BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu wadah yang dapat berfungsi sebagai alat untuk menghasilkan manusia dengan SDM yang bermutu tinggi dan berbudaya maju sehingga mewujudkan diri sebagai manusia yang bermoral dan produktif serta penuh tanggung jawab. Pendidikan juga merupakan suatu proses interaksi manusiawi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan yaitu pembelajaran yang efektif, berkualitas serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan (Trianto, 2007: 1). Menurut Buchori dalam Trianto (2007: 1), pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, akan tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan seharihari. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia dituntut untuk selalu berusaha melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut semakin mendorong upaya-upaya untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran agar suasana pembelajaran menjadi lebih bervariasi. Namun bervariasinya pembelajaran yang terjadi bergantung dari interaksi antara guru dan siswa. Interaksi ini harus berlangsung secara berkesinambungan sehingga guru tidak terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Ini akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar. Pembelajaran aktif akan mendorong peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuan. Peserta didik akan mencari sendiri pengetahuan tersebut dengan guru sebagai pembimbing atau sebagai fasilitator. Semua hal di atas bertujuan agar mutu pendidikan dan penyempurnaan sistem pembelajaran dapat ditingkatkan dan tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan sebuah kurikulum yang merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu kurikulum yang masih diterapkan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digalakan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum ini dikembangkan sebagai upaya pembaharuan terhadap pola pembelajaran yang kurang efektif menjadi yang lebih efektif. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan siswa dengan guru yang saling menerima, menghargai, akrab dan terbuka (Trianto, 2009: 8). Untuk itu, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya. Guru pun lebih mengarahkan siswanya agar belajar untuk membiasakan diri secara mandiri dalam memecahkan beragam masalah yang terjadi di masyarakat. Meminjam pendapat Bruner dalam Trianto (2009: 91) yang menyatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang meyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar – benar bermakna. Suatu konsekuensi logis karena dengan berusaha mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. Di SMP Surya Mandala, kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat satuan Pedidikan (KTSP). Namun metode pembelajaran yang digunakan lebih banyak didominasi oleh guru. Akibatnya peserta didik menjadi jenuh dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, kurangnya respon dan umpan balik peserta didik selama proses pembelajaran, kreativitas dan ketajaman berpikir peserta didik kurang dirangsang sehingga pendalaman materi pun hanya sebatas pada buku ajar dan buku pegangan guru, yang berdampak pada perkembangan dan hasil belajar peserta didik yang belum memenuhi SKM yang dituntut sekolah. Di lain pihak peserta didik kurang dilibatkan dalam kelompokkelompok kecil untuk berdiskusi dalam menyelesaikan suatu masalah (mengerjakan soal maupun melakukan eksperimen). Hal ini tentunya menjadi suatu masalah yang perlu dihindari dalam suatu proses pembelajaran karena pembelajaran bukan hanya proses penyampaian sesuatu namun bagaimana proses peserta didik menemukan apa yang disampaikan melalui berbagai kegiatan yang sesuai, sekaligus mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Model pembelajaran berbasis masalah memberikan peluang untuk mengembangkan potensi berpikir siswa dalam aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks. Dengan kata lain, pembelajaran berbasis masalah melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hakekat kekompleksan dan konteks dari keterampilan berpikir tingkat tinggi hanya dapat dilakukan dengan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada tingkat SMP juga diharapkan agar siswa secara dini dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir serta dibiasakan untuk mampu menerapkan ilmu yang didapat pada situasi konkret sehari-hari khususnya dalam menghadapi tantangan global saat ini. Lebih jauh siswa telah dilatih berpikir kritis sehingga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi siswa mampu memiliki sejumlah keterampilan yang lebih untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara kontekstual, permasalahan pembelajaran biologi sangatlah dekat dengan realitas persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat pada umumnya dan situasi kehidupan sehari-hari siswa pada khususnya. Sistem peredaran darah merupakan salah satu materi yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Materi ini adalah pengetahuan yang sangat menarik karena isi materinya tidak terlepas dari fenomena nyata yang sering dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam materi ini siswa akan mempelajari bagaimana mengetahui golongan darah yang dimilikinya serta bagaimana prosedur yang harus dilakukan pada saat seseorang mentransfusikan darahnya. Isi materi ini jika dipelajari dengan metode menghafal atau pembelajaran ceramah dapat menyebabkan siswa tidak mampu memperdalam materi dan membangun konsep sendiri untuk diaplikasikan dalam menyelesaikan permasalahan nyata dalam keseharianya. Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul : “Uji Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Materi Pokok Sistem peredaran darah pada manusia Di SMP Surya Mandala Kupang Tahun Ajaran 2014/2015.” B. Rumusan Masalah “Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia di SMP Surya Mandala Kupang Tahun Ajaran 2014/1015? ” C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi sistem peredaran darah pada manusia di SMP Surya Mandala Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem peredaran darah pada manusia dalam pelajaran biologi kelas VIII SMP Surya Mandala Kupang Tahun Ajaran 2014/1015. b. Sebagai bahan refleksi bagi para guru dan semua orang yang berkecimpung di bidang pendidikan dalam menjalankan proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan demi mencapai pendidikan yang berkualitas. c. Sebagai bahan referensi bagi pembaca khususnya yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut.