STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA DI PADANG LAMUN TELUK GILIMANUK TAMAN NASIONAL BALI BARAT Aristin Ayu Damayanti, Istamar Syamsuri, dan Agus Dharmawan Universitas Negeri Malang E-mail : [email protected] Abstrak : Moluska merupakan salah satu biota laut yang berperan penting dalam rantai makanan di ekosistem padang lamun. Penelitian terkait aspek ekologi yang dilakukan di ekosistem padang lamun Teluk Gilimanuk Taman Nasional Bali Barat bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas moluska di padang lamun serta faktor abiotik yang berpengaruh terhadap struktur komunitas moluska. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan November-Desember 2013 dengan metode transek yang terdiri dari 2 area dengan delapan transek pada stasiun I (area substrat berpasir) dan tujuh transek pada stasiun II (area substrat pasir berlumur) dengan masing-masing transek terdiri dari tiga plot yang berukuran 2x2 meter. Berdasarkan pengamatan dan identifikasi, ditemukan 5 jenis Lamun dengan INP tertinggi pada kedua stasiun dimiliki oleh Thalassia hemprichii. Moluska yang ditemukan hidup bersama dengan lamun pada kedua stasiun berjumlah 42 jenis yang terdiri dari 39 jenis Gastropoda dan 9 jenis Bivalvia. Moluska dengan INP tertinggi pada kedua stasiun adalah Circe sp. Circe sp. pada Teluk Gilimanuk menjadi key species dalam ekosistem padang lamun serta memiliki peran penting bagi keseimbangan ekosistem. Faktor abiotik yang terukur di kedua stasiun, secara kualitatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur komunitas Moluska. Kata kunci : Moluska, struktur komunitas, padang lamun Teluk Gilimanuk Abstract : Mollusks are one of the marine life that plays an important role in the food chain in seagrass ecosystems. Ecological aspects related research conducted in the Gulf of seagrass ecosystems Gilimanuk West Bali National Park aims to determine the structure of mollusc communities in seagrass beds and abiotic factors that affect community structure mollusks. Sampling was conducted in November-December 2013 with the transect method that consists of 2 areas with eight transect at station I (sandy substrate area) and seven transect at station II (area covered in sand substrate) with each transect consisted of three plots measuring 2x2 meters. Based on observation and identification, found 5 types of Seagrass with highest IVI at both stations are owned by Thalassia hemprichii. Mollusks are found living together with seagrass at both stations totaling 42 species consist of 39 species of gastropods and 9 types of Bivalvia. Mollusks with highest IVI at both stations is Circe sp. Circe sp. on the Gulf Gilimanuk be key species in seagrass ecosystems and have an important role for the balance of the ecosystem. Abiotic factors were measured at both stations, qualitatively not significantly affect community structure Mollusks. Key Word : Mollusks, structure community, seagrass bed in Gilimanuk Bay Teluk Gilimanuk merupakan salah satu kawasan perairan di Pulau Bali bagian barat yang dikelola oleh Taman Nasional Bali Barat. Teluk Gilimanuk termasuk perairan dangkal dengan variasi jenis substrat mulai dari substrat pasir, pecahan karang, hingga lumpur berpasir. Dengan adanya variasi jenis substrat memungkinkan perairan ini ditumbuhi Lamun dengan subur (Balai TNBB, 2009). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dahuri (2003 dalam Kordi 2011), yang menyebutkan bahwa beberapa jenis substrat yang mampu ditumbuhi Lamun adalah substrat pasir, kerikil, dan patahan 1 2 karang mati dalam kedalaman sampai 4 meter. Padang lamun yang terdapat di kawasan ini merupakan ekosistem yang luas dengan berbagai biota yang hidup didalamnya. Salah satunya biota yang umum dijumpai hidup dengan Lamun adalah moluska. Teluk Gilimanuk termasuk dalam zona tradisional yang artinya masyarakat sekitar dapat memanfaatkan sumber daya perairan demi kesejahteraannya, sehingga masyarakat sekitar Teluk Gilimanuk mengambil moluska khususnya dari kelas gastropoda dan bivalvia untuk dimanfaatkan baik sebagai bahan perhiasan maupun sumber pangan. Berdasarkan laporan, pada saat musim pencarian kerang dapat dijumpai sekitar 50 orang berada di pesisir Teluk Gilimanuk untuk mencari berbagi jenis kerang dan masyarakat mampu mendapatkan kerang hingga 1 kg setiap masa pencarian (pagi atau sore hari). Area jelajah masyarakat dalam mencari kerang lebih dari setengah kawasan pesisir Teluk Gilimanuk. Aktivitas ini dikhawatirkan akan mengurangi jumlah kerang yang berada dikawasan tersebut dan dapat merusak ekosistem Padang Lamun yang berfungsi sebagai habitat dari kerang itu sendiri dan biota lain yang hidup di Padang lamun. Aktivitas eksploitasi moluska yang dilakukan secara terus-menerus akan berdampak pada keseimbangan ekosistem Padang Lamun. Dengan rusaknya keseimbangan ekosistem Lamun pada akhirnya akan berdampak pada terganggunya keberadaan Moluska yang hidup bersama Lamun karena berkurangnya tumbuhan Lamun. Terksit dengsn hsl ini, maka pengelolaan Padang Lamun harus dilakukan oleh pihak Taman Nasional agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Cappenberg dkk. (2006) dilakukan di Tiga Pulau disekitar Teluk Gilimanuk menghasilkan 35 jenis Moluska mewakili 20 suku yang terdiri dari kelas Gastropoda dan Bivalvia belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya, sehingga perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam. Berdasarkan alasan tersebut, maka dilakukan kajian lebih mendalam terkait Struktur Komunitas Moluska di Padang Lamun Teluk Gilimanuk Taman Nasional Bali Barat. METODE Pengambilan sampel Moluska di Teluk Gilimanuk dilakukan pada bulan November-Desember 2013. Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan yang menghasilkan lokasi penelitian terbagi dalam dua stasiun yang dikelilingi oleh tiga pulau yaitu Pulau Kalong, Pulau Burung, dan Pulau Gadung yang dapat dilihat pada Gambar 1. Masing-masing stasiun dibagi kedalam beberapa transek yang didasarkan pada proporsionalisme area. Stasiun I (substrat berpasir) terdiri dari 8 transek dan stasiun II (substrat pasir berlumpur) terdiri dari 7 trasnek, selain itu menghasilkan ukuran petak contoh seluas 2x2 meter dengan jarak antar plot 15 meter tiap transek yang dapat dilihat pada Gambar 2. 3 Gambar 1. Padang lamun di Teluk Gilimanuk, dan arah arus (A; Pulau Kalong, B; Pulau Burung, C; Pulau Gadung, D; Pulau Bali) (Sumber : Google Earth) Keterangan: : padang lamun : arah arus Gambar 2. Diagram Pengambilan Sampel di Teluk Gilimanuk Data Lamun dan Moluska yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui struktur komunitasnya dengan ketentuan sebagai berikut ; a. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menghitung dan menduga keseluruhan dar peranan jenis Lamun dan Moluska didalam suatu komunitas. Semakin tinggi nilai INP suatu jenis relative terhadap jenis lainnya, semakin tinggi peranan jenis pada komunitas tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung INP adalah (Fachrul, 2008) : Keterangan: INP = Indeks Nilai Penting RFi = Frekuensi relatif RKi = Kepadatan relatif RDi = Dominansi relative (Fachrul, 2008) 4 b. Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui gambaran tentang faktor abiotik yang memberikan pengaruh terhadap struktur komunitas Moluska di Padang Lamun. Analisis regresi dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.00. HASIL Jenis- jenis Moluska Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan didasarkan pada Abot & Dance (1990), Dance (1992), Androvini, R. & Cossignani, T. (2004), situs World Register of Marine Species (WoRMS) dan situs Animal Diversity Web (ADW), Moluska yang ditemukan pada ekosistem Lamun di Teluk Gilimanuk sebanyak 19 famili yang terdiri dari 42 jenis, yaitu 33 jenis dari kelas Gastropoda dan 9 jenis dari kelas Bivalvia. Klasifikasi serta jumlah spesies moluska yang ditemukan di Teluk Gilimanuk dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi dan Jumlah Spesies Moluska yang Ditemukan di Padang Lamun Teluk Gilimanuk Jumlah Class Ordo Family Genus Species Gastropoda Littorinimorpha Littorinidae Littorina Littorina scabra 0 4 Strombidae Strombus Strombus fragilis 0 8 Strombus haemastoma 14 19 Strombus labiatus 10 12 Strombus urceus 2 7 Polinices mammatus 0 6 Polinices mammilla 0 2 St I St II Naticidae` Polinices Polinices powisianus 0 13 Cypraidae Cypraea Cypraea moneta 0 16 Heterobranchia Architectonicidae Architectonia Architectonia perspectiva 3 0 Cephalapsidae Haminoeidae Alyculastrum Alyculastrum cylindricus 10 19 Bullidae Bulla Bulla ampulla 3 6 Cerithidae Cerithium Cerithium sp. 2 3 Rhinoclavis Rhinoclavis vertagus 8 25 Pseudovertagus Pseudovertagus sp. 0 5 Pseudovertagus aluco 20 10 Pyrene versicolor 9 7 Pyrene obscura 34 14 Pardalina Pardalina testudinaria 5 0 Conidae Conus Conus sp. 0 7 Costellaridae Vexillum Vexillum plicarium 18 11 Vexillum daedalum 2 52 Vexillum exasperatum 5 8 Sorbeoconcha Neogastropoda Columbellidae Pyrene Muricidae Morula Morula fusca 0 25 Mitridae Domiporta Domiporta filaris 13 0 5 Nassaridae Bivalvia Mitra Mitra fraga 3 0 Nassarius Nassarius albescens 8 0 Nassarius arcularius 18 0 Nassarius gaudiosus 12 0 Nassarius globosus 23 0 Nassarius mutabilis 0 11 Vlutidae Cymbiola Cymbiola vespertilio 6 0 Hypsogastropoda Epitonidae Epitonium Epitonium aculeatum 3 0 Veneroida Cardiidae Fragum Fragum unedo 9 4 Fulvia Fulvia papyracea 0 1 Mactridae Mactra Mactra grandis 4 0 Veneridae Anomalocardia Anomalocardia squamosa 0 23 Circe Circe sp. 91 47 Bassina Bassina yatei 0 2 Lioconcha Lioconcha tigrina 10 7 Paphia Paphia aurea 3 1 Gafrarium Gafrarium tumidum 1 0 Keterangan : S1 = Stasiun I (substrat berpasir) S II = Stasiun II (substrat pasir berlumpur) Struktur Komunitas Lamun Berdasarkan hasil penelitian, tumbuhan lamun yang ditemukan di padang lamun Teluk Gilimanuk berjumlah 5 spesies yang termasuk kedalam dua famili yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Pada stasiun I dengan substat berpasir terdiri dari 4 spesies lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, dan Halodule pinifolia, sedangkan pada stasiun II terdiri dari 4 spesies yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halodule uninervis. Data jumlah dan jenis tumbuhan lamun yang terdapat pada stasiun I (substrat berpasir) dan stasiun II (substrat pasir berlumpur) dihitung struktur komunitasnya yang terdiri dari Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) yang dapat dilihat Tabel 2. Tabel 2. Ringkasan Hasil Perhitungan Struktur komunitas Lamun Secara keseluruhan pada Stasiun I (substrat berpasir) No. Taksa INP (%) 1. Thalassia hemprichii 176.393 2. Enhalus acoroides 84.760 3. Halopilla ovalis 28.775 4. Halodule pinifolia 10.072 6 Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa INP berkisar antara 10,07 – 176,40%. Spesies dengan INP tertinggi adalah Thalassia hemprichii. Ringkasan perhitungan INP Lamun pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Ringkasan Hasil Perhitungan Struktur komunitas Lamun Secara keseluruhan pada Stasiun II (substrat pasir berlumpur) No. Taksa INP (%) 1. Thalassia hemprichii 163.889 2. Enhalus acoroides 73.773 3. Halopilla ovalis 55.879 4. Halodule uninervis 6.459 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa INP berkisar antara 10,07 – 176,40%. Spesies dengan INP tertinggi adalah Thalassia hemprichii. Struktur Komunitas Moluska Struktur komunitas Moluska dinyatakan dalam indeks nilai penting. Dari hasil analisis data, ringkasan INP Moluska pada stasiun I (substrat berpasir) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Ringkasan Hasil Perhitungan Struktur komunitas Moluska Secara keseluruhan pada Stasiun I (substrat berpasir) No Taksa INP (%) 1. Circe sp 114.987 2. Pyrene obscura 17.85485 3. Nassarius globulus 14.77458 4. Nassarius arcularius 14.58080 5. Vexillum plicarium 13.51697 6. Pseudovertagus aluco 12.64692 7. Nassarius gaudiosus 11.76058 8. Strombus haemastoma 11.20979 9. Lioconcha tigrina 9.18001 10. Aliculastrum cylindricus 8.11618 11. Strombus labiatus 8.11618 12. Nassarius albescens 8.03257 13. Fragum unedo 6.58825 14. Rhinoclavis vertagus 6.14148 15. Pyrene versicolor 5.52442 16. Cymbiola vespertilio 5.29996 17. Pardalina testudinaria 3.84138 18. Vexillum exasperatum 3.84138 19. Mactra grandis 3.46396 7 20. Paphia aurea 3.46396 21. Domiporta filaris 2.77755 22. Bulla ampulla 2.04005 23. Epitonium aculeatum 2.04005 24. Mitra fraga 2.04005 25. Archaitectonia perspective 1.69731 26. Cerithium sp 1.69731 27. Strombus urceus 1.69731 28. Vexillum daedalum 1.69731 29. Gafrarium tumidum 1.37190 Dari Tabel 4 diketahui INP berkisar antara 1,38 – 114,99%. Spesies dengan INP tertinggi pada stasiun I (substrat berpasir) adalah Circe sp. Ringkasan INP Moluska pada stasiun II (substrat pasir berlumpur) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Ringkasan Hasil Perhitungan Struktur komunitas Moluska Secara keseluruhan pada Stasiun II (substrat pasir berlumpur) No. Taksa INP (%) 1. Circe sp 76.5217 2. Vexillum daedalum 30.60206 3. Rhinoclavis vertagus 18.45289 4. Anomalocardia squamosa 17.9332 5. Morula fusca 14.3292 6. Aliculastrum cylindricus 13.0240 7. Strombus haemastoma 8. Cypraea moneta 10.0799 9. Polinices powisianus 9.38801 10. Pyrene obscura 8.91017 11. Strombus labiatus 8.85608 12. Vexillum plicarium 8.34531 13. Strombus fragilis 7.54482 14. Nassarius mutabilis 7.31438 15. Polinices mammatus 6.94000 16. Pseudovertagus aluco 5.79385 17. Lioconcha tigrina 4.45203 18. Pyrene versicolor 4.45203 19. Strombus urceus 4.45203 20. Fragum unedo 4.33161 21. Littoraria scabra scraba 4.33161 11.99310 8 22. Vexillum exasperatum 3.84721 23. Conus sp. 3.66330 24. Pseduvertagus sp. 3.66330 25. Bulla ampulla 3.01616 26. Cerithium sp 1.92831 27. Bassina yatei 1.60802 28. Polinices mammilla 1.60802 29. Fulvia papyracea 1.30889 30. Paphia aurea 1.30889 Dari Tabel 5 terlihat bahwa INP berkisar antara 1,31 – 76,52%. Spesies dengan INP tertinggi pada stasiun II (substrat pasir berlumpur) dimiliki Circe sp. Hubungan Faktor Abiotik dengan Struktur Komunitas Moluska Berdasarkan analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa faktor abiotik (pH, turbiditas, suhu, DO, dan salinitas) yang telah diukur, tidak berpengaruh secara signifikan bagi kehidupan Moluska. PEMBAHASAN Ekosistem padang lamun Teluk Gilimanuk merupakan vegetasi campuran ditumbuhi oleh 5 jenis lamun yaitu E. acoroides, T. hemprichii, H. ovalis, H. pinifolia, dan, H. Uninervis. Vegetasi campuran yang ditemukan di kawasan ini merupakan hal yang sering terjadi ditemui di setiap perairan dangkal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nienhuis (1989) dalam Nur (2012) yang mengatakan bahwa diseluruh Kepualauan di Indonesia padang Lamun dengan vegetasi terdiri dari tujuh jenis relatif umum terjadi. Faktor yang menyebabkan tumbuhnya vegetasi campuran dikawasan ini adalah adanya substrat yang bervariasi, yaitu pada stasiun I bersubstrat pasir sedangkan stasiun II bersubstrat pasir berlumpur. Variasi substrat ini merupakan tempat yang ideal bagi pertumbuhan lamun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bengen et al., (1994 dalam Arietika, 2006) yang menyatakan bahwa kombinasi antara substrat pasir dan lumpur menjadi jenis substrat yang ideal bagi kehidupan lamun dikarenakan kombinasi substrat pasir dan lumpur merupakan tempat hidup yang ideal bagi kehidupan bentos. Berdasrkan hasil analisis, spesies yang memiliki INP tertinggi pada kedua stasiun adalah T. hemprichii. INP pada stasiun I (substrat berpasir) sebesar 176,4% dan pada stasiun II (substrat pasir berlumpur) sebesar 163,9%. Tingginya INP dari Thalassia hemprichii pada kedua stasiun menunjukkan bahwa spesies tersebut memberikan peranan yang besar terhadap struktur komunitas lamun pada Teluk Gilimanuk. INP digunakan untuk mengetahui keadaan penguasaan spesies dalam komunitas dihabitatnya. Selain itu, INP berfungsi untuk menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis didalam komunitas. Semakin tinggi INP suatu spesies maka semakin besar peran spesies tersebut dalam komunitasnya (Taqwa, 2010). Moluska yang ditemukan di Padang Lamun Teluk Gilimanuk sebanyak 42 spesies yang terdiri dari 33 spesies dari kelas Gastropoda dan 9 spesies dari kelas Bivalvia. 9 Spesies yang ditemukan pada masing-masing stasiun yaitu 29 spesies pada stasiun I (substrat berpasir) dan 30 spesies pada stasiun II (substrat pasir berlumpur). Banyaknya spesies Moluska yang ditemukan selama pengamatan dikarenakan Moluska dari kelas Gastropoda dan Bivalvia merupakan kelas yang paling berhasil menempati beberapa ekosistem baik di laut maupun didarat (Arisetika, 2006). INP moluska yang terdapat di Teluk Gilimanuk adalah Circe sp. dimana pada stasiun I (substrat berpasir) Circe sp. memiliki INP sebesar 114,9% dan pada stasiun II (substrat pasir berlumpur) memiliki INP sebesar 76,5%. Dari besarnya INP Circe sp. dapat diketahui bahwa Circe sp. memiliki peranan yang tinggi dalam ekosistem lamun. Sesuai dengan pernyataan Taqwa (2010), semakin tinggi INP suatu spesies maka semakin besar peran spesies tersebut dalam komunitasnya. Berdasarkan INP yang dimiliki oleh Circe sp. dikedua stasiun menyebabkan spesies ini menjadi spesies kunci (key spesies). Keberadaan spesies ini selain memiliki peranan penting bagi ekosistem Lamun juga terkait dengan kondisi habitat yang sesuai. Padang Lamun pada ekosistem tersebut merupakan ekosistem yang subur, sehingga berfungsi sebagai nursery ground yang artinya lamun berfungsi sebagai daerah pembesaran bagi biota yang hidup didalamnya. Banyaknya juvenile di ekosistem Lamun, menyebabkan Circe sp. dapat memperoleh makanan pada area tersebut. Hal ini dikarenakan Circe sp. merupakan hewan dalam kelas bivalvia yang termasuk jenis hewan penyaring (filter feeder) yaitu memakan plankton yang tersuspensi didalam air. Faktor abiotik (pH, turbiditas, suhu, DO, dan salinitas) yang telah diukur, tidak berpengaruh secara signifikan dikarenakan semua faktor abiotik terukur berada dalam kisaran normal untuk mendukung kehidupan Moluska. KESIMPULAN Pada ekosistem padang lamun Teluk Gilimanuk, ditemukan 5 spesies lamun. Spesies Lamun yang memiliki INP tertinggi pada kedua stasiun adalah Thalassia hemprichii. Moluska yang ditemukan berdasarkan hasil identifikasi berjumlah 42 spesies yang terdiri dari 33 spesies dari kelas gastropoda dan 9 spesies dari kelas bivalvia. Spesies dengan INP tertinggi pada kedua stasiun adalah Circe sp. yang ditemukan hampir disemua petak pengambilan contoh. Circe sp. merupakan key spesies bagi ekosistem lamun Teluk Gilimanuk, yang memiliki peranan yang tinggi bagi ekosistem Padang Lamun. Faktor abiotik yang telah diukur pada ekosistem lamun, tidak berpengaruh secara signifikan dikarenakan semua faktor abiotik terukur berada dalam kisaran normal untuk mendukung kehidupan Moluska. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh faktor abiotik lain yang tidak terukur dalam penelitian ini seperti kecepatan arus dan kandungan organik dalam substrat terhadap struktur komunitas Moluska. 10 DAFTAR RUJUKAN Abbott, R. T., and P. Dance. 1990. Compendium of Shell. Crawford House Press, Australia. Arbi, U.Yabu. 2011. Struktur Komunitas Moluska Di Padang Lamun Perairan Pulau Talise, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2011) 37 (1) : 71-89 Ariestika, R. 2006. Karakteristik Padang Lamun dan Struktur Komunitas Moluska (Gastropodan dan Pelecypoda) di Pulau Burung, Kepulauan Seribu. Skripsi. Bogor: IPB. Balai Taman Nasional Bali Barat. 2009. Buku informasi Taman Nasional Bali Barat. Gilimanuk. Cappenberg, H. A. William; Aziz, A., & Aswandy, Indra. 2006. Komunitas Moluska di Perairan Teluk Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 40 (53-64). Fachrul, M.F. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Kordi K., M. Gufron. 2011. Ekosistem Lamun (Seagrass). Jakarta : Rineka Cipta. Nur, C. 2011. Inventarisasi Jenis Lamun dan Gastropoda yang Berasosiasi di Perairan Pulau Karampang. Skripsi. Universitas Hassanuddin.