagai petani, dan sejak tahun 2000 hingga 2014 jumlahnya terus menurun, hal itu terlihat prosentase peningkatan yang negatif khususnya sebagai petani penggarap hal itu disebabkan oleh karena beragamnya mata pencaharian di luar sektor pertanian. Dalam pihak terlihat jelas peningkatan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang atau wiraswasta dan pengrajin, hal itu sejalan sebagai pedagang atau wiraswasta dan pengrajin, hal itu sejalan dengan berkembangnya dunia pariwisata di Desa Belimbing. Perubahan pada sektor lain tidaklah begitu terlihat bahkan dapat dikatakan berjalan statis. 2.3.3 Pendidikan dan Kesehatan Di daerah Tabanan pada umumnya tingkat pendidikan sudah maju, termasuk di Desa Belimbing. Dari catatan yang ada jumlah mereka masyarakat Belimbing yang menentukan tingkat pendidikan sampai sarjana sampai tahun 2013 berjumlah 60 orang. Angka ini cukup baik, terdiri dari 25orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Ternyata perempuan lebih maju tingkat pendidikannya. Mereka yang menamatkan pendidikan tingkat diploma jumlahnya puluhan orang. Mereka yang menentukan pendidikan tingkat sekolah menengah atas berjumlah 708 orang dan yang menamatkan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SLP) berjumlah 1.104 orang, dan sisanya tamat Sekolah Dasar (SD). Hanya puluhan orang yang tidak tamat Sekolah Dasar dan buta huruf hampir tidak ada. Pada bagian kesehatan ini akan diuraikan tentang akseptor keluarga berencana, penyakit, dan jumlah sanitasi. Dari bidang akseptor, jumlah 49 pasangan usia subur tahun 1998 ada 561 orang berkembang menjadi 575 orang pada tahun 1999. Mengenai perkembangan pemakaian alat IUD meliputi 310 orang Oral Pill 115 orang, Kondom 32 orang, suntikan 28 orang, mop 3 orang, dan 10 orang menggunakan Mow, (Monografi Desa). Penduduk menyadari akan pentingnya kesehatan dan apabila menderita sakit telah ada kesadaran untuk berobat ke Puskesmas. Adapun penyakit yang sering diderita oleh penduduk berturut-turut sebagai berikut : gatal-gatal yang paling dominan (132 orang), disusul dengan batuk/pilek, menertet-muntaber, malaria, dan TBC pada tahun 1986 dijumpai 2 orang. Demikian juga program UPGK atau usaha peningkatan gizi keluarga, dengan dibentuknya posyandu sebanyak 12 buah. Tingkat kesehatan masyarakat juga cukup baik, kesadaran masyarakat untuk berobat ke Puskesmas cukup tinggi. Di Desa Belimbing terdapat 3 (tiga) orang dokter umum, satu dokter gigi dan seorang dokter praktek. Paramedic tersedia sangat cukup yaitu 8 (delapan) orang paramedis, dan 7 (tujuh) orang bidan desa. Terdapat sebuah Puskesmas dan satu buah Puskesmas pembantu dan 8 (delapan) unit Posyandu. 2.4 Sistem Politik dan Pemerintahan Setelah kemerdekaan, diberlakukan UUD 1945 sebagai acuan konstitusi, dimana sesuai dengan pasal 186 ayat (2)18 yang berbunyi : Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hokum adat serta hak-hak tradisional secara penuh dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan 18 Lihat UUD 1945 yang telah diamandemen 50 Undang-undang. Demikian juga komunitas Adat dan Desa-desa di Bali menyesuaikan dengan sistem politik dan pemerintahan daerah Bali. Sistem pemerintahan Desa di Bali memiliki keunikan karena memiliki kualitas sistem pemerintahan yaitu Desa Adat (Desa Pakraman) dan Desa Dinas. 19 Desa Adat (Desa Pakraman) mengatur urusan agama, adat, dan budaya. Desa dinas mengatur urusan pemerintahna dinas pada masa kini seperti kependudukan, kesehatan dan sebagainya. Desa Adat mengurus adat dan budaya, dan agama, ketiga unsur tersebut di Bali begitu menyatu dan sulit dipisahkan. Kedua sistem pemerintahan Desa ini berjalan bersamaan walaupun memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Begitu pula organisasi dibawah desa yaitu banjar atau dusun, selain mengurusi pemerintahan dinas, juga mengurusi pemerintahan adat. Melihat pengertiannya antara Desa dan Dusun (Banjar) memiliki pengertian yang hampir sama, yang membedakan hanya ruang lingkup wilayah dan kekuasaannya. Secara otoritas Desa (Kepala Desa), yang secara structural berada dibawah Kecamatan, memiliki wilayah dan lingkup kekuasaan yang lebih luas dibanding dengan Banjar (Dusun). Dengan demikian, berdasarkan tingkat kewenangan, Dusun atau Banjar merupakan organisasi pemerintahan yang berada di bawah pemerintahan Desa. Selain kerjasama yang baik dari para warga, kemajuan sebuah pemerintahan Desa juga sangat tergantung pada baik tidaknya kinerja pemimpin dalam menjalankan lembaga yang dipimpinnya, baik tingkat Desa 19 Lihat Perda Desa Pakraman No. 6/2001 51 maupun tingkat Banjar. Dalam menjalankan lembaga formal pemerintahan Dusun (Banjar) yang dipimpin oleh Kepala Dusun / Kelian Banjar, dipilih melalui sebuah pemilihan oleh para warga Banjar yang kemudian diangkat melalui persetujuan dari Kepala Desa. Oleh sebab itu, Kepala Dusun dalam menjalankan pemeirntahannya bertanggungjawab langsung kepada Kepala Desa. Seorang kepala dusun biasanya menduduki jabatan selama 5 (lima) tahun dan setelah itu bisa dipilih kembali untuk satu periode masa jabatan lagi. Artinya seseorang bisa menjabat sebagai kelian banjar dengan maksimal masa jabatan dua periode pemerintahan. Seorang kepala dusun juga diharapkan selalu bersikap pro aktif dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dalam pembangunan masyarakat. Kepala dusun sesungguhnya ujung tombak dalam pembangunan yang partisipasif. Pembangunan partisipasif adalah pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan, sedangkan fungsi pemimpin dalam hal ini kelian bersifat sebagai motivator. Hak dan kewajiban kepala dusun adalah menjalankan rumah tangga dusun yang meliputi penyelenggara dan penanggung jawab utama dalam bidang pemerintahan wilayah dusun. 52 Bagan Struktur Organisasi Desa Belimbing Kabupaten Tabana Perbekel (Kepala Desa) BPD Kasi Pemerintahan Sekretatis Desa Kasi Pembangunan Kaur Keuangan Kasi Keamanan & Ketertiban Kasir Umum Kasi Kesra Kaur Administrasi Kelian Dinas Kelian Dinas Kelian Dinas Kelian Dinas Sumber: Kantor Kepala Desa Belimbing Kabupaten Tabanan. Wilayah Desa Belimbing terdiri dari 8 banjar dinas yaitu : 1. Banjar Dinas Pemudungan 2. Banjar Dinas Belimbing Tegal 3. Banjar Dinas Belimbing Anyar 4. Banjar Dinas Beniti 5. Banjar Dinas Belimbing Desa 6. Banjar Dinas Belantibah 7. Banjar Dinas Durentaluh 8. Banjar Dinas Suradadi Hal yang unik di Bali seperti disebutkan didepan, antara Desa Dinas dan Desa Adat sering terjadi tumpang tindih dari sudut wilayah kekuasaan dan 53 jumlah warganya. Ada kalanya Desa dinas mewilayahi beberapa Desa Adat. Sebaliknya sering pula Desa Adat mewilayahi beberapa Desa Dinas. Dalam kasus Desa Belimbing, Desa Dinas Belimbing membawahi 3 (tiga) Desa Adat yaitu : 1. Desa Adat Belimbing 2. Desa Adat Durentaluh 3. Desa Adat Suradadi Program pembangunan dalam bidang pemerintahan secara umum pada mulanya diatur dalam Undang-undang No. 5/1979 merupakan usaha pemerintahan menyeragamkan sistem pemerintahan desa. Undang-undang ini telah membawa perubahan pada pola hubungan antara perangkat Desa dengan masyarakat. Ada kecenderungan bergesernya pola kekeluargaan atau tenggang rasa menjadi pola instruktif, karena Kepala Desa pada umumnya dituntut oleh atasan untuk mengejar pembaharuan ataupun modernisasi. Sekarang memang akan dilaksanakan Undang-undang Desa Tahun 2014, tetapi hasilnya belum dapat dilihat. Penghargaan masyarakat kepada para pemimpin Desa sangat tinggi. Suatu kehormatan besar apabila masyarakat yang punya kegiatan atau yang mengundang didatangi oleh Kepala Desa atau Bendesa Adat. Menjadi Kepala Desa atau Bendesa Adat menduduki status yang tinggi di masyarakat. Leluhur yang mula-mula menduduki Desa dan keturunannya juga menduduki tempat yang istimewa. Terbukti para pamong Desa, termasuk Bendesa, Kelian mereka umumnya pewaris dari leluhur mereka, jadi sifatnya turun temurun. 54 Sedangkan pemimpin non formal, pengaruhnya masih berada dibawah Kepala Desa. Mereka merupakan tokoh masyarakat yang menjadi aspirasi suara rakyat, mereka diwadahi dalam suatu lembaga yang dulu disebut Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sekarang bernama Badan Permusyawaratan Desa(BPD), sejenis lembaga legislative di Desa. Kegiatan lembaga-lembaga sosial di Desa Belimbing cukup banyak seperti PKK, Posyandu, arisan dan sebagainya. 2.5 Sistem Sosial Budaya Sistem sosial dan masyarakat merupakan gambaran dari aktivitas manusia dalam hubungan melakukan interaksi antara manusia yang sat dengan manusia yang lainnya. Sistem sosial suatu masyarakat terdiri atas aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya yang mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial masyarakat erat kaitannya dengan sistem masyarakat merupakan pencerminan dari sistem budaya suatu masyarakat. 20 Sistem budaya yang menyatu dengan sistem sosial suatu masyarakat merupakan nilai-nilai yang bersifat abstrak yang terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia baik itu 20 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta:TP Gramedia Pustaka Utama,1993),p.6.lihat juga Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta:PT Dian Rakyat,1985), pp.208-209. 55 berupa aturan-aturan, norma-norma dan adat kebiasaannya masyarakat. 21 Jadi pada intinya konsep sosial budaya mencakup sistem budaya, dimana sistem sosial terfokus pada aspek prilaku manusia dengan elemen-elemen seperti : status, peranan, organisasi sosial dan struktur sosial. Sedangkan sistem budaya terfokus pada aspek ide dengan elemen-elemen yang merentang dari sistem aturan, norma sampai sistem nilai budaya. 22 Terkait dengan uraian tersebut diatas, aktivitas masyarakat Desa Belimbing pada umumnya mempunyai sistem sosial budaya yang mengakar dari warisan nenek moyangnya. Aktivitas sosial budayanya tercermin pula dari kehidupan masyarakat yang secara keseluruhannya menggambarkan ciriciri Desa Belimbing, antara lain23 : 1. Tradisi ngajak (gotong royong disawah / kebun) 2. Tradisi menekan (menyimpan padi di lumbung dengan berbagai upacaranya) 3. Tradisi ulian (perayaan setelah galungan dengan membuat makanan entil yang dibungkus dan lengkidi). 4. Tradisi nguncang/ngantang (pemukulan keuntungan pada saat ngaben/nyepi). 21 Ibid.,p.25. A.A. Bagus Wirawan (et.al) “Sistem Sosial Budaya dan Kesempatan Kerja Pada Masyarakat Nelayan di Serangan dan Kusamba Bali”, Laporan Penelitian (Denpasar : Universitas Udayana, 1998), p.25. 23 Wayan Griya, Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional Global (bunga rampai antropologi pariwisata) (Denpasar : Udapa Sastra, 1996), p.3. 22 56 Desa Belimbing memiliki citra sebagai desa tradisional. Selain dapat dilihat dari ciri-ciri tradisi kecil adat istiadat nenek moyang diatas juga dapat dijelaskan dari sifat-sifat pokok yang tercermin dari kehidupan kemasyarakatannya, sifat-sifat pokok tersebut antara lain24: - Sifat Kolektif Sifat ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakat orientasi kelompok lebih kuat daripada orientasi individual, hal ini jelas dalam beberapa aspek kehidupan masyarakat seperti adanya sistem pemilikan tanah pertanian kolektif, kuatnya keterlibatannya warga Desa kepada organisasi tradisional, seperti Desa Adat, Organisasi Taruna, Organisasi Dana dan lain-lain. - Sifat Tradisional Sifat ini ditandai dengan adanya kecenderungan yang cukup kuat diantara para warga desa untuk mengorientasikan perilakunya kepada adat istiadat, serta untuk memelihara dan mewariskan adat istiadat tertentu (sebagaimana disebutkan diatas) secara turun temurun. Hal itu juga terlihat jelas dari unsur-unsur yang mencirikan masyarakat tradisi kecil. - Sifat Agraris Sumber pokok kehidupan ekonomi penduduk Desa Belimbing sebagian besar adalah dari pertanian, yaitu sistem pertanian dengan irigasi. Konfigurasi budaya mereka mencerminkan secara jelas budaya agraris. 24 Ni Nyoman Parawati,op.cit., pp. 47-51. Lihat juga Wayan Griya.“Interaksi Desa Adat dan Pariwisata” (Studi Kasus di Desa Adat Belimbing Kabupaten Tabanan”, Laporan Penelitian (Denpasar:Fakultas Sastra UNUD, 1992),pp.31-33. 57 Sifat agraris ini tercermin dalam aspek-aspek sosial budaya dari kehidupan masyarakatnya seperti dalam sistem organisasi sosialnya (adanya organisasi subak), adanya upacara dan kepercayaan terhadap Dewi Sri dalam sistem upacara dan kepercayaanya, serta adanya bangunan lumbung padi. Sistem kekerabatan mencerminkan sistem parental, hal itu membawa konsekuensi bahwa laki-laki yang lebih dominan atas warisan. Kelompok kekerabatan terpenting adalah keluarga batih (kelompok kekerabatan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum kawin). Bentuk keluarga ini lebih menjadi orientasi kehidupan kerabat pada masyarakat tersebut. Untuk kehidupan Desa ditata oleh aturan (awig-awig) Desa.25 Lembaga sosial yang tumbuh dalam masyarakat merupakan pola aktivitas masyarakat yang berbentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia. 26 Lembaga sosial terbentuk sebagai wahana aktivitas masyarakat dalam melakukan kegiatan, baik dilakukan secara terus menerus maupun secara sporadik. Lembaga sosial masyarakat dibentuk berdasarkan nilai-nilai keyakinan yang tinggi diantara para anggotanya, yang mencakup dalam berbagai aktivitas baik dalam aktivitas sosial ekonomi maupun sosial budaya. 27 Di lain pihak lembaga tradisional adalah lembaga-lembaga yang memberi dukungan kehidupan sosial budaya masyarakat dan berkembang 25 Lihat awig-awig desa. Seokandar Wiraatmaja, Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan (Jakarta:CV Yasa Guna, 1987), p.77. 27 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, op.cit., pp.7273. 26 58 melalui proses sejarah. 28 Lembaga-lembaga tersebut adalah Desa Adat, Banjar, Subak dan organisasi lainya. Lembaga ini sangat fungsional untuk menterjemahkan kehodupan kebudayaan tradisional, karena memiliki sifat yang menonjol di bidang keagamaan, estetika, solidaritas, gotong royong, serta rasa kebersamaan yang dilandasi tat twam asiatau kemanusiaan. Selain organisasi Desa Adat, seperti Karma Desa, Organisai Truna,Organisasi Daha, juga terdapat organisasi-organisasi tradisional lain Desa Belimbing yang lebih bersifat teksis seperti : 1. Subak, adalah organisasi kemasyarakatan dalam penataan irigasi yang anggotanya didasarkan atas lokasi sawahnya pada sungai yang sama dan sifatnya sosial religious,29 serta bersifat ekonoi pula. 2. Kahyangan Tiga, adalah penyungsung Pura Kahyangan Tiga (Pura Puseh , Pura Desa/Bale Agung, Pura Dalem) yang mendukung pelaksanaan upacara keagamaan, dan sifatnya sosial religious. 3. Ngaben, sistem penguburan yang dilakukan di masyarakat Desa Belimbing adalah dengan mekingsan di pertiwi sampai nanti pelaksanaan upacara pengabenan yang biasanya dilaksanakan secara masal. 4. Kesenian, kesenian yang berkembang seperti tari kreasi lewat sanggar tari, sekaha tabuh dan atu tradisional joged. Kesenian lain yang berkembang adalah seka shanti, terutama kalau ada upacara-upacara keagamaan, 28 Ida Bagus Mantra, Bali Masalah Sosial Budaya dan Modernisasi (Denpasar : Upada Sastra), p.21. 29 Ida Bagus Mantra, Landasan Kebudayaan Bali (Denpasar:Yayasan Dharma Sastra, 1996), pp.33-34. 59 Lembaga sosial pada intinya ada di dalam setiap masyarakat tanpa memperduldikan apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan sederhana (tradisional) maupun modern. Hal ini disebabkan oleh karena setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.30 Dalam segi komunikasi masyarakat Desa Belimbing menggunakan bahasa yang tidak mengenal tingkatan-tingkatan bahasa, atau bahasa demokratis (omong pojol) yakni bahasa yang sama untuk semua golongan tidak melihat status sosial, serta umur, dan merupakan bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Tetapi dalam ragam adat, masyarakat Desa Belimbing mengenal tingkatan bahasa terutama dalam bentuk unsur sapaannya, ada perbedaan apabila menyapa warga yang kedudukannya lebih tinggi dan warga yang lebih rendah dalam konteks adat. Dalam hal ini kesusastraan dalam bentuk lisan dan tulis. Hasil-hasil kesusastraan, baik yang bersifat lokal maupun regional tersurat dalam dan lontar. Tradisi menulis dalam daun lontar masih oleh beberapa sastrawan di Desa Belimbing. Agama (religi) yang dianut oleh penduduk Desa Belimbing adalah Hindu Dharma yang paling menonjol pada konteks Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa) yaitu dengan perwujudan dalam memuja Pura Puseh, Balai Agung, Dalem yang berorientasi pada kebudayaan Majapahit. Konsepsi agama yang dianut oleh masyarakat Desa Belimbing saat ini, pada dasarnya tidaklah jauh berbeda dengan konsepsi keagamaan yang 30 Soerjono Soekarno, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:PT.Dian Rakyat,1985), pp. 72-73. 60 dianut oleh umat Hindu di Bali umumnya, yakni berdasarkan konsepsi Panca Sradha atau lima jenis kepercayaan pokok antara lain : 1. Kepercayaan akan adanya Hyang Widhi; 2. Kepercayaan akan adanya atman; 3. Kepercayaan akan adanya karma phala; 4. Kepercayaan akan adanya punarbawa; 5. Kepercayaan akan adanya moksa; Selain 5 (lima) keyakinan pokok tersebut, di Desa Belimbing juga terdapat beberapa kepercayaan rakyat yang sampai kini masih hidup di masyarakat yakni. 1. Kalau orang meninggal salah pati/ulah pati rohnya gentayangan maka perlu dilaksanakan upacara nebus di perempatan/Pura Dalem. 2. Desti 3. Makhluk halus (memedi, wong samar, tonya, kolok dan bebau) 4. Kepercayaan kalau ketemu jaran gongseng maka dia umumnya tidak akan panjang 5. Kepercayaan akan harimau loreng, hitam dan kera putih penunggu hutan Mekori. 6. Kepercayaan Naga Rarik sebagai dasar pelindung pertiwi 7. Kepercayaan kalau tidak membuat upacara ulian pada Hari Raya Galungan dan tidak mengantar sesajen sampai batas jalan/gang maka roh leluhur tidak akan mau datang kembali. 61 Beberapa kepercayaan rakyat tersebut dipegang teguh dan masyarakat takut melanggar atau merombaknya, sebab dipandang akan mendatangkan suatu bahaya bila melanggar atau merombaknya dan sebaliknya masyarakat akan menjadi tenteram dan tertib bila kepercayaan itu ditaati. Sistem religi di Desa Belimbing pada intinya termanifestasikan dalam serangkaian sistem upacara yang amat kompleks yang meliputi: Dewa yadnya, Pitra yadnya, Manusa yadnyadan Bhuta yadnya. Kehidupan masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan pada umumnya diwarnai dengan perbedaan kedudukan, sehingga dalam kehidupan individu-individu dalam masyarakat adanya pelapisan sosial. Berlakunya sistem pelapisan dalam masyarakat menunjukkan bahwa dalam masyarakat yang bersangkutan terdapat kedudukan yang berbeda diantara warganya perbedaan ini bisa terjadi karena adanya beberapa faktor, antara lain faktor keturunan, ekonomi dan usia tau senioritas. 31 Berdasarkan faktor penyebab terjadinya pelapisan sosial, maka pada intinya dalam suatu masyarakat terdapat dua golongan / lapisan, yaitu : 1) pelapisan sosial berdasarkan keturunan atau adat istiadat masyarakat yang bersangkutan, yang anggotanya sudah tidak mungkin mengalami mobilitas sosial. Pelapisan sosial semacam ini termasuk pelapisan sosial tertutup, artinya anggota pelapisan ini tidak mungkin untuk beralih status, karena biasanya terkait dengan norma-norma atau aturan adat yang berlaku; 2) pelapisan sosial yang tidak tertutup oleh adat, dalam pelapisan sosial ini orang masih 31 Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa (Yogyakarta: TP, 1953), pp.11-12. 62 dimungkinkan untuk mengubah statusnya baik ke atas maupun ke bawah dan pelapisan ini biasanya terjadi karena faktor ekonomi, pendidikan dan usia atau senioritas. 32 Pada intinya sistem pelapis dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat tersebut, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Pada masyarakat tradisional di Indonesia golongan pembuka tanahlah yang dianggap menduduki lapisan tertinggi.33 Pada masyarakat Bali pelapisan terhadap terlihat jelas pada sistem kasta, sebagaimana halnya pada masyarakat India. Masyarakat Bali dalam sistem kasta ini terbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, satria, vesia dan sudra.34 Ketiga lapisan pertama disebut “triwangsa”, sedangkan lapisan terakhir disebut dengan “jaba” yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak diantara masyarakat Bali. Biasanya orang-orang akan mengetahui dari gelar seseorang ke dalam kasta mana seseorang tersebut tergolong. Di pihak lain pelapisan yang tidak tertutup dalam masyarakat Bali terjadi dengan sendirinya tidak diatur oleh adat. Seseorang yang memiliki sesuatu atau lebih yang dihargai oleh masyarakat sekitarnya, baik berupa barang, harta benda, tanah, kekuasaan atau ilmu pengetahuan, dengan sendirinya masyarakat akan menempatkan orang yang terbanyak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut ke dalam lapisan teratas. Sebaliknya jika seseorang hanya sedikit atau bahkan 32 Soejono Soekarno, op.cit.,p.121-122. Ibid.,p.127. 34 Koentjaraningrat, op.cit.,p.178. 33 63 sama sekali tidak memiliki sesuatu yang berharga tersebut maka dalam pandangan masyarakat hanya mempunyai kedudukan yang rendah. Masyarakat Desa Belimbing adalah suatu masyarakat terirotial dengan pola kehidupan kolektif, tradisional dan religius. Kehidupan warga di Desa ini yang terwujud sebagai komunitas kecil dengan sistem pelapisan sosialnya berakar dari tradisi kecil atau kebudayaan pra Hindu. Menurut beberapa ahli bahwa tradisi kecil ini berbeda dengan tradisi besar (tradisi Hindu) yang terdapat dalam. Masyarakat Desa Belimbing pada umumnya juga mengenal sistem pelapisan sosial tradisional. Pelapisan sosial masyarakat Desa Belimbing berdasarkan keturunan/adat istiadat. Masyarakat Desa Belimbing masih menghormati status sosial berdasarkan keturunan seperti keturunan pemangku dan pengabih (penyarikan, kebayan desa). Pemangku (Penghulu Desa) masih sangat dihormati sebagai orang yang dituakan. Masyarakat Desa Belimbing tidak membeda-bedakan kedudukan seseorang berdasarkan kasta.