EFEKTIFITAS EKSTRA DAUN MIMBA

advertisement
EFEKTIFITAS EKSTRA DAUN MIMBA TERHADAP PENGENDALIAN HAMA
Plutella Xylostella L. PADA TANAMAN KEDELE
Ir. Bukhari, M.P
The research was conducted at the Elephant Village Aye Pidie Pidie District Government of
Aceh, which lasted from November to December 2009, with the aim to determine the
effectiveness of neem leaf extract at various concentrations to control Plutella xylostella on
soybean
plants.
The design used in this study was completely randomized design (CRD) with five treatments
and five replications. The treatment is Without Application / Control, Neem Leaf Extract 5%,
10%, 15% and 20%. The parameters measured were intensity of Plutella xylostella larvae attack,
the number of adult emerging and fresh weight of soybean plants (production).
The results showed that the concentration of neem leaf extract application has a very
significant effect on the intensity of Plutella xylostella larvae, the number of adult emerging and
fresh weight of soybean plants (production). Use of neem leaf extract with a concentration of
20% more effective than neem leaf extract with a concentration of 5%, 10% and 15% in the pest
control P. xylostella on soybean plants.
Keyword :
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Kedele (Glycine max (L) Merril)
merupakan komoditas pangan ke tiga
terpenting di Indonesia setelah tanman padi
dan jagung, kededelai juga merupakan
tanaman palawija yang kaya akan protein
yang memiliki arti penting dalam industri
pangan dan pakan ternak, di samping itu
kedele berperan sebagai sumber protein
nabati yang sangat penting dalam rangka
peningkatan gizi masyarakat karena aman
bagi kesehatan dan murah harganya.
(Rumana dan Yuniarsih, 1996).
Beberapa produk olahan kedele sebagai
bahan pangan yang terkenal yang
berasal dari kedele yaitu kedele segar, bubuk
kedele, kecambah kedele, susu kedele, tahu,
fermentasi biji kedele (tempe), saos kedele
(kecap) dan pasta kedele (tauco).
Usaha peningkatan produksi kedele
sering mengalami berbagai kendala, kendala
biotik utama yang membatasi produktifitas
kedele di daerah tropik yaitu banyaknya
jenis hama potensial yang dapat menyerang
dan menurunkan produksi kedele yang
kadang kala mencapai
80 %, bahkan
tanaman dapat gagal panen bila tidak ada
pengendalian terhadap hama. Di Indonesia
telah diidentifikasi ada 100 lebih jenis hama
potensial, 16 diantaranya termasuk hama
utama (key pest) yang dapat menyerang
tanaman mulai dari saat tumbuh sampai
taanaman
menghasilkan
polong
(Adisarwanto, 2005).
Serangan hama
merupakan salah satu faktor yang sering
menjadi faktor pembatas, seperti halnya
serangan hama Plutella xylostella yang
merupakan saalah satu hama utama pada
tanaman Kedelei. Serangan hama ini bahkan
dapat menimbulkan kerusakan sampai 100
persen terutama pada musim kemarau
(Sudarwohadi, 1973 dalam Fuadinur, 1991).
Untuk menekan populasi hama ini telah
ditempuh berbagai cara pengendalian, baik
secara kultur teknis, mekanis, biologis,
maupun dengan insektisida. Pengendalian
dengan menggunakan insektisida sintetik
merupakan cara yang paling mudah dan
hasilnya akan tampak jelas dalam waktu
yang singkat. Namun akhir-akhir ini harga
insektisida meningkat tajam, selain itu
pemakaian insektisida sintetik dapat
membunuh musuh alami hama dan
organisme bukan sasaran lainnya, serta
timbulnya hama sekunder, resistensi,
resurjensi, masalah residu dan pencemaran
lingkungan (Untung, 1993). Hal ini
mendorong para pakar biologi untuk
mencari cara alternatif yang lebih aman
digunakan; cara tersebut antara lain, mencari
insektisida nabati yang berasal dari bahan
tanaman berupa biji, daun, akar maupun
bagian tanaman lainnya.
Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
merupakan tumbuhan yang umum ditanam
sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini
mempunyai potensi yang tinggi sebagai
insektisida botanik. Karena bersifat toksid
terhadap beberapa jenis hama dari ordo
Orthoptera,
Homoptera,
Coleoptera,
Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera
(Jacobson, 1981). Daun dan biji mimba
diketahui
mengandung
Azadirachtin
(Partopuro, 1989; Sudarmadji, 1994).
Mengingat tanaman ini tersedia dalam
jumlah yang relatif banyak, maka para ahli
biologi di Indonesia sejak tahun 1980-an
mulai banyak yang mencoba menggunakan
ekstrak mimba untuk mengendalikan hama
tanaman.
Ekstrak mimba dapat dibuat secara
sederhana dengan menggunakan air sebagai
pelarut. Salah satu cara pengendalian hama
di lapangan ialah dengan menyemprotnya
pada tanaman. Konsentrasi penyemprotan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengendalian hama dan produksi tanaman.
Penyemprotan ekstrak daun mimba secara
periodik dan tepat konsentrasi diharapkan
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas
tanaman termasuk sawi yang merupakan
objek penelitian. Karena senyawa tumbuhtumbuhan umumnya mempunyai tingkat
residu yang pendek (singkat), sehingga
kurang menguntungkan pada saat serangan
hama yang berat (Prijono dan Triwidodo,
1994). Konsentrasi penyemprotan ekstrak
daun mimba secara periodik dan tepat
konsentrasi diharapkan dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas tanaman kedele.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka
perlu dilakukan penelitian tentang tingkat
efektifitas konsentrasi aplikasi ekstrak daun
mimba terhadap pengendalian hama Plutella
xylostella pada tanaman kedele.
Identifikasi Masalah
Dari uraian dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
Apakah konsentrasi aplikasi ekstrak daun
mimba yang berbeda dapat mempengaruhi
perkembangan hama P. xylostella, yakni
menurunkan intensitas serangan hama
tersebut, sehingga hasil tanaman kedele
dapat meningkat.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui efektivitas ekstrak daun mimba
pada
berbagai
konsentrasi
untuk
mengendalikan Plutella xylostella pada
tanaman kedele.
Hipotesis
Diduga aplikasi ekstrak daun mimba
pada berbagai tingkat konsentrasi akan
mempengaruhi perkembangan hama Plutella
xylostella dan dapat mengurangi persentase
kerusakan pada tanaman kedele.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun
Kelompok Tani Tani Organik di Desa Gajah
Aye Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie
Pemerintah Aceh, yang berlangsung dari
Bulan Pebruari sampai dengan April 2010.
2.2. Bahan dan alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benih kedele, polybag,
pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36,
pupuk KCl, daun mimba, dan larva Plutella
xylostella.
Alat-alat yang digunakan adalah
cangkul, gembor, timbangan, blender, hand
sprayer, gelas ukur, corong, saringan,
kurungan kasa, tali rafia, ajir, cat, kayu,
pisau, papan nama, hand board, kertas dan
alat tulis.
2.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan dan lima ulangan. Untuk
menganalisis data digunakan Uji F yang
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) pada taraf 0,05. Susunan perlakuan
yang dicobakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Sedangkan bagan penelitian dapat dilihat
pada Lampiran 9.
Tabel 1. Susunan Perlakuan Ekstrak Daun Mimba yang diaplikasikan untuk mengendalian
Hama Plutella xylostella pada Tanaman Kedele.
Kode Perlakuan
N0
N1
N2
N3
N4
2.4. Pelaksanaan Penelitian
2.4.1. Pembiakan Hama P. xylostella
Larva Plutella xylostella dikumpulkan
dari
lapangan
dan
dipelihara
di
laboratorium. Makanan yang diberikan
untuk pemeliharaan larva ini adalah daun
sawi segar. Bila larva akan menjadi pupa,
larva tersebut dipindahkan ke stoples yang
lain yang berisi daun kedele muda dan
ditutup dengan kain kasa. Serangga dewasa
(ngengat) yang muncul dipindahkan ke
kurungan yang lebih besar. Di dalam
kurungan tersebut dimasukkan daun kedeli
muda segar. Serangga dewasa ini diberikan
larutan madu 10 % dengan cara
mencelupkan kapas ke dalam larutan madu
dan menggantungkannya pada seutas
benang.
Ngengat
tersebut
dibiarkan
berkopulasi.
Telur
yang
dihasilkan
dipindahkan ke dalam stoples yang berisi
daun kedele muda segar dan ditutupi dengan
kain kasa. Telur-telur ini dibiarkan menetas
menjadi larva. Larva yang digunakan dalam
penelitian ini adalah larva instar 3.
2.4.2. Persiapan media dan penanaman
Media tanam terdiri dari campuran
tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1 : 1 (1/2 kg pupuk kandang :
1/2 kg tanah), selanjutnya diberikan pupuk
dengan cara mengaduk 1 g urea, ½ g SP-36
dan ¼ g KCl, media yang telah dicampur
Konsentrasi Aplikasi
Tanpa Aplikasi (Kontrol)
Ekstrak Daun Mimba 5 %
Ekstrak Daun Mimba 10 %
Ekstrak Daun Mimba 15 %
Ekstrak Daun Mimba 20 %
tersebut dimasukkan kedalam polibag
ukuran 5 kg. Penanaman dilakukan dengan
cara tugal sedalam 3 cm dengan 2 biji per
lubang (Polybag) dengan jarak tanam antar
polybag 25 x 25 cm.
Penelitian ini menggunakan petakan
(polybag) sebanyak 25 petakan (100
polybag) dengan ukuran masing-masing 50
x 50 cm. Jarak antar petakan yang termasuk
dalam ulangan adalah 75 cm, sedangkan
jarak antar Blok adalah 100 cm.
2.4.3. Pemeliharaan
Penyiraman
disesuaikan
dengan
keadaan cuaca dan kelembaban tanah, untuk
menjaga tanaman tidak kelebihan atau
kekurangan air. Setelah tanaman berumur 15
hari
dilakukan
penyiangan
dan
penggemburan tanah disekitar perakaran
tanaman, supaya lingkungan di sekitar
tanaman bersih sehingga tidak terdapat
gulma yang mengganggu tanaman dan
media menjadi gembur serta baik bagi
pertumbuhan tanaman kedele.
2.4.4. Pelepasan larva Plutella xylostella
Tanaman diisolasi dengan kurungan
sungkup kasa pada umur 7 hari supaya
terhindar dari pemunculan hama yang bukan
sasaran. Pelepasan larva dilakukan pada saat
tanaman berumur 10 hari, larva dilepaskan
sebanyak 8 ekor (larva instar 3) dengan jalan
membuka sungkup dan setelah
dilepaskan sungkup ditutup kembali.
larva
2.4.5. Pembuatan ekstrak daun mimba
Daun mimba segar di timbang sebanyak
100 g. Kemudian dihaluskan dan dilarutkan
dalam 1000 ml air, lalu diaduk secara merata
selama 15 menit. Campuran tersebut
didiamkan selama 24 jam, kemudian
disaring dengan menggunakan saringan.
Campuran hasil saringan tersebut yang
digunakan sebagai ekstrak daun mimba.
Untuk membuat konsentrasi ekstrak
daun mimba dapat dijelaskan :
Ekstrak 5 % (50 ml ekstrak daun mimba
dicampur dengan 950 ml air)
Ekstrak 10 % (100 ml ekstrak daun mimba
dicampur dengan 900 ml air)
Ekstrak 15 % (150 ml ekstrak daun mimba
dicampur dengan 850 ml air)
Ekstrak 20 % (200 ml ekstrak daun mimba
dicampur dengan 800 ml air).
2.4.6. Aplikasi ekstrak daun mimba
Aplikasi
dilakukan
dengan
menyemprotkan ekstrak daun mimba pada
masing-masing
petakan
perlakuan.
Penyemprotan
ekstrak
daun
mimba
dilakukan pada umur 14, 21 dan 28 hari
setelah tanam (HST).
2.5. Pengamatan
Parameter
yang
diamati
dalam
penelitian ini adalah :
2.5.1. Intensitas serangan
Intensitas serangan diamati sesaat
sebelum aplikasi yaitu pada umur 28 dan 42
HST. Besarnya intensitas serangan dihitung
dengan menggunakan rumus Unterstenhofer
(1963) sebagai berikut :

(ni x v
i=0
i
)
I =
x 100%
Z x
N
Keterangan :
I = Intensitas serangan
n = Jumlah tanaman yang terserang pada
setiap katagori
v = Nilai numerik pada setiap katagori
serangan
Z =
Nilai numerik dari katagori
intensitas serangan tertinggi
N = Jumlah tanaman yang diamati
Nilai Skala :
0 = Tidak terdapat serangan
1 = Serangan 1 – 20 % dari jumlah daun
yang diamati
2 = Serangan 21 – 40 % dari jumlah
daun yang diamati
3 = Serangan 41 – 60 % dari jumlah
daun yang diamati
4 = Serangan 61 – 80 % dari jumlah
daun yang diamati
5 = Serangan 81 – 100 % dari jumlah
daun yang diamati
2.5.2. Jumlah Imago yang Muncul
Parameter ini diamati pada umur tanaman
42 Hari Setelah Tanam (HST) dengan
menghitung semua imago yang muncul.
2.5.3. Berat Basah Tanaman keedelai
(Produksi)
Parameter ini diamati pada saat panen.
Produksi basah/plot dihitung dengan
menimbang berat basah tanaman kedele
yang dipanen dengan cara memotong
pangkal batang, kemudian langsung
ditimbang dalam keadaan basah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Intensitas Serangan Larva Plutella
xylostella
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
aplikasi ekstrak daun mimba dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh
sangat nyata terhadap intensitas serangan
P.xylostella pada 28 dan 42 HST (Lampiran
2 dan 4). Rata-rata intensitas serangan larva
P.xylostella pada setiap pengamatan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 :
Rata-rata intensitas serangan larva P.xylostella pada 28 dan 42 HST akibat
aplikasi ekstrak daun mimba dengan berbagai konsentrasi.
Perlakuan
(Konsentrasi)
N0 (Tanpa Aplikasi (Kontrol)
N1 ( Ekstrak Daun Mimba 5 % )
N2 ( Ekstrak Daun Mimba 10 % )
N3 ( Ekstrak Daun Mimba 15 % )
N4 ( Ekstrak Daun Mimba 20 % )
Intensitas Serangan (%)
28 HST
42 HST
5,33
4,39
4,19
3,40
2,93
4,76
3,97
3,85
2,59
2,08
a
b
b
c
d
a
b
b
c
d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 0,05 (Uji BNT)
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata
intensitas serangan pada 28 dan 42 HST,
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
antar perlakuan aplikasi ekstrak daun
mimba. Rata-rata intensitas serangan larva
P.xylostella terendah dijumpai pada
perlakuan ekstrak daun mimba 20 % yaitu
2,93 % (28 HST) dan 2,08 % (42 HST).
Sedangkan rata-rata intensitas serangan
larva P.xylostella tertinggi dijumpai pada
perlakuan Kontrol/Tanpa Aplikasi yaitu :
5,33 % (28 HST) dan 4,76 % (42 HST).
Rendahnya intensitas serangan larva
P.xylostella pada perlakuan aplikasi ekstrak
daun mimba 20 % (N4) disebabkan karena
tingginya konsentrasi aplikasi ekstrak daun
mimba yang diberikan pada tanaman.
Semakin tinggi konsentrasi aplikasi ekstrak
daun mimba yang diberikan pada tanaman
diduga semakin tinggi residu azadirachtin
dari daun mimba yang ditinggalkan pada
tanaman.
Senyawa
azadirachtin
ini
berfungsi sebagai antifeedant (mencegah
makanan) dan sebagai repellent (penolak
makanan) (Widayat, 1993).
Menurut Dadang (1999), senyawasenyawa
tumbuhan
(nabati)
dapat
menunjukkan berbagai aktifitas biologi pada
serangga melalui proses penghambatan /
penolak makan, penolakan peneluran,
penghambat
pertumbuhan
dan
perkembangan kematian dan lain-lain.
Tingginya intensitas serangan larva
P.xylostella pada perlakuan Kontrol (N0)
disebabkan tanaman sawi pada perlakuan
tersebut tidak mengandung azadirichtin,
sehingga
larva
P.xylostella
dapat
berkembang dengan baik.
Intensitas serangan larva P.xylostella
pada perlakuan Konsentrasi ekstrak daun
mimba 20 % nyata lebih rendah dari pada
intensitas
serangan
pada
perlakuan
konsentrasi ekstrak daun mimba 15 %, 10 %
maupun 5 %. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 20
% dapat menurunkan intensitas serangan
larva P.xylostella. Diduga semakin tinggi
kadar azadirichtin dalam tanaman kedele
semakin
tidak
disukai
oleh
larva
P.xylostella. Selain itu ekstrak daun mimba
lebih aman dan efisien digunakan karena
mudah diperoleh, tidak toksid terhadap
manusia dan jasad bukan sasaran serta
mudah terurai sehingga aman bagi
lingkungan. Agus Kardinan (2002), pestisida
nabati bersifat “ pukul dan lari “ (hit and
run), yaitu apabila diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu dan setelah
hamanya terbunuh maka residunya akan
cepat menghilang.
3.2 Jumlah Imago P.xylostella yang
Muncul
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
aplikasi ekstrak daun mimba dengan
konsentrasi yang berbeda berpengaruh
sangat nyata terhadap jumlah imago
P.xylostella yang muncul (Lampiran 6).
Rata-rata imago P.xylostella yang muncul
pada 42 HST dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 : Rata-rata jumlah imago P.xylostella yang muncul pada 42 HST akibat aplikasi
ekstrak daun mimba dengan berbagai konsentrasi.
Perlakuan
(Konsentrasi)
N0 (Tanpa Aplikasi (Kontrol)
N1 ( Ekstrak Daun Mimba 5 % )
N2 ( Ekstrak Daun Mimba 10 % )
N3 ( Ekstrak Daun Mimba 15 % )
N4 ( Ekstrak Daun Mimba 20 % )
Jumlah Imago yang Muncul
2,68
2,32
1,99
1,15
0,88
a
a
a
b
c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
0,05 (Uji BNT)
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah imago P.xylostella pada perlakuan
konsentrasi ekstrak daun mimba 20 % (N4)
nyata terlihat lebih rendah bila dibandingkan
dengan perlakuan Kontrol/Tanpa Aplikasi
(N0). Hal ini disebabkan karena erat
kaitannya dengan jumlah larva yang mampu
berkembang menjadi
serangga dewasa
(imago).
Rendahnya jumlah imago yang muncul
pada perlakuan konsentrasi ekstrak daun
mimba 20 %, diduga karena tingginya
jumlah larva P.xylostella yang mati akibat
peningkatan konsentrasi aplikasi ekstrak
daun mimba, karena kandungan insektisida
daun
mimba
tersebut
(azadirachtin,
meliantriol, dan salanin) di dalam tanaman
meningkat.
Dengan
meningkatnya
kandungan
insektisida tersebut, maka larva P.xylostella
menolak makan (antifeedant), mengganggu
dan menghambat perkembangan larva,
serangga dewasa, serta mencegah larva ganti
kulit (Peni, 1997). Sistem enzim pada hama
P.xylostella tidak mampu menguraikan
bahan aktif insektisida yang terserap ke
dalam tubuhnya, sehingga bahan aktif
tersebut masih tetap toksid sampai mencapai
sasaran yang mematikan serangga hama
(Terriere, 1984 dalam Suprapto, 1994).
Sastrodihardjo et al, (1992) menyatakan
bahwa azadirachtin dapat mempengaruhi
beberapa sistem fisiologis yang mengatur
pertumbuhan serangga, dimana senyawa ini
secara struktural menyerupai hormon
ecdysone pada serangga yang berfungsi
mengontrol proses metamorfosis pada
serangga.
Tingginya jumlah imago yang muncul
pada perlakuan Kontrol / Tanpa Aplikasi
disebabkan pada perlakuan tersebut tidak
diaplikasikan ekstrak daun mimba, sehingga
kondisi lingkungan pertumbuhannya tidak
mengalami gangguan, sehingga larva
mendapatkan makanan yang cukup, dan
dapat menghasilkan imago dalam jumlah
yang tinggi.
Jumlah imago P.xylostella yang muncul
pada perlakuan Kontrol (N0), 5 % (N1) dan
10 % (N2) tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata antar perlakuan, tetapi berbeda
sangat nyata dengan perlakuan konsentrasi
ekstrak daun mimba 15 % (N3) maupun 20
% (N4) yang dicobakan. Ekstrak daun
mimba lebih aman digunakan, karena dapat
mencegah timbulnya hama sekunder,
resistensi, resurjensi, residu dan pencemaran
lingkungan.
3.3. Berat Basah Tanaman Kedele
(Produksi)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
aplikasi ekstrak daun mimba pada beberapa
konsentrasi berpengaruh sangat nyata
terhadap
produksi
tanaman
kedele
(Lampiran 8). Rata-rata produksi tanaman
kedele dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Produksi Tanaman Kedele pada saat panen akibat aplikasi ekstrak
daun mimba dengan berbagai konsentrasi.
Perlakuan
(Konsentrasi)
Produksi
Kg / Plot
N0 (Tanpa Aplikasi (Kontrol)
N1 ( Ekstrak Daun Mimba 5 % )
N2 ( Ekstrak Daun Mimba 10 % )
N3 ( Ekstrak Daun Mimba 15 % )
N4 ( Ekstrak Daun Mimba 20 % )
1,35
1,41
1,51
1,54
1,55
a
a
b
b
b
Ton / Ha
135,00
141,00
151,00
154,00
155,00
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
0,05 (Uji BNT)
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata produksi
tanaman kedele tertinggi dijumpai pada
perlakuan ekstrak daun mimba konsentrasi 20 %
(1,55 kg/plot). Sedangkan produksi terendah
dijumpai pada perlakuan Kontrol / Tanpa
Aplikasi (1,35 kg/plot).
Tingginya produksi tanaman kedele pada
perlakuan ekstrak daun mimba 20 % disebabkan
karena tingginya konsentrasi aplikasi ekstrak
daun mimba dibandingkan dengan perlakuanperlakuan yang lain. Dengan demikian
ketahanan tanaman terhadap serangan larva
P.xylostella menjadi tinggi.
Hasil penelitian Mujiono et al (1994),
menunjukkan bahwa penggunaan insektisida
nabati (azadirachtin) dapat mengendalikan hama
ulat Plutella xylostella pada tanaman kubis.
Dengan menurunnya serangan hama ini, maka
penurunan produksi bersih menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan insektisida sintetis
(fenitrotion dan klorpirifos)
Rendahnya produksi tanaman kedele pada
perlakuan N0 (Kontrol / tanpa aplikasi)
disebabkan tidak dilakukannya aplikasi ekstrak
daun mimba, sehingga hama yang dilepaskan
pada tanaman kedele dapat berkembang dengan
baik, akibatnya intensitas serangan menjadi
lebih tinggi, sehingga kuantitas maupun kualitas
produksi menjadi menurun.
Aplikasi ekstrak daun mimba 20 % (N4)
menghasilkan produksi basah sampai 1,55
kg/plot (155,00 ton/ha), walaupun tidak berbeda
dengan 10 % (N2) dan 15 % (N3), namun
dengan tanpa aplikasi ekstrak daun mimba yang
menghasilkan produksi basah 1,35 kg/plot
(135,00 ton/ha). Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan konsentrasi aplikasi ekstrak daun
mimba dapat meningkatkan produksi tanaman
kedele, walaupun tidak sebanding dengan
tambahan konsentrasi ekstrak daun mimba yang
ditambahkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Aplikasi ekstrak daun mimba pada berbagai
perlakuan berpengaruh sangat nyata
terhadap intensitas serangan larva, jumlah
imago (Plutella xylostella) yang muncul dan
produksi tanaman Kedele.
2. Aplikasi ekstrak daun mimba pada
Konsentrasi 20 % sangat efektif dalam
menekan perkembangan kepadatan populasi
larva Plutella xylostella pada tanaman
kedele dibandingkan dengan perlakuanperlakuan lainnya (konsentrasi 5 %, 10 %
dan 15 %).
3. Penggunaan insektisida nabati pada tanaman
disamping lebih aman juga efektif untuk
mengendalikan hama Plutella xylostella
serta dapat mencegah timbulnya hama
sekunder, resistensi, resurgensi, residu pada
tanaman dan pencemaran lingkungan.
4.2. Saran
1. Mengingat penelitian ini terbatas pada
tempat dan waktu serta hanya pada satu
musim saja, maka perlu penelitian lanjutan
pada musim tanam yang sesuai dan areal
yang lebih luas tanpa menggunakan
sungkup.
2. Perlu adanya pemasyarakatan dan sosialisasi
lebih lanjut ke tingkat kelompok tani / petani
tentang keuntungan dan cara praktis
penggunaan insektisida nabati (alami),
terutama daun mimba, sehingga secara
ekonomis dan ekologis menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kardinan, 2000. Pestisida nabati, Ramuan
dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
1999. Sumber Insektisida Alami. Dalam
Kumpulan
Bahan
Pelatihan
Pengembangan dan Pemanfaatan
Insektisida Alami. Pusat Kajian
Pengendalian Hama Terpadu. IPB.
Bogor.
Fuadinur.
1991.
Pengujian
konsentrasi
insektisida
quinalphos
terhadap
Plutella xylostella Linn. Pada tanaman
sawi. Skripsi. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala, Darussalam
Banda Aceh.
Jacobson, M. 1981. Neem research in the US
departement of agriculture: chemical,
biologi and cultural aspect : Natural
Pestoicides from the Neem Tree (
Azadirachta indica A. Juss) edited by
Schurmutterer., K.R.S. Ascher, and R.
Rembold. German Agency
Technical Cooporation. German.
for
Mujiono, A; Suryanto dan W. Prihayana. 1994.
Kemempanan
insektisida
nabati
mikrobia dan kimia sintetis terhadap
ulat Plutella xylostella. Hlm. 86-90
Dalam Prosiding Hasil Penelitian
dalam rangka Pemanfaatan Pestisida
Nabati. D. Soetopo (editor). Bogor.
Partopuro, F.P. 1989. Ekstraksi daun Nimba.
Pusat Antar Universitas Ilmu hayati.
Institut Teknologi Bandung.
Peni.
1997a.
Biopestisida
Mendesak
Diaplikasikan. Trubus 337 – TH
XXVIII.
Yayasan
Sosial
Tani
Membangun. Jakarta.
Peni. 1997b. Tips Mudah Menggunakan Nimba.
Trubus 337 – TH XXVIII. Yayasan
Sosial Tani Membangun. Jakarta.
Prijono,
D dan H. Triwidodo. 1994.
Pemanfaatan Pestisida di Tingkat
Petani. Hlm. 80. Dalam Prosiding
Hasil Penelitian dalam rangka
Pemanfaatan Pestisida Nabati. D.
Soetopo (editor). Bogor.
Sosromarsono, S. 1990. Peranan sumber hayati
dalam pengelolaan serangga dan
tungau hama. Seminar Pengelolaan
Serangga dan Tungau dengan Sumber
hayati. ITB. Bandung.
Sudarmadji, D. 1994. Prospek dan kendala
dalam pemanfaatan nimba sebagai
insektisida nabati. Hlm. 222-229.
Dalam Prosiding Hasil Penelitian
dalam rangka Pemanfaatan Pestisida
Nabati. D. Soetopo (editor). Bogor.
Suprapto. 1994. Toksisitas Nimba dan
Bengkuang terhadap Pengisap Buah
Lada. Hlm. 216 – 220. Dalam
Prosiding Hasil Penelitian dalam
rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati.
D. Soetopo (editor). Bogor.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama
Terpadu. Gajah Mada University
Press. Yokyakarta.
Widayat, W. 1994. Pengaruh lamanya waktu
perendaman serbuk daun dan biji
nimba (Azadirachta indica) terhadap
ulat jengkal. Hlm. 208-212. Dalam
Prosiding Hasil Penelitian dalam
rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati.
D. Soetopo (editor). Bogor.
Download