perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 BAB II

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1. Konseling
a. Pengertian
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan
komunikasi
interpersonal,
teknik
bimbingan
dan
penguasaan
pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan
jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin.
2009).
Suatu komunikasi interpersonal belum tentu konseling tetapi
konseling selalu merupakan komunikasi interpersonal. Orang yang
memberikan bantuan konseling disebut konselor. Sedangkan orang
yang diberikan konseling disebut konseli. Didalam kebidanan
konseling disebut juga klien dalam konseling hubungan atau
pertaliaan antara konselor dengan klien memegang peranan yang
penting bagi keberhasilan konseling. Merupakan bentuk percakapan
wawancara sebagai alat
pengumpulan data digunakan untuk
mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi,
commit to user
6
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu
atau
responden. Caranya melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan kepada individu. (Tyastuti, 2008: 41).
b. Tujuan Konseling Dalam Praktek Kebidanan
Konseling bersifat membantu memecahkan masalah yang
dihadapi klien. Masalah yang benar-benar terjadi pada dirinya maupun
orang lain, harus segera ditangani agar tidak menimbulkan permasalah
baru. Masalah lainya yaitu ketidak mampuan dan ketidak mengertian
klien akan potensi yang dimilikinya yaitu:
1) Fungsi
kuratif
yaitu membantu memecahkan masalah yang
dihadapi klien dalam proses perkembangan, dimana klien tidak
mampu mengembangkan dirinya karena beberapa alasan yang
dapat diterima, maka disini bidan membantu klien untuk
memahami dan menyelesaikan perkembanganya.
2) Fungsi preventif yaitu tidak hanya mengatasi masalah yang telah
terjadi tetapi juga menjaga masalah agar tidak bertambah serta
muncul masalah baru yang dapat mengganggu diri klien dan orang
lain. Fungsi preventif dilakukan dengan cara membelajarkan
kepada klien agar terhindar dari masalah yang semakin kompleks,
mendalam, dan rumit, dengan cara memberikan keterampilan dan
teknik dalam menyelesaikan masalahnya.
Garis besar tujuan konseling kebidanan yaitu merubah pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (attack) klien. Fungsi lain
commit to user
dari konseling yaitu: Konseling merupakan upaya mencegah
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
timbulnya masalah kesehatan. Konseling sebagai penyesuaian dalam
hal ini merupakan upaya untuk membantu klien mengalami
perubahan biologis, psikologis, social, cultural, dan lingkungan yang
berkaitan
dengan
kesehatan.
Konseling
sebagai
perbaikan
dilaksanakan ketika terjadi penyimpangan perilaku klien
atau pelayanan kesehatan dan lingkungan. Konseling sabagai
pengembangan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
upaya peningkatan peran serta masyarakat.
c. Manfaat Konseling
Meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal masalah,
merumuskan
alternatif,
memecahkan
masalah
dan
memiliki
pengalaman dalam pemecahan masalah secara pribadi (Wulandari,
2009).
d. Faktor Penghambat Konseling
1. Faktor Individu
Komunikasi interpersonal atau konseling dilakukan oleh orang
secara pribadi. Pribadi ini yang menjadi sumber pesan dan umpan
balik. Kepribadian tersebut ada hal yang mempengaruhi kualitas
komunikasi yaitu sikap orang lain yang kita ajak komunikasi dan
sikap terhadap diri sendiri. Selain sikap ada faktor fisik yang bisa
menyebabkan suatu komunikasi interpersonal atau konseling yang
efektif tidak tercapai faktor-faktor tersebut antara lain:
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Faktor fisik sangat mempengaruhi kelancaran komunikasi atau
konseling. Meliputi kepekaan panca indra, usia dan jender. hal
ini sangat penting karena penurunan kepekaan pada organorgan pendengaran, penglihatan dan lainnya akan menentukan
kelancaran komunikasi.
b) Faktor sosial ternyata bisa juga mempengaruhi proses
konseling. Meliputi sejarah keluarga dan relaksi, jaringan
sosial, orang yang punya wawasan dan pergaulan yang luas
akan lebih mudah untuk melakukan konseling. Peran dalam
masyarakat, status sosial, peran sosial.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi
Disamping faktor indifidu faktor yang juga menghambat
konseling adalah faktor yang berkaitan dengan interaksi
diantaranya:
a) Tujuan dan harapan terhadap komunikas.
Terjadi apabila dalam suatu konseling, komunikator tidak
memberikan
konseling
sesuai
kebutuhan
klien
maka
komunikasin yang disampaikan komunikator tidak didengar
oleh klien karena tidak sesuai harapan.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Sikap terhadap interaksi
Sikap yang terbuka dan bersahabat sangat mendukung
komunikasi, tetapi sebaliknya orang yang tertutup dan
kurang bersahabat akan sulit diajak komunikasi, biasanya
orang yang sepeti ini susah
untuk mengungkapkan
masalahnya.
c) Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti
kehangatan, perhatian, dukungan) pembawaan diri seseorang
sangat mempengaruhi komuniksi. Orang yang sombong,
sinis dan tidak memberikan dukugan merupakan hambatan
komunikasi yang harus mampu kita hadapi.
d) Sejarah hubungan adalah masalah yang telah lampau tetapi
akan sangat berpengaruh dimasa sekarang atau masa datang.
2. Faktor situsional
Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga
merupakan situasi yang mendukung.
3. Kompetensi dalam melakukan percakapa
Agar konseling berjalan dengan baik perlu memiliki keterampilan
komunikasi interpersonal baik sosial maupun behavioral.
Kompetensi tersebut meliputi:
a) Empati
b) Perspektif sosial adalah kemungkinan-kemungkinan perilaku
commit to user
yang diambil oleh orang yang kita ajak komunikasi.
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kepekaan
d) Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP
e) Monitor diri
f)
Kecakapan dalam tingkah laku
e. Proses konseling
Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan
selaku konselor dengan klien dalam mencari tahu tentang masalah
yang dihadapi klien. Proses ini memerlukan keterbukaan dari klien
dan bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien
(Wulandari, 2009).
f. Langkah Konseling Dalam Pratik Kebidanan
1) Langkah awal merupakan langkah penting dalam proses konseling
kebidanan sebagai penentu keberhasilan langkah berikutnya dalam
proses konseling kebidanan.
2) Langkah inti merupakan langkah kedua dari proses konseling atau
langkah pokok. Langkah ini menentukan apakah bantuan yang
diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan klien, dan apakah
konseling berhasil dengan baik.
3) Langkah akhir merupakan melakukan kegiatan pokok dalam proses
konseling meskipun disini bidan bukan
seorang yang paling
berhak untuk mengakhiri konseling, akan tetapi bidan harus
mampu melakukan terminisasi atau pengakhiran (Yuswanto &
Yulifa: 2009)
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g. Ciri-Ciri langkah Konseling
1) Interaksi antara dua orang ( antara bidan dengan klien)
2) Konseling datang mempunyai masalah
3) Konseling datang atas kemauan sendiri atau saran orang lain
untuk menyelesaikan masalah.
4) Konselor adalah seorang yang terlatih (profesional dalam
bidangnya)
5) Tujuan konseling adalah menolong dan memberikan bantuan
kepada konseling agar ia mengerti dan menerima keadaannya
serta dapat menemukan jalan keluar dengan menggunakan potensi
yang ada pada dirinya.
6) Proses konseling menitikbetarkan pada masalah yang jelas nyata
dan dalam kesadaran diri.
2. Perawatan Tali pusat
a. Pengertian
Menurut kamus Bahasa indonesia, perawatan adalah proses
perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan. Tali pusat
atau umbilikal court adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan. Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau
memelihara pada tali pusat bayi setalah tali pusat dipotong sampai
sebelum puput. Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir.
(Retniyati, 2010).
b. Cara Perawatan Tali pusat
1) Pangkal tali pusat, untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Sisa air yang menempel
pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kasa
steril atau kapas.
2) Anginkan tali pusat, tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali
dalam sehari. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain
memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar
pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril.
3) Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan
leluasa. Bila akan menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang
memang khusus untuk bayi baru lahir yang ada lekukan di bagian
depan.
4) Jangan mengenakan celana atau jump-suit. Sampai tali pusatnya
puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila akan
menggunakan popok kain, jangan masukkan baju atasannya ke
dalam popok. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara
agar cepat mengering dan lepas.
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Perawatan Tali Pusat Menurut APN
1) Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau
mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.
2) Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali
pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi
tidak dikompreskan karena menyebabkan basah atau lembab.
3) Lipat popok dibawah putung tali pusat
4) berdarah, atau berbau (JNPK-KR, 2008).
d. Nasehat Perawatan Tali Pusat Terbuka
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan
apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena
menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
4) Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
5) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
6) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan hati-hati dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih.
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit
sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda
infeksi, nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.
e. Komplikasi Tali pusat
1) Infeksi Tali pusat
Ujung tali pusat sering kali kena infeksi Stapylococcus aureus.
Tempat itu mengeluarkan nanah dan sekitarnya merah serta ada
edema. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat menjalar ke hepar
melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang
berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma
pada umbilicus. (Annonim, 2009).
Sebagai pengobatan local diberi salep yang mengandung
Neomisin dan basitrasin, Selain itu dapat dipakai juga salep
Gentamisin, dapat diolesi dengan larutan nitras argenti 3%.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara perawatan tali pusat yang
baik. Jika ditempat perawatan bayi banyak terdapat infeksi dengan
stafilakokus, maka perawatan tali pusat dapat dilakukan sebagai
berikut: sesudah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan
tingtura jodii , kemudian tangkai tali pusat, dasar tali pusat, dan
kulit tali pusat dapat diolesi dengan tripel dye ini ialah
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
campuran brilliant green 2,29 g, provlavine hemisulfate 1,14 g dan
crystal violate 2,29 g dalam satu liter air. Sekiranya obat ini tidak
ada, dapat diganti dengan merkurokrom. Tali pusat cukup ditutup
dengan kasa steril dan diganti setiap hari.
2) Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab terjadinya
infeksi dan kematian pada bayi, sebenarnya dapat dengan mudah
dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan
yang memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin, 2009).
Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi
pada neonates (bayi berusia kurang dari 1 bulan). Penyebab
penyakit ini ialah Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerobic
dan mengeluarkan oksitosin yang neutropik. Kuman ini dapat
membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang baik dalam
luka yang kotor atau jaingan ekrotik yang mempunyai suasana
anaerobik. Pada bayi penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali
pusat, yaitu karena pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak
steril. Selain itu, infeksi dapat juga melalui pemakaian obat, bubuk,
atau daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.
Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa inkubasi
kurang dari 7 hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka
kematiannya yang tinggi.
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi sefesipik,
durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan & Dewi,
2011). Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2012)
b. Bentuk Perilaku
1) Perilaku tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain. Bentuk perilaku tertutup lainnya adalah sikap.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012).
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Perilaku terbuka atau overt behavior yaitu respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain (Notoatmodjo, 2012).
c. Faktor Pendorong Perubahan Perilaku.
Perubahan perilaku terbentuk dari tiga faktor :
1) Faktor-faktor predisposisi atau
predisposing
factors, yakni
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung atau enabling factors, yakni terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
3) Faktor-faktor pendorong atau reinforcing factors yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
d. Teori Perilaku
Teori Skiner seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
atau
rangsangan dari luar. Demikian perilaku manusia terjadi melalui
proses: Setimulus organisme respons atau S-O-R. Terdapat dua jenis
respon yaitu responden respon atau reflexive adalah respon yang
ditimbulkan oleh stimulus tertentu yang disebut eliciting stimulus
commit to user
karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.Operant
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang
lain. Rangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimulus atau
reinforcer,
karena
berfungsi
untuk
memperkuat
respons.
(Notoatmodjo: 2012)
e. Tindakan praktik
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan apa yang
diketahui atau disikapinya dinilai baik. Inilah yang disebut praktik
kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan atau overt
behavior (Notoatmodjo, 2012).
Secara teori memang perubahan perilaku baru mengikuti tahaptahap proses perubahan pengetahuan atau knowledge, sikap atau
attitude, praktik. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu,
namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut
tidak selalu seperti teori. Artinya seseorang telah berperilaku positif
sekalipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif. Memperoleh data
praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan
observasi. Namun pengukuran perilaku dapat juga dilakukan secara
tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall)
(Notoatmodjo, 2012).
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Kelompokan Aktivitas Manusia:
1) Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain misalnya
berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya
2) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya
berfikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya.
g. Domain Perilaku
1) Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersivfat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan,
emosional, jenis kelamin.
2) Faktor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik. Lingkungan ini yang paling sering
sebagai faktor domain dalam perilaku.(Wawan&Dewi:2010)
B. Hubungan Konseling Bidan Dengan Perubahan Perilaku Ibu Dalam
Melakukan Perawatan Tali Pusat Terbuka.
Perawatan tali pusat terbuka dilakukan untuk menjaga agar tali pusat
tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir. (Retniyati,
2010). Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab terjadinya infeksi
dan kematian pada bayi, sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan
perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara
merawat tali pusat (Sodikin, 2009). Pencegahan infeksi ini dapat dicegah
melalui memberikan informasi yang disertai demonstrai perwatan tali pusat
terbuka kepada ibu guna mengubah perilaku seseorang dalam melakukan
perawatan tali pusat.
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perilaku sendiri merupakan respon individu terhadap suatu stimulus atau
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi sefesipik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan & Dewi, 2011). Perilaku
manusia terjadi melalui proses: Setimulus organisme respons atau S-O-R.
Terdapat dua jenis respon yaitu responden respon atau reflexive ditimbulkan
oleh stimulus tertentu yang disebut eliciting stimulus karena menimbulkan
respons-respons yang relatif tetap. Operant respons atau instrumental respons
adalah respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus
atau rangsangan yang lain. Rangsangan ini disebut reinforcing stimulus
karena berfungsi untuk memperkuat respons. Sehingga menimbulkan
perubahan baik peubahan sikap ataupun perilaku terbuka (Notoatmodjo:
2012).
Tindakan konseling di bidang kesehatan diperlukan untuk membntu
memberikan informasi kepada klien. konseling bidan merupakan hubungan
pertaliaan antara konselor dengan klien, yang memegang peranan penting
bagi keberhasilan konseling. Secara garis besar tujuan konseling kebidanan
yaitu merubah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku
(attack) klien. (Tyastuti, 2008).
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Konsep
Faktor yang mempengaruhi konseling:
a.
b.
c.
d.
Konseling
Individu/ komunikator
Interaksi
Situasional
Kompetensi
1. Perhatian
2. Pengertian
3. penerimaan
Faktor internal:
Kecerdasan, emosional
Respon (perubahan Perilaku)
Faktor eksternal:
Lingkungan, budaya,
sosial, ekonomi, politik
baik
buruk
Gambar 1: Kerangka konsep
Keterangan :
: Variabel Penelitian
: Variabel Kontrol
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesisnya yaitu:
Ha: Ada hubungan antara konseling bidan dengan perilaku ibu perawatan
tali pusat terbuka di BPS Rufina Santoso Surakarta.
commit to user
Download