BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak dapat terlepas dari individu lain dan selalu hidup bersama dalam berbagai bentuk hubungan sosial. Seseorang dalam perkembangannya memiliki kebutuhan yang kuat untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan antar teman tidaklah mudah, seseorang harus memiliki penerimaan diri yang baik agar tercipta suatu hubungan yang baik dan sehat. Interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan salah satu unsur penting dalam memenuhi kebutuhan akan harga diri, agar bisa berinteraksi dengan sesama di lingkunganya. Dilingkungan sekolah, dalam proses belajarnya siswa berinteraksi atau menjalin relasi dengan orang lain (para guru dan teman–teman sekolah). Carasiswa bersosialisasi dengan teman sangat beraneka ragam. Dalam berinteraksi terdapat siswa yang populer dalam kelompok atau kelasnya, namun ada pula yang terisolir. Siswa yang memiliki ketrampilan bersosialisasi dengan baik akan memiliki banyak teman dan diterima dalam lingkungannya. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki ketrampilan bersosialisasi dengan baik akan cenderung menyendiridalam lingkup pergaulan dengan teman – temannya di sekolah. Beberapa gejala yang menunjukkan bahwa siswa tersebut tergolong siswa yang terisolir dalam pergaulannya, yaitu selalu tampak menyendiri saat melakukan kegiatan kelompok, melamun di dalam kelas, menunjukkan sikap yang cenderung menutup diri, tidak pernah berpartisipasi saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, jarang berinteraksi dengan orang lain. Masalah siswa terisolir tidak dapat dianggap ringan karena dapat menimbulkan hambatan dalam pergaulan. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengetahui siswa yang terisolir adalah sosiometri. Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti melalui hasil analisis sosiometri yang telah dilakukan khususnya pada kelas XI IPA2 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2014/2015 diketahui ada siswa yang terisolir dan ada juga siswa yang mampu untuk membangun relasi yang baik dengan teman–teman atau yang dikenal siswa populer. Bidang bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sistem pendidikan, SMA Negeri 7 Kupang berupaya mencerdaskan dan turut membantu pengembangan potensi siswa melalui pemberian berbagai jenis layanan oleh 4 guru BK yang ada di sekolah tersebut. Salah satu jenis layanan BK yang seringkali diberikan adalah layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan ini, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang bermanfaat bagi pengembangan dan pemecahan masalah siswa yang menjadi peserta layanan. Aktifitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan lingkungan, penyesuaian diri serta pengembangan diri. Realita yang diamati peneliti pada saat melakukan praktek pengalaman lapangan di SMA Negeri 7 Kupang yaitu bahwa para guru BK yang ada di sekolah tersebut dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok kepada siswa hanya sebatas menjelaskan atau memberi ceramah kepada siswa. Keterbatasan metode atau teknik ini akan membuat siswa mudah bosan walaupun materi yang disampaikan sesungguhnya sangat bermanfat bagi siswa. Menghadapi kenyataan ini, peneliti terinspirasi untuk memberikan berbagai teknik dalam layanan bimbingan kelompok yang seyogyanya dapat digunakan secara lebih bermanfaat. Salah satu teknik layanan bimbingan kelompok yang dapat digunakan adalah teknik bermain. Teknik bermain yang digunakan adalah bermain bersama atau bermain kelompok atau bermain sosial, ketika bermain siswa harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, jujur, bekerja sama dan peduli akan hak orang lain. Dockett dan Fleer (2000 : 41-43) mengatakan bermain merupakan kebutuhan bagi anak karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya untuk membangun relasi dengan yang lain. Permainan kelompok yang efektif harus sederhana, menggembirakan, menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan, meningkatkan keakraban dan diikuti oleh semua anggota kelompok. Melalui teknik bermain diharapkan dapat membantu siswa untuk aktif dan mengambil bagian dalam setiap kegiatan kelompok. Masalah yang dibahas dalam teknik bermain seperti : siswa-siswi yang terisolir atau menutup diri dari lingkungan sosial. Layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain berusaha membantu meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa, dengan demikian secara perlahan siswa dapat membuka diri dan bergabung bersama siswa-siswi lainnya. Mengacu pada uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Teknik Bermain Dalam Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan Kemampuan Bersosialisasi Siswa Terisolir Pada Kelas XI IPA2SMA Negeri 7 Kupang Tahun Pelajaran 2014/2015 ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada pengaruh penerapan teknik bermain dalam layanan bimbingan kelompokterhadap peningkatan kemampuan bersosialisasi siswa terisolirKelas XI IPA2 SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2014/2015”. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalahUntuk mengetahui pengaruh penerapan teknik bermain dalam layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan kemampuan bersosialisasi pada siswa yang terisolir kelas XI IPA2SMA Negeri 7 Kupangtahun pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat Penelitian 2.1. Bagi kepala sekolah Memberi masukan kepada kepala sekolah untuk selalu memotivasi personil sekolahagar menjalin kerja sama dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok secara terencana untuk membantu meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa. 2.2. Bagi guru BK Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pemberian layanan bimbingan kelompok bagi siswa-siswi di sekolah. 2.3. Bagi peneliti Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk dapat memahami bahan pembelajaran dan persiapan yang dapat menjadi bekal dalam menjalankan tgas di kemudian hari. 2.4. Bagi siswa a. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai penyesuaian diri dengan orang lain dalam kelompok. b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama c. Melatih kemampuan siswa untuk bersosialisasi dengan orang lain dalam kelompok. D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mengacu pada hal-hal yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini. Hal ini dimaksud agar peneliti lebih terfokus pada objek yang diteliti. Batasan lingkup dalam penelitian ini mencakup : 1. Variabel penelitian Penelitian ini terdiri atas 2 variabel yaitu: a. Variabel bebas (X) Menurut Arikunto (2006:116) Variabel bebas merupakanvariabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalahpenerapan teknik bermain dalam layanan bimbingan kelompok. b. Variabel terikat (Y) Menurut Arikunto (2006:117)Variabel terikat merupakanvariabel akibat atau variabel yang dipengaruhi.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bersosialisasi. kemampuan 2. Populasi dan sampel penelitian a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI IPA2 yang berjumlah 30 orang. b. Sampel Sampel penelitian ini berjumlah 30 orang kelas XI IPA2 pada SMA Negeri 7 Kupang tahun pelajaran 2014/2015. 3. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Kupang Jln. Frans Daromes Tofa, Kota Kupang. 4. Waktu penelitian Penelitian ini diperkirakan selama 3bulan yaitu mulai dari bulan April sampai dengan Juni 2015. E. Penegasan Konsep Penegasan konsep terkait topik penelitian ini dilakukan agar tidak terjadi penafsiran yang keliru atau berbeda-beda diantara pembaca. Adapun konsep-konsep penelitian yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan Bersosialisasi Buhler (2008:58) mengatakan “Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya”. Robert (2008:71).mengatakan “Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial. Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan bersosialisasi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang individu untuk dapat berpartisipasi, dapat menyesuaikan diri agar diterima di masyarakat dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan kehidupan masyarakat. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan bersosialisasi dalam penelitian ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang individuuntuk dapat mempelajari norma, nilai, peran yang harus ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk dapat memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya. 2. Siswa Terisolir. Kartono dan Dali (2000:243) mengemukakan bahwa siswa terisolir adalah siswa yang memiliki hubungan sosial yang sangat kurang atau sangat dangkal atau seseorang yang tidak dipilih oleh seorangpun. Winkel (1991:263) menjelaskan bahwa siswa yang terisolir adalah siswa yang terasing, akibat tidak banyak mendapat pilihan dan mendapat penolakan yang paling banyak sehingga hubungan sosialnya yang rentan. Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa siswa terisolir adalah siswa yang memiliki hubungan sosial yang sangat kurang, siswa yang terasing, tidak dipilih oleh seorangpun, mendapat penolakan paling banyak membuat hubungan sosialnya rentan. Dari kedua pendapat di atas, siswa terisolir yang dimaksud dalam penelitian adalah siswa yang memiliki hubungan sosial yang sangat kurang atau sangat dangkal, ditolak oleh teman–teman sehingga membuatnya terasing dari lingkungannya. 3. Teknik Bermain Menurut Prasetyono (2007:50), “melalui kegiatan bermain, akan diperoleh berbagai pengalaman yang dapat digunakan untuk memperbaiki hubungan antar manusia dan mengenal diri sendiri dengan baik”. Erikson dan Freud (Santrock, 2006:91) berpendapat bahwa bermain merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa teknik bermain adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna melalui kegiatan bermain dan dengan bermain akan diperoleh berbagai pengalaman bersama yng dapat mengatasi kecemasan dan konflik. Dari kedua pendapat di atas, teknik bermain yang dimaksud dalam penelitian adalah salah satu teknik bimbingan kelompok untuk membantu memecahkan masalah siswa yang terisolir melalui sebuah permainan dimana siswa akan melatih untuk bekerjasama dengan anggota kelompok, memahami diri sendiri dan orang lain, terbuka dengan orang lain. Siswa akan merasakan pentingnya kekompakan dan kerja sama dalam sebuah kelompok tanpa ada yang merasa minder. 4. Layanan Bimbingan Kelompok. Tohirin (Winkel dan Sri Hastuti 2007:170) menyebutkan Layanan Bimbingan Kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok”. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri Hal senada juga dikemukakan oleh Natawijaya (1987:32)“bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri individu dengan dilaksanakan secara kelompok. Dari pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah salah satu cara memberikan bantuan kepada siswa melalui kegiatan kelompok untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri individu. Dari kedua pendapat para ahli di atas, peneliti dapat layanan bimbingan kelompok menyimpulkan bahwa adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok untuk membantu individu - individu yang menggalami kesulitan dalam memecahkan masa lahnya. F. Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian 1. Anggapan Dasar Penelitian Seorang dalam melaksanakan kegiatannya tidak hanya menemukan faktor-faktor, tetapi lebih dari itu dapat menemukan prinsip-prinsip yang terdapat dibalik fakta itu sendiri. Sehubungan dengan itu maka perlu adanya titik tolak tertentu sebagai dasar pemikiran yang tampak dalam penggunaan anggapan dasar tertentu. Arikunto (2006: 65), berpendapat bahwa “ anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai tempat berpijak dalam melaksanakan penelitiannya”. Lebih lanjut Arikunto (2006:70) menjelaskan bahwa anggapan dasar dalam penelitian diperlukan: a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang akan diteliti. b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian. c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa anggapan dasar merupakan suatu titik tolak atau pedoman kerja yang kokoh untuk mempertegas variabel, guna menentukan dan merumuskan hipotesis dalam penelitian. Dengan demikian anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Kemampuan bersosialisasi merupakan dasar relasi yang baik yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan diri orang lain. 2) Kesulitan seseorang atau individu dalam bersosialisasi dengan orang lain disebabkan oleh berbagai faktor misalnya menutup diri, tidak berpartisipasi dan tidak berinteraksi dengan orang lain. 3) Penerapan teknik bermain dalam bimbingan kelompok merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada siswa yang terisolir. 2. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji melalui penelitian. Arikunto (2006:73) mermuskan bahwa berdasarkan isi dan rumusannya yang bermacam–macam, hipotesis dapat dibedakan atas dua jenis yaitu : Ho : Tidak ada pengaruh dari penerapan layanan bimbingan kelompok teknik bermain terhadap peningkatan kemampuan pada kelas XI IPA2 di SMA Negeri bersosialisasi siswa terisolir 7 Kupang tahun pelajaran 2014/2015 Ha : Ada pengaruh dari penerapan layanan bimbingan kelompok bermain terhadap peningkatan kemampuan pada kelas XI IPA2di SMA Negeri dengan dengan teknik bersosialisasi siswa terisolir 7 Kupang tahun pelajaran 2014/2015.