Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Gangguan syaraf dan mental mempengaruhi lebih dari 450 juta orang di dunia dan membuat kontribusi besar untuk dunia (DCP2, 2006). WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia menyatakan bahwa masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius (WHO, 2003). WHO menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa (WHO, 2001). Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu diperkirakan sudah meningkat. Dari 220 juta penduduk Indonesia, ada 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan (Hawari, 2001). Dari 220 juta penduduk Indonesia, ada 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan. Peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa juga dikemukakan oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menyatakan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat (Departemen Kesehatan RI, 2007). Data jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia terus bertambah. Dari 33 Rumah Sakit Jiwa diseluruh Indonesia menyatakan bahwa hingga 1 2 kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat cukup memprihatinkan, yaitu mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental (News, 2012). Di rumah Sakit Khusus Jiwa dan Syaraf Puri Waluyo Surakarta, tercatat 27 kunjungan pasien jiwa dan syaraf pada tahun 2007, meningkat menjadi 42 pasien pada 2008 (Waluyo, 2009). Gangguan mental dan perilaku yang hadir pada setiap titik waktu di sekitar 10% dari populasi orang dewasa di seluruh dunia. Seperlima dari remaja di bawah usia 18 tahun menderita masalah perkembangan, emosional atau perilaku, dan satu dari delapan remaja memiliki gangguan mental. Gangguan syaraf dan mental untuk 13% dari total Disability Adjusted Life Years (DALYs) hilang karena semua penyakit dan cedera di dunia (WHO, 2004d). Lima dari sepuluh penyebab utama kecacatan di seluruh dunia adalah kondisi kejiwaan, termasuk depresi, skizofrenia penggunaan alkohol, dan gangguan kompulsif (Murray & Lopez, 1996). Proyeksi memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kondisi neuropsikiatri akan mencapai 15% dari seluruh dunia kecacatan, dengan depresi unipolar sendiri sebesar 5,7% dari DALYs. Disability Adjusted Life Years (DALYs) merupakan metodologi yang diperkenalkan di Global 3 Burden of Disease, rekening untuk kecacatan dan kronisitas disebabkan oleh gangguan (Murray & Lopez, 1996). DALYs adalah ukuran kesenjangan kesehatan, yang menggabungkan informasi tentang kecacatan dan non-fatal hasil kesehatan dan kematian dini. Satu DALY adalah salah satu hilang tahun 'hidup sehat'. Menurut WHO (2008), kesehatan mental adalah suatu keadaan kesejahteraan tiap individu yang mampu mengoptimalkan kemampuannya, dapat mengatasi stress dalam hidupnya, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat serta dapat berkontribusi terhadap komunitasnya. Dengan kesehatan mental yang baik, individu akan dapat tampil optimal sesuai kapasitasnya serta produktif, yang akan menunjang pada terciptanya masyarakat yang maju. Sebaliknya bila kesehatan mental seseorang rendah, orang akan sangat menderita, menyebabkan kualitas kematian. hidupnya Kesehatan buruk, mental bahkan hingga seseorang dapat disebabkan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal, terutama difokuskan pada lingkungan baik fisik dan non fisik, seperti penyakit yang diderita, lingkungan sosial dan pola asuh. Berdasarkan pemaparan di atas dibutuhkan identifikasi persebaran penderita penyakit jiwa dan syaraf menggunakan metode Kulldorff’s Spatial Scan Statistic dengan studi kasus Rumah Sakit Khusus Jiwa dan Syaraf Puri Waluyo Surakarta. Dalam penelitian ini, masalah persebaran penyakit jiwa dan syaraf di Kota Surakarta akan dimodelkan ke dalam bentuk matematis menggunakan tipe model pendeteksian cluster Kulldorff’s spatial scan statistic berdasarkan pada data kasus penyakit di Rumah Sakit Khusus Jiwa dan Syaraf Puri Waluyo Surakarta kurun waktu 2005-2010 sehingga menghasilkan pendekteksian cluster penyakit jiwa dan syaraf di Kota 4 Surakarta. Untuk pengolahan data dan pemetaannya menggunakan metode Kulldorff’s spatial scan statistic dengan menggunakan Software R. Model Kulldorff’s spatial scan statistic merupakan metode statistika yang digunakan untuk mengidentifikasi area yang signifikan secara statistik memiliki resiko tinggi terhadap suatu kasus, misal kemiskinan, pengangguran dan penyakit (Chen, 1998). Kulldorff’s spatial scan statistic pertama kali dikembangkan oleh Martin Kulldorff, Ph.D untuk surveilans penyakit dan penerapan biostatistik dalam berbagai penelitian medis (Anonim, 2009). Metode Kulldorff’s spatial scan statistic merupakan sebuah model pendeteksian cluster yang akan menghasilkan cluster yang paling berpotensi (most likely cluster). Kulldorff (1997) mengembangkan dua model, model Poisson dan model Bernoulli/Binomial. Dalam sejumlah kasus, kedua model tersebut serupa. Model Bernoulli merupakan metode yang terbaik untuk pertanyaan tentang kasus dan sampel kontrol, sementara model Poisson lebih baik menjawab pertanyaan dengan kasus dan populasi berisiko penting (Kulldorff, 2007). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah yang ada dapat dirumuskan menjadi : 1. Bagaimana membuat model Kulldorff’s Spatial Scan Statistic untuk pola spasial persebaran penyakit jiwa dan syaraf berdasarkan data kasus penyakit jiwa dan syaraf selama enam tahun. 5 2. Bagaimana menentukan daerah titik pusat penyakit (cluster) menggunakan metode Kulldorff’s Spatial Scan Statistic. 3. Bagaimana mengetahui pola persebaran penyakit jiwa dan syaraf tiap keamatan di Kota Surakarta berdasarkan data kasus penyakit jiwa dan syaraf kurun waktu 2005-2010. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Membuat model Kulldorff’s Spatial Scan Statistic untuk pola spasial persebaran penyakit jiwa dan syaraf berdasarkan data kasus penyakit jiwa dan syaraf selama enam tahun. 2. Menentukan daerah titik pusat penyakit (cluster) menggunakan metode Kulldorff’s Spatial Scan Statistic. 3. Mengetahui pola persebaran penyakit jiwa dan syaraf tiap keamatan di Kota Surakarta berdasarkan data kasus penyakit jiwa dan syaraf kurun waktu 2005-2010. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui laju penyebaran penyakit jiwa dan syaraf dari lima kecamatan di Kota Surakarta berdasarkan data selama 6 tahun terakhir, sehingga pihak Dinas Kesehatan Kota Surakarta dapat melakukan upaya untuk menanggulangi pertambahan jumlah penderita penyakit jiwa dan syaraf di Kota Surakarta. 6 1.4 Batasan Masalah Untuk tidak memperluas area pembahasan, perlu adanya batasan-batasan untuk menyederhanakan permasalahan, yaitu: 1. Daerah cakupan penelitian adalah Kota Surakarta yang meliputi lima kecamatan, antara lain Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan, Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Banjarsari. 2. Data yang digunakan adalah data penyakit jiwa dan syaraf secara global pada pasien rawat inap Rumah Sakit Khusus Jiwa dan Syaraf Puri Waluyo Surakarta kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2010. 3. Sistem ini menampilkan peta persebaran penyakit jiwa dan syaraf Kota Surakarta berdasarkan data rentang tahun 20052010. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan laporan penelitian ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab. Setiap bab dibagi menjadi sub bab-sub bab. Adapun sistematika dari masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut : Bab 1 : Pendahuluan Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah dan sistematika penulisan. Bab 2 : Tinjauan Pustaka Bagian tinjauan pustaka berisi hasil penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai landasan teori serta memuat teori- 7 teori, seperti surveilans, konsep Kulldorff’s spatial scan statistic, pemodelan, dan R Language. Bab 3 : Metode dan Perancangan Sistem Perancangan atau metode penelitian memuat uraian tentang langkah-langkah dalam perancangan yang digunakan dalam penelitian, meliputi : analisa data penduduk, analisa data kasus penyakit jiwa dan syaraf dan perangkat lunak, analisa kebutuhan antarmuka, analisa kebutuhan proses dengan flowchart, analisa kebutuhan bahasa pemrograman serta analisa perancangan sistem. Bab 4 : Hasil dan Pembahasan Memuat hasil dan pembahasan yang meliputi penerapan, pengujian, dan hasil analisa, disertai pembahasannya. Bab 5 : Kesimpulan dan Saran Kesimpulan merupakan ringkasan dari temuan-temuan yang diperoleh berdasarkan pembahasan yang dilakukan.