Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam kajian teori ini menjelaskan mengenai model pembelajaran
outdoor Activities, pembelajaran IPA di SD dan hasil belajar yang diambil
dari beberapa ahli dan sumber yang kemudian disimpulkan. Dari simpulan
tersebut akan dijadikan dasar teori dari penelitian ini.
2.1.1 Model Pembelajaran Outdoor Activities
Model pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Menurut Komaruddin (Sagala 2009:175) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan
pembelajaran.
Sedang
menurut
Sagala
(2009:176)
model
pembelajarran merupakan suatu desain yang melukiskan pengalaman belajar
dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan
digunakan sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
model pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran yang mendesain
pengalaman belajar dari awal sampai akhir pembelajaran untuk mencapai
tujuan tertentu.
Outdoor activities
Outdoor Activities menurut Adelia Vera (2012:16) pengertian belajar
diluar kelas atau outdoor activities adalah kegiatan belajar-mengajar antara
guru dan murid, namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan di
luar kelas atau alam terbuka sebagai kegiatan pembelajaran siswa. Menurut
Irawan dalam Ginting (2005:37) Outdoor Activities merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai
situasi pembelajaran sebagai media transformasi konsep-konsep yang
disampaikan dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Indramunawar (2009)
6
7
Outdoor activities adalah kegiatan di alam bebas dan mempunyai sifat
menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar
mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang terbentang di alam.
Berdasarkan uraian di atas outdoor activities adalah sebuah kegiatan
pembelajaran di luar kelas dalam situasi pembelajaran dan alam sebagai
media pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan dapat melihat langsung.
Lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan jenis
pembelajaranya untuk menggantikan proses pendidikan konvensional yang
hanya berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif. Dari teori-teori di atas dapat
ditarik simpulan bahwa outdoor activities yang berorientasi pada lingkungan
dapat digunakan sebagai sumber belajar dan sebagai sumber-sumber
pengetahuan.
Dari pengertian model pembelajaran dan pengertian outdoor Activities
di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran outdoor activities
adalah suatu bentuk pembelajaran yang mendesain pengalaman belajar dari
awal sampai akhir pembelajaran yang dilakukan di luar kelas dan alam
sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Adelia Vera (2012:18) manfaat dari pembelajaran Outdoor
activities yaitu:
1. para peserta didik akan dapat beradaptasi dengan lingkungan, alam sekitar
serta dengan kehidupan masyarakat.
2. para peserta didik dapat mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan
pengalaman hidup dilingkungan dan alam sekitar. Belajar di luar kelas
lebih menuntut peserta didik memahami kenyataan riil yang terjadi
3. para peserta didik akan dapat memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan
alam sekitarnya.
Penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman
langsung cepat meresap ke daya tangkap pikiran manusia. Sehingga siswa di
dalam belajar akan lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Karena siswa belajar secara langsung berdasarkan pengalaman yang mereka
dapatkan.
8
Adapun tujuan pembelajaran outdoor menurut Adelia Vera (2012:21)
yaitu:
1) mengarahkan peserta untuk mengembangkan bakat dan kreativitas mereka
dengan selua-luasnya dialam terbuka.
2) menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap dan
mental peserta didik.
3) meningkatkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman peserta didik terhadap
lingkungan sekitar, serta cara mereka bisa membangun hubungan baik
dengan alam.
4) membantu mengembangkan segala potensi setiap peserta didik agar
menjadi manusia sempurna, yaitu memiliki perkembangan jiwa, raga dan
spirit yang sempurna.
5) memberikan konteks dalam proses pengenalan berkehidupan sosial dalam
kenyataan dilapangan.
6) menunjang ketrampilan dan ketertarikan peserta didik.
7) menciptakan kesadaran dan pemahaman peserta didik cara menghargai
alam dan lingkungan.
8) menganalkan berbagai kegiatan diluar kelas yang dapat membuat
pembelajaran lebih kreatif.
9) memberikan kesempatan yang unik bagi peserta didik untuk perubahan
perilaku melalui penataan latar pada kegiatan luar kelas.
10) memberikan kontribusi penting dalam rangka membantu mengembangkan
hubungan guru dan murid.
11) menyediakan waktu seluas-luasnya bagi pesrta didik untuk belajar dari
pengalaman langsung melalui implementasi bebas kurikulum sekolah
diberbagai area.
12) memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan
komunitas sekitar untuk pendidikan
13) agar peserta didik dapat memahami secara optimal seluruh mata pelajaran.
Penyampaian suatu pesan pendidikan melalui sebuah pengalaman
langsung cepat meresap kedaya tangkap pikiran manusia. Dan dalam
9
menggunakan lingkungan sebagai media dan sumber belajar didalam proses
pembelajaran memerlukan persiapan dan perencanaan yang seksama dari guru.
Tanpa perencanaan yang matang kegiatan belajar siswa bisa tidak terkendali,
sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan
belajar yang diharapkan.
Kelemahan dalam penggunaan metode outdoor activities menurut Adelia
Vera (2012:47) yaitu :
1.
para siswa bisa keluyuran kemana-maan karena berada di alam bebas(luar
kelas).
2.
gangguan konsentrasi.
3.
kurang tepat waktu(waktu akan tersita).
4.
pengelolaan kelas lebih sulit.
5.
lebih banyak menguasai praktik dan minim teori.
6.
bisa terserang panas dan dingin.
Prosedur yang digunakan dalam mengajar IPA di luar kelas menurut
Adelia Vera (2012:79) adalah sebagai berikut.
1.
Guru mengajak siswa keluar kelas yang teduh dan menyehatkan. Kemudian
guru bisa menyuruh murid satu persatu menyebutkan benda hidup dan mati
yang ada disekitarnnya.
2.
Dengan menyuruh siswa menyebutkan jenis-jenis tumbuhan yang termasuk
jenis dikotil dan monokotil lalu menyuruh mengamati citi-ciri yang terdapat
pada jenis tumbuhan tersebut.
3.
Guru dapat menyuruh siswa menyebutkan tumbuhan-tumbuhan yang
berbunga dan yang tidak.
4.
Para siswa diajak jalan-jalan ke kebun binatang.
Metode observasi dalam kegiatan belajar-mengajar di luar kelas adalah
metode atau cara-cara belajar di luar kelas yang dilakukan dengan melihat atau
mengamati materi pelajaran secara langsung di alam bebas. Metode ini dilakukan
dengan pengamatan secara langsung dan membuat catatan-catatan secara objektif
mengenai sesuatu yang diamati kemudian menyimpulkannya. Dalam metode ini,
para siswa diajak berkeliling lingkungan di sekitar lingkungan sekolah guna
10
melakukan pengamatan terhadap objek yang berkaitan dengan mata pelajaran
yang sedang dibahas. Lokasi yang dijadikan tujuan observasi adalah yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang akan dipelajari. Metode observasi dalam
pengajaran di luar kelas memiliki banyak nilai lebih yang dapat mendukung
keberhasilan belajar. Diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Dapat merangsang kepekaan siswa terhadap peristiwa atau gejala yang terjadi
di alam bebas.
2. Dapat mendorong siswa untuk mencatat data atau gejala yang terjadi dialam.
3. Mampu melatih siswa untuk mangambil keputusan yang tepat sesuai dengan
nilai-nilai moral yang diperoleh dikelas.
4. Dapat memperluas cakrawala berpikir para siswa mengenai nilai-nilai moral
atau ilmu pengetahuan.
Melakukan observasi dalam rangka melaksanakan kegiatan belajarmengajar di luar kelas harus mengacu pada langkah-langkah dasar dalam
observasi. Menurut Adelia Vera (2012:137) langkah-langkah observasi di luar
kelas adalah sebagi berikut.
Tahap perencanaan
1. Guru harus menetapkan tujuan pembelajaran melalui observasi.
2. Guru menetapkan objek yang akan diobservasi.
3. Menentukan alat yang dibutuhkan dalam observasi
4. Guru harus membuat instrumen untuk mengadakan observasi
5. Guru memperkirakan resiko-resiko yang bisa muncul ketika observasi.
Tahap observasi
1. Para siswa dan guru menuju ke tempat observasi yang telah ditentukan.
2. Para siswa mengadakan pengamatan terhadap objek observasi dan dibimbing
oleh guru yang mendampingi.
3. Ketika melakukan pengamatan, sesekali guru juga menerangkan tentang
sesuatu yang diamati oleh para siswa.
4. Guru bertanya untuk menguji pemahaman siswa.
5. Ketika melakukan pengamatan, para siswa harus mencatat semua hasil
pengamatan. Setelah observasi dilakukan, mereka menyusunnya kedalam
11
bentuk laporan yang diserahkan kepada guru, kemudian hasil laporan itu
dibahas bersama dan diberi nilai oleh guru.
Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outdoor activities siswa
(experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47) adalah sebagai berikut.
a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk
memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil.
b. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan
memotivasi.
c. Siswa dapat bekerja secara individual dan dapat bekerja dalam kelompokkelompok kecil.
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran ini
adalah:
1) Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor activities
ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam satu materi dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang lain seperti
lingkungan.
2) Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor activities ini
dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan di luar
jam pelajaran.
3) Menentukan rute perjalanan Outdoor activities ini dapat dilakukan satu kelas
bersama-sama. Outdoor activities dapat menggunakan rute di sekitar
sekolahan atau di lingkungan warga sekitar.
4) Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan
outdoor activities yaitu guru menjelaskan tentang aturan dalam pembelajaran
dengan outdoor activities.
5) Setelah kegiatan outdoor activities, guru bersama siswa membahas kembali
apa yang telah dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu metode diskusi,
dimana akan diperoleh pendapat yang berbeda dan bervariasi antara siswa
yang satu dengan yang lainnya. Guru bertugas memfasilitasi dalam
menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap dan kerjasama).
12
Berdasarkan prosedur dari beberapa ahli yang dijelaskan di atas dapat
diperoleh simpulan mengenai prosedur pembelajaran outdoor activities
yaitu
dalam kegiatan dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Tahap persiapannya yaitu meliputi:
a. Memastikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran di
luar kelas.
b. Mempersiapkan objek dan lokasi yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
c. Mengkondisikan waktu yang akan digunakan dalam pembelajaran
d. Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan
Tahap pelaksanaan
a. Siswa bersama guru mendatangi tempat yang akan digunakan
b. Menjelaskan variasi kegiatan yang akan dilakukan jika ada
c. Siswa melakukan pengamatan dan guru mendampingi
d. Catat semua pengamatan dan laporkan ke guru
2.1.2
Pembelajaran IPA di SD
Pengertian IPA menurut Hendro dalam Usman Samatowa (2011:2) adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala
isinya. Hakikat ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Wina-putra, 1992: 122). Pendidikan
IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan
kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan
memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan
berbagai penelusuran ilmiah yang relevan (Agus. S. 2003: 11).
Pengertian IPA berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh secara ilmiah yang berupa fakta
dan proses yang dapat memberikan pengalaman.
Pembelajaran IPA di SD adalah pelajaran tentang alam yang dapat
membantu melatih siswa dalam berpikir kritis, siswa diajarkan untuk belajar
13
mencari atau menyelidiki hal-hal yang ada di alam yang sering mereka temui
sehingga akan membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Hal ini
diungkapkan oleh Usman Samatowa (2011:3). Sedangkan menurut Nuryani
Rustaman (2010-1.5) pembelajaran IPA di SD adalah memberikan kesempatan
dan bekal untuk memproses alam dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika yang
berlaku dalam masyarakatnya.
Berdasarkan pengertian pembelajaran IPA di SD dari beberapa ahli yang
dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD adalah
pembelajaran tentang alam untuk mencari, menyelidiki, memproses tentang alam
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengikuti etika keilmuan
dan etika yang berlaku dalam masyarakat sehingga membentuk kepribadian anak
secara keseluruhan.
Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat
dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA
sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial
budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar
memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk
mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
14
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan
(7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek
yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep IPA dan penerapannya (terdiri atas
makhluk hidup dan alam semesta; serta sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat). Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah.
Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum KTSP relatif sama jika
dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sebelumnya
digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat dalam Kurikulum
KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. (2) benda
atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi
dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan
pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah
diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau penemuan konsep IPA.
Mata pelajaran IPA di SD/MI yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia
(DIKNAS) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran TuhanYang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan
15
proses untuk menyelidiki lam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari dasar untuk membekali siswa untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai dasar, siswa SD diberikan
pembelajaran yang bersifat konkret dengan cara mengajaknya langsung
menenukan masalah-masalah yang terdapat pada mata pelajaran IPA. Dengan
pengamatan langsung dan pengalaman sendiri, siswa dapat lebih memahami dan
mengingatnya dalam waktu yang lebih lama. Standar kompetensi dan kompetensi
dasar IPA dapat disusun sebagai landasan pembelajaranuntuk menembangkan
kemampuan tersebut. Selain itu dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan IPA.
Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan kompetensi dasar IPA pokok
bahasan sumber daya alam pada kelas 4 semester 2
Tabel 1
Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
11. Memahami hubungan antara 11.1 Menjelaskan hubungan antara
sumber
daya
lingkungan,
masyarakat
alam
teknologi
dengan
sumber daya alam dengan
dan
lingkungan
11.2 menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
teknoligi yang digunakan
11.3
Menjelaskan
pengambilan
bahan
dampak
alam
terhadap lingkungan
(permendiknsa No. 22 Tahun 2006)
16
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Standar Kompetensi :
11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
Kompetensi Dasar:
11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan
11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap lingkungan
2.1.3
Hasil Belajar
Menurut Winkel dalam Purwanto (2010:45) menyatakan bahwa hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan
tingkah lakunya. Hasil belajar adalah perubahan perilaku akibat proses pendidikan
sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Purwanto (2010:23). Menurut Sudjana
(1990:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Pengertian hasil belajar menurut Dimyati dan
mudjiono (1999:250) adalah hasil proses belajar yang dilihat dari 2 sisi yaitu sisi
siswa dan sisi guru, pada diri siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar sedangkan dari sisi
guru hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran yang terkait
dengan tujuan pengajaran.
Berdasarkan pengertian di atas hasil belajar merupakan suatu penilaian
yang terdapat pada kemampuan siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diperoleh dari hasil tes setelah mengalami aktivitas belajar atau setelah menerima
pengalaman sehingga mengalami perubahan sikap dan tingkah laku.Hasil belajar
merupakan wujud dari keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam
penguasaan materi pelajaran, apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai
yang diharapkan maka siswa akan merasakan kepuasan. Menurut aliran psikologi
kognitif memandang hasil belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk
mencatat dan memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasiinformasi tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan
17
berbagai informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam
pelajaran yang dibahas dan dikaji bersama. Dari pengertian hasil belajar yang
telah dikemukakan oleh para ahli maka intinya adalah "perubahan". Oleh karena
itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan memperoleh perubahan dalam
dirinya dengan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah
belajar.
Tingkat pencapaian hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran. Setelah proses pembelajaran selesai, biasanya
untuk mengukur sampai dimana tingkat pemahaman siswa terhadap suatu pokok
bahasan, guru mengadakan evaluasi atau penilaian berupa tes. Dari jumlah skor
yang diperoleh akan menunjukkan sampai dimana tingkat ketercapaian hasil
belajar siswa. Oleh sebab itu pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dengan
menggunakan sebuah penilaian. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang
sangat penting dalam proses pendidikan. Semua proses di lembaga pendidikan
formal pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang diwujudkan secara
kuantitatif berupa nilai. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil
atau prestasi belajar seorang peserta didik. Jadi penilaian dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi melalui kegiatan belajar
mengajar. Jenis penilain selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan penilaian.
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi
verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara
Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan
seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif
dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Taksonomi bloom mula diperkenalkan oleh Benjamin Bloom pada tahun
1956. Taksonomi bloom mengkategorikan kemahiran dan objektif yang ingin
dicapai oleh pelajar kepada 3 domain iaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
1) Domain kognitif digunakan untuk mengukur kemahiran intelektual.
18
2) Domain afektif digunakan untuk mengukur kemahiran generik, yang
telah diterapkan kepada pelajar melalui penglibatan pelajar dalam
persatuan-persatuan dan juga dalam pelbagai perbincangan secara
berkumpulan seperti dalam kursus rekabentuk sistem dan sebagainya.
3) Domain psikomotor pula bertujuan mengukur kemahiran praktikal dan
teknikal. Kemahiran ini diterapkan melalui proses latihan industri,
ujikaji makmal dan juga lawatan teknikal.
Kemahiran kognitif merupakan domain taksonomi yang digunakan untuk
mengukur kemahiran intelektual berdasarkan satu hirarki kognitif yang disusun
dari aras rendah hingga ke aras tinggi yaitu asas pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian. Taksonomi ini diperkenalkan pada tahun
1956 oleh Benjamin S. Bloom untuk tujuan pendidikan.
Hasil belajar digunakan guru untuk mengukur pencapaian suatu tujuan
pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran.
Menurut Kerlinger dalam Purwanto (2010:2) pengukuran adalah membandingkan
sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerapkan angka
menurut sistem aturan tertentu. Hopkins dan Antes dalam Purwanto (2010:2)
mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka pada atribut dari obyek,
orang atau kejadian yang dilakukan untuk menunjukan perbedaan dalam jumlah.
Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut
dengan instrumen. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
seperti tes, tugas, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.
Dari pengertian pengukuran di atas untuk mengukur hasil belajar peseta
didik digunakan instrumen penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat
diukur melalui teknik tes dan non tes.
Menurut Menurut Arikunto (2006:150) tes adalah pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Menurut Endang Poerwanti (2008:1-5) tes adalah seperangkat tugas yang harus
dikerjakan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
19
mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang
dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.
Dari pengertian diatas tes adalah seperangkat pertanyaan yang dijawab oleh
siswa untuk mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya.
1. Tes Lisan
Pada tes ini tersaji dalam bentuk lisan pada pertanyaan maupun jawaban.
Tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang
baku sehingga tidak menjadi informasi pokok tetapi hanya sebagai
pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.
2. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam soal
maupun jawabannya, misalnya tes formatif dan tugas tertulis.
3. Tes perbuatan
Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai
indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian tes adalah alat
penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk lisan, tulisan
atau perbuatan.
Pengukuran selain menggunakan tes juga dapat menggunakan non tes.
Teknik tes yang menekankan pada aspek kognitif berbeda dengan teknik non tes
yang sangat penting dalam mengukur kemampuan ranah efektif dan psikomotor
pada peserta didik. Menurut Endang Poerwanti (2008:3.19) ada beberapa macam
teknik non tes, yaitu:
1. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja siswa maupun
observasi
informal
yang
menggunakan instrumen.
dapat
dilakukan
oleh
pendidik
tanpa
20
2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang
diberikan secara lisan oleh sumber.
3. Angket
Angket merupakan suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh
informasi yang berupa data deskriptif.
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa hasil belajar dalam
penelitian ini adalah besar skor siswa yang diperoleh dari skor tes (tes
formatif) dan non tes (observasi keaktifan siswa menyimak materi dan
keaktifan siswa ketika belajar bersama).
2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan atau yang hampir sama dengan penelitian ini
adalah “Outdoor Activitites untuk Meningkatkan Pemahaman dalam Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 4 di SD Negri 01 Anggaswangi
Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 20092010” oleh Heri Susanti dengan hasil outdoor activities dengan pengamatan atau
observasi, kerjasama dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman dalam mata
pelajaran IPA di kelas4 SD Negeri 01 Anggaswangi Kecamatan Godong
Kabupaten Grobogan pada materi pokok “sumber daya alam”. Sebelum
diterapkan pembelajaran outdoor acivities, dari 36siswa terdapat 31 siswa yang
belum mencapai batas ketuntasan belajar (KKM=70) dan hanya 5 siswa yang
mencapai ketuntasan. Sedangkan pada siklus I dan II sebanyak 36 siswa atau
100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan. Kelebihan dari penelitian ini yaitu
bahwa peneliti telah berhasil menerapkan outdoor activities pada kelas dan materi
yang tepat karena pada siklus pertama dan siklus kedua, hasil belajar siswa telah
memenuhi
KKM
yang
telah
ditentukan
mencapai
100%.
Sedangkan
kekurangannya yaitu untuk materi Sumber daya alam jika digunakan dengan
Outdoor activities maka sumber daya alam yang dapat dijadikan media sangat
terbatas. Maka tindak lanjut yang diperlukan yaitu dengan memberikan materi
21
yang lebih tepat dapat dijangkau oleh anak SD. Penelitian ini akan mengatasi
masalah tersebut
Ibnu Prihantoro dengan “ Outdoor Activities untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas 4 pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD Negri2
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun
Pelajaran 2010-2011”. Dalam penelitian ini terdapat 14 siswa yang belum
mencapai KKM=60 dan hanaya 10 siswa yang mencapai ketuntasan dalam mata
pelajaran IPA, pada siklus pertama 21 siswa (87,5%) mencapai ketuntasan dan
3siswa (12,5%) belum mencapai ketuntasan. Dan pada siklus 2 sebanyak 24
siswa(100%) dari jumlah 24mencapai kriteria ketuntasan belajar. Terbukti siswa
tidak lagi bermain seenaknya sendiri saat kegiatan belajar sedang berlangsung,
siswa lebih aktif, antusis untuk bertanya dan kerja sama kelompok sudah baik.
Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran di luar kelas (outdoor activities)
yang dilakukan pada kelas 4 mata pelajaran IPA SDN2 Pangkalan Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan berhasil dan sesuai tujuan yang diharapkan.
Kelebihan dari penelitian ini yaitu peneliti dapat menambah motivasi siswa dalam
pembelajaran Sumber daya alam. Sedangkan kekurangannya yaitu bagaimana jika
model ini digunakan tidak hanya pada kelas tinggi,tetapi juga kelas rendah. Maka
diperlukan tindak lanjut yaitu dengan menerapkan outdoor activities pada kelas
rendah. Penelitian ini akan mengatasi masalah tersebut.
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas4 melalui
Outdoor Activities SD Negeri 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan
Semester2 Tahun 2010/2011” oleh Suwarti dengan hasil Outdoor Activities pada
materi Sumber Daya Alam di SD N 6 Sindurejo Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobogan semester2 tahun 2010/2011 sebelum diterapkan, dari 25 terdapat 14
siswa atau 56% siswa yang belum mencapai ketuntasan dngan KKM=70 dan
hanya 11 siswa atau 44% siswa yang sudah mencapai. Pada siklus1 terdapat 8
siswa 32% siswa yang belum tuntas dan 17 siswa atau 68% siswa telah tuntas.
Pada siklus 2 terdapat 2 siswa atau 8% siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan dan 23 siswa 92% siswa telah mencapai batas ketuntasan. Kelebihan
dari penelitian ini yaitu bahwa peneliti telah berhasil menerapkan outdoor
22
activities pada kelas dan materi yang tepat karena pada siklus pertama dan siklus
kedua, hasil belajar siswa telah memnuhi KKM yang telah ditentukan. Sedangkan
kekurangannya yaitu untuk materi Sumber daya alam jika digunakan dengan
Outdoor activities maka sumber daya alam yang dapat dijadikan media sangat
terbatas. Maka tindak lanjut yang diperlukan yaitu dengan memberikan materi
yang dapat dijangkau oleh anak SD. Penelitian ini akan mengatasi masalah
tersebut.
2.3 Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian pustaka yang dikemukakan di atas, proses pembelajaran
penerapan strategi pembelajaran yang sesuai akan mempengaruhi proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Model pembelajaran yang tidak tepat
akan membuat siswa lebih cepat bosan sehingga materi yang disampaikan tidak
sampai pada siswa. Terutama pada siswa SD yang pemikirannya masih dalam
tahap konkret jika diterapkan dalam model pembelajaran yang sifatnya hanya
membaca buku lalu menghafal maka penyampaian materi ke siswa tidak akan
tercapai. Pada penggunaan model pembelajaran konfensional dimana guru
mendominasi kegiatan belajar mengajar dan buku menjadi sumber utama maka
pembelajaran akan terasa kaku, menjenuhkan dan membosankan sehingga materi
yang disampaikan tidak tercapai dengan baik dan hasil belajar siswa rendah yaitu
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan 75.
Perubahan paradigma pembelajaran untuk siswa mempelajari materi dengan
pengamatan langsung pada obyek yang sedang dipelajari. Suatu pembelajaran
akan efektif jika siswa aktif secara langsung untuk mengamati dan
mempelajarinya. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami
konsep yang telah dipelajari dengan mengamati langsung pada obyek. Dengan
penggunaan outdoor activities yang membawa siswa keluar kelas dan melihat
langsung objek yang dipelajari maka siswa akan menjadi aktif untuk menemukan
sendiri konsep yang telah dipelajarinya. Dengan penggunaan model pembelajaran
ini daya tahan menghafal bertahan lama sehingga hasil belajar yang didapat
23
menjadi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang sifatnya hanya membaca
buku lalu menghafal.
Model pembelajaran outdoor activities diawali dengan kegiatan dimana
guru mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa mengenai sumber daya
alam. Pada pembahasan guru membagi siswa kedalam sebuah kelompok lalu
meminta siswa untuk keluar kelas dan mengamati benda-benda yang mereka
temukan. Siswa mengelompokkan benda-benda tersebut lalu menulisnya
kedalam lembar kerja siswa yang diberi oleh guru. Setelah pengamatan selesai
siswa berdiskusi dalam membuat kesimpulan. Jika semua kelompok sudah
selesai guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
hasil kesimpulan yang didapatkan. Setelah pembelajaran selesai guru
memberikan tes formatif kepada siswa untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran. Dalam model pembelajaran outdoor activities ini penilaian dibagi
menjadi dua, yaitu penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar dengan
KKM 75. Penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar ini kemudian
diolah menjadi nilai akhir siswa yang meningkat KKM 75. Penjelasan lebih rinci
akan disajikan dalam gambar 1 sebagai berikut:
24
Pembelajaran
konvensional
(metode
ceramah) hasil pembelajaran di bawah
Kondisi awal
KKM 75
Pembelajaran dengan metode outdoor
activities.
Proses
-
Penjelasan kegiatan pembelajaran
-
Pembagian kelompok dan LKS
-
Pengamatan
-
Diskusi
-
Presentasi
-
Kesimpulan
Hasil pembelajaran yang tercapai:
Kondisi akhir
- Penilaian
hasil:
nilai
memenuhi KKM 75
siswa
- Penilaian proses : siswa belajar
dengan aktif dan dapat berpikir
kritis
Gambar 1
Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “apabila dalam pembelajaran
menerapan model pembelajaran outdoor activities maka hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa kelas 4 di SDN 01 Kundisari Kecamatan Kedu
Kabupaten Temanggung semester genap tahun pelajaran 2012-2013 akan
meningkat.
Download